Anda di halaman 1dari 35

KETUHANAN YESUS KRISTUS

DALAM
SURAT-SURAT RASUL PAULUS

MATA KULIAH DBS 106 SURAT-SURAT PAULUS I

orang Yahudi yang berada di Yudea tetap berpegang teguh pada iman monotheistik dan

menolak untuk beribadah kepada segala macam ilah selain YHWH, Allah Abraham, Iskhak,

dan Yakub, nenek moyang mereka. Kenyataan ini telah mengakibatkan orang-orang Yahudi

itu menjadi bangsa ekslusif yang memisahkan diri dari pergaulan dengan orang-orang non-

Yahudi yang memuja dewa-dewi pagan di dunia Greko-Romawi saat itu.5 Yudaisme Bait

Allah Kedua pada abad pertama Masehi meyakini bahwa YHWH mereka adalah satu-satunya

Allah yang benar, yang menciptakan segala sesuatu selain diriNya. Hukum Torat Musa

mereka jalankan dengan taat dan secara ketat, dan dalam doa setiap harinya, mereka selalu

mengucapkan “Shema Israel” yang tertulis dalam Ulangan 6:4-5 :

“Dengarlah Israel : YHWH Allah kita, YHWH itu esa. Kasihilah YHWH
Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap kekuatanmu”.
Sezaman dengan Kristus ketika Ia berada di bumi pada awal abad pertama Masehi,

rasul Paulus hidup pada masa Bait Suci Kedua, bersamaan dengan Kekristenan yang baru

dilahirkan. Dalam surat-suratnya, berulang kali rasul Paulus menegaskan identitasnya bahwa

walaupun ia telah menjadi Kristen (baca : pengikut Yesus Kristus), ia tetap adalah seorang

Yahudi sejati. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyatakan dirinya adalah

“orang Isreal, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin” (Roma 11:1). Hal yang sama

diungkapkan Paulus kepada orang-orang di Korintus untuk menjawab para penentang yang

menganggap rendah dirinya :

“Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang
Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga
keturunan Abraham!”
(2 Korintus 11:22)

Kepada orang-orang percaya di Filipi, Paulus memberi peringatan agar mereka

mewaspadai dan tidak terpengaruh oleh “anjing-anjing”, yakni pekerja-pekerja yang jahat

dan penyunat-penyunat yang palsu (Filipi 3:2). Untuk meyakinkan mereka, Paulus secara

rinci menuliskan ke-“Yahudi”-annya yang melebihi pekerja-pekerja palsu itu :

“disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang
Ibrani asli, tentang pendirian hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat”
(Filipi 3:5-6)
Kisah Para Rasul mencatat narasi pembelaan diri rasul Paulus ketika ia ditangkap di

Bait Allah. Kepada orang banyak ia berkata :

“Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di
kota ini; didik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek
moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama
seperti kamu semua pada waktu ini.”
(Kisah Para Rasul 22:3)
Secara keseluruhan, dalam kitabnya yang kedua itu, Lukas menggambarkan Paulus

sebagai seorang Yahudi yang hidup dengan nyaman dengan dunia Greko-Romania pada abad

pertama Masehi. Paulus dilahirkan di Tarsus, kota yang cukup penting yang menjadi ibu kota

dari Kilikia, suatu propinsi Romawi yang berada di Syria Modern hari ini. 6 Paulus, yang

bernama Ibrani “Saulus”, berasal dari keluarga Farisi yang cukup kaya.7 Tarsus sendiri adalah

kota yang makmur dengan pelabuhannya yang terkenal dan menjadi pusat perdagangan yang

selalu rami dikunjungi orang-orang dari berbagai penjuru dunia pada zaman itu. Tarsus juga

dikenal sebagai salah satu kota pendidikan yang telah menghasilkan para filsuf dan orang-

orang yang terpelajar. Di lingkungan yang dinamis yang menjadi pusat perdagangan,

pendidikan, dan beragam budaya inilah Paulus melewatkan masa kecilnya. Hidup di dalam

kota dengan kehidupan masyarakat kosmopolitan, pluralistik, dan multi-ethnis telah

memperkenalkan Paulus dan membiasakannya berhubungan dengan dunia non-Yahudi, yang

di kemudian hari menjadi tujuan utama dari pelayanan misinya.8

Walaupun Paulus ada di tengah-tengah pengaruh budaya Yunani dan Romawi Paul, ia

tetap hidup sebagai seorang Farisi yang dikenal sangat ketat memegang teguh hukum Musa

yang tertulis maupun tradisi-tradisi Yahudi yang diwariskan turun menurun secara lisan.

Sejak usia muda ia telah mendapat pendidikan di sinagoge dari para guru dan rabi yang ahli

dalam menafsirkan Kitab Suci. Ia bahkan dibesarkan dan dididik oleh Gamaliel 9, salah satu

rabi yang terkenal pada zaman itu (Kisah Rasul 22:3). Pengetahuan dan keahlian Paulus di

bidang Kitab Suci Ibrani tentunya tidak perlu diragukan, dan, seperti yang ia nyatakan dalam

suratnya kepada jemaat di Filipi, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat ia tidak

bercacat. (Filipi 3:6). Kepada jemaat di Galatia, Paulus menyatakan :


“Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya
sengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat nenek
moyangku.”
(Galatia 1:13).

Sebagai seorang Farisi, bagi Paulus tentang keberadaan Allah yang esa tentunya tidak

lagi memerlukan pembuktian. Ia sangat setia pada iman monotheis yang diwariskan oleh

nenek-moyang bangsa Yahudi yang percaya hanya kepada satu pribadi Allah yang maha

kuasa, maha tahu, dan maha kasih, Pencipta dan Tuhan dari segala sesuatu yang ada, yang

keberadaanNya berbeda dan melampaui seluruh alam semesta yang diciptakanNya. “Shema

Israel” selalu diucapkanya setiap hari dalam doa-doanya; nama YHWH, Allah Israel, tidak

pernah jauh dari hati dan jiwa Paulus.

II. PERTOBATAN PAULUS KEPADA KRISTUS

Lukas menuliskan penyataan Paulus bahwa ia adalah “seorang yang giat bekerja bagi

Allah” (Kisah Rasul 22 : 3). Bagi seorang Farisi seperti Paulus, makna dari ungkapan itu

bukan hanya menunjukkan ketaatannya secara pribadi kepada semua hukum Torat yang

tertulis dalam Kitab Suci Yahudi, tetapi juga menuntut ketaatan yang sama dari orang lain

seperti dirinya. Semangat radikal seperti ini tentunya membuat Paulus menjadi sangat tidak

toleran kepada setiap bentuk kepercayaan dan ajaran yang dianggap menyimpang dari hukum

dan tradisi yang telah dipegang turun menurun oleh orang-orang Yahudi sebangsanya. Hal

inilah yang menyebabkan Paulus menganiaya dan memenjarakan para pengikut Kristus

karena mereka dianggap telah melanggar hukum dan tradisi Yahudi yang berlaku saat itu.

Paulus merasa dibenarkan untuk melakukan kekerasan kepada orang-orang yang mengaku

bahwa Yesus adalah Mesias dan Tuhan.


Lukas menuliskan riwayat penganiayaan pengikut-pengikut “Jalan Tuhan” oleh Paulus

dalam Kisah Para Rasul 8:3-4; 9:1-2, 22: 4-5; 26:10-12. Dituliskan bahwa Paulus bahkan

telah menghadap Imam Besar dan meminta surat untuk dibawa kepada majelis-majelis

Yahudi di Damsyik. Surat itu adalah surat kuasa yang memberi Paulus otoritas untuk

menangkap semua pengikut-pengikut Kristus yang ditemuinya di mana saja dan membawa

mereka ke Yerusalem.

Dalam surat-suratnya Paulus juga menyebutkan penganiayaan dan kekerasan yang telah ia

lakukan terhadap jemaat mula-mula (Galatia 1:13, 1 Korintus 15:9, Filipi 3:6).

