Anda di halaman 1dari 26

KRISTOLOGI SURAT-SURAT UMUM I

I. Kristologi Hasil Konsili-Konsili Gereja

Khususnya doktrin tentang Allah yang melibatkan penjelasan tentang Allah Bapa,

Putra, dan Roh Kudus, sebenarnya sudah ada ketentuan-ketentuan yang disepakati sejak

Konsili-Konsili Ouikumenis Gereja yang diadakan pada zaman Gereja awal,1) khususnya

empat Konsili pertama, Konsili-Konsili Nicea, Konstantinopel, Efesus, dan Khalsedon, pada

abad ke 3 dan ke 4. Kriteria yang terutama adalah, selain keilahian sepenuhnya dari Roh

Kudus2) , dan tentunya Allah Bapa, Gereja wajib mengakui, meyakini, dan mengajarkan

bahwa sebagai Anak Allah, Tuhan Yesus Kristus adalah Firman atau Logos yang menjadi

manusia. Ia adalah satu pribadi3) dengan dua kodrat (natur) sepenuhnya manusia dan

sepenuhnya Allah.4)

Sebagai Firman Allah, yang adalah Allah, yang menjadi manusia, baik roh, jiwa, dan

tubuh manusia Kristus bukanlah makhluk ciptaan, namun sebagai akibat dari pengosongan

DiriNya (kenosis) untuk menjadi manusia sejati (Filipi 2:6-8). Yesus menyatakan sendiri

bahwa tubuh dagingNya adalah “Roti” yang turun dari sorga. Roh dan jiwa manusiaNya

mengalami pertumbuhan seperti manusia lainNya.

Yohanes 6:51

Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan

hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan

untuk hidup dunia."


Lukas 2:40

Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah

ada pada-Nya.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disepakati, oleh empat Konsili pertama dari

Gereja Awal dengan tegas telah ditolak pandangan-pandangan yang diyakini telah

menyimpang dari Kitab Suci.

Konsili Nicea, yang diadakan tahun 325, mengutuk keras Arianisme, yang

mengartikan Kristus, yang adalah Putra Sulung Allah, sebagai makhluk sulung dari semua

ciptaan Allah Bapa.5) Ia ikut dalam penciptaan alam semesta ini, tetapi tetap saja Kristus

mempunyai permulaan dari keberadaanNya, karena ia sendiri adalah ciptaan Allah yang

pertama dan kemudian turun ke dunia untuk menebus manusia-manusia berdosa yang

terancam binasa selama-lamanya.

Konsili kedua di Konstantinopel tahun 381, diadakan khusus untuk menangani

Apollinarisme yang juga berkembang subur di dalam Gereja zaman itu, selain Arianisme

yang telah dinyatakan salah dalam Konsili pertama di Nicea. 6) Pandangan ini menyatakan

bahwa kemanusian Kristus hanyalah jiwa dan tubuh dagingNya, sedangkan rohNya ( yang

diartikan sebagai akal atau pikiran, sesuai dengan pandangan filsafat yang berlaku pada

zaman itu) ditempati oleh Logos ilahi yang menyatu dengan jiwa dan tubuh kemanusiaannya.
Dengan demikian Kristus tidak sepenuhnya manusia karena rohNya tetap adalah Logos yang

adalah Allah. Hal ini juga menunjukkan bahwa, jika roh Kristus adalah Logos, yang adalah

Allah, maka berarti jiwa dan tubuh daging Kristus adalah ciptaan. Jelas Gereja tidak dapat

menerima dan menjatuhkan anatema atas ajaran Apollinarisme yang telah menyimpang jauh

dari Kitab Suci.

Nestorianisme ditolak dalam Konsili Efesus tahun 431 karena menurut pandangan ini

didapati adanya dua pribadi Kristus yang berbeda dalam diri manusia Yesus Kristus, pribadi

Logos yang ilahi dan pribadi manusia Yesus Kristus.7) Sedangkan Konsili Khalsedon pada

tahun 451 menolak Monofistisme yang mengajarkan bahwa hanya ada satu kodrat Kristus

yang ilahi, karena kodrat kemanusian Kristus telah larut kedalam kodrat keilahianNya

sebagai Logos.8) Konsili Khalsedon menegaskan bahwa ada dua kodrat Kristus, Allah dan

manusia, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan. Keutuhan

kedua kodrat tidak hilang dengan adanya kesatuan, malah sebaliknya: sifat-sifat yang jelas

dari masing-masing dari kedua kodrat itu tetap terpelihara, bersatu dalam satu pribadi atau

hypostasis. Kodrat itu tidak terpisah menjadi dua pribadi; tetapi keduanya adalah tetap satu

pribadi Tuhan Yesus Kristus, yaitu Firman Allah, satu-satunya yang diperanakkan oleh Allah

Bapa di dalam kekekalan, dan yang telah menjadi sepenuhnya manusia.9)

Benang merah dari semua pandangan dan ajaran-ajaran yang ditolak oleh Gereja

adalah, bahwa keseluruhan atau sebagian dari manusia Kristus adalah ciptaan. Pemikiran

yang menyimpang tersebut disebabkan karena begitu kuatnya pengaruh dari Filsafat Yunani

yang memandang adalah kemustahilan, dan terlalu hina, bagi Allah yang mutlak dan

transenden untuk menjadi manusia material yang keberadaannya dianggap rendah derajatnya.
Mereka juga memegang teguh immortalitas Allah, sehingga menurut mereka adalah suatu

kebodohan jika menerima kenyataan bahwa Yesus Kristus, yang mati di atas kayu salib,

adalah Allah yang menjadi manusia. Sampai hari ini masih banyak pemimpin-pemimpin

Gereja yang tidak mau dianggap bodoh oleh karena percaya bahwa kemanusian Kristus

bukanlah ciptaan, tetapi “roti hidup yang telah turun dari sorga” (Yohanes 6:51). Di antara

mereka juga ada yang mengemukakan alasan bahwa, jika manusia Kristus bukan manusia

sejati dalam arti ciptaan Allah juga, maka Ia tidak akan bisa benar-benar merasakan apa yang

dirasakan oleh semua manusia. Orang-orang ini lebih percaya kepada pendapat manusiawi

mereka dari pada percaya pada kuasa Roh Allah yang mampu dan telah menjadikan Firman

Allah seorang manusia biasa yang dapat merasakan segala apa dirasakan dan dialami oleh

semua manusia lainnya, kecuali berdosa.

