Anda di halaman 1dari 17

TEOLOGI KONTEMPORER

“Unitarianisme & Jesus Only”

Oleh

Joko Priyono

NIM. 1815963036

Makalah

Diserahkan Kepada

Dr. Juanda

Sebagai Bagian dari Tugas dalam Matakuliah

Teologi Kontemporer

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA

SURABAYA

8 MARET 2021
Pertanyaan yang perlu dijawab:

1. Mengapa bisa muncul?

a. Latar belakangnya?

Awal mula Unitarianisme sering kali dilacak pada kepercayaan abad keempat yang

disebarluaskan oleh Arius, seorang pendeta dari Aleksandria. Arius mengajarkan bahwa Kristus

adalah makhluk ciptaan yang lebih rendah dari Tuhan. Dia juga menyatakan bahwa Kristus

diciptakan sebelum penciptaan dunia dan bahwa kodratnya ada di antara ilahi dan manusia. 1

Pendapat ini didasari oleh pemikiran Arianus yang membedakan Allah kekal yang esa dari Anak

yang diperanakkan oleh Bapa dan yang oleh karena itu memiliki permulaan. 2 Akibat dari

pengajarannya Arius ditolak oleh gereja. Ia dan para pengikutnya dinyatakan sebagai bidat pada

pertemuan dewan gereja di Nicea pada tahun 325 ketika pandangan bahwa kodrat Kristus

berbeda dari Allah. Sekalipun demikian Arius bersikukuh menyatakan bahwa Allah tidak bisa

berubah, Ia tidak pernah bisa sungguh-sungguh memberikan substansi-Nya kepada yang lain.

Maka Kristus tidak praeksistensi, tetapi dilahirkan sebagai ciptaan; dan sekalipun diberikan gelar

Anak Allah, Ia tidak homoousios (dari satu substansi) dengan Bapa.3 Disinyalir pendapat Arianus

ini merupakan cikal bakal kaum unitarian.4

1 Mark W. Harris, Historical Dictionary of Unitarian Universalism (Lanham, Maryland, and Oxford: The
Scarecrow Press, Inc., 2004), 478-479. Charles Hodge menuliskan pendapat Arius yang mengatakan bahwa Kristus
diciptakan bukan dari substansi Allah, “tetapi ek ouk ontoon (bukan sungguh-sungguh dari) dan dengan demikian
tidaklah homoousios (dari satu substansi) dengan Bapa. Systematic Theology, 3 Vol (New York: Charles Scribner’s
Sons, 1871-73, Grand Rapids: Eerdmans, 1979), 453.

2 Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 82. Walter menambahkan bahwa
Bapa dan Anak adalah dua pribadi yang berbeda, namun tidak setara. Dalam pengertian tertentu Anak bersifat ilahi,
namun keilahian Anak lebih rendah dari keilahian Bapa. Lalu, Roh Kudus hanya dilihat sebagai kuasa atau kekuatan
ilahi, buka n sebagai Pribadi ilahi (V.L. Walter, “Arianism,” in Evangelical Dictionary of Theology, 74-75)

3 Charles Hodge, Systematic Theology, 3 Vol, 453.

4 Martin Davie et al. (eds.) - New Dictionary of Theology_ Historical and Systematic (Downers Grove:

InterVarsity Press, 2016), 933. Meskipun para Unitarian menolak kredo dan memiliki spektrum kepercayaan yang
luas, mereka menekankan keesaan Tuhan dan menyangkal keilahian Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Gerakan unitarian semakin terorganisir sejak peristiwa gejolak reformasi selama

Renaisans hingga pembentukan kongregasi setelah Reformasi. Selama Renaisans, cendekiawan

humanist, Erasmus, telah menunjukkan bahwa doktrin trinitas tidak muncul dalam manuskrip

Perjanjian Baru yang paling tua tetapi merupakan tambahan di kemudian hari. Banyak dari

mereka yang mulai mempertanyakan Tritunggal adalah para reformis Italia yang terpaksa

melarikan diri selama Inkuisisi. Meskipun ada beberapa organisasi liberal di Swiss, tempat-

tempat utama yang berkembang setelah Reformasi berada di Polandia dan Transilvania. Di

Polandia, anti-Trinitarian ini kebanyakan dikenal sebagai Socinians, setelah Faustus Socinus. 5

Berbeda dengan Arians, Socinians terutama percaya bahwa Yesus tidak boleh

disembah karena dia adalah manusia dan bukan Tuhan.6 Mereka juga menolak pandangan Arian

bahwa Yesus itu ilahi dan sudah ada sebelumnya. Yesus adalah manusia dengan misi khusus.

