Abstrak
Kajian studi Islam yang dilakukan orientalis bukanlah sebagai momok bagi umat Islam. Pandangan
orientalis tentang Islam tidak selalu negatif karena hanya didasarkan penelitian historis semata. William
Montgomery Watt mengenalkan pendekatan ganda dalam memahami studi Islam, agar mendapatkan hasil
yang utuh. Artikel ini memaparkan pandangan W. Montgomery Watt dalam studi Al-Qur’an yang
dikhususkan pada konsep pewahyuan. Penulisan artikel ini menggunakan metode deskriptif.
Kesimpulannya Watt dalam mengkaji Islam dengan menggabungkan dua pendekatan. Watt mengakui al-
Qur’an sebagai kitab yang diturunkan Allah melalui Muhammad. Proses pewahyuan al-Qur’an menurut
Montgomery Watt terbagi dalam dua rumusan, yaitu: wahyu itu perintah untuk bicara dan proses bicara
yang dilakukan Muhammad itu mengandung isyarat (bayang-bayang).
Orientalist conducted Islamic studies are not a blight on Muslims. Because it is based primarily on
historical research, the orientalist view of Islam is not always negative. In order to acquire complete
results, William Montgomery Watt adopts a dual approach to comprehending Islamic Studies. This article
discusses a point of view in the study of the Qur’an that focuses on the concept of revelation. This article
was written in a descriptive metods. Finally, when it comes to understanding Islam, Watt employs a
hybrid method. Watt considers the Quran to be a book that was revealed to Muhammad by Allah.
According to Montgomery Watt, the process of revelation of the Qur’an is divided into two formulations:
revelation is an order to speak and the process of speaking by Muhammad is a series of signs (shadow).
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 71
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
72 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
Montgomery Watt dalam studi al-Qur’an. Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat,
hlm. 270-271.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 73
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
74 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
adalah duplikasi dari teori Yahudi- apa makna esensial dari simbol ini. 19 Hasil
Kristen.13 Selain itu al-Qur’an disusun yang didapatkan nantinya adalah
sekitar 150 tahun setelah wafatnya Nabi pemahaman Islam yang utuh dan sesuai
yang kemudian dinaikkan derajatnya dengan apa yang dipahami oleh
menjadi kitab suci yang sifatnya absolut. 14 masyarakat muslim. Konteks seperti ini
Hal negatif yang ditimbulkan dalam akan menghasilkan bahwa teks al-Qur’an
pendekatan historis ini juga memiliki merupakan wahyu Tuhan dan bukan
kekurangan, salah satunya hanya perkataan Muhammad.
mengungkapkan yang tampak pada Sikap yang harus dilakukan
kulitnya saja tanpa mempelajari makna menurut Charles J Adams dalam
yang mendasar.15 mengkaji fenomenologi adalah sikap yang
Sedangkan pendekatan fenome- netral dan dibantu dengan ilmu lain agar
nologis adalah lebih pada ranah hasilnya objektif. Menurut Adams,
mengidentifikasi struktur yang dikandung pendekatan ini sedikit sekali diterapkan
dalam al-Qur’an.16 Istilah fenomenologis dalam studi Islam.20 Penerapan yang lebih
dipakai pertama kali oleh Edmund efektif adalah kajian keberagaman
Husserl yang pada intinya pendekatan ini masyarakat. Pendekatan ini dirasa Adams
dilakukan dengan kembali kepada sesuatu kurang efektif dalam studi Islam,
yang diteliti itu sendiri (back to the things fenomenologi ini penting dilakukan
themselves).17 Maka dari itulah, dengan sebagai gertakan untuk memperbarui
pendekatan fenomenologis inilah seorang pendekatan yang hanya berlandaskan
pengkaji studi Islam untuk tidak historis saja.
memberikan penilaian sebelum melihat Richard C Martin memakai
sendiri keadaan agama Islam itu sendiri. pendekatan fenomenologi dalam
Pendekatan ini juga tidak pengkajian studi Islam. Martin
menomorduakan fakta yang terjadi pada menganggap bahwa agama bukanlah
manusia tentang Islam, seperti halnya menjadi sejarah perkembangan saja, tetapi
kebudayaan atau simbol agama.18 Al- harus menggabungkan pemahaman
Qur’an di dalam agama Islam merupakan pengkaji tradisional dan kontemporer
simbol yang penting, sehingga dengan agar difaptkan hasil yang objektif. Data
pendekatan inilah dituntut memahami kajian (data fields) adalah cara yang
ditempuh Martin dengan meneliti sisi
historis dan geografis dalam studi Islam.21
13 Muhammad Alfatih Suryadilaga, Hasil fenomenologi yang diusung Martin
Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang ini dirasa melengkapi kajian historis yang
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, dalam Jurnal semula dijadikan acuan pokok penggiat
Tsaqafah, Vol. 7, No. 1, April 2011, hlm. 94
14 Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al- studi Islam.
