DALAM
SURAT-SURAT RASUL PAULUS
Dosen Pembimbing:
Dr. Naek Sijabat, DBS.
Ditulis Oleh:
Nyono Selamet
Maret 2021
Ratusan tahun sebelum masa kehidupan rasul Paulus, umat Yahudi benar-benar telah
menguduskan Yahweh (YHWH) dari semua ilah-ilah lain. Sejak masa pembuangan
Babilonia, orang-orang Yahudi telah kembali pada iman monotheistik yang murni. Mereka
hanya mengakui dan menyembah satu Allah saja dan menjauhkan diri dari berhala-berhala
manapun (Keluaran 20:1-6). Masa ini disebut sebagai “the Second Temple Period” atau
“Periode Bait Suci Kedua” yang berlangsung dari tahun 515 SM sampai dengan tahun 70
Masehi.1 Dalam sejarah bangsa Yahudi, Bait Suci pertama yang dibangun oleh Raja Salomo,
dihancurkan oleh Nebukadnezar, Raja Babilonia, pada tahun 587, dan orang-orang Kerajaan
Yehuda ditawan dan dibuang ke Babilonia selama 70 tahun lamanya.2 Bait Suci kedua di
Yerusalem dibangun kembali antara tahun 520-515 SM, 3 setelah mereka dipulangkan dari
pembuangan di Babilonia pada tahun 538 SM oleh Koresy (Koresh, Ezra 1:1), Raja Persia.
Bait Suci itu dihancurkan sekali lagi oleh orang-orang Romawi pada tahun 70 Masehi.4
Menjelang abad pertama Masehi, orang-orang Yahudi yang berada di Yudea tetap
berpegang teguh pada iman monotheistik dan menolak untuk beribadah kepada segala macam
ilah selain YHWH, Allah Abraham, Iskhak, dan Yakub, nenek moyang mereka. Kenyataan
ini telah mengakibatkan orang-orang Yahudi itu menjadi bangsa ekslusif yang memisahkan
diri dari pergaulan dengan orang-orang non-Yahudi yang memuja dewa-dewi pagan di dunia
Greko-Romawi saat itu.5 Yudaisme Bait Allah Kedua pada abad pertama Masehi meyakini
bahwa YHWH mereka adalah satu-satunya Allah yang benar, yang menciptakan segala
sesuatu selain diriNya. Hukum Torat Musa mereka jalankan dengan taat dan secara ketat, dan
dalam doa setiap harinya, mereka selalu mengucapkan “Shema Israel” yang tertulis dalam
Ulangan 6:4-5 :
“Dengarlah Israel : YHWH Allah kita, YHWH itu esa. Kasihilah YHWH
Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap kekuatanmu”.
Sezaman dengan Kristus ketika Ia berada di bumi pada awal abad pertama Masehi,
rasul Paulus hidup pada masa Bait Suci Kedua, bersamaan dengan Kekristenan yang baru
dilahirkan. Dalam surat-suratnya, berulang kali rasul Paulus menegaskan identitasnya bahwa
walaupun ia telah menjadi Kristen (baca : pengikut Yesus Kristus), ia tetap adalah seorang
Yahudi sejati. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyatakan dirinya adalah
“orang Isreal, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin” (Roma 11:1). Hal yang sama
diungkapkan Paulus kepada orang-orang di Korintus untuk menjawab para penentang yang
“Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang
Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga
keturunan Abraham!”
(2 Korintus 11:22)
mewaspadai dan tidak terpengaruh oleh “anjing-anjing”, yakni pekerja-pekerja yang jahat
dan penyunat-penyunat yang palsu (Filipi 3:2). Untuk meyakinkan mereka, Paulus secara
“disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang
Ibrani asli, tentang pendirian hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat”
(Filipi 3:5-6)
Kisah Para Rasul mencatat narasi pembelaan diri rasul Paulus ketika ia ditangkap di
“Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di
kota ini; didik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek
moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama
seperti kamu semua pada waktu ini.”
(Kisah Para Rasul 22:3)
Secara keseluruhan, dalam kitabnya yang kedua itu, Lukas menggambarkan Paulus
sebagai seorang Yahudi yang hidup dengan nyaman dengan dunia Greko-Romania pada abad
pertama Masehi. Paulus dilahirkan di Tarsus, kota yang cukup penting yang menjadi ibu kota
dari Kilikia, suatu propinsi Romawi yang berada di Syria Modern hari ini. 6 Paulus, yang
bernama Ibrani “Saulus”, berasal dari keluarga Farisi yang cukup kaya.7 Tarsus sendiri adalah
kota yang makmur dengan pelabuhannya yang terkenal dan menjadi pusat perdagangan yang
selalu rami dikunjungi orang-orang dari berbagai penjuru dunia pada zaman itu. Tarsus juga
dikenal sebagai salah satu kota pendidikan yang telah menghasilkan para filsuf dan orang-
orang yang terpelajar. Di lingkungan yang dinamis yang menjadi pusat perdagangan,
pendidikan, dan beragam budaya inilah Paulus melewatkan masa kecilnya. Hidup di dalam
Walaupun Paulus ada di tengah-tengah pengaruh budaya Yunani dan Romawi Paul, ia
tetap hidup sebagai seorang Farisi yang dikenal sangat ketat memegang teguh hukum Musa
yang tertulis maupun tradisi-tradisi Yahudi yang diwariskan turun menurun secara lisan.
Sejak usia muda ia telah mendapat pendidikan di sinagoge dari para guru dan rabi yang ahli
dalam menafsirkan Kitab Suci. Ia bahkan dibesarkan dan dididik oleh Gamaliel 9, salah satu
rabi yang terkenal pada zaman itu (Kisah Rasul 22:3). Pengetahuan dan keahlian Paulus di
bidang Kitab Suci Ibrani tentunya tidak perlu diragukan, dan, seperti yang ia nyatakan dalam
suratnya kepada jemaat di Filipi, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat ia tidak
“Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya
sengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat nenek
moyangku.”
(Galatia 1:13).
Sebagai seorang Farisi, bagi Paulus tentang keberadaan Allah yang esa tentunya tidak
lagi memerlukan pembuktian. Ia sangat setia pada iman monotheis yang diwariskan oleh
nenek-moyang bangsa Yahudi yang percaya hanya kepada satu pribadi Allah yang maha
kuasa, maha tahu, dan maha kasih, Pencipta dan Tuhan dari segala sesuatu yang ada, yang
keberadaanNya berbeda dan melampaui seluruh alam semesta yang diciptakanNya. “Shema
Israel” selalu diucapkanya setiap hari dalam doa-doanya; nama YHWH, Allah Israel, tidak
Lukas menuliskan penyataan Paulus bahwa ia adalah “seorang yang giat bekerja bagi
Allah” (Kisah Rasul 22 : 3). Bagi seorang Farisi seperti Paulus, makna dari ungkapan itu
bukan hanya menunjukkan ketaatannya secara pribadi kepada semua hukum Torat yang
tertulis dalam Kitab Suci Yahudi, tetapi juga menuntut ketaatan yang sama dari orang lain
seperti dirinya. Semangat radikal seperti ini tentunya membuat Paulus menjadi sangat tidak
toleran kepada setiap bentuk kepercayaan dan ajaran yang dianggap menyimpang dari hukum
dan tradisi yang telah dipegang turun menurun oleh orang-orang Yahudi sebangsanya. Hal
inilah yang menyebabkan Paulus menganiaya dan memenjarakan para pengikut Kristus
karena mereka dianggap telah melanggar hukum dan tradisi Yahudi yang berlaku saat itu.
