Anda di halaman 1dari 15

Nama : Nehemia Candra Sarwono, Yuliana, Aldy Jourgi, Arniati

Mata Kuliah : Teologi Biblis Perjanjian Lama

Dosen : Dr. Gustaf R. Y. Rame

MAKNA IBADAH MENURUT MAZMUR 50 DAN RELEVANSINYA BAGI IBADAH


MASA KINI

A. PENDAHULUAN

Di zaman yang semakin pesat ini, masyarakat dituntut untuk dapat mengikuti arus
perkembangan teknologi, Mulai dari penggunaan social media, aplikasi berita online, aplikasi
belanja online dan lain sebagainya. Kita harus menyadari bawasannya arus globalisasi itu
bersifat dinamis dan berubah-ubah mengikuti pola pikir serta inovasi yang dibuat oleh
manusia, dan perlu disadari gereja dan orang Kristen juga ikut terdampak oleh arus
perkembangan tersebut. Masyarakat Indonesia Kristen juga merupakan bagian dari
masyarakat multikultural yang ikut merasakan dampak dari cepatnya arus perkembangan
zaman.

Ibadah merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh umat Kristen, dan
kegiatan beribadah yang biasa dilakukan di gereja kini juga terkena dampak dari derasnya
arus globalisasi tersebut. Salah satu tren baru di Korea Selatan yaitu Gereja Café, di mana
gereja memfasilitasi beribadah bagi jemaat sambari mengobrol, minum kopi sembari
mendengar Firman Tuhan dan mengikuti kebaktian 1. Atau yang sedang gencar dilakukan
serentak oleh gereja-gereja di seluruh dunia khususnya di Indonesia, yaitu Ibadah Online
pasca pandemic virus Covid-19. Orang-orang Kristen diharuskan beribadah dari rumah
masing-masing via daring, dan kerap membuat jemaat Kristen mempertanyakan keabsahan
ibadah online tersebut, dikarenakan kebiasaan jemaat yang biasa beribadah di gereja bertatap
muka duduk Bersama dengan jemaat lain, dan kini harus dilakukan via daring. Meskipun
jemaat juga terpaksa untuk melangsungkan ibadah online demi keberlangsungan kehidupan
spiritualitas yang baik, penting untuk jemaat memaknai ibadah online tersebut dengan baik.

1
Diakses pada
https://www.jawaban.com/read/article/id/2019/07/11/90/190711103140/ibadah_sambil_ngopibegini_tren_g
ereja_kafe_di_korea_selatan
maka dalam makalah ini bermaksud membahas mengenai makna ibadah yang sejati yang
tertulis dalam Mazmur 50 dan relevansinya di zaman sekarang.

 Kitab Mazmur

Dalam Septuaginta yakni Kitab Suci berbahasa Yunani 2 disebut Psalmoi, artinya: nyanyian-
nyanyuan yang biasanya diirngi dengan musik, khususnya kecapi. Kata Psalmos adalah
terjemahan dari kata mizmor yang dipakai sebagai judul dalam 57 mazmur. Kata Indonesia
mazmur berasal dari Bahasa Arab. Artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang
dipakai oleh Septuaginta ini jemudian diambil-alih oleh Perjanjian Baru (Luk 20:42; 24; Kis
1:20; 13:33 dsb) dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen.

Kitab Mamur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya adalah panjang
dan rumit, Hampir tidak mungkin menerangkan seluruh proses terbentuknya secara pasti,
namun suatu garis besar dapat diberikan di sini.3 Hal yang pertama tampak ialah bahwa kitab
ini terbagi atas lima jilid atau buku. Pembagiannya adalah sebagai berikut4

Jilid I : Mazmur 1-41;

Jilid II : Mazmur 42-72;

Jilid III: Mazmur 73-89;

Jilid IV: Mazmur 90-106;

Jilid V : Mazmur 107-150.

Kita dapat membedakan atau mengelompokan jenis-jenis Mazmur itu dalam empat rumpun
dan tiga dari padanya masing-masing terdiri atas beberapa jenis yaitu5

1. Pujian: terdiri atas 3 jenis, yakni:


Madah, madah “TUHAN Raja”, Nyanyian-nyanyian Sion.
2. Doa: terdiri atas 3 jenis:
Permohonan, kepercayaan, ucapan syukur.
3. Mazmur-Mazmur Raja

2
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 21.
3
Ibid. 23
4
A. A. Anderson, “The New Century Bible Commentary Paslm (1-72)” (Michigan: Grand Rapids, 1992) Hlm, 31
5
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 51.
4. Pengajaran: terdiri atas 4 Jenis
Kebijaksanaan, mazmur sejarah, mazmur kenabian, liturgi.

