Anda di halaman 1dari 7

Nama :

Mata Kuliah :

Dosen :

Inner Texture dari Efesus 5:22-33

1. Repetitive

Pengulangan berdasarkan kemunculannya dalam teks

Ayat Kristus Isteri Suami


22 1 1
23 1 1
24 1 1 1
25 1 1 1
27
28 2 1
29 1
30
31 1
32 1
33 2 1
jumlah 5 9 7

Pengulangan berdasarkan perintah (Istri ke Suami dan analogi jemaat ke Kristus)

Kata Kerja/ 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 jlm


Perin
Tunduklah 1 1 2 kali
Menghormati 1 1 kali

Pengulangan berdasarlam perintah (Suami ke Istri dan analogi Kristus ke Jemaat)

Kata Kerja/ 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 32 33 jumlah


Perintah 1
Kasihilah/mengasih 2 2 1 5 kali
i
menyerahkan diri 1 1 kali
menguduskan 1 1 2 kali
menyucikan 1 1 kali
memandikan 1 1 kali
mengasuhnya 1 1 kali
merawatnya 1 1 kali
menyelamatkan 1 1 kali

2. Repetitive-Progressive

Terdapat sebuah pattern atau pola yang terus berulang yaitu perintah dan nasehat dalam teks
Efesus ini. Pola nasehat yang terlihat adalah hubungan antara suami dan istri, perintah atau
nasehat yang ditujukan kepada suami kepada istri adalah untuk saling mengasihi, menyerahkan
diri, menguduskan, menyucikan, memandikan, mengasuhnya, merawatinya, menyelamatkan. Ini
bisa di analogikan seperti hubungan antara Kristus kepada jemaat. Kemudian istri kepada suami
agar menghormati dan tunduk kepada suami, hal ini di analogikan hubungan antara jemaat
kepada Kristus.

3. Argumentative texture

Efesus 5:22-24, Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan
tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri tunduk
kepada suami dalam segala sesuatu.

Efesus 5:28-30, Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

4. Open-Middle-Closing

Menurut Pelita Hati Surbakti, mengatakan bahwa ada dua bagian utama dalam kitab Efesus
yaitu pasal 1-3 dan pasal 4-6. Pasal 1-3 memuat doktrin Kristen, utamanya terkait dengan karya
penebusan Kristus bagi orang-orang yang sebenarnya tidak layak untuk dibenarkan. Dengan
dasar ajaran ini maka dalam pasal 4-6 Paulus mengajak, atau bahkan memerintahkan, jemaat
untuk meresponsnya dengan mempraktikan cara hidup yang berpadanan dengan anugrah yang
telah dilakukan melalui Kristus tersebut.1

Tetapi penulis melihat bahwa adanya bingkai doktrin yang lebih kecil menyangkut teks fokus
Efesus 5:22-33 ini. Menurut Charles H. Talbert2, William Hendriksen3, Peter T. O’ Brien4,
berpendapat bahwa awalan pengajaran Efesus 5:22-33 terdapat pada ayat yang ke 22, membahas
tentang hubungan rumah tangga suami istri berdasarkan kasih Kristus untuk jemaat di Efesus,
kemudian dilanjut dan berkahir pada pasal 6:1-9 yang membahas masih dengan topik pengajaran
yang sama yaitu tentang household atau hubungan rumah tangga antara anak dan orang tua lalu
hamba dengan tuannya. Namun menurut Frank Thielman 5, J. L. Ch. Abineno6, John R. W. Stott7,
Andrew T. Lincoln8. Mengatakan bahwa permulaan awal dari pengajaran tentang hubungan
rumah tangga ini berawal dari pasal 5:21. Dan berakhir pada pasal 6:9. Menurut Abineno9 ayat
21 menyangkut penjelasan perikop seterusnya “dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang
lain di dalam takut akan Kristus”. Ayat 21 Merupakan sebuah pendahuluan sekaligus
merupakan rangkuman dari seluruh pembahasan tentang pengajaran Paulus mengenai hubungan
rumah tangga bagi hidup jemaat. Dan kelompok penulis sependapat dengan Abineno dan para
ahli yang mengatakan bahwa ayat 21 merupakan pengajaran awal tentang kehidupan rumah
tangga.

5. Narational texture

Narational texture berfokus pada sudut pandang narrator yang tampak dari karakter dan
karakterisasi terhadap karakter tersebut, karakter dan karakterisasi adalah pembawa tema dalam
analisis naratif.