Paulus merasa dibenarkan untuk melakukan kekerasan kepada orang-orang yang mengaku
dalam Kisah Para Rasul 8:3-4; 9:1-2, 22: 4-5; 26:10-12. Dituliskan bahwa Paulus bahkan
telah menghadap Imam Besar dan meminta surat untuk dibawa kepada majelis-majelis
Yahudi di Damsyik. Surat itu adalah surat kuasa yang memberi Paulus otoritas untuk
menangkap semua pengikut-pengikut Kristus yang ditemuinya di mana saja dan membawa
mereka ke Yerusalem.
Dalam surat-suratnya Paulus juga menyebutkan penganiayaan dan kekerasan yang telah ia
lakukan terhadap jemaat mula-mula (Galatia 1:13, 1 Korintus 15:9, Filipi 3:6).
Dalam perjalanan membawa surat kuasa kepada para pemimpin Yahudi di Damsyik,
Paulus ditemui oleh Kristus dalam kemulian dan keilahianNya. Sejak pertemuan itu, Paulus
berubah total dari seorang penentang iman Kristiani yang hendak dibinasakannya, menjadi
pengikut Kristus yang percaya sepenuhnya bahwa Yesus, orang Nazaret yang sebelumnya
dibencinya, adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan Allah dan yang telah ditunggu-tunggu
oleh orang-orang Yahudi. Selanjutnya, Paulus taat kepada panggilan Allah melalui
perjumpaan dengan Kristus itu. Allah telah memanggilnya untuk menjadi rasul yang
dari dunia Yahudi dan dunia non-Yahudi, yang mana keduanya telah dikenalnya sejak kecil.
(Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:6-11; 26:12-19; 1 Korintus 9:1; 15:8-11, Galatia 1:15-16 ).
III. GELAR “TUHAN ( KURIOS )” DARI YESUS KRISTUS
Salah satu dari perubahaan Paulus dari seorang Farisi penentang Kekristenan setelah
Kristus serta pengakuannya bahwa Yesus Kristus adalah “Tuhan/Tuan”. Dalam surat-
suratnya, kata “Tuhan”, atau “Kyrios” dalam bahasa Yunani, adalah gelar yang paling sering
dikenakan pada Kristus. Kata ini berarti “penguasa, majikan, pemilik, tuan”, seorang yang
mempunyai kendali atau penguasaan atas seseorang atau sesuatu.10 Bagi orang-orang yang
percaya, pengakuan seseorang bahwa “Yesus adalah Tuhan”, adalah tanda bahwa Roh Allah
ada di dalamnya (1 Korintus 12:3), dan dikenakannya “Kyrios/ Tuhan / Tuan” pada diri
Yesus dari Nazaret secara eksplisit telah menunjukkan keilahian Kristus yang telah bangkit
dari kematian. Namun bagi orang-orang non-Yahudi, “Kyrios/Tuan” belum cukup untuk
Yahudi yang telah percaya, gelar “Kyrios” adalah identik dengan gelar “Adonai” dalam
bahasa Ibrani, yang dikenakan pada YHWH, Allah Israel. Paulus adalah salah satunya seperti
yang tercermin dalam surat-suratnya yang merupakan bagian dari Alkitab Perjanjian Baru.
Kata “Kyrios” muncul pertama kali di surat Roma yang secara kanonik berada di urutan
pertama dari ketigabelas surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru. Dalam pembukaan
Kristus dalam kaitannya dengan gelar “Tuhan/Kyrios”, pembahasan akan difokuskan pada
1. Roma 10:9-13
2. 1 Korintus 8:6
3. Filipi 2:6-11,
Dalam ketiga bagian dari surat-suratnya itu, rasul Paul selalu merujuk pada teks-teks
Perjanjian Lama yang adalah “kitab-kitab suci” yang ditulis oleh para nabi Allah (Roma 1:2),
tentunya dengan pandangan yang sama-sekali berbeda dengan ketika ia belum mengalami
1. Romans 10:9-13
“9. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, makan kamu akan diselamatkan.
10. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang
mengaku dan diselamatkan.
11. Karena Kitab Suci berkata :”Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan.”
12. Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena,
Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang
berseru kepadaNya.
13. Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”
Roma 10 :13 adalah puncak penyataan rasul Paulus dalam Roma 10:1-13. Ia mengutip
text dari nabi Yoel (Yoel 2:32) 11 dengan menggunakan “Kurios” untuk menggantikan kata
“YHWH”, seperti yang ditemui di Septuaginta. Dalam bahasa Ibrani text Kitab Yoel yang
Yang juga perlu diperhatikan adalah ayat sebelumnya, Roma 10:12, dimana kata
“Allah” dalam text bahasa Yunani (dan juga bahsa Inggris cersi KJV) adalah “Kyrios”, dan
“...Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua
orang yang berseru kepadaNya.”
Dengan demikian, dapatlah dipastikan bahwa dalam seluruh pasal 10 : 9-13, “Kyrios”
atau “Tuhan” yang dimaksud oleh Paulus adalah Yesus Kristus, dan dengan merujuk pada
Yoel 2:32 dalam ayat 13, maka rasul Paulus secara positif telah mengidentikan Yesus dengan
YHWH, Tuhan dan Allah Israel. Hal ini juga berarti bahwa Paulus telah mengidentikkan
nama YHWH dalam Yoel 2:32 dengan nama Yesus, sebab “Yesus adalah Tuhan”(Roma
10:9), dan “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Roma
10:13). Secara soteriologis, rasul Paulus setuju dengan Petrus yang menyatakan bahwa :
“... keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan.”
(Kisah Para Rasul 4:12).