Kata Unitarian pertama kali digunakan di Transylvania, tetapi tidak menjadi istilah yang diterima

secara umum untuk anti-Trinitarians di sana sampai 1638 ketika Diet of Dees menetapkan kredo

baru, di mana para Unitarian diperintahkan untuk menyembah Kristus tetapi tidak sebagai

Tuhan. Banyak tulisan Eropa diimpor ke Inggris, terutama melalui Belanda setelah gerakan

Socinian ditindas di Polandia.7

Kaum liberal yang tersebar di Kepulauan Inggris berkhotbah dan menulis pada tahun-

tahun menjelang pendirian kongregasi Unitarian resmi pertama di London pada tahun 1774 oleh

Theophilus Lindsey, seorang Anglikan yang terpengaruh. Sebagian besar Unitarian Inggris

5 Mark W. Harris, Historical Dictionary of Unitarian Universalism, 479.

6 Socianisme yang berkembang di abad 16 menolak Yesus sebagai Tuhan (Charles C. Ryrie, Teologi Dasar
1, 85).

7 Unitarianism umumnya dipahami sebagai hasil dari Reformasi Protestan di abad ke - 16, namun

sebenarnya benih- benih prinsip Unitarian sudah ada di abad- abad sebelumnya, pada semua ajaran sesat di abad-
abad sebelum Reformasi, yang menentang ajaran Trinitas, dosa asal, penebusan oleh Tuhan Yesus Kristus,
Pengadilan Terakhir.
adalah Socinian yang berpendapat bahwa Yesus adalah manusia dengan misi ilahi tetapi tidak

ilahi sendiri. Beberapa orang Inggris, seperti Joseph Priestley, membawa pandangan Socinian ke

Amerika, tetapi kebanyakan Unitarian Amerika awalnya adalah Arian dan lebih suka disebut

“Kristen liberal”. Menurut Ryrie Garis besar bidat ini dimulai dari pemahaman Arianisme ke

Socianisme ke Unitarianisme.8 Di Amerika arus utama Unitarianisme adalah keturunan langsung

dari Unitarianisme Inggris, di mana pemahaman ini berkembang di Gereja Kongregasi atau

Puritan di Massachusetts, terutama sebagai tanggapan terhadap doktrin Puritan tentang dosa asal

dan predestinasi.

Sedangkan pemahaman Jesus only atau yang biasa disebut oneness pentacostalism,

berkembang dari perpecahan di Sidang Jemaat Allah dan membentuk suatu Gerakan Pentakosta

yang baru, pada Januari 1917 dengan nama General Assembly of the Apostolic Assemblies di

Amerika Serikat. Gerakan Pantekostalisme ini yang awal kemunculannya pada tahun 1901,

mengalami perpecahan doktrinal pada tahun 1911 di Los Angeles dimana Glen Cook dan Frank

Ewart menolak doktrin Tritunggal dan mengajarkan bahwa Yesus adalah pribadi yang sama

dengan Bapa dan Roh Kudus dan bahwa baptisan air hanya sah dilakukan dalam nama Yesus

(itulah sebabnya, gerakan ini dinamai juga “Jesus Only” atau “Oneness”) yang diikuti dengan

pengalaman berbahasa Roh (Glosalalia).9 Pada tanggal 15 April 1914, Frank Ewart dan Glenn

Cook di hadapan umum saling membaptis dalam nama Yesus dan bukan formulasi Trinitas.

Peristiwa ini dianggap sebagai titik awal sejarah munculnya oneness pentacostalism sebagai

Gerakan tersendiri.10

8 Ryrie, Teologi Dasar 1, 85.

9 V. Synan, “Pentecostalism,” in Walter A. Elwell (ed.), Evangelical Dictionary of Theology (Grand Rapids,

Michigan: Baker, 1995), 837-838.


10 Yushak Soesilo, “The Doctrine of Oneness Pentacostalism”, Jurnal Antusias (2012).
Sesungguhnya, Oneness Pentecostal terpengaruh konsep pemikiran Yahudi bahwa

nama Tuhan mengungkapkan sifat alamiahnya yang benar, dan kemudian melanjutkan bahwa

Tuhan itu nama-Nya Yesus. Oneness Pentecostal menganggap bahwa Tuhan menyatakan diri

melalui Nama Nya, dimulai dari Perjanjian Lama, berlandaskan shema (Ul.6:4). Oneness

Pentecostal bersifat Yesus sentris, yang bukan inkarnasi Bapa, tetapi dari kekal sampai kekal

menyatakan diri dalam Yesus dan mengidentifikasikan dalam Nama-Nya yaitu Yesus. Nama

Yesus adalah sentral dan esensial untuk mengenal Allah.