Dan Mazmur 50 ini merupakan Mazmur kenabian yang disertakan unsur lirtugi di
dalamnya, karena gaya dan isinya menyerupai firman yang memberikan hukuman atas Israel
yang disampaikan oleh para nabi yang disampaikan melalui semacam liturgi ibadah.
Mazmur-mazmur kenabian biasanya mengandung kata-kata kecaman terhadap para penidas ,
atas ibadah yang keliru, kesalehan yang palsu dan kedegilan hati Israel untuk mendengarkan
suara Tuhan. Menyusul kecaman itu terdapat ancaman hukuman atau suatu seruan dan
panggilan untuk mengubah sikap dan Kembali kepada Tuhan.6

 Penulis Kitab Mazmur 50

Khusus Mzm. 50:1-23 ditulis oleh bani Asaf, seorang Lewi yang berkarunia musik dan
nubuat. Asaf bin Berekhya bin Simea adalah seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari
bani Gerson pada zaman raja Daud (1Taw. 6:39). Ia menulis 12 mazmur dalam kitab
Mazmur, yaitu Mazmur 50, 73-83. “Bersama-sama dengan Heman, cucu Samuel, dan Etan
merupakan penyanyi utama di Bait Allah. Menurut Sihotang, Asaf adalah penyanyi yang
setia pada zaman Daud. Ia juga seorang hamba Tuhan yang dikaruniai bernubuat (1Taw.
25:1).”7 Asaf adalah pemimpin suku Lewi yang melayani di hadapan tabut Tuhan,
mengajukan permohonan doa, mengucap syukur dan memuji Tuhan. Seperti dikemukakan
Wongso, pada waktu kaum Israel kembali ke negara mereka dari Babilonia, terdapat 148
orang keturunan Asaf dalam barisan tersebut. Pada waktu itu dasar Bait Suci Allah diletakkan
di zaman Zerubabel bani Asaf dengan membawa ceracap memuji-muji Allah (Ezr.3:10),
mereka mengarang 12 buah syair, Mzm. 50, 73-83.8

 Tahun Penulisan Mazmur 50

Tahun penulisan kitab ini ditulis pada masa setelah pembuangan atau waktu di mana
kerajaan Babil ditaklukan oleh kerajaan Persia9, sekitar tahun 538 SM dan ditulis pada
kepulangan bangsa Israel yang kedua yaitu sekitar abad 5 S.M (Yang perlu diketahui terdapat
dua kali peristiwa kepulangan rakyat Israel dari pembuangan yaitu abad 6 S. M dan abad 5 S.
M).10 Meskipun ada yang mengatakan bahwa kitab ini ditulis pada masa raja Yosia dan raja
6
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
7
S. H. Sihotang . “Kasus-kasus dalam perjanjian lama”. (Bandung: Kalam Hidup, 2006).
8
P Wongso, . “Tafsiran Kitab Mazmur”. (Malang: SAAT, 1984)
9
A. A. Anderson, “The New Century Bible Commentary Paslm (1-72)” (Michigan: Grand Rapids, 1992) Hlm, 381
10
S. Wismoady Wahono, “Di Sini Kutemukan” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hlm 248
Hizkia bertahta namun keterangan tersebut bias11. Kitab Suci tidak pernah menyebut adanya
pesta pembaruan perjanjian.12bahkan ketika menceritakan pembaruan keagamaan yang
dilancarkan Hizkia (2 Taw. 29-31) dan Yosia (2 Raj. 23) masing-masing dalam tahun 715
dan 622 SM, ataukah pesta ini muncul sesuadah pembaruan itu masing-masing? Pesta ini
telah dihubungkan pula dengan berbagai pesta lain tetapi semuanya belum meyakinkan.
Sekarang tentang tema Mazmur 50: apakah kecaman atas ibadah yang keliru muncul pada
setiap pesta Israel? Setelah permunculan nabi-nabi klasik hal ini mungkin, namun agaknya
bukan merupakan bagian yang resmi dan tetap dari perayaan. Dari Amos (7:10-17) kita tahu
bahwa kecaman para nabi di tempat ibadah (dan juga di tempat-tempat lain) tidak diterima
dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa kecaman bukan merupakan bagian dari liturgi. Dari
pertimbangan-pertimbangan di atas, yakni tentang latar belakang liturgis mazmur ini kita
hanya dapat mengatakan bahwa Mazmur. 50 mengandung unsur-unsur, baik liturgis maupun
kenabian. Selebihnya merupakan dugaan belaka.13 Sukar dipastikan kapan mazmur ini
digubah, akan tetapi berdasarkan isinya dan hubungannya dnegan 51, mungkin berasal dari
zaman sesudah pembuangan. 14Ditambah pernyataan yang tertulis di dalam kitab Nehemia
7:44 Juga berbagai bukti dalam kitab Ezra yang mengatakan bahwa bani Asaf adalah
kelompok yang kembali dari tanah pembuangan yaitu berjumlah 148 orang.15

 Situasi Politik

Situasi politik pada zaman setelah pembuangan, kekuasaan tertinggi pada saat itu
dipegang oleh kerajaan Persia, dan raja yang langsung berhubungan dengan peristiwa
kembalinya orang Israel dari pembuangan Babil ke Palestina adalah raja Cyrus.16 Cyruslah
yang mendirikan kekaisaran Persia. Ia menaklukan Babil pada tahun 538 S. M. dan segera
mengizinkan orang-orang Israel untuk Kembali ke Palestina. 17 Cyrus diganti oleh Darius I
(522-486 S. M) dengan cara kekerasan (takhta Cyrus dierbut oleh Darius). Darius adlah orang
yang kuat. Pada zaman pemerintahannya itu Bait Allah di Yerusalem dibangun Kembali.
Kemudian muncullah raja Artaxerxes I (465-424 S. M). Pada zaman pemerintahannya itu