Lebih lanjut, hubungan kesatuan Yesus dengan Allah yang esa dapat dilihat dari relasi
antara Roma 10:12 dengan Roma 3:29-30, dimana dinyatakan hanya ada satu Allah saja
(Roma 3:30), dan Ia bukan hanya Allah orang Yahudi saja, melainkan juga Allah bangsa-
bangsa lain (Roma 3:29). Demikian juga dengan Yesus, “...Karena, Tuhan yang satu itu
adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya.” (Roma
10:12b), dengan sebelumnya ditegaskan bahwa : “Sebab tidak ada perbedaan antara orang
Dengan membandingkan kedua bagian dari surat Roma ini, terlihat jelas bahwa Paulus
tetap mendasarkan keselamatan semua orang dari segala bangsa, baik Yahudi maupun non-
Yahudi, pada iman monotheisme Yahudi dimana hanya percaya pada satu Allah saja, yaitu
YHWH. (Ulangan 6:4). Dalam Roma 3:29-30, Paulus secara eksplisit merujuk pada “Shema
Israel” sebagai dasar pernyataannya bahwa Allah yang satu itulah “yang akan membenarkan
baik orang-orang bersunat (orang-orang Yahudi) karena iman, maupun orang-orang yang
tidak bersunat (orang-orang Yahudi) juga karena iman.” Allah yang esa itu adalah YHWH
(Ulangan 6:4). Sedang dalam Roma 10:12-13, ia menuliskan bahwa “Tuhan yang satu itu
adalah Tuhan dari semua orang”, baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi, dan
“barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”. Berdasarkan Roma
10:9, “Tuhan yang satu” dimaksud adalah Yesus, yang ternyata adalah identik dengan
pribadi YHWH dalam Yoel 2:32 yang dikutip Paulus dalam Roma 10:13.
Adapun perbedaan antara Yesus sebagai Anak Allah dengan Allah Bapa ditulis dengan
jelas bahwa “Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9). Sekalipun
demikian, identifikasi nama YHWH dengan nama Yesus dan nama Allah, BapaNya tetap
memastikan bahwa bukan berarti ada dua Allah, melainkan tetap hanya ada satu Allah saja. Ia
sadar benar bahwa teks Yoel 2:32 yang dikutipnya itu ada dalam konteks iman monotheistik
“Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa
Aku ini, YHWH, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak
akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya”.
(Yoel 2:27)
Frase “dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya” dalam Yoel
2:27 mengulang bagian akhir dari ayat ke 26 sebelumnya. Frase ini terkait dengan Yesaya
“Karena Kitab Suci berkata :”Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan.”
(Roma 10:11)
Paralelisme antara tulisan teks-teka Yesaya dengan Yoel yang keduanya dikutip oleh
rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma itu, telah mempertegas fakta bahwa
ketuhanan Yesus Kristus, yang menunjukkan identitas keilahanNya sebagai YHWH, adalah
tetap dalam iman monotheistik yang tercermin dengan adanya kandungan “Shema Israel”
“... Aku ini, YHWH, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku
tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya”.
(Yoel 2:27)
Paulus telah menyatakan bahwa Tuhan dan Allah orang Kristen adalah YHWH, Allah
yang esa, sama dengan Tuhan dan Allah Israel, dan sama sekali tidak melanggar kedua
hukum pertama dari Dekalog. Identifikasi Yesus Kristus, yang telah dibangkitkan oleh Allah,
sebagai YHWH sedikitpun tidak menggeser iman monotheisme diwariskan oleh nenek-
moyang bangsa Ibrani, sekalipun rasul Paulus juga menunjukkan adanya perbedaan antara
Anak Allah yang dibangkitkan dengan Allah yang membangkitkanNya dari antara orang
mati, fakta yang telah menyelamatkan semua orang yang percaya dari kebinasaan kekal,
sekaligus memperteguh identitas keilahian Yesus Kristus dalam satu pribadi YHWH, Allah
2. 1 Korintus 8:6
Selain menurut urutan kanoniknya, 1 Korintus adalah surat kedua rasul Paulus yang
menuliskan keilahian Kristus secara eksplisit dalam kaitannya dengan gelar “Kyrios” atau
Tuhan/Tuan :
“namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya
berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu
Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia
kita hidup.”
(1 Korintus 8:6)
“makan daging persembahan berhala” (1 Korintus 8:4) dan partisipasi orang-orang percaya
“duduk makan di dalam kuil berhala” (8:10). Masalah ini menyentuh langsung pertentangan
antara tradisi monotheistik Yahudi yang setia hanya kepada satu-satunya Allah yang benar
dengan penyembahan politheistik orang-orang pagan. Tertulis dalam Taurat Musa yang
melarang keras umat Yahudi untuk ikut makan persembahan kepada berhala (Keluaran
34:15).
untuk tetap diperbolehkan mengikuti perjamuan dalam kuil-kuil berhala. Tulisan Paulus
mencerminkan alasan mereka tetap melakukan praktek agamawi tersebut. Mereka berbuat
demikian karena merasa memiliki “pengetahuan” bahwa “tidak ada berhala di dunia dan tidak
ada Allah lain dari pada Allah yang esa” (1 Korintus 8:4), dan karena mereka telah beroleh
keselamatan di dalam Kristus, mereka percaya telah bebas dari hukum Taurat yang ditaati
oleh orang-orang Yahudi. Juga masalah makan dan tidak makan bukanlah sesuatu yang
menentukan hubungan seseorang dengan Allah (ayat 8). Pengetahuan monotheistik dan
“kebebasan dalam Kristus” inilah yang membuat mereka tetap melakukan hal tersebut (ayat
9).
berhala tersebut, Paulus sepakat dengan iman dan pengetahuan monotheistik mereka, bahwa
“tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa”. Namun, menurut Paulus, pengetahuan tanpa
disertai kasih justru membuat orang menjadi sombong (1 Korintus 8:1). Bagi mereka yang
masih lemah hati nuraninya “ada banyak allah dan banyak tuhan” (1 Korintus 8:5). Hal ini
bukan berarti bahwa mereka tidak mengerti dan percaya bahwa Allah itu esa, hanya saja tidak
semua orang yang percaya memiliki pengetahuan yang benar tentang berhala. Dan juga
karena mereka lama terikat pada berhala-berhala sehingga masih percaya bahwa makan
daging itu sebagai daging persembahan berhala (1 Korintus 8:7). Orang-orang yang lemah ini
akan dikuatkan untuk kembali makan daging persembahan yang dianggap sebagai
duduk makan di kuil berhala. Oleh sebab itu, Paulus menegur keras orang-orang yang merasa
“mempunyai pengetahuan” itu agar kebebasan mereka tidak menjadi batu sandungan bagi
orang lain, karena perbuatan mereka itu dapat membinasakan orang-orang percaya yang tidak
berpengetahuan tentang berhala dan yang lemah hati nuraninya. (1 Korintus 8:9-11). Lebih
lanjut Paulus menyatakan bahwa esensi dari berhala adalah roh-roh jahat, persembahan
kepada berhala adalah persembahan kepada roh-roh jahat. Ini berarti bahwa mereka yang ikut
dalam perjamuan roh-roh jahat itu telah bersekutu dengan roh-roh jahat dan akan
persembahan berhala ini, Paulus kemudian memberi nasihat terakhir agar mereka semua
melakukan segala sesuatu itu untuk kemulian Allah, tidak menimbulkan syak dalam hati
semua orang, tetapi berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk
kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh
Dalam surat-surat yang ditulisnya, rasul Paulus sering mengutip teks-teks Perjanjian
Lama, termasuk suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus. Jemaat Korintus tidak asing
dengan riwayat bangsa Israel yang tercatat dalam Kitab Torat Musa yang digunakan Paulus
sebagai contoh dan peringatan bagi orang-orang percaya di zaman akhir (1 Korintus 10 : 1-
11). Dengan demikian, ketika di ayat 4 dari pasal 8 Paulus mengutip kembali apa yang ia
ajarkan kepada orang-orang percaya di sana tentang iman monotheistik bahwa “tidak ada
berhala di dunia dan tidak ada Allah lain pada Allah yang Esa”, tidak bisa tidak jelaslah
bahwa ia mendasarkan tulisannya itu pada “Shema Israel” yang tertulis dalam Ulangan 6:4:
“Dengarlah, hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa!
