Anda di halaman 1dari 14

Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu


ISSN 2656-7202 (P) ISSN 2655-6626 (O)
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021
DOI: https://doi.org/10.35961/perada.v4i1.418

SEJARAH PEWAHYUAN AL-QUR’AN: KAJIAN ATAS


PENDEKATAN HISTORIS-FENOMENOLOGIS WILLIAM
MONTGOMERY WATT

Erika Aulia Fajar Wati


erikaaulia9@gmail.com

Abstrak
Kajian studi Islam yang dilakukan orientalis bukanlah sebagai momok bagi umat Islam. Pandangan
orientalis tentang Islam tidak selalu negatif karena hanya didasarkan penelitian historis semata. William
Montgomery Watt mengenalkan pendekatan ganda dalam memahami studi Islam, agar mendapatkan hasil
yang utuh. Artikel ini memaparkan pandangan W. Montgomery Watt dalam studi Al-Qur’an yang
dikhususkan pada konsep pewahyuan. Penulisan artikel ini menggunakan metode deskriptif.
Kesimpulannya Watt dalam mengkaji Islam dengan menggabungkan dua pendekatan. Watt mengakui al-
Qur’an sebagai kitab yang diturunkan Allah melalui Muhammad. Proses pewahyuan al-Qur’an menurut
Montgomery Watt terbagi dalam dua rumusan, yaitu: wahyu itu perintah untuk bicara dan proses bicara
yang dilakukan Muhammad itu mengandung isyarat (bayang-bayang).

Orientalist conducted Islamic studies are not a blight on Muslims. Because it is based primarily on
historical research, the orientalist view of Islam is not always negative. In order to acquire complete
results, William Montgomery Watt adopts a dual approach to comprehending Islamic Studies. This article
discusses a point of view in the study of the Qur’an that focuses on the concept of revelation. This article
was written in a descriptive metods. Finally, when it comes to understanding Islam, Watt employs a
hybrid method. Watt considers the Quran to be a book that was revealed to Muhammad by Allah.
According to Montgomery Watt, the process of revelation of the Qur’an is divided into two formulations:
revelation is an order to speak and the process of speaking by Muhammad is a series of signs (shadow).

Kata kunci: W. Montgomery Watt, Historis-Fenomenologis, Pewahyuan Al-Qur’an.

PENDAHULUAN yang dilakukan masyarakat muslim


Agama Islam berperan penting maupun orientalis. Perkembagan studi
dalam dinamika studi Islam, khususnya Islam di Barat jauh lebih berkembang
al-Qur’an. Hal tersebut banyak ditemukan sebelum masyarakat muslim, dikarenakan
kajian pendekatan berbasis studi Islam faktor ideologi dan politik. Para orientalis

