Anda di halaman 1dari 27

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Pelajari Buku Katekisasi Sidi


GPIB 2023
Oleh Pdt. Noviana Handayaningrum T. Tanggela, S.Si-Teol

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

6 Materi Ajar
• Panggilan dan Pengutusan Gereja
• Keesaan Gereja
• Sejarah Gereja
• Sejarah GPIB
• Eklesiologi GPIB
• Sistem Penatalayanan
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

SEJARAH GPIB

• Uraian ringkas Gereja Protestan zaman VOC dan


zaman Hindia Belanda.
• Uraian singkat tentang pemandirian Gereja dari
negara.
• Uraian singkat tentang GPIB.
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GEREJA BATAVIA
Konteks Masyarakat Indonesia
• Peradaban suku-suku di nusantara (agama suku) Kejayaan kerajaan
Hindu – Budha (perdagangan internasional dan penyebaran agama
Islam abad XI-XVII)
• Portugis menguasai Malaka 1511 mendarat di Ternate 1512; 24 Juni 1522
diperingati sebagai masuknya Gereja Katolik Roma di Indonesia
Benteng Portugis jatuh ke tangan Belanda 27 Februari 1605 diadakan
Ibadah P.Syukur = titik tolak peringatan pelembagaan GPI
Pusat VOC dari Ambon pindah berpusat di Batavia 30 Mei 1619

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GEREJA BATAVIA
pengangkatan Gubernur Jendral (Jan
Pieterszoon Coen)  mengangkat sahabatnya
sebagai Pelayan Firman (Adriaan Jacobsz
Hulsebos) pada Desember 1619  Pada tanggal
21 Januari 1621, menahbiskan penatua
Konsistori (Majelis Gereja), dan pada 11
Februari 1621 diangkatlah 2 orang diaken

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GEREJA BATAVIA
Pengganti AJ. Hulsebos  Sebastian Danckaerts :
mengadakan rapat besar Gereja-Gereja Reformasi
Gereja di Hindia Timur (Indonesia) : menetapkan
Tata Gereja, juga perangkat-perangkat lainnya
sebagai pedoman kegiatan Gereja di Indonesia.
Pada masa VOC Gereja di Indonesia disebut De
Gereformeerde Kerken in Oost-Indie, yang
merupakan wilayah pelayanan dari Nederlandsch
Gereformeerde Kerk berperan sebgaai gereja
penghubung.
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Catatan:
• Kegiatan Gereja merawat kerohanian orang-orang Belanda yang
berdagang dan pegawai (pribumi Kristen)
• VOC monopoli perdagangan dan membiarkan Kerajaan Islam
berkuasa di daerahnya masing-masing
• Jadi VOC tidak menjajah Nusantara smapai badan ini dibubarkan
31 Desember 1799 oleh Kerajaan Belanda
• Jemaat-jemaat tidak terurus
• Kekristenan dipengaruhi factor politik, factor psikologis
• VOC bubar tahun 1799, Pemerintah Belanda menguasai Indonesia
sejak 1 Januari 1800

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GPI
 keputusan Raja Willem I di Belanda pada tanggal 4 September 1815,
dibentuklah Gereja Protestan di Hindia Belanda (Indische Kerk) yang
diurus pemerintah melalui Departemen Perdagangan dan Daerah Jajahan
 11 Desember 1835 yang menggabungkan jemaat-jemaat Hervormd,
Remonstran, dan Lutheran di Batavia
 mendirikan Willemskerk (sekarang GPIB Immanuel DKI Jakarta) yang
diresmikan pada 24 Agustus 1839
 dibentuk Majelis Gereja (disebut Kerkbestuur) pada tanggal 25 Oktober
1840 yang bertugas mengatur gereja-gereja di Nusantara yang berada di
dalam Gereja Protestan Hindia Belanda

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GPI
Keberadaan gereja di bawah otoritas negara ini menimbulkan persoalan.
Banyak pihak di Belanda atau pun di Indonesia menilai bahwa Gereja harus
diatur dan dikelola secara mandiri
 pada 19 September-14 Oktober 1916, Rapat Besar Pengurus
Gereja Protestan Hindia Belanda (kemudian disebut GPI) dengan
utusan-utusan wilayah yang mendesak untuk mengkaji
keberadaan gereja agar statusnya menjadi terpisah dengan
negara
 Tahun 1918, Dewan Rakyat mengadakan rapat di Batavia :
keputusan untuk pemisahan antara agama dan negara
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GPI
 Tahun 1921 disampaikanlah nota kepada pemerintah yang
berisikan persoalan rumit mengenai hubungan GPI dengan
pemerintah.
 Tanggal 24 September 1921 dibentuklah Panitia Negara yang
menyiapkan dan melaksanakan pemisahan antara GPI dan
Pemerintah. Usaha ini akhirnya membawa kemandirian GPI
mulai dari kemandirian administrasi sampai pada kemandirian
keuangan. Tahun 1933, rapat besar GPI menerima dan
menetapkan pemisahan GPI dari negara.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GPI

Gerakan nasionalisme juga berpengaruh dalam rapat besar GPI tahun 1933
tersebut, dimana munculnya gejolak di Minahasa dan Maluku menuntut
untuk pemandirian gereja. Peserta rapat pun memutuskan untuk
mempersiapkan Gereja bagian mandiri di Minahasa dan Maluku. Tidak
lama kemudian berdirilah GMIM dan GPM, lalu GMIT sebagai gereja
bagian mandiri dari GPI.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

EKLESIOLOGI GPIB
• Ekklesia adalah istilah gereja (Ek : keluar,
Kaleo : dipanggil)
• Logos adalah ilmu atau pemahaman.
Sejak akhir abad ke-19, gereja-gereja di
Asia bersemangat menampilkan gereja
mereka menurut sosok dan identitas lokal
masing-masing -- kemandirian Teologi
(Teologi payung ilmu), maka eklesiologi
dikaji melalui pemahaman gereja tentang
dirinya sendiri dalam konteks kehadiran
dan pengalamannya di dunia.
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


 GPIB memahami dirinya tidak terlepas dari tradisi gereja yang ditanam sejak
zaman para Rasul.
• Umat Allah (1 Ptr. 2:9,10), Tubuh Kristus (1 Kor. 12:27; Ef. 4:12), Bait Roh
Kudus (1 Kor. 3:16), dan Keluarga Allah (Ef. 2:19)
 GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja dalam konteksnya secara
khusus :
1. Dalam khotbah penahbisan GPIB sebagai gereja mandiri, 31 Oktober 1948
(Kotbah Pdt Supit yang adalah orang Indonesia, terpilih sebagai Wakil Ketua
Majelis Sinode GPIB, dengan Ketua Pdt. De Klerk yang adalah orang Belanda) :
GPIB diibaratkan sebagai bahtera yang diluncurkan ke laut. Kapal itu lengkap
dengan aturan-aturannya. Semua awaknya berdiri pada posisi masing-masing.
Penumpangnya datang dari berbagai suku bangsa. Kapal itu bertolak di lautan
Indonesia bagian Barat, sebentar ada di pelabuhan Makassar, sebentar ada di
pelabuhan Sabang.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


 GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja dalam konteksnya secara
khusus :
2. Tahun 1960, dalam Persidangan Sinode GPIB ke VI di Gadog, Bogor, Pdt. D.R.
Maitimoe memberikan ceramah yang berjudul “Pembangunan Jemaat Misioner”.
Dia menjelaskan bahwa, tanpa ada karya Allah atas dunia, gereja tidak akan ada.
Gereja tidak punya misi, karena hanya Allah yang punya misi. Misi Allah (Missio Dei)
itu adalah mengasihi dan menyelamatkan dunia. Oleh sebab itu, GPIB mesti
mengoreksi keberadaannya tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri
melainkan kepentingan masyarakat dan dunia. Ceramah dari Pdt. D.R. Maitimoe ini
disambut antusias dan diterima oleh Persidangan Sinode untuk dijadikan landasan
dalam pembaharuan kehidupan bergereja GPIB. Dari sini muncul pemahaman diri
GPIB sebagai Gereja Misioner, gereja yang hadir karena dan ada untuk Misi Allah.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


 GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja
dalam konteksnya secara khusus :
3. Tahun 1964, Persidangan Sinode VIII di Bandung,
Majelis Sinode mengangkat Lukas 13: 29
sebagai identitas baru GPIB yaitu Perjamuan.
GPIB berada di dalam arak-arakkan dengan gerakan yang mengundang masuk ke
dalam persekutuan untuk duduk makan bersama sambil mentransformasi diri dan
selanjutnya melakukan gerakan ke luar dalam rangka mentranformasi masyarakat.
GPIB tidak ingin terjebak dengan pilihan antara gereja suku atau gereja wilayah, tetapi
gereja yang mengadakan arak-arakan di dalam dinamika kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa di Indonesia. Perjalanan arak-arakan ini ditandai dengan perjamuan,
yaitu merayakan kehidupan yang menampakkan kasih dan damai sejahtera.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


 GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja
dalam konteksnya secara khusus :
3. Tahun 1964, Persidangan Sinode VIII di Bandung,
Majelis Sinode mengangkat Lukas 13: 29
sebagai identitas baru GPIB yaitu Perjamuan.
• pertama kalinya GPIB mencantumkan dalam Tata Gereja
bahwa dirinya adalah bagian dari Tubuh Kristus :
berbicara tentang karya Kristus dalam rangka Misi Allah (Missio Dei), Gereja sebagai
Tubuh Kristus menghisabkan dirinya pada Misi Kristus (Yoh. 6:38; 17:18-21). Jadi,
pengakuan ini untuk menegaskan kehadiran GPIB selaku gereja misioner yang
melibatkan dirinya dalam pelayanan Yesus Kristus yang menyelamatkan dunia.

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja dalam
konteksnya secara khusus :
Dalam perkembangannya, GPIB turut menghayati pemahaman-
pemahaman berikut :
Secara oikumenis, GPIB memahami diri sebaga Umat Allah, Sakramen
Ilahi, Bait Roh Kudus, Keluarga Allah, dan Kawanan Domba Allah;
bagian dari Gereja Yesus Kristus yang esa, yang terhubung dengan
gereja-gereja lainnya dalam sejarah Kekristenan.
Secara khusus, GPIB mengembangkan pemahaman eklesiologi
Bahtera, Jemaat Misioner, Tubuh Kristus, dan Perjamuan, sebagai
refleksi teologis tentang dirinya Gereja sebagai Sakramen Ilahi, Tubuh
Kristus, Keluarga Allah, Kawanan Domba, dan Bahtera.
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sejarah Singkat Eklesiologi GPIB


GPIB memperkaya pemahaman dirinya sebagai gereja dalam konteksnya
secara khusus :
4. Persidangan Sinode 2021, GPIB menetapkan Perjamuan Mesianik
sebagai eklesiologi yang menjadi identitas Teologi dan landasan sistem
penatalayanan GPIB.
Pertama, kebutuhan GPIB untuk merumuskan eklesiologi yang bersumber
dari sejarahnya.
Kedua, kebutuhan GPIB untuk merumuskan eklesiologi yang kompatibel
(bergerak dalam keserasian) dalam mengembangkan Tridharmanya secara
relevan dan aktual di tengah-tengah konteks. Kondisi yang juga
mendorong hadirnya Eklesiologi ini adalah munculnya Pandemi Covid-19
dan Era Digital yang mengubah secara mendasar dan meluas tatanan
kehidupan manusia dan masyarakat
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

EKLESIOLOGI PERJAMUAN MESIANIK


Tahun 1982, nas ini dijadikan motto oleh GPIB
• Injil Lukas sendiri adalah Injil yang ditulis kepada orang-
orang Kristen yang kental dengan budaya Yunani-Romawi.
Berlawanan dengan sikap keagamaan yang eksklusif
Yahudi, dimana hanya orang Yahudi dulu yang
diselamatkan baru orang-orang non-Yahudi, Lukas
menekankan keselamatan dari Yesus Kristus langsung
berlaku atas seluruh bangsa/kaum di muka bumi /
universal
mereka yang diundang untuk duduk makan dalam Kerajaan
Allah, datang dari Timur dan Barat serta Utara dan Selatan.
Duduk makan bersama atau ‘anaklino’ mengartikan adanya
kebersamaan dan kesetaraan di dalam jamuan tersebut,
Melalui metafora ini Yesus hendak menekankan aspek
keterbukaan terhadap keberagaman dari Kerajaan Allah.
Kerajaan itu bukanlah diperuntukkan semata-mata untuk
bangsa Yahudi, melainkan juga untuk semua bangsa.
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