2
Charles H. Talbert, “ Comentaries On The New Testament Ephesians and Clossians” (Michigan: Grand Rapids,
2007) hlm. 136-138.
3
William Hendriksen, ”New Testament Comentary Ephesians”(Michigan: Grand Rapids, 1967) hlm. 247-248.
4
Peter T. O Brien, “Tafsiran Pilihan Momentum Surat Efesus” (Surabaya: Momentum, 2013) hlm. 494-495.
5
Frank Thielman, “Baker Exegetical Comentar On The New Testament Ephesians” (Michigan: Grand Rapids, 2010)
hlm. 365-367.
6
J. L. Ch. Abineno, ”Tafsiran Alkitab Surat Efesus” (Jakarta: Pt Bpk Gunung Mulia, 1994) hlm 202-203.
7
John R. W. Stott, “ The Message Of Ephesians” (Leicester: Inter-Varsity Press , 1986) hlm. 215-216.
8
Andrew T. Lincoln, “World Biblical Commentary: Ephesians 42”, (Michigan: Zondervan, 1990) hlm 352-353.
9
J. L. Ch. Abineno, ”Tafsiran Alkitab Surat Efesus” (Jakarta: Pt Bpk Gunung Mulia, 1994) hlm 203.
Narrator di dalam surat Efesus ini menurut John Drane10 dan Peter T O’ Brien11 adalah
sekertaris dari Paulus, atau menurut Dr. C. Groenen 12 mengatakan bahwa penulis Efesus sendiri
adalah seorang Kristen keturunan Yahudi. Dalam kebanyakan surat Paulus kita dapat merasa
dekat dengan sang rasul. Biasanya dia tidak lepas dari kontroversi dan kita tidak memerlukan
daya khayal yang kuat guna membayangkan pembelaan-pembelaan yang sengit, yang
menyebabkan dia menulis Surat Galatia atau 1 dan 2 Korintus umpamanya. Tetapi dalam Surat
Efesus keadaanya lain. Pembahasannya jauh lebih tenang dan teratur, dan kelihatannya
dikembangkan terlepas dari keterlibatan langusung dengan lawan-lawan, atau malahan pembaca-
pembaca khusus.

Sejumlah alasan lain pernah dikemukakan juga, yang dapat menguatkan pendapat bahwa
mungkin Paulus bukan penulis surat tersebut.

 Bahasa. Sejumlah kata yang ditemukan dalam Surat Efesus tidak dipakai dalam tulisan-
tulisan Paulus lainnya. Ini mencakup beberapa ciri penting, seperti acuan terhadap
“surga” (Ef 1:3, 1:20, 2:6, 3:10, 6:12) yang merupakan istilah pokok dalam surat ini
tetapi tidak pernah dipakai dalam tulisan-tulisan Paulus lainnya.
 Gaya bahasa. Surat Efesus disusun dengan cara yang disinktif. Berbeda dari bahasa yang
tidak terencana.
 Surat Kolose. Surat Efesus mirip bentuknya dengan surat Kolose. Lebih dari sepertiga
kata-kata dalam Surat Kolose juga dipakai dalam Surat Efesus. Dan karena Surat Kolose
lebih banyak memiliki sentuhan pribadi Paulus di dalamnya, banyak orang merasa Surat
Kolose merupakan surat asli, lalu disalin dan disesuaikan oleh pengarang Surat Efesus
pada kemudian hari.
 Teologi. Surat Efesus kelihatannya mencerminkan pokok-pokok perhatian yang kita
tahun menjadi ciri kehidupan jemaat pada kemudian hari setelah zaman Paulus, misalnya
pemakaian istilah “jemaat” guna melukiskan suatu gerakan universal, termasuk semua
orang Kristen di segala tempat (umpamanya Ef. 1:22-23). Biasanya Paulus hanya menulis
mengenai kelompok-kelompok Kristen setempat (“jemaat di Korintus” dll.). Kemudian
terdapat kedudukan “para rasul dan para nabi” sebagai “batu penjuru” jemaat (Ef. 2:20)
10
John Drane, “Memahami Perjanjian Baru”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008). Hlm 385.
11
Peter T. O Brien, “Tafsiran Pilihan Momentum Surat Efesus” (Surabaya: Momentum, 2013) hlm. 494-495.