(Ulangan 6:4)
Ungkapan Paulus dalam 1 Korintus 8:4 tentang berhala sebagai allah-allah lain adalah
khas rumusan monotheistik Yahudi yang meyakini bahwa tidak ada Tuhan dan Allah lain
selain YHWH. Dengan menyertakan frase “di dunia”, Paulus menghubungkan iman orang-
orang percaya di Korintus kepada nasehat Musa kepada bangsa Israel bahwa “...YHWHlah
Allah, tidak ada yang lain kecuali dia.” (Ulangan 4:35), dan “...YHWHlah Allah yang di
langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain.” (Ulangan 4:39). Dengan kata lain,
secara implikatif, Allah yang esa bagi Paulus dan orang-orang percaya di Korintus adalah
YHWH. Hal ini berarti bahwa iman monotheistik Kristen adalah identik dengan iman
monotheistik Yahudi - percaya hanya kepada satu pribadi Allah dan Tuhan saja, yaitu
YHWH.
bahwa dalam politheisme pagan memang ada banyak “allah” dan banyak “tuhan”. Hal ini
bukan berarti bahwa Paulus mengakui eksistensi dari allah-allah dan tuhan-tuhan paganisme
Kristen yang unik seperti yang ditulisnya di ayat berikutnya. Tidak ada yang perubahan yang
hakiki di sini berkaitan dengan iman Paulus dan iman orang-orang percaya. Ia hanya
sebutan “allah-allah” sebagai persiapan untuk kontras yang lebih menyeluruh dengan
monotheisme dalam ayat 6, di mana Paulus menulisnya menurut struktur “Shema Israel”
Yahudi untuk menunjukkan bahwa orang-orang Kristen hanya percaya pada satu Allah dan
satu Tuhan saja. Paulus menulis formulasi monotheisme Kristiani tersebut secara terstruktur
dan dengan menginkorporasir pribadi Yesus Kristus ke dalam identitas ilahi dari pribadi
“namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup,
dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup.”
(1 Korintus 8:6)
Penyataan Paulus dalam ayat 6 dari 1 Korintus adalah gema dari “Shema Israel” dan
adalah penyataan monotheisme Kristologis yang eksplisit dimana Yesus Kristus ada dalam
definisi Yahudi tentang identitas unik dari satu pribadi Allah yang esa, yakni YHWH. Yang
selalu perlu diingat adalah bahwa dalam Septuaginta yang ditulis pada masa Bait Allah
Kedua, semua kata ‘YHWH’ dalam Perjanjian Lama diterjemahkan dengan menggantinya
dengan kata Yunani “Kyrios”. Penggantian kata ini juga ditemui dari kutipan “Shema Israel”
oleh Yesus dalam text Yunani dari Injil Markus. Dengan demikian, baik di dalam Septuaginta
“Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan (Kyrios) itu Allah kita, Tuhan (Kyrios) itu esa!”
(Ulangan 6:4, LXX; Markus 12:29)
Di 1 Korintus 8:6 rasul Paulus telah menggunakan semua kata-kata monotheistik dari
menyusun ulang dengan mengkaitkan “satu Allah” untuk Bapa, dan “satu Tuhan” untuk
Yesus Kristus. Dengan demikian, Paulus telah mengidentifikasi Yesus Kristus adalah YHWH
dalam “Shema Israel”, sehingga seolah-olah berarti sekarang ada dua YHWH, Allah Bapa
dan Tuhan Yesus Kristus, sedang menurut “Shema Israel” – YHWH itu esa.
Memang jika penyataan Paulus itu dipahami sebagai penambahan pribadi Yesus
Kristus sebagai “satu Tuhan”, yang adalah YHWH dalam “Shema Israel”, kepada “satu
Allah”, yakni Bapa, yang juga adalah pribadi YHWH yang sama, maka dalam pandangan
monotheisme Yahudi, Paulus akan dilihat telah mengajarkan ditheisme/bitheisme dan bukan
lagi monotheisme. Tentunya hal ini bertentangan dengan argumentasinya sendiri yang
untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus sebagai YHWH adalah identik dengan Allah Bapa
itu sendiri yang, menurut iman monotheistiknya sebagai seorang Yahudi, juga dikenal
sebagai YHWH, Allah yang esa. Justru “pemisahan” Shema Israel dengan mengenakan
“Allah” untuk Bapa dan “Tuhan” untuk Yesus Kristus telah menunjukkan bahwa Paulus telah
memberi gambaran yang tegas tentang adanya perbedaan yang jelas antara Yesus dan
BapaNya, sedang nama YHWH yang berkaitan dengan gelar “Kyrios” untuk Yesus Kristus,
selain secara eksplisit telah menyatakan keilahian Kristus sepenuhnya, juga menunjukkan
kesatuanNya dengan Allah Bapa sebagaimana yang dinyatakanNya sendiri bahwa Ia dan
Identitas ketuhanan Yesus Kristus bagi Paulus berarti Yesus adalah Penguasa dan
sekaligus adalah Pencipta seperti yang diungkapkannya bahwa “olehNya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”. Ungkapan ini menyatukan identitas Yesus dalam
penciptaan segala sesuatu secara kosmologis dengan identitas Allah Bapa “yang dari
padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup”, dan juga sekaligus
memperjelas perbedaan di antara keduanya. Kata Yunani untuk “oleh” dan “karena” adalah
“di’”12, lebih tepat diterjemahkan “melalui”. Dengan demikian Paulus telah menyatakan
bahwa Bapa adalah sumber dan tujuan dari segala sesuatu, dimana segala sesuatu berasal
“dari” Dia dan “untuk” Dia, sedangkan Yesus adalah “perantara” yang berada di tengah
antara sumber dan tujuan dari segala sesuatu itu, dimana “melalui” Kristus segala sesuatu
dijadikan dan hidup. Paulus bukan menambahkan pribadi Yesus Kristus sebagai “Allah lain”
ke dalam iman monotheistik Yahudi, tapi ia telah mengungkapkan identitas keilahian Yesus
Kristus di dalam pribadi YHWH, Allah yang esa, BapaNya. Iman monotheistik Kristiani
yang dinyatakan oleh rasul Paulus sama sekali tidak bergeser dari “Shema Israel”, bahkan ia
meneguhkan iman monotheistik mutlak Yahudi itu di dalam iman monotheistik Kristiani,
bahwa “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus”.