11
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
12
Ibid.
13
Hans Joachim Kraus, “Psalm 1-59 A Commentary”. (Augsburg Publish House: Minneapolis, 1988), hlm 488
14
Ibid. hlm 497
15
P Wongso, . “Tafsiran Kitab Mazmur”. (Malang: SAAT, 1984)
16
S. Wismoady Wahono, “Di Sini Kutemukan” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hlm 248
17
Ibid. hlm 248
Nehemia pergi ke Yerusalem. Sedangkan Ezra pergi ke Yerusalem mungkin pada zaman
Artaxerxes I atau mungkin pada zaman Artaxerxes II.18

 Situasi Keagamaan

Keberhasilan dalam bidang politik Persia tidaklah lengkap tanpa keberhasilan bidang
agama. Agama Persia adalah agama Zoroaster yang mulai muncul pada abad 6 S.M. Agama
ini bersifat politheistis dengan dua dewa utama, yaitu Ahura Mazda (dewa kebaikan) dan
Ahriman (dewa kejahatan). Kebaikan selalu dapat mengalahkan kejahatan dan karena itu
agama Zoroaster adalah agama yang lebih menekankan moral etis ketimbang kultus. Di
samping dua dewa utama itu agama Zoroaster kaya sekali akan ajaran tentang malaikat dan
setan. Agama Zoroaster menjadi agama negara pada zaman Darius I. Itulah sebabnya maka
cukup banyak pengaruh agama ini ke dalam agama Yahudi pada waktu itu. Kitab Ayub
nampak menunjukkan pengaruh yang ada dalam agama Yahudi.19 Kehidupan Keyahudian
setelah zaman pembuangan pun sangat nampak perkembangannya. Mulai zaman Ezra dan
selanjutnya ,maka ke-Yahudi-an menjadi agama hukum. Kesalehan sama dengan ketekunan
untuk mempelajari hukum-hukum agama dan menaatinya. Para ahli kitab dan juru tafsir
hukum agama menjadi sama penting dengan para imam. Bahkan mereka cenderung untuk
menjadi lebih penting ketimbang para imam. Bersamaan dengan itu synagoge, di mana
hukum agama dipelajari, menjadi makin penting. Muncullah Lembaga penafsiran yang segera
dianggap suci sama dengan hukum agama itu sendiri. Hukum agama yang dimaksudkan
adalah hukum-hukum agama yang terdapat di dalam Penthateukh. Setiap orang Yahudi
diwajibkan menaati dan memenuhi hukum-hukum itu, melakukan upacara dan perayaan
keagamaan, membayar korban sepersepuluh, menaati hukum hari Sabbath dan makanan yang
haram dan halal. Hukum-hukum itu harus ditaati sama seperti larangan untuk membunuh,
mencuri dan berzinah, kultuspun digalakan secara ketat. Berhubungan dengan ini maka
peranan imam menjadi sangat penting.20

 Situasi Sosial

Keadaan sosial setelah masa pembuangan, Kerajaan dan bait Allah sebagai simbol Bangsa
Israel52sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan umat sudah hancur. Ideologi

18
S. Wismoady Wahono, “Di Sini Kutemukan” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hlm 248
19
Ibid. hlm 258
20
ibid hlm 248
nasionalis bangsa lambat laun mulai pudar, ditandai dengan tidak karuan dalam
menjalankan fungsi mereka sebagai warga negara. Keruntuhan dan dalam beberapa
peristiwa yang terjadi, sebagian pemerintah memberikan tempat kepada kaum
minoritas. Struktur sosial kelompok yang baru, pemukiman di desa-desa dan kota-kota
di Palestina Babilonia ditandai dengan pendudukan kekuatan dunia asing, depotilisasi
dan privatisasi kehidupan masyarakat Yehuda,konstitusi sipil sebagai sistem suku, yaitu
otoritas hukum di bawah kendali dewan penatua. Susunan dalam kelas sosial dan sekolah
agama, distribusi tanah kepada mereka yang tidak memiliki kepemilikan dan
sebagainya sehingga membutuhkan penyesuaian kepercayaan baru dalam masyarakat.
Perjuangan yang kuat sangat diperlukan dalam membangun khusunya pemulihan
kekuasaan dan pertahanan dalam membendung kekuatan musuh.21 Dalam keadaan seperti
ini, tidak memungkinkan masyarakat untuk mengatur diri mereka apa lagi mengatur
masyarakat. Keadaan sosial dalam masyarakat belum stabil. Mereka membutuhkan
uluran tangan dari pemerintah untuk kehidupan keseharian dan kebutuhan rumah
tanggah. Namun mereka juga tidak banyak berharap dikarenakan sistem pemerintahan belum
stabil.Lain halnya dengan yang tinggal di Yehuda, kelompok-kelompok yang terus
tiggal di tanah air mereka (lih. Ezra 4:12), dengan hasil bahwa populasi Yehuda
mungkin bertambah dua kali lipat pada pertengahan abad kelima. Daftar dalam Ezra pasal 2
Nehemia pasal 7, mungkin daftar sensus penduduk yang sudah direvisi pada waktu periode
Nehemia, orang-orang buangan yang kembali dan keturunan mereka serta orang-orang
Yahudi yang sudah ada di provinsi itu, menempatkan jumlah populasi pada saat itu
sedikit di bawah 50.000 jiwa. Mereka sudah tibah di Yehuda sejak pembangunan bait
suci. Dafter ini dan keterangan dari Nehemia pasal 3, menunjukkan bahwa banyak kota
di Yehuda sudah dihuni, termasuk misalnya Tekoa, Betzur dan Keilah yang hampir terisi
seluruhnya. Penganut kelompok Yahudi juga ditemukan di Yerikho, di wilayah Efraim di
sekitar betel (7:32), dan lebih jauh lagi di dataran pantai di sekitar Lydda (ayat
4).54Kembalinya penduduk ke Yehuda justru menimbulkan masalah yang baru, yaitu
konflik yang terkait antara orang-orang yang masih tinggal di Yehuda dengan orang-orang
yang kembali dari pembuangan. Selain itu, masalah dalam masyarakat juga jumlah
populasi perkotaan dan pedesaan. Ketegangan antara Yehuda dan Samaria juga disebutkan
karena masalah kekuasaan oleh elit politik dan elit agama yang berusaha menenpati posisi
penting dalam jabatan pemerintahan. Sehingga muncullah kelompok-kelompok kekuasaan

