Anda di halaman 1dari 23

1.2.2.

Masalah-masalah yang dihadapi pada tahun 1970–1980an

Di daerah Tugu pada awal 1969 telah diadakan kegiatan sending, tetapi dibelakang hari
pemerintahan mengambil alih kegiatan tersebut. Akibatnya semua pengerja sending yang ada
disana dipindahkan ke daerah Sindang yang lain. Di Sakai, semakin berkurang pelayanan dan
pembangunan, dan tidak banyak orang Sakai yang mau datang ke gereja. Di Riau terjadi
perselisihan di antara pengurus Zending tentang kepanitian dan keuangan. Di tengah-tengah
Suku pengerja sending dan anggota Jemaat.

Di kubu Jambi terjadi perselisihan diantara sesama pekerja dan terhadap pengurus dewan
sending yang ada di sana. Di Aceh Selatan banyak terjadi penyelewengan keuangan, dengan
mempergunakan untuk kepentingan sendiri. Perhatian banyak anggota jemaat yang merantau ke
Sumatera Timur dan Asahan serta Labuhanbatu karena tidak memperoleh hasil dari yang mereka
kerjakan.

Pada tahun 1973, keuangan sending HKBP mengalami krisis, pada tahun 1982 cukup
banyak pergumulan yang dihadapi di daerah transmigrasi Sinunukan Natal Tapanuli Selatan,
untuk membina suku Jawa disana dan orang Batak yang berada disekitarnya (hutan-hutan yang
cukup luas).

1.3 Masa depan Pelayanan sending

1.3.1. Rencana kerja Departemen Sending.

Setelah diadakan dua kali konsultasi sending di Bengkulu, tanggal 20 - 23 Juli 1985 dan di
Padang tanggal 9 - 11 Agustus 1985, Departemen sending HKBP akan memutus pekerja-pekerja
sending ke distrik sumbangsel dan daerah Sumatera Barat. Kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan ditujukan kepada:

1. Pedagang-pedagang yang berilmu banyak kebanyakan datang dari Pulau Samosir perlu
mendapat pelayanan gerejani. Mereka berdagang secara mobil, mengunjungi kampong-
kampung yang tersebar di daerah itu dengan membawa barang-barang jualannya menaiki
sepeda motor setiap hari.
2. Guru-guru sekolah yang beribu-ribu banyak datang dari Sumatera Utara ditempatkan oleh
pemerintah tahun 1982 ke Provinsi Jambi, perlu juga mendapat pelayanan di gerejani,
kebanyakan mereka berada di tempat yang terisolir.
3. Orang mahasiswa Kristen di Padang dan Lampung yang sulit mencari penumpang yang
aman tidak mendapat pelayanan baik dari gereja setempat sehingga perlu ditunjukkan
cara pelayan bagi mereka.
4. Di daerah transmigrasi SUMBANGSEL dan SUMBAR masih banyak yang belum
pernah mendapat pelayanan gerejani.
5. Membantu Mentawai melayani para siswa-siswi Mentawai di Padang yang telah banyak
pergi ke agama lain karena faktor yang beraneka ragam.

1.3.2 pelayan bersama ressort-ressort

1. Dengan dasar persiapan HKBP Muara Bungo, di bulan September - November 1985,
Departemen Zending telah mengutus seorang pelayan ke Muara Bungo untuk melayani
banyak orang di sana secara rohani.

2. Dengan HKBP ressort Jambi Departemen zending telah mengutus pelayan ke Tanjung
Jabung. Pada bulan Oktober - November 1985 sudah banyak orang yang dibaptis di sana
telah berdiri banyak tempat kebaktian orang Kristen. Disana sudah merupakan domba-
domba yang punya gembala.

3. Dengan HKBP ressort Sumatera Barat. Pada bulan November 1985, Departemen sending
mengutus dua orang pelayan ke Sumatera Barat untuk melayani kota kota dan desa yang
ada di sana. Banyak orang batak yang tercecer di daerah itu.

1.3.3. Beberapa kegiatan lainnya dari program tahun 1986

1. Pengembangan atau perluasan daerah sending.

 Pengembangan di Pulau Rupat.

 Di daerah transmigrasi Pasir Pengaraian dan Tanah Datar rengat Riau ada Jemaat
sending HKBP. Kegiatan pelayanan perlu dikembangkan.

 Transmigrasi daerah Bengkulu.

 Transmigrasi di Kuamang Kuning Muara Bungo


 Orang Kristen yang bertebaran di daerah sumbar dan SUMBANGSEL

2. Pembinaan

 Mengadakan kursus atau rapat kerja 1 dan 2 bulan kepada seluruh pekerja sending

 Pembinaan kepada warga gereja di daerah-daerah sending yaitu pada calon-calon


parhalado guru sekolah minggu dan keterampilan yang lain

 Mengadakan latihan pelayanan kepada guru-guru SD di daerah Jambi

 Mengadakan pembinaan kepada pedagang di Sumbar dan Sumbangsel

 Pelayanan dan latihan kepemimpinan Kristen kepada mahasiswa di Padang dan Bandar
Lampung

3. Mengadakan Jemaat penting agar Mandiri.

 Janji merawat dan salon di Pulau Samosir atau menjadi jemaat pilihan HKBP Resort
Pangururan Pulau Samosir

 Perhatian agar menjadi Resort yang mandiri dan Departemen sending tetap bersedia
membantu dalam tahap permulaan dalam hal gaji pendeta.

 Kristen Jawa di sekitar Medan diserahkan ke ressort - ressort HKBP yang ada di Medan
agar semakin berkembang

 Pengadaan penerangan penerangan ke jemaat-jemaat pada tahun 1986, berusaha


menambah koplak atau surat kiriman mengunjungi jemaat-jemaat membuat tulisan
tulisan ke majalah majalah Kristen, dan mengadakan penginjilan melalui brosur atau
bacaan Kristen yang ada di Kolportase sending sebagai suatu usaha berkomunikasi untuk
melayani dan pengumpul dana yang dibutuhkan untuk kegiatan sending.

