Anda di halaman 1dari 8

KRISTUS SEBAGAI KALIMATULLAH DAN RUHULLAH

MATA KULIAH MBS 105 KRISTOLOGI

Dosen Pembimbing:
Dr. Naek Sijabat, DBS.

Ditulis Oleh:
Nyono Selamet

Juli 2020

Seminari Alkitab Media Sabda Biblika


E-mail: admin@samsb.org l Website: www.samsb.org l Courses: htpps://samsb.com
KRISTUS SEBAGAI KALIMATULLAH DAN RUHULLAH

DALAM ISLAM

I. PENDAHULUAN

Sebagai Pribadi kedua sebagai Anak Allah dalam Allah Tritunggal Explisit (Matius
28:19) dan Firman atau Logos dalam Trinitas Implisit (I Yohanes 5:7), Yesus Kristus tetap
menjadi sosok Pribadi yang kontroversial baik di dalam lingkaran Kekristenan, maupun
diluarnya. Di dalam Kekristenan, perbedaan pendapat antara kelompok atau golongan yang
berpegang teguh pada pandangan dan doktrin Kristologi hasil dari Konsili-Konsili Ekumenik
Gereja-Gereja Awal, khususnya, Konsili-Konsili Nicea, Konstantinopel, Efesus dan
Khalsedon, dengan mereka yang berpandangan lain, seperti Unitarianime, Nestorianisme,
Monofisitisme, Sabellianisme, dan lain-lain, masih menimbulkan perdebatan-perdebatan dan
polemik-polemik hingga hari ini, tanpa titik temu. Dan luar Kekristenan, khususnya di bagian
dunia dengan Kekristenan yang harus hidup berdampingan dengan Islam, termasuk di
Indonesia, Yesus Kristus tetap menjadi sumber perdebatan dan perbantahan antara kedua
umat yang masing-masing meyakini mewarisi iman Abrahamik ini.

Fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa Islam adalah satu-satunya agama di
luar Kekristenan yang menuliskan Yesus Kristus atau Isa Almasih di dalam Kitab Suci
mereka, Al Quran, dengan berbedaan-perbedaan yang signifikan. Dalam suatu masyarakat
yang majemuk, semakin suatu golongan, dengan pikiran dan hati yang terbuka, bersedia
mengenal dan memahami pandangan dan pendapat yang berbeda dengan yang dimilikinya,
maka akan semakin berkuranglah konflik-konflik kontra-produktif yang akan ditimbulkan
dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu mengeksplorasi dan mengenal identitas Yesus
Kristus dengan perspektif yang berbeda dalam Islam, adalah suatu keharusan bagi umat
Kristiani, khususnya yang berada di Indonesia.

Sudah banyak publikasi yang mempelajari Yesus Kristus dari sudut pandangan Islam
yang dibandingkan dengan perspektif Kristen. Memang banyak hal tentang Kristus dalam
pandangan Islam yang dapat dipelajari. Makalah ini akan mempelajari secara khusus identitas
Kristus atau Al Masih sebagai Kalimatullah atau Firman / Logos Allah dan Ruhullah at Roh
Allah dalam pandangan Islam sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat di Al Quran.
Tentunya kesimpulan yang dihasilkan dalam studi ini akan sangat berbeda dengan pandangan
Kristologi yang berdasarkan Alkitab. Dan bukanlah tujuan dari studi komparatif ini untuk
mengkritik atau menentang Kristologi Kalimatullah dan Ruhullah dari Quran, akan tetapi
supaya dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang topik terkait yang disampaikan
oleh masing-masing pihak sehingga diharapkan akan sedikitnya akan semakin mengurangi,
kalau tidak meniadakan kesalahpahaman antara Kristen dan Islam yang selama ini hanya
menimbulkan friksi dan konflik yang sia-sia.
II. YESUS KRISTUS DI DALAM AL QURAN