Dalam perjalanan membawa surat kuasa kepada para pemimpin Yahudi di Damsyik,

Paulus ditemui oleh Kristus dalam kemulian dan keilahianNya. Sejak pertemuan itu, Paulus

berubah total dari seorang penentang iman Kristiani yang hendak dibinasakannya, menjadi

pengikut Kristus yang percaya sepenuhnya bahwa Yesus, orang Nazaret yang sebelumnya

dibencinya, adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan Allah dan yang telah ditunggu-tunggu

oleh orang-orang Yahudi. Selanjutnya, Paulus taat kepada panggilan Allah melalui

perjumpaan dengan Kristus itu. Allah telah memanggilnya untuk menjadi rasul yang

“menjembatani” dan menyebar-luaskan pemberitaan Injil keselamatan dalam Yesus Kristus,

dari dunia Yahudi dan dunia non-Yahudi, yang mana keduanya telah dikenalnya sejak kecil.

(Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:6-11; 26:12-19; 1 Korintus 9:1; 15:8-11, Galatia 1:15-16 ).

III. GELAR “TUHAN ( KURIOS )” DARI YESUS KRISTUS

Salah satu dari perubahaan Paulus dari seorang Farisi penentang Kekristenan setelah

peristiwa pertobatannya di Damsyik adalah pandangan dan pengenalannya akan pribadi


Kristus serta pengakuannya bahwa Yesus Kristus adalah “Tuhan/Tuan”. Dalam surat-

suratnya, kata “Tuhan”, atau “Kyrios” dalam bahasa Yunani, adalah gelar yang paling sering

dikenakan pada Kristus. Kata ini berarti “penguasa, majikan, pemilik, tuan”, seorang yang

mempunyai kendali atau penguasaan atas seseorang atau sesuatu.10 Bagi orang-orang yang

percaya, pengakuan seseorang bahwa “Yesus adalah Tuhan”, adalah tanda bahwa Roh Allah

ada di dalamnya (1 Korintus 12:3), dan dikenakannya “Kyrios/ Tuhan / Tuan” pada diri

Yesus dari Nazaret secara eksplisit telah menunjukkan keilahian Kristus yang telah bangkit

dari kematian. Namun bagi orang-orang non-Yahudi, “Kyrios/Tuan” belum cukup untuk

mengungkapkan identitas Kristus sebagai “Theos” (Allah). Sedangkan bagi orang-orang

Yahudi yang telah percaya, gelar “Kyrios” adalah identik dengan gelar “Adonai” dalam

bahasa Ibrani, yang dikenakan pada YHWH, Allah Israel. Paulus adalah salah satunya seperti

yang tercermin dalam surat-suratnya yang merupakan bagian dari Alkitab Perjanjian Baru.

Kata “Kyrios” muncul pertama kali di surat Roma yang secara kanonik berada di urutan

pertama dari ketigabelas surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru. Dalam pembukaan

suratnya itu, rasul Paulus menyatakan dwi-natur Kristus sebagai berikut :

“Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam


kitab-kitab suci, tentang AnakNya, yang menurut daging diperakkan dari
keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya
dari orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus
Tuhan kita.”
(Roma 1:2-4)

Untuk membatasi ruang lingkup dari tugas makalah ini tentang masalah keilahian

Kristus dalam kaitannya dengan gelar “Tuhan/Kyrios”, pembahasan akan difokuskan pada

tiga bagian dari surat-surat Paulus :

1. Roma 10:9-13
2. 1 Korintus 8:6

3. Filipi 2:6-11,

Dalam ketiga bagian dari surat-suratnya itu, rasul Paul selalu merujuk pada teks-teks

Perjanjian Lama yang adalah “kitab-kitab suci” yang ditulis oleh para nabi Allah (Roma 1:2),

tentunya dengan pandangan yang sama-sekali berbeda dengan ketika ia belum mengalami

perjumpaan dengan Kristus dalam perjalanannya ke kota Damsyik.

1. Romans 10:9-13

Dalam Roma 10:9-13, rasul Paulus menuliskan :

“9. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, makan kamu akan diselamatkan.
10. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang
mengaku dan diselamatkan.
11. Karena Kitab Suci berkata :”Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan.”
12. Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena,
Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang
berseru kepadaNya.
13. Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”

Roma 10 :13 adalah puncak penyataan rasul Paulus dalam Roma 10:1-13. Ia mengutip

text dari nabi Yoel (Yoel 2:32) 11 dengan menggunakan “Kurios” untuk menggantikan kata

“YHWH”, seperti yang ditemui di Septuaginta. Dalam bahasa Ibrani text Kitab Yoel yang

dikutip seharusnya tertulis :

“Dan barangsiapa yang berseru kepada nama YHWH, akan diselamatkan...”


(Yoel 2:32).
Yang juga perlu diperhatikan adalah ayat sebelumnya, Roma 10:12, dimana kata

“Allah” dalam text bahasa Yunani (dan juga bahsa Inggris cersi KJV) adalah “Kyrios”, dan

bukan “Theos”. Dengan demikian seharusnya Roma 10:12 tertulis :

“...Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua
orang yang berseru kepadaNya.”

Dengan demikian, dapatlah dipastikan bahwa dalam seluruh pasal 10 : 9-13, “Kyrios”

atau “Tuhan” yang dimaksud oleh Paulus adalah Yesus Kristus, dan dengan merujuk pada

Yoel 2:32 dalam ayat 13, maka rasul Paulus secara positif telah mengidentikan Yesus dengan

YHWH, Tuhan dan Allah Israel. Hal ini juga berarti bahwa Paulus telah mengidentikkan

nama YHWH dalam Yoel 2:32 dengan nama Yesus, sebab “Yesus adalah Tuhan”(Roma

10:9), dan “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Roma

10:13). Secara soteriologis, rasul Paulus setuju dengan Petrus yang menyatakan bahwa :

“... keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan.”
(Kisah Para Rasul 4:12).

Lebih lanjut, hubungan kesatuan Yesus dengan Allah yang esa dapat dilihat dari relasi

antara Roma 10:12 dengan Roma 3:29-30, dimana dinyatakan hanya ada satu Allah saja

(Roma 3:30), dan Ia bukan hanya Allah orang Yahudi saja, melainkan juga Allah bangsa-

bangsa lain (Roma 3:29). Demikian juga dengan Yesus, “...Karena, Tuhan yang satu itu

adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.” (Roma

10:12b), dengan sebelumnya ditegaskan bahwa : “Sebab tidak ada perbedaan antara orang

Yahudi dan orang Yunani.” (Roma 10:12b).


Dengan membandingkan kedua bagian dari surat Roma ini, terlihat jelas bahwa Paulus

tetap mendasarkan keselamatan semua orang dari segala bangsa, baik Yahudi maupun non-

Yahudi, pada iman monotheisme Yahudi dimana hanya percaya pada satu Allah saja, yaitu

YHWH. (Ulangan 6:4). Dalam Roma 3:29-30, Paulus secara eksplisit merujuk pada “Shema

Israel” sebagai dasar pernyataannya bahwa Allah yang satu itulah “yang akan membenarkan

baik orang-orang bersunat (orang-orang Yahudi) karena iman, maupun orang-orang yang

tidak bersunat (orang-orang Yahudi) juga karena iman.” Allah yang esa itu adalah YHWH

(Ulangan 6:4). Sedang dalam Roma 10:12-13, ia menuliskan bahwa “Tuhan yang satu itu

adalah Tuhan dari semua orang”, baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi, dan

“barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”. Berdasarkan Roma

10:9, “Tuhan yang satu” dimaksud adalah Yesus, yang ternyata adalah identik dengan

pribadi YHWH dalam Yoel 2:32 yang dikutip Paulus dalam Roma 10:13.