Dengan formulasi semacam ini, Oneness Pentecostalism bisa dianggap sebagai

reformulasi (formulasi ulang) ajaran bidat Monarkhianisme atau Sabelianisme atau Modalisme

yang sudah mulai muncul pada Abad Kedua namun baru mendapatkan bentuknya yang solid

dalam ajaran modalistik dari Sabelius dari Roma pada awal Abad Ketiga. 11

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Unitarianisme dan ajaran Jesus only

merupakan bidat di dalam kekristenan, sebab mereka menolak doktrin Trinitarian yang sudah

dipegang dan diimani oleh para Bapa-bapa Gereja di masa yang lalu dan yang sekarang juga

diimani oleh gereja-gereja modern. Jikalau kaum unitarian menolak Yesus sebagai Allah, namun

berbeda halnya dengan golongan Jesus only percaya bahwa Yesus adalah Allah yang

11 Lihat penjelasan V. Synan, “Pentecostalism,” in Walter A. Elwell (ed.), Evangelical Dictionary of


Theology (Grand Rapids, Michigan: Baker, 1995), 837-838. Sabelius yang lebih terkenal dengan sebutan
Sabelianisme atau Modalisme Monarkisme. Sabelius adalah tokoh yang terkemuka pada tahun 215 . Ajaranya
tentang Trinitas berlawanan dengan ajaran gereja yang resmi. Pandangan -pandangannya tersebar luas di Roma yang
mengakibatkan ia harus pergi meninggalkan Roma dan pergi ke Aleksandria. Namun di sana ia juga menghadapi
perlawanan yang sangat sengit oleh uskup Aleksandria yang bernama Dionisius. Akhirnya dalam siding sinode di
Aleksandria, tahun 260 Sabelius dikutuk (Wellem, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah
Gereja., ed. Rika Uli Napitupulu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), bagia n 125). Pemahaman Sabelius adalah
yang mengajarkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanya merupakan sebutan mengenai peran yang berbeda dari
Pribadi yang sama (Ian A. McFarland, “Modalism,” in Ian A. McFarland, et al (eds.), The Cambridge Dictionary of
Christian Theology (Cambridge: Cambridge University Press, 2011), 318) Selain itu pemahaman Sabelius secara
lazim dipertentangkan dengan Arianisme dengan mengatakan bahwa Arianisme mengajarkan perbedaan pribadi-
pribadi di alam Trinitas tanpa secara memadai menekankan kesatuan esensi, sedangkan Sabelianisme mengajarkan
kesatuan esensi tanpa secara memadai menekankan perbedaan pribadipribadi. (Cornelius Van Til, Pengantar
Theologi Sistematik., ed. William Edgar (Surabaya: Momentum, 2010), 407.
mewujudkan diri dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus (onness). Ajaran ini adalah upaya untuk

menjelaskan rahasia Trinitarian sehingga masuk akal manusia, yang menuntut pemikiran secara

rasional.

b. Tokohnya?

Tokoh- tokohnya contohnya adalah: Michael Servetus (1553), Faustus Socinus (1539-

1604), Franz David (1510-1579), John Biddle (1615-1652). John Biddle dilahirkan tahun 1615,

dikenal sebagai “bapa Unitarianisme” Inggris. Katanya, Biddle dikenal cerdas diantara para

pengikutnya. Ada juga Theophilus Lindsey secara resmi mendirikan kaum Unitarian, di mana ia

adalah seorang Anglikan yang terpengaruh, sedangkan kaum Onness atau Jesus Only dipelopori

oleh Frank Ewart dan Glenn Cook.

c. Waktunya?

Kaum Unitarian secara resmi berdiri pada tahun 1774, sedangkan titik awal Gerakan

Oneness atau Jesus Only pada tanggal 15 April 1914.

d. Tempatnya?

Unitarian secara resmi berdiri di London Inggris, sedangkan Gerakan Oneness atau

Jesus Only berdiri di Amerika Serikat.

2. Bagaimana perkembangannya hingga saat ini?

Berkembangnya Teknologi Informasi (sosmed) dsb, membuat isu atau berita dengan

mudah tersebar ke penjuru dunia. Polemik Trinitas terus menjadi satu fenomena yang tidak ada

habisnya. Kontroversi dogmatis tentang “ketuhanan Yesus” dan pemahaman “Trinitas”, terus
menjadi polemic yang berkepanjangan. Sejak abad ketiga hingga sekarang, konsep ini telah

digodok sedemikian rupa menjadi satu perdebatan dan bahan diskusi yang tidak ada habisnya.

Paham Trinitas yang merupakan ajaran pokok dan mendasar dalam kekristenan, di

mana paham ini terus mengalami pergulatan, sekalipun sebenarnya telah terbukti (final)

Alkitabiah. Nyatanya problem ini terus berlanjut hingga dewasa ini. Dalam sejarah telah terjadi

dialektika yang tidak berujung antara kaum trinitarian (penganut trinitas) dan kaum unitarian

pada pihak lain.

Sekalipun kaum unitarian sudah dikecam dan dianggap sebagai bidat dalam

kekristenan, ajaran dan paham ini terus berkembang dan belum punah sampai saat ini. Golongan

unitarian ini terus berkembang dan banyak melahirkan cendekiawan dan tokoh-tokoh yang

berpengaruh untuk menyebarkan pemikiran unitarian. Pemahaman ini terus berkembang

dikarenakan kaum unitarian sangat mengedepankan aspek rasionalis, sehingga kelompok ini

tidak hanya tersebar luas di dalam kelompok Kristen saja, tetapi juga para kelompok liberal.