2. Bidang Diakonia sosial


2.1. Periode 1861 – 1936

2.1.1. Bentuk Kegiatan Diakonia yang Pertama

Sesuai dengan situasi sebelum kedatangan Injil ke tanah Batak, pengetahuan dan
kehidupan penduduk belum maju. Misalnya mereka belum mengenal kesehatan dan belum tahu
menjaganya serta memakai obat-obat selain dari dukun. Di tanah Batak sering terjadi
perselisihan pertengkaran bahkan perbudakan. Tetapi syukurlah Injil datang sehingga orang
Batak terpanggil dari kegelapan dan kebodohan. Pada tahun pertama penginjilan para misionar
melihat kekurangan-kekurangan yang terdapat di tengah-tengah orang Batak.

Pada tahun 1986 waktu perbudakan masih terjadi I.L.Nomensen menebus budak-budak.
Dengan cara itulah dia membimbing manusia agar kekasih persaudaraan nyata di tengah-tengah
bangsa batak. Mulailah perbudakan dihapus dari tengah-tengah bangsa batak.

2.1.2. Permulaan Pemusatan Kegiatan Diakonia

Pada tahun 1875 di Silndung berjangkit penyakit cacar dan kolera. Dukun berkata orang
sakit harus dimandikan 23 kali dalam sehari, agar penyakitnya sembuh. Tetapi I.L Nomensen
yang bekerja di sana melarang cara itu dengan maksud agar orang sakit itu jangan meninggal.
Ternyata mereka yang menuruti nasehat nya hampir tidak ada yang meninggal, sedangkan
mereka yang menuruti nasehat dukun banyak yang meninggal. Setelah kejadian itu yang jelas ya
makin tersebar dan berdirilah jemaat-jemaat.

Pada tahun 1888 pemberita Injil mengadakan pelayanan khusus kepada orang yang
menderita penyakit kudis dan kulit di situmbah Sipirok. Mereka dirawat oleh misioner hanstein.
Kemudian hari didirikan tempat orang-orang yang berpenyakit kulit di desa Talatak Tambunan,
yang disponsori pendeta yang bekerja di laguBoti. Pada tahun 1900 Pdt.Stainsiek mendirikan
tempat orang berpenyakit kulit di huta Salem.

2.2. Periode 1936 – 1945


2.2.1. Situasi Sampai Kedatangan Jepang.

Pada tahun 1940 pada waktu HKBP Mandiri, HKBP juga semakin menyadari tanggung
jawabnya untuk melayani dirinya, juga dalam hal Diakonia walaupun HKBP masih dalam taraf
miskin. Akan tetapi dengan kedatangan Jepang pada tahun 1942 datanglah kembali beban kepada
bangsa kita yang berpengaruh juga di tengah-tengah jam dan kegiatan diakonia. Masyarakat
tertindas dalam jasmani dan rohani. Masyarakat semakin miskin karena ketakutan mereka.
Mereka mengambil alih rumah sakit, sekolah dan perkampungan yang dibuka HKBP menjadi
milik mereka.

2.2.2. Situasi Saling Mengasihi dan Saling Membantu.

Walaupun sempat tidak dijalankan oleh HKBP tidak di lupakan gereja dan anggota
Jemaat. HKBP tetap merindukan agar kegiatan diakonia kembali ke HKBP yang selalu
dibicarakan dalam sinode Agung sampai 1952. Situasi Itu HKBP melalui sinode Agung
memohon agar semua Jemaat memberi perhatian untuk mendidik anak-anak. Para pekerja Jemaat
dengan rajin mengajar anak-anak sampai mereka harus turun ke kampung-kampung. HKBP
bekerja bukan hanya dalam kata melainkan turut dalam perbuatan.

2.3. Periode 1945 – 1965.

2.3.1. Sukacita dalam Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945


bangsa kita bersuka cita. Dengan proklamasi itu HKBP mengharap dia dapat berjalan dengan
baik juga dalam hal diakonia. HKBP selalu berusaha meminta kepada pemerintah agar semua
milik HKBP yang diambil alih oleh Jepang dapat kembali ke HKBP, Kenapa setelah Jepang
pulang dari negara kita milik HKBP yang diambilnya telah diserahkan kepada pemerintah
Indonesia. Walaupun miliki tidak dengan segera dikembalikan ke HKBP namun kegiatan
diakonia selalu berjalan. Pada sinode Agung 1948 – 1950, pembicaraan menonjol agar pelayanan
kepada orang kusta semakin baik karena pada waktu itu belum ditemukan obat pencegah
menularnya penyakit kusta. Karena itu pada Tahun 1948 diadakanlah satu dana hutasalem karena
pada tahun itu telah ada 208 yang berpenyakit kulit dan 24 buta.

2.3.2 Berdirinya Seksi Diakonia HKBP


Pada tahun 1952 baru ditetapkan adanya seksi diakonia HKBP. Tujuan seksi diakuinya
ialah untuk meningkatkan pelayanan Jemaat dan mengembangkan kegiatan diakonia HKBP.
Karena perang kemerdekaan banyak yang terlantar, miskin, menjanda, yatim piatu dan yang
ditimpa bencana alam. Yang dipimpin oleh L. Siahaan pada waktu itu. Kemudian seksi di dunia
ini bernama Departemen diakonia Sosial HKBP. Dan dari tahun 1953 telah diadakan Kollekte
sekali dalam sebulan untuk bantuan kegiatan diakonia. Pada tahun 1954 telah ditentukan aturan
rumah tangga seksi diakonia.

2.4. Periode 1965 – sekarang

Sampai sekarang tidak ada lagi yang bahkan untuk mengembangkan kegiatan diakonia.
Kegiatan diakonia sebelum 1971 masih mencakup bidang kesehatan. Tetapi sejak tahun 1971
dipisahkan. Di bawah ini disebut beberapa kegiatan Departemen diakonia sosial.

2.4.1. Panti Karya hephata – Laguboti

Di tempat ini dilayani para tunanetra, lumpuh, dungu, tunagrahita, eklom dan orang
jompo. Mereka dibina dalam kerohanian dengan mengadakan kebaktian pagi dan malam yang
dibawakan oleh pimpinan kebaktian dan ibu asrama bekerjasama dengan diakones dan pendeta
HKBP ressort laguboti Habinsaran.