Adapun perbedaan antara Yesus sebagai Anak Allah dengan Allah Bapa ditulis dengan

jelas bahwa “Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9). Sekalipun

demikian, identifikasi nama YHWH dengan nama Yesus dan nama Allah, BapaNya tetap

memastikan bahwa bukan berarti ada dua Allah, melainkan tetap hanya ada satu Allah saja. Ia

sadar benar bahwa teks Yoel 2:32 yang dikutipnya itu ada dalam konteks iman monotheistik

yang tidak dapat ditawar-tawar lagi:

“Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa
Aku ini, YHWH, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak
akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya”.
(Yoel 2:27)
Frase “dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya” dalam Yoel

2:27 mengulang bagian akhir dari ayat ke 26 sebelumnya. Frase ini terkait dengan Yesaya

28:16 yang yang dikutip Paulus dalam Roma 10:1.

“Karena Kitab Suci berkata :”Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan.”
(Roma 10:11)

Paralelisme antara tulisan teks-teka Yesaya dengan Yoel yang keduanya dikutip oleh

rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma itu, telah mempertegas fakta bahwa

ketuhanan Yesus Kristus, yang menunjukkan identitas keilahanNya sebagai YHWH, adalah

tetap dalam iman monotheistik yang tercermin dengan adanya kandungan “Shema Israel”

dalam Yoel 2:27 :

“... Aku ini, YHWH, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku
tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya”.
(Yoel 2:27)

Paulus telah menyatakan bahwa Tuhan dan Allah orang Kristen adalah YHWH, Allah

yang esa, sama dengan Tuhan dan Allah Israel, dan sama sekali tidak melanggar kedua

hukum pertama dari Dekalog. Identifikasi Yesus Kristus, yang telah dibangkitkan oleh Allah,

sebagai YHWH sedikitpun tidak menggeser iman monotheisme diwariskan oleh nenek-

moyang bangsa Ibrani, sekalipun rasul Paulus juga menunjukkan adanya perbedaan antara

Anak Allah yang dibangkitkan dengan Allah yang membangkitkanNya dari antara orang

mati, fakta yang telah menyelamatkan semua orang yang percaya dari kebinasaan kekal,

sekaligus memperteguh identitas keilahian Yesus Kristus dalam satu pribadi YHWH, Allah

Israel, BapaNya, Tuhan semesta alam, Tuhan Allah yang esa.


2. 1 Korintus 8:6

Selain menurut urutan kanoniknya, 1 Korintus adalah surat kedua rasul Paulus yang

menuliskan keilahian Kristus secara eksplisit dalam kaitannya dengan gelar “Kyrios” atau

Tuhan/Tuan :

“namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu
Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia
kita hidup.”
(1 Korintus 8:6)

Secara keseluruhan, konteks dari 1 Korintus 8:1-10:33 adalah pembahasan tentang

“makan daging persembahan berhala” (1 Korintus 8:4) dan partisipasi orang-orang percaya

“duduk makan di dalam kuil berhala” (8:10). Masalah ini menyentuh langsung pertentangan

antara tradisi monotheistik Yahudi yang setia hanya kepada satu-satunya Allah yang benar

dengan penyembahan politheistik orang-orang pagan. Tertulis dalam Taurat Musa yang

melarang keras umat Yahudi untuk ikut makan persembahan kepada berhala (Keluaran

34:15).

Beberapa orang percaya di Korintus bersikeras mempertahankan keyakinan mereka

untuk tetap diperbolehkan mengikuti perjamuan dalam kuil-kuil berhala. Tulisan Paulus

mencerminkan alasan mereka tetap melakukan praktek agamawi tersebut. Mereka berbuat

demikian karena merasa memiliki “pengetahuan” bahwa “tidak ada berhala di dunia dan tidak

ada Allah lain dari pada Allah yang esa” (1 Korintus 8:4), dan karena mereka telah beroleh

keselamatan di dalam Kristus, mereka percaya telah bebas dari hukum Taurat yang ditaati

oleh orang-orang Yahudi. Juga masalah makan dan tidak makan bukanlah sesuatu yang

menentukan hubungan seseorang dengan Allah (ayat 8). Pengetahuan monotheistik dan
“kebebasan dalam Kristus” inilah yang membuat mereka tetap melakukan hal tersebut (ayat

9).

Dalam menegur orang-orang percaya Korintus yang terlibat masalah persembahan

berhala tersebut, Paulus sepakat dengan iman dan pengetahuan monotheistik mereka, bahwa

“tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa”. Namun, menurut Paulus, pengetahuan tanpa

disertai kasih justru membuat orang menjadi sombong (1 Korintus 8:1). Bagi mereka yang

masih lemah hati nuraninya “ada banyak allah dan banyak tuhan” (1 Korintus 8:5). Hal ini

bukan berarti bahwa mereka tidak mengerti dan percaya bahwa Allah itu esa, hanya saja tidak

semua orang yang percaya memiliki pengetahuan yang benar tentang berhala. Dan juga

karena mereka lama terikat pada berhala-berhala sehingga masih percaya bahwa makan

daging itu sebagai daging persembahan berhala (1 Korintus 8:7). Orang-orang yang lemah ini

akan dikuatkan untuk kembali makan daging persembahan yang dianggap sebagai

penghormatan kepada berhala apabila mereka melihat orang-orang yang “berpengetahuan”

duduk makan di kuil berhala. Oleh sebab itu, Paulus menegur keras orang-orang yang merasa

“mempunyai pengetahuan” itu agar kebebasan mereka tidak menjadi batu sandungan bagi

orang lain, karena perbuatan mereka itu dapat membinasakan orang-orang percaya yang tidak

berpengetahuan tentang berhala dan yang lemah hati nuraninya. (1 Korintus 8:9-11). Lebih

lanjut Paulus menyatakan bahwa esensi dari berhala adalah roh-roh jahat, persembahan

kepada berhala adalah persembahan kepada roh-roh jahat. Ini berarti bahwa mereka yang ikut

dalam perjamuan roh-roh jahat itu telah bersekutu dengan roh-roh jahat dan akan

membangkitkan cemburu dan murka Tuhan (1 Korintus 10:19-22). Tentang masalah

persembahan berhala ini, Paulus kemudian memberi nasihat terakhir agar mereka semua

melakukan segala sesuatu itu untuk kemulian Allah, tidak menimbulkan syak dalam hati

semua orang, tetapi berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk
kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh

selamat (1 Korintus 10:31-33).

Ketuhanan Yesus Kristus Dalam “Shema Israel”

Dalam surat-surat yang ditulisnya, rasul Paulus sering mengutip teks-teks Perjanjian

Lama, termasuk suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus. Jemaat Korintus tidak asing

dengan riwayat bangsa Israel yang tercatat dalam Kitab Torat Musa yang digunakan Paulus

sebagai contoh dan peringatan bagi orang-orang percaya di zaman akhir (1 Korintus 10 : 1-

11). Dengan demikian, ketika di ayat 4 dari pasal 8 Paulus mengutip kembali apa yang ia

ajarkan kepada orang-orang percaya di sana tentang iman monotheistik bahwa “tidak ada

berhala di dunia dan tidak ada Allah lain pada Allah yang Esa”, tidak bisa tidak jelaslah

bahwa ia mendasarkan tulisannya itu pada “Shema Israel” yang tertulis dalam Ulangan 6:4:

“Dengarlah, hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa!
(Ulangan 6:4)

Ungkapan Paulus dalam 1 Korintus 8:4 tentang berhala sebagai allah-allah lain adalah

khas rumusan monotheistik Yahudi yang meyakini bahwa tidak ada Tuhan dan Allah lain

selain YHWH. Dengan menyertakan frase “di dunia”, Paulus menghubungkan iman orang-

orang percaya di Korintus kepada nasehat Musa kepada bangsa Israel bahwa “...YHWHlah

Allah, tidak ada yang lain kecuali dia.” (Ulangan 4:35), dan “...YHWHlah Allah yang di

langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain.” (Ulangan 4:39). Dengan kata lain,

secara implikatif, Allah yang esa bagi Paulus dan orang-orang percaya di Korintus adalah

YHWH. Hal ini berarti bahwa iman monotheistik Kristen adalah identik dengan iman
monotheistik Yahudi - percaya hanya kepada satu pribadi Allah dan Tuhan saja, yaitu

YHWH.