Selain itu, paham Trinitas juga ditentang oleh Gerakan Jesus Only. Gerakan ini terus

berkembang ke seluruh dunia, khususnya dalam Gerakan pentakosta kharismatik. Itu sebab

kebanyakan gereja pentakosta memiliki paham oneness atau Jesus only. Sekalipun kaum oneness

tidak menyangkal keilahian Yesus, namun kaum oneness menolak ajaran Trinitas. Menurutnya

Trinitas bukanlah konsep yang Alkitabiah.

3. Apa filosofi yang sedang diperjuangkan?

Kaum unitarian berjuang untuk mempertahankan keesaan Tuhan dengan mengatakan

bahwa Yesus adalah seorang manusia yang diberikan misi khusus dari Allah. Yesus hanyalah

seorang nabi yang di utus oleh Allah. Dengan demikian, kaum unitarian menyangkal bahwa

Yesus adalah Allah, sekaligus menolak paham Trinitas. Menurut Lukas Kristanto, yang mengaku
anggota aliran Unitarian di milis ppiindia, aliran Unitarian adalah aliran yang menjunjungi tinggi

basis keimanan Abrahamik atau ajaran ketuhanan Abraham/Ibrahim. Abrahamik teguh

memegang prinsip keesaan Tuhan. Ajaran yang dibawa Musa, Isa (Yesus) dan Muhammad

berawal dari ajaran Abraham/Ibrahim.12

Sementara oneness pentacostal atau yang lebih dikenal dengan Gerakan Jesus Only

memiliki filosofi hanya ada satu Allah, serta menyangkal Allah Tritunggal. Dengan kata lain, inti

pengajaran atau doktrin Jesus Only adalah menolak pemahaman Allah Tritunggal, yakni

pemahaman bahwa Allah adalah satu hakikat dengan tiga pribadi yang berbeda, yakni: Bapa,

Anak, dan Roh Kudus. Kaum oneness mempercayai Yesus Kristus sebagai satu Allah, yang

kadang-kadang memanifestasikan diri-Nya sebagai Bapa atau Roh Kudus. Mereka juga meyakini

bahwa Yesus adalah Bapa dan Yesus adalah Roh. Ada satu Allah yang menyatakan diri-Nya

dalam berbagai “mode” atau “perwujudan”.

4. Ke mana arah teologinya?

Kepercayaan kaum Unitarian secara khusus menolak doktrin Trinitarian. Pandangan

aliran Unitarian, Allah (Elohim, bahasa Ibrani) tidak mungkin inkonsisten dalam menurunkan

ajaran keimanan kepada umat-Nya di sepanjang sejarah manusia. Kalau Abraham diajarkan

tentang ke-Esaan Tuhan oleh Allah, seluruh keturunan Abraham akan mengikuti sejarah

pengajaran itu secara linier. Ajaran Allah berkembang dinamis dan progresif secara linier,

polanya tetap meskipun berkembang terus. Jadi, konsistensi Tuhan yang jadi pegangan aliran ini.

Pola Allah-nya Abraham tidak mungkin unlinier.

12 Hasil wawancara oleh Satrio Arismunandar yang adalah anggota -pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau

AJI (1994), Sekjen AJI (1995-97), anggota -pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat
Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995),
Majalah D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV
(Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013).
Berdasarkan analisa kaum Unitarian, di dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas)

dan Injil Apokaliptik (Yohanes), tidak ada satupun ayat yang merupakan pernyataan langsung

Yesus (eksplisit) yang menyatakan dirinya Tuhan. Sedangkan katakata implisit selalu

dihubungkan dengan teks Bapa dan Aku menjadi satu (terutama di Injil Yohanes), seolah-olah

ada kesatuan personaliti Allah dan Yesus, sehingga Yesus dianggap Tuhan. Bagi aliran

Unitarian, itu dianggap metafora yang berlebihan. Maka, aliran ini sering dituduh sebagai

pengembang ajaran Arius (Arianisme), yang dinyatakan sesat dalam Konsili Nicea 325 oleh

Kaisar Konstantin, padahal keputusan itu berbau politis.

Yesus dianggap Tuhan baru muncul di abad ke-3, terutama ketika suratsurat Paulus

mulai beredar saat itu. Paulus (ajaran Paulian) dianggap sebagai basis keimanan Kristen saat ini,

yang mempertuhankan Yesus (deification), terutama teori Kenosis (Tuhan mengosongkan

dirinya menjadi manusia), Filipi 2: 5-11. Menurut aliran Unitarian, Allah (Elohim) itu absolut

dan kekal, tidak mungkin masuk ke alam tidak kekal (fana), apalagi menjadi manusia. Allah

tidak antromorphisme (berwujud manusia). Allah itu immaterial, bukan material.

