Di daerah Tugu pada awal 1969 telah diadakan kegiatan sending, tetapi dibelakang hari
pemerintahan mengambil alih kegiatan tersebut. Akibatnya semua pengerja sending yang ada
disana dipindahkan ke daerah Sindang yang lain. Di Sakai, semakin berkurang pelayanan dan
pembangunan, dan tidak banyak orang Sakai yang mau datang ke gereja. Di Riau terjadi
perselisihan di antara pengurus Zending tentang kepanitian dan keuangan. Di tengah-tengah
Suku pengerja sending dan anggota Jemaat.
Di kubu Jambi terjadi perselisihan diantara sesama pekerja dan terhadap pengurus dewan
sending yang ada di sana. Di Aceh Selatan banyak terjadi penyelewengan keuangan, dengan
mempergunakan untuk kepentingan sendiri. Perhatian banyak anggota jemaat yang merantau ke
Sumatera Timur dan Asahan serta Labuhanbatu karena tidak memperoleh hasil dari yang mereka
kerjakan.
Pada tahun 1973, keuangan sending HKBP mengalami krisis, pada tahun 1982 cukup
banyak pergumulan yang dihadapi di daerah transmigrasi Sinunukan Natal Tapanuli Selatan,
untuk membina suku Jawa disana dan orang Batak yang berada disekitarnya (hutan-hutan yang
cukup luas).
Setelah diadakan dua kali konsultasi sending di Bengkulu, tanggal 20 - 23 Juli 1985 dan di
Padang tanggal 9 - 11 Agustus 1985, Departemen sending HKBP akan memutus pekerja-pekerja
sending ke distrik sumbangsel dan daerah Sumatera Barat. Kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan ditujukan kepada:
1. Pedagang-pedagang yang berilmu banyak kebanyakan datang dari Pulau Samosir perlu
mendapat pelayanan gerejani. Mereka berdagang secara mobil, mengunjungi kampong-
kampung yang tersebar di daerah itu dengan membawa barang-barang jualannya menaiki
sepeda motor setiap hari.
2. Guru-guru sekolah yang beribu-ribu banyak datang dari Sumatera Utara ditempatkan oleh
pemerintah tahun 1982 ke Provinsi Jambi, perlu juga mendapat pelayanan di gerejani,
kebanyakan mereka berada di tempat yang terisolir.
3. Orang mahasiswa Kristen di Padang dan Lampung yang sulit mencari penumpang yang
aman tidak mendapat pelayanan baik dari gereja setempat sehingga perlu ditunjukkan
cara pelayan bagi mereka.
4. Di daerah transmigrasi SUMBANGSEL dan SUMBAR masih banyak yang belum
pernah mendapat pelayanan gerejani.
5. Membantu Mentawai melayani para siswa-siswi Mentawai di Padang yang telah banyak
pergi ke agama lain karena faktor yang beraneka ragam.
1. Dengan dasar persiapan HKBP Muara Bungo, di bulan September - November 1985,
Departemen Zending telah mengutus seorang pelayan ke Muara Bungo untuk melayani
banyak orang di sana secara rohani.
2. Dengan HKBP ressort Jambi Departemen zending telah mengutus pelayan ke Tanjung
Jabung. Pada bulan Oktober - November 1985 sudah banyak orang yang dibaptis di sana
telah berdiri banyak tempat kebaktian orang Kristen. Disana sudah merupakan domba-
domba yang punya gembala.
3. Dengan HKBP ressort Sumatera Barat. Pada bulan November 1985, Departemen sending
mengutus dua orang pelayan ke Sumatera Barat untuk melayani kota kota dan desa yang
ada di sana. Banyak orang batak yang tercecer di daerah itu.
Di daerah transmigrasi Pasir Pengaraian dan Tanah Datar rengat Riau ada Jemaat
sending HKBP. Kegiatan pelayanan perlu dikembangkan.
2. Pembinaan
Mengadakan kursus atau rapat kerja 1 dan 2 bulan kepada seluruh pekerja sending
Pelayanan dan latihan kepemimpinan Kristen kepada mahasiswa di Padang dan Bandar
Lampung
Janji merawat dan salon di Pulau Samosir atau menjadi jemaat pilihan HKBP Resort
Pangururan Pulau Samosir
Perhatian agar menjadi Resort yang mandiri dan Departemen sending tetap bersedia
membantu dalam tahap permulaan dalam hal gaji pendeta.
