Disusun Oleh:
Kelompok 3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kekuatan
untuk menyusun dan menyelesaikan Makalah tentang kebudayaan Dayak dengan tujuan
untuk lebih mengenal dan mengetahui lebih detail mengenai kebudayaan Dayak.
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
Makalah ini. Demikian kata pengantar yang kami sampaikan jika ada salah kata atau kata
yang kurang berkenan mohon dimaklumi.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Bahasa
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan suku bangsa. Dayak
merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak ini dikenal sebagai
salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salah satu penduduk mayoritas di
provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa lokal Kalimantan berarti orang yang tinggal di
hulu sungai. Hal ini mengacu kepada tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-
sungai besar.
Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu jenis. Padahal sebenarnya
mereka terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh
masuknya kebudayaan luar. Setiap sub suku memiliki budaya unik dan memberi ciri khusus
pada setiap komunitasnya.
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimantan Tengah adalah salah satu dari provinsi-provinsi Republik Indonesia yang
terletak di Pulau Kalimantan Indonesia. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari lima
kabupaten, yaitu: Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara dan
Barito Selatan. Luas seluruh Kalimnatan Tengah adalah 152.600 kilometer persegi
sehingga melebihi luas Pulau Jawa dan Madura. Namun daerah itu menurut sesnsus 1961
hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi kepadatan penduduk rata-rata hanya 3.3 orang
saja per tiap kilometer persegi. Sebagaian besar penduduknya terdiri dari orang Dayak
yang terbagi atas beberapa suku bangsa seperti Ngaju, Ot Danum, Ma`anyan, Ot Siang,
Lawangan, Katingan, dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang
sungai-sungai besar dan kecil seperti sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan,
Mentaya, Seruyan, dan lain-lain.
Penduduk Kalimantan Tengah selain orang Dayak yang merupakan penduduk asli
daerah itu, adapula keturunan orang-orang pendatang. Mereka ini adalah orang-orang
Banjar, Bugis, Madura, Makasar, Melayu, Cina, dan lain-lain.
Rumah-rumah desa pada umumnya didirikan di tepi jalan yang dibuat sejajar ataupun
tegak lurus dengan sungai. Rumah penduduk pada umumnya dibuat dari sirap
(lempengan kayu) atau kulit kayu. Rumah-rumah itu pada umumnya didirikan diatas
tonggak-tonggak setinggi kira-kira dua setengah meter. sehingga untuk memasukinya,
v
kita harus menaiki tangga yang dibuat dari setengah balok yang diberi lekuk-lekuk
tempat kaki berpijak. Dahulu rumah-rumah gaya lama di Kalimantan Tengah merupakan
rumah panjang yang oleh orang-orang Ngaju dan Ot Danum disebut betang. Betang
mempunyai ruangan-ruangan kecil sampai 50 banyaknya. Rumah macam itu kini sudah
jarang ada di Kalimantan Tengah, tetapi masih banyak terdapat di daerah utara, yaitu di
daerah-daerah suku bangsa Ot Danum saja yang masih terdapat rumah betang.
Bentuk rumah yang paling umum kini terdapat di Kalimantan Tengah adalah rumah-
rumah yang lebih kecil yang didiami oleh satu sampai lima keluarga batih yang
berkerabat, yaitu yang terdiri dari satu keluarga batin anak-anaknya, baik laki-laki
maupuan yang perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas yang utrolokal. Pada
orang Ma`anyan, rumah demikian disebut lewu.
2.2 Bahasa
Bahasa yang digunakan termasuk kelompok Ibanic group seperti halnya kelompok
Ibanic Lainnya: Kantuk, bugao, desa, seberuang, ketungau, sebaruk dan kelompok Ibanic
lainnya. Perbedaannya adalah pengucapan / logat dalam kalimat dengan suku serumpun
yakni pengucapan kalimat yang menggunakan akhiran kata i dan e, i dan y, misalnya:
Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai dan inay, pulai dan pulay dan
penyebutan kalimat yang menggunakan huruf r ( R berkarat ), serta logat pengucapannya,
walauun mengandung arti yang sama.
a. Berladang
vi
mengering selama dua bulan, setelah mana paling lambat pada bulan Agustus atau
September seluruhnya tadi sudah harus dibakar, karena setelah itu musim hujan sudah
tiba. Abu bekas pembakaran tadi dibiarkan sebagai pupuk. Setelah itu tibalah masanya
untuk mulai menanam, yaitu kira-kira bulan Oktober.
Ladang tadi perlu dilindungi dari binatang-binatang liar seperti babi hutan dan rusa,
dan juga kera-kera yang gemar mencabut tanaman dalam ladang. Di sekitar ladang-
ladang orang Dayak Kalimantan Tengah pada umumnya memasang perangkap-
perangkap yang terdiri dari setangkai bambu yang ujungnya diruncingi bagaikan
tombak, dan yang dapat lepas secara otomatis, apabila tali yang menghubunginya
dilanggar binatang yang hendak memasuki ladang.
Di antara bulan-bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen. Hal ini tergantung
pada jenis padi yang ditanam. Di Kalimantan Tengah paling sedikit ada tiga jenis padi
yang ditanam orang, yaitu padi enam bulanan yang terbanyak ditanam, padi empat
bulanan, dan padi ketan yang juga empat bulanan. Padi ketan terutama ditanam untuk
keperluan upacara-upacara, antara lain untuk membuat arak yang oleh orang Ngaju/Ot-
Danum disebut anding.
. Sumber protein orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya dipenuhi dengan
makanan yang terdiri dari ikan-ikan sungai. Daging babi, kerbau dan ayam walaupun
sangat digemari, bukanlah merupakan makanan sehari-hari, tetapi makanan pada waktu
ada upacara-upacara adat atau pada waktu desa kebetulan dikunjungi tamu-tamu
penting. Di hutan sekitar tempat kediaman ada juga binatang liar seperti babi hutan dan
rusa, tetapi karena senjata api kurang dimiliki mereka, maka daging-daging binatang
tersebut hanya menjadi makanan yang bersifat kadangkala saja. Alat tradisionil orang
vii
Ngaju untuk berburu selain dondang tersebut di atas, masih ada beberapa lagi yang
penting, umpamanya lonjo(tombak), ambang (parang), jarat(jerat), sipet(berisikan
ranjau kayu atau bambu runcing) yang disebut tambuwung.
viii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebagai generasi muda kita di harapkan untuk mengetahui dan mengenal tradisi atau
adat istiadat di Indonesia, terutama suku terhadap adat dari daerah kita sendiri agar
kebudayaan maupun adat yang telah lama berkembang tidak punah oleh kehidupan modern
seperti sekarang ini.
ix
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/kesenian-suku-dayak.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/suku_Dayak
http://travel.okezone.com/read/2011/02/24/407/428449/mengenal-dekat-suku-dayak
http://www.kutaikartanegara.com/senibudaya/tari.html
x
xi
xii
1