Anda di halaman 1dari 11

KYAI DAN PESANTREN

Makalah Akhir bagi Pemicu Mencurigai Kyai dan Pesantren untuk Mata Kuliah Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama (MPK Agama)

Kelas V Amarul Rizal Azhar, Anindita Prabaningrum, 0806 Dessy Ariani Putri, 0806467345 0806467313

Makhravitta Ryan Putri, 0806 Marsha Dyas Mayanthi, Meisyara Zaskiya, Muthia Aisha Chandra, 0806467401 0806355613 0806

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2009 ABSTRAKSI


Peran pesantran serta kyainya sangat banyak, tetapi semenjak adanya kasus Syekh Puji dan film layar lebar Perempuan Berkalung Sorban citra kyai dan pesantren menjadi buruk. Itu karena kyai yang dianggap sebagai pemimpin dan orang yang dipercaya, malah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Seperti menikahi anak di bawah umur serta melakukan kekerasan terhadap istri. Dan citra pesantren sebagai tempat menimba ilmu keagamaan pun juga memburuk karena banyak dari pesantren yang telah berubah menjadi lembaga pendidikan formal atau negeri dan mengesampingkan formalitas pesantren yang sesungguhnya. Sehingga ini menyebabkan banyaknya pesantren yang sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat, orangtua dan wali santri. Kata kunci: kyai; pesantren; peran; citra; percaya.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya, kami dapat merampungkan makalah ini. Makalah kami yang berjudul Kyai dan Pesantren adalah makalah untuk pemicu mencurigai kyai dan peran pesantren. Makalah ini merupakan salah satu tugas guna melengkapi Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama (MPK Agama) tahun ajar 2009/2010. Dalam makalah akan dibahas tentang konsep keluarga dan masyarakat, pranata sosial dan keagamaan, kerukunan antar umat beragama serta kaitannya dengan pemicu. Dalam kesempatan ini, kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing MPK Agama kami, yaitu bapak Nurwahidin yang telah membantu kami sejak awal dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan juga kepada teman-teman dan pihak lain yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Dalam menyiapkan makalah ini biasanya tidak terlepas dari kekurangan dan kekhilafan. Karena itu, dalam kesempatan ini, kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Kami juga berharap makalah ini dapat berguna bagi teman-teman lain.

Depok, 20 April 2009

Tim Penyusun Makalah

BAB I PENDAHULUAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan dengan berbagai sumber, antara lain text book, surat kabar, blog, dan internet. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu metode yang memaparkan suatu masalah yang dibahas serta pemecahan yang logis. Sistem penulisan dalam makalah ini terbagi dalam tiga bab, yaitu Bab I berisi pendahuluan, Bab II berisi kaitan antara pokok bahasan dengan topik, dan Bab III atau bab penutup berisi simpulan dan saran.

BAB II ISI

2.1 Konsep Keluarga Keluarga dalam islam merupakan komunitas ideal pertama bagi manusia muslim, untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna. Keluarga ideal adalah seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Istri dimuliakan dan dijaga haknya, serta suami dihormati dan dipatuhi perintahnya. Nabi menyebutnya baiti jannati artinya rumah tanggaku adalah surgaku. 2.2 Konsep Masyarakat serta Kaitannya dengan Kasus 2.2.1 Pengertian/Definisi Masyarakat Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari

beberapa ahli sosiologi dunia. 1. Menurut Selo Sumardjan adalah Orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan masyarakat. 2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. 3. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya. 4. Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut. 2.2.2 Faktor-faktor/Unsur-unsur Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut: 1. Beranggotakan minimal dua orang 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan 3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat. 4. Menjadi system hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. 2.2.3 Ciri/Kriteria Masyarakat yang Baik Menurut Marion Levy, diperlukan empat criteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan atau disebut sebagai masyarakat. 1. Ada system tindakan utama

2. Saling setia pada system tindakan utama 3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota. 4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia 2.2.4 Konsep Masyarakat terhadap Pesantren Kebanyakan orang yang tidak terkait dengan pesantren tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam pesantren. Dengan adanya kasus Syekh Puji dan film Perempuan Berkalung Sorban, banyak yang mempertanyakan bagaimana sebenarnya kehidupan di pesantren berjalan. Sayangnya, walaupun belum terbukti kebenarannya, kasus-kasus tersebut memberikan gambaran tentang kehidupan pesantren sehingga membentuk konsep yang negatif tentang pesantren dalam masyarakat. 2.3 Peran Pondok Pesantren Pesantren merupakan sebuah pendidikan Islam yang mempunyai budaya tersendiri, berperan penting dalam bidang sosial keagamaan. Pesantren membawa misi dakwah karena di dalamnya banyak santri yang datang untuk mendalami ilmu pengetahuan agama yang kemudian mereka akan menyebar ke seluruh pelosok masyarakat untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Pesantren merupakan sebuah lembaga pengembangan generasi muslim yang mempunyai lingkungan dan tata nilai sendiri, berbeda dengan kehidupan masyarakat umum. Pondok pesantren juga mempunyai beberapapa komponen. Salah satu diantaranya adalah Kyai. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren.