21
Peter Ackroyd, The Old Testament Library: Exile and Restoration A Study of Hebrew Thouht of the Sixth
Century BC,249
yang berkompetitif dalam komunitas Yudea sebagai dasar pengembangan
apokaliptis.22Kondisi umat tidak memiliki pemimpin,namun dalam mempertahankan
komunitas, mereka masih mempertahankan kebiasaan lama. Yaitu, mereka memiliki
kelompok-kelompok suku yang masing-masing memiliki pemimpinnya atau lebih tepat
kepala suku. Kepala suku inilah dalam komunitas keluarga yangbiasa bertemu dengan
pembesar dalam tingkat kota. Dimana kepala kelompok atau kepala suku inilah yang
mewakili masyarakat untuk menghadap raja apabila ada urusan yang berkaitan dengan
berjalannya kehidupan masyarakat.56Pada saat zaman Yehezkiel, para penatua secara
khusus muncul sebagai pemimpin kelompok-kelompok orang buangan (bnd. Yeh 14:1,
20:1). Dari keterangan ini, dapat dipastikan bahwa kekaisaran Babilonia masih berkuasa atas
umat.23

 Tafsiran Mazmur 50

Mazmur ini ditulis bertujuan untuk mengecam atau mengeritik kehidupan ibadah umat Israel
yang keliru.24.

Susunan Mazmur 50:

I. Ay. 1-6: Luksan teofani Allah (1-5) dan peringatan imam (ayat 6);
II. Ay. 7-15: Kecaman atas ibadah yang keliru (ay. 8-13) dan seruan untuk membawa
korban yang benar (ay. 14-15)
III. Ay. 15-23: Kecaman atas kesalehan yang palus (ay. 16-21b), peringatan dan
ancaman (ay. 21c-22), penyataan dan janji (Ay. 23).

Ay. 1-6 Nyanyian di buka dengan suatu lukisan tentang teofani Allah. Tuhan,25 Allah segala
allah, datang dengan segala kemegahan-Nya dari sion (ay. 1-3; tentang lukisan, bdn.Am.
1:2).26 Mengapa didahului oleh teofani, apa fungsinya? Dalam pernyataan “Allah segala
allah” sudah ditunjukkan siapa sebenarnya Tuhan itu. Dia adalah Allah yang agung an dasyat,
22
Peter Ackroyd, The Old Testament Library: Exile and Restoration A Study of Hebrew Thouht of the Sixth
Century BC,249
23
Ibid, 249.
24
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
25
A. A. Anderson, “The New Century Bible Commentary Paslm (1-72)” (Michigan: Grand Rapids, 1992) Hlm, 381
yang mengatasi segala dewa dan kekuasaan di dunia ini (bdn. Ul 10:17). Tuhan berfirman
dan memanggil “bumi” (ay. 1), artinya semesta alam untuk menjadi saksi (bdn.

Tuhan dikatakan datang dari Sion (bnd. Am. 1:2; Mi. 1:2-3) dan bukan dari Sinai. Memang
Sion adalah "puncak keindahan" karena di sanalah bersemayam Tuhan, Yang Mahatinggi
(bnd. Mzm. 46 ), Sang Raja (bnd. Mzm. 47; bnd. pula 48:3: "kegirangan bagi seluruh bumi...
kota Raja besar". Keagungan dan kedahsyatan kedatangan atau penyataan diri Allah itu
dilukiskan dalam gambaran-gambaran tradisional. Allah "tampil bersinar" (bnd. Ul. 33:2;
Mzm. 80:2; 94:1: "tampillah bersinar"), didahului oleh "api yang menjilat” dan dikelilingi
oleh "tiupan badai yang dahsyat" (bnd. 18: 12a; 97:2a).

Allah tampil bersinar dan "tidak akan tinggal diam'", artinya berpangku tangan atau tidak
melakukan apa-apa (bnd. seruan permohonan dalam 28:1:35:22; 83:2; 109:2). Tujuan
kedatangan itu adalah untuk mengadili umat-Nya (ay. 4). Allah berseru kepada langit dan
bumi untuk datang menjadi saksi. Bangsa-bangsa Timur Tengah lainnya juga mengenal motif
ini dalam ikatan perjanjian antara mereka. Langit dan bumi dipandang sebagai kekuatan-ke-
kuatan ilahi. Mereka dipanggil untuk menjadi pengawal perjanjian. Pandangan ini pasti
tidak terkandung dalam 50:4 (bnd. pula ay. 1) dan teks-teks lain yang dikutip di atas, karena
Israel hanya mengambil motifnya. Motif ini tetap digunakan di sini mungkin untuk
menunjukkan kekuasaan Tuhan yang meliputi alam semesta dan kesungguhan tindakan-Nya.