Secara umum kaum unitarian adalah sebagai berikut1) Satu Allah, Keesaan Tuhan; 2)

Kehidupan dan ajaran Yesus Kristus merupakan model contoh untuk hidup sendiri; 3)

Pemikiran, rasional, ilmu pengetahuan dan filsafat hidup berdampingan dengan iman dalam

Tuhan; 3) Manusia memiliki kemampuan untuk melaksanakan kehendak bebas dan bertanggung

jawab konstruktif dan etis dalam ajaran agama; 4) Sifat manusia bisa baik dan jahat, tidak ada

yang bisa mengklaim pada roh Kudus atau kebenaran Teologis. Sekalipun para penulis alkitab

telah diilhami oleh Allah, mereka adalah manusia dan karena itu memiliki kesalahan manusia; 5)

Unitarian menolak Doktrin Dosa waris (Prestinasi), hukuman kekal dan Penebusan dosa;13 6)

13 http://adijullio.blogspot.com/2015/03/unitarianisme.html, diakses tanggal 9 Maret 2021, Pukul. 11:14


WITA.
Unitarian percaya tidak seluruh isi Bible mengalami distorsi-interpolasi. Ada bagian yang

mendekati otentisitas sejarah, terutama yang berkaitan dengan keesaan Tuhan (unity of God),

baik di Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB). Hal ini menunjukkan bahwa kaum

Unitarian bisa percaya dan tidak kepada keotentikan Alkitab; 7) Unitarian berusaha menggali

sejauh mungkin keabsahan sejarah melalui penelitian-penelitian manuskrip kuno, untuk mencari

dengan optimis bahwa apa yang disebut dengan the Lost Christianity akan dapat ditemukan.

Apalagi sejak ditemukannya Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scroll) di gua Qumran tahun 1947,

semakin menambah gairah, ya gulungan yang sekitar 20 abad lamanya menghilang telah

ditemukan; 8) Unitarian punya prinsip bahwa kebenaran yang menghilang dari otentisitas Bible

justru akan muncul dari self-conciousness kaum Unitarian, dengan melakukan intuitive

understanding, juga dari spiritual experience dan refleksi kesadaran ketuhanan.

Unitarian menggunakan theologi enlightenment (pencerahan) yang bersifat

individual. Maka prinsip Unitarian yang berbunyi: “Everyone has the rights to seek truth and

meaning for themselves. The best setting for this is a community that welcomes you who are,

complete with your beliefs, doubts and questions” Terjemahan: “Setiap orang berhak mencari

kebenaran dan makna bagi diri mereka sendiri. Tempat terbaik untuk ini adalah komunitas yang

menyambut Anda yang, lengkap dengan keyakinan, keraguan, dan pertanyaan Anda”. Jelas

mengarahkan kaum Unitarian untuk memperoleh kebenaran yang intuitif, reflektif dan

experience.

Sedangkan kelompok oneness pentacostal memahami doktrin Allah dapat dilihat dari

penjelasan Yushak Soesilo sebagai berikut:

Ajaran Oneness menegaskan bahwa sebutan “Bapa”, “Anak”, dan “Roh Kudus” hanyalah
merupakan sebutan yang merefleksikan manifestasi Allah yang Maha Esa dalam oknum
yang berbeda-beda di jagat ini. Ketika penganut Oneness berbicara mengenai Bapa,
Anak, dan Roh Kudus, mereka melihatnya sebagai perwujudan dari Allah yang Esa:
Bapa, sebutan yang berkaitan dengan relasi sebagai orang tua; Anak Allah, sebagai
inkarnasi Allah dalam daging melalui Yesus Kristus; Roh Kudus, sebutan terhadap
aktivitas Allah dalam Roh. Dengan kata lain, Allah dimanifestasikan sebagai Bapa dalam
penciptaan, Anak dalam penebusan, dan Roh Kudus dalam emanensi. 14

Satu Pribadi yang bermanifestasi menjadi tiga, berbeda dengan tiga pribadi yang berbeda dari

rumusan ortodoksi tritunggal. Karena percaya hanya kepada 1 pribadi Tuhan, yaitu Yesus saja.

Paham Kristologi Oneness ini mempengaruhi bangunan sistematika teologi secara keseluruhan.

Berbeda dengan pentakosta klasik yang hanya menekankan kepada kepenuhan Roh Kudus

dengan tanda awal bahasa lidah yang tidak berbeda dalam konsepsi tritunggal, dan kristologi

ortodoksi. Permasalahan teologi Oneness juga akhirnya terbawa kepada doktrin keselamatan

(soteriologi).

Posisi teologis Oneness adalah keselamatan dalam Yesus Kristus yang bersyarat. Ini

menjadi permasalahan besar karena berlawanan dengan konsep Kasih tanpa syarat

(unconditional love). Syarat untuk diselamatkan menurut Oneness adalah pertobatan, baptisan air

dalam nama Yesus, dan baptisan Roh Kudus dengan tanda awal bahasa lidah.