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 71

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

memberikan dampak penting bagi Sumber al-Qur’an yang tidak lengkap


masyarakat muslim untuk memaknai berimbas pada kesulitan untuk
agama Islam secara komprehensif. Tidak diinterpretasi baik ayat al-Qur’an maupun
sedikit orientalis mengkaji Islam dengan sejarah al-Qur’an. Seorang orientalis
hanya menggunakan pendekatan historis ketika menulis tentang Islam tetap saja
saja. Hal tersebut berpengaruh pada menyisakan bias pada argumennya, dan
hasil akhirnya yang mana banyak tujuan kita sebagai umat Islam untuk
menyudutkan Islam dan memberi kesan menyaring tulisan tersebut agar tidak
negatif pada ajaran Islam. Misalnya menimbulkan simpang siur. Tulisan ini
pemahaman John Wansbrough yang akan mencoba menganalisis bagaimana
beranggapan bahwa Islam dipandang Watt merekonstruksi sejarah penulisan al-
lahir dari tradisi Yahudi-Kristen, Qur’an dan pembahasan seputar kajian
sehingga al-Qur’an disebutnya hanya ke-Qur’an-an.
mitos.1 Melalui banyaknya kajian Islam Tulisan ini bukanlah satu-satunya
yang dilakukan orientalis inilah penyebab yang membahas tentang pandangan W.
Islam dianggap doktrin ajaran yang Montgomery Watt. Penulis menemukan
negatif. beberapa artikel yang mengangkat
Pendekatan studi al-Qur’an yang pemikiran William Montgomery Watt
hadir dalam memecahkan masalah sebagai pembahasan, diantaranya: tulisan
manusia sangat bervariasi. Akan tetapi, yang dilakukan oleh Mufti Labib
metode pendekatan yang ditawarkan Jalaluddin dengan judul “Teori Naskh
orientalis harus dipertimbangkan kembali dalam Pandangan William Montgomery Watt
sesuai konteks agar hasilnya objektif. dan Richard Bell.”4 Fokus kajian dalam
Historis-fenomenologis yang ditawarkan artikel di atas adalah perbandingan analisa
W. Montgomery Watt adalah pendekatan W. Montgomery Watt dan Bell terhadap
yang dinilai positif ketimbang kajian Naskh dalam al-Qur’an. Montgomery
orientalis sebelumnya. Watt mengakui Watt menganalisanya dengan pendekatan
adanya al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan sosiologis, sedangkan Bell melalui
dan Muhammad adalah sosok imajinatif pendekatan kritik sastra. Kedua
serta penyampai wahyu.2 Penulis ingin pernyataan orientalis ini sangat berbeda
memaparkan metode pendekatan yang kesimpulannya dalam melihat konsep
dipakai W. Montgomery Watt apakah naskh. Tulisan tersebut disimpulkan Watt
relevan dengan kehidupan saat ini atau bahwa naskh dalam al-Qur’an disesuaikan
tidak. Dengan menawarkan pendekatan dengan realitas sebenarnya dan mengikuti
historis-fenomenologis atau sistem ganda konteks masyarakat.
yang diusung Watt dalam menyikapi Selain itu juga ditemukan tulisan
penelitian studi al-Qur’an. yang dilakukan oleh Muhammad Alwi HS
Montgomery Watt menyatakan dengan judul “Kritik atas Pandangan
keontetikan sumber al-Qur’an, akan tetapi William M. Watt terhadap Sejarah Penulisan
ia juga berargumen bahwa al-Qur’an Al-Qur’an.”5 Fokus kajian ini adalah
sumber yang tidak lengkap.3 Pernyataan menganalisa kembali term ummi pada sifat
inilah menjadikan argumen Montgomery Muhammad dengan menggunakan
Watt terkesan ambigu terhadap al-Qur’an.
1 Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al- 4Mufti Labib Jalaluddin, Teori Naskh
Qur’an, Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016, dalam Pandangan William Montgomery Watt dan
hlm. 157. Richard Bell, Jurnal Hermeneutik, Vol. 13, No. 2,
2 W. Montgomery Watt, Richard Bell:
2019.
Pengantar Qur’an, Jakarta:INIS, 1998, hlm. 16. 5 Muhammad Alwi HS, Kritik atas
3 W. Montgomery Watt, Muhammad Prophet and
Pandangan William M. Watt terhadap Sejarah
Statesman, London: Oxford University Press, Penulisan Al-Qur’an, dalam Jurnal Studi Ilmu Al-
1961, hlm. 241. Qur’an dan Hadis, Vol. 21, No. 1, Januari 2020.

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

72 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

pandangan W. Montgomery Watt. Di sini Ketiga, menganalisa implikasi teori yang


disimpulkan bahwa ada tiga dinamika diusung W. Montgomery Watt terhadap
penulisan Al-Qur’an di era Muhammad. kajian studi Qur’an.
Muhammad Alwi menyebut meski W.
Montgomery Watt sebagai tokoh SKETSA BIOGRAFI WILLIAM
orientalis yang memandang Islam secara MONTGOMERY WATT
objektif, tetapi argumentasi yang William Montgomery Watt adalah
dibangun Watt terkesan memaksa seorang pendeta yang lahir pada 14 Maret
keinginannya dan bertentangan dengan 1909 di Skotlandia. Watt menempuh
ulama tafsir. pendidikan di beberapa tempat, antara
Tulisan ini lebih difokuskan lain: George Watson College, Universitas
pada penjelasan teori pendekatan yang Edinburgh, Universitas Jena, dan
dipakai William Montgomery Watt Universitas Oxford.6 Pada tahun 1937
dalam menanggapi al-Qur’an. Studi Watt belajar di Edinburgh untuk
literatur yang disebutkan di atas bisa menamatkan gelar doktornya, ia bertemu
dijadikan aspek pendukung dalam dengan seorang mahasiswa kedokteran
menganalisis penelitian di sini. hewan dari Pakistan yang termasuk
Penelitian ini diharapkan mampu anggota sekte Ahmadiyah. Dari sanalah
memberikan kontri- busi pengetahuan Watt tertarik mempelajari Islam dan
dalam studi pendekatan Islam. mulai belajar bahasa Arab di Oriental
Penelitian ini bersifat kepustakaan Studies.7 Watt dalam mempelajari Islam
(library research), yaitu dilakukan dengan dengan arahan Richard Bell, dan bekerja
cara pengumpulan data yang tersebar di sama dalam menyunting karya Bell yeng
perpustakaan. Sehingga dapat dikatakan berjudul Bell’s Intoduction to the Qur’an.
penelitian ini sepenuhnya berdasarkan Watt merupakan seorang profesor Studi
bahan-bahan yang tersebar di Arab dan Islam di Edinburgh pada tahun
kepustakaan terkait dengan pembahasan 1964-1979.8 Selain itu, Watt juga
kajian W. Montgomery Watt. Sumber termasuk pendeta di Gereja Episkopal
data yang digunakan pada penelitian ini Skotlandia dan menjadi anggota
terbagi atas dua jenis, yaitu sumber data ekumenisme Skotlandia pada tahun 1960
primer dan sekunder. Adapun sumber yang mencoba menyatukan mazhab-
data primer, peneliti menjadikan buku mazhab Kristiani.
Bell’s Introduction to the Qur’an karya Watt dikenal sebagai Orientalis
William Montgomery Watt sebagai alat Terakhir, karena sangat berpengaruh pada
untuk menganalisa. pengkajian Islam dan tokoh yang ingin
Sementara untuk sumber mengenalkan Islam di Eropa yang tidak
sekunder, pada penelitian ini digunakan memihak manapun. Maka dari itu, banyak
berbagai karya yang berhubungan dengan sekali karya yang ditulisnya terlebih
tema yang ditemukan dari buku dan
artikel yang terkait dengan penelitian ini. 6 Jacques Waardenburg, Peta Studi Islam:
Metode yang dipakai adalah metode Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, terj.
deskriptif, yaitu dengan mendiskripsikan Muamirotun, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
pemikiran W. Montgomery Watt dalam 2003, hlm. 270.
melakukan studi Islam. Langkah yang 7Richard Holloway, “William
dilakukan penulis, sebagai berikut: Montgomery Watt”, dalam
http://www.theguardian.com/news/2006/nov/1
pertama, menjelaskan tokoh W. 4/guardianobituaries.highereducation diakses
Montgomery Watt dan latar belakangnya. pada 10 Juni 2020.
Kedua, menelusuri pemikiran W. 8 Jacques Waardenburg, Peta Studi Islam:

