TESIS
Oleh
AGUSTINA HELENA SAMOSIR
NIM. 127037011
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
MUSIK DALAM IBADAH
GEREJA HKBP PASAR MELINTANG MEDAN:
PENGGUNAAN, FUNGSI, DAN PERUBAHAN
TESIS
Oleh
AGUSTINA HELENA SAMOSIR
NIM. 127037011
PROGRAM STUDI
i
MUSIK DALAM IBADAH
GEREJA HKBP PASAR MELINTANG MEDAN:
PENGGUNAAN, FUNGSI, DAN PERUBAHAN
TESIS
Oleh
AGUSTINA HELENA SAMOSIR
NIM. 127037011
PROGRAM STUDI
MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ii
Judul Tesis MUSIK DALAM IBADAH GEREJA HKBP PASAR
MELINTANG MEDAN: PENGGUNAAN, FUNGSI
DAN PERUBAHAN
Nama : Agustina Helena Samosir
Nomor Pokok : 127037011
Program Studi : Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
_____________________________ _______________________
Ketua Anggota
iii
Tanggal lulus:
iv
ABSTRACT
This study discusses the Music In Worship HKBP Pasar Melintang, covers three
aspects, namely: (1) The use of music in ritual HKBP ‘Market Crossing; (2) The
function of music in worship HKBP Pasar Melintang; and (3) Changes in the
composition of music includes hymns and the use of musical instruments as
accompaniment hymns.
In discussing these three aspects, the author uses the theory of Alan P. Merriam on
the use and function; theory of Carol R. Ember and Sztompka for theory change.
The study of aspects of the use of music in worship can be concluded that the
variation of musical worship hymns to build more vivid and passionate. The use
of hymns in worship at HKBP Pasar Melintang always adapted to HKBP ritual.
Considerations in the selection of hymns of worship based on the text to align to
the theme song of the week. Hymn melody is not the main cause of the results of
the research, it has been found that there are some hymns from the buku Ende
HKBP uses the same melody but different meanings poem.
The study of aspects of the function of music in worship shows that Alan P.
Merriam theory can be applied in accordance with the opinion of his
congregation. Research results in a change aspects of music in worship HKBP,
found that there are some differences in the composition of hymns HKBP the
composition of hymns at first. Changes seen in the melody, rhythm and harmony.
Other changes have occurred is a change in the mindset of people HKBP about
musical understanding in worship, giving rise to a wide variety of musical forms.
This condition is seen ranging from the use of harmonium, trumpet, organ, brass /
brass bands, musical ensembles (two or more keyboards, merging traditional
music), a full band and the use of music box.
v
ABSTRAK
Penelitian ini membahas Musik Dalam Ibadah Gereja HKBP Pasar Melintang
meliputi tiga aspek, yakni: (1) Penggunaan musik sesuai dengan tata ibadah gereja
HKBP Pasar Melintang; (2) Fungsi Musik dalam ibadah Gereja HKBP Pasar
Melintang; dan (3) Perubahan musik meliputi perubahan dalam hal komposisi
musik dari himne dan perubahan penggunaan alat musik dalam mengiringi
himne.
Hasil penelitian dalam aspek fungsi musik dalam ibadah menunjukkan bahwa
teori Alan P. Merriam dapat diaplikasikan sesuai dengan pendapat jemaat di
gereja HKBP Pasar Melintang. Hasil Penelitian dalam aspek perubahan musik
dalam ibadah gereja HKBP ditemukan bahwa terdapat beberapa perbedaan
komposisi himne HKBP dengan komposisi himne pada awalnya. Perubahan dapat
dilihat dalam hal melodi, ritem dan harmoni. Perubahan lainnya adalah telah
terjadi perubahan pola pikir warga gereja HKBP tentang apa yang dimaksud
dengan musik pengiring dalam ibadah sehingga memunculkan berbagai variasi
bentuk musik pengiring. Kondisi ini dapat dilihat mulai dari penggunaan
harmonium, terompet, organ, musik tiup/brass band, ansambel musik (dua atau
lebih keyboard, penggabungan musik tradisional), full band dan penggunaaan
music box gereja.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam
Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2)
Utara Medan.
besarnya kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Kol. L. Samosir dan Ibu R.
berada. Segala yang Bapak dan Ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku
mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya
dengan apapun.
Kepada Suami saya tercinta, Cst Ir. J Hutabarat., yang tidak pernah lelah
kepada anakku yang sangat kucinta dan kusayangi, Josua Steven Hutabarat, Jovan
Matthew Hutabarat dan Irma Pratiwi Samosir. Hanya tesis ini yang dapat saya
persembahkan sebagai tanda terima kasih atas cinta dan kasih sayang kalian
kepadaku. Dalam kesempatan ini juga, saya mengucapkan terima kasih buat
vii
keluarga besar Hutabarat dan keluarga besar Samosir atas segala dukungan dan
doa bagi penulis dalam proses penyelesaian studi S-2 di Prodi Pengkajian dan
Tidak lupa saya berterima kasih kepada Ibu Pdt. Ruth Betty Panjaitan,
S.Th, Ibu Bibelvrouw Nawaris Marpaung, NHKBP Pasar Melintang dan Tim
Musik HKBP Pasar Melintang atas segala dukungan dan informasi yang diberikan
Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan
Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar
bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di kampus Universitas Sumatera Utara
Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu
Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang
diberikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Bapak Drs.
Setia Dermawan Purba, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
nasehat serta bimbingannya dan memotivasi penulis supaya tetap semangat dan
terus maju tidak menyerah. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen
viii
Penguji Drs. Bebas Sembiring, M.Si., yang memberikan koreksi dan kritikan demi
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi
Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni atas ilmu yang telah diberikan
selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi,
terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis juga mengucapkan
bantuan dan kerjasama yang telah terbangun selama ini. Penulis berharap kiranya
Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua
pihak, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
1. Nama : Agustina H. Samosir
2. Tempat/Tgl. Lahir : 17 Agustus 1971
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Nomor Telepon : 0812 6549 731
7. Alamat : Jl. Abdul Hamid (Ayahanda) No. 54
Medan
8. Pekerjaan : Dosen Musik di Universitas Negeri Medan
Guru Musik di SMKN 11 Medan
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Swasta Kristen Bersubsidi, lulus tahun 1984
2. Sekolah Menengah Pertama Kristen Immanuel Medan , lulus tahun 1987
3. Sekolah Menengah Musik (SMM) 11 Medan, lulus tahun 1991
4. Sarjana Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen
Medan, lulus tahun 1997.
5. Akta IV dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan, lulus tahun 1999
6. Mahasiswa Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Tahun Akedemik
2012/2013.
x
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Agustina H. Samosir
NIM 127037011
xi
DAFTAR ISI
xii
1.8.9.2 Memasuki lapangan .......................................... 38
1.8.9.3 Berperan serta mengumpulkan data ................... 39
1.9 Sistematika Penulisan ............................................................... 39
xiii
4.3.4 Penggunaan himne dalam ibadah Minggu Epiphanias ... 143
4.3.5 Penggunaan himne dalam ibadah minggu Jumat Agung 148
4.3.6 Penggunaan himne dalam ibadah Kebangkitan Tuhan
Yesus ............................................................................ 153
4.3.7 Penggunaan himne dalam ibadah Minggu Kenaikan
Tuhan Yesus. ................................................................ 158
4.3.8 Penggunaan himne dalam ibadah Minggu Turunnya
Roh Kudus .................................................................... 163
4.3.9 Penggunaan himne dalam ibadah Minggu Trinitatis ….. 167
4.3.10 Penggunaan himne dalam ibadah-ibadah Lainnya ......... 170
4.4 Fungsi Musik di Gereja HKBP Pasar Melintang ……. .............. 171
KEPUSTAKAAN........................................................................................... 205
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Terlebih dari semuanya itu, musik dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan. Bruno
Nettl mengatakan bahwa tulisan awal dari etnomusikolog sering berdasar pada
mencapai satu tujuan akhir. Musik dipakai sebagai alat untuk menyampaikan arti,
menyalahgunakan kata penggunaan dan fungsi dari musik itu sendiri. Meskipun
ada kesamaan, tetapi dua kata tersebut mempunyai arti yang berbeda.1
Musik menurut Webster dictionary adalah; (1) the art and science of
of these.2
berikut; (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan atau
mempunyai kesatuan dan kesinambungan; (2) nada atau suara yang disusun
1
Bruno Nettl, The Study of Ethnomusicology : Twenty – Nine Issues and Concept
(Urbana: University of Illinois Press, 1983 ), hal. 147-148.
2
Jean L. McKechnie, ed., Webster’s New Twentieth Century Dictionary of the English
Language, (New York: Prentice Hall Press, 1979), hal. 1184.
2
adalah seni dalam memadukan nada atau suara menjadi sebuah karya yang dapat
dinikmati dengan atau tanpa diiringi alat musik. Musik juga adalah hasil karya
yang memadukan suara dan nada yang kemudian menjadi suatu irama yang
harmonis, yang dalam konteks kita sekarang disebut sebagai lagu atau apabila
keagamaan. Dalam hal kebudayaan, dapat dilihat bagaimana musik itu digunakan
penting di sana sebagai bagian yang tidak terlepaskan dalam sebuah upacara.
Dalam hal keagamaan, musik digunakan untuk mengiringi nyanyian ibadah dan
acara keagamaan lainnya. Peran musik menjadi penting dalam ibadah karena
imannya.
dalam gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Gereja HKBP adalah Gereja
gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini tumbuh dari misi RMG
1861. Gereja HKBP adalah gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga
3
Lukman Ali, ed., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke 2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hal. 676.
3
Beslit No. 48 tanggal 11 Juni 1931, yang tercantum dalam Staatblad Tahun 1932
No. 360 dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimas Kristen Protestan
Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang
agama dan kebebasan beragama. Pasal 1 berbunyi bahwa Negara berdasarkan atas
kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia. Negara juga harus menjamin
bahwa seseorang tidak diperlakukan secara diskriminatif atas dasar agama yang
menjangkau orang-orang melalui pesan dari Tuhan. Sebuah ibadah dengan tujuan
oleh Roh Kudus, dengan demikian menjadi sebuah sarana kebenaran keselamatan
besar melalui Yesus Kristus, dimana pada saat ditanggapi oleh manusia akan
Musik dalam gereja HKBP memiliki peran penting dalam setiap ibadah
yang dilaksanakan baik dalam lingkup gereja maupun di luar gereja. Dalam
4
lingkup gereja dapat dilihat bahwa hampir sepertiga tata ibadah adalah dengan
musik (baik nyanyian jemaat, koor, song leader dan musik iringan ibadah). Untuk
ibadah yang dilaksanakan di luar lingkup gereja, seperti ibadah weyk, acara
kebaktian pesta perayaan dan ibadah bagi jemaat meninggal semuanya tidak
umat Allah dan jemaat dalam bentuk dialog, bahwa Allah berfirman dan manusia
mendengar, Allah memberi dan jemaat menerima serta mengucap syukur, Allah
David B. Pass berpendapat bahwa sifat musik gereja ditentukan oleh sifat
gereja, dan sifat gereja ditentukan oleh misinya, oleh karena itu dapat dipahami
bahwa penggunaan musik ibadah yang tepat adalah ketika memahami eklesiologi;
memahami sifat dari gereja; memahami bagaimana ibadah, dan musik ibadah dan
bagaimana musik gereja berfungsi di dalam gereja. Dari pendapat tersebut dapat
ibadah akan teapi musik dalam ibadah mempunyai tujuan yang lebih filosofi.
musik (himne dan paduan suara) selalu dikaitkan dengan tema ibadah seperti,
ibadah minggu Trinitatis, ibadah Jumat Agung, Ibadah Kebangkitan Tuhan Yesus,
sebagai bagian integral dari rangkaian ibadah gereja HKBP, sehingga penggunaan
5
musik gereja akan selalu disesuaikan dengan makna minggu pada saat itu
hal penting karena dengan penggunaan variasi bentuk alat musik yang dipakai
akan mempengaruhi semangat bernyanyi dari jemaat. Hal ini bisa dilihat ketika
jemaat maka ibadah kurang semangat dan meriah, kesan yang timbul lebih
monoton. Disisi lain, ketikan ibadah diiringi dengan menggunakan paduan musik
tiup dengan keyboard, atau dengan band hasilnya terlihat jelas bahwa jemaat
membantu warga gereja dalam bernyanyi, karena melodi lagu lebih bisa terdengar
jelas dibawakan oleh instrumen tiup. Sedangkan bila menggunakan alat musik
organ mengiringi jemaat maka yang terdengar adalah progressi harmoni empat
suara, oleh karena itu terkadang banyak warga gereja kewalahan menyanyikan
himne tertentu karena kurang bisa mendengar melodi lagu secara jelas.4
Pertimbangan penggunaan musik yang sesuai dengan setiap ibadah minggu akan
Fungsi musik dalam ibadah gereja HKBP adalah untuk memuliakan Allah
musik yang terjadi dalam sebuah liturgi (ibadah), umat mampu berefleksi dalam
4
Wawancara dengan Ibu Pdt . Ruth Betty A. Panjaitan, STh., tanggal 19 Mei 2014 di HKBP
Pasar Melintang Medan.
6
peranan musik menjadi sesuatu yang penting, organisasi musik yang baik tentu
Sejarah musik dalam gereja HKBP tidak terlepas dari peranan para
himne Lutheran dalam bahasa Batak Toba dan kemudian himne ini diajarkan
Perkembangan musik dalam gereja HKBP (himne, koor dan alat musik)
teknologi dan informasi serta variasi musik ibadah dalam gereja-gereja sekitar.
Menurut Carol R. Ember bahwa suatu kebudayaan tidaklah pernah bersifat statis,
Perubahan musik yang terjadi di gereja HKBP dapat dilihat mulai dari
adaptasi himne Lutheran, penggunaan lagu pop rohani dalam ibadah dan
penggunaan variasi bentuk musik untuk mengiringi nyanyian. Perubahan ini tentu
akan dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan sehingga hal itu dapat terjadi dan
sangat mendasar adalah dengan lahirnya Music Box Gereja (MBG) sekitar tahun
2010. Kalau sebelumnya perubahan format iringan musik masih tetap dimainkan
secara individu dan kelompok, akan tetapi MBG dimainkan dengan perangkat
Salah satu hal positif dari MBG adalah untuk membantu gereja-gereja HKBP
yang belum memiliki sumber daya manusia dalam bidang musik sehingga MBG
seseorang hanya butuh menekan tombol/fitur saja, maka suara iringan musik akan
terdengar.
Perubahan musik gereja HKBP baik dalam himne, komposisi dan alat
musik akan memberikan dampak kepada jemaat dan juga ibadah. Hal ini menjadi
perubahan musik dalam gereja HKBP. Oleh karena itu penulis memilih judul
PERUBAHAN.
Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan
HKBP
Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya warga gereja dan otoritas
HKBP.
objek penelitian ini. Tujuan dari studi kepustakaan ini dibagi dalam dua bagian,
tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara
umum dan pembahasan tentang musik pengiring ibadah di gereja HKBP; dan (2)
dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada penelitian mengenai
antara lain :
Buku ini digunakan penulis untuk mendapatkan penjelasan terkait apa yang
2. DR. Pdt. J.R. Hutauruk, 1993. Kemandirian Gereja. BPK. Gunung Mulia.
nyanyian rohani dari Eropa, antara lain: dari Belanda dan Jerman. Dalam
baik.
3. Eskew, Harry & Hugh T. Mc Elrath, 1995. Sing With Understanding. Church
hari.
anggota dari satu tubuh (I Kor. 12:12). Anggota-anggota yang takluk kepada
adalah gereja yang terdiri dari orang-orang percaya yang diselamatkan, orang-
khusus.
5. Boho Pardede dalam tesisnya yang berjudul Koor Di Huria Kristen Batak
jemaat. Hal ini dibuktikan dengan fakta sejarah bahwa nyayian gereja di
Paduan suara baik yang dibawa oleh para missionaris maupun hasil karya dari
jemaat lokal. Koor berperan penting dalam ibadah karena fungsi-fungsi yang
11
6. Monang Sianturi dalam tesisnya yang berjudul Ensembel Musik Tiup Pada
upacara perkawinan, upacara kematian, pesta tugu dan acara lainnya. Dalam
dengan bentuk kaitan antara dua budaya yang berbeda, yaitu agama dan musik
gereja, akhirnya sudah digunakan dalam upacara adat tradisi Batak Toba. Dari
tulisan ini, dapat dipahami bahwa perubahan konsep musik dalam masyarakat
Batak Toba telah terjadi dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat
pendukungnya.
12
1.6 Konsep
yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita ingin
penelitian ini adalah memberikan batasan dari “penggunaan’ dan “fungsi” dalam
berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan “fungsi” lebih berkaitan dengan sisi
terjadi setelah jangka waktu tertentu. Konsep dasar perubahan sosial mencakup
tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; (3) di antara keadaan sistem
1.6.1 Gereja
lahir seiring kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus di dunia. Karena itu, apa
yang disebut gereja perdana adalah persekutuan para murid Yesus dan ditambah
dengan beberapa orang lain yang telah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan
menjadi saksi atas kebangkitanNya. Gereja lahir sekitar pada abad pertama biasa
disebut sebagai gereja pada zaman rasul-rasul (apostolic age) kira-kira tahun 30-
100 M.
13
kesaksian yang kuat, sehingga iman Kristen mulai tersebar dari Yerusalem,
seluruh daerah Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung dunia (Kis. 1:8). Salah
seorang murid Yesus yang giat dalam pekabaran Injil ini adalah rasul Paulus. Ia
bukan Yahudi. Selain rasul Paulus, para murid yang lain juga aktif mengabarkan
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari
kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai
berikut; (1) Perintah Allah. Perintah ke 4 dari sepuluh perintah Allah mengatakan
“Ingatlah dan kuduskanlah Hari Sabat” (Keluaran 20:8). Hal ini mengandung
makna bahwa manusia wajib meluangkan waktu 1 hari dari seminggu untuk
beribadah kepada Tuhan. Ibadah yang dimaksudkan bukan hanya yang bersifat
pribadi atau keluarga, namun juga ibadah yang bersifat publik atau persekutuan
dengan saudara seiman di gereja. “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan,
tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari
pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi
Tuhan di segala tempat kediamanMu.” (Imamat 23:3). Hal ini masih dilakukan
14
terus di jaman Yesus (Luk 4:16) dan pada jaman gereja mula-mula (Kisah 20:7);
(2) Persekutuan dengan saudara seiman. Umat Kristen dipanggil keluar dari
sistem dunia yang rusak dan bobrok ini untuk membentuk kumpulan jemaat yang
kudus yang kemudian menjadi garam dan terang di tengah dunia. Memang betul
bahwa kata gereja pada mulanya tidak mengacu kepada gedung gereja, namun
bukan berarti tidak ada persekutuan, karena kata gereja justru mengacu kepada
saling memperhatikan dan saling melayani satu dengan yang lain (I Tes 5:11, Ibr
Dua Sakramen yang Tuhan sudah perintahkan untuk kita lakukan adalah
perjamuan kudus dan baptis. Pada Perjamuan Kudus kita kembali mengingat
kasih Yesus yang mati disalib menggantikan dosa kita. Yesus hadir secara rohani
dalam roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus. Juga dalam Sakramen Baptis,
umat Kristen merayakan pernyataan dan pengakuan kepada publik (jemaat) dari
orang-orang yang terhisap dalam perjanjian kekal, yaitu orang-orang yang baru
bergabung dalam kumpulan jemaat. Perjamuan kudus dan Baptisan hanya dapat
dilakukan dalam pertemuan jemaat. Tidak ke gereja berarti tidak menaati Firman
Tuhan dalam hal ini; (4) Mendengarkan Firman Tuhan. Dalam ibadah di gereja,
Firman dapat dipakai untuk menegur, memberi nasehat atau malah pengertian
yang justru melepaskan kita dari kegalauan yang kita alami; dan (5)
15
Untuk melayani. Setiap orang diberi talenta, karunia Roh Kudus yang berbeda-
beda antara seorang dengan yang lainnya. Karunia-karunia itu diberikan Tuhan
Kristen dipanggil bukan untuk menghidupi imannya seorang diri, tetapi untuk
menjadi berkat bagi sesama. Tuhan meminta kita sebagai orang Kristen untuk
orang yang berkecimpung di dalamnya tidak akan berkata apa-apa terhadap orang
yang meneliti bagaimana musik gereja itu, serta membuat konsep apa itu musik
gereja. Musik gereja akan memiliki beragam defenisi, sangat tergantung dari
subyek yang menilainya. Bagi seorang musisi gereja, musik gereja merupakan
sebuah program
peran serta dalam paduan suara dan kelompok musik; sebuah saluran bagi
menerapkan dengan baik; sering sebagai sumber penghasilan dan lebih penting
Agar lebih memahami seluruh fungsi dari musik gereja, seseorang harus
mempelajari cara menghargai satu sama lain dari segala aspek dan melihat hasil
keseluruhan dari lembaga musik gereja kepada setiap individu di gereja lokal, di
5
John F Wilson. 1965. An Introduction to Church Music. Moody Press. Chicago, hal.7
16
luar lembaga, bahkan sampai lintas luar wilayah. Sebelum mempelajari perbedaan
karakteristik dari musik gereja, pertama kita harus mengakui fakta dari musik itu
sendiri. Oleh karena fungsinya sama di segala cara sama seperti musik-musik
yang lain untuk beberapa poin tertentu, yakni mendapatkan hasil yang sama.
Musik adalah hal yang pasti diantara sains dan seni. Keduanya melibatkan
faktanya sangat sulit untuk memutuskan hanya berdasarkan dimana yang satu
akan berakhir dan yang lainnya akan dimulai. Sangat penting untuk
manusia. Musik dipakai sebagai alat untuk menyampaikan arti, identitas diri dari
masyarakat itu sendiri. Konsep musik dalam ibadah harus sesuai dengan Firman
Allah dan segala sesuatu yang mendukung itu haruslah sesuai dengan alkitabiah.
Musik merupakan sebuah kebutuhan bagi jemaat yang harus dipenuhi oleh
gereja dalam setiap ibadah. Dengan penyajian musik dalam ibadah berarti gereja
berkomunikasi dengan Sang Khalik, fakta sosialnya tidak terlepas dari musik
sebagai media doa yang dipanjatkan. Musik dalam ibadah secara fungsional
mempersoalkan apakah tujuan itu disadari atau tidak. Sehingga jelas, bahwa
Tiup adalah kesatuan musik yang terbuat dari bahan logam. Menurut teori
sexes dalam klasifikasi alat atau penjenisan musik, musik tiup brass termasuk
dalam kelompok aerofon yakni sumber bunyi berasal dari udara (1962:97-98),
yang dimaksud dengan klasifikasi ini adalah sumber getar berasal dari bunyi yang
dihasilkan oleh udara. Awalnya, bahan untuk instrumen logam ini terbuat dari
kuningan dan sering dinamai brass, dapat menghasilkan bunyi musikal wind blow
(cara ditiup). Kelompok instrumen ini disebut dengan brasses (kuningan) yang
musik tiup adalah suatu bentuk musik tiup (wind band) yang keseluruhannya
terdiri dari instrumen logam kuningan yang berasal dari tahun 1820-an (1980:
209). Musik tiup digunakan oleh resimen cavalery (pasukan berkuda) yang
dipakai untuk pemberi semangat dalam berperang dan menjadi sangat terkenal
6
Bruce Leafblead, 1999. Music and Worship (Syllabus). Southwestern Baptist
Theological Seminary, hal. 5.