Quran menggambarkan Yesus Kristus (atau Isa Al Masih di dalam Quran) sebagai
seorang nabi yang membawakan pesan yang khusus, yakni Injil (Q. 57:27, 19:30). Berbeda
dengan yang menjadi keyakinan dasar Kristen, Yesus atau Isa bukanlah Inkarnasi dari Allah.
Yesus di dalam Quran menyangkal bahwa Ia mengajarkan kepada orang-orang untuk
mempercayai Ia dan Maryam (Maria), ibuNya, sebagai dua Tuhan disamping Allah (Q 5:116-
117). Dengan demikian Al Quran telah memberi peringatan kepada orang-orang Kristen
bahwa sekalipun di dalam Quran ada gagasan Yesus sebagai “Kalimatullah” dan “Ruhullah”,
tetapi bukan berarti Ia itu adalah Allah2:

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan
KalimatNya yang disampaikanNya kepada Maryam, dan Ruh dariNya”.
(Qs. 4:171)

Al Quran juga menuliskan tentang mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Isa, akan tetapi
hanyalah sebagai tanda dan dukungan atas kenabianNya. 3 Dalam Kekristenan, semua mujizat
tentang kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus adalah tanda-tanda
bahwa Ia adalah Anak Allah yang ilahi. Tidak demikian dengan Al Quran, kelahiran Isa
bukanlah mujizat pertama yang diperbuat Allah dalam kehidupanNya sebagai salah satu nabi.
Allah juga telah berbuat mujizat-mujizat dalam kelahiran Maryam dengan menyediakan
makanan setiap saat ia berada di mihrab di mana hal ini mengejutkan dan membuat Zakaria,
bapak dari Yahya atau Yohanes Pembaptis, menjadi takjub dan heran (Q. 3:37). Kelahiran
Yesus dikatakan sebagai sebuah mujizat oleh karena Maryam belum pernah disentuh oleh
seorang laki-lakipun; adalah Ruh dari Allah yang muncul dihadapan Maryam dalam wujud
seorang laki-laki yang sempurna (Q. 19:16-21). Setelah kelahiran Isa, Maria dituduh telah
melakukan perzinahan karena telah melahirkan seorang bayi tanpa pernikahan, tetapi bayi
Yesus yang masih “dalam ayunan” berbicara kepada orang-orang yang menuduh ibunya itu :

“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan akau seorang yang
diberkati dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti
kepada Ibuku, dan tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dan kesejahteraan semoga terlimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan
dan pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
(Qs. 19:27-33).”

Tidak ada kisah kelahiran di dalam Quran yang sama dengan kelahiran Yesus Kristus
yang terjadi dengan mujizat. Pada masa kanak-kanak, Isa juga telah berbuat beberapa
mujizat, yang paling terkenal adalah kisahnya menghidupkan seekor burung yang
dijadikannya dari tanah, yang mana mirip dengan kisah yang didapati dalam sebuah Injill
palsu non-kanonik. Ketika Yesus dewasa, Ia menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan
orang yang berpenyakit sopak (kusta); Ia juga menghidupkan orang mati dan dapat
memberitahu apa yang dimakan dan apa yang disimpan di rumah orang-orang Yahudi yang
mendengarkan da’wahNya. Semua mujizat yang dilakukan Yesus terjadi “dengan seiizin
Allah” dan menjadi bukti bahwa Ia adalah seorang utusan Allah4 (Q. 3:49, 5:110).

Berbeda dengan Alkitab, Al Quran tidak mengatakan tentang penyaliban, kebangkitan,


dan kenaikkannya ke sorga.5 Surah 4:157-159 dengan jelas menuliskan pernyataan dari
orang-orang Yahudi bahwa yang mereka salibkan bukanlah Isa Al Masih, tetapi seorang yang
“diserupakan” dengannya, karena Allah telah menyelamatkanNya dan mengangkat Isa
kepadaNya. Lebih lanjut, Yesus juga menubuatkan bahwa setelah Dia, akan datang seorang
nabi lain yang bernama Ahmad (Q. 61:6). Ayat ini menguatkan argumentasi Muslim bahwa
Yesus telah mengabarkan tentang datangnya nabi Muhammad.