Montgomery Watt dalam studi al-Qur’an. Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat,
hlm. 270-271.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 73

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

tentang Muhammad. Dia termasuk historis dan fenomenologis. Pendekatan


golongan yang netral dan menolak historis berarti menggali al-Qur’an
membandingkan antara al-Qur’an dan al- dengan melihat konteks yang melatar
Kitab.9 Ketertarikan W. Montgomery belakanginya seperti sosio kultural
Watt terhadap Islam dibuktikan dengan maupun sosio keagamaan yang muncul
banyaknya karya tulis yang dipahami pada saat pewahyuan.11 Pendekatan
dengan subjek Islam itu sendiri. historis ini yang diutamakan adalah
Kesimpatian Watt dalam Islam signifikasi waktu.12 Melalui pendekatan
dibuktikan dengan hasil objektif tentang historis ini memainkan peran penting
Islam daripada orientalis pada eranya. untuk menggiatkan kembali tentang Islam
Watt menginginkan sikap damai dan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
gerakan perubahan para orientalis dalam memahami al-Qur’an diperlukan latar
memahami Islam seperti mereka belakang sejarah penurunan al-Qur’an
memahami agamanya sendiri.10 Sikap juga memperhatikan penyampai wahyu
inilah yang dinilai bahwa W. Montgomery (Muhammad). Signinifikasi waktu yang
Watt sebagai tokoh orientalis dimaksud adalah seseorang harus mampu
pembaharu karena sikapnya yang netral memahami sejarah dalam setiap periode.
terhadap Islam. Al-Qur’an harus mampu
Watt sangat produktif dalam dipahami dengan perkembangan dengan
menulis karya yang berhubungan dengan menggunakan rangkaian yang tidak putus.
sejarah Islam, Al-Qur’an, ataupun Untuk sampai pada penafsiran sejarah al-
hubungan masyarakat Islam dan Qur’an, para pengkaji Islam meneliti
Kristen. Beberapa karya W. terdahulu Muhammad sebagai penyampai
Montgomery Watt antara lain Bell’s wahyu. Hal ini didasarkan Islam itu lahir
Intoduction to the Qur’an (1970) adalah dari Muhammad sebagai indikator dari al-
editan W. Montgomery Watt dengan Qur’an. Hal ini apabila ditelusuri dengan
gurunya Richard Bell tentang analisis al- pendekatan hitoris yang dilakukan
Qur’an, The Majesty That Was Islam orientalis banyak ditemukan adanya
(1974), What is Islam? (1968), Muhammad: kesamaan antara ajaran bibel dengan al-
Prophet and Statesmen (1961), Qur’an. Permasalahan tersebut
Muhammad’s Mecca (1988) Muhammad at didapatkan karena melihat al-Qur’an
Mecca (1953), Muhammad at Medina dengan melihat kitab sebelumnya yang
(1956), History of Islamic Spain (1980), sangat erat berhubungan antara teologi
Muslim-Christian Encounter (1991), dsb. dan politik saat itu. Manusia memang
Dari banyaknya karya tulis Watt, penulis sangat dipengaruhi oleh keadaan
memilih buku Bell’s Intoduction to the lingkungan dalam hal apapun, itulah
Qur’an untuk dibahas mengenai nyatanya pandangan studi Islam yang
pendekatan yang dipakai Watt dalam dilakukan oleh pengkaji Islam akan
studi Islam. berbeda pendapat satu sama lain.
Pendekatan historis yang
PENDEKATAN HISTORIS- ditawarkan John Wansbrogh dalam studi
FENOMENOLOGIS Islam berkesimpulan bahwa al-Qur’an
Sebelum menerangkan
pendekatan ganda yang diusung W.
Montgomery Watt, di sini akan dijabarkan 11 Andi Asdar Yusup, Metode Bibel

