Anda di halaman 1dari 4

Renungan Mrk.

12:18-27
Dalam agama Yahudi ada yang dinamakan dengan hukum levirat (dari kata
latin: levir, ialah ipar; Ibraninya: yabam) atau "kawin mengganti tikar". Maksud
hukum ini ialah menjamin lanjutan keturunan dan kemantapan harta milik keluarga.
Janda seseorang yang meninggal tanpa mendapat anak laki-laki harus diperistri oleh
iparnya. Anak laki-laki pertama yang lahir dari perkawinan itu dianggap anak dari
orang (saudara) yang sudah meninggal dan ia mendapat bagiannya dari warisan
orang yang sudah meninggal itu. Hukum ini tertuang dalam Kitab Ulangan dan terus
dipertahankan dalam agama Yahudi, meskipun ditentang pula oleh sebahagian orang
Yahudi.
Dalam Yudaisme (Agama Yahudi), selain kelompok Esseni dan Farisi, ada
juga dikenal kelompok Saduki/ Orang Saduki yang sebagian besar anggotanya
berhaluan politik. Para pengikut kelompok ini ditemukan terutama dikalangan
aristokrasi para imam. Orang Saduki mengakui taurat, tetapi di dalam sikapnya yang
konservatif itu, mereka membuang "tradisi para nenek-moyang", mereka buang pula
penjelasan tradisionil dan perkembangan hukum. Mereka mengutamakan sebuah
sikap hidup yang bebas dan berbau duniawi. Mereka tidak mengakui kebangkitan
dan kematian (Mrk 12:18) dan berbeda pendapat dalam banyak persoalan ritual
maupun yuridis (hukum) dengan para Farisi. Di dalam mahkamah agama, kelompok
ini selalu bisa mempertahankan pengaruhnya, tetapi selalu menjadi musuh orang-
orang Farisi. Meskipun demikian kekuasannya sangat mantap, sebab Imam Agung
selalu diambil dari golongan mereka dan mereka lebih mudah menyesuaikan diri
mereka pada bangsa Romawi. Pada permulaannya mereka hampir tidak pernah
mengadakan pertikaian dengan Yesus, namun mereka di kemudian hari bergabung
dengan orang-orang Farisi di dalam rasa kebenciannya terhadap Yesus (secara
khusus kita dapat membacanya dalam Mrk. 12:1-44). Orang Saduki yang bernama
Kayafas akhirnya memutuskan hukuman mati kepada Yesus.
Orang Saduki yang sangat suka bersikap skeptis dan tidak mau percaya ini
memakai hukum levirat untuk memulai perdebatan yang menentang kepercayaan
akan kebangkitan orang mati dan mempertanyakannya kepada Yesus. Yang menjadi
sasaran penyerangan mereka adalah pengajaran Yesus, untuk menghalangi
penyebarannya. Dalam alam pikiran orang Saduki, setelah mati, manusia masuk ke
dalam sheol (Sheol : kata dalam Bahasa Ibrani yang merujuk kepada dunia orang
mati/ kita biasa sebut neraka). Doktrin inilah yang mereka ingin pertahankan di
hadapan Yesus. Mereka menyangkal adanya kebangkitan dan dunia roh, ganjaran
dan hukuman setelah kematian. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Saduki
bermaksud mengacaubalaukan ajaran Yesus. Sementara, kebenaran-kebenaran besar
dan mendasar yang mereka ingkari inilah yang menjadi inti pengajaran Kristus, yang
hendak dikukuhkan dan dibuktikan-Nya dan bahkan diajarkan-Nya jauh melampaui
apa yang pernah didengar orang sebelumnya. Menurut Yesus, keadaan setelah
kebangkitan tidak lagi sama seperti kehidupan sebelum kematian. Sebab keadaan
setelah kebangkitan lebih tertuju kepada persekutuan bersama-sama dengan Allah
dan tidak lagi terikat dengan hal-hal duniawi. Itulah yang dimaksudkan Yesus
dengan ungkapan "Hidup seperti malaikat di surga" (ayat 25). Yesus juga secara
langsung mengambil contoh dari kitab Musa (kitab yang sangat dihargai oleh orang
Saduki) untuk lebih memperjelas pernyataan-Nya: "Allah bukanlah Allah orang mati
melainkan Allah orang hidup". Jawaban Yesus ini menunjukkan bahwa yang
sesungguhnya berarti adalah Allah yang hidup, yang berkuasa atas manusia yang
tetap ada, yang kelak akan dibangkitkan. Dengan berbuat demikian Yesus
menunjukkan bahwa sebenarnya orang-orang Saduki itu tidak mengerti benar isi
kitab yang mereka hargai.
Dari kata-kata Yesus, dapat disimpulkan bahwa orang-orang Saduki ini jatuh
ke dalam tiga kesalahan, dan ini patut menjadi peringatan bagi kita. Pertama,
mereka menilai Yesus hanya dari ukuran doktrinal golongan mereka semata, tanpa
mau melihat karya Allah melalui Yesus. Ini sebabnya Yesus menyatakan bahwa
mereka tidak mengerti "kuasa Allah." Kedua, mereka tidak sungguh-sungguh
mengerti Alkitab. Mereka ternyata tidak merenungkan dan memeriksa ulang
pengajaran mereka berdasarkan firman. Ketiga, mereka tampaknya dengan aktif
berupaya membuktikan "kesesatan" golongan umat lain yang tidak sependapat
dengan pemahaman/doktrin mereka. Salah satu hal paling berbahaya adalah mereka
yang jauh dari kebenaran, tetapi yakin bahwa hanya dirinya yang paling benar.
Bapak/ Ibu yang terkasih, roh akan tetap hidup ketika tubuh mati. Roh akan
mendapat tubuh baru, yaitu tubuh kebangkitan atau tubuh yang kekal. Allah berkuasa
membangkitkan orang ke dalam kehidupan yang berbeda dari sebelumnya. Itulah
mengapa, Gereja Katolik dalam imannya selalu mengulanginya di dalam pengakuan
iman Credo:“Aku percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan yang kekal”.
Dengan mengambil contoh para Bapa Bangsa yakni Abraham, Ishak dan Yakub,
Yesus mau menujukkan bahwa mereka pun masih menunggu kebangkitan badan.
Yesus sang Putera yang bangkit pada hari ketiga setelah kematian-Nya menjadi dasar
kebangkitan setiap pengikut Kristus. Pada saatnya nanti, semua orang akan seperti
malaikat karena memiliki tubuh yang kekal. Memiliki tubuh spiritual seperti malaikat
juga membantu kita menyadari bahwa saudara-saudara seiman yang sudah
meninggal dan memperoleh keselamatan kekal juga sudah seperti malaikat dan
pekerjaan mereka adalah melayani Allah siang dan malam.
Sampai sekarang, banyak orang yang berusaha mengungkapkan misteri di
balik kematian. Namun apa yang Yesus katakan memberi gambaran bahwa kematian
bukanlah akhir hidup, melainkan sebuah permulaan hidup yang baru.
Masalahnya, apakah dalam keseharian, kita diberdayakan oleh kerinduan memasuki
janji kehidupan kekal itu? Amin.

Anda mungkin juga menyukai