Jadi, di dalam Islam, Kristus hanyalah seorang manusia biasa sekalipun dengan
statusNya sebagai “Kalimatullah” dan “Ruhullah”, dan diperkuat Allah dengan Ruhul Qudus
(Q. 2:87, 253)6

III. ISA AL MASIH SEBAGAI KALIMATULLAH DAN ROHULLAH DALAM AL


QURAN

1. Isa Kalimatullah

Yesus atau Isa disebut sebagai “Kalimatullah” atau “Kalimat dari Allah” sebanyak 4
kali di dalam Quran. Dalam Qs. 3:39 nabi Yahya (Yohanes Pembaptis) bertugas
membenarkan dan meneguhkan Kalimat dari Allah yang merujuk pada Kristus. Sedang
dalam Qs. Qs. 3:45 seorang malaikat menyampaikan kabar gembira kepada Maryam bahwa
ia akan menerima dan melahirkan Kalimat dari Allah yang namaNya adalah Al Masih atau
Messias. Surah 4 : 171 menyatakan bahwah Isa Al masih adalah utusan dan Kalimat dari
Allah, dan Surah 19:34 dikatakan bahwa Yesus sendiri adalah Kalimat Kebenaran,

Pemahaman kata “Kalimat” dalam Quran bila dikaitkan dengan Al Masih, sama sekali
tidak ada dapat disamakan dengan gagasan Yesus Kristus sebagai “Logos” dalam
Kekristenan.
Di dalam penafsiran Islam, istilah “Kalimat” yang dihubungkan dengan Allah mempunyai
tiga aspek dalam pemaknaannya: 1. Hukum dan Ketetapan (Q. 10:33); 2. Sumber berkat atau
penghakiman (Q. 7:137); 3. Wahyu Ilahi (Q. 2:37, 2:124). 7. Dari ketiga hal tersebut, wahyu
ilahi adalah yang terpenting dalam hubungannya dengan keselamatan umat manusia, karena
oleh wahyu yang berasal dari Allah inilah manusia mendapat petunjuk dan jalan untuk
kembali pada fitrahnya yang semula supaya mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat
(sorga). Hal ini akan terjadi apabila umat manusia sadar bahwa mereka hanya harus
menyembah dan beribadah kepada Tuhan yang Mahaesa saja, yaitu Allah Subhahana Wa
Ta’ala (SWT) 8.

Islam tidak mengenal konsep dosa asali yang disebabkan oleh pelanggaran Adam.
Menurut ajaran Islam, Adam bertobat setelah ia dicobai oleh Iblis di taman Eden dan
mendapat pengampunan dari Allah. Ia dijadikan nabi yang pertama dari serangkaian nabi-
nabi yang diutus Allah kepada umat manusia untuk menyampaikan wahyu ilahi sebagai
petunjuk untuk kehidupan dan keselamatan seluruh umat manusia.
Yesus Kristus, atau Isa Almasih di dalam Islam, adalah salah satu dari nabi-nabi yang
diutus oleh Allah itu. GelarNya sebagai Kalimatullah tidak mempunyai makna bahwa Isa
adalah inkarnasi dari Allah seperti yang diyakini dalam iman Kristen. Gelar Kalimatullah
yang berikan kepada Yesus di dalam Quran hanya dimaknai bahwa Yesus adalah penyampai
Kalimat atau Wahyu sebagai sarana komunikasi antara Allah dengan umatNya. Secara
teologis, makna Yesus sebagai Kalimatullah dirujuk pada Qs. 3:59, dimana kejadianNya yang
lahir tanpa bapak dituliskan sebagai manusia yang diciptakan melalui proses seperti
penciptaan Adam oleh Kalimat “Kun” (Jadilah) dari Allah. Dengan demikian, Al Quran
menunjukkan bahwa baik Yesus maupun Adam, kedua-duanya mempunyai asal-usul yang
berawal dan merupakan perwujudan dari kuasa Allah. Kedua-duanya juga menjadi
penyampai wahyu ilahi untuk umat manusia untuk supaya kembali ke jalan Allah. 9