2.4 2 Panti Asuhan Elim – Pematang Siantar

Kegiatan Diakonia di Elim adalah pelayan kepada anak-anak yang butuh pertolongan
misalnya yatim piatu Anak Asuhan Hepata dan sungai Buluh yang lahir di rumah sakit HKBP
Balige atau tak dapat ditebus dan anak dari orang yang tidak mampu.

2.4.3 Patmos

Patmos perkampungan atau Perumahan para pendeta yang sudah pensiun yang dibuka
pada tanggal 15 November 1968 di Rambung Merah, Pematang Siantar seluas 6 hektar.

2.4.4 Gosen – Sungai Loba

Gosen dibangun pada tanggal 30 Agustus 1971, dengan luas 25 hektar. Jumlah penghuni
yang pertama sebanyak 16 orang. Pada mulanya tujuan dari tempat ini ialah menampung anak-
anak Gelandangan dan pengangguran. Tetapi karena tanahnya kurang baik kegiatan dia lagi
berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3. Kegiatan di Bidang Pelayanan Kesehatan

3.1. Latar Belakang Berdirinya Pelayanan Kesehatan

Sebelum tahun 1861 penginjilan sudah berlangsung di tanah Batak. Sejalan dengan
penginjilan sebenarnya kegiatan pelayanan di bidang kesehatan, orang sakit telah dilaksanakan,
yang menanganinya langsung para misionar. Kesehatan di HKBP atau di tanah Batak didirikan
pada tanggal 2 Juli 1900.

Antara tahun 1900 -1940 keadaan kegiatan kesehatan di tengah-tengah HKBP dapat diperinci
sebagai berikut:

 1900 : berdirinya rumah sakit besar di pearaja Tarutung

 1901 : Bertambahnya tenaga dari RMH

 1905: Dibukanya sekolah bagi para wanita orang Batak untuk menjadi perawat dan
bidan.

 1928: Rumah sakit penolong yang di buka di Balige sejak tahun 1917 ditingkatkan
menjadi rumah sakit yang besar.

 1940” Perkembangan di Bidang kegiatan kesehatan semakin jelas di wujudnyatakan.

 2 Rumah sakit besar, 14 Rumah sakit penolong,12 poliklinik.

3.2.Perkembangan Tahun 1970 – 1980 an.

3.2.1.Kegiatan – Kegiatan

Sekarang pelayan HKBP di bidang kesehatan berpusat pada Rumah Sakit HKBP Balige.
Rumah Sakit HKBP Balige sejak perang dunia ke-2 mengalami pembangunan yang luar biasa.
Rumah Sakit HKBP Balige juga dipercaya oleh inpeksi Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
untuk menjadi tenaga paramedis atas berbagai tingkat.
3.2.2 Masalah - Masalah yang Dihadapi

 Berkaitan dengan surat penyerahan dari pemerintah Republik Indonesia tahun 1945, Apa
itu dapat menerima kembali sama rumah sakit besar dan penolak peserta poliklinik
tersebut di atas. Namun yang telah diterima hanya Rumah Sakit sebesar Balige.

 Pembangunan-pembangunan yang sudah sampai ke desa-desa termasuk pembangunan


Puskesmas - Puskesmas mengakibatkan berkurangnya pasien yang harus berobat di
rumah sakit HKBP Balige.

 Rumah Sakit HKBP Balige sudah sejak lama berusaha melakukan suatu pelayanan yang
baik di bidang pengobatan dan perawatan di bidang stasioner dan ambulans atau
pengobatan kuratif.

 Departemen Kesehatan HKBP selalu menghadapi masalah mencari personil yang akan
dikerjakan misalnya di rumah sakit.

3.3 Masa Depan Pelayanan di Bidang Kesehatan

3.3.1 Tekanan - Tekanan khusus dalam kegiatan

 Atas prakarsa Rumah Sakit HKBP Balige semua Jemaat HKBP telah merayakan hari
kesehatan, yang telah pernah diadakan pada hari Minggu 11 Februari 1973. Persembahan
yang dikumpulkan pada perayaan ini diserahkan untuk kegiatan Rumah Sakit HKBP
Balige.

 Keyakinan masyarakat lebih dominan terhadap para dokter ahli untuk mengobati satu –
satu penyakit.

 Dana yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah masalah yang
berat, bila personil kerja yang ditempatkan tidak menimbulkan masalah-masalah.

 Kerohanian di rumah sakit HKBP Balige dapat memegang peran penting untuk memberi
dorongan kepada seluruh pekerjaannya selalu guna memelihara kerjasama yang lebih
banyak

 .
3.3.2 Rencana Kerja Sesudah Tahun 1986 (Notulen Sinode Agung 1984)

 Karena betapa pentingnya tenaga ahli dalam satu – satu Rumah sakit, maka hal ini sangat
penting diperhatikan Departemen Kesehatan HKBP.

 Berkaitan dengan Balai Pengobatan supaya pelayan dilakukan secara tepat dan selalu
ditingkatkan, sekaligus menjadi misi gereja..

 Pentingnya untuk mendirikan rumah sakit di kota yang di tanggung jawab oleh HKBP
sebagai gereja. Dalam kaitan ini sudah saatnya HKBP meminta kembali dari pemerintah
semua Fasilitas Kesehatan milik RMG yang telah dimandatkan kepada HKBP.

 dengan masih banyak anggota Jemaat HKBP yang belum mampu berobat ke rumah sakit
Departemen Kesehatan perlu merencanakan dan menghidupkan anggota jemaat yang
mampu untuk menjadi donatur atas sebagai penyumbang tetap.

 Mengadakan kunjungan ke jemaat-jemaat oleh Departemen Kesehatan,Seperti pengadaan


Puskesmas keliling ke Jemaat - jemaat sebagai satu penyuluhan, merupakan wujud nyata
yang perlu di kesinambungan.