18
kuningan dan kayu pada tahun 1800-an. Tradisi musik tiup yang pada awalnya
muncul di benua Eropa dan Amerika, dewasa ini menjadi tradisi kebudayaan
musik bagi bangsa lain. Tradisi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu hasil
Alat musik tiup logam. Bukan hanya dibuat dari logam, melainkan karena
bunyinya yang kuat seperti bunyi logam, misalnya: trumpet, trombone, horn dan
tuba. Sedangkan saxofon dan flute tidak termasuk di sini, walaupun seluruh
bagiannya terbuat dari logam tetapi dibedakan dari reed sebagai sumber getar
yang membedakannya.
Pengaruh musik luar, dalam sebutan musik Barat yang datang dalam
trumpet selain harmonium (organ pipa yang disandang) yang digunakan di gereja
khorusi dalam bahasa Latin atau khoros dalam bahasa Yunani, yang berarti dua
7
H.A.Pandopo. 1984. Menggubah Nyayian Jemaat: Penuntun Untuk Pengadaan Nyayian
Gereja. BPK Gunung Mulia, hal, 21.
19
kelompok penyanyi atau penari. Istilah ini kemudian diambil alih dan digunakan
itu sendiri disebut menurut istilah tersebut: di Belanda sebagai koor/ zangkoor dan
di Inggris sebagai choir. Dewasa ini, istilah “koor” masih digunakan juga dalam
tepat, sebab istilah tersebut lebih menekankan sifat dan karakter kelompok
penyanyi ini. Mereka bukan kelompok penyanyi yang di dalam gereja, harus
melainkan juga menekankan perpaduan yang harmonis baik antara suara masing-
antara masing-masing kategori/ tipe suara penyanyi (Sopran, Alto, Tenor dan
Bas).
bernyanyi pun dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara. Akan tetapi, di
dalam perkembangan seni suara di Indonesia, istilah paduan suara telah digunakan
bernyanyi dalam dua jenis suara (sopran dan alto) atau lebih (sopran, alto, tenor
dan bas). Binsar Sitompul8, salah seorang ahli musik Indonesia, memberikan
batasan bagi istilah paduan suara sebagai suatu himpunan sejumlah penyanyi yang
8
Binsar Sitompul. 1986. Paduan Suara dan Pemimpinnya. BPK Gunung Mulia, hal., 21.
20
adalah jenis suara yang dikenal dan diklasifikasikan dalam ilmu seni suara, yakni
sopran/ mezzo-sopran (jenis suara anak-anak atau jenis suara tinggi dari kaum
perempuan) dan alto (jenis suara yang rendah/ berat dari kaum perempuan), tenor
(jenis suara yang tinggi dari kaum lelaki) dan bas/ bariton (jenis suara yang
suatu bentuk seni suara yang klasik. Sub bab ini secara khusus membahas paduan
dalam rangka peribadahan atau kesaksian gereja ke luar kepada masyarakat umum
kelompok penyanyi yang berciri kegerejaan. Artinya paduan suara itu memiliki
karakter religius dalam tampilan dan misinya. Dengan kata lain, sifat gerejawi itu
(Liturgis).
Sebenarnya dari segi ilmu seni suara, Paduan Suara Gerejawi (PSG) tidak
berciri kristiani atau gerejawi tersebut. Dalam hubungan ini, dapat dikatakan
bahwa “tempat kehidupan” (setting of life) dari PSG adalah di dalam kehidupan
gereja dan tanpa lingkungan kehidupan gereja, suatu PSG tidak dapat hidup. Ia
Kristen atau dengan seluruh ekspresi iman Kristen di dalam gereja itu sendiri
istilah koor atau zangkoor, yang mungkin dipengaruhi oleh kata pinjaman dari
bahasa Belanda, karena pada masa itu istilah “paduan suara” belum populer. Di
samping itu pada masa penjajahan dahulu, istilah “koor” juga digunakan di dalam
partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian yang harus dinyanyikan
secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus diulangi oleh para
penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur nyanyian sekarang ini9.
oleh tim musik gereja HKBP untuk memenuhi kebutuhan pelayanan musik liturgi
/ gereja dalam setiap aktifitas pujian / bernyanyi memuji Tuhan baik dalam acara
yang terbaik untuk Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan demikian MBG menjadi
solusi atas kendala pelayanan musik pada setiap kegiatan kebaktian gereja anda.
Music Box Gereja adalah satu perangkat laptop yang menggunakan platform
LINUX serta berfungsi khusus mengiringi nyanyian / lagu. Program ini dirancang
dan disusun secara profesional oleh Tim IT MBG bekerja sama dengan para
musisi yang khusus memahami musik liturgi dan profesional yang dipimpin oleh
9
Ibid.
22
St. Drs. Nurdin Doloksaribu, MSi untuk melakukan rekaman lagu-lagu gereja
sesuai dengan partitur yang resmi baik yang dikeluarkan Yamuger atau Terbitan
Lembaga Gereja lainnya. Iringan musik Box Gereja disesuaikan dengan karakter
lagu dan tema lirik sehingga ada berbagai type iringan musik yang telah kami buat
dalam MBG ini yaitu : Orchestra Classic, Orchestra Populer, iringan full band,
etnis (tradisional).
Lembaga gereja yang pertama kali menggunakan MBG ini adalah HKBP,
gereja di Indonesia (GKI, GKPI, GKPS, GBKP, Gereja Kharismatik, GKJ, Gereja
Pasundan, Toraja, GPIB, Gereja Indonesia bagian Timur dalam hal ini gereja-
Tim MBG dipimpin oleh bapak St. Drs Nurdin Doloksaribu, MSi dibantu
oleh para musisi Hendro Lumbantoruan (musisi / guru musik dan pengajar koor di
HKBP Perumnas II Bekasi), Junaedi Baroes (Guru musik / musisi dan pengajar
Jakarta dan juga seorang musisi ethnis khusus Karo), Pendeta JAU Doloksaribu,
M.Min (beliau adalah juara II tingkat dunia pengarang lagu liturgi yang
handal), Resman Yohanes (beliau seorang musisi trumpet dan lulusan sastra
Inggris Universitas Indonesia) dibantu para musisi ethnis yang sifatnya part-time
dari GKPS, gereja Toraja, GKPI, gereja Pasundan dan GKJ, khusus pengeditan
23
teks / lirik lagu berbahasa Jawa kami mendatangkan bapak pendeta Riagung Putra
1.6.7 Jemaat
Kata ekklesia berarti “orang-orang yang dipanggil keluar.” Kata ekklesia tidak
Sidang jemaat adalah suatu himpunan istimewa yang terdiri dari orang-
orang yang mendengar dan menurut panggilan Allah. Mereka bertobat dari dosa,
percaya kepada Yesus Kristus, dilahirkan kembali oleh Roh Suci, dan sekarang
sebagai milik Allah mereka hidup dalam kesucian. Tanah air mereka ada di sorga
ini maka semua unsur yang terdapat dalam lingkup gereja HKBP adalah termasuk
dalam istilah ‘Jemaat HKBP’ yang meliputi: Pendeta Resort, Guru Huria, Bible
Vrouw, Sintua (penetua gereja), tim musik, peserta koor dalam gereja dan ruas ni
1.6.8 Ibadah
Menurut Abineno10: “Ibadah adalah suatu pertemuan umat Allah dan jemaat
dalam bentuk dialog, dimana Allah berfirman dan manusia mendengar, Allah
memberi dan jemaat menerima serta mengucap syukur, Allah mengampuni dan
persekutuan dengan Allah dan sesama manusia dalam menjawab kasih Allah
suatu pertemuan umat Allah dengan manusia dalam bentuk dialog, nyanyian,
atau kata–kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering
dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna
maupun tujuan dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari
sebuah lagu. Menurut Badudu-Zain12, syair atau teks adalah kata-kata yang asli
bahwa syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta
10
Abineno, 1995. hal., 5.
11
M. Soeharto. 1992. Kamus Musik. Gramadia Widia Sarana Indonesia. hal., 131
12
Zain Badudu. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. hal,.
1455.
13
Migdolf, 2002 hal., 52
25
diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi
musik melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu.
1.7 Teori
Menurut Kerlinger (1973), teori adalah sebuah satu konsep atau construct
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, sebagai
landasan cara berfikir bagi penulis dalam membahas permasalahan penelitian ini,
untuk untuk menunjang data-data atau informasi yang diharapkan bagi penelitian.
kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata
setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap
memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat.
dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul kebutuhan jenis kedua
(derived needs), kebutuhan sekunder yang harus juga dipenuhi oleh kebudayaan.
konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia, dan pranata-
pranata sosial menjadi mantap juga. Dalam hal itu ia membedakan antara fungsi
1. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat;
2. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti
3. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
dipandang sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar para warga masyarakat.
pada teori yang ditawarkan Allan P. Merriam (1964 : 223-226) dalam bukunya
musik itu digunakan, sedangkan fungsi musik berkaitan dengan tujuan pemakaian
musik tersebut.
saya mengkaitkan tentang penggunaan musik dalam ibadah, maka akan menunjuk
sebagai praktek yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari pelaksanaan adat
istiadat (ibadah), baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan
aktivitas-aktivitas lain.
emosional; (2) Fungsi pengungkapan estetika; (3) Fungsi hiburan; (4) Fungsi
komunikasi; (5) Fungsi perlambangan;(6) Fungsi reaksi jasmani; (7) Fungsi yang
berkaitan dengan norma sosial; (8) Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara
28
bersifat statis, melainkan selalu berubah. Hal ini berhubungan dengan waktu,
dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga dapat berasal
perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan
itu sendiri dan disebut juga inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan
perubahan yang timbul akibat pengaruh dari luar lingkup kebudayaan tersebut.
Selain itu, teori perubahan yang digunakan dalam penelitian ini juga
bertitik tolak dari persepektif materialistis. Marx (dalam Lauer, 1993:205) secara
menyatakan bahwa pola keyakinan dan perilaku manusia, terutama dibentuk oleh
berupaya memelihara dan dan menyesuaikan diri dengan alam yang senantiasa
empat hal, yaitu (1) teknologi sebagai satu faktor yang sangat mempengaruhi
perubahan; (3) teknologi sebagai “juru selamat”; dan (4) teknologi sebagai anti
agama Kristen.
kasus tertentu yang diteliti pada ahli antropologi lainnya. Epstein dalam
penelitiannya di dua desa di India Selatan, menyimpulkan bahwa satu desa yang
waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara
sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; (3) di
Perubahan yang terdapat dalam gereja HKBP terkait musik gereja adalah
perubahan dalam hal pola pikir, perubahan dalam penggunaan instrument alat
musik dalam mengiringi ibadah gereja dan perubahan komposisi himne gereja.
yang dilakukan di lapangan merupakan ciri khas studi etnografi dalam antroplogi
sudut pandang masyarakat Batak selaku pemilik kebudayaan ini. Cara yang
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik
berupa tulisan atau pernyataan dari seseorang atau suatu perilaku aktor, maupun
fenomena tertentu yang dapat diamati oleh seorang peneliti. Seperti diungkapkan
aspek teoritis, konseptual, metode dan teknik penelitian. Gambaran ini sesuai
mengatasi masalah yang dihadapi itu. Kerangka teoritis atau kerangka ilmiah yang
digunakan, penerima usul dapat menilai apakah dapat diharapkan hasil yang
memuaskan atau tidak pada tempat dan kondisi tertentu. (Keraf, 1984: 310)
memperoleh solusi atau pemecahan terhadap satu atau lebih problema, maka
penelitian ini dilakukan atas 2 (dua) sudut pandang, yakni studi teks dan konteks.
Studi teks tentu behadapan pada kajian struktural, sedang studi kontekstual lebih
dekat pada kajian fungsional. Karena dalam pengkajian ilmu dalam bidang seni
dapat dibagi dalam beberapa cabang seni, salah satunya adalah pertunjukan seni
atau pertunjukan kebudayaan yang didalamnya termasuk seni musik, tari, teater. 14
Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana memahami peranan dan fungsi
musik gereja dalam ibadah yang dilakukan serta melihat sejauh apa perubahan
konsep musik gereja HKBP yang telah terjadi dan melihat aspek apa sebenarnya
14
Lihat Murgiyanto (1995) dalam Muhammad Takari, et al ”Masyarakat Kesenian di
Indonesia”. Studia Kultura Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
32
tetapi untuk melihat perubahan penggunaan alat musik di gereja HKBP penulis
Sudirman, Gereja HKBP Simpang Limun dan Gereja HKBP Dame. Gereja HKBP
paduan suara dan sudah mengujungi berbagai gereja dalam evangelisasi koor.
108) mengatakan bahwa usaha pengamatan atau observasi yang cermat, dapat
dianggap merupakan salah satu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai bagi para
Secara kebetulan penulis bertempat tinggal di daerah Kota Medan dan dari
dulu sewaktu kuliah S.1 di Universitas HKBP Nommensen aktif dalam paduan
berbagai gereja HKBP. Sebagai anggota paduan suara waktu mahasiswa dan
sampai saat ini masih aktif dalam berbagai paduan suara, penulis sudah melihat
dan menemukan bahwa konsep musik gereja di berbagai gereja HKBP telah
terjadi perubahan dan itu sepertinya sudah menjadi kecenderungan pada saat ini.
Fokus perhatian pada saat itu adalah mengamati bagaimana otoritas gereja
mengamati jenis-jenis musik yang digunakan, serta hal-hal lain yang terjadi pada
pelaksanaan ibadah.
1.8.4 Wawancara
antara peneliti dengan informan tentang satu masalah yang diteliti. Selain itu,
wawancara juga sangat mendukung guna melengkapi data yang diperoleh dari
beberapa seniman musik gereja yang masih dalam kegiatan ibadah, guna
mendapatkan data yang menyeluruh, baik tentang perenan, fungsi, perubahan dan
1.8.5 Dokumentasi
ini dilakukan untuk mengetahui tentang kondisi dan perubahan konsep musik
gereja yang saat ini sedang berlaku dilacak melalui buku-buku, majalah, jurnal,
surat kabar, tesis (hasil penelitian) dan media elektronik seperti internet.
seminar, dan jurnal yang terbit dalam lingkup kebudayaan daerah Batak Toba.
Seluruh data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh sebelum dan
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada
tema dan hiportesis itu”. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori
mengorganisasikan data yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data
sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
teknik triangulasi sesuai dengan teori Patton mengatakan trigulasi sesuai dengan
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
berkaitan.
Kegiatan Lapangan; dan (3) Analisa intensif ( analisa data). Sesuai dengan teori
Bogdan maka, sebelum penulis terjun ke lapangan penelitian ada tahap-tahap yang
1. Tahap Pra lapangan. Dalam tahap pralapangan ada enam kegiatan yang
harus dilakukan penelitian pada tahap ini yaitu : (i) Menyusun rancangan
mengurus izin dari siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan
kepustakaan atau mengetahu melalui dari orang dalam tentang situasi dan
latar penelitian melalui orang yang dikenal atau jalur lainnya. Hal- hal
yang perlu juga dipersiapkan oleh peneliti misalnya alat tulis, seperti ball
point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, alat perekam dan kamera foto.
dijadikan informal.
38
Pada tahap pekerjaan terdiri dari 3 bagian yang harus peneliti laksanakan;
sendiri harus disesuaikan dengan kebiasaan adat, tata cara, dan kultur latar
penelitian.
d. Jumlah waktu studi, penulis harus berpegang pada tujuan, masalah dan
perlu dibina tidak ada dinding pemisah diantara penelitian dan subjek yang
sudah ditentukan.
b. Mempelajari bahasa, jika penelitian berasal dari latar yang lain, penelitian
a. Pengarahan Batas Studi, pada waktu menyusun usul penelitian batas studi
kejadian tertentu.
Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Landasan Konsep dan Teori dan Metode
Singkat Gereja HKBP, Bab III membahas Tata Ibadah Gereja HKBP dan
Perkembangan musik gereja secara umum sampai dengan musik gereja di HKBP.
Bab IV Penggunaan dan Fungsi Musik Gereja dalam Ibadah Gereja HKBP Pasar
Melintang Medan, Bab V akan membahas Perubahan Musik Gereja HKBP dan
BAB II
secara umum dan sejarah mengenai gereja HKBP Pasar Melintang Medan.
HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861, tanggal itu menjadi titik
balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan
sejarah gereja adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang yang sama. Gereja tanpa
Pada awalnya tanggal 7 Oktober 1861 adalah titik balik penginjilan dari
lembaga sending Rhein di dunia ini. Karena jauh sebelum tahun 1861 sending
Kalimantan dan di Afrika Utara. Tetapi sejak 7 Oktober 1861 dibuka suatu
tentukan pada 7 Oktober 1861 bertepatan dengan tanggal dari rapat pertama para
Injil. Pada tanggal tersebut, dua misionaris RMG yang sebelumnya bekerja di
Kalimantan yakni Klammer dan Betz bersama dua misionaris dari Ermelo,
yakni van Asselt dan Heine melakukan Rapat di Sipirok untuk memulai
pekerjaan RMG di tanah Batak. Di samping itu, pada tahun itu juga ditandai
dengan masuknya orang Batak menjadi Kristen untuk pertama kalinya yakni
Nama “Batak Mission” telah melekat dalam ingatan para penginjil RMG dan
juga umat Kristen Batak yang terhimpun dalam berbagai huria/jemaat. Penginjil
Dr. Johannes Warneck (Ephorus sejak 1920-1932) menulis sebuah buku dalam
rangka dalam menyambut jubileum Batak- Mission ke-50 dan 60 tahun dengan
sejarah “Batakmission “ sejak 1905 : tanggal 7 Oktober 1861 adalah hari jadi
pelayanannya di Tanah Batak 1940 akibat perang dunia II. Pada tahun 1949
pelayanan RMG di tanah kita atau Hari kelahiran Gereja kita”. DR. T.S.
RMG adalah “ Ina ni Huria Kristen Batak Protestan“ (ibu dari HKBP).
Kata Huria bisa diartikan sebagai Jemaat. Kata "Batak" menjadi salah satu
ketertutupan bagi orang lain di luar suku Batak. Hal itu semakin diperkuat
dengan asal muasal, tempat kelahiran dan Kantor Pusatnya di Tapanuli Utara,
17
Hoofdbestuur ni HKBP, “Eben-Ezer: 75 taon huria Kristen Batak Protestant”.
Laguboti: Sendings-Werkplatsen.
18
Sihombing, “ Parningotan di ari 7 Oktober 1861-1951”, dalam Majalah Immanuel 1861,
hal., 7.
19
T. Sihombing, “ Redaksi : Hata Patujolo “, dalam “ Immanuel 7/10/51”, hal., 3.
43
yang mayoritas orang Batak. Namun dalam Tata Gereja HKBP memakai
istilah Aturan untuk Anggaran Dasar dan Peraturan untuk Anggaran Rumah
persekutuan dari orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku
bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di seluruh dunia ini, yang
dibaptiskan ke dalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh
Kudus. Pasal ini dengan jelas memperlihatkan bahwa HKBP bukanlah gereja
Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado.
(DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi
Pada mulanya ruang lingkup HKBP hanya terbatas dalam wilayah dan
20
Op, Cit., Moksa Nadaek, et al. hal. 5
21
Jubileum 150 Tahun HKBP – Bahan Penelahan Alkitab
44
air dan bahkan luar negeri. Perkembangan yang sedemikian rupa itu, ditambah
dengan amanat Tata Gereja yang terbuka untuk seluruh suku, maka bahasa
yang dipakai di HKBP berubah, tidak lagi hanya bahasa Batak, tetapi juga
bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain yang dimengerti oleh warga. Sejak
gereja HKBP yang ada di wilayah Jawa, khususnya Jakarta. Pada mulanya hal
dokumen HKBP, bahasa Indonesia telah dipakai secara resmi. Dengan tetap
kaitan yang khusus antara masyarakat Batak dengan HKBP dan sekaligus menjadi
salah satu bagian yang kuat dalam memelihara kelestarian budaya Batak. Bahasa
tanah air, bahkan hingga ke luar negeri, minimal dapat mendengar bahasa
Batak secara serius dalam kebaktian maupun acara-acara lain yang bersifat
gerejawi. 22
22
Op, cit., Moksa Nadeak, et al. hal. 6.
45
umumnya.
Batak. Penginjil Burton dan Ward adalah yang pertama, sebagai utusan Gereja
Baptis Inggris ke tanah Batak tahun 1824. Mereka langsung kembali tanpa
dari Badan Zending Amerika pada tahun 1829. Mereka ini mengalami nasib
yang tragis dan menjadi martir, terbunuh di Lobu Pining, Tapanuli Utara. Setelah
itu, van der Tuuk pada tahun 1849 yang menyalin sebagian Injil ke bahasa
Batak dan Pdt van Asselt pada tahun 1857 yang berhasil membaptis orang
Batak menjadi Kristen untuk yang pertama kali. Dua orang terakhir ini berasal
dari Belanda.
Jerman. Ia melayani di tanah Batak sejak bulan Mei 1862 dan tercatat sebagai
46
Ephorus23 HKBP yang pertama dan juga orang yang pertama berhasil
Tarutung tanggal 20 Mei 864. Jabatan Ephorus dipangkunya sejak tahun 1881
Injil sebagai tugas utama, paling tidak ada empat hal lain yang menjadi
dengan adanya sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan yang dibangun pada
masa Nommensen dan hingga kini masih terus dilanjutkan oleh HKBP.
membuka Sekolah Pendeta pada tahun 1883. Demikian juga dalam hal
kesehatan dan pelayanan sosial. Pada tanggal 2 Juni 1900 berhasil dibangun
Tarutung dan pada tanggal 5 September tahun yang sama dibangun panti sosial
23
Ephorus adalah pimpinan tertinggi dalam struktur HKBP.
47
bagi orang yang menderita penyakit kusta di Huta Salem. Sementara itu,
majalah Immanuel.