3. Filipi 2:6-11
Tulisan lain dari rasul Paulus yang menyatakan keilahian Yesus ada di dalam suratnya
Dalam Filipi 2:6-11 dari suratnya itu, rasul Paulus menuliskan sekaligus tentang
menurut “gambar dan rupa” Allah dalam Kejadian 1:26-27. Kata Yunani “rupa” yang
digunakan dalam Filipi 2:6 adalah “morphen” 13 yang mempunyai arti “bentuk” atau “wujud”
sebagaimana kata “form” dalam terjemahan Alkitab KJV. Sedangkan dalam Kejadian 1:26,
kata Ibrani yang dipakai adalah “tzlm”14 untuk “gambar”, dan “dmuth”15 yang diterjemahkan
“rupa” dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya kata “dmuth” lebih tepat berarti “keserupaan”,
dengan “likeness”. Jadi terjemahan Kejadian 1:26 yang lebih tepat adalah : Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan keserupaan/ kemiripan
Kita,..” Jadi, memiliki "gambar" dan "keserupaan" Allah berarti, dalam istilah yang paling
sederhana, bahwa manusia diciptakan menyerupai Allah, mirip dengan Dia menurut “rupa
(morphe)” atau “gambar/ tzlm” Allah yang adalah Kristus. Dengan demikian, dengan
mengungkapkan Yesus dalam “rupa/morphe” Allah sebenarnya rasul Paulus menunjuk pada
praeksistensi Kristus sebagai “Gambar “ atau “tzlm” Allah yang menurutNya manusia
diciptakan, dan mempunyai makna yang paralel dengan “Gambar Wujud” Allah yang ditulis
melanjutkan penjelasannya tentang “gambar dan rupa” dalam pasal 5 Kejadian, di mana ia
menuliskan bahwa Adam “memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya,
lalu memberi nama Set kepadanya.” (Kejadian 5:3). Adam sendiri yang diciptakan menurut
gambar dan keserupaan Allah, oleh Lukas disebut sebagai “anak Allah” (Lukas 3:38). Paulus
dalam Kolose 1:15 juga menuliskan praeksistensi Kristus sebagai “gambar Allah yang tidak
kelihatan” adalah yang sulung, lebih utama dari dari segala yang diciptakan.” Kata Yunani
untuk “sulung” adalah prototokos16 atau firstborn dalam KJV, yang berarti “yang pertama
lahir”. Kata ini terkait secara sebanding dengan kata “monogenes”17 - artinya “satu-satunya
yang dilahirkan”, yang digunakan rasul Yohanes untuk menyatakan Yesus sebagai Anak
Tunggal Allah dalam Injil yang ditulisnya (Yohanes 1:14,18; 3:16,18). Yohanes juga
mengidentikkan identitas praeksitensi Kristus sebagai Anak Tunggal Allah tersebut dengan
“Firman” (Logos) yang dinyatakannya adalah Allah (Yohanes 1:1). Paulus juga melakukan
hal yang sama di dalam suratnya kepada orang-orang percaya di Roma, dimana ia
menyatakan keilahian Yesus Kristus secara eksplisit. Dalam rupa Allah, Yesus Kristus setara
dengan Allah. Ia “ada di atas segala sesuatu”, sebab “Ia adalah Allah yang harus dipuji
2. Inkarnasi Kristus
Hanya kasih Allah (Yohanes 3:16) dan kerendahan hati Kristus semata-mata yang
menjadi penyebab inkarnasi Kristus lahir ke dunia menjadi manusia untuk menjalankan karya
penebusanNya dengan mengorbankan diriNya mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan
seluruh umat manusia yang berdosa. Dalam natur manusia sepenuhnya untuk melaksanakan
misi penyelamatan itu, Kristus telah mengambil rupa “seorang hamba” (Filipi 2:7-8). Paulus
menuliskan perendahan diri Kristus tersebut adalah dalam konteks penggenapan nubuat nabi
Filipi 2 : 9 adalah penggenapan dari Yesaya 52 : 13 19, dimana dituliskan hamba YHWH
yang menderita itu ditinggikan setelah Ia mengalami penderitaan yang dahsyat untuk
Kepada Kristus, Allah mengaruniakan nama di atas segala nama, lebih tinggi dari
segala nama yang ada. Dalam bahasa Ibrani nama “Yesus” adalah “Yehshua”,yang berarti
“YHWH Penyelamat”. Nama itu bukan hanya sekedar sebuah pemberian saja dari Allah
Bapa, tetapi rasul Paulus selanjutnya menyingkapkan bahwa Kristus adalah YHWH itu
sendiri. Pengakuan dan deklarasi universal akan ketuhanan Yesus yang ditulis dalam Filipi 2 :
10-11 adalah kutipan Paulus dari Yesaya 45:22-2420, di mana identitas Yesus yang adalah
“Tuhan/Kyrios” secara paralel merujuk pada YHWH dalam ayat 24 dari Yesaya 45 :
“22 [...]
Sebab Akulah Allah dan tidak
ada yang lain.
23 [...]
dan semua orang akan bertekuk
lutut di hadapanKu,
dan akan bersumpah setia
dalam segala lidah (bahasa),
24 sambil berkata: Keadilan dan
kekuatan
hanya ada di dalam YHWH
[...]”