Syarat pertama pertobatan tidak menjadi permasalahan teologis. Tapi ketika baptisan

dan bahasa lidah menjadi syarat keselamatan, Oneness semakin keluar dari arus utama

kekristenan. Soteriologi Oneness ini lahir karena penekanan kepada Kis 2:38, bukan kepad a Yoh

3:16 seperti ortodoksi. Lukas mencatat di Kis 3:28, “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah

dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk

pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”

Tiga tahap keselamatan yang dipercaya Oneness terlihat di ayat ini. Teks

paradigmatik untuk inisiasi Kristen bukanlah Yohanes 3:16 yang dikenal, tetapi Kisah Para

Rasul 2:38: “Bertobatlah, dan dibaptiskanlah masing-masing dalam nama Yesus Kristus untuk

14 Yushak Soesilo, “Doktrin Oneness Pentacostalism,” Jurnal Antusias (2012).


pengampunan dosa, dan kamu akan menerima karunia Roh Kudus ”(KJV). Teks ini membentuk

dasar dari tiga tahap soteriologi unik yang memadukan teologi konversi, doktrin pantekosta

tentang baptisan Roh, dan ajaran keesaan dari nama Yesus. 15 Dengan memberi syarat kepada

keselamatan, biarpun tetap di dalam Yesus Kristus, Onesess tidak mempercayai keunikan prinsip

kasih karunia, sehingga Oneness terjebak kepada pertobatan sebagai perbuatan baik.

Teologi Oneness yang berpusat kepada teologi nama Yesus (In the Name of Jesus)

melihat Kol 2:9 sebagai ayat utama, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh

kepenuhan ke-Allahan.” Istilah Ke-Allahan menggunakan kata Yunani θεότης (theotēs) yang

diterjemahkan Godhead. Dari alur berpikir ini Oneness mengambil kesimpulan bahwa Yesus

adalah Bapa, Anak, sekaligus Roh Kudus. Aliran berpikir ini berlanjut, bercampur dengan

konsep Yudaisme, Oneness mengembangkan teologi Nama Yesus atau In the Name of Jesus.

Seperti dalam tradisi Yudaisme, nama Tuhan menyatakan sifat dan karakter Ilahi, maka Nama

Yesus mewakili seluruh kepenuhan Ke-Allahan.

Ciri-ciri khusus Yahudi dari doktrin Keesaan Tuhan adalah kepercayaan bahwa nama
tersebut mengungkapkan sifat sejati Tuhan, bahwa Tuhan tanpa diferensiasi internal, dan
bahwa Tuhan “tinggal” di tabernakel, kuil, dan khususnya dalam nama Tuhan yang
diwahyukan. Kristologi Keesaan memperluas konsep Yahudi tentang “tempat tinggal”
ilahi dalam nama ke nama Yesus, dengan demikian menjadikan nama Yesus sebagai
penegasan kristologis sentral dari keilahiannya daripada kemanusiaannya. Ketika
diinterpretasikan dalam kerangka teori dua sifat pada abad -abad berikutnya, Oneness
Pentacotalism mencerminkan kecenderungan Nestorian untuk memisahkan dua natur
dalam Kristus.16

David K. Bernard dalam buku the Oneness of God (1983) mengembangkan Oneness dan

menyerang konsep Tritunggal. Pada dasarnya, Bernard menyimpulkan bahwa penganut

Tritunggal tidak bisa menerangkan hubungan antara tiga peribadi, dan itu adalah triteisme yang

15 Ed van der Maas, The New International Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements, ed.

Stanley M. Burgess dan Eduard M. van der Maas (Grand Rapids: Zondervan, 2002), 943.

16 Ibid., 941.
tersamar.17 Hal ini membuat Bernard memposisikan Tritunggal sebagai heretic, sekaligus

memperlihatkan bahwa perkembangan Oneness sebagai sekte tersendiri sudah dewasa. Bukan

hanya sekedar perbedaan teologis, tetapi perbedaan dengan ortodoksi alur utama sudah menjalar

menjadi kanker dalam sistematika teologi yang dipercaya.

5. Bagaimana perkembangan di Indonesia?

Di Indonesia, ajaran Unitarian ini juga muncul dengan menggunakan nama “Kristen

Tauhid”. Kemunculan aliran ini bermula dari sekelompok perkumpulan kajian Alkitab dari

gereja Advent di Semarang yang berkiprah sejak tahun 2002. Tjahjadi Nugroho, sang pendiri

Unitarian di Indonesia, mendemontrasikan keawamannya dalam bukunya Keluarga Besar Umat

Allah mengatakan bahwa sebelum tahun 313 gereja hanya mengakui Yesus adalah manusia

biasa.18 Ada pula salah satu tokoh yang bernama Frans Donald, di mana ia telah menulis buku

yang memicu perdebatan sengit dengan kaum trinitarian berjudul “Allah dalam Alkitab dan

Alquran”.19 Dalam buku tersebut Frans Donald berupaya menjelaskan tentang kekeliruan ajaran

trinitarian, dan cenderung mengidentifikasi bentuk “Kekristenan yang benar” secara similar

dengan ajaran ketauhidan Islam. Itulah sebabnya secara theologis, aliran Kristen Tauhid ini juga

menimbulkan masalah dan bersinggungan dengan konteks keislaman di Indonesia.