Yesus benar-benar adalah Allah sejati yang telah menjadi manusia sejati. Ia adalah

Logos Allah, yang adalah Allah, menjadi manusia sejati. Ini berarti bahwa Ia berada dalam

keberadaan manusiawi sepenuhnya, dan sama sekali bukan berarti menjadi satu dengan

manusia ciptaan yang bernama Yesus Kristus. Dia sepenuhNya Allah dan sepenuhnya

manusia. Jikalau ada salah satu unsur, atau keseluruhan kemanusiaan Yesus adalah ciptaan,

maka Yesus Kristus tidak bisa lagi dikatakan sepenuhnya Allah, karena adanya unsur ciptaan

dalam PribadiNya. Atau, jika Logos menjadi hanya sebagian, dan tidak seluruh, dari manusia

Yesus Kristus, maka Ia tidak dapat dikatakan sepenuhnya manusia, seperti pandangan

Apollinarisme.

II. KATEGORI SURAT-SURAT UMUM I


Topik yang dipelajari dalam tugas makalah untuk mata pelajaran “Surat-Surat Umum

I” ini berfokus pada Kristologi hasil dari empat konsili ekumenik pertama dari Gereja awal,

yakni pada keilahian dan kemanusiaan Tuhan Yesus Kristus. Surat-Surat Umum I terdiri dari

surat-surat Ibrani, Yakobus, I dan II Petrus, dan tidak termasuk surat Yudas yang termasuk

dalam mata pelajaran Surat-Surat Umum II bersama-sama dengan surat-surat I, II, II

Yohanes. Namun, jika benar-benar diperhatikan ada kesamaan “warna” dari ke empat surat

yang termasuk Surat-Surat Umum I tersebut dengan surat Yudas yang berbeda dengan surat-

surat yang ditulis oleh Yohanes. Sama seperti dalam surat Yudas, para penulis ke empat

surat umum tersebut mengutip beberapa bagian dari Alkitab Perjanjian Lama dan literatur-

literatur Yahudi dalam surat-surat mereka, sehingga membuat kelima surat umum tersebut

“bernafaskan” Yahudi, berbeda dengan surat-surat Yohanin yang bercorak universal. Hal ini

menunjukkan, bahwa para penulis dari surat-surat umum tersebut lebih menujukan surat-surat

mereka kepada orang-orang Yahudi yang telah mengenal Alkitab Perjanjian Lama dengan

baik, sedangkan rasul Yohanes menuliskan surat-suratnya secara universal, sehingga dapat

diterima baik oleh orang-orang Yahudi, maupun orang-orang non-Yahudi. Oleh karena itu,

tugas makalah ini akan menyertakan surat Yudas ke dalam kelompok Surat-Surat Umum I

dan mengkhususkan surat-surat I, II, dan III Yohanes ke dalam Surat-Surat Umum II. Dengan

cara demikian, studi ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih jelas dan spesifik

terkait dengan topik yang dipelajari dari masing-masing kelompok surat-surat umum.

III. KRISTOLOGI SURAT IBRANI

A. Penulis Surat Ibrani

Tidak ada seorangpun yang tahu siapa yang sebenarnya menulis surat Ibrani, karena

penulisnya tidak mencatumkan namanya dalam surat tersebut. Sejak awal, Gereja Timur
mengakui bahwa surat Ibrani ditulis oleh rasul Paulus 10), sedangkan Gereja-Gerja Barat

menolak bahwa Paulus adalah penulis dari surat Ibrani hingga akhir dari abad ke empat 11).

Nama-nama lain yang diyakini sebagai penulis surat Ibrani adalah Lukas, Barnabas, Silas,

Timotius, Apolos, bahkan Maria, ibu Yesus Kristus . Oleh karena demikian banyaknya
12)

perbedaan pendapat tentang siapa penulis surat Ibrani ini, Stephen Tong menyarankan untuk

tidak terlibat dalam pertentangan yang tidak ada kepastiannya ini, dan meyakini surat Ibrani

sebagai firman Allah yang penulisnya adalah Allah sendiri melalui pengilhaman Roh

KudusNya 13).

B. Penerima Surat Ibrani

Sesuai namanya, surat Ibrani ditujukan kepada umat Yahudi yang sudah lama percaya

kepada Tuhan Yesus Kristus, namun yang merasakan tekanan-tekanan untuk berpaling

kembali pada Hukum Torat agama Yahudi 14)


. Orang-orang Kristen keturunan Ibrani ini di

masa-masa yang lampau pernah mengalami banyak hal yang ajaib, oleh karena itu mereka

diberi nasihat unuk “mengingat masa lalu”, Ibrani 10:32, dan untuk mengingat kesetiaan para

pemimpin mereka yang telah mati sebagai orang-orang kudus (Ibrani 13:7). Mereka dahulu

juga dikenal karena kasih yang nyata dalam persekutuan mereka (Ibrani 6:10), namun banyak

di antara orang-orang Kristen Yahudi ini tidak mengalami perumbuhan rohani di kalangan

mereka dan masih merupakan bayi rohani (Ibrani 5:11-14). Bahkan di antara mereka

cenderung kembali kepada Hukum Torat dan mendambakan suatu Bait Allah serta Imamat

jasmaniah. Oleh sebab itu, penulis surat Ibrani dengan tegas menyerukan mereka untuk

meninggalkan semua tradisi lama yang bersifat lahiriah dan duniawi, dan masuk kedalam

kebenaran rohaniah dan ilahi di dalam Kristus.


C. Keilahian Kristus Dalam Surat Ibrani

1) Anak Allah

Dalam permulaan surat Ibrani, Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah (Ibrani 1:2)

yang “jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat”, dan “nama yang dikaruniakan

kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka”. (Ibrani 1:4). Bagi orang-orang

Yahudi, mengakui Yesus sebagai Anak Allah berarti mengakui keilahian yang ada pada diri

Yesus. Ketika Yesus menyebut diriNya sebagai Anak Allah (Yohanes 10:36) dan

menyatakan bahwa Allah adalah BapaNya (Yohanes 6:27,32), Ia dianggap telah

menyamakan diriNya dengan Allah (Yohanes 5:17-23; 10:30-36). Penulis surat Ibrani sama-

sekali tidak menyangkal keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah, bahkan, sejala dengan

rasul Yohanes, ia meneguhkan bahwa Yesus adalah Pencipta alam semesta ini – “...Oleh Dia

Allah telah menjadikan alam semesta.” (Ibrani 1:2),

Dan : “Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah

buatan tangan-Mu.” (Ibrani 1:10).