terlebih dahulu pemaknaan pendekatan dalam Pemaknaan Al-Qur’an (Kajian Kritis


terhadap Pandangan Orientalis), dalam Jurnal
9 Abdullah
Hunafa, Vol. 13, No. 1, Juni 2016, hlm. 56.
Saeed, Pengantar Studi Al- 12 Nourouzzaman Shiddiqi, Sejarah:
Qur’an, hlm. 165. Pisau Bedah Ilmu Keislaman, dalam Metodologi
10 W. Montgomery Watt, Richard Bell:
Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991,
Pengantar Qur’an, hlm. x. hlm. 72.

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

74 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

adalah duplikasi dari teori Yahudi- apa makna esensial dari simbol ini. 19 Hasil
Kristen.13 Selain itu al-Qur’an disusun yang didapatkan nantinya adalah
sekitar 150 tahun setelah wafatnya Nabi pemahaman Islam yang utuh dan sesuai
yang kemudian dinaikkan derajatnya dengan apa yang dipahami oleh
menjadi kitab suci yang sifatnya absolut. 14 masyarakat muslim. Konteks seperti ini
Hal negatif yang ditimbulkan dalam akan menghasilkan bahwa teks al-Qur’an
pendekatan historis ini juga memiliki merupakan wahyu Tuhan dan bukan
kekurangan, salah satunya hanya perkataan Muhammad.
mengungkapkan yang tampak pada Sikap yang harus dilakukan
kulitnya saja tanpa mempelajari makna menurut Charles J Adams dalam
yang mendasar.15 mengkaji fenomenologi adalah sikap yang
Sedangkan pendekatan fenome- netral dan dibantu dengan ilmu lain agar
nologis adalah lebih pada ranah hasilnya objektif. Menurut Adams,
mengidentifikasi struktur yang dikandung pendekatan ini sedikit sekali diterapkan
dalam al-Qur’an.16 Istilah fenomenologis dalam studi Islam.20 Penerapan yang lebih
dipakai pertama kali oleh Edmund efektif adalah kajian keberagaman
Husserl yang pada intinya pendekatan ini masyarakat. Pendekatan ini dirasa Adams
dilakukan dengan kembali kepada sesuatu kurang efektif dalam studi Islam,
yang diteliti itu sendiri (back to the things fenomenologi ini penting dilakukan
themselves).17 Maka dari itulah, dengan sebagai gertakan untuk memperbarui
pendekatan fenomenologis inilah seorang pendekatan yang hanya berlandaskan
pengkaji studi Islam untuk tidak historis saja.
memberikan penilaian sebelum melihat Richard C Martin memakai
sendiri keadaan agama Islam itu sendiri. pendekatan fenomenologi dalam
Pendekatan ini juga tidak pengkajian studi Islam. Martin
menomorduakan fakta yang terjadi pada menganggap bahwa agama bukanlah
manusia tentang Islam, seperti halnya menjadi sejarah perkembangan saja, tetapi
kebudayaan atau simbol agama.18 Al- harus menggabungkan pemahaman
Qur’an di dalam agama Islam merupakan pengkaji tradisional dan kontemporer
simbol yang penting, sehingga dengan agar difaptkan hasil yang objektif. Data
pendekatan inilah dituntut memahami kajian (data fields) adalah cara yang
ditempuh Martin dengan meneliti sisi
historis dan geografis dalam studi Islam.21
13 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Hasil fenomenologi yang diusung Martin
Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang ini dirasa melengkapi kajian historis yang
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, dalam Jurnal semula dijadikan acuan pokok penggiat
Tsaqafah, Vol. 7, No. 1, April 2011, hlm. 94
14 Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al- studi Islam.
Qur’an, hlm. 153
15 Muhammad Alfatih Suryadilaga,

Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang 19 Heddy Shri Ahimsa Putra,
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, hlm. 98 Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi
16 Andi Asdar Yusup, Metode Bibel
untuk Memahami Agama, dalam Jurnal Walisongo,
dalam Pemaknaan Al-Qur’an (Kajian Kritis Vol. 20, No. 2, November 2012, hlm. 292.
terhadap Pandangan Orientalis), hlm. 57. 20 Luluk Fikri Zuhriyah, Metode dan
17 Farhanuddin Sholeh, Penerapan Pendekatan dalam Studi Islam: Pembacaan atas
Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Agama Pemikiran Charles J. Adams, dalam Jurnal Islamica,
Islam, dalam Jurnal Qalamuna, Vol. 1, No. 2, Vol. 2, No. 1, September 2007, hlm. 35.
Februari 2016, hlm. 350. 21 Richard C Martin, Pendekatan terhadap
18 Farhanuddin Sholeh, Penerapan Islam dalam Studi Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawi,
Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Agama Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga,
Islam, hlm. 351. 2010, hlm. 8-9.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 75