(Yesaya 45:22-24)
Kitab Yesaya adalah salah satu kitab yang mencerminkan monotheistime mutlak dari
iman Yahudi yang dipegang teguh oleh rasul Paulus. Dalam pasal 45 yang dikutip oleh
Paulus, tertulis berulang kali bahwa YHWH adalah satu-satunya Allah dan tidak ada yang
lain - Yesaya 45 : 5, 6, 14, 18, 21 dan 22. Frase “bagi kemulian Allah, Bapa!” dalam Filipi
2:11 menunjukkan bahwa Paulus kembali membedakan “Allah” dalam kitab nabi Yesaya
untuk dirujuk kepada Bapa, dengan “YHWH”, yang dalam terjemahan Septuaginta diganti
dengan “Kyrios/Tuhan”, untuk dikenakan kepada Kristus, seperti yang ia lakukan dalam 1
Korintus 8:6 dan surat-suratnya yang lain. Menyatakan Yesus adalah Tuhan, berarti
menyatakan bahwa Yesus adalah YHWH. Sekali lagi hal ini bukan berarti bahwa Paulus
telah memperkenalkan Allah lain di samping Bapa yang adalah Allah yang esa. Tetapi
dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan/YHWH bagi kemulian Allah Bapa, Paulus
justru memperteguh keilahian Yesus yang ada di dalam satu pribadi Allah Bapa, yaitu,
YHWH, Allah yang esa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam seluruh tulisannya, secara
konsisten rasul Paulus tetap berpegang teguh pada “Shema Israel” yang menyatakan hanya
ada satu Allah saja, yakni YHWH. Nama “Yesus”, yang berarti “YHWH yang
menyelamatkan”, dan kesetaraanNya dengan Bapa, Allah yang esa, bukan menjadi milik
Kristus yang didapatNya karena Ia telah ditinggikan oleh BapaNya setelah Ia dengan taat
menderita dan mengalami kehinaan dalam menyelesaikan karya keselamatanNya di atas kayu
salib. Semua kemuliaan yang dimilikiNya adalah karena Yesus Kristus adalah YHWH, Allah
Israel, Tuhan semesta alam, satu, tapi bukan sama, dalam pribadi Bapa, satu-satunya Allah
Narasi yang ditulis oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 17 dan 18 dapat memberi
gambaran tentang latar belakang penulisan surat 1 Tesalonika oleh rasul Paulus. 21 Lukas
menuliskan riwayat Paulus ketika ia bersama Silas memberitakan Injil Yesus Kristus di
Tesalonika dalam perjalanan misinya yang kedua (Kisah Para Rasul 17:1-9). Mereka
berdua tidak lama berada di kota itu karena terjadi keributan oleh orang-orang Yahudi
yang menjadi iri melihat banyaknya orang yang menjadi percaya dan bergabung dengan
Paulus dan Silas. Keduanya dipaksa untuk meninggalkan Tesalonika malam itu juga dan
melanjutkan perjalanan mereka ke beberapa kota untuk membertitakan Injil (Kisah Para
Rasul 17:10-34). Paulus akhirnya tiba di Korintus dan tinggal selama satu tahun enam
membuat Paulus beberapa kali berusaha untuk datang menjenguk mereka, namun Iblis selalu
untuk menguatkan hati mereka dan supaya ia tahu tentang iman mereka (1 Tesalonika 3:1-5).
Timotius kembali dengan kabar yang menggembirakan dan menghibur hati Paulus tentang
iman dan kasih jemaat di Tesalonika yang selalu dibawa dalam doanya (1 Tesalonika 3: 6-
10).
Akan tetapi, ada beberapa hal dari jemaat di Tesalonika yang menurut Paulus tidak
berjalan sebagaimana semestinya sehingga ia harus menulis dan mengirimkan surat kepada
mereka. Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika itu kurang lebih
tahun 50 Masehi22, saat ia tinggal di Korintus, empat hingga enam bulan setelah
meninggal dunia dalam kaitannya dengan kebangkitan dan pengangkatan orang-orang kudus
yang masih hidup pada saat kedatangan Tuhan di hari terakhir nanti (1 Tesalonika 4 : 13-18).
Paulus kemudian mendorong para jemaat di Tesalonika untuk senantiasa berjaga-jaga dalam
penantian mereka akan datangnya hari Tuhan yang datang seperti pencuri pada malam hari
supaya, agar supaya roh, jiwa, dan tubuh mereka terpelihara dengan sempurna dengan tak
Tidak lama setelah suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika itu dikirim,
Paulus menerima kabar terjadinya kebingungan dan kegelisahan pada orang-orang percaya di
kota tersebut sebagai akibat dari beredarnya pemberitaan yang dikatakan berasal dari Paulus,
bahwa seolah-olah hari Tuhan telah tiba (2 Tesalonika 2 : 1-2). Segera ditulisnyalah suratnya
yang kedua kepada orang-orang percaya di Tesalonika untuk menenangkan kekacauan yang
terjadi dan memperjelas ajaran-ajaran yang benar untuk dipegang teguh oleh mereka (2
Tesalonika 2 : 15). Paulus juga memberi nasehat-nasehat lainnya dalam suratnya yang kedua
itu yang ditulis antara akhir tahun 50 atau permulaan tahun 51 Masehi 23, kurang lebih satu
tahun setelah ia menulis suratnya yang pertama yang ditujukan kepada jemaat yang sama di
Tesalonika.
1. Tesalonika 3:13 : Kedatangan Tuhan Yesus Kristus Dengan Semua Orang KudusNya
1 Tesalonika 3 : 11-13 adalah doa Paulus yang ditempatkan antara pendahuluan yang
panjang dari suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika dan nasehat-nasehatnya
tentang hidup kudus (1 Tesalonika 4:1-12). Doa tersebut dicantumkan setelah Paulus
Tesalonika (1 Tesalonika 3 : 6 ) dan ucapan syukur serta harapan akan pertemuannya kembali
muka dengan muka dengan mereka (ayat 8-10). Dalam doanya itu, ia menyebutkan Yesus,
sebagai “Tuhan kita” yang akan membuka jalan bagi Paulus untuk kembali dapat
mengunjungi mereka (ayat 11). Dalam ayat 12, ia mendoakan agar Tuhan menjadikan mereka
bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap
semua orang.
Terakhir, Paulus berdoa kiranya Allah Bapa menguatkan hati mereka supaya tak bercacat dan
kudus dihadapannNya pada waktu kedatangan Kristus kedua kalinya nanti (ayat 13).