Jadi, dalam hubungannya dengan keselamatan, peran Yesus Kristus sebagai


Juruselamat, dalam Islam adalah identik dengan peran kenabianNya. Semua mujizat yang
dilakukan Yesus dilihat sebagai manifestasi kuasa Allah untuk memperteguh jabatanNya
sebagai nabi yang memberitakan wahyu Allah sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk
mendapatkan keselamatan di akhirat nanti. Penolakan Quran atas penyaliban Kristus sebagai
jalan keselamatan dari Allah menunjukkan penolakan atas berhasilnya kekuatan manusia
menghancurkan Kalimatullah yang, menurut anggapan Islam, justra adalah wujud dari
petunjuk dan cara dari Allah untuk menyelamatkan manusia dari segala kesesatan yang akan
membawa mereka kedalam api neraka. Dengan ini tampak jelas usaha Al Quran untuk
mengkoreksi iman Kristen tentang penyaliban Yesus Kristus. Dengan menyatakan bahwa
yang disalib itu bukan Yesus tetapi seorang yang “diserupakan”, Al Quran berusaha
menunjukkan bahwa ajaran keselamatan melalui Salib Kristus dalam Kekristenan adalah
suatu ilusi karangan manusia! 10 Semangat yang melatar-belangi penolakan Al Quran
terhadap penyaliban Isa Al Masih ini mengingatkan akan catatan di Alkitab tentang
pencegahan Petrus kepada Yesus ketika Gurunya mulai menyatakan kepada murid-muridNya
bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga
(Matius 16:21-23).

2. Isa Ruhullah

Kristen dan Islam jelas berbeda pendapat tentang Yesus sebagai Ruhullah atau Roh
Allah. Dalam pandangan Kristen, Walupun sangat erat hubunganNya dengan Roh Kudus atau
Roh Allah, di dalam Alkitab Yesus sama sekali berbeda dan tidak sama dengan Roh Kudus
oleh karena Yesus sebagai Anak Allah adalah Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal,
sedangkan Roh Kudus adalah oknum yang ketiga. Identitas Yesus sebagai Roh Allah tidak
pernah ditemui dalam Alkitab. Memang ada beberapa Bapak-Bapak Gereja Awal, seperti
Yustinus Martin, yang berpandangan binitarian dan tampaknya tidak membedakan antara
Anak dan Roh di dalam berbagai konteks. Secara khas, Roh Allah pada penciptaan (Kejadian
1) dan konsepsi tentang Yesus sebagai Firman/Kalimat merujuk bukan kepada suatu
keberadaan yang terpisah, melainkan pada Kalimat atau Logos dalam salah satu kegiatanNya.

Sekalipun kata “Ruhullah” disandangkan pada Yesus, di dalam Islam, Quran


mengkaitkan “ruhun min hu” “ruh dari Dia (Allah)” (Q. 4:171) tidaklah secara ekslusif hanya
kepada Yesus saja. Ruh dari Allah juga ditiupkan kedalam manusia pertama, Adam, dalam
penciptaannya. Semua nabi, termasuk Muhammad, juga menerima ruh yang sama untuk
mendukung mereka dalam melaksanakan tugas kenabian mereka. Jadi dengan gelar
“Ruhullah” atau Roh Allah, Quran sama sekali tidak bermaksud menunjukkan keilahian Isa
Almasih.11

III. RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Keselamatan dalam Islam sangat tergantung dari wahyu Allah yang disampaikan
kepada umat manusia oleh para nabi yang diutusNya, termasuk nabi Isa atau Yesus. Wahyu
ilahi adalah satu-satu hidayah atau petunjuk bagi manusia untuk dapat mengerti dan mentaati
kehendak Allah dalam wujud ajaran-ajaran dan perintah-perintahNya. Yesus sebagai
Kalimatullah, yang diperkuat dengan Ruh dariNya, adalah penyampai dari Wahyu Allah pada
zamanNya, yang disebut Injil. KenabianNya diperteguh dengan ruh yang sama seperti yang
diberikan Allah kepada nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya. Oleh sebab itu, Islam menolak
penyaliban Isa Al Masih yang dipandang oleh Kekristenan sebagai jalan keselamatan satu-
satunya, tetapi oleh Islam dilihat sebagai upaya manusia untuk menghancurkan Wahyu Allah
atau Kalimatullah dalam diri Isa Almasih yang justru dapat menyelamatkan manusia di dunia
dan di akhirat. Kegagalan penyaliban Isa itu adalah suatu bukti kegagalan manusia yang
selalu memberontak kepada kehendak Allah yang Rahmani dan Rahimi, dan yang selalu
menghendaki manusia untuk kembali kepadaNya dengan memberi petunjuk dan jalan-
jalanNya yang lurus.