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

Kesimpulan yang didapatkan historis-fenomenologis, kajiaanya akan


dalam pendekatan fenomenologis ini juga lebih bersifat objektif. Selain itu hasil dari
tidak mutlak benar. Hal tersebut bisa pemahaman ini berdasarkan akal sehat
saja didapati pengumpulan data yang yang bisa diterima masyarakat muslim
tidak relevan dan sumber data yang sebagai pemeluk agama Islam.
sedikit.22 Dalam melakukan kajian yang Melalui pendekatan ini juga, al-
harus berlandaskan sikap netral, sekiranya Qur’an tidak lagi dipandang sebagai
sulit sekali ditemukan dalam interpretasi duplikasi bibel. Banyak tokoh orientalis
studi Islam. Selain itu bisa didapati Islam memaknai al-Qur’an sebagai duplikasi
yang tunggal dan Islam yang plural, atau salinan bibel dikarenakan hanya
apabila menggunakan pendekatan ini. terfokus pada pendekatan historis saja
Hal tersebut dipengaruhi pengumpulan tanpa mendatangkan unsur fenomenologi
data yang dilakukan antara satu dengan Muhammad. Historis-Fenomenologis
yang lainnya tidak sama. yang dipaparkan W. Montgomery Watt
Berbeda dengan pendekatan bisa menjadikan dialog antara al-Qur’an
historis-fenomenologis yang diusung oleh dan bibel yang semestinya bisa disatukan
W. Montgomery Watt yang untuk saling menyempurnakan wahyu
menyimpulkan bahwa pendekatan ini Tuhan. Sekiranya seperti itulah arah baru
adalah sistem ganda al-Qur’an.23 yang digagas Montgomery Watt dalam
Menggabungkan dua pendekatan di atas, mengkaji Islam.
menjadikan pemahaman tentang Islam
dinilai lebih utuh. Pendekatan yang
dipakai Watt dilengkapi dengan IMPLIKASI PENDEKATAN HIS-
pendekatan realisme metafisis, yang TORIS-FENOMENOLOGIS TER-
memperhatikan kebenaran yang tunggal.24 HADAP KAJIAN PEWAHYUAN AL-
William Montgomery Watt tidaklah QUR’AN
menolak kajian historis yang telah Pendekatan yang ditawarkan
dilakukan para tokoh orientalis yang William Montgomery Watt memberikan
meneliti Islam sebelumnya. Ia tetap dampak baik terhadap kajian studi
melakukan kajian historis tetapi juga Qur’an. Penggabungan dua pendekatan
dibarengi dengan menelusuri fenomena ini memberikan hasil yang tidak hanya
yang terdapat pada turunnya wahyu. terfokus pada aspek sejarah yang dinilai
Anggapan Watt tentang al-Qur’an masih dasar pemahaman. Akan tetapi
yang diturunkan pada Muhammad adalah juga menggabungkan pendekatan
tunggal dan benar adanya berasal dari fenomenologi untuk melengkapi kajian
Tuhan. Oleh karena itu, al-Qur’an tetap historis yang sebelumnya dilakukan para
merupakan wahyu yang sumbernya dari orientalis. Studi Islam dilihat dari
Tuhan dan kemudian diproduksi kacamata historis, banyak didapati
Muhammad dengan situasi konteks yang anggapan negatif terhadap Islam.
ada pada saat itu. Watt berasumsi bahwa Sedangkan apabila dilihat dari kacamata
dengan menggunakan pendekatan fenomenologis akan dihasilkan perbedaan
22 Muhammad Alfatih Suryadilaga, terhadap Islam itu sendiri.
Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang Pemahaman yang diperoleh Watt
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, hlm 101. dalam melakukan kajian studi Islam ini
23 Andi Asdar Yusup, Metode Bibel
tidak menyetujui apabila al-Qur’an
dalam Pemaknaan Al-Qur’an (Kajian Kritis dibandingkan dengan al-Kitab. Poin ini
terhadap Pandangan Orientalis), hlm. 56.
24 Muhammad Alfatih Suryadilaga, menjadi ciri khas dari Watt yang
Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang menjadikan al-Qur’an sebagai objek yang
Al-Qur’an dan Nabi Muhamma, hlm. 101. otentik. Watt mengkritik pemahaman