Secara paralel, Yesus sebagai Anak Allah dan Pencipta ditulis oleh Yohanes sebagai

Firman Allah yang menciptakan segala sesuatu. Yohanes menuliskan dengan tegas dan jelas,

bahwa Firman Allah adalah Allah (Yohanes 1:1-3). Sekali lagi, penulis Ibrani setuju dengan

rasul Yohanes, tercermin dalam pernyatannya dalam Ibrani 1:8 “Tetapi tentang Anak, Ia

berkata: “Tahtamu, Ya Allah...””. yang dikutipnya dari Mazmur 45:7. Dengan demikian ia

juga telah menyatakan bahwa Yesus sebagai Anak Allah adalah Allah, Tuhan semesta alam
yang “telah meletakkan dasar bumi,” dan langit adalah perbuatan tanganNya, (Ibrani 1:10;

Mazmur 102:25), dan “yang menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh

kekuasaaan.” (Ibrani 1:3).

Atribut kekekalan tanpa awal dan tanpa akhir, yang hanya dimiliki oleh Allah juga

dikenakan pada diri Yesus sebagai Anak Allah dalam Ibrani 1: 10-12, yang adalah kutipan

dari Mazmur 102:25-27. Frase “Pada mulanya” dalam ayat 10 adalah pararel dengan

Kejadian 1:1 dan Yohanes 1:1, yang seluruhnya menunjuk pada kekekalan tanpa awal

sebelum penciptaan segala sesuatu. Ini berarti bahwa dalam Ibrani 1:5, “hari” Yesus Kristus

diperanakkan oleh Allah Bapa sebagai Anak Tunggal Allah atau Anak Sulung Allah terjadi

dalam kekekalan tanpa awal. Sedangkan frase “tetap ada” dan “tahun-tahun-Mu tidak

berkesudahan” dalam ayat 11 dan 12 mengacu pada kekekalan tanpa akhir. Dalam Kitab

Wahyu, Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah “Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu

1:17; 2:8), “Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian”. Yesus adalah Anak

Allah yang hidup. Ia adalah Firman Allah, dan Firman Allah adalah Allah yang kekal, tanpa

awal dan tanpa akhir. Ia tidak berubah, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari

ini dan sampai selama-lamanya”. (Ibrani 13:8).

2) Gambar Wujud Allah

Kata “gambar” dalam bahasa Yunani adalah “kharakter” yang berarti “pahatan” atau

“ekspresi konkrit”.15) Sedang kata “wujud” dalam bahasa Yunani adalah “hypostaseos” atau

“hypostasys”, yang sebenarnya berarti “substansi” , tetapi dalam perumusan ajaran


16)

Tritunggal dan Kristologi yang ortodoks pada konsili-konsili ekumenik gerejawi, oleh Bapak-

Bapak Gereja diartikan sebagai “pribadi”17), dan lebih memilih “ouisos” untuk “substansi”

atau “hakekat”. 18)


Jadi Yesus Kristus sebagai Gambar Wujud Allah berarti pribadi Yesus
Kristus Kristus adalah perwujudan dan penyataan yang konkrit dan imanen dari pribadi Allah

Bapa yang transenden. Rasul Yohanes memberi kesaksian tentang hal ini ketika ia

menuliskan bahwa; “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal

Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Yohanes 1 : 18. Hal ini

juga yang dimaksud oleh Kristus sendiri ketika Ia berkata bahwa barangsiapa yang telah

melihatNya, ia telah melihat Allah Bapa (Yohanes 12:45; 14:9).

Dalam Alkitab “gambar” juga mempunyai makna teologis “anak”. Dalam Kejadian

1:26,27 dan 5:1, dituliskan bahwa Adam diciptakan menurut “gambar dan keserupaan

(likeness)” dengan Allah, dan dalam Lukas 3:38, Adam disebut sebagai “anak Allah”.

Demikian juga dengan Set, anak Adam yang ditulis diperanakkan “menurut keserupaan dan

gambarnya” (Kejadian 5:3). Jadi, selain sebagai penyataan dari pribadi Allah Bapa, Yesus

Kristus sebagai “Gambar Wujud Allah” juga berarti Kristus adalah Anak Allah yang

diperanakkan oleh Allah Bapa di dalam kekekalan. Sebagai Anak, Ia adalah ahli waris dari

segala yang ada. Ia adalah Raja segala raja, Tuhan segala Tuan, dan Tahtanya kekal selama-

lamanya (Ibrani 1:8). Menurut Gambar dan keserupaan Kristus inilah manusia diciptakan,

sehingga seluruh umat manusia adalah anak-anak Allah. (Kejadian 6:2, Lukas 3:38).

D. Kemanusiaan Kristus Dalam Surat Ibrani

Berbeda dengan pasal pertama, di mana keilahian dan kemuliaan Yesus Kristus

dinyatakan, dalam pasal berikutnya penulis surat Ibrani membahas Kristus dari sudut yang

lain, yakni kemanusiaanNya dan hubunganNya dengan seluruh umat manusia. Pokok dari

pasal kedua adalah kemanusiaan dan penderitaan Yesus Kristus demi untuk keselamatan
umat manusia, “keselamatan yang besar”, “yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan

oleh mereka yang telah mendengarnya” (Ibrani 2:1-3), dan yang diteguhkan oleh “tanda-

tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh

Kusus,” (2:4).

Pada mulanya Allah menciptakan manusia “menurut gambar dan keserupaan Allah,”

(Kejadian 1:26-27). Dalam Mazmurnya Daud menggambarkan manusia sebagai makhluk

ciptaan yang “hampir sama seperti Allah” (Mazmur 8:6). Penulis Ibrani mengutip ayat

Mazmur tersebut dengan menggantikan kata “Allah” dengan malaikat-malaikat (2:7), untuk

menunjukkan bahwa manusia yang pada mulanya diciptakan sedikit lebih rendah daripada

Allah, namun karena kejatuhan ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma

3:23), manusia kini menjadi lebih rendah daripada malaikat. Keadilan Allah menuntut

kematian manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23).

Namun kasih Allah tidak menghendaki manusia binasa oleh karena dosa-dosanya. Allah

menetapkan untuk mengutus AnakNya yang Tunggal, untuk mengambil alih hukuman maut

yang seharusnya dijatuhkan kepada seluruh manusia yang telah berdosa. Sebagai Roh yang

kekal, Anak Allah tidak dapat mati; oleh sebab itu Ia menjadi manusia Yesus Kristus untuk

mati menggantikan seluruh umat manusia, sehingga manusia yang berdosa dapat bebas dan

diselamatkan dari hukuman maut.