Dalam 1 Korintus 8:5, Paulus mengembangkan argumentasinya dengan menyebutkan

bahwa dalam politheisme pagan memang ada banyak “allah” dan banyak “tuhan”. Hal ini

bukan berarti bahwa Paulus mengakui eksistensi dari allah-allah dan tuhan-tuhan paganisme

tersebut, sebaliknya ia sedang mengkontraskan berhala-berhala itu dengan iman monotheistik

Kristen yang unik seperti yang ditulisnya di ayat berikutnya. Tidak ada yang perubahan yang

hakiki di sini berkaitan dengan iman Paulus dan iman orang-orang percaya. Ia hanya

menambahkan panggilan kepada berhala-berhala itu dengan “tuhan-tuhan” selain dengan

sebutan “allah-allah” sebagai persiapan untuk kontras yang lebih menyeluruh dengan

monotheisme dalam ayat 6, di mana Paulus menulisnya menurut struktur “Shema Israel”

Yahudi untuk menunjukkan bahwa orang-orang Kristen hanya percaya pada satu Allah dan

satu Tuhan saja. Paulus menulis formulasi monotheisme Kristiani tersebut secara terstruktur

dan dengan menginkorporasir pribadi Yesus Kristus ke dalam identitas ilahi dari pribadi

YHWH, Allah yang esa :

“namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup,
dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup.”
(1 Korintus 8:6)

Penyataan Paulus dalam ayat 6 dari 1 Korintus adalah gema dari “Shema Israel” dan

adalah penyataan monotheisme Kristologis yang eksplisit dimana Yesus Kristus ada dalam

definisi Yahudi tentang identitas unik dari satu pribadi Allah yang esa, yakni YHWH. Yang

selalu perlu diingat adalah bahwa dalam Septuaginta yang ditulis pada masa Bait Allah
Kedua, semua kata ‘YHWH’ dalam Perjanjian Lama diterjemahkan dengan menggantinya

dengan kata Yunani “Kyrios”. Penggantian kata ini juga ditemui dari kutipan “Shema Israel”

oleh Yesus dalam text Yunani dari Injil Markus. Dengan demikian, baik di dalam Septuaginta

dan Injil Markus, “Shema Israel” ditulis sebagai berikut :

“Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan (Kyrios) itu Allah kita, Tuhan (Kyrios) itu esa!”
(Ulangan 6:4, LXX; Markus 12:29)

Di 1 Korintus 8:6 rasul Paulus telah menggunakan semua kata-kata monotheistik dari

“Shema Israel” dalam penulisan formula monotheisme Kristologisnya, tetapi dengan

menyusun ulang dengan mengkaitkan “satu Allah” untuk Bapa, dan “satu Tuhan” untuk

Yesus Kristus. Dengan demikian, Paulus telah mengidentifikasi Yesus Kristus adalah YHWH

dalam “Shema Israel”, sehingga seolah-olah berarti sekarang ada dua YHWH, Allah Bapa

dan Tuhan Yesus Kristus, sedang menurut “Shema Israel” – YHWH itu esa.

Memang jika penyataan Paulus itu dipahami sebagai penambahan pribadi Yesus

Kristus sebagai “satu Tuhan”, yang adalah YHWH dalam “Shema Israel”, kepada “satu

Allah”, yakni Bapa, yang juga adalah pribadi YHWH yang sama, maka dalam pandangan

monotheisme Yahudi, Paulus akan dilihat telah mengajarkan ditheisme/bitheisme dan bukan

lagi monotheisme. Tentunya hal ini bertentangan dengan argumentasinya sendiri yang

menentang adanya “banyak Allah” dan banyak “tuhan” di ayat 5.

Rasul Paulus dalam penyataan monotheisme Kristologisnya itu juga tidak bermaksud

untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus sebagai YHWH adalah identik dengan Allah Bapa

itu sendiri yang, menurut iman monotheistiknya sebagai seorang Yahudi, juga dikenal

sebagai YHWH, Allah yang esa. Justru “pemisahan” Shema Israel dengan mengenakan
“Allah” untuk Bapa dan “Tuhan” untuk Yesus Kristus telah menunjukkan bahwa Paulus telah

memberi gambaran yang tegas tentang adanya perbedaan yang jelas antara Yesus dan

BapaNya, sedang nama YHWH yang berkaitan dengan gelar “Kyrios” untuk Yesus Kristus,

selain secara eksplisit telah menyatakan keilahian Kristus sepenuhnya, juga menunjukkan

kesatuanNya dengan Allah Bapa sebagaimana yang dinyatakanNya sendiri bahwa Ia dan

Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).

Identitas ketuhanan Yesus Kristus bagi Paulus berarti Yesus adalah Penguasa dan

sekaligus adalah Pencipta seperti yang diungkapkannya bahwa “olehNya segala sesuatu telah

dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”. Ungkapan ini menyatukan identitas Yesus dalam

penciptaan segala sesuatu secara kosmologis dengan identitas Allah Bapa “yang dari

padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup”, dan juga sekaligus

memperjelas perbedaan di antara keduanya. Kata Yunani untuk “oleh” dan “karena” adalah

“di’”12, lebih tepat diterjemahkan “melalui”. Dengan demikian Paulus telah menyatakan

bahwa Bapa adalah sumber dan tujuan dari segala sesuatu, dimana segala sesuatu berasal

“dari” Dia dan “untuk” Dia, sedangkan Yesus adalah “perantara” yang berada di tengah

antara sumber dan tujuan dari segala sesuatu itu, dimana “melalui” Kristus segala sesuatu

dijadikan dan hidup. Paulus bukan menambahkan pribadi Yesus Kristus sebagai “Allah lain”

ke dalam iman monotheistik Yahudi, tapi ia telah mengungkapkan identitas keilahian Yesus

Kristus di dalam pribadi YHWH, Allah yang esa, BapaNya. Iman monotheistik Kristiani

yang dinyatakan oleh rasul Paulus sama sekali tidak bergeser dari “Shema Israel”, bahkan ia

meneguhkan iman monotheistik mutlak Yahudi itu di dalam iman monotheistik Kristiani,

bahwa “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus”.
3. Filipi 2:6-11

Tulisan lain dari rasul Paulus yang menyatakan keilahian Yesus ada di dalam suratnya

kepada jemaat di Filipi :

“6 [Kristus Yesus] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap


kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diriNya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepadaNya nama di atas segala nama.”
10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11 dan segala lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan, “bagi kemulian
Allah, Bapa!
(Filipi 2:6-11)

Dalam Filipi 2:6-11 dari suratnya itu, rasul Paulus menuliskan sekaligus tentang

praeksistensi, keilahian, inkarnasi, dan ketuhanan Yesus Kristus.

1. Praeksistensi dan Keilahian Kristus

“6 [Kristus Yesus] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap


kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(Filipi 2:6)

Bagi Paulus, Yesus dalam “rupa” Allah tidaklah sama dengan Adam yang diciptakan

menurut “gambar dan rupa” Allah dalam Kejadian 1:26-27. Kata Yunani “rupa” yang

digunakan dalam Filipi 2:6 adalah “morphen” 13 yang mempunyai arti “bentuk” atau “wujud”

sebagaimana kata “form” dalam terjemahan Alkitab KJV. Sedangkan dalam Kejadian 1:26,

kata Ibrani yang dipakai adalah “tzlm”14 untuk “gambar”, dan “dmuth”15 yang diterjemahkan
“rupa” dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya kata “dmuth” lebih tepat berarti “keserupaan”,

“kemiripan”, atau “kesamaan”, sebagaimana Alkitab bahasa Inggris menterjemahkannya

dengan “likeness”. Jadi terjemahan Kejadian 1:26 yang lebih tepat adalah : Berfirmanlah

Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan keserupaan/ kemiripan

Kita,..” Jadi, memiliki "gambar" dan "keserupaan" Allah berarti, dalam istilah yang paling

sederhana, bahwa manusia diciptakan menyerupai Allah, mirip dengan Dia menurut “rupa

(morphe)” atau “gambar/ tzlm” Allah yang adalah Kristus. Dengan demikian, dengan

mengungkapkan Yesus dalam “rupa/morphe” Allah sebenarnya rasul Paulus menunjuk pada

praeksistensi Kristus sebagai “Gambar “ atau “tzlm” Allah yang menurutNya manusia

diciptakan, dan mempunyai makna yang paralel dengan “Gambar Wujud” Allah yang ditulis

oleh penulis surat Ibrani (jika bukan Paulus) (Ibrani 1:3).

Kata “Gambar” di dalam Alkitab mempunyai makna teologis ”anak”. Musa

melanjutkan penjelasannya tentang “gambar dan rupa” dalam pasal 5 Kejadian, di mana ia

menuliskan bahwa Adam “memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya,

lalu memberi nama Set kepadanya.” (Kejadian 5:3). Adam sendiri yang diciptakan menurut

gambar dan keserupaan Allah, oleh Lukas disebut sebagai “anak Allah” (Lukas 3:38). Paulus

dalam Kolose 1:15 juga menuliskan praeksistensi Kristus sebagai “gambar Allah yang tidak

kelihatan” adalah yang sulung, lebih utama dari dari segala yang diciptakan.” Kata Yunani

untuk “sulung” adalah prototokos16 atau firstborn dalam KJV, yang berarti “yang pertama

lahir”. Kata ini terkait secara sebanding dengan kata “monogenes”17 - artinya “satu-satunya

yang dilahirkan”, yang digunakan rasul Yohanes untuk menyatakan Yesus sebagai Anak

Tunggal Allah dalam Injil yang ditulisnya (Yohanes 1:14,18; 3:16,18). Yohanes juga

mengidentikkan identitas praeksitensi Kristus sebagai Anak Tunggal Allah tersebut dengan

“Firman” (Logos) yang dinyatakannya adalah Allah (Yohanes 1:1). Paulus juga melakukan
hal yang sama di dalam suratnya kepada orang-orang percaya di Roma, dimana ia

menyatakan keilahian Yesus Kristus secara eksplisit. Dalam rupa Allah, Yesus Kristus setara

dengan Allah. Ia “ada di atas segala sesuatu”, sebab “Ia adalah Allah yang harus dipuji

sampai selama-lamanya. Amin!”. (Roma 9:5).

2. Inkarnasi Kristus

7 melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa


seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diriNya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
(Filipi 2: 7-8)

Hanya kasih Allah (Yohanes 3:16) dan kerendahan hati Kristus semata-mata yang

menjadi penyebab inkarnasi Kristus lahir ke dunia menjadi manusia untuk menjalankan karya

penebusanNya dengan mengorbankan diriNya mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan

seluruh umat manusia yang berdosa. Dalam natur manusia sepenuhnya untuk melaksanakan

misi penyelamatan itu, Kristus telah mengambil rupa “seorang hamba” (Filipi 2:7-8). Paulus

menuliskan perendahan diri Kristus tersebut adalah dalam konteks penggenapan nubuat nabi

Yesaya tentang “hamba YHWH yang menderita” dalam Yesaya 52:13-53:1-12.18

3. Ketuhanan Yesus Kristus

9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan


kepadaNya nama di atas segala nama.”
10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11 dan segala lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,“ bagi kemulian
Allah, Bapa!
(Filipi 2: 9-11)
Filipi 2 : 9 adalah penggenapan dari Yesaya 52 : 13 19, dimana dituliskan hamba YHWH

yang menderita itu ditinggikan setelah Ia mengalami penderitaan yang dahsyat untuk

menanggung dosa banyak orang :

“Sesungguhnya, hambaKu akan


berhasil,
ia akan ditinggikan,
disanjung dan dimuliakan.”
(Yesaya 52 : 13)

Kepada Kristus, Allah mengaruniakan nama di atas segala nama, lebih tinggi dari

segala nama yang ada. Dalam bahasa Ibrani nama “Yesus” adalah “Yehshua”,yang berarti

“YHWH Penyelamat”. Nama itu bukan hanya sekedar sebuah pemberian saja dari Allah

Bapa, tetapi rasul Paulus selanjutnya menyingkapkan bahwa Kristus adalah YHWH itu

sendiri. Pengakuan dan deklarasi universal akan ketuhanan Yesus yang ditulis dalam Filipi 2 :

10-11 adalah kutipan Paulus dari Yesaya 45:22-2420, di mana identitas Yesus yang adalah

“Tuhan/Kyrios” secara paralel merujuk pada YHWH dalam ayat 24 dari Yesaya 45 :

“22 [...]
Sebab Akulah Allah dan tidak
ada yang lain.
23 [...]
dan semua orang akan bertekuk
lutut di hadapanKu,
dan akan bersumpah setia
dalam segala lidah (bahasa),
24 sambil berkata: Keadilan dan
kekuatan
hanya ada di dalam YHWH
[...]”
(Yesaya 45:22-24)
Kitab Yesaya adalah salah satu kitab yang mencerminkan monotheistime mutlak dari

iman Yahudi yang dipegang teguh oleh rasul Paulus. Dalam pasal 45 yang dikutip oleh

Paulus, tertulis berulang kali bahwa YHWH adalah satu-satunya Allah dan tidak ada yang

lain - Yesaya 45 : 5, 6, 14, 18, 21 dan 22. Frase “bagi kemulian Allah, Bapa!” dalam Filipi

2:11 menunjukkan bahwa Paulus kembali membedakan “Allah” dalam kitab nabi Yesaya

untuk dirujuk kepada Bapa, dengan “YHWH”, yang dalam terjemahan Septuaginta diganti

dengan “Kyrios/Tuhan”, untuk dikenakan kepada Kristus, seperti yang ia lakukan dalam 1

Korintus 8:6 dan surat-suratnya yang lain. Menyatakan Yesus adalah Tuhan, berarti

menyatakan bahwa Yesus adalah YHWH. Sekali lagi hal ini bukan berarti bahwa Paulus

telah memperkenalkan Allah lain di samping Bapa yang adalah Allah yang esa. Tetapi

dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan/YHWH bagi kemulian Allah Bapa, Paulus

justru memperteguh keilahian Yesus yang ada di dalam satu pribadi Allah Bapa, yaitu,

YHWH, Allah yang esa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam seluruh tulisannya, secara

konsisten rasul Paulus tetap berpegang teguh pada “Shema Israel” yang menyatakan hanya

ada satu Allah saja, yakni YHWH. Nama “Yesus”, yang berarti “YHWH yang

menyelamatkan”, dan kesetaraanNya dengan Bapa, Allah yang esa, bukan menjadi milik

Kristus yang didapatNya karena Ia telah ditinggikan oleh BapaNya setelah Ia dengan taat

menderita dan mengalami kehinaan dalam menyelesaikan karya keselamatanNya di atas kayu

salib. Semua kemuliaan yang dimilikiNya adalah karena Yesus Kristus adalah YHWH, Allah

Israel, Tuhan semesta alam, satu, tapi bukan sama, dalam pribadi Bapa, satu-satunya Allah

yang benar (Yohanes 17:3), Allah yang esa.


IV. YESUS KRISTUS SEBAGAI YHWH DALAM 1 & 2 TESALONIKA

A. Latar Belakang Penulisan 1 & 2 Tesalonika

Narasi yang ditulis oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 17 dan 18 dapat memberi

gambaran tentang latar belakang penulisan surat 1 Tesalonika oleh rasul Paulus. 21 Lukas

menuliskan riwayat Paulus ketika ia bersama Silas memberitakan Injil Yesus Kristus di

Tesalonika dalam perjalanan misinya yang kedua (Kisah Para Rasul 17:1-9). Mereka

berdua tidak lama berada di kota itu karena terjadi keributan oleh orang-orang Yahudi

yang menjadi iri melihat banyaknya orang yang menjadi percaya dan bergabung dengan

Paulus dan Silas. Keduanya dipaksa untuk meninggalkan Tesalonika malam itu juga dan

melanjutkan perjalanan mereka ke beberapa kota untuk membertitakan Injil (Kisah Para

Rasul 17:10-34). Paulus akhirnya tiba di Korintus dan tinggal selama satu tahun enam

bulan di sana (Kisah Para Rasul 18:1-17).