Qur’an, hlm. 153
15 Muhammad Alfatih Suryadilaga,
Kajian atas Pemikiran John Wansbrough tentang 19 Heddy Shri Ahimsa Putra,
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad, hlm. 98 Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi
16 Andi Asdar Yusup, Metode Bibel
untuk Memahami Agama, dalam Jurnal Walisongo,
dalam Pemaknaan Al-Qur’an (Kajian Kritis Vol. 20, No. 2, November 2012, hlm. 292.
terhadap Pandangan Orientalis), hlm. 57. 20 Luluk Fikri Zuhriyah, Metode dan
17 Farhanuddin Sholeh, Penerapan Pendekatan dalam Studi Islam: Pembacaan atas
Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Agama Pemikiran Charles J. Adams, dalam Jurnal Islamica,
Islam, dalam Jurnal Qalamuna, Vol. 1, No. 2, Vol. 2, No. 1, September 2007, hlm. 35.
Februari 2016, hlm. 350. 21 Richard C Martin, Pendekatan terhadap
18 Farhanuddin Sholeh, Penerapan Islam dalam Studi Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawi,
Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Agama Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga,
Islam, hlm. 351. 2010, hlm. 8-9.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 75
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
76 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
orientalis sezamannya karena banyak of his ideas for those to whom they are
dikalangan orientalis terlalu menyudutkan addressed.”27
Islam. Ia menganggap bahwa suatu Pernyataan tersebut dibangun
kebenaran yang didapat dari kajian agama Watt dengan mendatangkan
adalah semua benar.25 Hal inilah yang perbandingan antara Muhammad dan
dimaksudkan sikap netral Watt dalam tokoh pimpinan Eropa. Muhammad dan
kajian Islam yang menjadikan Adolf Hitler (pimpinan gerakan Nazi)
pemikirannya dapat diterima di kalangan dianggap Watt sama-sama memiliki
muslim. imajinasi kreatif yang mampu membuat
Salah satu permasalahan yang sebuah pergerakan yang besar. Agama
dibahas Watt adalah mengenai yang dibawa Muhammad telah memiliki
pewahyuan al-Qur’an. Watt meyakini al- seruan yang sangat luas dan berada di
Qur’an bukanlah perkataan Muhammad, setiap zaman. Pada kesimpulannya, Watt
al-Qur’an tersebut diturunkan Allah beranggapan bahwa Muhammad
untuk masyarakat Muhammad saat itu.26 dianggap sebagai seorang yang mampu
Watt lebih menganggap Muhammad memproduksi ide-ide yang relevan untuk
adalah orang yang hebat dan imajinatif, menjawab seputar kehidupan manusia.
bukan sebagai orang yang sakit epilepsi Secara tidak langsung Montgomery Watt
seperti halnya dikatakan orientalis meragukan kenabian Muhammad, tetapi
sebelumnya. Hal ini didasarkan mengakuinya sebagai seorang yang
pernyataannya: jenius.28 Inilah yang menjadi salah satu
“I would begin my asserting that there is sebab agar kita menyaring segala
found, at least in some men, what maybe informasi yang dipaparkan orientalis
called ‘cretive imagination’. Notable terhadap kajian Islam.
instances artist poets and imaginative Watt memaparkan kondisi Nabi
writers. All these put into sensuous form Muhammad ketika menerima wahyu
(pictures, poems, dramas, novel) what are dimana Nabi mengalami penglihatan dan
many felling but are unable to express perasaan yang aneh seperti penampakan
fully. Great works of the creative cahaya yang dianggap sebelumnya
imagination have thus a certain sebagai Tuhan. Hal ini merujuk pada
universality, in that they give expression QS. An- Najm [53]: 1-18 dan QS. At-
to the fellings and attituteds of a whole Takwir [81]: 15-25 yang dianggap Watt
generation. They are of course, not sebagai penurunan wahyu Muhammad
imaginary for they deal with real things melalui sugesti. Watt mempercayai
but they employ images, visual or conjured turunnya wahyu bukan rekayasa
up by words, to express what is beyond Muhammad, tetapi melalui isyarat yang
the range of man’s intelectual conceptions. telah dijelaskan dalam al-Qur’an. Konsep
Prophets and prophetic religious leaders, I pewahyuan Muhammad yang dipahami
should maintain, share in this creative Watt adalah mengelak adanya penyakit
imagination. They proclaim ideas epilepsi yang diderita Muhammad. Watt
connected with what is deepest and most membenarkan bahwa Muhammad seorang
centra in human experience, with special yang normal hingga akhir hayatnya.29
reference to the particular needs of their
day and generation. The mark of the
great prophet is the profound attractions
27William Montgomery Watt, Muhammad
Prophet and Statesman, Oxford: Oxford University
25 W. Montgomery Watt, Richard Bell:
Press, 1961, hlm. 238-239.
28 William Montgomery Watt, Muhammad
Pengantar Qur’an, hlm. 162. Prophet and Statesman, hlm 240.
26 Abdullah Saeed, Pengantar Studi Al-
29 William Montgomery Watt, Muhammad
Qur’an, hlm. 165. Prophet and Statesman, hlm. 19.
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 77
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
78 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021 79
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/
Erika Aulia Fajar Wati Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an
80 Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, Vol. 4, No. 1, Juni 2021
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/