Kristen Jawa di sekitar Medan diserahkan ke ressort - ressort HKBP yang ada di Medan
agar semakin berkembang
Sesuai dengan situasi sebelum kedatangan Injil ke tanah Batak, pengetahuan dan
kehidupan penduduk belum maju. Misalnya mereka belum mengenal kesehatan dan belum tahu
menjaganya serta memakai obat-obat selain dari dukun. Di tanah Batak sering terjadi
perselisihan pertengkaran bahkan perbudakan. Tetapi syukurlah Injil datang sehingga orang
Batak terpanggil dari kegelapan dan kebodohan. Pada tahun pertama penginjilan para misionar
melihat kekurangan-kekurangan yang terdapat di tengah-tengah orang Batak.
Pada tahun 1986 waktu perbudakan masih terjadi I.L.Nomensen menebus budak-budak.
Dengan cara itulah dia membimbing manusia agar kekasih persaudaraan nyata di tengah-tengah
bangsa batak. Mulailah perbudakan dihapus dari tengah-tengah bangsa batak.
Pada tahun 1875 di Silndung berjangkit penyakit cacar dan kolera. Dukun berkata orang
sakit harus dimandikan 23 kali dalam sehari, agar penyakitnya sembuh. Tetapi I.L Nomensen
yang bekerja di sana melarang cara itu dengan maksud agar orang sakit itu jangan meninggal.
Ternyata mereka yang menuruti nasehat nya hampir tidak ada yang meninggal, sedangkan
mereka yang menuruti nasehat dukun banyak yang meninggal. Setelah kejadian itu yang jelas ya
makin tersebar dan berdirilah jemaat-jemaat.
Pada tahun 1888 pemberita Injil mengadakan pelayanan khusus kepada orang yang
menderita penyakit kudis dan kulit di situmbah Sipirok. Mereka dirawat oleh misioner hanstein.
Kemudian hari didirikan tempat orang-orang yang berpenyakit kulit di desa Talatak Tambunan,
yang disponsori pendeta yang bekerja di laguBoti. Pada tahun 1900 Pdt.Stainsiek mendirikan
tempat orang berpenyakit kulit di huta Salem.
Pada tahun 1940 pada waktu HKBP Mandiri, HKBP juga semakin menyadari tanggung
jawabnya untuk melayani dirinya, juga dalam hal Diakonia walaupun HKBP masih dalam taraf
miskin. Akan tetapi dengan kedatangan Jepang pada tahun 1942 datanglah kembali beban kepada
bangsa kita yang berpengaruh juga di tengah-tengah jam dan kegiatan diakonia. Masyarakat
tertindas dalam jasmani dan rohani. Masyarakat semakin miskin karena ketakutan mereka.
Mereka mengambil alih rumah sakit, sekolah dan perkampungan yang dibuka HKBP menjadi
milik mereka.
Walaupun sempat tidak dijalankan oleh HKBP tidak di lupakan gereja dan anggota
Jemaat. HKBP tetap merindukan agar kegiatan diakonia kembali ke HKBP yang selalu
dibicarakan dalam sinode Agung sampai 1952. Situasi Itu HKBP melalui sinode Agung
memohon agar semua Jemaat memberi perhatian untuk mendidik anak-anak. Para pekerja Jemaat
dengan rajin mengajar anak-anak sampai mereka harus turun ke kampung-kampung. HKBP
bekerja bukan hanya dalam kata melainkan turut dalam perbuatan.
Sampai sekarang tidak ada lagi yang bahkan untuk mengembangkan kegiatan diakonia.
Kegiatan diakonia sebelum 1971 masih mencakup bidang kesehatan. Tetapi sejak tahun 1971
dipisahkan. Di bawah ini disebut beberapa kegiatan Departemen diakonia sosial.
Di tempat ini dilayani para tunanetra, lumpuh, dungu, tunagrahita, eklom dan orang
jompo. Mereka dibina dalam kerohanian dengan mengadakan kebaktian pagi dan malam yang
dibawakan oleh pimpinan kebaktian dan ibu asrama bekerjasama dengan diakones dan pendeta
HKBP ressort laguboti Habinsaran.
Kegiatan Diakonia di Elim adalah pelayan kepada anak-anak yang butuh pertolongan
misalnya yatim piatu Anak Asuhan Hepata dan sungai Buluh yang lahir di rumah sakit HKBP
Balige atau tak dapat ditebus dan anak dari orang yang tidak mampu.
2.4.3 Patmos
Patmos perkampungan atau Perumahan para pendeta yang sudah pensiun yang dibuka
pada tanggal 15 November 1968 di Rambung Merah, Pematang Siantar seluas 6 hektar.
Gosen dibangun pada tanggal 30 Agustus 1971, dengan luas 25 hektar. Jumlah penghuni
yang pertama sebanyak 16 orang. Pada mulanya tujuan dari tempat ini ialah menampung anak-
anak Gelandangan dan pengangguran. Tetapi karena tanahnya kurang baik kegiatan dia lagi
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Sebelum tahun 1861 penginjilan sudah berlangsung di tanah Batak. Sejalan dengan
penginjilan sebenarnya kegiatan pelayanan di bidang kesehatan, orang sakit telah dilaksanakan,
yang menanganinya langsung para misionar. Kesehatan di HKBP atau di tanah Batak didirikan
pada tanggal 2 Juli 1900.
Antara tahun 1900 -1940 keadaan kegiatan kesehatan di tengah-tengah HKBP dapat diperinci
sebagai berikut:
1905: Dibukanya sekolah bagi para wanita orang Batak untuk menjadi perawat dan
bidan.
1928: Rumah sakit penolong yang di buka di Balige sejak tahun 1917 ditingkatkan
menjadi rumah sakit yang besar.
3.2.1.Kegiatan – Kegiatan
Sekarang pelayan HKBP di bidang kesehatan berpusat pada Rumah Sakit HKBP Balige.
Rumah Sakit HKBP Balige sejak perang dunia ke-2 mengalami pembangunan yang luar biasa.
Rumah Sakit HKBP Balige juga dipercaya oleh inpeksi Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
untuk menjadi tenaga paramedis atas berbagai tingkat.
3.2.2 Masalah - Masalah yang Dihadapi
Berkaitan dengan surat penyerahan dari pemerintah Republik Indonesia tahun 1945, Apa
itu dapat menerima kembali sama rumah sakit besar dan penolak peserta poliklinik
tersebut di atas. Namun yang telah diterima hanya Rumah Sakit sebesar Balige.
Rumah Sakit HKBP Balige sudah sejak lama berusaha melakukan suatu pelayanan yang
baik di bidang pengobatan dan perawatan di bidang stasioner dan ambulans atau
pengobatan kuratif.
Departemen Kesehatan HKBP selalu menghadapi masalah mencari personil yang akan
dikerjakan misalnya di rumah sakit.
Atas prakarsa Rumah Sakit HKBP Balige semua Jemaat HKBP telah merayakan hari
kesehatan, yang telah pernah diadakan pada hari Minggu 11 Februari 1973. Persembahan
yang dikumpulkan pada perayaan ini diserahkan untuk kegiatan Rumah Sakit HKBP
Balige.
Keyakinan masyarakat lebih dominan terhadap para dokter ahli untuk mengobati satu –
satu penyakit.
Dana yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah masalah yang
berat, bila personil kerja yang ditempatkan tidak menimbulkan masalah-masalah.
Kerohanian di rumah sakit HKBP Balige dapat memegang peran penting untuk memberi
dorongan kepada seluruh pekerjaannya selalu guna memelihara kerjasama yang lebih
banyak
.
3.3.2 Rencana Kerja Sesudah Tahun 1986 (Notulen Sinode Agung 1984)
Karena betapa pentingnya tenaga ahli dalam satu – satu Rumah sakit, maka hal ini sangat
penting diperhatikan Departemen Kesehatan HKBP.
Berkaitan dengan Balai Pengobatan supaya pelayan dilakukan secara tepat dan selalu
ditingkatkan, sekaligus menjadi misi gereja..
Pentingnya untuk mendirikan rumah sakit di kota yang di tanggung jawab oleh HKBP
sebagai gereja. Dalam kaitan ini sudah saatnya HKBP meminta kembali dari pemerintah
semua Fasilitas Kesehatan milik RMG yang telah dimandatkan kepada HKBP.
dengan masih banyak anggota Jemaat HKBP yang belum mampu berobat ke rumah sakit
Departemen Kesehatan perlu merencanakan dan menghidupkan anggota jemaat yang
mampu untuk menjadi donatur atas sebagai penyumbang tetap.
Para misioner yang datang dari Eropa ke tanah Batak tidak saja melainkan di bidang
kerohanian. Mereka juga memberikan pendidikan sebagai sarana untuk menunjang pemberitaan
Injil. Dr I.L.Nomensen sebagai Perintis pengkristenan di tanah Batak sebelah utara beserta
teman-teman sekerjanya memberikan perhatian yang sangat besar untuk mendirikan sekolah
sebab membina kerohanian aja tidak mungkin membentuk manusia seutuhnya.
4.1.2 Perkembangan Kekristenan di Tanah Batak.
Sesuai dengan perkembangan gereja di tanah Batak, guru-guru Injil sangat kurang
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah Jemaat. Oleh karena itu para misionaris berusaha
membuka sekolah-sekolah di tanah Batak, sehingga para anak pribumi yang sudah di didik dapat
membantu dan nanti menggantikan mereka dalam pemberitaan Injil.
1893 : Sekolah dasar yang terkenal dengan nama sekolah sending mendapat bantuan dari
pemerintah Belanda, karena sekolah sendi ngikut meningkatkan pengetahuan masyarakat
membaca, menulis dan berhitung
1900: Sekolah anak Ni Raja yang memakai bahasa Belanda didirikan di Narumonda.
1911: Pendidikan yang lebih tinggi dari SD yaitu Holland Islands School (HIS) Di
sigompulon Tarutung dan kemudian terkenal dengan nama sekolah bolanda ada sebab
berbahasa Belanda.
1927 : Sekolah Mulo Kristen di Tarutung dibuka kira-kira setingkat dengan SLTP
1930: Berdiri sekolahVervolg untuk lanjutan dari kelas 3 SD sesuai dengan rencana
pemerintah.
1932 – 1942 : Sekolah-sekolah di kalangan Kristen Batak tumbuh seperti jamur yang
dinamakan schakelschool, seperti di siborong-borong, Balige, sipoholon, Simorangkir,
sarulla dan Pematangsiantar
5. Membuka sekolah taman kanak-kanak yang dihasil sekolah pendidikan guru HKBP
tahun 1982.
6. Mengusahakan agar gaji guru-guru negeri yang bekerja di HKBP dibayar oleh p&k
setempat.
2. Dalam bidang BSTM, ada beberapa orang yang tidak memenuhi peraturan.
3. Dari tahun 1988 - 1990 meningkatkan sekolah-sekolah HKBP dari tingkat dicintai ke
tingkat disenangi digemari.
o 1868 : sekolah guru jemaat yang terkenal dulu dengan nama sekolah tinggi yang
menghasilkan guru-guru sending
Dalam kurun waktu 7 tahun setelah konferensi para misionaris RMG di tanah Batak
( 1861 –1868), semakin dirasakan betapa luasnya pekerjaan pekabaran Injil yang semakin
mendesak. Hal ini akibat semakin terbukanya masyarakat Batak untuk menerima Injil sehingga
membutuhkan banyak tenaga tenaga untuk melayani. Sedangkan jumlah para misionar masih
sedikit dibandingkan dengan luasnya pelayanan.
Pada tahun 1868 didirikanlah seorang guru Injil yang pertama didalam Batak, yang bertempat di
parausorat yang kemudian terkenal dengan nama seminari Parausorat
5.1.2 Perkembangan ya
1. Daerah Tapanuli Selatan semakin didesak oleh Islam yang mengakibatkan usaha
pemikiran di sana mengalami kemunduran.
2. Berbeda dengan keadaan di Dilindungi. Setelah masuknya I.L.Nomensen kesharlindung
maka usaha pencegahan Injil berjalan lancar dan membawa hasil yang sangat baik,
sehingga jumlah orang yang akan dilayani dengan pusat bertambah dan membutuhkan
tenaga pelayanan pribumi.
3. Usaha penginjilan semakin luas hampir seluruh daerah Selindung telah menjadi Kristen,
juga daerah Humbang dan bahaya telah mulai menerima Injil. Karena itu tenaga guru
semakin dibutuhkan
4. Tenaga guru tetap mendesak bagi kebutuhan pelayan di tanah Batak.
5. Seminari pansurnapitu semakin berkembang dan minat orang Batak menjadi guru dan
pengkabbar injil semakin besar, maka jumlah murid semakin bertambah.