Kesusahan-kesusahan dan penderitaan yang dialami oleh jemaat di Tesalonika telah

membuat Paulus beberapa kali berusaha untuk datang menjenguk mereka, namun Iblis selalu

mencegahnya. (1 Tesalonika 2:14-18). Paulus kemudian mengirim Timotius ke Tesalonika

untuk menguatkan hati mereka dan supaya ia tahu tentang iman mereka (1 Tesalonika 3:1-5).

Timotius kembali dengan kabar yang menggembirakan dan menghibur hati Paulus tentang

iman dan kasih jemaat di Tesalonika yang selalu dibawa dalam doanya (1 Tesalonika 3: 6-

10).

Akan tetapi, ada beberapa hal dari jemaat di Tesalonika yang menurut Paulus tidak

berjalan sebagaimana semestinya sehingga ia harus menulis dan mengirimkan surat kepada
mereka. Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika itu kurang lebih

tahun 50 Masehi22, saat ia tinggal di Korintus, empat hingga enam bulan setelah

pelayanannya di Tesalonika. Ia memberi nasehat dan peringatan agar supaya orang-orang

percaya di Tesalonika selalu hidup dalam kekudusan (1 Tesalonika 4 : 1-12). Selanjutnya

Paulus menambahkan penjelasan tentang keberadaan orang-orang percaya yang telah

meninggal dunia dalam kaitannya dengan kebangkitan dan pengangkatan orang-orang kudus

yang masih hidup pada saat kedatangan Tuhan di hari terakhir nanti (1 Tesalonika 4 : 13-18).

Paulus kemudian mendorong para jemaat di Tesalonika untuk senantiasa berjaga-jaga dalam

penantian mereka akan datangnya hari Tuhan yang datang seperti pencuri pada malam hari

supaya, agar supaya roh, jiwa, dan tubuh mereka terpelihara dengan sempurna dengan tak

bercacat pada hari kedatangan Tuhan Yesus Kristus (1 Tesalonika 5 : 1-28).

Tidak lama setelah suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika itu dikirim,

Paulus menerima kabar terjadinya kebingungan dan kegelisahan pada orang-orang percaya di

kota tersebut sebagai akibat dari beredarnya pemberitaan yang dikatakan berasal dari Paulus,

bahwa seolah-olah hari Tuhan telah tiba (2 Tesalonika 2 : 1-2). Segera ditulisnyalah suratnya

yang kedua kepada orang-orang percaya di Tesalonika untuk menenangkan kekacauan yang

terjadi dan memperjelas ajaran-ajaran yang benar untuk dipegang teguh oleh mereka (2

Tesalonika 2 : 15). Paulus juga memberi nasehat-nasehat lainnya dalam suratnya yang kedua

itu yang ditulis antara akhir tahun 50 atau permulaan tahun 51 Masehi 23, kurang lebih satu

tahun setelah ia menulis suratnya yang pertama yang ditujukan kepada jemaat yang sama di

Tesalonika.
B. Ketuhanan Yesus Kristus Dalam Surat 1 & 2 Tesalonika

1. Tesalonika 3:13 : Kedatangan Tuhan Yesus Kristus Dengan Semua Orang KudusNya

1 Tesalonika 3 : 11-13 adalah doa Paulus yang ditempatkan antara pendahuluan yang

panjang dari suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika dan nasehat-nasehatnya

tentang hidup kudus (1 Tesalonika 4:1-12). Doa tersebut dicantumkan setelah Paulus

menuliskan laporan Timotius yang menguatkan tentang iman orang-orang percaya di

Tesalonika (1 Tesalonika 3 : 6 ) dan ucapan syukur serta harapan akan pertemuannya kembali

muka dengan muka dengan mereka (ayat 8-10). Dalam doanya itu, ia menyebutkan Yesus,

sebagai “Tuhan kita” yang akan membuka jalan bagi Paulus untuk kembali dapat

mengunjungi mereka (ayat 11). Dalam ayat 12, ia mendoakan agar Tuhan menjadikan mereka

bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap

semua orang.

Terakhir, Paulus berdoa kiranya Allah Bapa menguatkan hati mereka supaya tak bercacat dan

kudus dihadapannNya pada waktu kedatangan Kristus kedua kalinya nanti (ayat 13).

Khusus frase terakhir dari 1 Tesalonika 3 : 13 adalah bagian dari surat rasul Paulus

dimana untuk pertama kalinya ia mengutip frase text Ibrani, Zakharia 14:5, 24
dan

menggunakan “Kyrios / Tuhan” pada Yesus sebagai pengganti ‘YHWH” dalam teks Zakharia

yang dikutipnya :

1 Tesalonika 3 :13 : “...pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita,


dengan semua orang kudusNya.”
Zakharia 14:5 : “...Lalu YHWH, Allahku, akan datang,
dan semua orang kudus bersama-sama Dia.”

Dengan demikian, Paulus dengan jelas telah menyatakan identitas Kristus adalah

YHWH, Allah Israel, yang pada saat kedatanganNya yang pertama, kakiNya telah “berjejak

di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem sebelah Timur” (Zakharia 14:4). Secara

simbolik, Zakharia kemudian menubuatkan tentang Zaman Anugerah, dimana Gereja Kristus,

yang digambarkan sebagai Bukit Zaitun yang “akan terbelah dua dari timur ke barat...”, akan

bertumbuh kembang ke seluruh penjuru bumi hingga Injil Kerajaan Allah “diberitakan di

seluruh dunia manjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba

kesudahannya”(Matius 24 :14). “Kesudahannya” ini tentu yang dimaksud Paulus dengan

“waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 3 :13), dimana Yesus Kristus adalah

dalam teks Ibrani kitab nabi Zakharia adalah “YHWH, Allahku” yang “...akan datang, dan

semua orang kudus bersama-sama Dia” (Zakharia 14:5) untuk membawa kemenanganNya

yang terakhir atas seluruh bangsa-bangsa.

2. 1 Tesalonika 4:6 Yesus adalah YHWH Pembalas

Dalam menasehati jemaat di Tesalonika tentang kekudusan hidup pernikahan, Paulus

menghadirkan Tuhan sebagai pembalas untuk semua perbuatan yang salah yang dilakukan

oleh orang-orang percaya dalam keluarganya :

“dan dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak
baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya
ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.”
(1 Tesalonika 4:6)
Beberapa tempat dalam Kitab Suci Ibrani menunjukkan bahwa Tuhan yang dirujuk

oleh Paulus sebagai “pembalas”, tidak lain adalah YHWH, Allah Israel itu sendiri25 :

Mazmur 94:1 : “Ya Allah pembalas, ya YHWH,


ya Allah pembalas, tampillah!...”

Yeremia 51:56 : “...sebab YHWH adalah Allah pembalas,


Tentulah Ia akan mengadakan pembalasan!”

Nahum 1:2 : “YHWH itu Allah yang cemburu dan pembalas,


YHWH itu pembalas dan penuh kehangatan amarah,
YHWH itu pembalas kepada para lawanNya...”