4. Kegiatan di Bidang Pendidikan Umum.

4.1 Latar Belakang Berdirinya Sekolah di Tanah Batak.

4.1.1. Kedatangan Missionar

Para misioner yang datang dari Eropa ke tanah Batak tidak saja melainkan di bidang
kerohanian. Mereka juga memberikan pendidikan sebagai sarana untuk menunjang pemberitaan
Injil. Dr I.L.Nomensen sebagai Perintis pengkristenan di tanah Batak sebelah utara beserta
teman-teman sekerjanya memberikan perhatian yang sangat besar untuk mendirikan sekolah
sebab membina kerohanian aja tidak mungkin membentuk manusia seutuhnya.
4.1.2 Perkembangan Kekristenan di Tanah Batak.

Sesuai dengan perkembangan gereja di tanah Batak, guru-guru Injil sangat kurang
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah Jemaat. Oleh karena itu para misionaris berusaha
membuka sekolah-sekolah di tanah Batak, sehingga para anak pribumi yang sudah di didik dapat
membantu dan nanti menggantikan mereka dalam pemberitaan Injil.

 1861 : Sekolah sekolah dasar untuk membaca dan berhitung.

 1893 : Sekolah dasar yang terkenal dengan nama sekolah sending mendapat bantuan dari
pemerintah Belanda, karena sekolah sendi ngikut meningkatkan pengetahuan masyarakat
membaca, menulis dan berhitung

 1900: Sekolah anak Ni Raja yang memakai bahasa Belanda didirikan di Narumonda.

 1911: Pendidikan yang lebih tinggi dari SD yaitu Holland Islands School (HIS) Di
sigompulon Tarutung dan kemudian terkenal dengan nama sekolah bolanda ada sebab
berbahasa Belanda.

 1927 : Sekolah Mulo Kristen di Tarutung dibuka kira-kira setingkat dengan SLTP

 1930: Berdiri sekolahVervolg untuk lanjutan dari kelas 3 SD sesuai dengan rencana
pemerintah.

 1932 – 1942 : Sekolah-sekolah di kalangan Kristen Batak tumbuh seperti jamur yang
dinamakan schakelschool, seperti di siborong-borong, Balige, sipoholon, Simorangkir,
sarulla dan Pematangsiantar

4.2. Situasi Tahun 1970 - 1980-an

4.2.1. Kegiatan - Kegiatan

1. HKBP mengelola dan mengasuh sekolah-sekolah

2. Membina sekolah-sekolah di bidang teknis dan administrasi

3. Mengadakan hubungan yang permanen di antara sekolah-sekolah


4. Mengadakan hubungan dengan pemerintah untuk meminta petunjuk persamaan
kurikulum

5. Membuka sekolah taman kanak-kanak yang dihasil sekolah pendidikan guru HKBP
tahun 1982.

6. Mengusahakan agar gaji guru-guru negeri yang bekerja di HKBP dibayar oleh p&k
setempat.

7. Mengadakan konsultasi pengarahan dan pertemuan antara Departemen sekolah pimpinan


sekolah pengurusan Yayasan HKBP dan guru-guru.

8. Membentuk badan Serikat tolong menolong guru-guru dan pegawai Departemen


sekolah.

4.2.2 Masalah - Masalah Yang Dihadapi:

1. Bidang keuangan : mencari donatur

2. Dalam bidang BSTM, ada beberapa orang yang tidak memenuhi peraturan.

3. Menyangkut personalia Departemen sekolah HKBP: tenaga guru yang berkurang di


beberapa tempat ada guru yang beralih menjadi pegawai negeri.

4.2.3 Situasi Masa Depan

1. Tekanan khusus dalam kegiatan memperkenalkan sekolah-sekolah HKBP. Dengan


perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat HKBP sebagai
pelopor dalam meningkatkan pendidikan sangat perlu meningkatkan sarana-sarana
pendidikan yang ada dalam HKBP.

2. Tahun 1986–1988 meningkatkan pengenalan sekolah HKBP dari tingkat pengenalan ke


tingkat dicintai di tengah-tengah masyarakat dan pemerintah

3. Dari tahun 1988 - 1990 meningkatkan sekolah-sekolah HKBP dari tingkat dicintai ke
tingkat disenangi digemari.

5. Kegiatan di Bidang Pendidikan Teologi


Dalam sejarahnya HKBP mendirikan pendidikan teologi buat orang-orang kelak bekerja
pelayanan khusus dalam gereja. Artinya, pendidikan teologi yang selalu berorientasi kepada
kebutuhan gereja di bidang pengerja pengerjaannya.

o 1868 : sekolah guru jemaat yang terkenal dulu dengan nama sekolah tinggi yang
menghasilkan guru-guru sending

o 1883 : sekolah pendeta

o 1934: sekolah bibelvrouw buat para wanita

o 1971: pendidikan diakones buat para wanita.

5.1 Sekolah Guru Jemaat ( Sekolah Guru Huria )

5.1.1. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Guru jemaat

Dalam kurun waktu 7 tahun setelah konferensi para misionaris RMG di tanah Batak
( 1861 –1868), semakin dirasakan betapa luasnya pekerjaan pekabaran Injil yang semakin
mendesak. Hal ini akibat semakin terbukanya masyarakat Batak untuk menerima Injil sehingga
membutuhkan banyak tenaga tenaga untuk melayani. Sedangkan jumlah para misionar masih
sedikit dibandingkan dengan luasnya pelayanan.

Pada tahun 1868 didirikanlah seorang guru Injil yang pertama didalam Batak, yang bertempat di
parausorat yang kemudian terkenal dengan nama seminari Parausorat