6. Wawasan pengkabaran injil meluas hingga ke daerah toba dan Simalungun. Penginjilan di
daerah silindung semakin berjalan dengan pesatnya sehingga tenaga guru semakin
dibutuhkan.
7. Setelah tahun 1918 hingga tahun 1941, sekolah guru Jemaat di pusatkan kembali di
seminari sipoholon. Namun pada tahun 1941 terjadilah perbedaan guru yang bertugas
dengan guru yang bertugas di sekolah akibat dari perbedaan antara BNZ dengan HKBP
yang telah berdiri sejak tahun 1940.
8. HKBP telah Mandiri Pimpin oleh Pendeta pribumi juga merasakan perlunya guru yang
bertugas di jemaat-jemaat.
9. Setelah sekolah guru juga disunat voli YouTube maka untuk memenuhi kebutuhan guru
yang bertugas di Jemaat dibukalah sekolah-sekolah guru Jemaat di setiap distrik HKBP
sesuai dengan kebutuhan Distrik masing-masing.
10. Pada bulan Februari sampai Mei 1962 diadakan kursus penatalayan di seminari
sipoholon.
1. Berdirinya sekolah guru Jemaat sejak tahun 1868 - 1986 adalah bertujuan sebagai berikut :
Untuk memperlancar pekabaran Injil di tanah Batak, Maksimal Pak Guru harus dididik
selama 2 tahun.
Untuk melayani di jaman – jaman dan tugas-tugas pemimpin dan mengajak anggota
Jemaat untuk menambah pengetahuan tentang firman Allah
Disamping sebagai guru Jumat mereka juga bertugas mengajar di sekolah sekolah
sending bahkan menjadi guru kepala sekolah seni yakni guru sinden dengan tugas
rangkap.
o Mempersiapkan para guru jemaat yang terampil dan pengetahuan ilmu teologi sehingga
para guru Jemaat dimampukan untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan di desa dan
dikota.
o Meningkatkan pelayanan buruk untuk mendewasakan Iman setiap lapisan warga Jemaat
melalui pengajaran, kebaktian, khotbah ah ah perkumpulan koor dan administrasi.
o Mempersiapkan satu golongan pelayan gereja yang kedudukan dan fungsinya sama
penting dengan golongan pelayanan lainnya di HKBP.
Pelayan pekabbaran Injil di tanah Batak semakin meluas. Para misionaris RMG yang
dibantu oleh para guru sending membawa dampak positif dalam usaha Pengkristen di tanah
Batak. Berdirinya sekolah pendeta di konsulat itu para pendeta yang bekerja melayani gereja
Batak yang semakin bertambah dengan pesat, termasuk untuk mempersiapkan kemandirian
gereja Batak di kemudian hari.
5.2.2. Setelah gereja Batak mendapat pengakuan sebagai badan hukum tahun 1931 dengan nama
HKBP maka pendidikan pendeta pribumi yang ditingkatkan sehingga tahun 1934 sejak
berdirinya STT Jakarta HKBP mengirim 4 orang calon pendeta nya untuk studi di sana.
5.2.3. Sesuai dengan perkembangan zaman sesudah kemerdekaan HKBP merasakan perlunya
peningkatan mutu para pendeta di bidang pendidikan sehingga pada tahun 1950 didirikan
sekolah teologi menengah di seminari sipoholon.
5.2.4. HKBP semakin terpanggil untuk melayani Jemaat untuk membangun pendidikan di
tengah-tengah bangsa Indonesia yang semakin maju.
5.2.5. Pada tahun 1968 kembali buka pendidikan kemerdekaan sistem lama di seminar sekolah
dimana dari para guru Camat dipilih untuk mengikuti pendidikan kebhinekaan dari tahun 1968
sampai 1971.
5.2.6. Azas dan Tujuan STT HKBP
Sekolah Tinggi Teologi HKBP percaya bahwa Yesus Kristus adalah sumber hidup dan
kebenaran sebagaimana dinyatakan Allah di dalam alkitab yaitu kitab Perjanjian Lama
dan perjanjian baru yang semuanya adalah Firman Tuhan Yang menjadi pedoman serta
pegangan dalam segenap kehidupan.