12
C.Groenen OFM, “Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru”, (Yogyakarta:Kanisius, 1984). Hlm. 296.
apakah hal ini bersama dengan daftar pejabat jemaat dalam Efesus 4:11, menandakan
suatu masa di mana susunan jemaat sudah lebih dikembangkan? Juga tidak disebut
Parousia Yesus, serta tema “pembenaran melalui iman”.
6. Sensoric

Dari teks Efesus 5:22-33 yang mengindikasikan adanya unsur sensoric terdapat dalam ayat
yang ke-26, di mana di ayat tersebut ada kata “memandikan” yang berarti menggunakan indra
peraba yaitu tangan, kemudian pada ayat ke 29 terdapat kata “mengasuhnya” dan “merawatinya”
yang dalam kegiatan tersebut eksistensi dari panca indra yang dimiliki manusia bekerja dan
digunakan, seperti tangan dan mata. Kemudian “mengasihi” atau “kasihilah” disebut di ayat ke
25, 28, 33. Dari semua perintah yang tertulis di dalam kitab Efesus seluruh panca indra yang
dimiliki manusia dapat difungsikan dan bekerja.

Intertexture

 Oral-Scribal Intertexture
1. Resitasi

Resitasi adalah perkataan atau narasi atau keduanya, baik dari sumber oral maupun tertulis,
dalam kata-kata yang identik atau tidak identik dari orang (Atau sumber) yang diterima. Dalam
Efesus terdapat persamaan ayat yang diduga oleh penulis merujuk kepada pengutipan ulang dari
kitab lain.

Efesus dan Kolose

Efesus (5:22) Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti


kepada Tuhan.
Kolose (3:18) Hai Istri-istri, tunduklah kepada suamimu,
sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
Efesus (5:25) Hai suami kasihilah istrimu sebagaimana
Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diriNya baginya.
Kolose (3:19) Hai suami-suami kasihilah istrimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Efesus dan Kejadian

Efesus (5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan


ayahnya dan ibunya dan Bersatu dengan
istirinya, sehingganya keduanya itu menjadi
satu daging
Kejadian( 2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
Bersatu dengan istirnya , sehingga keduanya
menjadi satu daging

Untuk Efesus dan Kolose, kedua surat ini ditulis pada masa Paulus sedang di penjara atau
menjadi tahanan rumah. Lalu diketahui bahwa surat Efesus memiliki hubungan yang dekat
dengan kitab Kolose .Menurut C. Groenen OFM13, Samuel Benyamin14 dan Donald Guthrie15,
mengatakan bahwa kitab Kolose (65/70 M) ditulis lebih dulu dibanding kitab Efesus (80/90 M) ,
menurut C. Leslie Mitton16 dan John Drane17 memberi alasan yaitu gaya kepenulisan Efesus
banyak menyalin dari surat Kolose, lebih dari sepertiga kata-kata dalam surat Kolose muncul
kembali dalam Efesus. Dan telah dikatakan di dalam bagian narrational texture, bahwa penulis
Efesus sendiri bukanlah Paulus melainkan bisa jadi sekertarisnya atau orang lain yang mengatas
namakan Paulus. Lalu surat 1 Petrus, menurut penulis, kitab Efesus tidak mengutip ulang apa
yang tertulis di dalam surat 1 Petrus, karena surat 1 Petrus ditulis sesudah kitab Efesus yang
ditulis yaitu sekitar tahun 81-9618 M. Kemudian kitab Kejadian, kelima kitab Panthetukh
ditemukan ada 5 teori sumber (Yahwist, Elohist, Deuteronomis, Priester) yang menjadi penulis
kitab tersebut, yang di mana kitab Kejadian termasuk di dalamnya. Menurut Barnabas Ludji19
Kejadian 2:24 merupakan cerita penciptaan yang kedua yang berasal dari sumber Yahwist (Y)

13
Ibid,
14
Samuel Benyamin Hakh, “Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok teologisnya”, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2010). Hlm 212.
15
Donald Guthrie, terj. Hendry Ongkowidjojo, “Pengantar Perjanjian Baru”, (Surabaya: Momentum, 2010).
Hlm163
16
C. Leslie Mitton,
17
John Drane, “Memahami Perjanjian Baru”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008). Hlm 385.

18
Ulrich Beyer, “Tafsiran Alkitab, Surat 1 & 2 Petrus dan Surat Yudas”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979).hlm 25.
19
yang berasal dari Yehuda, dan ditulis pada zaman Daud dan Salomo antara pertengahan abad ke-
10 dan pertengahan abad ke-9 SM.20

2. Rekontekstualisasi

Tujuan penulisan surat Efesus adalah,

3. Rekonfigurasi
 Cultural Intertexture
1. Reference

2. Echo
 Social Intertexture
 Historical Intertexture

20
Otto Kaiser. “Introduction of the Old Testament”. (Oxford: Basil Blackwell, 1973). Hlm 79.

Anda mungkin juga menyukai