Yesus Kristus, Anak Allah yang Tunggal, telah meninggalkan semua kemulian dan

kuasaNya sebagai Allah unuk menjadi sama dengan manusia dari darah dan daging, dan

“mendapat bagian dalam keadaan mereka” (2:14). Sebagai manusia, Yesus menjadi lebih

rendah daripada para malaikat (2:9). Ia dapat menderita dan dicobai (Ibrani 2:8,10). Oleh

kematianNya sebagai manusia, Yesus telah memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut.
Dengan demikian, manusia dapat sepenuhnya dibebaskan dari perhambaan kuasa maut

(2:15). Yesus Kristus adalah sepenuhnya Allah yang menjadi sama dengan manusia

sepenuhnya dalam segala hal, kecuali Ia tidak berbuat berdosa (Ibrani 4:15). Oleh karena itu,

hanya Dia yang layak menjadi Imam Besar yang menguduskan dan mendamaikan seluruh

umat manusia berdosa dengan Allah. (2:17).

III. KRISTOLOGI SURAT YAKOBUS

A. Penulis Dan Penerima Surat Yakobus

Diduga kuat sebagai Yakobus yang adalah saudara seibu dengan Yesus Kristus ,
19)

penulis surat Yakobus dalam salam pembukaan suratnya dengan jelas menujukan suratnya

tersebut kepada orang-orang Kristen Yahudi atau “kedua belas suku di perantauan” (Yakobus

1:1). Walaupun ada segolongan sarjana Alkitab yang berpendapat bahwa ungkapan “kedua

belas suku” tersebut bisa jadi merupakan metafora untuk orang-orang Kristen secara umum

, namun tetap saja dari natur dan gaya penulisan keseluruhan surat ini tampak jelas “rasa”
20)

atau “warna” Yahudi-Helenistiknya. Yakobus banyak memakai kausa kata dan konsep-

konsep yang didapati dalam tulisan-tulisan Yahudi awal, seperti Testaments of the Twelve

Patriarchs, Sirach, juga Philo dan Wisdom of Solomon . Ia juga mengutip beberapa ayat
21)

dari Amsal Salomo (Yakobus 4:6 : Amsal 3:34; 4:13-14 : Amsal 27:1), dan mencantumkan

beberapa tokoh Perjanjian Lama, seperti Ayub, Abraham, Rahab, dan Elia. Jelaslah bahwa

baik penulis maupun penerima surat Yakobus adalah orang-orang percaya yang tidak asing

dengan pemahaman-pemahaman teologis Yudaisme yang berdasarkan Kitab Suci Yahudi,

dimana juga sudah menjadi Kitab suci orang Kristen saat itu.

B. Keilahian Kristus Dalam Surat Yakobus


Orang Yahudi, tanpa kecuali Yakobus, berpegang teguh pada keyakinan bahwa

“Allah itu Esa” (Yakobus 2:19). Dan bagi mereka hanya ada satu Tuhan saja, yakni

“Yehwah”(Ulangan 6:4; Markus 12:29). Dalam seluruh surat Yakobus, gelar “Tuhan”

dikenakan baik kepada Allah Bapa (Yakobus 3:9) dan juga kepada Yesus Kristus (Yakobus

1:1). Bahkan dalam Yakobus 2:1, Yesus disebut sebagai “Tuhan kita yang mulia”, suatu

panggilan yang hanya boleh dimiliki oleh Allah yang esa itu sendiri. Dengan demikian, baik

Yakobus maupun orang-orang percaya yang menerima suratnya itu telah menyaksikan iman

mereka bahwa Yesus Kristus adalah “Yehwah”. Tuhan Allah Israel, kecuali mereka telah

mengkhianati iman monotheis mereka, hal yang selalu dituduhkan oleh orang-orang yang

tidak percaya pada keilahian Kristus.

Kata “Juruselamat” juga tidak ditemukan dalam surat Yakobus, karena nama “Yesus”

sendiri dalam bahasa Ibrani adalah “Yehshua” yang artinya adalah “Yehwah yang

menyelamatkan”. Juga dalam suratnya, Yakobus tidak pernah menyatakan Yesus sebagai

“Anak Allah”, seperti pada surat Ibrani dan surat-surat dan kitab-kitab Perjanjian Baru

lainnya. Hal ini menunjukkan kesatuan Yesus dan Allah Bapa sebagai mana dinyatakanNya

dalam Yohanes 10:30. Tidak adalah lagi hubungan “Bapa dan Anak”, yang ada adalah

Yehwah, Tuhan Israel, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal (Yesaya 9:6). Dengan demikian,

dalam keseluruhan surat Yakobus, dapat dipastikan bahwa Yesus Kristus, dalam kesatuan

yang kekal dengan Allah Bapa, adalah Allah yang esa, Tuhan yang mulia. Ia adalah Allah

yang menciptakan manusia menurut gambar dan keserupaanNya (Yakobus 3:9; Kejadian

1:26,27). Ia adalah Allah sumber segala hikmat (1:5), Pembuat Hukum dan Hakim yang

berkuasa untuk menyelamatkan dan membinasakan ( 4:12), Tuhan yang berdaulat atas hidup

semua umat manusia (4:15). Dialah yang membenarkan iman dan perbuatan Abraham (3:20).

Dia juga adalah Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan yang telah berperkara
dengan Ayub yang telah bertekun dalam penderitaannya, dan yang menyediakan segalanya

bagi Ayub pada akhirnya (5:11). Dalam namaNya para nabi telah berbicara (5:10), dan dalam

namaNya juga yang sakit disembuhkan dan yang berdosa diampuni (5:14-15).

KedatanganNya yang kedua kali sebagai Hakim yang adil sudah dekat. Ia telah berdiri di

ambang pintu (5:8-9).

IV. KRISTOLOGI SURAT YUDAS

A. Penulis Dan Penerima Surat Yudas

Surat Yudas adalah salah satu surat terpendek dalam Perjanjian Baru yang hanya

terdiri dari satu pasal. Surat ini ditulis oleh Yudas yang adalah “saudara Yakobus” (Yudas 1).

Para ahli tafsir Alkitab banyak yang setuju bahwa Yakobus yang dimaksud adalah penulis

surat Yakobus yang juga adalah saudara laki-laki seibu dengan Yesus Kristus (Galatia 1: 19;

Markus 6:3/Matius 13:55; Yohanes 7:5). Jadi penulis surat Yudas ini dapat juga dipastikan

adalah Yudas, saudara laki-laki juga dari Yesus Kristus (Markus 6:3/Matius 13:55) 22).