Tuhan berseru kepada langit dan bumi bukan hanya supaya datang menjadi saksi, tetapi juga
untuk mengumpulkan umat-Nya, "orang-orang yang dikasihi-Nya" (bnd. 12:2; 30:5 tentang
arti istilah ini), yang telah mengikat perjanjian dengan Dia dengan membawa korban
sembelihan (bnd. Kel.24:3-8). Betapa penuh ketegangan pernyataan "yang kukasihi" dalam
konteks pengadilan ini (bnd. pernyataan "Allah kita" pada ay. 3)!

Sebagai penutup lukisan teofani ini pemazmur menyampaikan seruan agar langit (hanya
langit disebut; bnd. ay. 1 di mana hanya bumi disebut) memberikan keadilan Tuhan (bnd.
97:6). Memang harus demikian karena Tuhan sendirilah yang akan menjadi Hakim.

Ay. 7-15 TUHAN, Allah segala allah, tidak akan tinggal diam. 27 la datang untuk mengadili
umat-Nya. Mulai ay. 7 kita mendengar firman pengadilan oleh Tuhan. Firman-Nya
26
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.

27
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
mengandung unsur tuduhan, kecaman, peringatan, ancaman hukuman dan janji keselamatan.
Dalam liturgi firman kenabian ini mungkin disampaikan oleh pemimpin ibadah.

Tuhan membuka firman-Nya dengan suatu seruan kepada umat-Nya, yakni Israel, untuk
mendengarkan (ay. 7; bnd. 81:9). Dia mau berbicara, mau "bersaksi melawan" Israel.
"Bersaksi melawan" di sini dapat dikatakan sinonim dengan "menuduh" (ay, 8a, 21c; bnd.
Mi. 1:2-7; Yer. 29:21, 23).

Ay. 7c adalah suatu rumusan pernyataan diri Allah. Rumusan ini disampikan sebelum firman
pengadilan itu sendiri dan hal itu memiliki arti yang mendalam. Dalam PL rumusan ini kerap
dijumpai dalam kaitan dengan karya pembebasan Israel oleh Tuhan dari Mesir dan dalam
dekalog sebagai pembukaannya yang agung, mulia dan menentukan (Kel. 20:2; UL 5:6).
Rumusan ini juga kerap dijumpai dalam Kitab Hukum Kekudusan (bnd. mis. Im. 18:2, 4, 30;
19:3, 4, 10, 25, 31, 34, 36), Yehezkiel (bnd. mis. 20:5, 7, 19) dan Deutero-Yesaya (bnd. mis.
Yes. 41:13; 43:3; 51:15) yang berasal dari zaman pembuangan. Namun apa maksud
pernyataan diri Allah ini dalam teks pengadilan? Pernyataan ini sarat mengandung arti.
Israel dipanggil untuk menyadari sungguh-sungguh siapakah sebenarnya Tuhan itu yang telah
melepaskan dia perbudakan Mesir, menjadikan dia umat-Nya, menuntunnya di padang gurun,
dan seterusnya, dan yang sekarang hadir di tengah mereka secara agung dan mulia. Dia
adalah Allah yang mengatasi segala allah, Dia adalah Allah dan bukan manusia (bnd. Hos.
11:9). Baru di dalam kesadaran ini Israel dapat mendengar dengan tepat firman pengadilan
yang menyusulnya.

Bukan karena korban sembelihan (tentang korban ini, bnd. mis. Im. 3:1-17) dan korban
bakaran (tentang korban ini, bnd. mis. Im. 1:1-17) yang sekarang dibawakan maka Allah
menuduh mereka. Korban-korban ini selalu ada di hadapan Tuhan. Mengenai ini tidak ada
kekurangan karena selalu ada berlimpah di atas meja persembahan (ay. 8). Namun Allah
tidak menerima persembahan ini (ay. 9) karena milik-Nyalah segala binatang korban itu (ay.
10). Dia "mengenal" semua burung di udara dengan memelihara dan menjaganya (bnd. Mat.
6:25), karena semuanya adalah kepunyaan-Nya (ay. 11). Korban bakaran dari burung (Im.
1:14-17) biasanya dibawakan oleh orang yang tidak mampu (Im. 5:17).28

Karena semuanya adalah milik Tuhan, maka sekiranya Tuhan merasa lapar, Dia tidak perlu
memintanya dari manusia (ay. 2). Betapa penuh ironi kata-kata ini! Apakah Tuhan itu
manusia atau sama dengan dewa-dewa, sehingga Dia dipuaskan, digembirakan dan
28
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
didamaikan oleh "lemak dan sum-sum" (bnd. 36:9; 63:6)? Tidak! Allah tidak sama dengan
manusia. Dia tidak makan dan minum (ay. 13; bnd. 21b). Lebih-lebih lagi karena segala
persembahan yang dibawa dalam korban sembelihan dan bakaran adalah milik-Nya
(dinyatakan sampai tiga kali dalam bagian ini, yakni ay. 10a, 11b dan 12b).