Jadi, adalah suatu fakta yang harus diakui bahwa ada perbedaan yang mendasar dan
signifikan antara Kristen dan Islam dalam pandangan tentang Yesus Kristus. Dalam Islam,
Yesus sebagai Kalimatullah dan Ruhullah dipandang sebagai rahmat dari Allah dalam
konteks peranan kenabian, dan bukan rujukan pada identitas keilahian. Yesus Kristus atau Isa
Al Masih sama sekali bukan Allah dan hanyalah seorang di antara para nabi yang diutus
Allah dengan Muhammad sebagai nabi dan utusan yang terakhir.

Kristen memandang Kalimat, atau Firman/Logos, dan Roh Allah sebagai unsur dari
substansi dan essensi Allah yang masing-masing berbeda dalam kesatuan tiga Pribadi Allah
Tritunggal. Firman atau Kalimat itu telah menjadi manusia dan datang untuk menyelamatkan
umat manusia yang berdosa. Bagi umat Kristen, Yesus Kristus bukanlah hanya sekedar
seorang nabi seperti nabi-nabi lainnya. Injil adalah berita baik tentang keselamatan yang
bukan hanya disampaikan oleh Yesus sebagai seorang nabi, tetapi Ia adalah keselamatan itu
sendiri. Kematian Kristus di atas kayu salib adalah wujud nyata dari kasih Allah untuk
menghapus hukuman yang seharusnya ditanggung oleh semua manusia, karena semua
manusia adalah manusia yang berdosa, dan upah dosa adalah maut. KebangkitanNya adalah
bukti bahwa maut telah dikalahkan dan dosa-dosa manusia telah dihapus. Selanjutnya yang
berperan adalah iman, apakah manusia mau menerima dan percaya kepada kebenaran Injil
Keselamatan dalam Yesus Kristus ini.
REFERENSI

1. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia. (Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1990), 65.

2. K.H. Simon Ali Yasir, Kristianologi Quran, An Nashraniyyatul Quraniyyah (Jakarta,


Darul Kutubil Islamiyah, 2005), 122.

3. Bambang Ruseno Utomo M.A., Terdengar Gemanya.(Malang, IPTh Bale Wiyata,


1991),41.

4. Mahdi Montazer Qaem, The Gospel Of Ali. (Jakarta, Penerbit Citra, 2006), 16-18.

5. Mahmoud Ayoub, “Toward an Islamic Christology II: The Death of Jesus, Reality or
Delusion – a Study of the Death of Jesus in Tafsīr Literature,” (Maryknoll: Orbis Books,
2007), 158.

6. Ibid, 168.

7. Mahmoud Ayoub, “The Word of God in Islam,” in Orthodox Christians and Muslims,
N.M. Vaporis, ed. (Brookline: Holy Cross Orthodox Press, 1986), 70.

8. Ibid., 70-71.

9. Ayoub, “Toward,” 158.

10. Ibid., 176


11. Bambang Ruseno Utomo M.A., Terdengar Gemanya.(Malang, IPTh Bale Wiyata,
1991),20.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia. (Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1990).

Ayoub, Mahmoud. “The Word of God in Islam,” in Orthodox Christians and Muslims, N.M.
Vaporis, ed. (Brookline: Holy Cross Orthodox Press, 1986), 70.

Ayoub, Mahmoud. “Toward an Islamic Christology II: The Death of Jesus, Reality or
Delusion – a Study of the Death of Jesus in Tafsīr Literature,” (Maryknoll: Orbis Books,
2007), 158.
Qaem, Mahdi Montazer. The Gospel Of Ali. (Jakarta, Penerbit Citra, 2006), 16-18.

Utomo, Bambang Ruseno, M.A., Terdengar Gemanya.(Malang, IPTh Bale Wiyata, 1991).

Yasir, Simon Ali, K.H. Kristianologi Quran, An Nashraniyyatul Quraniyyah (Jakarta, Darul
Kutubil Islamiyah, 2005).

Anda mungkin juga menyukai