2.4 Kaitan Pandangan Masyarakat terhadap Masyarakat Pesantren dalam hal ini berperan aktif dalam transformasi konsepkonsep penting dalam Islam ke tengah-tengah masyarakat waktu itu. Peran Islam dalam merubah pandangan hidup yang statis kepada yang dinamis, rasional dan teratur inilah yang disebut dengan proses islamisasi kebalikan dari akulturalisasi (penyesuaian agam dengan kultur setempat). Namun, sesuai perkembangan zaman, peran pesantren juga mengalami transformasi. Sistem, mutu pendidikan, dan peran serta kontribusi kyai dan pesantren-pesantren telah mengalami kemunduran yang drastis bila dibandingkan dengan pesantren tempo dulu, sekarang, dan yang akan datang. Dulu, keikhlasan kyai dalam mengajar dan membina santri tidak pernah dan tidak akan terbayarkan dengan harapan nilai materi dan duniawi. Keikhlasan, kealiman, istiqomah, rendah diri dan ketelatenan sang kyai adalah modal utama yang dapat menghasilkan santri yang mulia sekaligus sebagai bendera kesuskesan pesantren dalam mencetak ulama dan fuqoha. Tapi sekarang, semua pesantren kelihatannya tidak lagi mampu memberikan banyak harapan masyarakat, orangtua dan wali santri. Hal ini dikarenakan banyak pesantren yang sudah berubah menjadi lembaga pendidikan formal atau negeri dan mengesampingkan formalitas pesantren yang sesungguhnya. 2.5 Pranata Sosial dan Keagamaan 2.5.1 Pranata Sosial Pranata sosial adalah sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bermasyarakat bagi manusia. Pranata sosial memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Menjaga keutuhan dalam masyarakat yang bersangkutan. 2. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat untuk bertingkah laku/bersikap. 3. Memberi pegangan pada masyarakat untuk menandakan sistem pengendalian sosial. Pranata sosial juga memiliki peran, yaitu Berusaha menegakkan dan menjalankan nilai dan norma sosial agar tercipta suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, selaras, dan tertib sesuai dengan peraturan atau ketetapan yang berlaku. 2.5.2 Pranata Agama Pranata agama merupakan sarana bagi manusia untuk berhubungan dengan penciptanya sehingga manusia yang sibuk dengan urusan dunia sehari-hari secara sendiri maupun bersamasama dengan umat lainnya dapat senantiasa mendekatkan diri pada sang pencipta. Pranata agama dapat kita artikan sebagai sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan. Pranata keagamaan berfungsi untuk mengatur hubungan dengan sesama manusia, Tuhan dan alam sekitar dan memberikan pedoman kehidupan bagi pemeluknya. Contoh dari pranata keagamaan adalah pesantren. Pranata agama merupakan pranata yang berfungsi sebagai penentu, di mana agama suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadian. Pranata agama merupakan bentuk general institutions yang mengatur hubungan antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia agama dengan Tuhannya. Dalam kehidupan dalam bermasyarakat, merupakan benteng individu

menghadapi tantangan dunia yang kian kompleks dari waktu ke waktu. Pranata agama memberi batasan tentang segala sesuatu itu boleh atau tidak boleh, halal atau tidak halal, berdosa atau tidak berdosa, sehingga dengan memahami dan menerapkan konsep tersebut diharapkan ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan, yang pada akhirnya dapat berimbas pada kerukunan hidup antarmanusia sebagai anggota masyarakat Pranata agama memiliki beberapa fungsi pokok sebagai berikut. 1. Bantuan terhadap pencarian identitas moral, 2. Memberikan manusia, dan 3. Peningkatan kehidupan sosial dan mempererat kohesi sosial. Pranata agama memiliki fungsi tersendiri bagi individu, yaitu: 1. Memberi pedoman bagi manusia, 2. Memberi identitas diri, 3. Fungsi maknawi, dan 4. Memberi dukungan psikologis dan rasa percaya diri. Selain itu, pranata agama juga memiliki fungsi bagi masyarakat, diantaranya: 1. Mengintegrasikan masyarakat, 2. Menuntun terbentuknya moral sosial yang langsung dianggap dari Tuhan, dan 3. Pendukung adat istiadat. 2.7 Kerukunan antar Umat Beragama Kerukunan antar umat beragama biasa juga disebut dengan ukhuwah islamiyah. Dimana kata Ukhuwah berasal dari kata dasar akhu yang berarti saudara, teman, sahabat, kata ukhuwah sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan, penafsiran untuk menjelaskan keberadaan

persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islamiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini memberi atau menjadi sifat dari ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan secara atau menurut islam. Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuwah Islamiyah adalah gambaran tentang hubungan antara orang-orang Islam sebagai satu ikatan persaudaran, dimana antara yang satu dengan yang lainnya seakan-akan berada dalam satu ikatan. Dalam beberapa nash disebut seperti: tidak beriman seorang kaum sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri Kemudian ada pula hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara sesama Islam dalam menjalin Ukhuwah Islamiyah yang berarti bahwa antara umat Islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan suatu bangunan yang saling menunjang satu sama lainnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai