Anda di halaman 1dari 12

KOMPARASI BUDAYA NASIONAL

DENGAN INTERNASIONAL
(INDONESIA VS JEPANG)
Dr. EKNA SATRIYATI, S.S., M.Hum
INDONESIA
IDEOLOGI NEGARA : PANCASILA
1. Ketuhanan (Religiusitas)
2. Kemanusiaan (Moralitas)
3. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
4. Permusyawaratan dan Perwakilan
5. Keadilan Sosial
Ketatanegaraan Indonesia
• Amandemen UUD 1945 melahirkan perubahan yang sangat besar dimana UUD 1945
setelah perubahan memunculkan lembaga-lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial, Komisi Pemilihan Umum, dan Bank Indonesia.
• DPR juga dipertegas kewenangannya baik dalam fungsi legislasi maupun fungsi
pengawasan.
• Aturan tentang BPK ditambah.
• MPR berubah kedudukannya dari lembaga tertinggi negara menjadi lembaga join
session antara
• DPR dan DPD (bicameral).
• DPA dihapus karena dilihat fungsinya tidak lagi strategis.
• Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 perubahan ketiga, dinyatakan bahwa “kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
• Kerangka pemikiran tersebut diatas telah memperkuat sistem pemerintahan
Presidensiil di Indonesia, dengan mengubah pola hubungan antara lembaga-lembaga
tinggi negara.
Tradisi Penamaan di Indonesia
Adapun masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga.
Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan
dari suku mana dia berasal, agama apa yang dianut dsb.
Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia :
• Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki)
atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko,
Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
• Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata.
Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
• Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
• Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
• Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan
nama keluarga.
Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama.
Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dsb.
Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dsb.
Pemakaian Gesture/Gerak tubuh
Jabat tangan
Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia melambangkan
keramahtamahan dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini
dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang
berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan.
Cium tangan
Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada
orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya.
Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab.
Cium pipi
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau
sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya.
Sungkem
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain.
Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid
kepada gurunya.
Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari
raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, dan
meminta doa restunya.
JEPANG
Hakko Ichiu sebagai Ideologi Negara Jepang
Shinto adalah agama asli Jepang yang berakar pada kepercayaan animis
Jepang kuno. Kata Shinto berasal dari bahasa Tionghoa, “Shen” artinya roh, “Tao”
berarti jalannya dunia, bumi, dan langit. Dengan demikian Shinto berarti
perjalanan roh yang baik.
Hakko Ichiu itu diperintahkan oleh Jimmu Tenno (Tenno pertama ± 660 SM) sebagai
dewa kepada bangsa Jepang untuk membentuk kekeluargaan yang meliputi
seluruh dunia. Hakko Ichiu dianggap sebagai titah dewa yang harus dilaksanakan.
Selanjutnya Hakko Ichiu diterangkan bahwa bangsa Jepang merupakan keluarga
yang sah, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak, karena itu Jepang boleh
memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Sebagai keluarga yang sah,
Jepang berhak atas seluruh dunia agar dunia dapat disusun sebagai satu
kekeluargaan
JEPANG
Sejak Restorasi Meiji (1868), agama Shinto dijadikan agama negara dan mendapat kedudukan
istimewa dalam pemerintahan. Pejabat-pejabat Shinto mendapat kedudukan penting dalam
kabinet, dan doktrin-doktrin yang didasarkan pada Shinto dipropagandakan oleh pemerintah.
Isi Hakko Ichiu dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan pada masa itu.
Isinya Hakko Ichiu sebagai berikut:
1. Jepang adalah pusat dunia dan Kaisar sebagai pemimpinnya. Kaisar adalah Dewa
di dunia yang mendapat kedewaannya dari Amaterasu Omikami langsung.
2. Kami (dewa), melindungi Jepang dengan segala kekuatannya. Hal ini menjadikan
Jepang superior, lebih kuat, istimewa dibanding negara lain di dunia.
3. Semua hal tersebut adalah dasar dari Kodoshugisa (jalan Kekaisaran) sehingga
Jepang memiliki misi suci untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga dengan
Jepang sebagai pemimpin.

Hakko Ichiu (dunia sebagai satu keluarga) adalah ajaran Shinto yang mengatakan bahwa
Jepang harus menyusun dunia ini sebagai satu “keluarga besar”, dan
Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”.
Ketatanegaraan Jepang
Negara Demokrasi Pasifis Jepang menganut Sistem Pemerintahan Parlementer :
• Pertama, Kabinet Jepang dipimpin oleh Perdana Menteri yang dibentuk oleh atau atas dasar
kekuatan dan atau kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen. (Pasal 66 Konstitusi Jepang),
• Kedua, Para anggota kabinet Jepang mayoritas harus dipilih dari antara anggota-anggota
parlemen (Diet). (Pasal 68 Konstitusi Jepang),
• Ketiga, Kabinet dengan ketuanya bertanggungjawab kepada parlemen. Apabila kabinet atau
seorang atau beberapa orang anggotanya mendapat mosi tidak percaya dari parlemen, maka
kabinet atau seorang atau beberapa orang daripadanya harus mengundurkan diri.(Pasal 66 dan
69 Konstitusi Jepang),
• Keempat, Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka Kaisar Jepang dengan saran
atau nasehat perdana menteri dapat membubarkan parlemen. (Pasal 7 Konstitusi Jepang),
• Kelima, Hubungan yang erat antara Legislatif (parlemen) dengan Eksekutif. Dimana kabinet
hanya hanya bisa menjalankan program bila ada persetujuan dari parlemen.
• Keenam, Adanya hubungan saling ketergantungan (interdependensi).
• Ketujuh, Sifat hubungan antara Eksekutif dan Legislatif bersifat Sub dan Supra ordinatif. (Pasal
41 Konstitusi Jepang)
Tradisi Penamaan di Jepang
• Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus
dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang
bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga.
• Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era
sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji,
nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga
di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki.
• Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya.
Namun demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya.
• Dari survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden menginginkan
agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga.
• Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari konsep “ie”(家)
dalam tradisi keluarga Jepang. Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar,
sehingga umumnya menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang
wanita setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami.
• Tradisi di Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji,
diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.
Pemakaian Gesture/Gerak tubuh
OJIGI
Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan,
misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb.
Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼).
• Ritsurei adalah ojigi yang dilakukan sambil berdiri.
Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga
keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan.
• zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya,
ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈).
Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang
ingin disampaikan.
 Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih.
 Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat.
 Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan
rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang.
Untuk lebih menyangatkan,ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan
perasaan maaf yang sangat mendalam.
Perbandingan antara Jepang VS Indonesia

Perbandingan Jepang Indonesia

Bentuk Negara Monarkhi Konstitusional Republik (Negara Kesatuan)

Demokrasi Demokrasi Pasifis Demokrasi Pancasila

Sistem Pemerintahan Parlementer Presidensiil

Kepala Negara Kaisar Presiden

Kepala Pemerintahan Perdana Menteri Presiden


MATORSAKALANGKONG
TERIMAKASIH

Dr. EKNA SATRIYATI, S.S., M.Hum

Anda mungkin juga menyukai