Beberapa orang memahami “YHWH adalah Allah pembalas” dalam teks-teks Ibrani

tersebut sebagai Allah Bapa, dikarenakan penggunaan kata “Allah” yang, baik dalam

Perjanjian Baru maupun dalam teks-teks Perjanjian Lama, lebih ditujukan kepada Bapa. Juga

dalam konteks pembalasan yang berhubungan dengan penghakiman ilahi, Paulus menuliskan

tentang “takhta pengadilan Allah” dalam Roma 14:10. Namun dalam suratnya yang kedua

kepada jemaat di Korintus, Paulus menyatakan bahwa “kita semua harus menghadap takhta

pengadilan Kristus.” Terlebih dalam kehidupan rumah tangga orang-orang percaya, Paulus

menuliskan bahwa “Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah

laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” (1 Korintus 11:3). Jelas dalam hal ini Paulus

telah menempatkan Kristus sebagai Kepala dan Pemimpin dari setiap keluarga orang-orang

yang percaya. Maka yang dimaksud oleh Paulus sebagai “Tuhan adalah pembalas” dalam 1

Tesalonika 4:6 adalah Kristus. Ini berarti bahwa Paulus telah menyatakan bahwa Tuhan

Yesus Kristus adalah YHWH yang berkuasa untuk menghakimi dan membalas setiap orang

sesuai perbuatannya, bukan saja saat kedatanganNya yang kedua nanti di hari akhir, tetapi

juga dalam kehidupan di dunia sekarang ini.


3. 1 Tesalonika 5:2 : Hari YHWH

“Hari Tuhan (Kyrios)” adalah istilah yang ada di dalam Septuaginta, sebagai

terjemahan dari “Hari YHWH” yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama bahasa

Ibrani26. Beberapa di antaranya adalah :

Yehezkiel 30:3 : “Hari itu sudah dekat, hari YHWH sudah dekat, hari dengan awan
gelap; itu adalah saat bangsa-bangsa.”
Yesaya 13:6 : “Merataplah, sebab hari YHWH sudah dekat, datangnya sebagai
pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”
Yoel 1:15 : “Wahai, hari itu! Sungguh, hari YHWH sudah dekat, datangnya
sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”
Yoel 2:1-2 : ”Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunungKu yang kudus!
Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari YHWH datang,
sebab hari itu sudah dekat; suatu hari gelap gulita dan kelam kabut,
suatu hari berawan dan kelam pekat; ...”

Yoel 2:11 : “...Betapa hebat dan sangat dahsyat hari YHWH! Siapakah yang dapat
menahannya?”
Yoel 3:14 : “Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat
hari YHWH di lembah penentuan!”
Amos 5:18 : “Celakalah mereka yang menginginkan hari YHWH! Apakah gunanya
hari YHWH itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang!”
Amos 5: 20 : “Bukankah hari YHWH itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut
dan tidak bercahaya?”
Obaja 15 : “Sebab telah dekat hari YHWH menimpa segala bangsa. Seperti yang
engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu perbuatanmu
akan kembali menimpa kepalamu sendiri.”
Zefanya 1:7 : “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari YHWH sudah
dekat. Sungguh YHWH telah menyediakan perjamuan korban dan
telah menguduskan para undanganNya.”
Zefanya 1:14 : “Sudah dekat hari YHWH yang hebat itu, sudah dekat dan datang
dengan cepat sekali! Dengar, hari YHWH pahit, pahlawanpun akan
menangis.”
Para nabi dalam Perjanjian Lama menggambarkan hari YHWH sebagai satu masa

yang penuh kegelapan, kekelaman, penuh ketakutan dan kengerian. Pada hari itu, Allah

mencurahkan murkaNya dan mendatangkan pembalasan, penghukuman, dan pemusnahan

atas segala bangsa karena dosa-dosa dan kejahatan manusia di seluruh dunia.

Dalam 1 Tesalonika 5:2 (juga 2 Tesalonika 2:2), rasul Paulus menggunakan istilah

“hari Tuhan (Kyrios)”, sama seperti yang digunakan dalam Septuaginta sebagai terjemahan

dari “hari YHWH” dalam Perjanjian Lama:

“karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti
pencuri pada malam.”
(1 Tesalonika 5:2)

Paulus menggunakan istilah “hari Tuhan” tersebut untuk merujuk pada hari kedatangan

Kristus yang dijelaskannya pada pasal sebelumnya dari suratnya itu ( 1 Tesalonika 4:13-18).

Hal ini berarti Paulus kembali menyatakan bahwa Kristus adalah YHWH itu sendiri, yang

akan datang di hari YHWH seperti yang telah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh para nabi

terdahulu. Akan tetapi, kepada jemaat di Tesalonika Paulus menegaskan bahwa segala

penghukuman dan kebinasaan pada hari Tuhan yang diberitakan oleh nabi-nabi tersebut

hanya akan menimpa mereka yang hidup dalam kegelapan. Bagi semua orang-orang percaya

yang hidupnya senantiasa berjaga-jaga, kedatangan Kristus di hari Tuhan itu justru adalah

hari dimana mereka memperoleh keselamatan kekal oleh Tuhan Yesus Kristus (1 Tesalonika

5:3-11), karena Ia adalah YHWH yang menyelamatkan.

4. 2 Tesalonika 1:7-8 : Kedatangan Kristus Kedua Di Dalam Api Yang Menyala-


nyala
Konsistensi rasul Paulus dalam mendasarkan tulisannya pada teks-teks Kitab Suci

Ibrani (Perjanjian Lama) untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah YHWH yang akan

datang pada hari Tuhan tetap terbukti dalam suratnya yang kedua yang ditujukan kepada

jemaat di Tesalonika. Jika dalam suratnya yang pertama, ia telah menyingkapkan bahwa

Tuhan Yesus akan turun dari sorga (1 Tesalonika 4:16) bersama “dengan semua orang

kudusNya” (1 Tesalonika 3:13) yang dikutipnya dari Zakharia 14:5, maka dalam suratnya

yang kedua ini ia memberikan gambaran tentang kedatangan Kristus dalam 2 Tesalonika 1:7

sebagai gema dari Yesaya 66:15:

2 Tesalonika 1:7 : “...pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya
bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di
dalam api yang menyala-nyala,”

Yesaya 66:15 : “...YHWH akan datang dengan api, dan kereta-keretaNya akan
seperti puting beliung, untuk melampiaskan murkaNya dengan
kepanasan dan hardiknya dengan nyala api.”

Sulitlah bagi seseorang untuk dapat menyangkal bahwa “YHWH” dalam Yesaya 66:15

adalah “Tuhan Yesus” di dalam 2 Tesalonika 1:7. Terlebih Paulus selanjutnya menegaskan

kembali identitas Yesus pada saat kedatanganNya nanti sebagai “YHWH pembalas”

sebagaimana telah dijelaskannya dalam surat sebelumnya (1 Tesalonika 4:6) :

“dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah
dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita.”
(2 Tesalonika 1:8).

V. RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Selain dari penulis surat Ibrani (jika penulisnya ternyata bukan Paulus), dibandingkan

dengan para penulis Perjanjian Baru lainnya, Paulus adalah orang yang paling ahli dalam hal
pemahaman Kitab Suci orang-orang Yahudi pada zamannya pada masa Bait Suci Kedua,

yang akhirnya sekarang juga telah menjadi Alkitab Kristen Perjanjian Lama. Dalam beberapa

suratnya, Paulus sendiri menyatakan identitasnya sebagai seorang Yahudi asli keturunan

Abraham dari suku Benyamin (Roma 11:1, 2 Korintus 11:22). Lukas mencatat latar belakang

Paulus bahwa ia lahir di Tarsus di tanah Kilikia dan dibesarkan di Yerusalem dimana ia

dididik di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang (Kisah Para Rasul 22:3).

Kepada orang-orang percaya di Filipi, Paulus mengaku bahwa tentang pendirian hukum

Taurat ia adalah seorang Farisi yang sangat keras menentang dan menganiaya para pengikut

Kristus (Filipi 3:5-6) hingga dalam perjalanan menuju Damsyik, ia berjumpa dengan Tuhan

sendiri dan mengalami pertobatan. Selanjutnya, semua riwayat dan pelayanan rasul Paulus

telah ditulis oleh Lukas dalam Kitab Kisah Para Rasul dan menempati kurang lebih dua per

tiga dari kitabnya yang kedua itu.

Tidaklah diragukan bahwa peranan Paulus sangat penting dalam pekabaran Injil Yesus

Kristus dan dalam pendirian serta pertumbuhan gereja Kristus di awal abad pertama.