5.1.2 Perkembangan ya
1. Daerah Tapanuli Selatan semakin didesak oleh Islam yang mengakibatkan usaha
pemikiran di sana mengalami kemunduran.
2. Berbeda dengan keadaan di Dilindungi. Setelah masuknya I.L.Nomensen kesharlindung
maka usaha pencegahan Injil berjalan lancar dan membawa hasil yang sangat baik,
sehingga jumlah orang yang akan dilayani dengan pusat bertambah dan membutuhkan
tenaga pelayanan pribumi.
3. Usaha penginjilan semakin luas hampir seluruh daerah Selindung telah menjadi Kristen,
juga daerah Humbang dan bahaya telah mulai menerima Injil. Karena itu tenaga guru
semakin dibutuhkan
4. Tenaga guru tetap mendesak bagi kebutuhan pelayan di tanah Batak.
5. Seminari pansurnapitu semakin berkembang dan minat orang Batak menjadi guru dan
pengkabbar injil semakin besar, maka jumlah murid semakin bertambah.
6. Wawasan pengkabaran injil meluas hingga ke daerah toba dan Simalungun. Penginjilan di
daerah silindung semakin berjalan dengan pesatnya sehingga tenaga guru semakin
dibutuhkan.
7. Setelah tahun 1918 hingga tahun 1941, sekolah guru Jemaat di pusatkan kembali di
seminari sipoholon. Namun pada tahun 1941 terjadilah perbedaan guru yang bertugas
dengan guru yang bertugas di sekolah akibat dari perbedaan antara BNZ dengan HKBP
yang telah berdiri sejak tahun 1940.
8. HKBP telah Mandiri Pimpin oleh Pendeta pribumi juga merasakan perlunya guru yang
bertugas di jemaat-jemaat.
9. Setelah sekolah guru juga disunat voli YouTube maka untuk memenuhi kebutuhan guru
yang bertugas di Jemaat dibukalah sekolah-sekolah guru Jemaat di setiap distrik HKBP
sesuai dengan kebutuhan Distrik masing-masing.
10. Pada bulan Februari sampai Mei 1962 diadakan kursus penatalayan di seminari
sipoholon.

5.1.3. Tujuan Sekolah Guru Jemaat

1. Berdirinya sekolah guru Jemaat sejak tahun 1868 - 1986 adalah bertujuan sebagai berikut :

 Untuk memperlancar pekabaran Injil di tanah Batak, Maksimal Pak Guru harus dididik
selama 2 tahun.
 Untuk melayani di jaman – jaman dan tugas-tugas pemimpin dan mengajak anggota
Jemaat untuk menambah pengetahuan tentang firman Allah
 Disamping sebagai guru Jumat mereka juga bertugas mengajar di sekolah sekolah
sending bahkan menjadi guru kepala sekolah seni yakni guru sinden dengan tugas
rangkap.

2. Untuk mencapai tujuan tersebut ditentukan kurikulum ;

 Pendidikan di seminari parausorat masuk


 Sekolah mardalan dalan atau sekolah bergerak
 Seminari pansurnapitu
 Seminarium sipoholon
5.1.3 Tujuan Jangka Panjang

o Mempersiapkan para guru jemaat yang terampil dan pengetahuan ilmu teologi sehingga
para guru Jemaat dimampukan untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan di desa dan
dikota.

o Meningkatkan pelayanan buruk untuk mendewasakan Iman setiap lapisan warga Jemaat
melalui pengajaran, kebaktian, khotbah ah ah perkumpulan koor dan administrasi.

o Mempersiapkan satu golongan pelayan gereja yang kedudukan dan fungsinya sama
penting dengan golongan pelayanan lainnya di HKBP.

5.2 Sekolah Tinggi Teologi HKBP (SRY HKBP)

5.2.1 Latar Belakang dan Sejarah Perkembangannya

Pelayan pekabbaran Injil di tanah Batak semakin meluas. Para misionaris RMG yang
dibantu oleh para guru sending membawa dampak positif dalam usaha Pengkristen di tanah
Batak. Berdirinya sekolah pendeta di konsulat itu para pendeta yang bekerja melayani gereja
Batak yang semakin bertambah dengan pesat, termasuk untuk mempersiapkan kemandirian
gereja Batak di kemudian hari.

5.2.2. Setelah gereja Batak mendapat pengakuan sebagai badan hukum tahun 1931 dengan nama
HKBP maka pendidikan pendeta pribumi yang ditingkatkan sehingga tahun 1934 sejak
berdirinya STT Jakarta HKBP mengirim 4 orang calon pendeta nya untuk studi di sana.

5.2.3. Sesuai dengan perkembangan zaman sesudah kemerdekaan HKBP merasakan perlunya
peningkatan mutu para pendeta di bidang pendidikan sehingga pada tahun 1950 didirikan
sekolah teologi menengah di seminari sipoholon.

5.2.4. HKBP semakin terpanggil untuk melayani Jemaat untuk membangun pendidikan di
tengah-tengah bangsa Indonesia yang semakin maju.

5.2.5. Pada tahun 1968 kembali buka pendidikan kemerdekaan sistem lama di seminar sekolah
dimana dari para guru Camat dipilih untuk mengikuti pendidikan kebhinekaan dari tahun 1968
sampai 1971.
5.2.6. Azas dan Tujuan STT HKBP

 Sekolah Tinggi Teologi HKBP percaya bahwa Yesus Kristus adalah sumber hidup dan
kebenaran sebagaimana dinyatakan Allah di dalam alkitab yaitu kitab Perjanjian Lama
dan perjanjian baru yang semuanya adalah Firman Tuhan Yang menjadi pedoman serta
pegangan dalam segenap kehidupan.
 Sekolah Tinggi Teologi HKBP terpanggil untuk menyelenggarakan pendidikan teologi
untuk melayani gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah
masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar 1945.

5.2.7. Tujuan Untuk Masa Depan

 Setiap HKBP tetap berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan teologi bagi para
calon pendeta.

 Meningkatkan mutu pendidikan dengan memberi kesempatan kepada para dosen tugas
belajar di dalam dan di luar negeri.

 Meningkatkan hubungan dengan Perguruan Tinggi Teologi lainnya di dalam dan di luar
negeri.

 Mengadakan pendidikan teologi hingga pascasarjana di bidang theologia.