Walaupun dalam suratnya Yudas tidak menyebutkan secara khusus kepada siapa

suratnya ditujukan, namun dari penulisan isinya yang bernuansa Yahudi, nyata bahwa

penerima surat Yudas adalah orang-orang Kristen dengan latar belakang Yudaisme yang

sangat mengenal Perjanjian Lama dan tradisi-tradisi Yahudi.23) Oleh karena itu, akan didapati

juga kesamaan teologis dalam surat Yudas dengan surat-surat umum lainnya yang

“berwarna” Yahudi.

B. Relasi Dengan Surat II Petrus


Tema utama dari surat Yudas adalah peringatan kepada jemaat tentang bahaya guru-

guru palsu (Yudas 3-16) dan pengejek-pengejek yang hidup menurut hawa nafsu kefasikan

mereka, pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan duniawi dan hidup

tanpa Roh Kudus. (Yudas 17-18). Selain merujuk pada beberapa bagian Perjanjian Lama,

Yudas juga mendasarkan tulisannya pada perkataan rasul-rasul Tuhan Yesus kristus (Yudas

17), khususnya rasul Petrus. Bahkan dapat dikatakan bahwa surat Yudas ini sangat mirip,

baik isi maupun gaya bahasa dan penggunaan kata-kata dalam penulisannya dengan pasal 2

dari II Petrus yang menuliskan tentang nabi-nabi dan guru-guru palsu (II Petrus 2:1-22).

Paralelisme kedua surat tersebut dapat dilihat jelas sebagai berikut :

 Yudas 4 : guru-guru palsu itu telah lama ditentukan untuk dihukum (2 Petrus 2:3).

 Yudas 4 : mereka menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan, yakni Yesus Kristus

(II Petrus 2:1).

 Yudas 6 : malaikat-malaikat yang ditahan dengan belenggu abadi di dalam dunia

kekelaman (II Petrus 2:4).

 Yudas 7 : Sodom dan Gomora sebagai contoh-contoh penghakiman atas kejahatan (II

Petrus 2:6).

 Yudas 8 mereka menolak/menghina kekuasaan Allah” (II Petrus 2:10).

 Yudas 9 penghulu malaikat . . . tidak berani menghakimi ...dengan kata-kata hujatan

(II Petrus 2:11).

 Yudas 12 mereka adalah kotoran dan noda (II Petrus 2:11).

 Yudas 12 mereka bagaikan awan tak berarir, yang berlalu ditiup angin (II Petrus

2:17).
Tentang tampilnya pengejek-pengejek di akhir zaman, Yudas dengan jelas mengutip

langsung perkataan-perkatan rasul Petrus :

Jude 17–18: “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah akan apa yang dahulu

telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab mereka telah

mengatakan kepada kamu: “Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang

akan hidup menuruti hawa nafsu kefasikan mereka””.

2 Peter 3:3: “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir

akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup

menuruti hawa nafsunya.”

Hanya saja dalam suratnya, Yudas tidak menuliskan secara rinci tentang keraguan

para pengejek-pengejek itu tentang kedatangan Tuhan kedua kali di akhir zaman seperti yang

dituliskan oleh Petrus dalam II Petrus 3:4.

C. Keilahian Kristus Dalam Surat Yudas

Sebagaimana Yakobus, saudaranya, kesatuan Kristus dengan Allah Bapa tercermin

dari ungkapan bahwa Bapa adalah “Allah yang Esa (mono theo – the only God, satu-satunya

Allah24)), Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,” (Yudas 25). Secara tegas Yudas

menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah “satu-satunya (monon) Penguasa dan Tuhan kita”

(Yudas 4). Kata “Penguasa” dalam bahasa Yunani adalah “despotes”, yang berarti seorang

yang mempunyai otoritas dan kepemilikan yang mutlak . Sedang kata “Tuhan” atau
25)

“kurios”, dalam Septuaginta digunakan sebagai pengganti untuk kata “YHWH”, nama ilahi

dari Allah (Elohim) Israel. Memang kata “kurios” maupun “despotes”, keduanya dapat
digunakan secara umum pada manusia, tetapi jika Yesus dinyatakan sebagai SATU-

SATUNYA (monon) Penguasa dan Tuhan,” berdasarkan Ulangan 6:4 yang menjadi dasar

iman monoteistik bangsa Israel, maka bagi orang Yahudi tidaklah dapat ditawar lagi, bahwa

ungkapan itu menyatakan bahwa Yesus Kristus dalam kesatuan hakekat yang kekal dengan

Allah Bapa di sorga, adalah YHWH atau Yehwah, SATU-SATUNYA Tuhan dan Allah

Israel. Ini berarti bahwa pada penulisan berikutnya dalam suratnya, Yudas dengan pasti

menunjuk pada Yesus Kristus sebagai YHWH yang menyelamatkan umatNya dari tanah

Mesir, namun yang juga membinasakan mereka yang tidak percaya. (Yudas 5; Keluaran

12:51; Bilangan 14:29-30). Dan jika pembacaan surat Yudas dilanjutkan, maka akan ditemui

bahwa Yesus adalah Tuhan yang menghakimi para malaikat yang memberontak, dan yang

telah menghukum orang-orang Sodom dan Gomorah dan kota-kota sekitarnya. (Yudas 6,7;

Kejadian 19:1-24).

Berikutnya, Yudas dalam surat pendeknya menulis tentang perselisihan antara

Mikhael, penghulu Malaikat, dengan Iblis mengenai mayat Musa (Yudas 9). Dalam kisah itu,

Mikhael tidak berani menghakimi Iblis dengan kata hujatan, tetapi menyerahkan kepada

Tuhan untuk memutuskan perkara tersebut. Yudas memang kisah Mikhael dan Iblis tersebut

bukan dari Alkitab Perjanjian Lama, melainkan dari literatur Yahudi kuno non-kanonik.