76 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

orientalis sezamannya karena banyak of his ideas for those to whom they are
dikalangan orientalis terlalu menyudutkan addressed.”27
Islam. Ia menganggap bahwa suatu Pernyataan tersebut dibangun
kebenaran yang didapat dari kajian agama Watt dengan mendatangkan
adalah semua benar.25 Hal inilah yang perbandingan antara Muhammad dan
dimaksudkan sikap netral Watt dalam tokoh pimpinan Eropa. Muhammad dan
kajian Islam yang menjadikan Adolf Hitler (pimpinan gerakan Nazi)
pemikirannya dapat diterima di kalangan dianggap Watt sama-sama memiliki
muslim. imajinasi kreatif yang mampu membuat
Salah satu permasalahan yang sebuah pergerakan yang besar. Agama
dibahas Watt adalah mengenai yang dibawa Muhammad telah memiliki
pewahyuan al-Qur’an. Watt meyakini al- seruan yang sangat luas dan berada di
Qur’an bukanlah perkataan Muhammad, setiap zaman. Pada kesimpulannya, Watt
al-Qur’an tersebut diturunkan Allah beranggapan bahwa Muhammad
untuk masyarakat Muhammad saat itu.26 dianggap sebagai seorang yang mampu
Watt lebih menganggap Muhammad memproduksi ide-ide yang relevan untuk
adalah orang yang hebat dan imajinatif, menjawab seputar kehidupan manusia.
bukan sebagai orang yang sakit epilepsi Secara tidak langsung Montgomery Watt
seperti halnya dikatakan orientalis meragukan kenabian Muhammad, tetapi
sebelumnya. Hal ini didasarkan mengakuinya sebagai seorang yang
pernyataannya: jenius.28 Inilah yang menjadi salah satu
“I would begin my asserting that there is sebab agar kita menyaring segala
found, at least in some men, what maybe informasi yang dipaparkan orientalis
called ‘cretive imagination’. Notable terhadap kajian Islam.
instances artist poets and imaginative Watt memaparkan kondisi Nabi
writers. All these put into sensuous form Muhammad ketika menerima wahyu
(pictures, poems, dramas, novel) what are dimana Nabi mengalami penglihatan dan
many felling but are unable to express perasaan yang aneh seperti penampakan
fully. Great works of the creative cahaya yang dianggap sebelumnya
imagination have thus a certain sebagai Tuhan. Hal ini merujuk pada
universality, in that they give expression QS. An- Najm [53]: 1-18 dan QS. At-
to the fellings and attituteds of a whole Takwir [81]: 15-25 yang dianggap Watt
generation. They are of course, not sebagai penurunan wahyu Muhammad
imaginary for they deal with real things melalui sugesti. Watt mempercayai
but they employ images, visual or conjured turunnya wahyu bukan rekayasa
up by words, to express what is beyond Muhammad, tetapi melalui isyarat yang
the range of man’s intelectual conceptions. telah dijelaskan dalam al-Qur’an. Konsep
Prophets and prophetic religious leaders, I pewahyuan Muhammad yang dipahami
should maintain, share in this creative Watt adalah mengelak adanya penyakit
imagination. They proclaim ideas epilepsi yang diderita Muhammad. Watt
connected with what is deepest and most membenarkan bahwa Muhammad seorang
centra in human experience, with special yang normal hingga akhir hayatnya.29
reference to the particular needs of their
day and generation. The mark of the
great prophet is the profound attractions
27William Montgomery Watt, Muhammad
Prophet and Statesman, Oxford: Oxford University
25 W. Montgomery Watt, Richard Bell:
Press, 1961, hlm. 238-239.
28 William Montgomery Watt, Muhammad
Pengantar Qur’an, hlm. 162. Prophet and Statesman, hlm 240.
26 Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al-
29 William Montgomery Watt, Muhammad
Qur’an, hlm. 165. Prophet and Statesman, hlm. 19.