 Mengadakan kegiatan di bidang pengembangan dan penelitian

5.3. Sekolah Bibelvrouw

5.3.1. Latar Belakang dan Sejarah Perkembangannya

Sekolah bibelvrouw berdiri pada tanggal 1 Agustus 1934 oleh Suster Elfriede Header di
Baru Minta. Kemudian di pindahkan ke Laguboti sejak 21 November 1937. Sejak tahun 1928,
Suster Elfriede Harder setelah mencoba memberikan pendidikan dan pengajaran khusus pada
ibu-ibu di Laguboti agar mereka mengenal kasih Kristus dalam hidup pribadi dan keluarga
mereka. Sejak 1 Agustus 1934, Zustet Elfriede Harder Cilegon narumonda dengan maksud untuk
mendidik ibu-ibu atau Janda dan anak gadis, agar mereka makin memahami lebih baik firman
Allah dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan itu.
Jembatan pertama dari sekolah ini sebanyak 12 orang pada tanggal 15 Agustus 1935.
Mereka menerima tugas tohonan “ parjamita Ina”(Bibelvrow ) dari gereja melalui ephorus pada
tahun 1936 di Jemaat HKBP narumonda. Pada tanggal 10 Mei 1940, akibat perang yang
berkecamuk di antara Jerman melawan Belanda sehingga pemerintah Belanda menangkap semua
pendeta dan suster Jerman yang bekerja di HKBP dan dipenjarakan.

Sekolah bibelvrouw terpaksa ditutup baru pada tahun 1945 dibuka kembali yang
dipimpin oleh Pdt.K.Sirait. semakin lama di sekolah ini semakin bertambah bidang studi yang
dikerjakan misalnya: sistematika homiletika dan keterampilan lainnya.

5.3.2. Rencana Masa Depan

Untuk meningkatkan pendidikan pengetahuan dan keterampilan tamatan sekolah


bibelvrouw dalam membina kerohanian anggota Jemaat, khususnya wanita untuk lebih mampu
menghayati pelayaran Kristiani serta tanggap melihat bahaya-bahaya modernisasi dalam hidup
kaum wanita gereja.

5.4. Pendidikan Diakones HKBP

5.4.1. Sejarah Singkat

Pada tanggal 17 Mei 1971 didirikan sebagai kursus diakones HKBP dan sejak tahun 1976
menjadi pendidikan diakones HKBP yang berkedudukan di Balige. Tahun 1981 diberikan status
sebagai lembaga oleh sinode Agung HKBP, dan mengenai penggolongan kepegawaian serta
penggajian dari lulusan pendidikan diakronik diatur oleh pucuk pimpinan atau majelis pusat
HKBP.

5.4.2. Statistik Yang Masuk dan yang Tamat

Sejarah pendidikan Diakrones menjadi satu lembaga di HKBP tahun 1981, maka peminat
yang masuk ke pendidikan ini semakin bertambah. Tamatan pendidikan diakones yang telah
ditampilkan oleh pucuk pimpinan HKBP, yaitu di HKBP Balige pada tanggal 24 Agustus 1983
sebanyak 24 orang
5.4.3. Lapangan dan tempat kegiatan

 Lapangan
 Tempat kegiatan yaitu berdasarkan penempatan atau hasil lamaran sendiri : HKBP,
GKPS, OLO, atau di luar penyelenggaraan gereja

5.4.4 Tujuan

Mendidik garis-garis Kristen selama 2 tahun ajaran untuk pekerjaan diakones yaitu
pemerintah di bidang sosial (anak boru parhalado sosial ni huria). Pekerjaan diakones ialah
untuk melayani sesama manusia membimbing dan membantu untuk hidup sesuai dengan
martabatnya sebagai ciptaan Tuhan

6.Bidang Keuangan

HKBP sebagai organisasi gereja yang berkembang dengan pesat di bumi Persada tanah
air Indonesia, tentu didukung oleh dana yang dibutuhkan sebagai sarana untuk melakukan
perkembangannya dari masa ke masa.

6.1. Latar Belakang perkembangan Kebutuhan HKBP 1861 – 1986

6.1.1. Periode 1861 – 1940

Pada masa itu HKBP berada di bawah asuhan RMH Barmen. Para misioner yang diutus
bertambah dari tahun ke tahun. Tentu Mereka sudah pasti membutuhkan biaya yang sangat
banyak demi terlaksananya tugas pekabaran Injil di tanah Batak.

 Biaya belanja para misionaris yang mencakup gaji, perawatan, biaya belanja dan juga
administrasi
 Biaya pembangunan serta sitasisending, sekolah, Membeli tanah pertapakan.
 Sejak tahun 1868 para misionaris telah mendirikan sekolah guru di tanah Batak, dimana
diharapkan para siswa yang didirikan menjadi guru yang membantu para misionaris
dijemaat dan di sekolah.
 Juga sejak tahun 1883 sekolah pendeta di tanah Batak telah dibuka yg yang juga
menambah beban dana yang harus dibutuhkan.
 Disamping kedua sekolah tersebut RMG juga mendirikan sekolah-sekolah umum di tanah
Batak yang memperoleh bantuan sejak 1893 di pemerintah.
 Untuk menunjang kelancaran penginjilan dan juga pendidikan maka dibutuhkan dana
untuk mencetak buku buku seperti Alkitab yang berbahasa Batak ke juga buku-buku
bacaan lainnya.
 Guru-guru yang bertugas untuk mendidik dan membantu para misionaris
mengembangkan perkabaran Injil juga akan menerima gaji sehingga membutuhkan
banyak dana.

6.1.2. Periode 1940 – 1950

Pada Tahun 1948 terpaksa mengadakan sinode Agung untuk memilih pimpinan yang baru dari
kalangan pribumi. Yaitu Pdt. K. Sirait. di bawah kepemimpinan yang baru HKBP akan terus
berjalan dibagi tiga sebab impian yang lama tidak serah terima kepada pimpinan yang baru,
sehingga kas HKBP pada waktu itu kosong. Hubungan dengan RMG telah terputus. Itu HKBP
harus membutuhi beberapa hal antara lain :

 Belanja para pendeta HKBP menjadi beban


 Subsidi yang diberikan pemerintah Belanda kepada sekolah-sekolah HKBP sejak tahun
1930-an telah di ditiadakan oleh pemerintah sebab mengalami ekonomi yang ditimbulkan
perang dunia I dan II di Eropa
 Biaya perjalanan pimpinan HKBP dan juga para pendeta menjadi beban HKBP
 Biaya administrasi harus ditanggulangi pendidikan calon pendeta perlu dilanjutkan demi
penambahan pendeta pribumi