Beberapa orang dari Bapak-Bapak Gereja menduga sumber dari kisah tersebut diambil dari

Kitab “Assumption of Moses,” . Sekalipun demikian, dalam Alkitab Perjanjian Lama,


26)

Zakaria tercatat sebuah peristiwa yang pararlel di Zakharia 3:1-10, tentang penglihatan imam

besar Yoshua yang berdiri bersama-sama Iblis yang mendakwanya di hadapan Malaikat

YHWH. Kata “Malaikat” tidak didapati dalam Zakharia 3:2 Alkitab bahasa Ibrani . Dalam
27)

ayat tersebut seharusnya dituliskan bahwa YHWH sendiri yang berfirman kepada Iblis, bukan

Malaikat YHWH seperti dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia. Juga YHWH memang
sering menampakkan diriNya sebagai Malaikat Tuhan sebagaimana ditulis di beberapa

tempat di Perjanjian Lama. Jadi sebenarnya, dalam penglihatan itu Yoshua dan Iblis sedang

berhadapan dengan YHWH sendiri. Ini berarti bahwa pesan Yudas dalam kisah perselisihan

Mikhael dan Iblis tentang mayat Musa yang ditulis dalam suratnya tetap mendapat keabsaan

dari Kitab Suci kanonik yang berotoritas penuh sebagai firman Allah yang tertulis. Dengan

demikian Yudas menyatakan bahwa Yesus Kristus sebagai Yuhan adalah YHWH yang

berdaulat penuh dan berkuasa mutlak atas Iblis dan para malaikat. Ia adalah Hakim yang adil

atas serta seluruh alam semesta yang adalah ciptaanNya.

Dalam suratnya, Yudas selanjutnya menuliskan nubuat tentang kedatangan Tuhan

Yesus Kristus yang kedua kali oleh Henokh, keturunan ke tujuh dari Adam (Yudas 14-15).

Yudas menuliskan nubuat eskhatologis tersebut dengan kembali mengutip dari sumber non-

kanonik di luar Alkitab, yakni dari Kitab Henokh I . Dan sekali lagi, kutipan Yudas dari
28)

Kitab Henokh I mendapat keabsahan dari Alkitab dan menjadi salah satu topik terpenting

dalam Kitab-Kitab dan surat-surat di Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru

yang terkumpul kemudian melalui suatu peoses kanonisasi yang cukup panjang.

Seperti saudaranya, Yakobus, dalam seluruh suratnya Yudas tidak pernah menyebut

Yesus sebagai Anak Allah. Ini bukan berarti bahwa Yudas tidak percaya Yesus adalah Anak

Allah, melainkan selaku seorang Yahudi, Allah itu Esa (Yudas 25), yaitu YHWH, dan ia

telah menunjukkan bahwa Yesus adalah YHWH itu sendiri. Yudas percaya bahwa Yesus dan

Bapa adalah satu sebagaimana Yesus sendiri telah menyatakannya ketika Ia hidup di bumi

sebagai manusia (Yohanes 10:30). Ia melihat Yesus di dalam kesatuanNya yang kekal

dengan Allah Bapa sebagai penggenapan dari nubuat nabi Yesaya bahwa Yesus adalah

“Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal” (Yesaya 9:6).


V. KRISTOLOGI SURAT I PETRUS

A. Penulis Dan Penerima Surat I Petrus

Walaupun banyak ahli Alkitab liberal tidak setuju dan menolak, Rasul Petrus oleh

Bapak-Bapak Gereja Awal dan para sarjana Alkitab dari golongan Injili diyakini sebagai

penulis dari dua surat yang dinamakan I dan II Petrus sesuai yang tercantum pada pembukaan

dari masing-masing kedua surat ini ( I Petrus 1:1; II Petrus 1:1) . Surat I Petrus ditujukan
29)

kepada “orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil,

dan Bitinia.” (I Petrus 1:1). Dilihat dari fokus pelayanan rasul Petrus yang lebih terpusat

kepada orang-orang Yahudi (Galatia 2:7) dan banyaknya kutipan-kutipan dari Perjanjian

Lama dalam suratnya, dapat disimpulkan bahwa penerima surat Petrus pertama ini

kebanyakan adalah orang-orang Kristen Yahudi yang tersebar di luar Palestina. Namun ada

juga beberapa bagian dari suratnya yang mengisyaratkan bahwa penerima surat Petrus itu ada

yang berlatar-belakang non Yahudi – seperti dalam 1:18 : “cara hidupmu yang sia-sia yang

kamu warisi dari nenek moyangmu”; dan 2:10 – “kamu, yang dahulu bukan umat Allah,”. 30)

Sekalipun demikian, oleh karena mereka telah seiman dan telah hidup lama bersama-sama

orang-orang Yahudi sebagai jemaat Kristus, maka dapat dipastikan bahwa mereka mengenal

Kitab Suci dan adat istiadat orang-orang Yahudi dengan cukup baik.

B. Kristologi Surat I Petrus

Dalam suratnya yang pertama, gelar “Tuhan” atau “kurios” dikenakan kepada Yesus

Kristus secara eksplisit sebanyak dua kali. (1 Petrus 1:3; 3:15) dan lima kali secara implisit (I

Petrus 1:25; 2:3; 3:12; 5:6). Pada awal suratnya, Petrus memposisikan Yesus sebagai Tuhan

yang layak menerima pujian, setara dengan Allah BapaNya yang di sorga (1:3). Ia kemudian
menegaskan kepada para penerima suratnya agar supaya mereka menguduskan Kristus

sebagai Tuhan dalam hati mereka (3:15). Sebagaimana rasul-rasul lain dan orang-orang

Kristen Yahudi pada zaman surat ini ditulis, bagi mereka, orang-orang Yahudi, hanya ada

satu Tuhan yang mereka sembah, yakni YHWH. Ini berarti bahwa dengan jelas Petrus

menunjukkan bahwa Kristus adalah YHWH itu sendiri yang telah menjadi manusia untuk

menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman dosa, yakni maut. Ia adalah

Tuhan yang selalu mendatangkan kebaikan bagi umatNya (2:3). MataNya selalu tertuju

kepada orang-orang benar, telingaNya kepada permohonan mereka yang minta tolong dan

wajahNya kepada orang-orang yang congkak berbuar jahat, tetapi mengasihani dan

meninggikan orang yang rendah hati dengan tanganNya yang kuat (3:12; 5:6). Yesus Kristus

adalah Tuhan semesta alam dan firmanNya kekal selama-lamaNya (1:25).

Tentang kemanusiaanNya, Petrus menuliskan Yesus sebagai Mesias atau Kristus yang

dijanjikan. Ia menggenapi nubuat nabi Yesaya tentang Hamba Allah yang menderita (2:23-

25; Yesaya 53:9). Sebelum dunia dijadikan, Allah telah memilih dan menetapkanNya untuk

datang ke dalam dunia dan memikul dosa umat manusia di dalam tubuhNya di kayu salib

(2:24). Dengan darahNya yang mahal Yesus telah menebus manusia berdosa dari cara

kehidupan yang sia-sia (2:18,19), “kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk

menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, cemar dan tidak dapat layu yang tersimpan

di sorga”. (1:3,4).