EKLESIOLOGI PERJAMUAN MESIANIK


Tahun 1982, nas ini dijadikan motto oleh GPIB
Sasaran kedua dari Injil Lukas, keselamatan bagi orang-orang
yang tertindas, mendorong GPIB berkiprah membawa damai
sejahtera dan sukacita di dunia. Dorongan ini adalah dampak
dari misi GPIB yang terhisab ke dalam misi Yesus Kristus,
Kepala Gereja, yang diutus untuk memberitakan Injil
Kerajaan Allah (Luk. 4:43). Yang dimaksud dengan Injil
Kerajaan Allah adalah Yesus Kristus itu sendiri, yang
hadir di tengah-tengah umat manusia dengan pengajaran-
Nya, perbuatan, dan kuasa-Nya yang membebaskan orang
dari penderitaan akibat dosa (Luk. 11:20). Mengacu kepada
Luk. 4:18-19, Yesus Kristus diutus untuk menghadirkan
kebenaran, kasih, keadilan, pengharapan, sukacita, damai
sejahtera, pengampunan, solidaritas, dan persaudaraan bagi
umat manusia

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

EKLESIOLOGI PERJAMUAN
MESIANIK
Perjamuan mesianik sebagai jamuan makan surgawi
menggambarkan kesatuan dan relasionalitas yang
melampaui segala batas etnik, ras, sosial, budaya, gender
atau apapun juga yang dapat membentuk keterpecahan
juga keterpisahan. Dalam makan bersama, setiap orang
merasakan penerimaan dan menjadi bagian dari
sesamanya. Setiap orang yang duduk makan bersama
mengambil bagian membangun relasi dengan siapa pun di
sekitarnya tanpa terkecuali bahkan juga turut dirasakan
oleh semua ciptaan  membawa gereja pada upaya
menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah.
Jamuan makan dalam Kerajaan Allah adalah jamuan
makan dalam kebenaran, kasih, keadilan, pengharapan,
sukacita, damai sejahtera, pengampunan, solidaritas, dan
persaudaraan
Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Sebutkan kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan oleh GPIB yang


mencerminkan eklesiologinya – perjamuan mesianik (Lukas 13:29)?

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

Apa manfaatnya kita mengetahui


sejarah GPIB bagi kelangsungan GPIB
untuk masa kini dan masa depan?

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

SISTEM PENATALAYANAN

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

SISTEM SISTEM GEREJA

KONGREGA- PRESBITERIAL
PAPAL EPISKOPAL
SIONAL SINODAL

MAJELIS SINODE XX GPIB Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB@2017 Materi Bina DIAKEN PENATUA
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
Unsur-unsur Penting dari Presbiterial Sinodal

Dalam gereja mula-mula setelah para rasul


tidak ada, maka para Penatua (presbiter) yang
memegang peranan penting dalam mengelola
kehidupan gereja. Jabatan Diaken telah
terbentuk segera setelah Pentakosta, dan mula-
mula sangat berperan bersama para rasul. Dalam
perjalanan GPIB, pengertian presbiter
mengalami tekanan yang sangat berarti dimana
yang dimaksudkan adalah Diaken, Penatua,
Pendeta

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat

GPIB Pelkat Pelkat


berdiri Pelkat PA PKB PKLU
31 Okt 6 Sept 11 Juli 12 Okt
1948 1959 1981 2010

Pelkat Pelkat Pelkat PT


GP PKP 30 Jan
15 Juli 18 Feb 1983
1950 1965

Sosialisasi dan Pembekalan Pendeta GPIB tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB

Anda mungkin juga menyukai