Sekolah Tinggi Teologi HKBP terpanggil untuk menyelenggarakan pendidikan teologi
untuk melayani gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah
masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar 1945.
Setiap HKBP tetap berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan teologi bagi para
calon pendeta.
Meningkatkan mutu pendidikan dengan memberi kesempatan kepada para dosen tugas
belajar di dalam dan di luar negeri.
Meningkatkan hubungan dengan Perguruan Tinggi Teologi lainnya di dalam dan di luar
negeri.
Sekolah bibelvrouw berdiri pada tanggal 1 Agustus 1934 oleh Suster Elfriede Header di
Baru Minta. Kemudian di pindahkan ke Laguboti sejak 21 November 1937. Sejak tahun 1928,
Suster Elfriede Harder setelah mencoba memberikan pendidikan dan pengajaran khusus pada
ibu-ibu di Laguboti agar mereka mengenal kasih Kristus dalam hidup pribadi dan keluarga
mereka. Sejak 1 Agustus 1934, Zustet Elfriede Harder Cilegon narumonda dengan maksud untuk
mendidik ibu-ibu atau Janda dan anak gadis, agar mereka makin memahami lebih baik firman
Allah dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan itu.
Jembatan pertama dari sekolah ini sebanyak 12 orang pada tanggal 15 Agustus 1935.
Mereka menerima tugas tohonan “ parjamita Ina”(Bibelvrow ) dari gereja melalui ephorus pada
tahun 1936 di Jemaat HKBP narumonda. Pada tanggal 10 Mei 1940, akibat perang yang
berkecamuk di antara Jerman melawan Belanda sehingga pemerintah Belanda menangkap semua
pendeta dan suster Jerman yang bekerja di HKBP dan dipenjarakan.
Sekolah bibelvrouw terpaksa ditutup baru pada tahun 1945 dibuka kembali yang
dipimpin oleh Pdt.K.Sirait. semakin lama di sekolah ini semakin bertambah bidang studi yang
dikerjakan misalnya: sistematika homiletika dan keterampilan lainnya.
Pada tanggal 17 Mei 1971 didirikan sebagai kursus diakones HKBP dan sejak tahun 1976
menjadi pendidikan diakones HKBP yang berkedudukan di Balige. Tahun 1981 diberikan status
sebagai lembaga oleh sinode Agung HKBP, dan mengenai penggolongan kepegawaian serta
penggajian dari lulusan pendidikan diakronik diatur oleh pucuk pimpinan atau majelis pusat
HKBP.
Sejarah pendidikan Diakrones menjadi satu lembaga di HKBP tahun 1981, maka peminat
yang masuk ke pendidikan ini semakin bertambah. Tamatan pendidikan diakones yang telah
ditampilkan oleh pucuk pimpinan HKBP, yaitu di HKBP Balige pada tanggal 24 Agustus 1983
sebanyak 24 orang
5.4.3. Lapangan dan tempat kegiatan
Lapangan
Tempat kegiatan yaitu berdasarkan penempatan atau hasil lamaran sendiri : HKBP,
GKPS, OLO, atau di luar penyelenggaraan gereja
5.4.4 Tujuan
Mendidik garis-garis Kristen selama 2 tahun ajaran untuk pekerjaan diakones yaitu
pemerintah di bidang sosial (anak boru parhalado sosial ni huria). Pekerjaan diakones ialah
untuk melayani sesama manusia membimbing dan membantu untuk hidup sesuai dengan
martabatnya sebagai ciptaan Tuhan
6.Bidang Keuangan
HKBP sebagai organisasi gereja yang berkembang dengan pesat di bumi Persada tanah
air Indonesia, tentu didukung oleh dana yang dibutuhkan sebagai sarana untuk melakukan
perkembangannya dari masa ke masa.
Pada masa itu HKBP berada di bawah asuhan RMH Barmen. Para misioner yang diutus
bertambah dari tahun ke tahun. Tentu Mereka sudah pasti membutuhkan biaya yang sangat
banyak demi terlaksananya tugas pekabaran Injil di tanah Batak.
Biaya belanja para misionaris yang mencakup gaji, perawatan, biaya belanja dan juga
administrasi
Biaya pembangunan serta sitasisending, sekolah, Membeli tanah pertapakan.
Sejak tahun 1868 para misionaris telah mendirikan sekolah guru di tanah Batak, dimana
diharapkan para siswa yang didirikan menjadi guru yang membantu para misionaris
dijemaat dan di sekolah.
Juga sejak tahun 1883 sekolah pendeta di tanah Batak telah dibuka yg yang juga
menambah beban dana yang harus dibutuhkan.
Disamping kedua sekolah tersebut RMG juga mendirikan sekolah-sekolah umum di tanah
Batak yang memperoleh bantuan sejak 1893 di pemerintah.
Untuk menunjang kelancaran penginjilan dan juga pendidikan maka dibutuhkan dana
untuk mencetak buku buku seperti Alkitab yang berbahasa Batak ke juga buku-buku
bacaan lainnya.
Guru-guru yang bertugas untuk mendidik dan membantu para misionaris
mengembangkan perkabaran Injil juga akan menerima gaji sehingga membutuhkan
banyak dana.
Pada Tahun 1948 terpaksa mengadakan sinode Agung untuk memilih pimpinan yang baru dari
kalangan pribumi. Yaitu Pdt. K. Sirait. di bawah kepemimpinan yang baru HKBP akan terus
berjalan dibagi tiga sebab impian yang lama tidak serah terima kepada pimpinan yang baru,
sehingga kas HKBP pada waktu itu kosong. Hubungan dengan RMG telah terputus. Itu HKBP
harus membutuhi beberapa hal antara lain :
Setelah HKBP berhasil melalui periode 1949-1950 yang penuh dengan banyak tantangan di
bidang keuangan.HKBP selalu berusaha membenahi diri berusaha berkembang di dalam
pelayanannya sebagai gereja. Biaya semakin dibutuhkan juga untuk :
Sejalan dengan perkembangan yang telah dicapai HKBP dana yang dibutuhkan juga suatu besar :
Pegawai di kantor semakin bertambah dan memperlancar tugas tugas pelayanan jemaat di
bawah kepemimpinan pucuk pimpinan HKBP
Biaya perjalanan semakin bertambah sebab wilayah pelayanan HKBP semakin luas.
Biaya pembangunan semakin dibutuhkan termaksud untuk perawatan inventaris yang
sudah mulai usang.
Biaya untuk rapat semakin bertambah sebagai akibat pertambahan peserta.
Pelayan Seksi Seksi yang ada dalam HKBP juga semakin meluas yang membutuhkan
dana semakin banyak
Sejak tanggal 7 Oktober 1891 yaitu sejak berdirinya HKBP hingga bulan Mei 1940,
HKBP adalah di bawah asuhan RMG barmen. Segala kebutuhan keuangan HKBP dibiayai oleh
RMG Baermen. Tanpa bantuan dari RMG,HKBP tidak mungkin dapat berkembang di bidang
pelayaran nya karena kesulitan dana. Misalnya perbelanjaan para misionaris oleh RMG.
Walaupun sejak berdirinya HKBP telah dibiayai oleh RMG tetapi para misionaris RMG
tidak membiarkan Jemaat HKBP lepas tangan di dalam penanggulangan keuangan gereja.
beberapa tahun setelah partisi harus bekerja para anggota Jemaat alah diajak berpartisipasi untuk
menanggulangi pembiayaan di HKBP. Sejak tahun 1970 pengumpulan kolekkte di HKBP
diadakan dua kali pada kebaktian Minggu. Persembahan pertama menjadi sumber keuangan
gereja ditempat dan persembahan kedua dikirimkan ke kantor pusat HKBP menjadi sumber
keuangan kantor pusat.
Sejarah dari semula para misionaris RMG setelah melatih dan membimbing anggota
Jemaat untuk menyatakan Rasa Terima kasih atas segala berkat yang diterimanya dari Tuhan.
Penyataan Terima kasih ini nampakkan melalui pemberian sumbangan kepada gereja. Misalnya,
jika seseorang sembuh dari penyakitnya maka dia merasa bersyukur kepada Tuhan sebagai
penampakannya Dia memberikan sumbangan sukarela kepada gereja.
Sejak tahun 1930 an, keadaan ekonomi di Eropa sangat memperhatikan sebagai akibat
dari perang dunia I ( 1914 – 1918). Keadaan Resesi ekonomi pada waktu itu sangat terasa kepada
keuangan HKBP sebab donatur RMG mengalami kesulitan ekonomi, sehingga keuangan RMG
menurun. Untuk mengatasi kekurangan dana bagi HKBP maka tidak tahun 1930-an setiap
anggota Jemaat HKBP diwajibkan untuk membayar iuran tahunan.
Salah satu pesta yang setiap tahun diadakan oleh Jemaat HKBP ialah pesta
Parolopolopon. Pesta yang memperingati ulang tahun kemandirian HKBP, yang dirayakan pada
setiap minggu pertama bulan Juli. Hasil pesta ini semuanya dikirimkan ke kantor pusat HKBP
untuk digunakan kepada pembiayaan pelayanan umum HKBP, seperti gedung kantor pusat yang
baru dan juga pembangunan gedung-gedung yang baru di sipoholon.
Pada Tahun 1948, ada 2 orang dari dewan gereja gereja lutheran sedunia datang
berkunjung ke HKBP, yaitu Dr. Scholtz dan Bishop Sandegren. Mereka melihat betapa
pentingnya HKBP memperoleh bantuan dari LWF sehingga pada itu LWF dan kemudian RMG
memberikan bantuan kepada HKBP berupa tenaga dosen di seminari sipoholon dan di
Universitas HKBP Nommensen. Untuk mengurus dan mengelola bantuan yang diterima HKBP
luar negeri, maka sejak tahun 1950-an berdirilah satu badan yang disponsori HKBP, LWF dan
RMG (CORIA). Badan inilah yang menjembatani HKBP dengan kedua badan tersebut di luar
negeri dalam bantuan dana kepada HKBP.
Hingga saat ini sistem pengelolaan keuangan HKBP telah beberapa kali berubah dan
tujuan untuk meningkatkan kebaikan pengelolaan keuangan di HKBP.
Sistem ini memusatkan segala keuangan dalam satu khas, Kemudian dari tanah
dikeluarkan biaya yang dibutuhkan. Sistem seperti ini berlaku di HKBP sejak tahun 1861 sampai
1940, dimana segala keuangan HKBP dipegang oleh bendahara pusat yang pada waktu itu
disebut algemeen kassier.
6.3.3. Iuran Tahunan ke Kantor Pusat dan Persembahan di Kas Jemaat (1950 – 1961)
Demi mencapai peningkatan sistem keuangan HKBP sejak tahun 1951, HKBP memakai
satu sistem yang berbeda dari tahun sebelumnya. Perubahan ini terjadi karena sistem yang
dipergunakan pada periode 1940 - 1950 mengalami kesulitan pembagian presentasi di resort.
Reset sering dicurigai dalam pembagian keuangan yang harus disetor ke kantor pusat dan yang
tinggal di RS sehingga Sejak tahun 1950 ditetapkan, bawa semua iuran tahunan yang terkumpul,
Jemaat harus mengirimkannya ke kantor pusat HKBP : sedangkan persembahan dan sumbangan
dari Jemaat menjadi milik Jemaat setempat.
Pada sinode Agung 1961, dibentuk kembali sistem keuangan yang baru sebagai berikut :
Sejak Juli 1970 iuran pusat diganti dengan persembahan II yang diadakan pada setiap
kebaktian Minggu. Persembahan II ini akan dikirimkan ke kantor pusat HKBP.
Jemaat mempunyai khas tersendiri yang dipegang oleh bendahara Jemaat, dan
bendahara Jumat akan menyimpan segala uang di bank atau kantor pusat terdekat.
Keuangan Ressort ditentukan oleh majelis Resort, kemudian majelis resorts
membagikan anggaran yang ditentukan kepada teman untuk ditanggulangi jemaat
yang tercakup dalam Resort.
Majelis Distroik serta pareses menjadi badan pemeriksaan keuangan Resort dan
Jemaat.
Jemaat akan mengirimkan segala dari persembahan II dan juga tari persembahan yang
dikhususkan kepada Departemen HKBP, melalui bendahara Resort kepada bendahara
pusat di Pearaja Tarutung.
Keuangan umum HKBP langsung dikelola pucuk pimpinan HKBP melalui tim
keuangan pusat. Segala keuangan departemen, lembaga-lembaga dan bagian-bagian
di kantor pusat HKBP dipegang oleh bendahara pusat HKBP dan anggaran belanja
masing-masing bagian tersebut lebih dulu disahkan oleh rapat majelis pusat HKBP.