Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR ANTROPOLOGI

“KEBUDAYAAN SUKU DAYAK”

Dosen Pengampu :Yudhi Rachman,S.Sos.,M.Sosio.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1.Nita Febriana Astari (190521100093)

2.Nanda Amilus Sholicha (190521100085)

3.Lu’luul Maknoniyah (190521100101)

4.Yusika Putri Wulandari (190521100109)

5.Khoirotun Nisa Syafi’i (190521100118)

PROGAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kekuatan
untuk menyusun dan menyelesaikan Makalah tentang kebudayaan Dayak dengan tujuan
untuk lebih mengenal dan mengetahui lebih detail mengenai kebudayaan Dayak.

Kami telah berusaha berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data-data


yang kami peroleh dari berbagai sumber, hal tersebut dimaksudkan agar materi yang
disajikan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dan maksimal.

Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
Makalah ini. Demikian kata pengantar yang kami sampaikan jika ada salah kata atau kata
yang kurang berkenan mohon dimaklumi.

Madura, 15 September 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lokasi,Lingkungan Alam dan Demografi Suku Dayak

2.2 Bahasa

2.3 Sistem Mata Pencaharian

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya dan suku bangsa. Dayak
merupakan salah satu dari ribuan suku yang terdapat di Indonesia. Dayak ini dikenal sebagai
salah satu suku asli di Kalimantan. Mereka merupakan salah satu penduduk mayoritas di
provinsi tersebut. Kata Dayak dalam bahasa lokal Kalimantan berarti orang yang tinggal di
hulu sungai. Hal ini mengacu kepada tempat tinggal mereka yang berada di hulu sungai-
sungai besar.

Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu jenis. Padahal sebenarnya
mereka terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh
masuknya kebudayaan luar. Setiap sub suku memiliki budaya unik dan memberi ciri khusus
pada setiap komunitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Dimana lokasi suku Dayak dan bagaimana keadaan alamnya?


2. Apa bahasa yang digunakan oleh suku Dayak?
3. Bagaimana sistem mata pencaharian suku Dayak?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari pnulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui:

1. Lokasi dan lingkungan alam


2. Bahasa yang digunakan
3. Sistem mata pencaharian.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi Suku Dayak

Kalimantan Tengah adalah salah satu dari provinsi-provinsi Republik Indonesia yang
terletak di Pulau Kalimantan Indonesia. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari lima
kabupaten, yaitu: Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Barito Utara dan
Barito Selatan. Luas seluruh Kalimnatan Tengah adalah 152.600 kilometer persegi
sehingga melebihi luas Pulau Jawa dan Madura. Namun daerah itu menurut sesnsus 1961
hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi kepadatan penduduk rata-rata hanya 3.3 orang
saja per tiap kilometer persegi. Sebagaian besar penduduknya terdiri dari orang Dayak
yang terbagi atas beberapa suku bangsa seperti Ngaju, Ot Danum, Ma`anyan, Ot Siang,
Lawangan, Katingan, dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang
sungai-sungai besar dan kecil seperti sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan,
Mentaya, Seruyan, dan lain-lain.

Penduduk Kalimantan Tengah selain orang Dayak yang merupakan penduduk asli
daerah itu, adapula keturunan orang-orang pendatang. Mereka ini adalah orang-orang
Banjar, Bugis, Madura, Makasar, Melayu, Cina, dan lain-lain.

Orang-orang Dayak di Kalimantan Tengah mendiami desa-desa yang terletak jauh


satu dari yang lain, di tepi-tepi atau dekat sungi-sungai besar dan kecil dari provinsi itu.
Komunikasi antara satu desa dengan desa lain pada umumnya melalui air, dan jarang
sekali melalui darat. Hal ini disebabkan karena daerah dimana desa-desa itu didirikan
masih merupakan daerah hutan tropis dan semak belukar bawah yang padat. Untuk
mengunjungi suatu desa, orang harus merapatkan perahunya pada sebuah tempat
berlabuh yang dibuat dari balok-balok. Satu desa pada umumnya mempunyai sekitar100-
500 rumah.