Pelayanan Paulus tetap bergema hingga hari ini melalui tiga belas surat-suratnya yang

menjadi seperempat bagian kanonik dari Alkitab Kristen Perjanjian Baru. Jika tulisan Lukas

tentang Paulus di Kitab Para Rasul juga diikutsertakan, maka sepertiga dari seluruh

Perjanjian Baru berhubungan dengan figur rasul Kristus yang sebelumnya hendak

membinasakan para pengikut Kristus ini.

Walaupun Paulus telah menjadi rasul yang diutus untuk bangsa-bangsa non Yahudi, ia

tetap berpegang teguh pada iman monotheisme Yahudi. Terkhusus tentang identitas keilahian

Yesus Kristus, dalam seluruh surat-suratnya Paulus secara eksplisit menyingkapkan bahwa,
selain membuktikan bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan oleh Allah

Israel, Yesus yang dinyatakan Paulus dan rasul-rasul lainnya sebagai Kyrios atau Tuhan,

tidak lain adalah YHWH, Tuhan dan Allah Israel itu sendiri. Hal ini dilakukan Paulus

bukannya tanpa dasar yang valid. Dalam surat-suratnya ia selalu merujuk dengan mengutip

teks-teks Kitab Suci Ibrani dalam menjelaskan identitas ketuhanan Kristus. Kepada jemaat di

Roma, Paulus secara soteriologis mengidentikkan Yesus, yang dimaksud dalam Roma 10:19-

13 sebagai “Kyrios” atau “Tuhan”, dengan YHWH dalam teks Yoel 2:32 yang dikutipnya. Ia

juga mendasari penyataan monotheisme kristologisnya dalam 1 Korintus 8:6 dengan menulis

ulang struktur dari “Shema Israel”, di mana secara spesifik ia merujuk “satu Allah” kepada

Bapa, dan “satu Tuhan” kepada Yesus Kristus. Dalam Filipi 2:6-11 dari suratnya kepada

orang-orang percaya di Filipi, rasul Paulus menuliskan sekaligus tentang praeksistensi,

keilahian, inkarnasi, dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan merujuk pada teks dari Yesaya

45:22-24 Paulus telah menunjukkan bahwa kesetaraan Yesus Kristus dengan Bapa, Allah

yang esa, bukan menjadi milik Kristus yang didapatNya karena Ia telah ditinggikan oleh

BapaNya setelah Ia, dengan taat, menderita dan mengalami kehinaan dalam menyelesaikan

karya keselamatanNya di atas kayu salib. Semua kemuliaan yang dimilikiNya adalah karena

Yesus Kristus adalah YHWH, Allah Israel, Tuhan semesta alam, satu, tapi bukan sama,

dalam pribadi Bapa, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3), Allah yang esa. Dalam

seluruh surat-suratnya, Paulus telah menyatakan keilahian dan ketuhanan Yesus adalah

YHWH, tanpa bergeser dari iman monotheisme Yahudi yang berdasarkan pada Ulangan 6:4 :

“Dengarlah, hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa!”

Dalam kedua surat-suratnya kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus dengan

konsisten membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah YHWH yang akan datang kedua kalinya

di hari Tuhan (1 Tesalonika 5:2), yakni hari penghakiman terakhir, bersama-sama dengan
semua orang kudusNya (1 Tesalonika 3:13), sesuai yang dinubuatkan oleh para nabi dalam

Perjanjian Lama (Zakharia 14:5). Dengan merujuk pada Yesaya 66 : 15, Paulus lebih lanjut

menyatakan bahwa Tuhan Yesus akan turun dari sorga “bersama-sama dengan malaikat-

malaikatNya, dalam kuasaNya, di dalam api yang menyala-nyala,” (2 Tesalonika 1:7). Ia

adalah “YHWH pembalas” (1 Tesalonika 4:6) yang akan membawa penghukuman dan

kebinasaan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan yang menentang kebenaran dari

Injil Keselamatan dalam Yesus Kristus, Tuhan (2 Tesalonika 1:8). Namun bagi orang-orang

yang percaya dan hidup dalam kebenaranNya, hari kedatangan Kristus adalah hari di mana

mereka akan memperoleh keselamatan dan hidup kekal selama-lamanya bersama-sama

dengan Yesus Kristus, satu-satunya Tuhan dan Juruselamat bagi semua umat manusia di

seluruh dunia.

(1 Tesalonika 5:4-10).

Rasul Paulus sendiri, yang dahulu adalah penentang Kristus, bahkan seorang

penganiaya yang kejam terhadap para pengikutNya, tampak jelas dari seluruh surat-surat

yang ditulisnya bahwa ia telah mendapat jawaban dari pertanyaannya ketika Kristus

menjumpainya dalam perjalanan ke Damsyik :”Siapakah engkau, Tuan?...”(Kisah Para Rasul

9:5). Ia kini telah mengenal identitas ilahi dari Kristus yang sebenarnya. Setiap kata

“Tuhan/Kyrios” untuk Yesus Kristus yang digunakan oleh Paulus dalam seluruh surat-

suratnya menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah YHWH, Allah Israel, Tuhan

semesta alam.
REFERENSI

1. Wikipedia, Second Temple Judaism


http://en.m.wikipedia.org/wiki/Second_Temple_Judaisme

2. David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,
1991), 192.

3. Wikipedia, Second Temple Judaism.

4. Williston Walker, A History Of The Christian Church ( New York, Charles Scribner's
Sons, 1921), 25

5. Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume I: Apostolic Christianity. A.D.1-
100, (CCEL, 2002), 55

6. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005), 354.

7. James D. Smith III, Boundary Breaker : Paul Of Tarsus (Des Moines, IA, USA,
Christian History, Issue 47, 2019 ), 8

8. Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume I, 183.

9. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed., 375.

10. STRONGS NT 2962; THAYER'S GREEK LEXICON.

11. Richard Bauckam, Paul's Christology of Divine Identity, 8.


http://www.ntslibrary.com

12. STRONGS NT 1223; THAYER'S GREEK LEXICON.

13. STRONGS NT 3444; THAYER'S GREEK LEXICON.

14. https://biblehub.com/interlinear/genesis/1-26.htm

15. Ibid.
16. STRONGS NT 4416; THAYER'S GREEK LEXICON.

17. STRONGS NT 3439; THAYER'S GREEK LEXICON.

18. Richard Bauckam, Paul's Christology of Divine Identity, 14.

19. Ibid.

20. Gordon D. Fee, Pauline Christology: An Exegetical-Theological Study (Peabody,


Massachusetts, USA, Hendrickson Publishers, Inc, 2007), 394.

21. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005), 542.

22. Ibid., 543.

23. Ibid., 544.

24. Gordon D. Fee, Pauline Christology: An Exegetical-Theological Study.43.

25. Ibid., 47.

26. Ibid., 44.

27. Ibid., 58.

DAFTAR PUSTAKA :

Carson. D. A. and Moo. Douglas J., An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005).

Fee, Gordon D. , Pauline Christology: An Exegetical-Theological Study (Peabody,


Massachusetts, USA, Hendrickson Publishers, Inc, 2007)
Hinson, David F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,
1991).
Schaff, Philip, History of the Christian Church, Volume I: Apostolic Christianity. A.D.1-
100, (CCEL, 2002).

Smith, James D. III, Boundary Breaker : Paul Of Tarsus (Des Moines, IA, USA, Christian
History, Issue 47, 2019 ).
Walker, Williston, A History Of The Christian Church, ( New York, Charles Scribner's
Sons, 1921).
E-Papers :
Bauckam, Richard, Paul's Christology of Divine Identity.
http://www.ntslibrary.com

Wikipedia :

Wikipedia, Second Temple Judaism,


http://en.m.wikipedia.org/wiki/Second_Temple_Judaisme

e-Bible :

Interlinear Hebrew Bible. https://biblehub.com/interlinear/genesis/1-26.htm

Bible Dictionary :

Bible STRONGS; THAYER'S GREEK LEXICON, Electronic Database. Biblesoft, Inc.;


BibleSoft.com.

Anda mungkin juga menyukai