Rasul Petrus menunjukkan dengan jelas bahwa kematian Kristus adalah ambang batas

antara kemanusiaan Kristus, yang ditulis dalam bahasa Yunani “sarki”- (artinya “dalam

daging/ keadaan daging ”) , dan keilahianNya, yang ditulis sebagai “pneumati” – “dalam
31)
Roh/ keadaan Roh” 32) ( 3:18). “Roh” di sini merujuk kepada hakekat Allah yang adalah Roh,

sebagaimana dinyatakan oleh Tuhan sendiri (Yohanes 4:24). Jadi dalam keadaan daging,

Yesus telah mati dibunuh, dan di dalam Roh itu Ia “pergi memberitakan Injil kepada roh-roh

yang di dalam penjara.” Di dalam Roh itu juga, Ia telah dibangkitkan , naik ke sorga, duduk

di sebelah kanan Allah Bapa, sesudah segala malaikat, kuasa, dan kekuatan ditaklukkan

kepadaNya. (3:18-22). Ia telah menerima kembali segala kekuasaan dan kemuliaan, di sorga

dan di bumi (Matius 28:18). Ia adalah Raja segala raja, Tuhan segala tuan yang akan datang

kedua kalinya untuk menghakimi seluruh makhluk di akhir zaman nanti. Ia adalah Tuhan

yang layak menerima pujian selama-lamanya.

VI. KRISTOLOGI SURAT II PETRUS

Surat II Petrus adalah kelanjutan dari surat I Petrus dengan penulis dan penerima yang

sama (II Petrus 1:1; 3:1). Tidak seperti pad suratnya yang pertama dimana Petrus

menjelaskan kemanusiaan Yesus secara lebih rinci, dalam suratnya kedua ini, rasul Petrus

hanya mengenakan gelar “Juruselamat” (1:1) kepada Kristus untuk menunjukkan bahwa Ia

adalah YHWH yang telah datang sebagai manusia untuk menebus dan menyelamatkan

manusia dari dosa dan hukuman dosa, yakni maut. Selanjutnya, dalam suratnya yang kedua,

Petrus menuliskan keilahian Kristus sepenuhnya sebagai Tuhan dalam arti Ia adalah YHWH,

Tuhan Allah Israel, satu-satunya Tuhan dan Penguasa alam semesta.

Keilahian Kristus juga dinyatakan oleh Petrus dalam suratnya ini, dimana ia

menuliskan kembali tentang kehormatan dan kemuliaan Kristus sebagai Anak Allah yang

hidup, yang dinyatakan oleh Allah Bapa di atas sebuah gunung (1:17,18), peristiwa ilahi

yang juga dicatat baik oleh Matius, Markus, dan Lukas dalam kitab-kitab Injil yang ditulis
mereka. ( Matius 17:1-5, Markus 9:2-7, Lukas 9:28-35). Bersama-sama Yohanes dan

Yakobus, Petrus menyaksikan Yesus berubah rupa, “wajahNya bercahaya seperti matahari

dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang.” (Matius 17:3). Nampak kepada

mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Allah Bapa memperdengarkan suaraNya

dari sorga, menyatakan bahwa Yesus adalah Anaka yang dikasihi dan dikenanNya. ( 1:17,18;

Matius 17:5; Markus 9:7; Lukas 9:35). Peristiwa ini terjadi sebelum kematian Kristus di atas

kayu salib yang sebelumnya dijelaskan oleh Petrus dalam suratnya yang pertama sebagai

ambang batas antara kemanusiaan dan keilahian Kristus (I Petrus 3:18). Hal ini menunjukkan

dengan jelas bahwa selama hidup di bumi sebagai manusia, Yesus Kristus tetap tidak

kehilangan kodrat keilahianNya yang kekal. Ia adalah YHWH yang menjadi manusia.

Telah dibahas sebelumnya dalam sub-bab IV B mengenai surat Yudas, bahwa ada

paralelisme yang jelas antara pasal 2 dari II Petrus dan surat yang ditulis oleh Yudas, saudara

Yesus Kristus. Dalam suratnya yang ke dua, Petrus menuliskan bahwa Allah yang

menyimpan malaikat-malaikat yang berbuat dosa dalam gua-gua yang gelap sampai hari

penghakiman, menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-

orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, membinasakan kota Sodom dan Gomora,

dan bertindak selaku Hakim yang adil atas tuntutan para malaikat (II Petrus 2 : 4-11). Dalam

kedua suratnya, Petrus selalu memakai kata “Allah” untuk menunjuk kepada Allah Bapa, dan

Tuhan kepada Yesus Kristus, sedang secara paralel, Yudas menuliskan hal-hal ilahi yang

sama namun dengan menunjukkan bahwa Tuhan Yesuslah yang melakukan semuanya itu.

Perbedaan penggunaan “Allah” dan “Tuhan” antara Petrus dan Yudas bukanlah berarti bahwa

ada pertentangan teologis di antara mereka, tetapi dibawah pengilhaman Roh Kudus kepada

kedua penulis itu, justru perbedaan tersebut menyatakan keilahian Yesus Kristus dalam
kesatuan yang kekal dengan Allah Bapa sebagai YHWH, Tuhan Israel dan Allah semesta

alam yang esa.

Keilahian Kristus sekali lagi dinyatakan oleh rasul Petrus dalam suratnya yang ke dua,

dimana ia menjawab para pengejek yang meragukan penggenapan tentang janji kedatangan

Kristus yang kedua (3:4). Petrus menyatakan “bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama

seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperi satu hari.” (3:8). In berarti bahwa Kristus

tidak terikat dan terbatas oleh waktu, salah satu atribut yang hanya dimiliki oleh Allah. Juga

dalam 3:10, Petrus menuliskan hari kedatangan Kristus sebagai “hari Tuhan”, dan “hari

Allah” di ayat 12. Bagi rasul Petrus, dan juga semua orang percaya, Yesus Kristus adalah

Allah, satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Bagi-Nya kemulian, sekarang dan selama-

lamanya (3:18).