Rumah-rumah desa pada umumnya didirikan di tepi jalan yang dibuat sejajar ataupun
tegak lurus dengan sungai. Rumah penduduk pada umumnya dibuat dari sirap
(lempengan kayu) atau kulit kayu. Rumah-rumah itu pada umumnya didirikan diatas
tonggak-tonggak setinggi kira-kira dua setengah meter. sehingga untuk memasukinya,

v
kita harus menaiki tangga yang dibuat dari setengah balok yang diberi lekuk-lekuk
tempat kaki berpijak. Dahulu rumah-rumah gaya lama di Kalimantan Tengah merupakan
rumah panjang yang oleh orang-orang Ngaju dan Ot Danum disebut betang. Betang
mempunyai ruangan-ruangan kecil sampai 50 banyaknya. Rumah macam itu kini sudah
jarang ada di Kalimantan Tengah, tetapi masih banyak terdapat di daerah utara, yaitu di
daerah-daerah suku bangsa Ot Danum saja yang masih terdapat rumah betang.

Bentuk rumah yang paling umum kini terdapat di Kalimantan Tengah adalah rumah-
rumah yang lebih kecil yang didiami oleh satu sampai lima keluarga batih yang
berkerabat, yaitu yang terdiri dari satu keluarga batin anak-anaknya, baik laki-laki
maupuan yang perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas yang utrolokal. Pada
orang Ma`anyan, rumah demikian disebut lewu.

2.2 Bahasa

Bahasa yang digunakan termasuk kelompok Ibanic group seperti halnya kelompok
Ibanic Lainnya: Kantuk, bugao, desa, seberuang, ketungau, sebaruk dan kelompok Ibanic
lainnya. Perbedaannya adalah pengucapan / logat dalam kalimat dengan suku serumpun
yakni pengucapan kalimat yang menggunakan akhiran kata i dan e, i dan y, misalnya:
Kediri” dan Kedire”, rari dan rare, kemudian inai dan inay, pulai dan pulay dan
penyebutan kalimat yang menggunakan huruf r ( R berkarat ), serta logat pengucapannya,
walauun mengandung arti yang sama.

2.3 Sistem Mata Pencaharian

a. Berladang

Mata pencaharian suku dayak di Kalimantan adalah berladang. Berladang adalah


pekerjaan yang memakan banyak sekali tenaga. Untuk mengerjakannya, penghuni dari
suatu rumah tangga saja tidak mencukupi; mereka harus memperoleh bantuan dari
tetangga mereka. Oleh karena itu maka di desa Telang di daerah Ma’anyan misalnya,
telah dikembangkan suatu sistem kerjasama dengan jalan membentuk kelompok gotong
royong, yang biasanya berdasarkan hubungan ketetanggaan atau persahabatan.

Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan adalah sebagai berikut: Pada bulan-bulan


Mei, Juni atau Juli orang menebang pohon-pohon di hutan. Setelah penebangan,
batang-batang kayu, cabang-cabang, ranting-ranting, serta daun-daunnya dibiarkan

vi
mengering selama dua bulan, setelah mana paling lambat pada bulan Agustus atau
September seluruhnya tadi sudah harus dibakar, karena setelah itu musim hujan sudah
tiba. Abu bekas pembakaran tadi dibiarkan sebagai pupuk. Setelah itu tibalah masanya
untuk mulai menanam, yaitu kira-kira bulan Oktober.

Ladang tadi perlu dilindungi dari binatang-binatang liar seperti babi hutan dan rusa,
dan juga kera-kera yang gemar mencabut tanaman dalam ladang. Di sekitar ladang-
ladang orang Dayak Kalimantan Tengah pada umumnya memasang perangkap-
perangkap yang terdiri dari setangkai bambu yang ujungnya diruncingi bagaikan
tombak, dan yang dapat lepas secara otomatis, apabila tali yang menghubunginya
dilanggar binatang yang hendak memasuki ladang.