Lalu apa yang dinantikan Allah? Pertama, Israel mempersembahkan "nyanyian pujian
kepada Allah sebagai korban". Di situlah terletak pemuliaan kepada Allah yang menjadi
dasar dan tujuan ibadah yang sejati (bdn. at. 23a). Namun apa yang dimaksud dengan
“nyanyian pujian” itu sebagai "korban?"" Kiranya tidak lain daripada sikap batin yang benar
dalam membawa korban. Sikap batin yang benar itu ialah yang mengakui Allah sebagai Allah
dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Pada-Nya Israel (dan semua manusia) bergantung
sepenuhnya. Karena segala sesuatu adalah miliki Allah, maka sikap yang benar itu tidak lain
dari bersyukur dan memuji Allah karena segala anugerah itu (bdn. 119:108 : “terimalah 29
dengan rela, ya Tuhan, korban doa-doaku”; TB: "kiranya persembahan sukarela yang berupa
puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN"), bnd. selanjutnya 51:9; Hos. 14:3; Ibr. 13:5).
Kedua, hendaknya Israel tidak melupakan segala kebaikan Tuhan (bnd. 103:2) dengan
membayar nazarnya dalam bentuk korban syukur (bdn. 56:13; tentang korban nazar itu
sendiri, bnd. Im 7:16 22:18-23), Korban ini diiringi dengan nyanyian syukur dan puji-pujian
(bnd. 22:26; 65:2). Ketiga, hendaknya Israel berseru memohon pertolongan Tuhan pada
waktu kesusahan. Tuhan pasti akan mendengarkan doa mereka (bnd. 81:6). Mereka pasti
akan memuliakan Tuhan sebagai jawaban atas karya penyelamatan tersebut.30

Ay. 16-21 Bagian ini adalah firman pengadilan atas kesalehan yang palsu atau pemisahan
antara pengetahuan keagamaan dan sikap hidup sehari-hari.31 Di sini jemaah yang beribadah
disebut orang fasik.

Ada yang begitu fasih dalam ketetapan atau hukum Tuhan, sehingga mereka dapat
membicarakannya dengan panjang lebar (bnd. 119:13; "Dengan bibirku aku menceritakan
segala hukum yang Kauucapkan"). Tentu saja mereka dapat "menyebut-nyebut hukum
perjanjian Tuhan pada bibirnya" dengan mudah.32 Yang dimaksud mungkin mengetahui
"kesepuluh firman Tuhan" di luar kepala. biasanya berbicara tentang hukum Tuhan Tuhan
dalam keluarga (bnd. UL, 6:7-9). Namun apakah yang ditegur secara khusus di sini adalah

29
Ibid.
30
ibid
31
ibid
32
Marie Claire Barth & B. A. Pariera, “Kitab Mazmur, Pembimbing dan Tafsirannya” (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998), hlm 496.
bapak-ibu, keluarga atau para imam yang juga bertugas mengajarkan hukum Tuhan, tidak
dapat dipastikan: bagaimana juga apa gunanya segala kefasihan itu apabila orang "membenci
teguran'" (bnd. Ams. 5:12 ; 12:1) dengan membelakangi firman Tuhan yang di sini berarti
hukum-hukum-Nya (ay. 16-17)? Perhatikan bahwa di sini firman atau hukum Tuhan itu
disejajarkan dengan teguran

Menyusul disebutkan tiga jenis pelanggaran yang mungkin paling banyak dilakukan, yakni
mencuri, berzinah dan segala jenis dosa dengan lidah (ay. 18-20; bnd. Kel. 20:17-20; Hos.
4:2; Yer. 7:9). Menarik bahwa yang terakhir ini disebut dengan lebih rinci (dua ayat).
Memang "siapa gerangan belum pernah berdosa dengan lidahnya?" (Pak 19:16). Namun
lebih buruk lagi apabila karena lidah hubungan keluarga yang paling dekat pun menjadi retak.

Firman pengadilan ini ditutup dengan suatu peringatan atau ancaman hukuman. Hendaknya
Israel sadar bahwa Allah tidak akan terus berdiam diri melihat semuanya ini. Karena lama
merasakan ketidakhadiran Tuhan dalam pergolakan hidup, orang kerap merasa bebas dari
hukuman-hukuman Tuhan. Tuhan toh tidak akan bertindak. Dia akan tetap berdiam diri.
Namun Allah adalah Allah dan bukan manusia. Dia adalah "Aku ada, ya Aku ada" (TB:
"AKU ADALAH AKU"; Kel. 3:14). Dari sebab itu Dia sekarang datang mengadili umat-
Nya.

Ay. 22-23 Kedua ayat ini merupakan kesimpulan dari seluruh firman pengadilan ini. Israel
atau jemaah yang beribadah yang diberi gelar "hai kamu yang melupakan Allah" (bnd. ay. 7c,
21c)33 diperingatkan untuk mencamkan dengan baik apa yang telah didengar, supaya mereka
jangan diterkam oleh Tuhan seperti oleh singa dan "tidak ada yang melepaskan". Namun
hukuman bukanlah kata akhir Tuhan (ay.23b) dan manusia bukanlah tujuan ibadah (ay.23a).
Allah menegur karena cinta. Hanya ibadah yang dijiwai oleh pengakuan akan Allah sebagai
Allah (ay. 14a) adalah ibadah sejati yang memuliakan Allah. Ibadah yang sedemikian itu
pastilah akan bermuara atau mempunyai pengaruhnya dalam hidup. Barangsiapa yang
karenanya menjadi saleh dalam sikap hidupnya sehari-hari, dia akan mengalami keselamatan
yang datang dari Tuhan.34

 Synagoge sebagai manifestasi dari gereja online

Secara sederhana sinagoge didefiniskan sebagai tempat ibadah orang Yahudi. Jika dilihat
dari arti katanya dalam bahasa Yunani, Sinagoge berasal dari kata syn yang berarti bersama

33
Ibid. 496
34
Ibid. 497
dan kata agoge yang berarti belajar, sehingga sinagoge adalah tempat untuk belajar. Namun
jika merunut dari kata tersebut dari terjemahan Ibrani eda yang artinya adalah jemaat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada awalnya kata Sinagoge sejajar dengan kata jemaat,
yang lalu diterapkan pada bangunan yang menjadi tempat jemaat berkumpul. Sinagoge
kemudian berkembang kepada kehidupan institusional orang Yahudi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya, baik secara sosial, pendidikan dan agama. Sinagoge dipakai dalam
septuaginta sebagai tempat perkumpulan orang Yahudi, dan disebutkan 56 kali dalam
Perjanjian Baru. Namun sinagoge tidak pernah disebutkan dalam Perjanjian Lama. Bagi
agama Yahudi, pentingnya sinagoge tak dapat dilebih-lebihkan. Walaupun sinagoge tidak
diciptakan untuk menggantikan peran Bait Allah atau menirunya, tetapi dalam
perkembangannya setelah tahun 70, sinagoge semakin sering memunculkan berbagai
perabotan, terminologi, dan ritual Bait Allah yang bisa diadaptasi.4 Ada kerinduan dan
keyakinan dari orang Yahudi sejak masa diaspora untuk kembali ke Yerusalem dan mereka
dapat beribadah kembali di Bait Suci. Bambang N mengatakan bahwa di setiap akhir doa
mereka menyatakan bahwa “sekarang kami di sini, tetapi tahun depan kami di Yerusalem”
Sinagoge memiliki peranan sangat penting menentukan sifat iman Yahudi lebih dari badan
atau kumpulan mana pun. Di sinangoge ini agama Yahudi belajar bagaimana menafsirkan
hukum Taurat. Yehezkiel 11:16 ‘Oleh sebab itu katakanlah: Beginilah Firman Tuhan Allah:
Walaupun Aku membawa mereka jauh-jauh di antara bangsa-bangsa dan menyerakkan
mereka di negeri-negeri itu dan Aku menjadi tempat kudus yang sedikit artinya bagi mereka
di negeri-negeri di mana mereka datang,’ yang kemudian ditafsirkan oleh ahli-ahli Yahudi
bahwa dalam perserakan bangsa Israel di seluruh dunia (diaspora), sinagoge merupakan
tempat kudus dalam ukuran mini pengganti Bait Suci yang telah hilang. Mengenai bentuk
berbagai bangunan Sinagoge yang berhasil ditemukan, menyediakan sebuah latar
belakang khusus dan fisikal untuk informasi yang disediakan oleh berbagai sumber
literature tentang pelayanan sinagoge dan berbagai aspek yang berhubungan dengan
kehidupan Yahudi.5 Kebanyakan penemuan sinagoge yang digali, penanggalan sejak masa
setelah Perjanjian Baru, tetapi bukan berarti tidak ada sinagoge yang ditemukan dengan
penanggalan sebelum tahun 70,35 apalagi berbicara mengenai asal muasal synagoge ini
didirikan maka hal tersebut akan memperjelas bahwa adanya kehidupan peribadatan di dalam
synagoge ini.

35
Mintoni Asmo Tobing, “Studi Historis Ibadah Orang Yahudi pada Masa Intertestamental”, Jurnal Jurnal
Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 Vol 3 no 1.
Ada banyak penelitian mengenai asal usul terbentuknya sinagoge, namun kelompok
penulis sepakat dengan pandangan yang mengatakan bahwa sinagoge dibangun pada masa
pembuangan bangsa Israel ke Babel. pada masa pembuangan. Sejak Yoyakhin dikalahkan
Nebukadnezar, segala perbendaharaan rumah Tuhan dan kekayaan istana raja, dan seluruh
penduduk Yerusalem dipindahkan ke Babel, dan runtuhlah kerajaan Yehuda pada masa
Zedekia. Argumentasi dari para ahli didasarkan pada jauhnya orang-orang Yahudi dari Bait
Suci yang merupakan pusat ibadah mereka, padahal mereka perlu mempertahankan identitas
iman mereka di Babel yang merupakan tempat asing. ebelum Pembuangan ke Babel, ibadah
keagamaan berpusat di Bait Suci Yerusalem. Selama Pembuangan, tatkala beribadah di
Yerusalem tidak mungkin, orang-orang Yahudi berkumpul di rumah-rumah mereka untuk
membaca dan membahas kitab suci secara rutin, dan mereka tetap melakukan perayaan-
perayaan Yahudi dan perayaaan kurban di tempat-tempat tertentu, di pembuangan ini asal
mula lahirnya sinagoge sebagai tempat untuk pengajaran Kitab Suci dan doa. Sejak di masa
pembuangan, karena kerinduan mereka untuk beribadah sedangkan mereka tersebar di
pembuangan dan jauh dari bait suci, dari pembacaan dan pembahasan rutin di rumah-rumah,
kemudian tercetuslah ide untuk mengkhususkan suatu rumah ibadah yang tidak pernah
dimaksudkan untuk menggantikan bait suci, tetapi justru digunakan sebagai sarana untuk
terus-menerus mengingat janji Allah dan pengharapan akan kembali beribadah di Bait Suci.
Hal tersebut berlangsung hingga puluhan bahkan ratusan tahun sehingga menjadi bagian dari
kehidupan agamawi umat Yahudi, yang dibawa terus sampai mereka kembali ke Yerusalem
pada zaman Ezra dan Nehemia. Bermula sejak masa pembuangan dan berkembang di
masa intertestamental, memberikan jawaban mengapa dalam Perjanjian Lama tidak dibahas
mengenai sinagoge-sinagoge, tetapi di Perjanjian Baru, ada banyak sinagoge-sinagoge. Pada
masa-masa di pembuangan sampai intertesatmental merupakan hal yang wajar bagi orang
Yahudi untuk beribadah di sinagoge, selain mereka tetap beribadah di Bait Suci. Oleh karena
itu kapan Sinagoge dikenal dan diterima menjadi bagian penting dari ibadah umat Yahudi ada
pada masa intertestamental, dimana mereka menerima dan menggunakan istilah sinagoge
sebagai tempat ibadah, yang kemudian merupakan istilah yang sering dipakai untuk tempat
ibadah Yahudi di dalam Perjanjian Baru.36