6.1.3. Periode 1950 – 1962.

Setelah HKBP berhasil melalui periode 1949-1950 yang penuh dengan banyak tantangan di
bidang keuangan.HKBP selalu berusaha membenahi diri berusaha berkembang di dalam
pelayanannya sebagai gereja. Biaya semakin dibutuhkan juga untuk :

 Belanja sekretaris bendahara Resort, sekretaris Distrik, yang bertugas mengumpulkan


dana sebab mereka ditugaskan oleh pusat HKBP.
 Sesuai dengan perkembangan zaman, berdirikan pendeta perlu ditingkatkan sehingga
didirikan SThM di sipoholon
 Untuk meningkatkan pelayanan khusus bagi Jemaat HKBP maka didirikan seksi-seksi
seperti seksi NHKBP
 HKBP juga terpanggil meningkatkan perannya di bidang pendidikan sehingga didirikan
Universitas HKBP Nommensen pada tanggal 7 Oktober 1954.
 HKBP sebagai satu gereja resmi di Indonesia yang diakui sejak 1931 telah juga turut
serta dalam bidang oikomene di dalam dan di luar negeri.
 Sarana percetakan di rasa semakin penting sehingga alat-alat percetakan yang sudah tua
perlu diganti

6.1.4.Periode 1962 – 1972

Sejalan dengan perkembangan yang telah dicapai HKBP dana yang dibutuhkan juga suatu besar :

 Pegawai di kantor semakin bertambah dan memperlancar tugas tugas pelayanan jemaat di
bawah kepemimpinan pucuk pimpinan HKBP
 Biaya perjalanan semakin bertambah sebab wilayah pelayanan HKBP semakin luas.
 Biaya pembangunan semakin dibutuhkan termaksud untuk perawatan inventaris yang
sudah mulai usang.
 Biaya untuk rapat semakin bertambah sebagai akibat pertambahan peserta.
 Pelayan Seksi Seksi yang ada dalam HKBP juga semakin meluas yang membutuhkan
dana semakin banyak

6.1.5. Periode 1972 – 1986

Kemajuan teknologi semakin terasa di Indonesia sehingga peralatan pergantian, karena


telah dianggap ketinggalan. Sudah barang tentu HKBP juga perlu mempunyai alat-alat yang
baru. Jumlah personil pendeta dan pegawai yang bekerja di dalam kegiatan umum HKBP
semakin bertambah yang sudah pasti memperbesar anggaran pusat HKBP.

6.2. Sumber - Sumber Keuangan HKBP 1861 – 1986.

6.2.1. Bantuan RMG

Sejak tanggal 7 Oktober 1891 yaitu sejak berdirinya HKBP hingga bulan Mei 1940,
HKBP adalah di bawah asuhan RMG barmen. Segala kebutuhan keuangan HKBP dibiayai oleh
RMG Baermen. Tanpa bantuan dari RMG,HKBP tidak mungkin dapat berkembang di bidang
pelayaran nya karena kesulitan dana. Misalnya perbelanjaan para misionaris oleh RMG.

6.2.2 Kolekkte Jemaat

Walaupun sejak berdirinya HKBP telah dibiayai oleh RMG tetapi para misionaris RMG
tidak membiarkan Jemaat HKBP lepas tangan di dalam penanggulangan keuangan gereja.
beberapa tahun setelah partisi harus bekerja para anggota Jemaat alah diajak berpartisipasi untuk
menanggulangi pembiayaan di HKBP. Sejak tahun 1970 pengumpulan kolekkte di HKBP
diadakan dua kali pada kebaktian Minggu. Persembahan pertama menjadi sumber keuangan
gereja ditempat dan persembahan kedua dikirimkan ke kantor pusat HKBP menjadi sumber
keuangan kantor pusat.

6.2.3 Pemberian Warga Jemaat Sebagai Pertanda Ucapan Terima Kasih

Sejarah dari semula para misionaris RMG setelah melatih dan membimbing anggota
Jemaat untuk menyatakan Rasa Terima kasih atas segala berkat yang diterimanya dari Tuhan.
Penyataan Terima kasih ini nampakkan melalui pemberian sumbangan kepada gereja. Misalnya,
jika seseorang sembuh dari penyakitnya maka dia merasa bersyukur kepada Tuhan sebagai
penampakannya Dia memberikan sumbangan sukarela kepada gereja.

6.2.4. Iuran Tahunan / Bulanan

Sejak tahun 1930 an, keadaan ekonomi di Eropa sangat memperhatikan sebagai akibat
dari perang dunia I ( 1914 – 1918). Keadaan Resesi ekonomi pada waktu itu sangat terasa kepada
keuangan HKBP sebab donatur RMG mengalami kesulitan ekonomi, sehingga keuangan RMG
menurun. Untuk mengatasi kekurangan dana bagi HKBP maka tidak tahun 1930-an setiap
anggota Jemaat HKBP diwajibkan untuk membayar iuran tahunan.

6.2.5. Pesta - esta Jemaat

Salah satu pesta yang setiap tahun diadakan oleh Jemaat HKBP ialah pesta
Parolopolopon. Pesta yang memperingati ulang tahun kemandirian HKBP, yang dirayakan pada
setiap minggu pertama bulan Juli. Hasil pesta ini semuanya dikirimkan ke kantor pusat HKBP
untuk digunakan kepada pembiayaan pelayanan umum HKBP, seperti gedung kantor pusat yang
baru dan juga pembangunan gedung-gedung yang baru di sipoholon.

6.2.6. Bantuan dari Pemerintah


HKBP sebagai organisasi gereja bukan hanya bekerja di bidang rohani tapi juga bekerja
di bidang pendidikan dan kesehatan. Menunjang kelancaran pendidikan yang ditangani HKBP
pemerintah memberikan bantuan untuk membangun sekolah, pengadaan guru, alat-alat mobiler
sekolah dan buku-buku. Sejak dari tahun 1893 HKBP telah menerima subsidi dari pemerintah
kolonial Belanda buat pengelolaan sekolah - sekolah dasar dan kemudian juga untuk pendidikan
guru di seminarium sipoholon.