(seperti anak raja dan tokoh-tokoh masyarakat waktu itu) juga dibuka di
Narumonda pada tahun 1900. Sekolah ini selain memberikan pelajaran umum,
pada waktu itu adalah Pdt Otto Marcks. Sekolah ini kemudian berubah menjadi
seminari pada tahun 1905 dan anak didiknya tidak lagi terbatas untuk
kalangan elite tetapi sudah terbuka untuk umum. Sekolah umum ini adalah
yang pertama di tanah Batak, sebab baru pada tahun 1911 pemerintah Hindia
1. Ephorus. Ephorus adalah yang memimpin segenap HKBP dan wakil HKBP
harus diembannya sesuai dengan Konfesi, Tata Gereja dan Siasat Gereja
Adapun yang menjadi tugas-tugas Eporus sesuai dengan Aturan dan Peraturan
bangsa dan negara; (d) Mewakili HKBP terhadap pemerintah, gereja, dan
Memimpin Rapat Pimpinan HKBP; (h) Melantik praeses; (i) Memimpin Rapat
penahbisan gereja dan peletakan batu alas; (m) Menahbiskan pendeta, guru
ketetapan tentang jemaat, resort, distrik baru, yayasan, lembaga, dan komisi,
demikian juga yang berhubungan dengan personalia; dan (q) Menerima usul
Adapun tugas dari Sekertaris Jenderal adalah sebagai berikut; (a) Menyertai
pemberitaan firman Allah yang akan menjadi pegangan bagi semua pelayan di
6. Praeses
Tugas Praeses adalah (1) Memimpin distrik bersama-sama dengan para kepala
bidan; (2) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan distrik sesuai
dengan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, dan Rapat Pimpinan
majelis pekerja sinode distri dan rapat pimpinan distrik; (6) Meresmikan jemaat-
jemaat dan ressort-ressort baru yang sudah ditetapkan oleh Pimpinan HKBP; (7)
ressort yang tidak dapat diselesaikan oleh majelis ressort; dan (10) Mengawasi
pengurus gereja) dan melihat pembangunan gereja HKBP Pasar Melintang pada
awalnya. Penulis menyadari bahwa banyak hal yang tidak terakomodasi dalam
melakukan wawancara terhadap otoritas gereja HKBP Pasar Melintang dan juga
jemaat gereja HKBP Melintang yang ikut terjun dalam pendirian gereja HKBP
Pasar Melintang.
terlepas dari kondisi ibadah minggu di gereja HKBP Sei Putih yang semakin
ramai dimana jemaat gereja yang terus bertambah yang datang dari desa
naualu. Oleh karena itu ruangan gereja tidak mampu lagi menampung jumlah
jemaat yang semakin banyak. Melihat kondisi tersebut muncullah ide dari
54
Dewan Pembangunan HKBP Sei Putih yang bertempat tinggal di sekitar Pasar
tersebut adalah:
rumaha Bapak Dr. H.T. Sitanggang, SKM dan diikuti oleh 12 orang sintua dan
penetua.
dan melalui rapat tersebut terpilihlah sponsor atau panitia Pembangunan gereja
Bapak Drs. P.S. Marbun. Pada rapat ini membicarakan tentang letah dan
bidang tanah sebagai tempat lokasi pembangunan gereja. Ukuran tanah 8.00 M
Bapak St. O.H Hutabarat. Pada rapat tersebut dilaporkan bahwa tanah untuk
sementara oleh Bapak M.P.L Simanjuntak; Bapak Drs. P.S. Marbun; Bapak
beberapa utusan menemui otoritas gereja HKBP Sei Putih untuk meminta
persetujuan untuk mendirikan gereja yang diberi nama Gereja HKBP Pasar
ukuran gedung gereja 8M x 12M dengan kondisi yang apa adanya (masih
tahap darurat dimana atap gedung masih menggunakan atap rumbai, bangku
darurat dan lantai masih tanah). Di tanggal 31 Maret 1968 ibadah minggu awal
sudah dilakukan yang dipimpin oleh Bapak Pdt. K. Sitorus dengan dibantu
oleh penetua gereja Sei Putih dan pada saat itu juga gereja ini sudah mulai
adalah jemaat gereja HKBP Sei Putih (gereja HKBP Pasar Melintang dulunya
merupakan pagaran dari HKBP Sei Putih). Keberadaan jemaat HKBP Pasar
Melintang sekarang ini adalah berasal dari warga sekitar lokasi gereja dan
57
perantau (berdirinya berbagai sekolah yang tidak jauh dari lokasi gereja seperti
Pada Tanggal 20 Maret 1968 para penetua gereja HKBP Pasar Melintang
mengadakan rapat di rumah Bapak St. M.M Siregar yang membahas masa tugas
dari pengurus gereja dalam periode 4 tahun. Susunan pengurus gereja pada
Pada tanggal 01 Agustus 1972 HKBP pimpinan pusat HKBP mengangkat M.P
Siahaan sebagai Guru Huria (disingkat dengan Gr.). Tetapi kurang lebih satu
tuhun kemudian, Gr. M.P Siahaan pindah ke gereja HKBP Marindal dan
digantikan oleh Gr. A.D Siahaan. Selama kurang lebih 7 tahun, Gr. A.D
Siahaan pindah tugas ke gereja Sidorame dan kemudian posisi ini digantikan
oleh Gr. S. Siagian dari gereja HKBP Pajak Baru Resort Belawan. Tahun
24
Wawancara dengan Bapak Tobing di gereja HKBP Pasar Melintang, tanggal 27 Juli
2014.
58
Pembagian Tugas Dan Wewenang masing – masing Pengurus Gereja HKBP Pasar
sesuai dengan keterampilan, minat dan talenta yang dimiliki para pelayan
dengan pelayan penuh waktu lainnya; (3) Mengawasi jalannya tugas para
pelayan penuh waktu yang telah disepakati atau ditetapkan; (4) Menerima
Aturan dan Peraturan HKBP (2002) atau menugaskan salah seorang dari
pelayan penuh waktu lainnya untuk mewakilinya; dan (7) Menyetujui isi warta
jemaat yang akan diwartakan pada setiap kebaktian minggu yang dipersiapkan
2. Guru Huria
Tugas Guru Huria adalah; (a) Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan
Pekerja Sinode, sinode distrik, majelis pekerja sinode distrik, rapat resort,
rapat majelis resort dan rapat pelayan tahbisan; (e) Mengawasi, membimbing,
melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP. Tugas Bibelvrouw adalah; (a)
Bibelvrouw.
4. Penatua gereja adalah yang menerima jabatan penatua dari HKBP melalui
pendeta ressort sesuai dengan Agenda HKBP. Syarat Menjadi Penatua; (a)
tidak bercela; (d) Paling sedikitnya berumur 25 tahun; (e) Sehat rohani dan
jasmani; (f). Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh
Rapat Pelayan Tahbisan. Tugas Penetua gereja adalah; (1) Sebagai tertera
masing; (4) Mengikuti sermon dan rapat penatua; dan (5) Menyampaikan
partangiangan weik (kebaktian weik) yang dilaksanakan hari kamis malam pukul
08.00 wib. Pembagian weik di gereja HKBP Pasar Melintang Medan adalah
sebagai berikut:
Aktivitas gereja dalam hal koor terlihat dari paduan suara yang dibentuk yang
setiap ibadah berparsitifasi melantunkan lagu pujian. Paduan suara terdiri dari:
Punguan Ina Parari Rebo (Koor Ibu yang latihan setiap hari Rabu); Koor Ama
(Koor kaum Bapak); koor gabungan Zion; Koor Ina Maria dan koor dari weik II.
dimotori oleh St. K. Sinambela. Pada tanggal 22 September 1986 gereja membeli
selanjutnya, pada tahun 1979 instrumen Poti Marende diganti dengan Elektone.
63
kelompok, yakni:
gereja selanjutnya dengan lantai permanen selesai dikerjakan pada tanggal 4 April
1971. Pada tanggal tersebut diadakan pesta ulang tahun ke III (pesta manuruk
gereja na imbaru artinya: pesta memasuki gereja baru) dimana ketua panitia pesta
seksi dewan pembangunan kepada Bapak D.J Panjaitan. Pada masa dewan
balkon gereja dan membangun dingding gereja dari beton. Pada tahun 1979,
Bapak RTDH Pakpahan. Dana yang diperoleh dari acara pesta ini digunakan
64
aksesorisnya.
memperbaiki mimbar depan gereja. Pada tanggal 7-8 Mei 1983 adalah lanjutan
dari pesta pembangunan tahun 1982. Ketua panitia acara ini adalah Bapak A.C.
Sagala, SH. Perencanaan akan pembangunan mimbar gereja dapat tercapai dengan
baik.
BAB III
Pembahasan dalam Bab III adalah tentang liturgi gereja HKBP dan
adalah himne dan juga alat musik yang digunakan dalam mengiringi nyanyian
digunakan hingga saat ini, seperti: Agenda, Votum, Liturgi, Cultus dan Introitus.
1. Agenda berasal dari bahasa Latin yang artinya dalam bahasa Inggris
tata ibadah yang dipakai oleh gereja antara lain; kebaktian minggu biasa,
kata itu oleh gereja-gereja asal para misionaris yang bekerja di Tanah
Batak (1861–1940).
2. Liturgi berasal dari bahasa Yunani “leiturgia” (leos yang artinya rakyat,
dan ergon yang artinya kerja): kerja bakti yg dilakukan warga kota
setempat; pajak yang dibayar oleh warga negara; ibadah dalam kuil; dalam
3. Cultus berasal dari bahasa Latin sebagai padanan kata “latreia” dalam
4. Votum berasal dari bahasa Latin yang artinya: keinginan, janji, keputusan,
menerima orang yang ingin bertemu dengan Allah. Unsur yang mengawali
diri berada.
5. Introitus berasal dari bahasa Latin yang artinya pengantar masuk suatu
prosesi; ayat introitus: sebuah nats Alkitab yang merujuk pada tahun
panggilan beribadah.
67
Uraian tentang dasar teologis tata ibadah HKBP diawali dengan paparan
dari segi historisnya, artinya memberi penjelasan kapan lahir, bagaimana lahirnya
serta mengapa dilahirkan sebuah dokumen yang namanya Liturgi (tata ibadah)
HKBP. Sejak awal pekabaran Injil di Tanah Batak tahun 1860-an, keinginan
untuk pengadaan sebuah liturgi atau tata ibadah Minggu dan peristiwa-pristiwa
gerejawi lainnya sudah menggema dan upaya untuk itu sudah dilakukan. Ini
nampak dari laporan-laporan para misionaris, seperti yang nampak dari laporan
kegiatan Pekabaran Injil di lembah Silindung Batak Toba oleh ketiga misionaris
sidi, pernikahan, dan lain-lain. Kemungkinan ini semua telah bermuara pada
sebuah buku Agenda, edisi pertama ialah Agenda 1904, dilengkapi dengan
pedoman pemakaiannya, yang diterbitkan pada tahun 1906 dalam bahasa Jerman
dan untuk edisi Batak Toba tahun 1907. Agenda 1904 dan buku pedoman tersebut
menjadi acuan bagi paparan kita dalam mencari dasar-dasar teologis dan praktis
sebuah Agenda HKBP serta menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan revisi
25
I.L. Nommensen, Missionsarbeit in Silindung, dalam : “Berichte der RMG”, Juni 1866,
hal.167-182 ; I.L. Nommensen, Aus Huta Dame im Bataklande, dalam: “Berichte der RMG”, Juli
1874, hal.193-206; dll. Lihat juga buku J.R.Hutauruk, Menata Rumah Allah. Kumpulan tata gereja
HKBP, Kantor Pusat HKBP, 2001, hal.10-11, bahwa urutan mata acara ibadah Minggu :
pembacaan dasa titah – pengakuan dosa – janji pengampunan dosa, sudah sejak dini dilakukan.
26
“Agenda”, Nirongkom di Pangarongkomon Mission di Narumonda, Sianta – Toba,
1904, selanjutnya dikutib dengan singkatan: Agenda, Edisi 1904. Buku pedoman yang dimaksud
ialah “Aturan ni Ruhut di angka huria na di tongatonga ni Halak Batak.”, Nirongkom di
Panagarongkoman Mission di Si Antar – Toba, 1907, hal.1-35.
68
sebenarnya dasar teologis dari sebuah liturgi (tata ibadah gereja) yang evangelis (
istilah yang lebih popular ialah injili), atau dengan kata lain apa saja yang paling
M. Luther atau J .Calvin maupun para reformator lainnya. Dasar teologis yang
sangat fundamental menurut Tiemeyer adalah bahwa karya Tuhan Allah sendiri
yang selalu mendominasi sebuah tata ibadah yang otentik sebagaimana ditemukan
bahwa upaya mencari makna dan hakekat sebuah tata ibadah evangelis
(evangelische Gottesdienst) atau istilah yang lebih dikenal dengan kata ibadah
Allah yang hidup itu. Karena arti tata ibadah yang paling mendasar ialah
dan liturgis sebagai manusia biasa tidak bakal melewati batas antara Allah dan
manusia. Allah telah menyatakan diriNya kepada manusia dan tidak bakal
gerejawi yang pernah dipakai oleh Gereja – gereja dengan tujuan untuk
menunjukkan bahwa sepanjang sejarahnya gereja sepanjang abad itu selalu jatuh
bangun dalam mempertahankan hal-hal yang fundamental dari sebuah tata ibadah.
Salah satu yang paling utama ialah tindakan Allah, Allah yang bertindak, Allah
yang hadir dan manusia merespons kehadiran Allah yang mulia dan agung itu.
69
Dalam lima periode, beliau melihat gereja-gereja itu jatuh bangun dalam
perjalanan dari tata ibadah injili itu telah melalui lima stasi / persinggahannya
pada bait suci memperlihatkan kehadiran Allah yang hidup itu. Sepanjang
perjalanan sejarah bangsa Israel selalu nampak bahwa sebuah tempat tertentu
(sebuah kemah nomadis, tabut pada zaman perjalanan di gurun pasir atau sebuah
fenomenanya tetap sama, yaitu “Allah hadir, mari kita sujud di hadapan-Nya,
demikian yang terjadi pada awalnya. Ketika batas antara Allah dan manusia
dilewati, maka para imam Israel atas kekuatan / kekuasaan jabatannya, mereka
telah membangun ibadah untuk Allah, dan pada saat itulah menghilang kehadiran
Allah. Kehadiran Allah telah menghilang, dan sebagai gantinya ialah ibadah
memasuki sejarah bangsa Israel. Firman Allah menjadi daging. Tetapi Kristus
tidak diterima, manusia ingin menguasai Allah dalam bait suci. Kristus
yang tadinya berpusat pada kehadiran Allah, tetapi oleh kehadiran para imam
Israel tempat Allah telah direbut oleh para imam, dengan demikian imam jadi
pusat ibadah.
70
Yesus: “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti
mengandalkan wibawa / kuasa sendiri. Kini Allah kembali hadir dan bertindak
dalam ibadah yang dipimpin oleh Yesus. Kehadiran Allah dipertegas lagi oleh
nats Alkitab Lukas 4: 21: ” Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: ‘Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya’. Dan pada akhir hidup-
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku! ( 1 Korintus. 11:24 ). Inilah menurut
beliau bentuk yang sangat sederhana yang dilayankan oleh Yesus, yaitu makan
roti dan minum anggur; bentuk yang sangat sederhana ini dipakai oleh Yesus
untuk mencerminkan kebesaran dan kehadiran Allah yang berbuat itu. Inilah suatu
ketegangan yang indah, yang nampak dalam ibadah yang dipimpin oleh Yesus:
ketegangan antara unsur roti dan anggur yang bersifat sementara itu dan dalam
bentuknya yang sederhana itu (kata-kata yang biasa tanpa seremoni) dengan
kemuliaan yang abadi dari Tuhan Allah yang hidup itu. Namun ketegangan ini
akhirnya sirna oleh ulah manusia yang tidak sabar dan rindu akan kehadiran
Tuhan Allah. Lagi-lagi terjadi penyimpangan oleh ulah dan perbuatan para pejabat
71
gerejawi abad ke-2. Kehadiran Allah dalam ibadah telah digantikan oleh kegiatan
seremonial para pejabat gerejawi itu. Kehadiran Allah dalam Perjamuan Kudus
telah digantikan oleh unsur-unsur yang diilahikan (roti dan anggur; “die
vergotteten Elemente Brot und Wein”). Artinya, kini yang bertindak ialah manusia
bukan lagi Allah. Imam maju ke depan dan mengorganisasi ibadah itu,
hal ini, Tiemeyer menyimpulkan bahwa kini yang terjadi ialah: Ibadah – tanpa
Zaman Romawi, Pusat ibadah Gereja Katolik Roma ialah Missa, yang
dimaterialisasikan (“Gott ist dinglich geworden”) dalam sebuah peti sakral yang
dikenal dengan nama Hostie yang artinya tempat roti yang sudah berubah jadi
tubuh Kristus. Melalui pelayanan ritus seorang imam, maka roti dan anggur itu
telah diilahikan. Ketegangan antara Allah dan manusia telah dihancurkan. Gereja
yang merayakan itu memiliki, berkuasa atas Allah dalam peti sacral hostie.
Kristus telah hadir dalam peti tersebut. Gereja telah menguasai Allah, gereja telah
berkuasa atas Allah, bukan lagi sebaliknya Allah menguasai Gereja. Kejatuhan
itu sebagai suatu pengilahian (“Abgotterei”) dan oleh karenanya perlu ditiadakan.
Bagi kedua reformator ini, adalah suatu hal yang sangat mendasar bahwa tindakan
Allah sendiri yang terjadi dalam sebuah ibadah dan hendaknya jangan ada yang
72
merampok kemuliaan Allah dalam tempat suci. Ketegangan antara Allah dan
manusia harus ditegakkan kembali: “Allah tidak bertempat tinggal di rumah bait
suci buatan manusia” (Kis.17:24). Dalam ibadah itu harus nyata adanya
anugerah Allah, bahwa Dia yang kudus itu mendekatkan diri kepada orang-orang
ibadah sebagai Hakim dan juga sebagai Juru Selamat. Suara Allah yang
dalam ibadah, tetapi juga suaraNya yang mengatakan Ya berlaku bagi orang
berdosa. Beliau mengatakan bahwa hal ini dapat terjadi hanya melalui firman
Allah dan bukan melalui Messe. Sekali lagi beliau mengulangi, bahwa melalui
Messe, dalam roti dan anggur yang telah diilahikan itu, Gereja telah menampilkan
diri sebagai pemilik, sebagai yang mempunyai. Tetapi firman Allah itu tak akan
pernah dapat dimiliki atau dikuasai oleh siapapun, melainkan firman Allah itu
mengajar supaya sabar dan berpengharapan. Beliau mengutip nats Alkitab Rom
apa yang dilihatnya”. Semua reformator sependapat akan arti dan makna sebuah
ibadah yang injili / evangelis itu. Mereka beda hanya dalam menentukan bentuk
luarnya. Perbedaan antara Luther, Calvin dan Zwingli hanya dalam bentuk
Luther berpijak pada tradisi lama yaitu liturgi Messe ketika dia
memperkenalkan tata ibadahnya, yaitu Messe Jerman. Tetapi bagi Luther Messe
Jerman ini tidak dianggap bersifat hukum / aturan ibadah yang harus dipatuhi atau
sudah mengenal sebuah buku nyanyian yang dikenal dengan nama Nyanyian
Mazmur, dan buku nyanyian ini beliu perkenalkan kepada jemaatnya di Geneva
tata ibadah adalah relative dan tidak mengurangi esensinya atau istilah yang beliau
Ortodoksi telah menjadikan tata ibadah itu sebagai suatu pemberitaan ajaran
(“Gesetzbuch”). Dan isinya telah disimpan dalam sebuah lemari buatan roh
manusia. Tetapi, demikian beliau, Roh Allah tidak identik dengan roh manusia.
Roh Allah berembus ke mana Dia inginkan. Roh Allah tidak mau berkompromi
pemikiran pietisme ialah “Mistik dan Injil”. Berangkat dari pemikiran inilah maka
(“Lehre”). Dan sikapnya terhadap Gereja resmi (arus utama) tidaklah besahabat,
jiwa-jiwa dalam hubungan pribadi yang sangat hangat dan emosional dengan
Allah, dengan kata-kata yang membelai seperti: ‘Yesus sang bayi yang cantik,
buah hati yang setia.’ (“ lieben Jesulein’, dem ‘treuen Herzlein”). Dosa dirasakan
sangat menekan dan ini terjadi secara mistis. Dalam hal ini kebenaran hanya oleh
iman sudah sangat menurun. Yang menjadi pergumulan pokok dalam kehidupan
ini ialah bagiamana seseorang dapat meraih kekudusan/kesalehan. Dalam hal ini
mengambil prakarsa dan yang ingin memisahkan diri dari ’Dunia, Gereja dan
Dosa’, tetapi hasilnya ialah bahwa manusia tetap tinggal sebagai orang yang
ditipu oleh dosa. Demikian penyimpangan yang terjadi dalam aliran atau kaum
Pietisme.
Tetapi bukan hanya dalam gerakan kegerejaan, seperti dalam Pietisme itu
dan pola pikir manusia Barat sezaman para misionaris Jerman yang melayani di
Tanah Batak. Beliau hanya ingin mengangkat yang paling pokok dari kedua aliran
itu yang mempengaruhi pola pikir dan sikap menggereja atau beragama ketika itu.
anggota Gereja di Jerman saat itu. Dan sejak Schleiermacher ( seorang tokoh
75
teologi abad ke-19 di Jerman ) sangat menguasai diskusi tentang tata ibadah dan
sedang mempengaruhi pola pikir teologis para pendeta di Jerman termasuk para
mengatakan demikian ialah bahwa lahirnya Agenda Union yang lama (die alte
Unionsagende buat Gereja Senegeri Prusia atau lazim disebut Gereja Evangelis
pada perasaan manusia yang sangat bergantung pada suatu kekuasaan diatasnya
itulah yang dipakai saat menyusun tata ibadah Gereja Batak (HKBP) edisi
pertama.
mengambil alih dasar teologis tata ibadah injili sebagaimana ia temukan dalam
sejarah tata ibadah. Tata ibadah yang sudah dipaparkan mulai dari zaman umat
diisyaratkan ibadah yang diawali oleh rumusan ’Dalam nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus’ (Votum). Ibadah Injili bukan dibuka oleh sebuah nyanyian (oleh
jemaat). Ini mau menjelaskan, bahwa manusia (dalam hal ini liturgis) bukan
bertindak atas kekuatan atau wibawa jemaat atau pribadi sendiri tetapi atas
penugasan Allah yang berindak itu. Dan makna serta arti sebuah nyanyian yang
76
untuk sujud dan berdoa di hadapan Allah. Suara Allah yang gemuruh hendaknya
bergaung untuk menyadarkan manusia supaya rela melepaskan diri dari roh yang
selalu ingin menguasai (Allah). Suara Allah seperti itu pernah didengar oleh Musa
dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri
itu, adalah tanah yang kudus.” ( Kel. 3:5). Kutipan ini mau mengingatkan setiap
orang yang mau menyusun atau membaharui tata ibadah (HKBP) agar selalu
(Busse). Itulah sebabnya dalam ibadah nampak unsur pengakuan dosa dari pihak
jemaat (bersama liturgis). Baik liturgis maupun jemaat sama-sama pihak yang
anugerah melalui pembacaan firman Allah (yang dikutib dari Alkitab). Setiap
orang akan tergerak hatinya mengatakan: “ya Tuhan Yesus, seandainya Engkau
doa jemaat. Doa tersebut akan mengantar pengkhotbah yang akan memberitakan
firman Tuhan, artinya pengkhotbah bertindak sebagai mulut Allah pada hal dia
juga adalah orang berdosa; dan itulah sebabnya jemaat mendoakan pengkhotbah
dan jemaat itu sendiri, agar Allah sendiri yang akan membuka hati, mulut dan
77
telinga mereka untuk memahami dan menerima firman Tuhan. Doa ini dilanjutkan
dengan sebuah nyanyian khusus untuk menghantar khotbah yang akan segera
yang datang dalam sikap penyesalan dan rasa serba kekurangan. Allah datang
seluruh kekayaan anugerahnya kepada jemaat. Ini pula yang diisyaratkan salam
anugerah dari pengkhotbah. Inti sari dari khotbah ialah: firman Allah selalu punya
untuk tetap setia terhadap tuntutan Allah: “engkau adalah milik-Ku!”. Allah
anugerahnya yang melimpah itu dan ini diakhiri dengan sebuah nyanyian.
Memang anugerah Allah tidak akan berkesudahan. Setiap hari kasih karunianya
selalu baru. Dalam situasi yang demikian, jemaat bangkit berdiri untuk
seluruh umat Allah di dunia ini, baik jemaat terdahulu, maupun jemaat terkini dan
jemaat yang akan datang. Bersama-sama dengan umat Allah sepanjang zaman,
jemaat yang berkumpul itu patut mengucapkan kembali Pengakuan Percaya yang
universal itu. Menurut Tiemeyer, di sini yang berbicara bukan perasaan (Gefuehl)
78
yang sangat subjektif itu, tetapi Pengakuan sekalipun dengan kata-kata yang
diulangi dan dengan pikiran yang cerah. Kemudian jemaat bernyanyi. Melalui
dilanjutkan dengan doa penutup. Jemaat menyampaikan doa pujian dan terimaksih
atas perbuatan Tuhan Allah di dalam dan melalui firman-Nya dan kepedulian
Allah kepada Gereja-Nya dalam segala kekuatan dan kekurangannya, dan atas
persembahannya ke hadapan takhta Tuhan Allah yang mulia itu; dan ini semuanya
permohonan itu dirangkum dalam doa “Bapa kami”. Dan di dalam berkat Allah
dan janji perlindungan-Nya bagi jemaat yang selalu menghadapi berbagai cobaan,
serta diakhiri nyanyian permohonan: Sai tiop ma tanganhu (So nimm denn meine
sehariannya, dan di sana akan mempelajari, bahwa seluruh hidup ini adalah
sebuah ibadah kepada Tuhan Allah (Gottesdienst), bahwa hidup kita seutuhnya
3.1.4 Urutan mata acara ibadah HKBP dalam agenda edisi 1904 dan 1998.
ibadah yang diinginkan oleh F. Tiemeyer. Keinginan tersebut tidak jauh dari
susunan mata acara ibadah HKBP yang menurut Edisi 1904 dikenal dengan nama
79
“Agende” HKBP. Urutan mata acara ibadah tersebut disusun dalam 23 mata acara
seperti berikut:
1. Marende (Bernyanyi)
2. Pasu -pasu (Votum )
3. Manjaha sada ayat na tongon tu ganup Minggu manang ari pesta sian
bagian .IIA. (Membaca ayat sesuai dengan tema minggu atau acara pesta
dari bagian II A)
4. Martangiang sian bagian II D ); Huria mandok: Amen! (Berdoa diambil
bagian II D) Jemaat menyambut : Amin!