Khusus frase terakhir dari 1 Tesalonika 3 : 13 adalah bagian dari surat rasul Paulus
dimana untuk pertama kalinya ia mengutip frase text Ibrani, Zakharia 14:5, 24
dan
menggunakan “Kyrios / Tuhan” pada Yesus sebagai pengganti ‘YHWH” dalam teks Zakharia
yang dikutipnya :
Dengan demikian, Paulus dengan jelas telah menyatakan identitas Kristus adalah
YHWH, Allah Israel, yang pada saat kedatanganNya yang pertama, kakiNya telah “berjejak
di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem sebelah Timur” (Zakharia 14:4). Secara
simbolik, Zakharia kemudian menubuatkan tentang Zaman Anugerah, dimana Gereja Kristus,
yang digambarkan sebagai Bukit Zaitun yang “akan terbelah dua dari timur ke barat...”, akan
bertumbuh kembang ke seluruh penjuru bumi hingga Injil Kerajaan Allah “diberitakan di
seluruh dunia manjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
“waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita” (1 Tesalonika 3 :13), dimana Yesus Kristus adalah
dalam teks Ibrani kitab nabi Zakharia adalah “YHWH, Allahku” yang “...akan datang, dan
semua orang kudus bersama-sama Dia” (Zakharia 14:5) untuk membawa kemenanganNya
menghadirkan Tuhan sebagai pembalas untuk semua perbuatan yang salah yang dilakukan
Beberapa tempat dalam Kitab Suci Ibrani menunjukkan bahwa Tuhan yang dirujuk
oleh Paulus sebagai “pembalas”, tidak lain adalah YHWH, Allah Israel itu sendiri25 :
Beberapa orang memahami “YHWH adalah Allah pembalas” dalam teks-teks Ibrani
tersebut sebagai Allah Bapa, dikarenakan penggunaan kata “Allah” yang, baik dalam
Perjanjian Baru maupun dalam teks-teks Perjanjian Lama, lebih ditujukan kepada Bapa. Juga
dalam konteks pembalasan yang berhubungan dengan penghakiman ilahi, Paulus menuliskan
tentang “takhta pengadilan Allah” dalam Roma 14:10. Namun dalam suratnya yang kedua
kepada jemaat di Korintus, Paulus menyatakan bahwa “kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Kristus.” Terlebih dalam kehidupan rumah tangga orang-orang percaya, Paulus
menuliskan bahwa “Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah
laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” (1 Korintus 11:3). Jelas dalam hal ini Paulus
telah menempatkan Kristus sebagai Kepala dan Pemimpin dari setiap keluarga orang-orang
yang percaya. Maka yang dimaksud oleh Paulus sebagai “Tuhan adalah pembalas” dalam 1
Tesalonika 4:6 adalah Kristus. Ini berarti bahwa Paulus telah menyatakan bahwa Tuhan
Yesus Kristus adalah YHWH yang berkuasa untuk menghakimi dan membalas setiap orang
sesuai perbuatannya, bukan saja saat kedatanganNya yang kedua nanti di hari akhir, tetapi
“Hari Tuhan (Kyrios)” adalah istilah yang ada di dalam Septuaginta, sebagai
terjemahan dari “Hari YHWH” yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama bahasa
Yehezkiel 30:3 : “Hari itu sudah dekat, hari YHWH sudah dekat, hari dengan awan
gelap; itu adalah saat bangsa-bangsa.”
Yesaya 13:6 : “Merataplah, sebab hari YHWH sudah dekat, datangnya sebagai
pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”
Yoel 1:15 : “Wahai, hari itu! Sungguh, hari YHWH sudah dekat, datangnya
sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”
Yoel 2:1-2 : ”Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunungKu yang kudus!
Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari YHWH datang,
sebab hari itu sudah dekat; suatu hari gelap gulita dan kelam kabut,
suatu hari berawan dan kelam pekat; ...”
Yoel 2:11 : “...Betapa hebat dan sangat dahsyat hari YHWH! Siapakah yang dapat
menahannya?”
Yoel 3:14 : “Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat
hari YHWH di lembah penentuan!”
Amos 5:18 : “Celakalah mereka yang menginginkan hari YHWH! Apakah gunanya
hari YHWH itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang!”
Amos 5: 20 : “Bukankah hari YHWH itu kegelapan dan bukan terang, kelam kabut
dan tidak bercahaya?”
Obaja 15 : “Sebab telah dekat hari YHWH menimpa segala bangsa. Seperti yang
engkau lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu perbuatanmu
akan kembali menimpa kepalamu sendiri.”
Zefanya 1:7 : “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan Allah! Sebab hari YHWH sudah
dekat. Sungguh YHWH telah menyediakan perjamuan korban dan
telah menguduskan para undanganNya.”
Zefanya 1:14 : “Sudah dekat hari YHWH yang hebat itu, sudah dekat dan datang
dengan cepat sekali! Dengar, hari YHWH pahit, pahlawanpun akan
menangis.”
Para nabi dalam Perjanjian Lama menggambarkan hari YHWH sebagai satu masa
yang penuh kegelapan, kekelaman, penuh ketakutan dan kengerian. Pada hari itu, Allah
atas segala bangsa karena dosa-dosa dan kejahatan manusia di seluruh dunia.
Dalam 1 Tesalonika 5:2 (juga 2 Tesalonika 2:2), rasul Paulus menggunakan istilah
“hari Tuhan (Kyrios)”, sama seperti yang digunakan dalam Septuaginta sebagai terjemahan
“karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti
pencuri pada malam.”
(1 Tesalonika 5:2)
Paulus menggunakan istilah “hari Tuhan” tersebut untuk merujuk pada hari kedatangan
Kristus yang dijelaskannya pada pasal sebelumnya dari suratnya itu ( 1 Tesalonika 4:13-18).
Hal ini berarti Paulus kembali menyatakan bahwa Kristus adalah YHWH itu sendiri, yang
akan datang di hari YHWH seperti yang telah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh para nabi
terdahulu. Akan tetapi, kepada jemaat di Tesalonika Paulus menegaskan bahwa segala
penghukuman dan kebinasaan pada hari Tuhan yang diberitakan oleh nabi-nabi tersebut
hanya akan menimpa mereka yang hidup dalam kegelapan. Bagi semua orang-orang percaya
yang hidupnya senantiasa berjaga-jaga, kedatangan Kristus di hari Tuhan itu justru adalah
hari dimana mereka memperoleh keselamatan kekal oleh Tuhan Yesus Kristus (1 Tesalonika
Konsistensi rasul Paulus dalam mendasarkan tulisannya pada teks-teks Kitab Suci
Ibrani (Perjanjian Lama) untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah YHWH yang akan
datang pada hari Tuhan tetap terbukti dalam suratnya yang kedua yang ditujukan kepada
jemaat di Tesalonika. Jika dalam suratnya yang pertama, ia telah menyingkapkan bahwa
Tuhan Yesus akan turun dari sorga (1 Tesalonika 4:16) bersama “dengan semua orang
kudusNya” (1 Tesalonika 3:13) yang dikutipnya dari Zakharia 14:5, maka dalam suratnya
yang kedua ini ia memberikan gambaran tentang kedatangan Kristus dalam 2 Tesalonika 1:7
2 Tesalonika 1:7 : “...pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriNya
bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, di
dalam api yang menyala-nyala,”
Yesaya 66:15 : “...YHWH akan datang dengan api, dan kereta-keretaNya akan
seperti puting beliung, untuk melampiaskan murkaNya dengan
kepanasan dan hardiknya dengan nyala api.”
Sulitlah bagi seseorang untuk dapat menyangkal bahwa “YHWH” dalam Yesaya 66:15
adalah “Tuhan Yesus” di dalam 2 Tesalonika 1:7. Terlebih Paulus selanjutnya menegaskan
kembali identitas Yesus pada saat kedatanganNya nanti sebagai “YHWH pembalas”
“dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah
dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita.”
(2 Tesalonika 1:8).
V. RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Selain dari penulis surat Ibrani (jika penulisnya ternyata bukan Paulus), dibandingkan
dengan para penulis Perjanjian Baru lainnya, Paulus adalah orang yang paling ahli dalam hal
pemahaman Kitab Suci orang-orang Yahudi pada zamannya pada masa Bait Suci Kedua,
yang akhirnya sekarang juga telah menjadi Alkitab Kristen Perjanjian Lama. Dalam beberapa
suratnya, Paulus sendiri menyatakan identitasnya sebagai seorang Yahudi asli keturunan
Abraham dari suku Benyamin (Roma 11:1, 2 Korintus 11:22). Lukas mencatat latar belakang
Paulus bahwa ia lahir di Tarsus di tanah Kilikia dan dibesarkan di Yerusalem dimana ia
dididik di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang (Kisah Para Rasul 22:3).
Kepada orang-orang percaya di Filipi, Paulus mengaku bahwa tentang pendirian hukum
Taurat ia adalah seorang Farisi yang sangat keras menentang dan menganiaya para pengikut
Kristus (Filipi 3:5-6) hingga dalam perjalanan menuju Damsyik, ia berjumpa dengan Tuhan
sendiri dan mengalami pertobatan. Selanjutnya, semua riwayat dan pelayanan rasul Paulus
telah ditulis oleh Lukas dalam Kitab Kisah Para Rasul dan menempati kurang lebih dua per
Tidaklah diragukan bahwa peranan Paulus sangat penting dalam pekabaran Injil Yesus
Kristus dan dalam pendirian serta pertumbuhan gereja Kristus di awal abad pertama.
Pelayanan Paulus tetap bergema hingga hari ini melalui tiga belas surat-suratnya yang
menjadi seperempat bagian kanonik dari Alkitab Kristen Perjanjian Baru. Jika tulisan Lukas
tentang Paulus di Kitab Para Rasul juga diikutsertakan, maka sepertiga dari seluruh
Perjanjian Baru berhubungan dengan figur rasul Kristus yang sebelumnya hendak
tetap berpegang teguh pada iman monotheisme Yahudi. Terkhusus tentang identitas keilahian
Yesus Kristus, dalam seluruh surat-suratnya Paulus secara eksplisit menyingkapkan bahwa,
selain membuktikan bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan oleh Allah
Israel, Yesus yang dinyatakan Paulus dan rasul-rasul lainnya sebagai Kyrios atau Tuhan,
tidak lain adalah YHWH, Tuhan dan Allah Israel itu sendiri. Hal ini dilakukan Paulus
bukannya tanpa dasar yang valid. Dalam surat-suratnya ia selalu merujuk dengan mengutip
teks-teks Kitab Suci Ibrani dalam menjelaskan identitas ketuhanan Kristus. Kepada jemaat di
Roma, Paulus secara soteriologis mengidentikkan Yesus, yang dimaksud dalam Roma 10:19-
13 sebagai “Kyrios” atau “Tuhan”, dengan YHWH dalam teks Yoel 2:32 yang dikutipnya. Ia
juga mendasari penyataan monotheisme kristologisnya dalam 1 Korintus 8:6 dengan menulis
ulang struktur dari “Shema Israel”, di mana secara spesifik ia merujuk “satu Allah” kepada
Bapa, dan “satu Tuhan” kepada Yesus Kristus. Dalam Filipi 2:6-11 dari suratnya kepada
keilahian, inkarnasi, dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan merujuk pada teks dari Yesaya
45:22-24 Paulus telah menunjukkan bahwa kesetaraan Yesus Kristus dengan Bapa, Allah
yang esa, bukan menjadi milik Kristus yang didapatNya karena Ia telah ditinggikan oleh
BapaNya setelah Ia, dengan taat, menderita dan mengalami kehinaan dalam menyelesaikan
karya keselamatanNya di atas kayu salib. Semua kemuliaan yang dimilikiNya adalah karena
Yesus Kristus adalah YHWH, Allah Israel, Tuhan semesta alam, satu, tapi bukan sama,
dalam pribadi Bapa, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3), Allah yang esa. Dalam
seluruh surat-suratnya, Paulus telah menyatakan keilahian dan ketuhanan Yesus adalah
YHWH, tanpa bergeser dari iman monotheisme Yahudi yang berdasarkan pada Ulangan 6:4 :
“Dengarlah, hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa!”
Dalam kedua surat-suratnya kepada jemaat di Tesalonika, rasul Paulus dengan
konsisten membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah YHWH yang akan datang kedua kalinya
di hari Tuhan (1 Tesalonika 5:2), yakni hari penghakiman terakhir, bersama-sama dengan
semua orang kudusNya (1 Tesalonika 3:13), sesuai yang dinubuatkan oleh para nabi dalam
Perjanjian Lama (Zakharia 14:5). Dengan merujuk pada Yesaya 66 : 15, Paulus lebih lanjut
menyatakan bahwa Tuhan Yesus akan turun dari sorga “bersama-sama dengan malaikat-
adalah “YHWH pembalas” (1 Tesalonika 4:6) yang akan membawa penghukuman dan
kebinasaan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan yang menentang kebenaran dari
Injil Keselamatan dalam Yesus Kristus, Tuhan (2 Tesalonika 1:8). Namun bagi orang-orang
yang percaya dan hidup dalam kebenaranNya, hari kedatangan Kristus adalah hari di mana
dengan Yesus Kristus, satu-satunya Tuhan dan Juruselamat bagi semua umat manusia di
seluruh dunia.
(1 Tesalonika 5:4-10).
Rasul Paulus sendiri, yang dahulu adalah penentang Kristus, bahkan seorang
penganiaya yang kejam terhadap para pengikutNya, tampak jelas dari seluruh surat-surat
yang ditulisnya bahwa ia telah mendapat jawaban dari pertanyaannya ketika Kristus
9:5). Ia kini telah mengenal identitas ilahi dari Kristus yang sebenarnya. Setiap kata
“Tuhan/Kyrios” untuk Yesus Kristus yang digunakan oleh Paulus dalam seluruh surat-
suratnya menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah YHWH, Allah Israel, Tuhan
semesta alam.
REFERENSI
2. David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,
1991), 192.
4. Williston Walker, A History Of The Christian Church ( New York, Charles Scribner's
Sons, 1921), 25
5. Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume I: Apostolic Christianity. A.D.1-
100, (CCEL, 2002), 55
6. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005), 354.
7. James D. Smith III, Boundary Breaker : Paul Of Tarsus (Des Moines, IA, USA,
Christian History, Issue 47, 2019 ), 8
9. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed., 375.
14. https://biblehub.com/interlinear/genesis/1-26.htm
15. Ibid.
19. Ibid.
21. D. A. Carson and Douglas J. Moo An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005), 542.
DAFTAR PUSTAKA :
Carson. D. A. and Moo. Douglas J., An introduction to the New Testament –2nd ed.
(Grand Rapids, Michigan , Zondervan Books, 2005).
E-Papers :
Bauckam, Richard, Paul's Christology of Divine Identity.
http://www.ntslibrary.com
Wikipedia :
e-Bible :
Bible Dictionary :