Di antara bulan-bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen. Hal ini tergantung
pada jenis padi yang ditanam. Di Kalimantan Tengah paling sedikit ada tiga jenis padi
yang ditanam orang, yaitu padi enam bulanan yang terbanyak ditanam, padi empat
bulanan, dan padi ketan yang juga empat bulanan. Padi ketan terutama ditanam untuk
keperluan upacara-upacara, antara lain untuk membuat arak yang oleh orang Ngaju/Ot-
Danum disebut anding.

Di samping padi, orang Kalimantan Tengah juga menanam tanaman-tanaman lain di


ladang-ladang mereka, seperti ubi kayu, ubi rambut, keladi, terong, nanas, pisang, tebu,
cabe, berbagai macam labu-labuan, dan adakalanya juga tembakau. Dari semua itu
yang paling banyak ditanam adalah ubi kayu yang bukan saja dimakan ubinya, tetapi
juga sangat digemari daun-daunnya sebagi lauk-pauk. Pohon buah-buahan yang banyak
ditanam di ladang adalah durian, cempedak, dan suatu pohon yang amat penting adalah
pinang. Baik laki-laki maupun wanita gemar sekali makan sirih dan pinang.

b. Berburu, Mencari Hasil Hutan, dan Mencari Ikan

. Sumber protein orang Dayak Kalimantan Tengah pada umunya dipenuhi dengan
makanan yang terdiri dari ikan-ikan sungai. Daging babi, kerbau dan ayam walaupun
sangat digemari, bukanlah merupakan makanan sehari-hari, tetapi makanan pada waktu
ada upacara-upacara adat atau pada waktu desa kebetulan dikunjungi tamu-tamu
penting. Di hutan sekitar tempat kediaman ada juga binatang liar seperti babi hutan dan
rusa, tetapi karena senjata api kurang dimiliki mereka, maka daging-daging binatang
tersebut hanya menjadi makanan yang bersifat kadangkala saja. Alat tradisionil orang

vii
Ngaju untuk berburu selain dondang tersebut di atas, masih ada beberapa lagi yang
penting, umpamanya lonjo(tombak), ambang (parang), jarat(jerat), sipet(berisikan
ranjau kayu atau bambu runcing) yang disebut tambuwung.

Pembukaan ladang biasanya dipergunakan untuk menambah nafkah dengan mata


pencaharian sambilan, yaitu mengumpulkan rotan, karet, damar di hutan, atau ke
gosong-gosong sungai untuk mendulang bijih-bijih emas, atau menambak sungai untuk
menangkap ikan

viii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehidupan dalam masyarakat banyak membawakan atau mewarisi berbagai aturan


maupun kebiasaan yang harus diikuti oleh generasi-generasi penerus dari nenek moyang.
Kebiaasan tersebut mulai membawakan keunikan masing- masing di dalam kelompok
masyarakat yang ada di Indonesia. Adat Istiadat atau biasa di sebut kebiasaan ini merupakan
kehidupan berulang-ulang yang muncul dan berkembang terus menerus sehingga di jadikan
sebagai tradisi atau peristiwa penting yang wajib dipertahankan dan di ikuti oleh kelompok
masyarakatnya. Oleh karena itu, tradisi dan konsep kebudayaan Dayak tersebut telah
menggambarkan bahwa setiap pribadi memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial yang tidak
mudah dalam masyarakatnya. Meskipun demikian , mereka tetap menaati konsep leluhurnya
dengan menerapkan di dalam kehidupan nyata.

3.2 Saran

Sebagai generasi muda kita di harapkan untuk mengetahui dan mengenal tradisi atau
adat istiadat di Indonesia, terutama suku terhadap adat dari daerah kita sendiri agar
kebudayaan maupun adat yang telah lama berkembang tidak punah oleh kehidupan modern
seperti sekarang ini.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

http://www.anneahira.com/kesenian-suku-dayak.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/suku_Dayak

http://travel.okezone.com/read/2011/02/24/407/428449/mengenal-dekat-suku-dayak

http://www.kutaikartanegara.com/senibudaya/tari.html

x
xi
xii
1

Anda mungkin juga menyukai