5. Pandita mandok: Didongani Debata ma hamu!; Huria mandok: Amen!
Tangihon hamu ma patik ni Debata: ( manang singungkun angka patik tu
na torop i ). Terjemahan bebas: Pendeta berkata: Tuhan menyertai seluruh
jemaat: Jemaat menyambut dengan kata : Amin.
6. Huria mandok di ujung : “Ale Tuhan Debata! Sai pargogoi ma hami,
mangulahon na hombar tu patikmi!” Amen! (jemaat mengatakan: ya
Tuhan! Kuatkanlah kami melakukan titahMu)
7. Marende huria: “O Jesus Panondang di portibi on” (No.24)27; manang
No.21,3: “Paian Panondangmu ale Panondang i. Ambati ma na lilu di
hasiangan i.”; manang ayat ni Ende na asing pinillit, jadi do.
8. Panopotion di dosa: Tatopoti ma dosanta! ( Dijaha tangiang on, manang
sada na asing taringot tu panopotion, na tarsurat di bag. II B ).28
Pengampunan dosa (membaca doa atau ayat tentang pengampunan yang
tertulis pada bagian II B).
9. Pandita mandok: Bege hamu ma baga-baga ni Debata, taringot tu
hasesaan ni dosa: “Molo tatopoti angka dosanta, haposan do Ibana jala
bonar, manesa dosanta jala paiashon hita sian saluhutna hadeduhon i.”
27
Nomor ini adalah nomor Buku Logu (BL) dari Buku Ende HKBP; nomor BL sudah
berubah, sehingga nomor 24 sudah menjadi nomor 143 dalam BL yang dipakai HKBP kini.
28
Isi doa yang sudah ditiadakan dari Agenda yang kini dipakai oleh HKBP ialah :”
Angkup ni i, sai dongani ma hami, ingani ma rohanami marhite-hite Tondimi, asa lam ture roha
dohot parangenami tu joloan on, asa unang be hualo hami roham na denggan jala na badia i, asa
sonang hami saleleng di tano on, sonang dohot sogot di lambungmi, dung ro panjoum di hami.
Amen!
80
dibandingkan dengan susunan mata acara ibadah dalam Agenda edisi terkini
misalnya Edisi 1998, maka beberapa diantaranya punya tempat yang tetap, tetapi
ada pula yang sudah bergeser, ada penambahan, pengurangan, bahkan ada pula
penghapusan. Sampai kapan tata ibadah 1904 digunakan sebagai pedoman resmi
untuk memimpin ibadah minggu, belum dapat dipastikan. Mungkin tidak lama
sesudah Konferensi 1936. Indikasi untuk itu dapat digunakan data-data dari
sebuah buku catatan kuliah seorang siswa Sekolah Pendeta, Gomar Sihombing di
Seminari Sipoholon, yang mencatat susunan tata ibadah Jumat Agung, Tahun
Baru, Kenaikan, Natal untuk tahun 1933 dan 1934. Mata acara Tingting masih
Pertama, dalam satuan Votum: dalam Agenda 1904 (nomor 1-5), mata
acara no. 4 dan 5 sudah ditiadakan dalam Agenda 1998; mungkin sebagai
gantinya dalam Agenda 1998 ialah mata acara no 3 di mana jemaat menyambut
Kedua, mata acara tentang pembacaan Hukum Taurat (Dasa Titah) berada
dalam posisi yang sama dalam kedua Agenda, di mana tempatnya sesudah satuan
mata acara yang termasuk bagian votum dan introitus (Agenda 1904 dalam nomor
5-6 ) sedang dalam Agenda 1998 dalam nomor 6-7). Sebagai catatan tambahan:
mata acara ini tidak disinggung oleh Tiemeyer dalam paparannya tahun 1936 itu.
Ada juga perubahan dalam mata acara (no. 8) menyanyi dalam Agenda 1904, di
mana beberapa nyanyian tertentu sudah dipilih untuk menyambut Hukum Taurat
Tuhan, sedangkan dalam Agenda 1998 nyanyian tersebut dapat dipilih sesuai
dengan fungsinya.
Ketiga, satuan mata acara berikut ialah tentang pengakuan dosa serta janji
penghapusan dosa (Agenda 1904, mata acara nomor 9-11 dan Agenda 1998, mata
acara 9-11). Dalam kedua Agenda tersebut mata acara ini ditempatkan sesudah
mendengar Hukum Taurat. Namun dalam mata acara tentang janji penghapusan
dosa, Agenda 1904 telah menyusun doa tertentu: ”Molo hitatopoti angka dosanta
…!” Doa ini dapat juga diganti oleh salah satu doa yang tersedia dalam bagian
II.C. Doa tersebut sudah dihilangkan dalam Agenda 1998. Perubahan lain yang
terjadi diantara kedua Agenda tersebut ialah dalam hal menyanyikan nyanyian
menyambut mata acara pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa. Agenda 1904
(mata acara nomor 11) mencantumkan nyanyian tertentu yaitu: ”Amen, Amen,
83
Lehonon ni Jesus, haposanta i!” Agenda 1998 tidak membatasinya, artinya bisa
sesudah pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa dalam kedua Agenda
tersebut (Agenda 1904 dalam mata acara nomor 12-14, dan dalam Agenda 1998
dalam mata acara nomor 12-13). Dalam Agenda 1904, jemaat menyambut
pembacaan firman dengan nyanyian yang sudah ditentukan dalam Agenda, yaitu:
Kelima, satuan mata acara berikut untuk kedua Agenda ialah jemaat
1998, nomor 14). Tetapi Agenda 1998 telah menambahkan kalimat ajakan liturgis
membatasinya.
Agenda 1904 (mata acara nomor 17-19) menempatkan mata acara untuk khotbah
yang didahului oleh doa peneguhan akan janji Allah yang telah memberikan
damai sejahteraNya dan akan memberikan-Nya lagi melalui firman Allah yang
(warta jemaat: mata acara nomor 19); kemudian dilanjutkan dengan nyanyian
84
menyambut khotbah dan tingting, dan pada saat bernyanyi jemaat mengumpulkan
kali, dan dalam Agenda 1998 sebanyak dua kali, dan akhir-akhir ini persembahan
menempatkan mata acara tentang Tingting (mata acara nomor 15) sesudah mata
(mata acara nomor 17) sambil jemaat mengumpulkan persembahan (dengan dua
kantongan: mata acara nomor 16). Khotbah disambut oleh jemaat dengan
menyanyi; dan tanpa dicantumkan dalam mata acara 18, jemaat juga
Agenda 1904 lebih dekat kepada susunan mata acara ibadah dari Agenda Gereja
Ketujuh, mata acara ibadah diakhiri dengan doa penutup dan berkat oleh
liturgis mengambil sebuah doa yang dapat dipilih dari bagian II E, kemudian
ditutup dengan pengucapan Berkat (mata acara 21-22), dan jemaat mendengar
sebuah nyanyian dari para anak-anak sekolah Dasar (mata acara 23). Dalam
19 a), kemudian membacakan “Doa Bapa Kami” (mata acara 19b), dan bagian
85
terakhir dari Doa tersebut dinyanyikan oleh jemaat : “Karena Engkau yang punya
kerajaan …” (mata acara nomor 20), dan diakhiri dengan ucapan Berkat (mata
acara nomor 21) serta disambut oleh jemaat dengan menyanyikan “Amin, Amin,
Amin!” (mata acara nomor 22). Dalam mata acara untuk hari-hari raya gerejawi
tertentu (Paskah dll), diucapkan juga sebuah doa khusus untuk itu yang diambil
dari Agenda bagian II E), dan tempatnya sebelum pengucapan Doa Bapa Kami.
Kedelapan, dalam Agenda 1904 ada tata ibadah Minggu yang khusus
untuk jemaat muda yang dipimpin oleh seorang Guru Jemaat. Ada beberapa mata
acara yang ditiadakan, yaitu mata acara tentang votum dan introitus, pengakuan
dosa dan janji penghapusan dosa, serta doa yang menghantar Doa Bapa Kami,
mata acara tersebut hanya dapat dilayankan oleh Pendeta sebagai liturgis. Namun
nampak bahwa penghapusan ini sudah mengurangi esensi teologis dari mata acara
ibadah itu. Artinya yang dihilangkan itu tidak lagi dihargai sebagai bagian yang
esensial dari sebuah ibadah injili. Dalam Agenda 1998, susunan tata ibadah untuk
jemaat muda sudah ditiadakan. Namun dalam Agenda 1998, masih ada sisa
Ini nampak dalam sapaan yang berbeda antara pendeta dan non-pendeta dalam
pemberian berkat, antara kata “engkau” / “ho” untuk pendeta sebagai liturgis dan
“kita” / “hita” untuk yang non-pendeta (Guru Huria atau Sintua, atau Diakones
atau Bibelvrouw). Ada baiknya pembedaan ini dipikirkan, apakah pembedaan itu
pembedaan antara klerus / imam dan non-klerus. Fungsi imam dalam Perjanjian
86
Lama sudah digenapi oleh jabatan rajani setiap orang Kristen dan khususnya oleh
Masih ada penjelasan tentang susunan mata acara tata ibadah minggu yang
harus diperhatikan, yakni dari kalangan para pendeta HKBP masa kepemimpinan
para misionaris RMG dan pada awal masa kemandirian HKBP sejak 10-11 Juli
1940. Diantara mereka ialah Pdt. M. Pakpahan dan Pdt. Dr.Justin Sihombing,
Ephorus Emeritus kedua dari kalangan pendeta HKBP tahun 1942-1962. Pada
kesempatan ini cukup kalau diambil pikiran dan penjelasan dari Justin Sihombing,
yang dalam usia lanjut masih menuliskan sebuah buku tentang khotbah dan tata
ibadah HKBP tahun 1963.29 Beliau melihat bahwa sedikitnya ada empat hal yang
Pertama, tata ibadah itu harus mencerminkan makna dan arti dari
dan persekutuan gereja dengan Allah.” Segala sesuatu yang tidak mendukung
Allah, karena itu apa yang hanya menguntungkan orang per-orang hendaknya
jangan dilakukan dalam ibadah itu, tetapi segala sesuatu yang terjadi dalam
29
J.Sihombing, Homiletik ( Poda Parjamitaon ) Dohot Deba Hatorangan Na Mardomu
Tu Agenda, Penerbit HKBP, edisi 2000 ( edisi I 1963 ), hal.42-6.
87
Beliau sangat mengedepankan arti dan makna sebuah “huria”, sebuah Gereja,
menjawab bukan individu, tetapi jemaat sekalipun bukan dengan suara yang
kedengaran, tetapi melalui suara hati para pendengar khotbah itu. Beliau
akan arti sebuah nyanyian atau paduan suara dalam ibadah. Beliau mengatakan,
marende na arga, alai na rap marende i do. .. ia merande pe angka koor ala na
dohot hata ni ende i. Asa ndang na bebas nasida mambahen lomo-lomona. Dalam
terjemahan bebas “rapma” adalah dasar dari bernyanyi dalam komunitas Kristen,
bukan hanya lagu-lagu kor. Bernyanyi bukan satu-satunya yang berharga, akn
tetapi kebersamaan dalam bernyanyi, ... jika koor melantunkan lagu nyanyian itu
dikarenakan diberikan izin oleh gereja bagi mereka ... nyanyian mereka haruslah
padu dan mendukung kegiatan gereja, keberadaan mereka selalu sejalan dengan
gereja dan tidak bisa melakukan sesuatu dengan sesuka hati. Misalnya, dalam
sebuah doa, kata yang digunakan ialah kata “kita”, bukan “saya” (dalam
terjemahan bebas: ”rapma” adalah dasar dari nyanyian dalam Kristen, tidak hanya
koor. Bukan hanya nyanyian yang lebih berharga, akan tetapi adalah kebersamaan
88
dalam bernyanyi, ...jikalau kelompok koor bernyanyi itu karena telah diberikan ...
melalui manusia yang Allah utus bagi jemaat itu. Dan cara yang dipakai oleh
utusan Allah hanya satu, yakni melalui pemberitaan firman itu (“marhite sian na
untuk lebih menekankan arti dan makna firman itu sendiri. Pada saat melayankan
mempersiapkan tanda-tanda nyata perjamuan kudus dalam rupa roti dan anggur,
atau pada saat liturgis mengangkat kedua tangannya saat menyampaikan berkat
Tuhan Allah; juga pada saat jemaat berdiri. Semuanya itu punya muatan simbolis.
apa yang dilayankan itu, hanya sebagai alat menolong penghayatan atau
bertindak sebagai wakil jemaat untuk berbicara kepada Tuhan Allah melalui doa,
atau sebagai wakil Allah menyapa jemaat itu melalui khotbah . Dan menurut
beliau, mereka yang bertindak sebagai wakil Allah dan juga sebagai wakil jemaat,
tidak perlu harus seorang pendeta atau guru , tetapi dia harus yang diangkat
(pinabangkit) oleh jemaat itu; artinya, dia yang diberi oleh jemaat wewenang dan
berdiri di depan jemaat sebagai wakil Allah dan sekaligus sebagai wakil jemaat.
Keempat, segala sesuatu yang terjadi dalam ibadah harus sesuai dengan
harus merasakan bahwa Allah hadir dari awal hingga akhir ibadah, bahwa jemaat
itu bersekutu di hadapan Allah. Untuk itu,hedaknya diupayakan supaya ibadah itu
dapat berjalan dalam suasana keteduhan, jangan ada orang yang keluar masuk
tempat ibadah, atau jangan ada orang yang keluar sebelum ibadah ditutup.
Beliau dalam memberikan penjelasan dan arti dari setiap mata acara
ibadah, beliau mengacu pada susunan mata acara ibadah dalam Agenda HKBP
bedanya hanya bahwa J. Sihombing tidak meberikan pemikiran atau refleksi yang
kritis terhadap beberapa mata acara ibadah itu, seperti yang dilakukan oleh
khususnya para liturgis / pengkhotbah, supaya tata ibadah itu dipakai secara
merasakan bahwa melalui nyanyian itu jemaat ingin berbicara dengan Allah.
Mustahil jemaat berbicara dengan Allah dengan suara yang dilagukan secara tidak
baik; makanya setiap anggota jemaat harus mengetahui melodi dari nyanyian
dalam Buku Ende HKBP, karena itulah harta yang sangat berharga. Atau, ketika
ro di nuaeng.” Artinya, mendengar nama Allah Tritunggal itu, maka liturgis dan
jemaat terus merasakan dalam batin mereka alangkah besarnya dan banyaknya
Almanak HKBP adalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu
tahun berdasarkan tahun Gerejawi. Yang dimaksud Tahun Gerejawi adalah hari
raya liturgi yang tersusun berdasarkan kehidupan Yesus. HKBP memulai tahun
liturginya pada Minggu Advent Pertama. Karena itu, Minggu sebelum Advent,
yaitu Minggu ke-24 setelah Minggu Trinitatis, disebut juga sebagai Minggu ujung
tahun, di sinilah dibacakan barita jujur taon (berita tentang perjalanan kegiatan
gereja sepanjang satu tahun) dan peringatan akan mereka yang telah meninggal
menghitung mundur 4 hari Minggu dari Hari Natal. Demikian jenis Minggu dalam
Nama Minggu/Artinya
Makin Jelas)
91:15a)
(Mzm 25:6)
14. Quasimodo Geniti / Seperti bayi yang baru lahir (1 Pet 2:2)
15. Miserekordias Domini / Tanah ini penuh dengan kasih Allah (Mzm 33:5b)
dalam Almanak HKBP. Bacaan Alkitab itu akan diulang kembali setelah tiga
92
tahun, artinya apabila kita memang mengikuti bacaan tersebut, maka Alkitab akan
Setiap urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam.
Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian Minggu di HKBP
tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab
kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut,
karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti! Berikut adalah urutan dalam
Tata Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta
keterangannya.
kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar penggunaan
bersaat teduh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk
mengikuti ibadah.
nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap untuk
bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam
Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama
kehadiran Allah. Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari
Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam
3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin
diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon
Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan
mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk
Tinggi. Amin.”
dosanya.
petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui
surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik
Epistel.
95
10. Pengakuan Iman Rasuli. Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam
setiap ibadah Umat Kristen karena melalui bagian ini kita mengucapkan
pengakuan iman kita akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan
Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan
11. Warta Jemaat. Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu terdapat di dalam
ibadah karena semua kegiatan Jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita.
Karena itu, Warta Jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada
didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini
dengan Taurat.
13. Kotbah. Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua
bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan
Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan
dalam Dia (Kol. 1:3). Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian
16. Doa Penutup/Doa Bapa Kami. Jika ibadah dibuka dengan doa, maka
diakhir juga dengan doa. Doa penutup juga harus disesuaikan dengan hari
raya gerejawi. Setelah itu doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami.
kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa
penutup.
17. Doksologi. Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang
Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan
18. Berkat. Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga
diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa
Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebagai
seperti: Daud, Musa, bani Asaf, bani Korah, dll. Namun sangat disayangkan,
bahwa kita tidak dapat mengenal musik yang bangsa Israel gunakan untuk
ini masih ada sampai jaman Yesus di Perjanjian Baru. Yesus dan murid-murid-
Nya menyanyikan himne pada akhir dari perjamuan terakhir mereka. Hal ini
kelepasan dari perbudakan Mesir dan kehancuran pasukan Mesir di Laut Merah;
Nyanyian Musa (Ulangan 32: 1-43), yang berisi perintah Allah kepada bangsa
kepada Allah atas terlindunginya orang-orang benar dan juga merupakan tangisan
akan keadaan bangsa yang sedang dalam kekacauan; Nyanyian Hana (1 Samuel
semua ciptaan dan nyanyian kepercayaan bahwa Allah berkuasa atas sejarah
manusia, memberkati yang benar dan menghukum yang jahat; Nyanyian Yunus
(Yunus 2:2-9), doa Yunus ketika sedang berada di dalam perut ikan; Nyanyian
berdasarkan apa yang Allah sudah perbuat di tengah-tengah bangsa Israel, bahwa
Malaikat (Lukas 2), teks ini masih dipakai terus oleh gereja-gereja Katolik,
Nyanyian Maria (Lukas 1:46-56), teks ini dinyanyikan dalam Verpers (ibadah saat
matahari terbenam), dan merupakan bagian dalam ibadah Evening Prayer atau
dinyanyikan pada ibadah Lauds di gereja Roma Katolik dan pada ibadah Morning
pada ibadah Even song di gereja Anglikan, dan pada kebaktian Perjamuan Kudus
di gereja Lutheran.
kepada orang-orang bukan Yahudi; Adanya persekutuan antara orang Yahudi dan
puisi-puisi rohani yang kadang dinyanyikan atau dibacakan saja, yang disebut
juga himne, seperti: 1 Kor. 2:9; Ef. 5:14; 1 Tim. 1:17; 1 Tim. 3:16; 2 Tim. 2:11-
13; Kisah. 16:25; dan lain-lain. Ini merupakan cikal bakal berkembangnya lagu-
lagu himne.
yang sudah terlatih dan yang memenuhi syarat saja yang diperbolehkan menyanyi,
dan penggunaan instrumen tidak diperbolehkan. Namun dari jaman inilah muncul
teks-teks himne yang asli32, dalam pengertian murni, bukan saduran atau kutipan,
atau parafrase. Seperti: Phos Hilaron, tidak diketahui siapa penulisnya, digunakan
dalam Verpers atau Evensong, yang berarti Terang Kemuliaan Ilahi Bapa.33
Penulis himne Yunani yang lain adalah Clement dari Alexandria (160-215),
Synesius dari Cyrene (375-430), St. Andrew dari Kreta, St. John dari Damaskus,
dll. Himne-himne yang muncul dan terkenal sampai sekarang, antara lain: Ter
Sanctus (Suci, Suci, Suci, Allah Maha Tinggi), Gloria in Excelsis Deo
(Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi), Gloria Patri (Mat.28:19),
TeDeum.34
Dalam jaman Yunani ini, mulai dikenal bentuk himne dengan metrikal.
Tidak lagi berbentuk bebas seperti karya prosa, tetapi lebih berbentuk seperti
puisi; bahkan St. Andrew dari Kreta mengembangkan suatu bentuk kanon untuk
32
Eskew & McElrath, h. 85.
33
John Julian, Dictionary of Hymnology – vol.2, (Grand Rapids: Kregel Publications,
1985), h. 894.
34
Ibid, “Greek Hymnody”, h. 456-466.
101
dan belahan dunia Barat menggunakan bahasa Latin. Di belahan dunia Barat ini
terdapat larangan untuk menggunakan teks-teks himne yang bukan berasal dari
menangkal ajaran-ajaran sesat itu, bahkan sebagian mereka harus berjuang secara
beraliran ortodoks itu antara lain: Bishop John Chrysostom dari Konstantinopel;
Hilary dari Poitiers; yang sangat terkenal yaitu Ambrose dari Milan dengan O lux
beata dan Trinitas, yang keduanya adalah nyanyian malam untuk memuji Allah
Tritunggal. Juga Veni, Redemptor Gentium, yang banyak digunakan pada masa-
masa Advent, bahkan Martin Luther juga menggunakannya dalam bahasa Jerman.
102
Masih banyak lagi penulis himne yang lain, yang sudah menulis teks-teks himne
3.2.4 Jaman kegelapan (dark ages) dan jaman pertengahan (middle ages)
berbahasa Yunani pun mulai hilang; yang tersisa hanyalah nyanyian jemaat
Penulis himne yang sangat terkenal dari Jaman Kegelapan ini adalah Pope
Gregory I (590-604), atau yang dikenal dengan sebutan The Great, karena beliau
theologia sistematis, misi, dan pelayanan, serta dalam bidang musik dan liturgi.
Dalam bidang musik dan liturgi, Pope Gregory I memperkenalkan suatu melodi
yang sering dikenal dengan sebutan Gregorian Chant, dengan ciri-ciri yang khas,
yaitu: monofonik (satu suara saja), tanpa iringan, melodi diatonik, ketukan bebas
dalam arti melodi dan ketukan disesuaikan dengan ritme dari teks. 37
Dari Jaman Kegelapan ini nyanyian jemaat berbahasa Latin masih terus
yang terkenal dari Jaman Pertengahan ini antara lain: Bernard dari Clairvaux
35
Eskew & McElrath, h. 85-89.
36
Ibid, h. 89.
37
Jhon Julian, 1985 Dictionary of Hymnology, 2nd Edition, 2 volumes. Grand Rapids:
Kregel Publications, h. 469-470.
103
(1091-1153) dengan himnenya yang terkenal “Jesus, the Very Thought of Thee”
(Jesus, Dulcis Memoria); Berbard dari Cluny (1145) dengan “Of Scorning the
World” (De Contemptu Mundi) dan “Jerusalem, the Golden”; St. Francis dari
Assisi (1182-1226). St. Francis dari Assisi banyak menulis teks himne, antara lain
musik dan liturgi, karena pada jaman inilah orang Kristen mulai mengenal
Sequence dan Tropes, yaitu penggabungan teks dan musik yang diaplikasikan ke
misa. Bahkan sequence dan tropes ini sebagian masih dipakai oleh gereja-gereja
reformed pada jaman reformasi. Selain itu, St. Francis dari Assisi, juga mulai
carol.38
dengan style Chorale sangat dikenal; sedangkan Mazmur yang dinyanyikan lebih
Karakteristik dari musik pada jaman ini adalah: perubahan musik dari
38
Eskew & McElrath, h. 93-95.
104
orang-orang dari golongan rendah lebih mengenal musik sekuler, sehingga musik
tonalitas mayor-minor; garis paranada (garis lima) mulai dikenal untuk penulisan
notasi musik; dan teknologi percetakan juga mulai berkembang, sehingga musik
Luther, yang bekerja sama dengan Johann Sebastian Bach, yaitu: musik frase
sangat jelas dan lebih teratur; ritme dikenal lambat, tetap, dan adanya penekanan-
karena range (batasan nada terendah dan tertinggi) tidak besar, melodi yang
sederhana, pendek dan tetap. Chorale menggunakan bahasa Jerman, bukan Latin,
sehingga dengan mudah dipelajari oleh orang awam. Martin Luther masih
menggunakan teks dan melodi lagu-lagu dari Gereja Roma Katolik: “Ia mengubah
musik dan teks dari nyanyian Gereja Roma Katolik supaya sesuai dengan theologi
dikenal dan mereka merasakan kehadiran “Gereja Baru” di dalam rumah mereka
masyarakat Jerman.”39
Himne-himne terkenal yang ditulis oleh Martin Luther antara lain: Ein’
feste Burg ist unser Gott (Allah Jadi Benteng Kukuh) yang berdasarkan Mazmur
46; Aus tiefer Not Schrei ich zu dir (Out of the depths I cry to Thee) yang
39
Johannes Riedel, The Lutheran Chorale, Its Basic Traditions, (Minneapolis: Augsburg
Publishing House, 1967), h. 38.
105
berdasarkan Mazmur 130; Von Himmel hoch da komm ich her (From Heaven
above to Earth I Come) sebuah himne Natal untuk anak-anak berdasarkan lagu
sekuler Aus fremden Landen komm ich her (Good news from far abroad I bring);
Chirst lag in Todesbanden (Christ Jesus lay in death’s strong bands) sebuah
himne Paskah yang berdasarkan himne Latin dalam Sequence Paskah, Victimae
paschali laudes; Nun komm der heiden Heiland (Savior of the Nations, Come)
himne Advent yang diilhami oleh himne Veni redemptor genitum gubahan
Ambrose.40
Sekitar 20.000 himne telah ditulis di Jerman sampai dengan akhir abad 16,
sampai tahun 1618 jumlah ini hanya mencapai 25.000 saja. Hal ini disebabkan
oleh adanya “Perang 30 Tahun” antara golongan Gereja Roma Katolik dan Gereja
mengalami kebangunan yang berarti. Ada beberapa penulis himne seperti Johann
our God”, Johann Cruger dengan “Nun Danket”, “Praxis Pietatis Melica”,
“Herliebster Jesu (Ah, Holy Jesus)”, “Jesu, meine Freude (Jesus, All my
3.2.6 Pietisme
Pada akhir abad 17 dan memasuki abad 18, gerakan Pietisme mulai
merebak. Gerakan ini dipelopori Phillip Jakob Spener pada tahun 1670, yang
40
Eskew & McElrath, h. 99.
106
himne Pietisme lebih sesuai untuk ibadah pribadi daripada ibadah bersama di
dalam Gereja. Himnis-himnis dari gerakan Pietisme ini antara lain: Johann J.
Schultz, Adam Drese, dan yang terkenal adalah Joachim Neander dengan
himnenya Lobe den Herren, dem machtigen Konig der Ehren (Praise to the Lord,
3.2.7 Moravian
Kelompok Moravian adalah para pengikut John Hus dari Bohemia, sekarang
Cekoslovakia, yang mati secara martir pada tahun 1415. Kelompok ini sering
mendapatkan penganiayaan, baik dari Gereja Roma Katolik maupun dari Gereja
ke luar Eropa.41 Himne-himne yang terkenal dari kelompok Moravian ini antara
1801).
41
Julian, h. 765-769.
107
himne hasil tulisan manusia. Mereka hanya menerima yang berasal dari Firman
Tuhan saja.
ahli theologia reformed. Berbeda dengan Luther, Calvin menolak semua musik
dan liturgi peninggalan Gereja Roma Katolik, bahkan dia juga menolak
penggunaan organ, paduan suara dan himne-himne yang ditulis oleh manusia;
hanya mazmur atau himne yang berdasar dari Mazmur saja yang boleh
Psalter pada tahun 1539, yang diikuti oleh buku-buku Pslater yang lain yang
1562, yang memuat 150 Mazmur, ditambah 10 Perintah Allah dan Nunc Dimittis.
Buku ini memuat 125 melodi dalam 110 meter yang berbeda.42
pada tahun 1553-1558, yang terkenal dengan sebutan “Bloody Mary”. Sehingga
orang-orang Kristen Protestan melarikan diri keluar dari Inggris, sebagian besar
42
Eskew & McElrath, hal. 115.
108
pertama kali oleh John Knox pada tahun 1555. Kelompok Genevan Psalter inilah
Psalter. Tradisi menyanyikan Mazmur ini terus berlanjut setelah mereka kembali
di Geneva karena mereka juga mengalami penganiayaan yang sama dari Queen
Mary. Mereka juga menyanyikan mazmur dari sumber yang sama, yaitu Anglo-
Genevan Psalter. Namun pada tahun 1559, orang-orang Skotlandia ini kembali
ke tanah air mereka dan mulai merevisi Anglo-Genevan Psalter. Pada tahun 1564,
mereka menerbitkan versi mereka sendiri yang diberi nama The Forme of Prayers
(dua) nama, yaitu Isaac Watts dan keluarga Wesley. Isaac Watts adalah orang
43
Ibid, h. 117-119.
109
Mazmur saja. Pada waktu itu sebagai seorang muda yang berusia 21 tahun, Isaac
Isaac Watts lalu memberikan tantangan kepada Isaac Watts untuk menulis yang
menampilkan salah satu karyanya, yaitu “Behold Glories of the Lamb”, yaitu teks
Setelah itu Isaac Watts banyak menulis “nyanyian baru” yang diilhami
memiliki kekhususan, yaitu: satu lagu hanya memiliki satu tema, kalimat-kalimat
yang sederhana namun dapat memuat makna yang dalam, jalan pemikiran yang
menuju ke klimaks, dan syair-syairnya juga sangat cocok dengan khotbah, serta
yang telah ditebus dan penebusan melalui kayu salib. Karena itulah, Isaac Watts
Nyanyian himne yang ditulis oleh Isaac Watts, antara lain: “Alas! And did
my Savior bleed”, “Am I a soldier of the cross?”, ”Come, we that love the Lord”,
“I sing the almighty power of God”, “When i survey the wondrous cross”, dll.
Sedangkan parafrase dari Mazmur yang ditulis olehnya, antara lain: “My
44
James Sallee, 1978. A History of Evangelistic Hymnody, (Grand Rapids: Baker Book
House), h. 11.
110
Shepherd will supply my need (Mzm 23)”, “Jesus shall reign (Mzm 72)”, “O God
our help in ages past (Mzm 90)”, “Joy to the world (Mzm 98)”, “From all that
dwell below the skies (Mzm 117)”, “This is the day that the Lord hath made (Mzm
118)”, “I’ll praise my maker while I’ve breath (Mzm 146)”, dll.
Selain Isaac Watts, dua bersaudara yang tidak boleh kita lupakan yaitu
John dan Charles Wesley. Mereka adalah pendiri denominasi Methodist. Charles
8989 puisi religius, paling sedikit 6000 di antaranya adalah himne. Penekanan
tanpa iringan, dan penekanan John Wesley adalah pada sikap hati dalam
menyanyi.
Hasil karya Charles Wesley, antara lain: “Praise the Lord who reigns
above”, “Come, Thou long-expected Jesus”, “Hark! The herald angels sing”,
“And can it be that I should gain”, “Tis finished! The Messiah dies”, “Christ the
Lord is risen today”, “Hail the day that sees Him rise”, “Jesus, lover of my
soul”, “Rejoice the Lord is King”, “Lo, He comes with clouds descending”, “O
for a thousand tounges”, “Love divine, all loves excelling”, “Depth of mercy!
himne yang lain, namun karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya
menyebutkan satu nama lagi, yaitu John Newton, yang sudah menulis sekitar 280
111
spoken”, “How sweet the name of Jesus sounds”, “May the grace of Christ our
Saviour”, dll.
Mulai abad ke-16 sampai dengan awal abad ke-18, Nyanyian Mazmur
menyanyikan Mazmur dibawa dari benua Eropa, baik dari Perancis maupun dari
Sir Francis Drake dari Inggris baru datang pada tahun 1579, dan Henry Ainsworth
juga dari Inggris datang pada tahun 1620. Kemudian orang Puritan mendirikan
Massachusetts Bay Colony di bagian Utara Boston pada tahun 1630. Selanjutnya
pada tahun 1640, mereka menerbitkan The Whole Book of Psalms Faithfully
Translated into English Metre, yang sekarang disebut sebagai Bay Psalm Book.
Pada edisi ke-9 dari buku ini mereka menggunakan notasi FaSoLaMi (FSLM),
yaitu suatu gerakan yang bereaksi melawan institusi keagamaan yang tradisional.
Pada akhir abad ke-18, nyanyian rakyat juga diadopsi sebagai nyanyian
jemaat, pada umumnya tidak dicatat karena mereka melestarikannya dari mulut ke
mulut. Mereka menggunakan melodi dari lagu-lagu rakyat yang sudah dibawa
oleh para pendatang sebelumnya dari Inggris, sehingga lebih dikenal dengan
dimulai dari Carolina dan Kentucky. Gerakan ini adalah gerakan interdenominasi,
karena gerakan ini dipelopori oleh gereja-gereja Methodist, Presbiterian dan juga
lagunya seperti lagu rakyat sehingga mudah dipelajari dan mudah dinyanyikan
Dari abad ke-18 sampai awal abad ke-19, banyak gerakan-gerakan baru
Movement), 1824; Negro Spiritual, 1870; Gospel Songs, 1874; dan lain-lain.
William Bradbury (1816-1868), yang sudah menulis: Jesus loves me (Yesus kasih
hour of prayer (Inilah saat minta doa-PPR 160), Just as I am, without one plea
(Seadanya ku tak layak-PPR 42), My hope is built on nothing less, Saviour like a
shepherd lead us (Yesus seperti gembala). Selain itu adalah Fanny Crosby (1820-
1915), penulis syair yang sudah buta sejak lahir, yang syair-syairnya ditambahkan
Assurance (Jaminan mulia), Praise Him! Praise Him! (Puji! Puji!), Pass me not,
O gentle Saviour (Jangan Engkau lalui), Jesus keep me near the cross (Bawalah
aku dekat ke salib), To the work (Marilah bekerja). Robert Lowry (1826-1899)
juga adalah penulis lagu-lagu himne yang terkenal, juga Elizabeth P. Prentiss,
Scriven dengan “What a friend we have in Jesus” (Yesus sahabat sejati); juga
Londoner Katherine Hankey yang menulis “I love to tell the story” (Kusuka
Major D.W. Whittle, penginjil bekerja sama dengan Phillip P. Bliss. Lagu-
lagunya antara lain adalah: I gave My life for thee (Nyawaku diberikan), It is well
with my soul (Nyamanlah Jiwaku), Whosoever will (Lemah lembut suara Yesus
pasangan D.L. Moody dan Ira D. Sankey, kumpulan dari lagu-lagu himne pada
masa Gospel Era ini dibukukan dalam buku-buku: Gospel Songs (milik Bliss,
114
1874); Gospel Hymns and Sacred Songs (milik Sankey dan Bliss, 1875);
2-6 masing-masing pada tahun 1876, 1878, 1883, 1887, 1891. Lalu semuanya
dikumpulkan menjadi satu edisi Gospel Hymns Complete pada tahun 1894.
yang datang ke Tanah Batak sudah dilengkapi dengan pengetahuan teori musik
Gerhard dan Pdt. Batak yang pertama. Hasil dari terjemahan lagu-lagu yang
nyanyian rohani Jerman dan Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Batak
konfrensi di Silindung yang diikuti oleh 3.500 orang Kristen; pekabaran injil
(Almanak HKBP, 2003:376); dan terbitnya sebuah buku nyanyian jemaat dalam
bahasa Batak Toba yang diberi judul “Ende ni Halak Kristen Batak di Sumatera”.
Buku nyanyian ini terdiri dari 121 nyanyian yang merupakan terjemahan lagu-
lagu rohani dari Jerman dan Belanda. Nyanyian ini dibagi dalam beberapa bagian
sesuai dengan tema lagu, yaitu: 1. Nomor Ende 1-6 : Ende Pujipujian (Puji-
pujian); (2) Nomor Ende 1-18: Ende doa (Nyanyian Doa); (3) Nomor Ende 19-34:
Ende Jamita (Nyanyian khotbah); (4) Nomor Ende 35-38 : Ende Adventus
(Nyanyian Advent); (5) Nomor Ende 39-46: Ende Hatutubu ni Tuhan Jesus
(Nyanyian tentang kelahiran Tuhan Yesus); (6) Nomor Ende 47-49: Ende di
Tuhan Yesus); (8) Nomor Ende 59-61: Ende di Hananaek ni Tuhan Jesus
(Nyanyian tentang kenaikan Tuhan Yesus); (9) Nomor Ende 62-64: Ende di
Hasasaor ni Tondi Porbadia (Nyanyian tentang turunnya Roh Kudus); (10) Nomor
Ende 65: Ende di Pandidion Nabadi (Nyanyian Baptisan Kudus); (11) Nomor
Ende 66-70: Ende di Ulaon Nabadia (Nyanyian Perjamuan Kudus); (12) Nomor
Ende 71-83: Ende taringot tu Haporseaon (Nyanyian untuk Tuhan Yesus); (13)
(14) Nomor Ende 88-92: Ende taringot tu Hasesaan ni Dosa (nyanyian tentang
dosa dan penghapusan dosa); (15) Nomor Ende 93-102: (16) Ende taringot tu
Ajal ni Jolma dohot Masa Songot (Nyanyian tentang kematian dan pengharapan);
(17) Nomor Ende 103-108: Ende Manogot (Nyanyian pagi hari); (18) Nomor
116
Ende 109-114: Ende Botari (nyanyian sore hari); dan (19) Nomor Ende 115-121:
Pada tahun 1886 buku nyanyian dicetak edisi kedua dengan menambahkan
41 nyanyian baru sehingga jumlah nyanyian dalam buku nyanyian cetakan kedua
menterjemahkan dua buah nyanyian ke dalam bahasa Batak Toba yang berjudul
Pada tahun 1901, nyanyian jemaat yang telah dikumpulkan berjumlah 227
nyanyian, nyanyian ini ditulis dalam not balok. (Hutauruk, 1993:60). Tahun
1926, diterbitkan cetakan pertama buku nyanyian yang berjudul “Bokoe Ende na
45
Kantor Pusat HKBP. Majalah Immanuel. Pematang Siantar: Percetakan HKBP 1907.
117
Tahun 1940 terbitlah Buku Ende HKBP yang sampai saat ini digunakan
dalam ibadah-ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP. Jumlah nyanyian dalam
Buku Ende HKBP berisikan 373 nyanyian. Adapun sumber nyanyian ini adalah46:
3. EKGR = Sama dengan EKG. Kitab nyanyian ini dipakai oleh gereja
pietis.
Harrisburg 1936
Regensburg, 1975.
46
Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990.
118
bahasa Batak Toba yang kemudian dikenal dengan nama “Haluan na Gok”
Zoeklicht.
gereja HKBP karena adanya pandangan yang berbeda dari para pendeta tentang
tondion.47 Kondisi ini juga disebabkan oleh sekelompok warga jemaat HKBP
Janji Matogu dengan berpakaian serba putih naik ke menara gereja sambil
47
Riris Johanna Siagian, 2001. Satu Visi menuju HKBP yang Baru. Kantor Pusat HKBP.
119
bahwa akhir jaman sudah dekat dan marilah kita naik ke surga. Perkataan ende na
tondi-tondiaon adalah sebuah ejekan terhadap apa yang dilakukan oleh Elfriede
Harder yang mendidik para wanita Batak Toba menjadi Bibelvrouw (pelayan
wanita). Pada tahun 1959, “Buku Ende Haluan na Gok” sudah diterima HKBP
sebagai nyanyian jemaat dan dapat digunakan pada kebaktian minggu (Immanuel,
1959:7).
dengan buku Ende HKBP yang bernotasi angka. Disana penomoran Buku Ende
bagian Haluaon Na Gok tidak lagi dimulai dan nomor 1 sampai 232 tetapi dimulai
dengan nomor 374 sampai 556 pada saat penggabungan ini ada 49 nyanyian yang
dibuang dari Haluaon Na Gok karena nyanyian tersebut telah ada pada Buku Ende
HKBP bagian pertama.48 Buku Ende Haluaon na gok dicetak dengan penomoran
yang dimulai dan nomor 1 sampai 232. Baru pada tahun 1995 penomorannya
dengan nomor 374 sampai 556. Sejak Szuster Elifiede Harder mengumpulkan
nyanyian ini, beliau telah menuliskan sumber nyanyian dalam buku nyanyian
Haluaon Na Gok. Berikut sumber lagu Haluaon Na Gok: Buku Logu, Cantate,
48
Wawancara dengan Pdt B. Lumbantobing, MTh, di Pematang Siantar 10 januari 2011.
120
Leger des Heils, Zoeklicht dan “Selesele” semuanya berjumlah 26 sumber lagu49.
disebut dengan “Kidung Jemaat HKBP” yang dikerjakan oleh Pdt. Waldemar
Silitonga yang pada saat itu memegang jabatan sebagai kepala Biro Musik HKBP.
yang berjudul “Sangap di Jahowa” dalam ibadah gereja HKBP. Jumlah nyanyian
Buku Ende Suplemen adalah sebanyak 306 nyanyian yang disesuaikan dengan
tema gereja. Buku Ende HKBP dan Buku Ende Suplemen kemudian disatukan
dalam cetakan berikutnya sehingga jumlah nyanyian jemaat HKBP sampai saat ini
lagu koor dan lagu Sekolah Minggu, himne lagu gereja-gereja Barat dan lagu-lagu
diarransemen kembali dari buku Lutheran Worship; Zangbundel; with one Voice;
Evangelisches Gesangbuch; Libens lieder; Gesange aus Tize; Hyms for The
Living Church; Thuma Mina; The Book Of Hyms; Singing Youth ; Global Praise;
Lao Mamuji (BE 656) Ale Amanami (BE 840); Husomba Ho Tuhan (BE 857);
Dison Adong Huboan Tuhan (BE 848); Sangap Ma di Debata (BE 582); Nunga
49
Kantor Pusat HKBP. Buku Ende HKBP. (Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1990).
121
hehe Kristus (BES 632); Beta hita ale dongan (BES 661); Begema Tuhan i (BES
660); Hupillit asa marparbue (BES 727); O Tuhan togu-togu ma (BES 743).
Penambahan lagu nyanyian dalam ibadah gereja HKBP saat ini tidak
terbatas pada Buku Ende HKBP dan Kidung Jemaat, akan tetapi sering dengan
melakukan ibadah alternatif dengan konsep lagu nyanyian diambil dari lagu-lagu
pop rohani seperti yang dilakukan oleh gereja Karismatik. Lagu-lagu disesuaikan
dengan tema gereja dan juga tidak merubah liturgi gereja HKBP. Jadi tata ibadah
yang digunakan tetap seperti konsep awalnya, hanya lagu-lagu yang dinyanyikan
HKBP Pasar Melintang Medan. Khusus untuk ibadah alternatif, gereja ini
memilih lagu-lagu pop rohani yang banyak dinyanyikan oleh gereja Karismatik
dalam ibadah gereja. Penentuan lagu-lagu untuk ibadah alternatif ini disusun oleh
pengiring ibadah dalam ibadah alternatif di gereja HKBP Pasar Melintang tidak
terfokus pada instrumen tunggal akan tetapi sudah menggunakan Musik Band
yang terdiri dari; keyboard, gitar elektrik, bass dan drum. Terkadang dalam
beberapa acara besar kalender gereja HKBP dan juga perayaan-perayaan gereja
yang dilakukan, tak jarang musik tiup juga ikut ambil bagian dalam mengiringi
ibadah.
122
BAB IV
4.1 Pengantar
Dalam Bab ini, penulis akan membahas penggunaan alat musik dalam
mengiringi ibadah di gereja HKBP Pasar Melintang dan penggunaan himne sesuai
dengan tata ibadah gereja HKBP. Kata penggunaan dan fungsi dalam penelitian
ini memiliki pengertian seperti apa yang sudah dibicarakan dalam Bab I. Menurut
Bronislaw Malinowski, yang dimaksud fungsi itu intinya adalah bahwa segala
kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan, terjadi
keindahan. Ilmu pengetahuan juga timbul karena keinginan naluri manusia untuk
tahu. Teknologi seperti halnya penemuan alat-alat musik elektronik adalah untuk
kebudayaan yang terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human need itu.
Pasar Melintang Medan tetap eksis dan berkembang karena diperlukan untuk
50
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. hal.171.
123
haus akan cinta kasihnya kepada agama Kristen. Musik menjadi unsur penting di
dalam ibadah yang mereka laksanakan. Dengan menggunakan musik, para jemaat
dapat dengan khidmat memuji, menyembah, dan berdoa kepada Tuhan. Musik
dengan struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus,
Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu
adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang
sosial tertentu merupakan kontribusi itu membuat total kehidupan sosial sebagai
124
fungsi sistem sosial keseluruhan. Kita dapat mendefinisikan sebagai suatu kondisi
di mana semua bagian dari sistem sosial bekerja sama dengan tingkat yang cukup
jemaat HKBP Pasar Melintang Medan, merupakan bahagian dari struktur sosial
mereka. Musik dalam hal ini merupakan salah satu bahagian aktivitas yang bisa
jemaat gereja HKBP tersebut. Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat
harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian kondisi itu, dilatar belakangi oleh
ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan
etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika
kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan
(the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa
dilakukan, atau sebagai bagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau
uses song to w[h]o his love, the function of such music may be
analyzed as the continuity and perpetuation of the biological
group. When the supplicant uses music to the approach his god,
he is employing a particular mechanism in conjunction with
other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and
ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is
enseparable here from the function of religion which may
perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security
vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the situation in
which music is employed in human action; “function” concerns
the reason for its employment and perticularly the broader
purpose which it serves. (1964:210).
Dari kutipan di atas, secara umum dapat diartikan bahwa musik digunakan
dalam situasi tertentu dan menjadi bagian dari mereka, tetapi mungkin atau tidak
mungkin juga memiliki fungsi yang lebih dalam. Jika seorang kekasih
menggunakan lagu untuk kekasihnya, maka fungsi musik tersebut dapat dianalisis
tertentu dalam hubungannya dengan mekanisme lain seperti tari, doa, ritual yang
diselenggarakan, dan seremonial. Fungsi musik di sisi lain, tidak dapat dipisahkan
dari sini fungsi agama yang mungkin dapat diartikan sebagai pembentukan rasa
aman dalam alam semesta. Kata "Guna" mengacu pada situasi di mana musik
yang digunakan dalam tindakan manusia; kata "Fungsi" lebih menyangkut pada
situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan
lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan demikian, sesuai
126
fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi internal budaya.
Minggu merupakan suatu persekutuan hidup dengan Tuhan dan juga sesama
terbuka, dimana umat Kristen berkumpul bersekutu kepada Tuhan dengan sesama
dengan Allah dan sesama manusia dalam menjawab kasih Allah dengan
mengucap syukur dan memuji namaNya serta mengingat karya Tuhan.“ Born
contohnya adalah kebaktian pada hari Minggu pagi digereja HKBP Pasar
Melintang. Saat kebaktian Minggu pagi ini jemaat bersama-sama menelaah dan
Bersama-sama mereka bernyanyi memuji Allah, sebagai tanda ucapan syukur atas
anugerah Allah dan bersama-sama berdoa untuk kehidupan mereka sendiri, untuk
saudara-saudara, untuk musuh-musuh serta untuk dunia ini dengan suka dukanya.
Minggu,
51
A. A. Sitompul, 1993. hal., 10.
52
Bons Strom, 2001. hal., 14.
127
tiga bagian, yaitu; (1) Ibadah Sekolah Minggu masuk pukul 08.00 wib-09.30 wib;
(2) Ibadah Minggu Pagi masuk pukul 08.00 wib -09.30 wib; dan (3) Ibadah
Minggu Umum masuk pukul 10.00 wib-12.00 wib. Jumlah jemaat yang hadir
pada minggu pagi berkisar 350 orang dan jumlah jemaat yang hadir dalam minggu
siang berkisar 200 orang. Untuk jumlah jemaat yang terdaftar di gereja HKBP
dengan memakai style musik. Dari hasil wawancara dengan Fani53 (Guru Sekolah
minggu yang dilaksanakan setiap hari kamis jam 20.00 wib bertempat di ruang
musik dalam ibadah sekolah minggu) bahwa pada awalnya, iringan musik cukup
hanya menggunakan suara string dan terkadang suara piano dalam mengiringi
nyanyian. Akan tetapi dari hasil pengamatan dan evaluasi, anak-anak sekolah
minggu kurang semangat dan meriah dalam bernyanyi dan cenderung lagu
53
Wawancara dengan Fani pada hari minggu, tanggal 01 Juni 2014 di gereja HKBP Pasar
Melintang.
54
Wawancara dengan Nova pada hari minggu, tanggal 01 Juni 2014 di gereja HKBP
Pasar Melintang.
128
minggu kurang bisa mengikuti tempo dan melodi jika hanya dengan
menggunakan suara string dan piano. Oleh karena itu, guru sekolah minggu dan
ibadah sekolah minggu. Pada sermon tersebut, guru sekolah minggu melatih lagu-
lagu pujian dengan musik. Penggunaan style musik dalam mengiringin ibadah
sekolah minggu memberikan efek yang cukup besar pada anak-anak sekolah
minggu, mereka dapat bernyanyi lebih baik dengan mengikuti tempo dan melodi
yang tepat. Anak-anak sekolah minggu bernyanyi dengan lebih semangat dan
riang, terkadang nyanyian juga diikuti dengan gerekan sesuai arahan dari guru
Ibadah Minggu Pagi menggunakan alat musik Band dengan lagu nyanyian
dari pop rohani populer. Penggunaan alat musik band dalam ibadah minggu pagi
musik pop rohani dikalangan masyarakat luas. Dari hasil wawancara penulis
dengan Bapak St. L. Hutasoit, SE (seksi musik gereja HKBP Pasar Melintang)
mengatakan bahwa format iringan ini mulai digunakan sekitar kira-kira 5 tahun
yang lalu. Salah satu faktor utama diadakannya musik band dalam minggu pagi
adalah untuk memberikan efek sosiologis bahwa jemaat gereja HKBP Pasar
jaman. Dengan keberadaan musik band ini, para jemaat secara khusus bagi kaum
muda/i dapat bernyanyi lebih hidup. Mereka tidak lagi mencari alternatif ibadah di
gereja lain sebab ekspresi musik mereka dalam ibadah sudah terakomodir di
gereja sendiri.
129
sebelum acara dimulai terlebih dahulu para pelayan gereja dan penetua gereja
berkumpul di konsistori dan berdoa. Setelah itu, mereka memasuki gereja dan
menempati posisi masing-msing sesuai dengan tugas pelayanan pada hari itu.
Liturgis kemudian mengajak seluruh jemaat untuk saat teduh yang diiringi oleh
musik. Setelah saat teduh dilanjutkan dengan pujian ”Kau Mengenal Hatiku” dan
mengangkat pujian dengan judul lagu ”Tuhan Dengar Doaku” dan Pengakuan
Dosa. Bagian berikutnya adalah Pujian dengan judul ”Jadikanku Rumah Doa” dan
lagu ”Hatiku Percaya” dan Pengakuan Iman. Setelah itu adalah koor NHKBP dan
dilanjutkan dengan pembacaan warta jemaat dan doa syafaat. Tata acara ketiga
belas adalah mengangkat pujian dengan judul ”Indahnya Hidup Ini” (sekaligus
dilanjutkan dengan Khotbah oleh Pdt. B.T Simarmata, M.Th dengan nats dari
Yohannes 17: 1-11. Setelah khotbah selesai kemudian ditutup dengan doa dan
(Persembahan II) dan acara ditutup dengan doa Pengutusan dari Bapak Pendeta.
Ibadah Minggu Umum menggunakan alat musik duet keyboard (organ dan
piano) dengan lagu dari Buku Ende HKBP. Penggunaan alat musik duet keyboard
dalam ibadah minggu umum untuk memberikan nuansa lebih syahduh dan tenang.
bahwa jemaat yang datang pada kebaktian Minggu Umum didominasi oleh orang
tua. Mereka lebih bisa mengikuti nyanyian dengan iringan musik duet keyboard
dari pada musik band. Musik dengan iringan keyboard lebih fleksibel dalam hal
tempo sehingga ketika bernyanyi jemaat tidak merasa kejar-kejaran anatara musik
dan jemaat, hal ini bertolak belakang ketika digunakan musik band dalam
mengiringi ibadah minggu umum. Banyak orang tua, khususnya usia yang sudah
HKBP Pasar Melintang pada hari minggu tanggal 01 Juni 2014. Sebelum
kebaktian dimulai, pelayan gereja dan penetua gereja terlebih dahulu berdoa di
ruang konsistori dan kemudian memasuki ruang ibadah gereja. Liturgis kemudian
No. 27: 1-3. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Votum/Introitus dan kemudian
jemaat kembali bernyanyi dari BE No. 649: 1+3. Setelah itu dilanjutkan dengan
pembacaan Hukum Taurat dan koor Ina Parari Rabu. Setalah koor kemudian
dilanjutkan dengan kembali mengangkat pujian dari BE No. 122: 1+4 dan
diteruskan dengan pengakuan dosa. Setelah itu baru dilanjutkan dengan koor
gabungan dari weik I dan kemudian disusul dengan pujian dari BE No. 658: 2-3.
Pembacaan Epistel dari Psalmen 68: 2-11 + 33-36 dan dilanjut dengan
melantunkan koor gabungan dari weik II. Setelah koor acara dilanjutkan dengan
kembali bernyanyi dari BE No. 656 : 1+3 dan dilanjutkan Pengakuan Iman,
setelah itu baru warta gereja dibacakan. Setelah warta gereja, dilanjutkan dengan
koor Ama dan kemudian jemaat kembali bernyanyi dari BE No. 755 : 1---
131
dengan Khotbah oleh Pendeta B.T. Simarmata, M.Th. Setelah Khotbah acara
dilanjutkan dengan bernyanyi dari BE No. 655 : 1----- (persembahan II) dan
penelitian ini menyangkut kepada lagu-lagu yang dinyanyikan dalam ibadah yang
disesuaikan dengan konteks acara gereja, artinya bahwa tidak semua nyanyian
yang berasal dari Buku Ende dapat dinyanyikan dalam satu kebaktian. Seperti
contoh, lagu dari Buku Ende No. 88 ”Di Surgo do Alealenta” tidak akan pernah
dinyanyikan dalam ibadah kebaktian Trinitatis atau Advent. Hal ini tentu dilandasi
adanya makna teks nyanyian yang mendukung kepada acara kebaktian, oleh sebab
itu maka lagu tersebut akan sesuai dinyanyikan pada ibadah Jumat Agung atau
ibadah gereja yang memperingati hari kematian Tuhan Yesus; disamping itu juga,
lagu ini sering dinynyikan dalam konteks ibadah yang dilaksanakan pada saat ada
Melihat hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa teks lagu adalah hal yang
utama dalam penentuan lagu apa yang tepat untuk sebuah kebaktian di gereja
HKBP. Melodi dan harmoni juga ikut memberikan penguatan akan teks lagu yang
sebagai yang utama dalam penentuan lagu yang akan dinyanyikan dalam
banyak lagu Buku Ende mempunyai melodi yang sama akan tetapi teks yang
dipakai berbeda-beda.
Advent dalam Gereja Kristen adalah nama periode sebelum Natal. Nama
Adven diambil dari kata Latin Adventus yang artinya adalah Kedatangan. Dalam
masa Advent umat Kristen Katolik Roma maupun Protestan menyiapkan diri
untuk menyambut pesta Natal dan memperingati kelahiran dan kedatangan Yesus
yang kedua kalinya pada akhir zaman. Advent diduga mulai dirayakan di
Advent selalu mulai pada hari Minggu yang terdekat dengan tanggal 30
November (hari St. Andreas) yaitu antara tanggal 27 November dan 3 Desember
dan berlangsung sampai Malam Natal 24 Desember. Dengan ini panjangya masa
advent per tahun berbeda-beda, tetapi sebuah masa advent selalu terdiri dari 4 hari
Minggu.
Dalam perayaan Advent, salah satu bagian yang selalu muncul adalah lilin
yang diletakkan di depan Altar. Ada bebarapa aturan dalam penggunaan lilin akan
tetapi pada perkembangannya saat ini, warna lilin tidak menjadi permasalahan
akan tetapi jumlah pemakaian lilin dalam setiap minggu Advent adalah tetap
sama.
55
http://www.netglimse.com/holidays/advent/history_of_advent.s html.
133
3. Minggu Ketiga (Gaudete): dua batang lilin ungu dan satu lilin merah
jambu
4. Minggu Keempat: tiga batang lilin ungu dan satu lilin merah jambu
5. Malam Natal: keempat liin dan satu lilin natal berwarna putih di tengah
Lilin dan warna liturgi ungu melambangkan warna pertobatan dan penyesalan
yang ditandai oleh masa puasa. Lilin merah jambu dinamai juga lilin "Sukacita"
(Gaudete) dan lilin ini berasal dari sejarah Advent. Puasa pada masa Advent
dibuka pada hari Minggu yang ketiga sebagai penantian akan peristiwa besar yang
akan datang. Seringkali sebatang lilin putih dinyalakan di tengah lingkaran. Ini
adalah Lilin Kristus (lilin natal), yang melambangkan kelahiran Kristus. Lilin ini
dinyalakan pada Malam Natal atau pada hari Natal itu sendiri.
Untuk mendukung situasi dan makna akan minggu Advent maka lagu-lagu
yang dinyanyikan oleh jemaat dalam minggu advent di gereja HKBP adalah lagu
Tuhan Yesus. Sebagai bahan analisis, penulis akan mengambil dua lagu yang
dinyanyikan dalam ibadah Advent di gereja HKBP. Lagu yang pertama adalah
Dari Teks lagu di atas dapat diartikan bahwa lagu ini sangat mendukung
memiliki arti bahwa membuka pintu-pintu hati manusia sebab Tuhan Yesus yang
dikenal sebagai Raja dari segala raja akan datang ke dunia ini. Sigonggom raja
sasude, sitobus hajolma on pe, memiliki arti bahwa Ia adalah raja yang
hatuaon, pasuang hasonangan memiliki arti bahwa Tuhan Yesus adalah pembawa
berkat dan sukacita. Kalimat terakhir bait pertama ditutp dengan Ipe tapuji ma,
Tuhanta Debata yang memiliki arti bahwa kita manusia harus dengan sungguh-
bagi manusia yang penuh dengan dosa sehingga Yesus datang kedunia didalam
135
Lagu yang kedua adalah Buku Ende No. 590 ”Advent”. Berdasarkan teks
namarsaringar di tano on, ingkon rade rohantai, managam Sipalua i). Di ayat
dua dikatakan bahwa Advent adalah sukacita didalam dunia sebagai tanda
Dari kajian teks lagu Buku Ende No. 38 ”Paruak Ma Harbangan i” dan lagu
Buku Ende No. 390 ”Advent” maka dapat disimpulkan bahwa kedua lagu tersebut
sesuai dinyanyikan pada masa Advent I-IV. Pilihan lagu-lagu lainnya untuk
Dalam bahasa Inggris, kata Christmas (Hari Natal) dipastikan berasal dari
kata Cristes maesse, frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa
Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering
digunakan sebagai simbol suci. Tradisi Natal diawali oleh Gereja Kristen
Sampai hari ini, Hari Raya Natal adalah hari raya umat Kristen di dunia untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Secara tarikh, tidak ada tanggal
berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kalender masehi telah menetapkan
dengan bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly dan pohon
Natal. Kelahiran Tuhan Yesus adalah penggenapan dari nubuat yang sudah ada
dalam Kitab Suci. Melalui nubuat ini, manusia diingatkan bahwa Yesus Kristus
Sesuai dengan makna Natal yang sudah dijelaskan di atas, maka pemilihan
lagu dalam ibadah Natal yang dilakukan di gereja HKBP akan disesuaikan dengan
teks nyanyian. Berikut adalah analisis terhadap dua lagu yang dinyanyikan dalam
Bornginna i”.
138
Yesus di dunia ini. Kalimat Sonang ni bognginna i uju ro Jesus i. Sonang modom
do halak sude, holan dua na dungo dope; mangingani Anakna, Jesus Tuhanta i
menggambarkan pada malam kudus, malam yang tenang disaat dunia terlena,
hanya dua yang berjaga terus untuk menjaga Anak yang kudus. Bait kedua
kepada para pengembala di Betlehem pada saat itu. Kabar kelahiran Sang Juru
Slamat menjadi sukacita bagi orang kristen sebab Ia adalah penebus dosa
manusia. Dari makna syair tersebut, maka lagu ini sangat mendukung konteks arti
dari Natal sehingga nyanyian ini selalu dinyanyikan dalam ibadah Natal.
139
Lagu kedua sebagai bahan analisis penulis adalah nyanyian BE No. 53 ”Di
Betlehem do Tubu”. Lagu ini dengan jelas menceritakan lokasi tempat kelahiran
Tuhan Yesus, sehingga teks nyanyian ini mendukung makna dari ibadah Natal
Teks bait pertama dalam lagu nyanyian ini menggambarkan bahwa Betlehem
adalah tempat dimana Tuhan Yesus dilahirkan. Melalui kelahiran Tuhan Yesus,
maka Raja yang diharapkan manusia telah datang kedunia. Pada bait kedua
diau on. Olo, olo sude na ni au on. Bait ini menggambarkan bagaimana manusia
Dari dua lagu yang dianlisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teks
nyanyian dari dua lagu tersebut sangat mendukung akan arti dari Natal. Selain dua
140
lagu di atas, ada beberapa nyanyian yang menjadi refrensi dalam pemilihan lagu
Natal. Gereja HKBP menyakini bahwa Tuhan Allah yang tidak ber-Awal dan
tidak ber-Akhir; Allah yang kekal sampai selama-lamanya. Tahun dan Hari Tuhan
tidak terbatas dan berakhir, akan tetapi tahun dan hari kehidupan manusia cepat
perbuatan yang dilakukan selama satu tahun yang lampau. Melalui perenungan ini
pengampunan dan penghapusan akan dosa dan segala kesalahan yang diperbuat.
Dan melalui ibadah ini juga, jemaat HKBP menyerahkan seluruh hidupnya dalam
Dari makna ibadah Tahun Baru yang sudah dijelaskan di atas, maka
pemilihan nyanyian dalam ibadah Tahun Baru di gereja HKBP Pasar Melintang
juga akan merujuk kepada makna Tahun Baru bagi gereja HKBP. Berikut adalah
analisis terhadap dua nyanyian pada ibadah Tahun Baru yang dilaksankan di
gereja HKBP.
Bait pertama lagu ”Debata Baen Donganmi” adalah debata baen donganmi lao
bahwa dalam menjalani kehidupan dalam tahun yang baru akan senantiasa
Makna syair lagu ”Debata Baen Donganmi” mendukung konsep ibadah Tahun
142
Baru yang menekankan akan penyerahan hidup yang penuh kepada Tuhan serta
jemaatnya.
Lagu kedua yang menjadi bahan analisis adalah BE No. 64 ”Naung Moru
Do Muse Sataon”.
Gambar 4.6. Lagu Buku Ende No. 64 “Naung Moru Do Muse Sataon “
Sumber: Buku Ende HKBP
Bait pertama lagu ini adalah naung moru do muse sataon, huhut lam suda
hu, nang holong ni rohangku pe; di Jesus dohot Debatangku, nang didonganhu
makin dekatlah ajalku. Intropeksi diri akan segala tindak tanduk yang dilakukan
selama satu tahun ini menjadi penting dilakukan agar mengetahui apakah benar.
143
Selain itu, pertanyaan yang mendasar bagi jemaat HKBP adalah apakah iman,
Perenungan ini diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik dalam
Pada bait kedua dikatakan Aut alusanhu Debatangku, ra, tung maila au
tangan, gok dosa nang rohangku; nang pat, nang mata, nang pamangan luhut
marsal do hape. Bait ini menggambarkan bahwa jika jemaat memberi jawaban
akan pertanyaan pada bait pertama di atas, tentu akan malu mengingat sifat
kecongkakan. Tanganku mengerjakan dosa, hatikupun penuh cela, kaki, mata dan
Syair lagu yang menekankan akan intropeksi diri dan kesadaran yang
penuh akan sifat dasar manusi yang penuh dengan dosa selama satu tahun, tentu
mendukung kontek ibadah Tahun Baru yang dilakukan di gereja HKBP Pasar
Melintang. Selain lagu tersebut di atas, ada beberapa lagu yang menjadi refrensi
Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus latin pada 6 Januari, namun
ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata serapan lain dalam kosakata
144
gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata Epifani berasal dari bahasa Yunani,
Epifani mulai dirayakan pada abad ke-3 di Gereja Timur pada 6 Januari
diperhitungkan sebagai salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain
pada 6 Januari 387 menjelaskan mengapa Epifani menjadi perayaan yang lebih
agung dibandingkan dengan Natal. “Mengapa hari ini disebut Epifani? Karena
namun ketika Ia dibaptis. Hingga pada hari inilah Ia tidak dikenal oleh orang
banyak.” Pusat ritual dalam liturgi Timur adalah pemberkatan meriah atas air
baptis.
Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat pada abad ke-4 namun
dihubungkan dengan manifestasi Kristus pada bangsa kafir yang hadir dalam
Kristus dan Mukjizat Perjamuan Nikah di Kana juga dirayakan dalam perayaan
tersebut. Ketika terjadi pembaharuan liturgi pada 1955, maka tidak ada lagi vigili
dan oktaf (suatu masa 8 hari pasca hari raya) Epifani, selain itu Pesta Pembaptisan
Tuhan kini dirayakan pada hari Minggu setelah Epifani. (Pembaharuan ini
uskup setempat untuk menggeser Epifani ke hari Minggu antara 2-8 Januari, agar
Epifani bisa dirayakan oleh umat secara meriah, mengingat situasi dan kondisi
145
daerah setempat yang tidak memungkinkan untuk menjadikan Epifani sebagai hari
libur nasional).
yaitu: kunjungan orang majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan
memang, Ibadat Pagi (Laudes) pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani
dalam antifon Kidung Zakharia: “Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan
Gereja, sebab di Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas
membawa persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air
Makna Epifani menjadi semakin jelas jika melihat hubungan antara bacaan
Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan dari
penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi
yang terwakilkan melalui para majus, dan adalah bangsa kafir pula, yaitu perwira
romawi, yang kemudian mengenali Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib.
Peristiwa yang paralel ini mengingatkan kita bahwa Liturgi gereja mempunyai
“tema besar”, yaitu bahwa, sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan
Apostolik, kita selalu merayakan misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan
Yesus Kristus!
menyatakan kasih dan pengasihanNya dalam AnakMu Tuhan Yesus yang menjadi
Kasih Tuhan yang tidak dapat diukur panjang dan lebarnya, tidak tersalami
gereja HKBP maka seluruh lagu nyanyian dalam ibadah minggu Epiphanias akan
mendukung tujuan di atas. Berikut adalah analisis terhadap dua lagu nyanyian
dalam ibadah minggu Epiphanias. Lagu pertama adalah BE 74. Sai Marlas Ni
Roha Hita.
Gambar 4.7. Lagu Buku Ende No. 74 “Sai Marlas Ni Roha Hita“
Sumber: Buku Ende HKBP
Bait pertama lagu ini dimulai dengan kata Sai marlas ni roha hita ale dongan
marilah kita bersuka cita umat Kristen beriman, kita puji Tuhan Allah penebus
manusia. Lanjutan bait pertama adalah Ditogihon Jesus I, hita huria i. Naung
masuk kejemaatNya, Tuhan Allah menerima kita menjadi AnakNya. Pada bait
ketiga dikatakan O hamu ale pardosa molo naeng sonang hamu. Sai tangihon ma
soara ni Tuhanta i burju mengandung arti datanglah orang berdosa jika mau
147
bahagia, dan dengarkanlah seruan dari Tuhan yang rahman. Sai pauba rohana,
jangkom Jesus i tutu. Asa saut paluaonNa tondimuna sian dosa artinya ubalah
perangaimu, sambut Yesus, Penebus agar jiwamu selamat dari dosa dan yang
jahat. Dari penjelasan makna teks di atas maka dapat dilihat teks nyanyian sesuai
Pada bait pertama disebutkan Hehe Ma Hamu Parbegu asa tung tiur hamu. Ai
jesus i mengandung arti bangkitlah hai orang kafir dan bersinarlah terang. Di
atasmu sudah hadir sinar kasih cemerlang. Suasana yang kelam kini menjadi
terang. Dari bait pertama ini dapat dilihat bahwa kasih Kristus mendatangkan
Pada bait keempat dikatakan Jesus sondang ni tondingku na patiur sasude, sai
palua ma rohangku sian dosa sasude. Taiti dohot rohangku tu na tiur i tongtong
148
mengandung arti bahwa Yesus adalah cahaya jiwaku yang menyorot dunia, tolong
lepaskan aku dari dosa dan cela, dan arahkan jiwaku menghampiri sinarMu. Dari
bait empat ini dapat dilihat bahwa hanya Tuhan yang mampu untuk memberikan
Dari dua lagu di atas dapat simpulkan bahwa teks lagu nyanyian mendukung tema
minggu Epiphanias.
tanggalnya berbeda antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Paskah jatuh pada hari
Minggu pertama sesudah Bulan Purnama Paskah, bulan purnama pada atau
sesudah 21 Maret, yang dijadikan tanggal dari vernal equinox. Perhitungan Barat
tanggal bulan purnama tersebut juga berbeda. Karena Paskah di Gereja Barat
dapat jatuh pada salah satu tanggal mulai tanggal 22 Maret sampai 25 April
menurut kalender Gregorian, maka Jumat Agung dapat jatuh antara tanggal 19
Maret sampai 22 April. Dalam Gereja Timur, Paskah dapat jatuh antara 22 Maret
sampai 25 April menurut kalender Julian (antara 4 April dan 8 Mei menurut
kalender Gregorian, untuk periode 1900 dan 2099), jadi Jumat Agung dapat jatuh
antara 19 Maret dan 22 April (atau antara 1 April dan 5 Mei menurut kalender
Gregorian).
149
mengenang Kematian Tuhan Yesus. Makna Jumat Agung dalam gereja HKBP
adalah menunjukkan kasih Tuhan jauh lebih besar dari kasih ibu bapa kepada
menjadi manusia, menderita sengsara, dihina dan disesah hingga disalibkan, dan
mati untuk manusia. Segala hutang dosa manusia telah dihapuskan dan
diselamatkan dari kuasa dosa, maut dan iblis. Oleh sebab itu, jemaat gereja HKBP
memuji Tuhan yang kudus karena dengan kematiannya, manusia didamaikan dan
Allah yang menanggung dosa seluruh umat manusia. Pengharapan jemaat HKBP
adalah peneguhan bagi keampunan dosa dan damai yang telah dianugrahkan
persekutuan yang Kudus di Surga. Salibkan kemanusian kami yang lama dengan
segala keinginan yang tidak baik didalamnya, agar jemaat kudus menghadap Bapa
di surga. Warga gereja HKBP membuka hati karena mereka adalah milikNya.
Pengharapan lainnya dari peringatan Jumat Agung dalam gereja HKBP adalah
penguatan iman warga gereja HKBP agar teguh sampai akhir hidup; seluruh
anggota jemaat memberitakan kasih dan jalan kehidupan seperti yang Tuhan
perbuat; dan jemaat HKBP menyadari bahwa mati dan hidup manusia adalah tetap
bersama Tuhan. Sebagai pengharapan terakhir dari ibadah Jumat Agung adalah
Allah di surga.
Dengan melihat makna ibadah Jumat Agung dalam gereja HKBP di atas,
maka pemilihan nyanyian dalam ibadah tersebut tidak akan terlepas dari teks
nyanyian yang mendukung makna dari ibadah. Dalam hal ini, penulis akan
membahas dua lagu himne yang dinyanyikan pada ibadah Jumat Agung. Lagu
yang pertama adalah BE No. 83 “Na Lao Do Birubiru I” dan BE No. 84 “Aut Na
Ginorga Tu Rohangku.
porsanonhu mengandung arti bahwa Sang Anak domba maju terus memikul dosa
dunia. Ia rela dan tabah menebus dosa orang bersalah. Ia merasakan sakit dan
lesu, Ia disiksa tanpa mengeluh, Ia dihina dan dicerca dan Ia mati di salibkan di
Golgata. Pada bait ketiga dikatakan Na olo do au ale Amang sian sandok
akan kutempuh dengan hati yang tulus, niatku dalam mulutMu. Tugaskulah
meretakkan kuburan dan azab manusia. Dalam bait keempat menguatkan arti dari
penyerahan diri manusia, manusia menyadari bahwa ia adalah milik Tuhan baik
mati maupun hidup. Berikut adalah kalimat dari bait keempat saleleng ahu
hangoluan. Tung ingkon Ho nampuna au, mangolu manang mate au, sai Ho do
tioponhu mengandung arti bahwa sepanjang masa hayatku aku mengingat Yesus
selalu. Semua kasih sayangMu akan tetap kuurus. Engkau adalah sinar jiwaku,
bila jiwaku terbentur, Engkau tinggal di dalam hatiku. Tuhan adalah pemilik
diriku, baik hidup ataupun mati. Dari makna syair di atas dapat dilihat bahwa lagu
Rohangku”. Bait pertama lagu ini dikatakan Aut na ginorga tu rohangku, bohiM
binahenni mengandung arti bila kuukir dalam hati wajahMu pada salibMu. Seraya
Pada bait kedua dikatakan Sai jalo m’au ale Tuhanku baen upa ni na tinaonMi.
siksaMu; akan kuukir di benakku semua perbuatan yang Tuhan berikan padaku.
153
Engkau membela aku dari segala dosa dan oleh karena itu aku bersukacita dan
bergembira menuju pintu sorgaMu. Dari makna syair di atas dapat dilihat bahwa
lagu nyanyian ini mendukung akan arti dari ibadah Jumat Agung seperti yang
sudah dijelaskan di atas. Selain dua himne tersebut, berikut beberapa himne yang
mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka, dan penyaliban hanya akan
dari kematian.
diri-Nya adalah Anak Allah? Jawabnya adalah (1) Dia bangkit dengan kuasa-Nya
mengambilnya kembali (Yohanes 10:18). Ini tidak bertentangan dengan pasal lain
yang menyatakan Yesus dibangkitkan oleh kuasa Bapa, karena Bapa dan Anak
bekerja bersama-sama, seperti halnya penciptaan, tiga pribadi Allah, yaitu: Bapa,
154
Anak dan Roh Kudus bekerja sama secara harmonis; dan (2) Secara jelas Yesus
Jika Allah tidak menyetujui pernyataan Yesus sebagai Anak Allah, maka Allah
Kristus (Kisah Para Rasul 2:14-40). Tidak sekedar tema khotbah, tetapi
tentang Mesias; (3) Sumber kesaksian murid-murid; (4) Alasan pencurahan Roh
Kudus; dan (5) Menegaskan posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja.
Tanpa kebangkitan, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan
misteri yang tidak dapat dijelaskan. Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-
yang akan bangkit di dalam Mazmur 16:10, 'tidak membiarkan Orang Kudus-Mu
Yesus yang telah bangkit. Perjanjian Baru bergaung kepada fakta Kebangkitan
dan bangkit lagi. Mereka menyaksikan bahwa kubur telah kosong dan Ia
155
Kisah Para Rasul mencatat Kebangkitan Kristus sebagai fakta dan membuatnya
menjadi pusat pengajaran. Surat-surat dalam Perjanjian Baru dan Kitab Wahyu
menjadi tak berarti tanpa kebangkitan Yesus. Kebangkitan diterima baik oleh: (1)
Keempat Injil yang terpisah; (2) Sejarah kekristenan mula-mula (Kisah Para
Rasul); dan (3) Surat-surat: Paulus, Petrus, Yohanes, Yudas, dan Surat Ibrani.
Kebangkitan telah melahirkan pengharapan yang hidup. Dia adalah Juru Selamat
dan hidup serta Tuhan kami dan menjadi Kepala yang harus ditaati. Melalui
kebakitanNya, iblis, dosa dan maut telah ditaklukkan dan warga gereja HKBP
tidak akan takut lagi menghadapinya dan segala sengatnya karena kemenangan
Tuhan kami, Panglima perkasa yang menuntun kami dari kematian hingga kepada
memohon kasih dan pertolongan Tuhan agar warga gereja tidak bimbang dalam
menghadapi maut.
ibadah ini akan disesuaikan dengan makna tersebut. Berikut adalah analisis
terhadap dua himne yang dinyanyikan sewaktu ibadah minggu Kenaikan Tuhan
Hamatean”.
156
huria Na, ala namamillit ho, Jesus i mangolu do mengandung arti Pujilah yang
menaklukkan dosa kerajaan maut. Pujilah yang membebaskan manusia yang sesat.
Yesus yang telah wafat, sambut Dia hai jemaat, agar kau hidup tenang, Yesus
Yesus pemenang hidup yang kekal. Manusia menyanyikan dan merayakan hari
kebangkitannya. Dari makna teks tersebut di atas maka dapat dilihat bahwa lagu
Lagu kedua sebagai bahan analisis diambil dari BE No. 96 ”Nungga Talu
Hamatean”
Pada bait pertama dikatakan nungg talu hamatean dibahen Tuhan Jesus i. Ai
nahehe di Ibana songon nadidok nai. Haleluya, haleluya nunga hehe Jesus i;
Haleluya, haleluya nunga hehe Jesus i mengandung arti Yesus telah menaklukkan
Yesus bangkit dan jaya. Selanjutnya pada bait ketiga dikatakan Marlas niroha ma
hita ala hehe Jesus i. Ai malua sude hita sian hamagoan i. Haleluya, haleluya
nunga hehe Jesus i; Haleluya, haleluya nungga hehe Jesus i mengandung arti
bahwa dengan kebangkitan Yesus maka manusia bersuka cita karena sudah
dibebaskan dari dosa yang kelam. Haleluyah, haleluyah, Yesus bangkit dan jaya.
Dari dua himne yang dianalisis di atas dapat dilihat bahwa teks nyanyian dalam
Selain dua lagu himne di atas, berikut adalah beberapa lagu nyanyian yang
Makna dari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga dapat dilihat dalam Injil Mat.
21:43; Kis. 1”8,11 yang mengatakan bahwa menjadi orang Kristen adalah sebuah
kepercayaan, karena ada Roh Kudus yang tinggal dan diam dalam hidup orang
percaya, serta mau meresponi keberadaan Roh Kudus. Matius 21:43 "Sebab itu,
Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan
akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan
itu." Ayat di atas membuktikan bahwa kita sebagai orang percaya di beri kuasa
dan otoritas oleh Tuhan sebagai bangsa cangkokan bukan sebagai bangsa pilihan,
yang sebenarnya sebagai bangsa plilihan adalah Israel karena tidak berkenan
kepada Tuhan, sehingga di tolak oleh Tuhan. Ditolak karena tidak menghasilkan
buah kerajaan. Jangan kita bangga karena hanya mempunyai status sebagai orang
Kristen karena fasilitas tetapi tidak berfungsi secara maksimal. Ketika kita diberi
kedewasaan. Oleh karena itu Gereja harus jadi dewasa, artinya siap diberi
kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghasilkan buah kerajaan. Kisah Rasul
1:11 "dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu
159
berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu,
akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga." Kis. Rasul 1:8 "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus
turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yesus naik ke Sorga supaya warga gereja terlibat dalam rencana Tuhan,
(1) Yesus Naik Ke Sorga untuk Menyediakan Tempat bagi kita. Rumah
apakah membuat kenyamanan dan kerasan untuk tinggal di situ, adakah fellowship
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."; (3) Yesus Naik ke Sorga untuk
Kembali sebagai Raja atas segala Raja. (Wahyu 21: 1-4) "Lalu aku melihat langit
yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang
pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi." Perumpamaan untuk
kedatangan Tuhan Yesus seperti lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh. Apa
Tuhan akan dan pasti datang kedua kali untuk menggenapi setiap janjinya dengan
sempurna. Pastikan diri kita untuk percaya bahwa Yesus telah naik ke Sorga untuk
dan diberdayakan, Tuhan Yesus akan menyediakan tempat di sorga dan Tuhan
Yesus pasti datang kedua kali untuk menjadi Raja atas segala Raja.
Makna Kenaikan Tuhan Yesus bagi gereja HKBP adalah bahwa mereka
mereka meyakini Tuhan Yesus Kristus telah naik ke surga dan duduk disebelah
selama-lamanya. Jemaat bersukacita karena Engkau telah menang dan Allah telah
mengangkat Engkau menjadi Raja atas segala sesuatu. Jalan Tuhan penuh rahasia,
menjadi lebih tinggi di atas segala sesuatu dan menerima Nama yang terindah atas
segala Nama, dan supaya semua orang bertekuk lutut menyembah Engkau, dan
segala lidah mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Gereja HKBP
berterima kasih karena Engkau telah membuka jalan ke surga, Engkau menjadi
Dengan makna Kenaikan Tuhan Yesus di atas, maka pemilihan lagu dalam
ibadah yang dilakukan di gereja HKBP akan dikaitkan dengan teks yang
mendukung makna Kenaikan Tuhan Yesus. Berikut ini, penulis akan menganalisis
dua buah lagu yang dinyanyikan dalam ibadah Kenaikan Tuhan Yesus di gereja
mulak tu Amana I; tapujima Ibana mangandung arti bahwa umat gereja harus
merayakan dan merenungkan Hari Kenaikan Yesus. Ia naik ke tahta yang megah,
yang tidak akan runtuh. Sembahlah Dia yang jaya, yang pulang pada Bapanya;
terpujilah namaNya.
tu surgo bahennNa mengandung arti bahwa warga gereja HKBP percaya Tuhan
akan datang kelak di hari penghakiman. Semua orang bejat dihalau dan
dicampakkan kedalam api neraka; tetapi orang-orang yang beriman akan Tuhan
tempatkan di surga. Dari makna syair di atas dapat dilihat bahwa teks lagu
Manaek Do Ho”.
Pada bait pertama dikatakan Naung manaek do Ho lao tu surgo i. Ale Jesus Raja
Yesus naik ke surga, Ia adalah Raja yang kami ikuti sampai mati. Tuntun umatMu
masuk surga. Selanjutnya pada bait kedua dikatakan Maol do dalan I, togu hami
on; asa tung malu hami, sian angka musu nami. Na di tano an, togu hami on
mengandung arti bahwa warga gereja HKBP menyadari perjalanan hidup manusia
di dunia ini penuh dengan kesulitan dan oleh karena itu manusia membutuhkan
tuntunan yang dari pada Tuhan agar semua jalan yang penuh pergumulan dapat
dilalui dengan sukacita. Dari dua lagu yang dianalisis di atas dapat disimpulkan
bahwa teks dari dua lagu tersebut sangat mendukung akan makna dari ibadah
minggu Kenaikan Tuhan Yesus. Selain dua lagu tersebut, beberapa lagu yang
menjadi refrensi nyanyian dalam ibadah minggu Kenaikan Tuhan Yesus adalah:
163
dimulai dari minggu sengsara Tuhan Yesus yang berakhir pada hari Perjamuan
Amanat Agung Penginjilan dan 40 hari setelah hari Paskah, Yesus naik ke surga.
Sepuluh hari kemudian atau 50 hari setelah Paskah, pada hari Pentakosta, terjadi
Pencurahan Roh Kudus kepada murid seperti yang sudah dijanjikan oleh Yesus.
Hari Pentakosta adalah akhir dari penebusan dan pelayanan Yesus dibumi
muridNya, namun Hari Pentakosta sekaligus menjadi awal sejarah gereja, sebab
sejak itu terjadi Pekabaran Injil keseluruh dunia dan dimana-mana berdiri gereja-
Harapan warga gereja HKBP pada hari Pentakosta adalah Roh Kudus
agar semakin banyak pemberita Injil, pengajar dan rela mengasihi sesamanya
manusia.
164
Melalui makna dari hari Pentakosta yang sudah dijelaskan di atas, maka
pemilihan himne dalam ibadah akan disesuaikan sesuai dengan makna tersebut.
Dalam hal ini, penulis akan menganalisis dua lagu yang dinyanyikan dalam
Tondi Parbadia i, bongoti roha name be, ro, sipatiur roha. O sondang sian
surgoi, sondangi roha name be, tu halalas ni roha. Asa masa patupahon,
datanglah ke dalam hati yang resah, pelita hati kami. Ya sinar kasih yang terang,
sinari hati yang kelam, penghibur hati kami. Agar kuat melakukan, pengajaran
firman Tuhan. Jangan lupakan kami. Dari pengertian di atas dapat dipahami
bahwa warga gereja HKBP bahwa Rohul Kudus datang kedunia sebagai
penghibur hati manusia; sebagai penguat hati manusia untuk memberitakan firman
Gambar 4.14. Lagu Buku Ende No. 102 “O Tondi Porbadia I Bongoti“
Sumber: Buku Ende HKBP
165
Pada bait kelima dikatakan Ho batu mamak na togu na tau ojahan situtu, paojak
rohanami tu hata hasintongan i. tung unang olo lilu be, nang sada sian hami.
mangandung arti kau batu karang yang teguh, landasan yang sungguh teguh.
Tegakkan iman kami dan jaga kami senantiasa agar tak seorang pun jemaatnya
sesak dengan pedang rohani. Bina jiwa yang terkuat, lebih giat menyaksikan
Lagu himne kedua yang di analisis adalah BE No. 106 “Ale Tuhan
Amanami”. Pada bait pertama dikatakan Ale Tuhan Amanami, namorholong roha
I, sai olio pangidoanhu, sian asi ni rohaMu mengadung arti ya Bapa Tuhan kami,
Tuhan yang maha pengasih. Masuklah kedalam hati dan pimpinlah kami.
Pugarlah jiwa kami supaya menjadi bait yang kudus. Ya Tuhan dengarkanlah
Gambar 4.15. Lagu Buku Ende No. 106 “Ale Tuhan Amanami“
Sumber: Buku Ende HKBP
Pada bait enam dikatakan Tondi sai ajari ahu jala togutogu ma, asa au
melalui Roh Kudus, manusia mengharapkan mereka di ajar, dituntun dengan budi
pekerti agar senantiasa kudus dihadapan Tuhan. Melalui Roh Kudus, manusia
melakukan semua itu, ia berharap agar disaat ajal menjemput, aku tiba di rumah
Bapa di surga. Beberapa lagu yang menjadi refrensi nyanyian dalam ibadah
Makna Trinitatis dalam gereja HKBP adalah dimana warga jemaat penuh
dengan sukacita karena Tuhan telah memperlihatkan dan menyatakan kasih dan
kekal, harta surgawi dan pada waktunya akan memberikan penghukuman kelak.
Semua ini disadari oleh warga gereja HKBP sebagai sesuatu yang tidak ternilai
dengan apapun di dunia ini, karena yang tidak pernah dipahami manusia telah
Tuhan ungkapkan kepada kami; yang tidak pernah dilihat manusia Tuhan telah
nyatakan kepada kami; yang tidak dapat diberikan diberikan dunia ini Tuhan
limpahkan kepada kami; oleh karena itu warga gereja HKBP menyerahkan Tubuh
Jiwa, Roh dan segala yang ada pada kami, agar Tuhan melayakkan kami
menerima kerajaan Tuhan di surga. Dari makna akan Trinitatis di atas, maka
dalam ibadah minggu Trinitatis pemilihan lagu yang dinyanyikan akan sesuai
dengan teks himne. Berikut adalah dua lagu yang dinyanyikan dalam ibadah
Trinitatis yang dijadikan penulis sebagai bahan analisis. Lagu yang pertama
Pada bait pertama dikatakan Ditompa Ho do au, sondangi rohangkon. Tung basa-
mengandung arti bahwa warga gereja percaya Tuhan adalah pencipta manusia dan
menyinari jiwa. Jiwaku kuserahkan menjadi persembahan yang kudus bagi Tuhan.
Semua tenagaku akan kugunakan dalam jemaat Tuhan. Jemaat menyadari akan
arti ya Bapa, Anak dan Roh Kudus, akulah milikMu siapkanlah hatiku menjadi
169
bait kudus. Jelaskan kepadaku kasihMu yang bermutu; aku bahagia menyebut
Ma Sangap”.
dari mara bahaya Allah sungguh baik dan benar, denganNya terwujud damai yang
saut do rohaMi; on pe martua hami memiliki arti bahwa jemaat gereja HKBP
memuji, menyembah dan bersyukur setiap masa karena Engkaulah Allah dan
Bapa yang memerintah dunia. Hikmat Tuhan tak ternilai dan semua rencanaNya
170
akan terwujud bagi setiap umatNya dan oleh sebab itu jemaat gereja HKBP
sungguh beruntung.
Dengan melihat makna teks lagu ini, maka dapat dilihat lagu himne ini
mendukung makna dari Trinitatis. Berikut adalah beberapa refrensi lagu dalam
dengan teks sehingga lagu-lagu dalam ibadah tersebut mendukung konteks ibadah
yang dilaksanakan. Berikut adalah bagian nyanyian dalam konteks ibadah yang
Pada Bab I telah diterangkan bahwa ada sepuluh fungsi musik menurut
teori Allan P. Merriam. Penulis akan mengaplikasi kesepuluh teori ini untuk
melihat fungsi musik di gereja HKBP Pasar Melintang. Kesepuluh fungsi musik
tersebut adalah sebagai berikut; (1) Fungsi pengungkapan emosional; (2) Fungsi
pengungkapan estetika; (3) Fungsi hiburan; (4) Fungsi komunikasi; (5) Fungsi
perlambangan;(6) Fungsi reaksi jasmani; (7) Fungsi yang berkaitan dengan norma
social; (8) Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan; (9) Fungsi
(himne, koor, song leader dan musik instrumen) bukan diposisikan hanya
pengungkapan makna iman. Kegiatan ibadah tidak jatuh hanya pada ruang
565 ”Las Rohangku Lao Mamuji” (ayat 2. Sude jadi-jadianMu, laut, tano,
langit i. Angka bintang dohot bulan nang mata ni ari i. Hauma, ladang
Tuhanta i.) dan Kidung Pujian ”Allah Peduli” (Banyak perkara yang tak
perkara yang kusimpan dalam hati. Tiada sesuatu kan terjadi tanpa Allah
peduli. Allah mengerti, Allah peduli segala persoalan yang kita hadapi.
mengerti).
hanya dalam hal penampilan agar musik gereja yang dihasilkan dapat
dikatakan bagus, indah, dan menarik. Akan tetapi yang terpenting adalah
bisa menyentuh batin tiap jemaat. Contoh BE No. 686 “Ramun Do Au”
secara khusus dapat dilihat jika ada jemaat yang sedang mengalami
pergumulan, maka melalui musik gereja ini sesama warga gereja mmampu
173
dipanggil untuk bersaksi kepada dunia ini bahwa Allah di dalam Kristus
memanggil seluruh umat manusia untuk datang kepada Kristus atas kasih
dengan tema bacaan dan khotbah yang akan disampaikan dalam ibadah
pada hari itu sehingga menolong jemaat yang hadir untuk semakin dapat
memahami berita sukacita yang terdapat dalam Kitab suci dan dapat lebih
tongtong rohangkon).
174
pribadi dan rohani yang baik dilambangkan dengan embun yang turun dari
pribadi yang satu dengan yang lainnya. Ganjalan hubungan antar pribadi
(ayat 1. Sai mulak, sai mulak ho naung lao jalang i. Ai nadao ho nuaeng,
holong sian tuam. O parjalang ho, mulak, mulak ma ho. Mulak, mulak ma
ho).
6. Fungsi Reaksi Jasmani berhungan dengan biologis dim ana pada saat kita
tubuh kita untuk memuji Tuhan. Contoh. BE No. 178. ”Roma Tu Jesus ”
menggantikan tugas dan ekspresi jemaat untuk memuji Tuhan. Karena itu
jonok tu lambungMi).
gereja yang dinaikkan oleh tim musik, paduan suara dan song leader isi
kesatuan antar warga gereja dipererat dan keterlibatan warga gereja dalam
Tuhan” (ayat 1. Pasu-pasu hami o Tuhan, sai usehon dame Mi. Sai
pangapuli i).
dan bermain musik yang diwariskan turun temurun oleh leluhur itu tidaklah
yang baik perlunya perhatian yang yang serius dalam hal itu. Contoh BE
176
amen haleluya. Sigomgom langit tano on rodi isina, amen haleluya. Beta
jemaat pada umumnya. Dalam hal ini himne merupakan bagian yang
Persekutuan yang hangat antar tim musik dapat tercipta apabila dapat
dan melukai perasaan orang lain. Setiap ide atau pemikiran untuk
bagaimana pun dibutuhkan sebuah kerja sama tim yang berakar dari sebuah
burju. Rap sauduran hita be marholong na tutu, mar dame, mar las
Selain fungsi musik menurut Merriam di atas, masih terdapat beberapa fungsi
1. Sebagai wadah pendewasaan iman Jemaat. Tim musik, song leader dan
maka akan terlihat kepaduan sebuah tim musik, song leader dan paduan
56
Wawancara dengan Joy Ferianto Manullang (Pemain Keyboard) di Gereja HKBP Pasar
Melintang, Minggu 15 Juni 2014.
57
Wawancara dengan Wati Damanik anggota paduan suara) di Gereja HKBP Pasar
Melintang, Minggu 15 Juni 2014.
58
Wawancara dengan Veli Sianipar (song leader) di Gereja HKBP Pasar Melintang, Sabtu
28 Juni 2014.
178
membaca notasi, nilai not, tempo, dan yang lainnya. Seperti yang sudah
otodidak.60
di gereja61.
7. Tempat menemukan pasangan hidup. Salah satu tim musik yang ada di
59
Wawancara dengan Josua Sinurat (Pemain Bass) di Gereja HKBP Pasar Melintang,
Minggu 15 Juni 2014.
60
Wawancara dengan Irwin Pangaribuan (Pemain Drum dan Bass) di Gereja HKBP Pasar
Melintang, Minggu 15 Juni 2014.