Aliran Kristen Tauhid di Indonesia secara umum tidak menginduk ke dalam institusi

resmi seperti Persekutuan Gereje-gereja di Indonesia (PGI). Keberadaan Kristen Tauhid itu

17 David K. Bernard, Oneness of God (Hazelwood: Word Aflame Press, 1983), 288.

18 Dapat dilihat dalam buku D. Tjahjadi Nugroho, Keluarga Besar Umat Allah (Semarang: Yayasan Sadar,
1999). Kesalahan fatal seperti ini, biasanya juga diulang-ulang oleh sekte Saksi-saksi Yehuwa , dan para polemikus
Muslim yang sering mengutipnya sejauh menguntungkan.
19 Lihat http://fransdonald.blogspot.com/ diakses 10 Maret 2021, pukul. 10.45 WITA. Kristen Tauhid

(kristen unitarian), kristen bukan penganut trinitas, meyakini Yesus sebagai utusan Yahweh (utusan Allah).
Komunitas unitarian di Indonesia bernama Jemaat Allah Global Indonesia. Lihat
https://www.facebook.com/pg/gerejajagi/posts/.
sendiri jelas kurang bisa diterima oleh kalangan Trinitarian karena sejak awal telah memiliki

perbedaan pandangan yang sangat mendasar. Kalangan Kristen Tauhid sendiri mengidentifikasi

bahwa konsep ketuhanan Kristen Tauhid memiliki persamaan dengan konsep tauhid dalam

ajaran Islam. Dengan demikian Kristen Tauhid merasa lebih bisa berdialog dengan dunia Islam

karena kesamaan pandangan ini.

Ajaran Kristen Tauhid yang berkembang di Indonesia secara dominan mengacu pada

aliran Unitarianisme Theistik, yang berpegang pada prinsip bahwa “Yesus merupakan

subordinasi (bawahan) dari Allah dan merupakan suatu keberadaan (ciptaan) yang terbatas”

(Jesus as subordinate to God and a finite being).20 Kata subordinasi yang dimaksudkan

mengarah pada posisi Yesus yang “bukan Ilahi” tetapi kedudukannya di atas yang ”non-ilahi”,

artinya status Yesus lebih dari makhluk ciptaan Ilahi manapun. Ajaran Unitarianisme Theistik

terbagi menjadi dua golongan berkaitan dengan sosok Yesus, yaitu (1) golongan “Yesus Insani”,

yang mempercayai Yesus adalah benar-benar manusia yang diberi status yang lebih tinggi dalam

tabiatnya, Jesus existed as a person before his human life21 dan (2) golongan “Yesus non-Insani

non-Ilahi”, yang mempercayai bahwa Yesus bukan Insani dan bukan Ilahi, tetapi suatu sosok lain

yang merupakan manifestasi keilahian yang impersonal agar bisa bertransfigurasi menjadi

personal melalui sosok Yesus, Jesus did not exist as a person before his human life.22

20 Wiles, Maurice F., Archetypal Heresy: Arianism Through the Centuries (Harvard: University Press,
1996), 133.

21 Ajaran ini cenderung bersifat Arianism minded, yang menganggap Yesus benar-benar manusia
seutuhnya, walaupun mempunyai status “pre-eksistensi” sebagai logos sebelum dilahirkan. Ajaran ini berkembang
melalui Yustinus Martyr (150 SM) dan Uskup Felix dari Urgel (799 M) melalui teori yang adopsianisme, yaitu teori
tentang Yesus yang hanya manusia biasa, yang karena kebaikan, ketaatan dan kebijaksanaannya diangkat statusnya
seperti ilahi.oleh Allah. Lihat Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 4.

22 Berbeda dengan ajaran yang bersifat Arianism minded, ajaran ini justru menganggap Yesus sebelum

muncul kedunia adalah ciptaan Ilahi yang bersosok lain, dalam pra 22eksistensinya, Yesus adalah “logos” (firman)
yang bertransfigurasi menjadi manusia. Dalam pandangan yang lain, dikatakan Yesus bukan sekedar logos, tapi
titisan malaikat Michael yang menjelma menjadi manusia. Lihat Herlianto, Saksi-Saksi Yehuwa (Bandung: Kalam
Hidup, 2004), 122.
Sementara, Offiler adalah Pendeta Bethel Pentecostal Temple yang mengutus

misionari Van Klaveren dan Groesbeek ke Indonesia, yang dari pelayanan misi Groesbeek

lahirlah pelayanan F.G. Van Gessel di Cepu. Dari pelayanan F.G. Van Gessel akhirnya lahir

beberapa denominasi besar seperti: Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Gereja Bethel Injil

Sepenuh (GBIS), dan Gereja Bethel Indonesia (GBI). Bethel Pentecostal Temple diduga kuat

berada pada posisi Oneness, padahal Gereja Bethel Indonesia berakar dari Bethel Pentecostal

Temple.