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 77

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

William Montgomery Watt tidak argumen para intelektual muslim bahwa


menemukan dalam al-Qur’an adanya nabi tidak dapat membaca ataupun
penyakit yang diderita Muhammad. Al menulis.33 Hal ini didasarkan pada QS.
Qur’an hanya dipatkan teks mengenai Al-Baqarah: 78 yang mengindikasikan
olokan dan celaan para musuh bahwa Muhammad buta huruf. Akan
Muhammad saat ia dakwah.30 Sikap Watt tetapi pada surat tersebut dimaknai Watt
dalam menjadikan objek Islam tidaklah dengan orang yang tidak mempunyai
subjektif. Watt menjadikan sumber sesuatu tertulis karena terdapat redaksi la
kajiannya juga dibarengi dengan meneliti ya’lamunal kitab.
fenomena yang terjadi saat itu. Pemahaman kebuta-hurufan
Pendekatan historis-fenomenologis yang Muhammad dinilai Watt kurang pantas
diterapkan Watt lebih objektif, karena dilabelkan pada Muhammad. Makna ummi
selain mengetahui rantai sejarahnya juga pada al-Qur’an diartikan sebagai
melihat atau merasakan keadaannya ketidaktahuan tentang kandungan
sendiri. Alkitab, bukan tentang kebuta-hurufan
Montgomery Watt berpendapat Muhammad. Montgomery Watt
dalam proses pewahyuan melalui tiga berasumsi bahwa Muhammad tidak
variasi yang berbeda, yaitu: a) dari balik pernah membaca Alkitab sebelumnya dan
tirai, b) pengiriman utusan, c) cara Muhammad bukanlah seorang yang buta
langsung dari Tuhan kepada yang huruf. Hal ini didasarkan pada QS. Al-
dikehendaki. Kata “Wahyu” dipahami Ankabut: 48, yang seharusnya diartikan
Watt dengan pengisyaratan, yang lebih “Engkau (Muhammad) tidak membaca
menekankan pada tingkah laku daripada buku apapun sebelumnya dan tidak
perkataan. Hal ini dicontohkan dengan menulisinya dengan tangan kananmu”.
cerita Nabi Nuh dalam QS. Hud: 36 Melalui redaksi ayat tersebut Watt
yang diisyaratkan membuat perahu. menyimpulkan bahwa tidak ada
Konsep ini dinilai Watt lebih rill dan penyebutan Muhammad adalah seorang
praktis yang selanjutnya diolah sendiri yang buta huruf.34
atau dibahasakan ulang agar mudah Mengenai kajian historis yang
disampaikan kepada umatnya.31 dipakai Watt tidak hanya berkutat pada
Mengenai proses pewahyuan isu pengaruh Yahudi, Kristen dan tradisi
menurut Montgomery Watt terbagi dalam Jahiliyah. Watt memahami Islam dengan
dua rumusan, yaitu: wahyu itu perintah menelusuri isi kandungan al-Qur’an itu
untuk bicara dan proses bicara yang tanpa membandingkan dengan al-Kitab.35
dilakukan Muhammad itu mengandung Hal ini bisa dilihat pemaparan Watt
isyarat (bayang-bayang) yang nantinya yang telah disinggung di atas, tentang
dibahasakan ulang.32 Wahyu pertama yang konsep pewahyuan al-
diperintahkan Muhammad terdapat pada Qur’an kepada Muhammad.
QS. Al-‘Alaq dengan perintah ‘Iqra’ yang Menurut penulis, inilah yang dianggap
tidak diartikan membaca, namun sebagai sikap netral Watt dalam
bercerita. Kemudian dijawab Muhammad
dengan ‘aku tidak dapat membaca’ yang 33 Muhammad Alwi HS, Kritik atas
diucapkan berulang kali, yang menjadikan Pandangan William M. Watt terhadap Sejarah
Penulisan Al-Qur’an, hlm. 98.
34 Muhammad Alwi HS, Kritik atas
30 W. Montgomery Watt, Richard Bell:
Pengantar Qur’an, hlm. 16. Pandangan William M. Watt terhadap Sejarah
31 W. Montgomery Watt, Richard Bell: Penulisan Al-Qur’an, hlm. 98.
35 Munawir Haris, Orientalis dan
Pengantar Qur’an, hlm. 18.
32 W. Montgomery Watt, Richard Bell: Kewahyuan Al-Qur’an: Telaah W. Montgomery
Pengantar Qur’an, hlm. 18. Watt tentang Kewahyuan Al-Qur’an, dalam buku
Orientalisme Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:
Nawesea Press, 2007, hlm. 137.

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

78 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

melakukan kajian terhadap Islam. Ia tetap memfokuskan pada kajian filologi.


menghormati al-Qur’an sebagai suatu Montgomery Watt begitu antusias
kitab dan menggunakannya dalam suatu terhadap kajian Islam yang dibuktikan
kajian objektif. Watt tetap memposisikan dengan berbagai karyanya tentang al-
sebagai peneliti yang sedang melakukan Qur’an maupun Nabi Muhammad.
kajian tanpa memihak kepada siapapun. Meskipun tidak sepenuhnya
Kebanyakan konsepsi yang pemahamannya dapat kita terima (seperti:
dilahirkan para sarjana Barat mengenai meragukan kenabian Muhammad),
Islam adalah suatu yang bersifat dugaan setidaknya Watt banyak mengapresiasi
dan menjadi suatu wacana yang tidak untuk mengkaji lebih objektif tentang Al-
tuntas. Pendekatan historis- Qur’an.
fenomenologis yang ditawarkan Watt
akan menjadikan relevan terhadap kajian Kesimpulan
yang akan dilakukan berikutnya. William Montgomery Watt adalah
Permasalahan antara benar dan tidaknya sosok orientalis terakhir yang sangat
suatu kesimpulan menjadi hal akhir. simpatik terhadap Islam. Pendekatan
Menganalisa historis dan fenomenologis historis-fenomenologis menjadi
Islam adalah suatu hal yang harus pendekatan ganda yang dilakukan William
dipadukan dalam satu kesatuan agar Montgomery Watt dalam studi Islam.
tercipta makna yang utuh. Pendekatan ini diterapkan agar
Pendekatan yang dikenalkan Watt didapatkan pemahaman Islam yang
ini berimplikasi pada kajian studi Qur’an utuh. Historis-Fenomenologis yang
yang semulanya bersifat subjektif. dipaparkan William Montgomery Watt
Dengan pendekatan inilah, Islam tidak bisa menjadikan dialog antara al-Qur’an
dipandang lagi sebagai duplikat agama dan bibel yang semestinya bisa
sebelumnya. Pendekatan yang harus disatukan untuk saling
menelusuri sejarah dan fenomenanya menyempurnakan wahyu Tuhan. Watt
akan menghasilkan suatu kajian yang mengakui adanya al-Qur’an merupakan
komprehensif. Dengan demikian, wahyu yang sumbernya dari Tuhan dan
pendekatan historis-fenomenologis kemudian diproduksi Muhammad
William Montgomery Watt adalah salah dengan situasi konteks yang ada pada saat
satu pendekatan yang perlu dikaji kembali itu. Dengan pendekatan inilah akan
agar dapat diterapkan dalam dinamika didapatkan kesimpulan yang objektif,
kajian studi Qur’an. Pendekatan yang karena mengkolaborasikan antara basis
dipakai W. Montgomery Watt dalam sejarah dan fenomena dalam Islam. []
menarasikan sejarah Islam memang masih
ada yang diwarnai sisi negatif, tetapi
penelitian Watt membawa kebaharuan
Orientalis dalam memandang
Muhammad dan al-Qur’an.
Hemat penulis, kajian studi
Qur’an yang dilakukan para orientalis
tidaklah selalu bersisi negatif. Pemahaman
yang dilibatkan dalam penelitiannya
terhadap al-Qur’an memang sering kali
disamakan dengan Alkitab. Montgomery
Watt memiliki konsep pewahyuan al-
Qur’an cukup berbeda dengan kajian
orientalis sebelumnya yang hanya

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 79

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

DAFTAR PUSTAKA Waardenburg, Jacques, Peta Studi Islam:


Orientalisme dan Arah Baru Kajian
Alwi HS, Kritik atas Pandangan William Islam di Barat, terj. Muamirotun,
M. Watt terhadap Sejarah Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
Penulisan Al-Qur’an, dalam 2003.
Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Watt, Montgomery W, Richard Bell:
Hadis, Vol. 21, No. 1, Januari Pengantar Qur’an, Jakarta:INIS,
2020. 1998.
Haris, Munawir, Orientalis dan Watt, Montgomery W, Muhammad Prophet
Kewahyuan Al-Qur’an: Telaah W. and Statesman, Oxford: Oxford
Montgomery Watt tentang University Press, 1961
Kewahyuan Al-Qur’an, dalam Yusup, Andi Asdar, Metode Bibel dalam
buku Orientalisme Al-Qur’an dan Pemaknaan Al-Qur’an (Kajian
Hadis, Yogyakarta: Nawesea Kritis terhadap Pandangan
Press, 2007. Orientalis), dalam Jurnal Hunafa,
Jalaluddin, Mufti Labib, Teori Naskh Vol. 13, No. 1, Juni 2016.
dalam Pandangan William Zuhriyah, Luluk Fikri, Metode dan
Montgomery Watt dan Richard Pendekatan dalam Studi Islam:
Bell, Jurnal Hermeneutik, Vol. 13, Pembacaan atas Pemikiran
No. 2, 2019. Charles J. Adams, dalam Jurnal
Martin, Richard. C, Pendekatan terhadap Islamica, Vol. 2, No. 1, September
Islam dalam Studi Islam, terj. 2007.
Zakiyuddin Baidhawi, Yogyakarta: WEB
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, Richard Holloway, “William Montgomery
2010. Watt”, dalam
Putra, Heddy Shri Ahimsa, http://www.theguardian.com/ne
Fenomenologi Agama: ws/2006/nov/14/guardianobitua
Pendekatan Fenomenologi untuk ries.highereducation
Memahami Agama, dalam Jurnal
Walisongo, Vol. 20, No. 2,
November 2012.
Saeed, Abdullah, Pengantar Studi Al-
Qur’an, Yogyakarta: Baitul
Hikmah Press, 2016.
Shiddiqi, Nourouzzaman, Sejarah: Pisau
Bedah Ilmu Keislaman, dalam
Metodologi Penelitian Agama,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.
Sholeh, Farhanuddin, Penerapan
Pendekatan Fenomenologi dalam
Studi Agama Islam, dalam Jurnal
Qalamuna, Vol. 1, No. 2, Februari
2016.
Suryadilaga, Muhammad Alfatih, Kajian
atas Pemikiran John Wansbrough
tentang Al-Qur’an dan Nabi
Muhammad, dalam Jurnal
Tsaqafah, Vol. 7, No. 1, April
2011.

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an

80 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021

http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/

Anda mungkin juga menyukai