B. REFLEKSI

36
Mintoni Asmo Tobing, “Studi Historis Ibadah Orang Yahudi pada Masa Intertestamental”, Jurnal Jurnal
Teologi Berita Hidup, ISSN 2654-5691 Vol 3 no 1.
Jadi Mazmur 50 sendiri ingin berbicara mengenai makna ibadah yang sejati. Allah
bukanlah sosok yang dapat disogok dengan ibadah kultus umat manusia yang baik sedangkan
kehidupan sehari-hari tidak mencerminkan kehidupan yang baik. Contohnya adalah apabila
ada pejabat yang baik dalam kehidupan bergereja, aktif dalam kehidupan kerohanian gereja.
Namun dalam kehidupan nyata ia melakukan tindakan korupsi, maka hal tersebut tentu saja
bukanlah ibadah yang sejati.

Dan mengomentari ibadah online yang diselenggarakan selama pandemi, gereja


online merupakan manifestasi dari Synagoge dalam dunia Perjanjian Lama, dan semua hal
yang jemaat lakukan selama masa pandemi yaitu melakukan ibadah online merupakan hal
yang sah-sah saja. Asalkan selama mengikuti ibadah jemaat memiliki hati dan pikiran yang
terfokus untuk menyembah dan memuji nama Tuhan, juga dibarengi dengan perilaku dan
sikap hidup yang baik, tentunya yang melakukan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari
itulah yang dimaksud dengan ibadah yang sejati. Tentunya Tuhan juga akan melihat dan
mengetahui sikap hati kita selama kita beribadah dalam ibadah kultus maupun kehidupan
sehari-hari.

Ibadah adalah persekutuan orang-orarng percaya untuk membaca firman Tuhan,


bersaksi, memuji Tuhan, memberikan persembahan dan lain sebagainya. pada zaman
PL orang-orang percaya beribadah di Bait Suci, Synagoge atau rumah ibadat. Apa
yang mereka lakuka adalah beribadah tetapi bukan karena gedung dan tempatnya,
tetapi karena mereka sedang memuju Tuhan, mendengarkan Firman, berdoa dan
memberikan perembahan. Demikian pada masa pandemi Covid-19 ketika gereja
mengambil keputusan ibadah secara online, apa yang dilaksanakan orang-orang
percaya pada masa kini adalah beribadah. Mereka disebut beribadah bukan karena
aplikasi digitalnya, tetapi esensi nya adalah sama, yaitu persekutuan orang-orang
percaya yang sedang berdoa, memuji Tuhan dan memberitakan Injil Kristus. Sangat
jelas substansi ibadah orang-orang percaya pada dasarnya terletak pada tempat atau
gedung yang digunakan dalam beribadah. Substansi ibadah bukan karena
menggunakan jaringan internet (live di Yutube, Facebook dll). Tetapi substansi orang
beribadah terletak pada makna persekutuan itu sendiri, yaitu membaca dan
mempelajari firman Tuhan dan terlebih lagi melakukan kehendak-Nya.

Jika dilihat pada zaman yang sekarang yang sudah sangat berkembang apalagi
pada kaum muda di era globalisasi dan teknologi sekarang ini, mereka dihadapkan
dengan berbagai kemudahan. bahkan banyak dari mereka terjerumus jauh dari Tuhan
dan terlibat pada hal-hal yang baik. Dan dalam hal ibadah mereka lebih banyak ingin
beribadah karena ingin menghayati lagunya saja karena terdengar enak, hanya karena
ikut-ikut saja karena ramai banyak orang datang, tetapi tidak memaknai ibadah
tersebut. Dalam Mamur 50 ini ingin menekankan bahwa ibadah yang sejati harus
berpusat pada hati dan pikiran kita untuk memuji dan merenungkan firman Tuhan
dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai