Mari kita mundur sedikit. Apa arti dari kata-kata “anak Tuhan”?
Tidak ada sekte Kristen yang berpendapat bahwa Tuhan
mengambil seorang istri lalu memiliki anak, dan hampir dapat
dipastikan bahwa tidak ada yang percaya bahwa Tuhan menjadi
ayah atas seorang anak lewat seorang ibu manusia di luar
pernikahan. Lebih dari itu, pernyataan bahwa Tuhan secara fisik
berkumpul dengan sebuah elemen dari ciptaanNya merupakan
hal yang betul-betul jauh keluar dari batas toleransi keagamaan
karena itu sama saja dengan penistaan, dan sama saja dengan
upaya untuk mensejajarkan agama dengan mitologi Yunani.
Jadi sekali lagi, apa arti dari “anak Tuhan”? Dan jika Yesus
Kristus memiliki hak eksklusif untuk julukan ini, mengapa Injil
juga mencatat, “ Sebab aku telah menjadi bapa Israel, Efraim
adalah anak sulung-Ku.” (Yeremia 31:9) dan “Israel adalah
anak-Ku, anak-Ku yang sulung.” (Keluaran 4:22)? Dengan
mengambil konteks dari kitab Roma 8:14 yang berbunyi,
“Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah,”
sebagaimana disimpulkan oleh banyak cendekiawan Kristen
bahwa “anak Tuhan” adalah julukan metafora, sedangkan kata
christos tidak mengandung arti eksklusif. Lagipula, Oxford
Dictionary of the Jewish Religion memastikan bahwa dalam
idiom Yahudi “anak Tuhan” itu jelas-jelas sebuah metafora.
Umat Yahudi mengutip, “anak Tuhan”, kata-kata yang kadang
ditemukan di dalam kesusastraan Yahudi, Injil dan karya sastra
pasca Injil, tapi tidak pernah menyiratkan keturunan secara fisik
dengan Tuhan utama.” Bibli Dictionary karangan Hasting
memberi komentar:
Baik ketika orang membaca Versi Raja James, Versi Raja James
yang Baru, Versi Standar Revisi Baru, atau Versi Internasional
Baru, kata yang disebut di semua versi adalah “hamba”. Dengan
mengingat bahwa tujuan dari turunnya wahyu adalah membuat
kebenaran Tuhan menjadi jelas, maka mungkin akan ada yang
berpikir bahwa ayat ini merupakan sebuah titik hitam yang tidak
elok di wajah doktrin keberanakkan ilahi. Lagipula, di mana lagi
Tuhan seharusnya mendeklarasikan bahwa Yesus adalah anak
laki-lakinya? Mana lagi tempat yang lebih baik untuk
menyatakan, “Lihatlah, anak-Ku yang Aku peranakkan…?”
Akan tetapi Tuhan tidak menyatakan itu. Dalam hal ini, doktrin
kekurangan dukungan Injil pada kata-kata yang tercatat baik
yang diucapkan oleh Tuhan maupun oleh Yesus, dan ini
harusnya menjadi alasan untuk mempertanyakan mengapa hal
ini bisa terjadi. Kecuali, jika Yesus memang hanyalah seorang
hamba Tuhan sebagaimana digambarkan oleh ayat ini.
Akan ada orang yang berkata bahwa Yesus adalah anak Tuhan
karena ia menyebut Tuhan dengan kata “Bapa”. Tapi bagaimana
orang lain menyebut Tuhan? Dalam hal ini, apa yang tercatat
sebagai perkataan Yesus sebagaimana yang diajarkan di dalam
Injil, jika tidak, “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami…”
(Matius 6:9)? Jadi bukan hanya Yesus mengajarkan bahwa
setiap orang dapat menjabat julukan “anak Tuhan”, ia juga
mengajarkan pengikutnya untuk mengidentifikasi Tuhan sebagai
“Bapa”.
Pada Injil Santo Yohanes, dua kali julukan Anak Tuhan tidak
mengandung arti lebih dari seorang Al Masih. Oleh sebab itu
pengakuan keimanan Nathanael, “Rabi, Engkau anak Allah,
Engkau raja orang Israel!” (Yohanes 1:49) menyiratkan kedua
julukan ini sebagai julukan yang sama.
Tidak selalu jelas apa arti dari kata-kata (Anak Tuhan) ketika
kata-kata ini diucapkan oleh setan; kata-kata ini mungkin saja
hanya berarti manusia milik Tuhan.
Dalam penggunaannya oleh para centurion (perwira angkatan
darat Romawi kuno), kata-kata ini (Anak Tuhan) sepertinya
hanya memiliki arti seorang manusia yang adil.
Sebuah contoh kecil adalah bahwa ada dua dari Injil-injil yang
dirujuk di atas menceritakan cerita yang berbeda, walaupun
yang disaksikan adalah kejadian yang sama. Matius 8:28-29
mencatat dua orang yang kesurupan di dalam kuburan dan
Lukas 8:26 mencatat hanya ada satu orang yang kesurupan.
Walaupun seandainya seseorang membela Injil sebagai kata-
kata yang diinspirasi Tuhan – bukan kata-kata Tuhan yang
sebenarnya, tapi kata-kata yang terinspirasi Tuhan – akankah
Tuhan memberikan inspirasi terhadap sebuah kesalahan?
Walaupun kesalahan itu hanyalah sebuah kesalahan kecil?