Meskipun mereka orang-orang penting yang memengaruhi kelahiran dan

perkembangan Pentakosta secara pergerakan dan teologis, tapi pengaruh-pengaruh yang lain

masih belum dimasukkan dalam penelitian yang ada. Argumen yang paling kuat saat ini adalah,

ketiga denominasi besar yang terpengaruhi mereka GPdI, GBIS, dan GBI tidak ada satupun yang

secara formal mengakui pengajaran Oneness dalam pernyataan iman mereka. Di sisi lain, GPSDI

(Gereja Pentakosta Serikat di Indonesia), sebagai sebuah perbandingan, secara terang-terangan

menyatakan diri sebagai Oneness.

Roh Kudus bukanlah pribadi ketiga dari Allah, tetapi adalah Roh Allah (sang Pencipta),
Roh Kristus yang telah bangkit. Roh Kudus datang untuk berdiam di dalam hati dan
tinggal dalam diri setiap orang yang percaya dan mentaati berita Injil, sebagai penolong,
penghibur, penopang, dan penjaga.23

Tokoh sentral GPSDI bukan Offiler, Groesbeek, atau Van Gessel, tetapi George White dari

UPCI (United Pentecostal Church International) yang memang dari aliran Oneness, Pentecostal

Unitarianism yang di tahun 1948 masuk ke Indonesia.

Untuk saat-saat ini dengan bermodalkan akun-akun sosial media seperti Facebook,

Youtube, Instagram, dan Twitter, seseorang bisa memperoleh konstituen yang signifikan.

Gereja Pantekosta Serikat Internasional (United Pentecostal Church International – UPCI)”


23 Doktrin

(Media GSPDI, n.d.), http://gpsdi.blogspot.com/.


Fenomena ini harus dicermati gereja-gereja modern, ranah pelayanan untuk

mempertanggungjawabkan iman (apologetika) saat ini bentuk dan urgensi sudah sangat berubah.

Kecepatan akses informasi saat ini sudah sangat tinggi, dan semua orang bisa mengakses

informasi yang sama tanpa bisa dicegah di Internet. Hal ini membuat perkembangan pemikiran

oneness di Indonesia semakin massif.

Berdmodalkan akun media social seorang pendeta yang begitu viral yaitu Joshua

Tewuh DBS telah menggemparkan kalangan kekristenan di tahun lalu (2020). Secara khusus,

Tewuh menyebutkan perbedaan pandangan tentang “Bapa, Anak, dan Roh Kudus” sebagai Tiga

Pribadi Ke-Allahan (Versi GBI) dan Tiga Manifestasi Ke-Allah-an (Versi Joshua Tewuh).24

Inilah pemicu bangkitnya pertentangan Oneness dan Tritunggal di Indonesia. “Perdebatan” ini

mengalami percepatan eskalasi karena terjadi dalam budaya masyarakat Indonesia yang

mayoritas Islam dan percaya “Tauhid” (keesaan Tuhan), yang secara filosofis memiliki

konstruksi teori yang sama dengan Oneness. Kelompok Kristen Oneness disebutkan sebagai

Kristen Tauhid.

6. Bagaimana melayani mereka?

Ajaran unitarian dan oneness memang tidak bisa dihindarkan lagi dalam

pertumbuhan gereja. Sepanjang berdirinya gereja, hingga saat ini, gereja terus diterpa dengan

banyaknya pengajaran sesat. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi oleh gereja dan seharusnya gereja

terus memperlengkapi diri dengan senjata-senjata Allah dan terus bergantung pada kuasa Roh

Kudus untuk menghadapi tuduhan-tuduhan ajaran sesat bahkan lebih dari itu kita dapat

menolong mereka atau melayani mereka untuk mengerti pengajaran yang sehat dan benar. Jadi

tugas kita adalah memberikan pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman ortodoksi

24 Joshua Tewuh, Surat Pernyataan Pengunduran Diri dari Sinode GBI, 25 Agustus 2020.
Alkitabiah, serta menunjukkan bukti-bukti penyimpangan yang terjadi pada ajaran tersebut.

Tentunya semuanya ini harus disertai dengan doa, sebab yang sanggup mengubahkan hati hanya

Tuhan. Dan Roh Kuduslah yang sanggup membuat seseorang bertobat serta berbalik kepada

Kristus.

Anda mungkin juga menyukai