VII. RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Surat-surat umum Perjanjian Baru yang dipelajari dalam mata pelajaran Surat-surat

umum I terdiri dari surat-surat Ibrani, Yakobus, Yudas, I dan II Petrus. Dilihat dari isi surat-

surat tersebut yang mengutip banyak bagian dari Perjanjian Lama, dapat disimpulkan bahwa

semua surat-surat tersebut kebanyakan ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang

mengenal Kitab Suci dan tradisi-tradisi Yahudi dengan baik. Topik yang menjadi fokus dari

studi adalah untuk meneguhkan, apakah doktrin tentang Kristus yang dihasilkan oleh empat

konsili ekumenik pertama dari Gereja Awal, yakni Kristologi Dwi-Natur - keilahian dan

kemanusiaan Kristus, sesuai dengan Alkitab atau tidak.


Surat Ibrani menyatakan dengan jelas bahwa Kristus adalah Anak Allah, Cahaya

Kemulian dan Gambar dari Pribadi Allah yang esa, yang olehNya Allah telah menciptakan

alam semesta ini. Keilahian Kristus juga dinyatakan dalam semua surat-surat umum lainnya

yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satuNya Penguasa dan Tuhan. Orang-

orang Yahudi tetap setia pada iman monoteistik mereka, bagi mereka hanya ada satu Tuhan,

yakni YHWH, Allah Abraham, Iskak, dan Yakub, Tuhan semesta alam. Jadi jika gelar

“Tuhan” dikuduskan dan dikenakan kepada Yesus Kristus, maka tidak ada pilihan lain bagi

orang-orang Yahudi itu untuk meyakini bahwa Kristus atau Sang Mesias adalah YHWH

sendiri yang telah lahir ke dalam duni menjadi manusia untuk menyelamatkan seluruh umat

manusia yang telah jatuh kedalam dosa.

Kemanusiaan Yesus Kristus ditulis oleh penulis Ibrani dan rasul Petrus dalam

suratnya yang pertama. Dalam keadaanNya sebagai manusia, Yesus dapat merasakan

penderitaan sama seperti yang dialami oleh manusia lainnya. Ia merasakan kelemahan dalam

pencobaan-pencobaan yang dialami semasa hidupnya sebagai manusia biasa, namun tidak

berdosa. Akhirnya, Ia menyerahkan nyawaNya dan mati di atas kayu salib untuk

menanggung hukuman maut yang seharusnya dijatuhkan kepada seluruh umat manusia yang

telah berdosa.

Rasul Petrus menunjukkan dengan jelas bahwa kematian Kristus adalah ambang batas

antara kemanusiaan Kristus, dan keilahianNya. Dalam keadaan manusia, Yesus telah mati

dibunuh, dan di dalam keilahianNya it Ia “pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di
dalam penjara.” Dalam keilahianNya juga Ia dibangkitkan, naik ke sorga, duduk di sebelah

kanan Allah Bapa, sesudah segala malaikat, kuasa, dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya. Ia

telah menerima kembali segala kekuasaan dan kemuliaan, di sorga dan di bumi. Ia adalah

Raja segala raja, Tuhan segala tuan yang akan datang kedua kalinya untuk menghakimi

seluruh makhluk di akhir zaman nanti. Ia adalah Tuhan yang layak menerima pujian selama-

lamanya.

Dari studi tentang Kristus dalam kelompok surat-surat umum I dapatlah dipastikan,

bahwa Yesus Kristus adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dengan demikian,

dapatlah disimpulkan bahwa Kristologi hasil empat konsili ekumenik pertama Gereja Awal

adalah doktrin yang dapat dipertanggung-jawabkan sebagai Kristologi yang Alkitabiah.

REFERENSI

1) Linwood Urban. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, hlm 54.


2) Tony Lane. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kritiani, hlm. 33.
3) Ibid., hlm. 47.
4) Ibid., hlm. 52.
5) Dr. Th. van den End. Harta Dalam Bejana, hlm. 69.
6) Ibid. hlm. 70,71.
7) Dr. H. Berkhof & Dr. I.H. Enklaar. Sejarah Gereja, hlm. 58.
8) Dr. Th. van den End. Harta Dalam Bejana, hlm. 71,72
9) Tony Lane. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kritiani, hlm. 52.
10) J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Ibrani, hlm 15.
11) D.A. Carson and Douglas J. Moo, An introduction to the New Testament, hlm 601.
12) Ibid, hlm 602-604.
13) Stephen Tong, Pengajaran Surat Ibrani, Reformed TV 21 - Chanel,Youtube.
14) Jeff Hammond, Keagungan Yesus Dalam Kitab Ibrani, hlm. 3.
15) STRONGS NT 5481, THAYER'S GREEK LEXICON, : Electronic Database. Biblesoft,
Inc.; BibleSoft.com.
16) Ibid., STRONGS NT 5287.
17) Tony Lane. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kritiani, hlm. 27.
18) Ibid., hlm. 24.
19) D.A. Carson and Douglas J. Moo, An introduction to the New Testament. hlm. 626.
20) Ibid., hlm. 629.
21) Ibid., hlm. 624.
22) Ibid., hlm. 690-692.
23) Ibid., hlm. 693.
24) STRONGS NT 3441; THAYER'S GREEK LEXICON.
25) STRONGS NT 1203; THAYER'S GREEK LEXICON.
26) References To Other Books, Epistle of Jude, Wikipedia, https://en.m.wikipedia.org/.
27) https://biblehub.com/interlinear/zechariah/3-2.htm.
28) References To Other Books, Epistle of Jude, Wikipedia. https://en.m.wikipedia.org/.
29) D.A. Carson and Douglas J. Moo, An introduction to the New Testament, hlm 641.
30) Ibid., hlm. 647.
31) STRONGS NT 4561; THAYER'S GREEK LEXICON.
32) STRONGS NT 4151; THAYER'S GREEK LEXICON.

DAFTAR PUSTAKA

D.A. Carson and Douglas J. Moo, An introduction to the New Testament


Dr. H. Berkhof & Dr. I.H. Enklaar. Sejarah Gereja
Dr. Th. van den End. Harta Dalam Bejana.
Linwood Urban. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen.
Tony Lane. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kritiani.
Jeff Hammond, Keagungan Yesus Dalam Kitab Ibrani
J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Ibrani

Stephen Tong, Pengajaran Surat Ibrani, Reformed TV 21 - Chanel,Youtube.


STRONGS; THAYER'S GREEK LEXICON: Electronic Database. Biblesoft, Inc.;
BibleSoft.com.
References To Other Books, Epistle of Jude,Wikipedia, https://en.m.wikipedia.org/
https://biblehub.com/interlinear/zechariah/3-2.htm.

Anda mungkin juga menyukai