61
Wawancara dengan Felix Silitonga (Gitaris) di Gereja HKBP Pasar Melintang, Sabtu 28
Juni 2014
62
Ibid., wawancara dengan Irwin Pangaribuan.
179
BAB V
musik di asumsikan dengan rangkaian nada yang dimainkan oleh para pemain
dalam bentuk instrumen lagu atau dalam bentuk harmoni yang dimainkan untuk
mengiringi lagu/pujian yang dinyanyikan oleh soloist, vokal group, koor dan
musik gereja secara keseluruhan sebab ada hal lain yang penting diperhatikan,
yaitu sifat musik gereja tidak semata-mata dilihat dari jenis musik yang
ditampilkan.
Saat ini dapat dilihat bahwa gereja HKBP sedang mengalami sebuah
David B.Pass berpendapat bahwa sifat musik gereja ditentukan oleh sifat
gereja, dan sifat gereja ditentukan oleh misinya, oleh karena itu dapat dipahami
bahwa penggunaan musik ibadah yang tepat adalah maka ketika memahami
eklesiologi; memahami sifat dari gereja; memahami bagaimana ibadah, dan musik
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa ada tiga tujuan dasar dari musik
(untuk melayani). Ketiga unsur di atas saling terkait dan diperlukan gereja untuk
180
Ibadah yang seimbang harus mencerminkan tiga model ini secara teratur, kreatif,
bersifat statis, melainkan selalu berubah. Hal ini berhubungan dengan waktu,
dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga dapat berasal
perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku- pelaku kebudayaan
itu sendiri dan disebut juga inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan
perubahan yang timbul akibat pengaruh dari luar lingkup kebudayaan tersebut.
masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari peran missionaris dalam Pekabaran
Injil di tanah Batak. Musik menjadi salah satu sarana yang digunakan missionaris
dalam menarik simpatik masyarakat agar mau menerima kedatangan mereka dan
dengan proses belajar musik yang dilakukan missionaris pada waktu itu, orang
gereja Lutheran yang sebelumnya teks lagu diterjemahkan dalam bahasa Batak.
himne Lutheran.
181
Tradisi bernyanyi dalam gereja HKBP sampai saat ini sudah berjalan
kurang lebih 152 tahun. Kebanyakan warga gereja HKBP menyadari bahwa lagu-
lagu himne bersumber dari himne lutheran dengan syair yang diterjemahkan
Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa selain syair yang sudah
perubahan dalam komposisi musik. Hal ini terjadi dikarenakan dua faktor, yaitu
dikarenakan penyesuaian teks dan komposisi awal yang lebih sulit sehingga lebih
susah untuk dipelajari dan dinyanyikan. Perubahan komposisi musik dapat dilihat
notasi, oleh karena itu banyak tonalitas himne gereja HKBP diturunkan. Sebagai
contoh, jika himne Lutheran menggunakan tonalitas E Mayor, maka dalam Buku
Logu akan dituliskan menjadi Es Mayor; jika lagu dalam A Mayor maka dalam
musik karena musisi Batak Toba lebih nyaman bermain dalam tangga nada mol
dari pada tangga nada kres. Kerumitan bermain musik dalam tangga nada kres
(misalnya lagu dalam 4 kres) dapat dilihat pada instrumen tiup; trumpet akan
main dalam 6 kres dan Saxophone Alto akan dimaainkan dalam 7 kres. Bermain
musik dalam 5 kres dan selanjutnya akan memerlukan latihan yang cukup lama
HKBP, tim musik tiup kewalahan memainkan lagu dalam dalam 3 kres dan 4
kres, sehingga pemain tiup meminta pemain keyboard untuk melakukan transpose
turun satu kali sehingga bunyi yang dihasilkan sebenarnya menjadi 3 mol dan 4
mol.63
Perubahan dalam hal melodi terjadi karena terkait pola meter dari syair
serta penambahan melodi baik dengan menggunakan passing tone atau dengan
teknik lainnya. Perubahan komposisi musik dalam hal harmoni terjadi karena
perubahan melodi dan hal ini juga berpengaruh pada perubahan polo iringan.
akan mempengaruhi ’musikalitas’ lagu himne yang bagaiman pada awalnya karya
tersebut diciptakan. Hilangnya beberapa unsur musik ini juga akan berpengaruh
komposisi musik gereja kurang terasa monoton. Dalam hal analisis perubahan
dalam komposisi musik, penulis akan mengambil dua karya himne Lutheran dan
dua karya himne HKBP. Lagu pertama berjudul ”Come, O Came, in Pious Lays”
63
Wawancara dengan Johannes Pangaribuan, S.Sn pada tanggal 17 Mei 2014. Ia adalah
pemain musik tiup dan juga pemain drum.
183
Hasil Analisis:
1. Dalam hal tonalitas dapat dilihat bahwa lagu ”Come, O Come, in Pious Lays”
dimainkan dalam D Mayor, sedangkan dalam Buku Logu ”Nasa Jolma Ingkon
2. Dalam hal melodi dapat dilihat bahwa terjadi perubahan dalam lagu ”Nasa
Jolma Ingkon Mate”. Perubahan dalam hal nilai not terjadi karena ada
melodi pada lagu ”Nasa Jolma Ingkon Mate”. Untuk lebih jelasnya dapat
3. Dalam hal perubahan harmoni terjadi pada hampir seluruh birama, sebagai
contoh dalam bar pertama ketukan kedua pada lagu pertama dalam Bm (tingkat
vi) sedangkan ketukan kedua dalam lagu kedua adalah C (tingkat I). Pada
ketukan keempat juga berubah dari tingkat IV pada lagu pertama dan lagu
4. Dalam hal perubahan pola iringan lagu pertama lebih dinamis bila
not seperampat
186
Lagu kedua sebagai bahan analisis adalah lagu ” Valent will ich Geben” dan lagu
”Behama Panjalongku”.
Hasil Analisis:
1. Dalam hal tonalitas dapat dilihat bahwa lagu ”Valent will ich Geben” dan lagu
2. Dalam hal melodi dapat dilihat bahwa terjadi perubahan dalam lagu ”Behama
3. Dalam hal perubahan harmoni terlihat jelas pada birama 5-7. Birama kelima
ketukan tiga, lagu pertama dalam harmoni D (II) sedangkan lagu kedua dalam
G7 (V7).
189
4. Dalam hal pola iringan bahwa lagu ”Valent will ich Geben” dan lagu ”Behama
dan kehikmatan penyembahan kepada Allah dalam kebaktian. Dengan kata lain
pembinaan rohani anggota jemaat. Oleh karena itu kedudukan atau penggunaan
Luther D. Reed64, mengatakan: “Fungsi utama dari musik ialah: “to clothe
the text of liturgi” (Pembungkus teks liturgi). To clote sama dengan melapisi,
menutupi. Musik itu adalah sebagai pembungkus teks liturgi agar teks liturgi
dapat lebih indah, lebih mudah dihayati.65 Sebab jika ditinjau dari sudut
praktisnya, kegunaan musik itu bukan hanya kepada yang menyanyikannya, tetapi
sebagai alat untuk memberitakan Firman Allah. Dengan kata lain penggunaan
instrumen musik dalam kebaktian adalah tata cara yang diorganisir di dalam
yang baik antara Tuhan dengan manusia. Komunikasi yang dimaksud adalah
hubungan antara jemaat yang hadir di dalam kebaktian dengan Tuhan yang hadir.
digunakan pada masa peperangan dan tiupan terompet digunakan sebagai adanya
tanda bulan baru, tahun Yobel, gerakan militer, upacara sipil, penobatan raja,
puji-pujian, serta penyembahan. Pada dasarnya alat musik ini dibuat bukan untuk
64
Luther D. Reed, Workship A Study of Corpurate Devation, Philadelphia: 1959), hal.,
159.
65
Ibid. hal., 160.
66
E. Martasudjita dan Karl Edmund, Musik Gereja Zaman Sekarang. (Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi, 2009), hal., 35-36.
191
dalam budaya masyarakat Batak Toba. Perubahan itu selaras dengan konsep
hidup orang Batak Toba di dunia, yaitu mencari hamoraon (kekayaan), hagabeon
kehormatan).
terhadap pengenalan musik-musik gereja yang berasal dari Eropa. Setiap acara
trumpet, saksofon alto, saksofon tenor, trombon, dan Bariton. Instrumen tersebut
mengikuti ajaran agama Kristen dan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi
untuk bermain musik. Mereka diajar mengenal notasi musik yang ada. Melalui
proses belajar yang cukup lama, akhirnya beberapa warga jemaat mahir
Pengetahuan tentang alat-alat musik organ dan brass sama sekali masih
baru bagi masyarakat Batak Toba, demikian juga tentang musik gereja yang
bertangga nada diatonik. Instrumen musik brass yang pertama hanya terdiri dari
sendiri, mengingat saat itu belum ada warga jemaaat Batak Toba yang dapat
memainkannya.
paduan suara jemaat, sehingga ditambahlah trumpet tersebut menjadi empat buah.
Pendeta yang telah diajar kerohanian dan pengenalan musik oleh para misionaris
brass band juga digunakan mengiringi kegiatan-kegiatan para militer Jepang yang
awal sejarah masuknya alat musik tiup di HKBP dapat ditelusuri mulai dari gereja
alat musik tiup diserahkan kepada jemaat di sana, kemudian Misionaris Jerman
mengiringi kegiatan ibadah dengan menggunakan alat musik tiup. Setelah itu,
mereka mengumpulkan jemaat yang benar-benar mau belajar alat musik tiup
tersebut. Setelah beberapa bulan kemudian, Misionaris dari Jerman pun berangkat
193
dari Pearaja dan kebaktian di gereja Pearaja sudah diiringi oleh alat musik tiup
sekitarnya untuk beribadah di gereja Pearaja. Alat musik tiup yang sudah ada
dipakai dan dirawat sedemikian rupa supaya tetap terpelihara dan bisa digunakan
Alat musik ini masih tetap dipergunakan sampai pada tahun 1974 di
ternyata tidak ada lagi yang mempergunakannya setelah tahun 1974. Bahkan
anggota Gereja HKBP Pearaja sendiri tidak mengetahui mengapa alat musik
tersebut tidak nampak lagi. Menghilangnya alat musik tiup tersebut mempunyai
efek yang negatif dalam kemerosotan jemaat yang mengikuti kebaktian di gereja
tersebut, dengan alasan bahwa ternyata alat musik tiup tersebut mempunyai
dampak yang sangat besar dalam proses pelaksanaan ibadah di gereja. Tanpa
adanya yang mengiringi lagu-lagu pujian di gereja jadi terasa hambar dan tidak
Sampai tahun 1975, alat musik tiup juga sudah dipadu dengan poti
marende yang pada awalnya juga adalah merupakan sumbangan dari para
gereja tersebut. Poti marende ini juga disumbangkan supaya dipadu dengan alat
musik tiup. Sama halnya seperti proses awal diberikannnya alat musik tiup, para
missionaris juga mengajari jemaat setempat yang mempunyai minat dalam hal
194
memainkan poti marende. Setelah sekian lama prosesnya, akhirnya ada juga
alat musik tiup digabungkan dengan poti marende sehingga lebih merdu dan
Dari sejarah yang sudah diteliti melalui wawancara tersebut, beliau juga
masih sempat menyimpan satu sejarah yang sudah lama tersimpan dan selalu
diingat ketika ditemukannya kembali alat musik tiup tersebut pada tahun 1992 di
bagian belakang gereja HKBP Pearaja namun tidak lengkap lagi seperti yang dulu
dan sudah dalam keadaan tidak bisa dipergunakan lagi. Sangat disayangkan jika
alat musik tersebut sudah tidak bisa dipergunakan namun muncul secara tiba-tiba
dan mengherankan semua anggota jemaat pada masa itu. Sehingga setelah tahun
1975, hanya poti marende67 yang digunakan dalam mengiringi kebaktian setiap
hari minggunya.
5.2.2 Organ
sudah mengimbangi penggunaan alat musik tiup dan poti marende jika dipadu.
Penggunaan organ ini akhirnya menutup masa penggunaan poti marende yang
masih tersimpan sampai sekarang di gereja tersebut. Dari hasil yang ditemukan
dari beberapa gereja yang sudah diteliti, ada beberapa gereja yang menggunakan
67
Poti Marende adalah sebutan untuk Orgel.
195
Menurut mereka poti marende dibuat oleh generasi sebelumnya karena sudah
diajari oleh seorang keturunan Jerman yang pekerjaannya adalah membuat poti
marende di Jerman dan datang ke tanah Batak untuk membantu proses pembuatan
poti marende supaya dipergunakan di setiap gereja. Hal ini berlangsung sudah
berpuluh-puluh tahun.
Menjelang akhir abad 18 mutu musik organ dalam ibadat tidak lagi seperti
tahun 1750-an. Jabatan organis merupakan suatu tugas sampingan dan sering
dipegang oleh orang pensiunan. Maka komposisi organ pun menurun. Dalam
ibadat selama abad 19 permainan organ terbatas pada iringan nyanyian Gregorian
dalam Katolik. Komposisi semacam ini diciptakan banyak selama abad 19.
Perkembangan organ Gereja pada awal abad 19 pun mengalami penurunan drastis
seperti dua atau tiga keyboard; keyboard dengan saxophone, keyboard dengan
Pada era tersebut, sudah semakin banyak sarjana musik yang dihasilkan
oleh berbagai institusi musik di Indonesia, secara khusus di kota Medan, seperti:
USU, Seni Musik Universitas Negeri Medan dan Sekolah Menengah Musik 11.
Keempat institusi formal ini setidaknya telah membawa perubahan dalam hal
format mengiringi ibadah karena baik alumni, mahasiswa dan siswa kebayakan
Pada tahun 2002 sampai sekarang, Prodi Seni Musik UHN secara
gereja HKBP yang ada di Sumatra Utara. Pada tahun 2000 an yang lalu, musik
pengiring ibadah masih mayoritas organ tunggal, ini ditemui hampir sebahagian
Tanjung Balai, Kabupaten Deli Sedang, Kabupaten Kaban Jahe dan kota
Pangkalan Susu.68
Pelayanan Musik gereja HKBP Pasar Melintang dibagi atas dua bagian;
(1) untuk kebaktian siang dalam bahasa Batak Toba menggunakan ansambel
suara piano).
68
Wawancara dengan Drs. Kamaluddin Galingging, M.Sn – Kaprodi Seni Musik Fak.
Bahasa dan Seni Univ. HKBP Nommensen, 17 Mei 2014 di Medan.
197
5.2.4 Band
penggunaan musik digereja HKBP dapat dilihat dari penggunaan Band dalam
mengiringi ibadah.
Musik Band menjadi alat musik pengiring di gereja HKBP Medan mulai
menjamur sekitar tahun 2004. Ini mau tidak mau adalah karena adanya pengaruh
dari musik ibadah yang ada di gereja tetangga. Banyaknya warga jemaat HKBP
yang beribadah di gereja tersebut, mendorong otoritas gereja untuk bersikap dan
Alasan sebahagian warga gereja, adalah penggunaan alat musik dan lagu-
lagu yang ditawarkan di gereja tersebut lebih bisa diterima jemaat dari pada lagu
himne HKBP. Untuk mengantisipasi ini, otoritas gereja diberbagai ressort mulai
membuat ibadah alternatif khusus bagi jemaat yang menginginkan konsep ibadah
seperti itu.
himne gereja HKBP mulai digantikan dengan musik pop rohani pada ibadah
alternatif. Dengan pelaksaan ibadah ini, setidaknya para muda/i gereja HKBP
Pasar Melintang tidak lagi beribadah digereja lain, akan tetapi mereka sudah
minggu keempat adalah band. Personil musik band dan song leader didominasi
oleh pemuda/i gereja. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
Ibu Pendeta Ressort diketahui bahwa ibadah alternatif ini segaja dilakukan untuk
menampung aspirasi kaum muda/i yang menginginkan musik yang lebih hidup
dan tidak ”konvensional”. Akan tetap kemampuan sumber daya manusia di gereja
sehingga ibadah alternatif ini masih dilaksanakan sekali sebulan. Waktu yang
demikian lama dapat dimanfaatkan oleh tim musik dan song leader untuk melatih
lagu pop rohani berulang kali dalam hari-hari yang berbeda, sehingga para
Wawancara yang dilakukan penulis dengan tim musik dan song leader
ditemukan bahwa hampir seluruhnya mereka tidak mempunya basic musik yang
pengetahuan musik dari aktivitas privat musik dan sebagian lagi memperoleh
sumber nyanyian, akan tetapi ada hal yang fundamental seperti kaitan himne
dengan tata ibadah. Liturgi gereja HKBP sudah disusun sedemikian rupa dan
disesuaikan dengan teks nyanyian di Buku Ende. Artinya, nyanyian untuk ibadah
sehingga pesannya dapat diterima jemaat dengan baik akan tetapi di Ibadah
alternatif, nyanyian ini diganti dengan lagu pop rohani yang berjudul ”Kasih Yang
Sempurna”. Perubahan makna terjadi dalam situasi ini, lagu ”kasih Yang
200
Sempurna” dapat dinyanyikan dalam berbagai konteks kehidupan jemaat; baik itu
dalam konteks sukacita dan lain sebagainya. Dilain hal lagu ”O Ulu Na Sap
Mudar” hanya dinyanyikan dalam kebaktian Jumat Agung karena pemilihan teks,
MBG mulai dikenal secara luas sekitar 6 tahun yang lalu, MBG ini
musik liturgi dalam gereja HKBP pada awalnya. Obsesi tim musik gereja / liturgi
musik yang terbaik untuk Tuhan kita Yesus Kristus. MBG adalah satu perangkat
nyanyian / lagu. Program ini dirancang dan disusun secara profesional oleh Tim
IT MBG bekerja sama dengan para musisi yang khusus memahami musik liturgi
dan profesional yang dipimpin oleh St. Drs. Nurdin Doloksaribu, MSi untuk
melakukan rekaman lagu-lagu gereja sesuai dengan partitur yang resmi baik yang
dikeluarkan Yamuger atau Terbitan Lembaga Gereja lainnya. Iringan musik MBG
disesuaikan dengan karakter lagu dan tema lirik sehingga ada berbagai type
iringan musik yang telah kami buat dalam MBG ini yaitu : Orchestra Classic,
Lembaga gereja yang pertama kali menggunakan MBG ini adalah HKBP,
gereja di Indonesia (GKI, GKPI, GKPS, GBKP, Gereja Kharismatik, GKJ, Gereja
201
Pasundan, Toraja, GPIB, Gereja Indonesia bagian Timur dalam hal ini gereja-
Tim musik MBG dipimpin oleh bapak St. Drs Nurdin Doloksaribu, MSi
dibantu oleh para musisi Hendro Lumantoruan (musisi / guru musik dan pengajar
koor di HKBP Perumnas II Bekasi), Junaedi Baroes (Guru musik / musisi dan
Kesenian Jakarta dan juga seorang musisi ethnis khusus Karo), Pendeta JAU
Doloksaribu, M.Min.
Untuk melihat perubahan konsep musik gereja secara lebih luas lagi,
aktivitas tersebut penulis menemukan beberapa format musik yang ada di gereja
HKBP Ressort Melati Satu Helvetia, HKBP Dame Simpang Zipur dan
musik di set terlebih dahulu dalam satu folder (lagu-lagu yang akan
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Musik dalam gereja HKBP dimaknai dalam beberapa hal, yaitu: himne,
koor dan alat musik pengiring. Ketiga bagian ini menjadi bagian yang integral
dalam pelaksanaan ibadah. Penggunaan musik dalam ibadah gereja HKBP Pasar
seluruh himne dan koor yang dinyanyikan jemaat seluruhnya mendukung akan
dalam ibadah yang dilakukan. Untuk ibadah Sekolah Minggu menggunakan solo
keyboard dengan memakai style; ibadah Minggu Pagi menggunakan format Band;
Fungsi musik selain apa yang dikemukakan oleh Merriam menurut jemaat di
204
HKBP Pasar Melintang adalah sebagai berikut: (1) Wadah pendewasaan iman
jemaat; (2) Lambang keberhasilan; (3) Wadah bertukar pikiran; (4) Sebagai
motivasi; (5) wadah pembelajaran musik; dan (6) Tempat menemukan pasangan
hidup.
HKBP dapat dilihat mulai dari musik harmonium sampai dengan music box
gereja. Perubahan lainnya adalah dalam hal penggunaan lagu-lagu pop rohani
6.2 Saran
lanjutan tentang topik Musik Dalam Ibadah ini yang akan dijadikan sebagai
1. Meneliti lebih lanjut tentang proses adaptasi himne dalam Buku Ende HKBP.
KEPUSTAKAAN
GLOSSARIUM
Advent, berasal dari bahasa Latin Adventus yang artinya Kedatangan. Minggu
Advent adalah minggu-minggu dalam menyambut kelahiran Tuhan Yesus.
Agenda, berasal dari bahasa Latin yang artinya dalam bahasa Inggris
menunjukkan sebuah daftar tentang hal-hal yang akan dikerjakan;
kemudian kata itu digunanakan oleh gereja-gereja berbahasa Jerman
“Agende” atau “Kirchenagende”,yaitu sebuah buku yang mengumpulkan
tata ibadah yang dipakai oleh gereja antara lain; kebaktian minggu biasa,
kebaktian dengan perjamuan kudus, dengan babtisan, naik sidi,
pemberkatan nikah, penguburan, ordinasi (die Ordination zum
Predigtamt), dan lain-lain.
Buku Logu, edisi harmoni empat suara yang dipakai sebagai iringan dari lagu
himne gereja HKBP
Cultus, berasal dari bahasa Latin sebagai padanan kata “latreia” dalam Perjanjian
Baru atau dalam bahasa Jerman disebut dengan “Gottesdienst” yang
artinya ibadah pada Allah
Doksologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti ucapan pemuliaan. Doksologi
dalam liturgi adalah pernyataan pujian kepada Allah Tritunggal yang
menghakiri Doa Syukur Agung, Madah pujian atau Gloria disebut
doksologi besar. Ayat ‘kemuliasan kepada Bapa dan Putera dan Roh
Kudus…” yang ditambahkan pada Mazmur dan Kidung dalam Ibadat
Harian disebut doksologi kecil.
Estomihi, adalah tema minggu Jadikan bagiku gunung batu perlindungan, kubu
pertahanan untuk menyelamatkan aku.
Guru Huria, adalah sebuatan untuk Guru Jemaat yang bertugas membantu
Pendeta Resort dalam menjalankan pelayanan gereja kepada jemaat
HKBP.
Harmoni, adalah perihal keselarasan paduan bunyi atau secara teknis meliputi
susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan
sesamanya maupun bentuk keseluruhan.
Introitus, berasal dari bahasa Latin yang artinya pengantar masuk suatu prosesi
Jemaat, yaitu persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, baik yang
di satu tempat maupun keseluruhan persekutuan Kristen
Liturgi, berasal dari bahasa Yunani “leiturgia” (leos yang artinya rakyat, dan
ergon yang artinya kerja)
Mazmur, yaitu Doa gereja yang dinyanyikan. Oleh karena itu, mazmur harus
mendapat tempat liturgis sendiri di dalam ibadah dan Mazmur adalah
nama salah satu Buku dalam Alkitab Perjanjian Lama.
MBG, adalah suatu perangkat laptop yang menggunakan platform Linux dan
berfungsi untuk mengiringi lagu/nyanyian dalam ibadah.
Melodi, adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi yang di tanggapi
berdasarkan perbedaan tinggi-rendah atau naik turunnya.
Ritme, dapat disebt sebagai irama atau variasi pengaturan dari durasi nada yang
tidak teratur dalam satu pola metric ( birama ).
Syair, adalah teks atau kata-kata lagu, dengan kata lain suatu komposisi puisi
yang sering dilakukan.
Tangga nada, adalah susunan nada-nada secara berurutan dengan pola jarak
tertentu, yang dimulai dengan nada dasr samapai kepada nada oktaf.