6.2.7. Bantuan dari luar negeri

Pada Tahun 1948, ada 2 orang dari dewan gereja gereja lutheran sedunia datang
berkunjung ke HKBP, yaitu Dr. Scholtz dan Bishop Sandegren. Mereka melihat betapa
pentingnya HKBP memperoleh bantuan dari LWF sehingga pada itu LWF dan kemudian RMG
memberikan bantuan kepada HKBP berupa tenaga dosen di seminari sipoholon dan di
Universitas HKBP Nommensen. Untuk mengurus dan mengelola bantuan yang diterima HKBP
luar negeri, maka sejak tahun 1950-an berdirilah satu badan yang disponsori HKBP, LWF dan
RMG (CORIA). Badan inilah yang menjembatani HKBP dengan kedua badan tersebut di luar
negeri dalam bantuan dana kepada HKBP.

6.3 Sistem Pengelolaan Keuangan HKBP

Hingga saat ini sistem pengelolaan keuangan HKBP telah beberapa kali berubah dan
tujuan untuk meningkatkan kebaikan pengelolaan keuangan di HKBP.

6.3.1. Sistem Sentralisasi ( 1861 – 1940 )

Sistem ini memusatkan segala keuangan dalam satu khas, Kemudian dari tanah
dikeluarkan biaya yang dibutuhkan. Sistem seperti ini berlaku di HKBP sejak tahun 1861 sampai
1940, dimana segala keuangan HKBP dipegang oleh bendahara pusat yang pada waktu itu
disebut algemeen kassier.

6.3.2 Sistem Sentralisasi di Ressort dan Kantor Pusat ( 1940 – 1950)


 Kebutuhan Jemaat, segala keuangan di Jemaat dipusatkan di khas ressort. Dengan
demikian kita lihat bahwa kebutuhan ditiap Ressort HKBP tidak lagi ditanggung oleh
pusat HKBP. Keuangan kantor pusat HKBP hanya digunakan untuk membiayai
pelayanan HKBP.
 Segala dana yang terkumpul dari hasil persembahan, iuran kiamat dan juga sumbangan
ucapan terimakasih 25% harus dikirimkan ke kantor pusat HKBP, sedangkan 25%
dikirimkan ke bandara Resort dan 50% lagi menjadi milik Jemaat, namun harus disimpan
di khas ressort, dan administrasinya juga dipegang oleh Jemaat.
 Keuangan kantor pusat digunakan untuk biaya umum HKBP, dan keuangan Resort
digunakan untuk biaya Resort atau gaji pendeta dan Bibelvrow sedangkan keuangan
jemaat yang disimpan oleh bendahara Resort digunakan pendeta untuk membayar belanja
guru Jemaat dan juga kebutuhan lain di tengah-tengah Jemaat.
 Untuk memikirkan sumber pemasukan keuangan di Jemaat dan resort maka Jemaat
mengangkat kas berumur sesuai dengan aturan HKBP tahun 1930 dan 1940.

6.3.3. Iuran Tahunan ke Kantor Pusat dan Persembahan di Kas Jemaat (1950 – 1961)

Demi mencapai peningkatan sistem keuangan HKBP sejak tahun 1951, HKBP memakai
satu sistem yang berbeda dari tahun sebelumnya. Perubahan ini terjadi karena sistem yang
dipergunakan pada periode 1940 - 1950 mengalami kesulitan pembagian presentasi di resort.
Reset sering dicurigai dalam pembagian keuangan yang harus disetor ke kantor pusat dan yang
tinggal di RS sehingga Sejak tahun 1950 ditetapkan, bawa semua iuran tahunan yang terkumpul,
Jemaat harus mengirimkannya ke kantor pusat HKBP : sedangkan persembahan dan sumbangan
dari Jemaat menjadi milik Jemaat setempat.

6.3.4 Sentralisasi di Pusat dan Ressort ( 1962 – 1970)

Pada sinode Agung 1961, dibentuk kembali sistem keuangan yang baru sebagai berikut :

 Segala keuangan Jemaat disentralisasikan di resort, kemudian bendahara Resort akan


menyimpan segala uang di bank.
 Bendahara Resort mengirimkan segala iuran dan Keuangan Lainnya ke bendahara
umumHKBP.
 Bendahara Ressort menerima anggaran belanja Jemaat dari belanja Ressort setelah
disahkan oleh Distrik Ressort
 Dku bertugas untuk mengawasi segala keuangan HKBP, sedangkan keuangan Ressort
dan Jemaat diperiksa oleh Pareses dan Majelis distrik.
 Untuk meningkatkan administrasi di Jemaat dan resort HKBP dan juga untuk
meningkatkan pemasukan dana untuk HKBP, maka ditempatkan seorang penata
keuangan yang telah lebih dahulu menjalani pendidikan di HKBP.

6.3.5.Persembahan II Sebagai Sumber Keuangan Pusat/ Umum (1970 – 1986)

Sejak Juli 1970 iuran pusat diganti dengan persembahan II yang diadakan pada setiap
kebaktian Minggu. Persembahan II ini akan dikirimkan ke kantor pusat HKBP.

 Jemaat mempunyai khas tersendiri yang dipegang oleh bendahara Jemaat, dan
bendahara Jumat akan menyimpan segala uang di bank atau kantor pusat terdekat.
 Keuangan Ressort ditentukan oleh majelis Resort, kemudian majelis resorts
membagikan anggaran yang ditentukan kepada teman untuk ditanggulangi jemaat
yang tercakup dalam Resort.
 Majelis Distroik serta pareses menjadi badan pemeriksaan keuangan Resort dan
Jemaat.
 Jemaat akan mengirimkan segala dari persembahan II dan juga tari persembahan yang
dikhususkan kepada Departemen HKBP, melalui bendahara Resort kepada bendahara
pusat di Pearaja Tarutung.
 Keuangan umum HKBP langsung dikelola pucuk pimpinan HKBP melalui tim
keuangan pusat. Segala keuangan departemen, lembaga-lembaga dan bagian-bagian
di kantor pusat HKBP dipegang oleh bendahara pusat HKBP dan anggaran belanja
masing-masing bagian tersebut lebih dulu disahkan oleh rapat majelis pusat HKBP.

Anda mungkin juga menyukai