Anda di halaman 1dari 10

Polemik Kodifikasi Hadis Menurut Michael Cook

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Orientalis dan Studi Hadits
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Umma Farida, LC., MA

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Ahmad Riski Anjali (1930410042)


2. Sofi Nur Tiana Sari (1930410070)
3. Yuchanidz Arwaniyah (1930410073)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS USHULUDDIN
PROGAM STUDI ILMU HADIST
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik baiknya. Tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil
makalah ini dapat dirampungkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar


mata kuliah Orientalis dan Studi Hadits sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Polemik Kodifikasi Hadis Menurut Michael Cook”. Besar
harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang pemikiran Joseph Schacht. Juga
merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua
pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah Orientalis dan Studi Hadits.

Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak “, kami mengharapkan
saran dan kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, semoga segalah daya dan upaya yang
kami lakukan dapat bermanfaat, Aamiin.

Kudus, 01 April 2022

Kelompok 3

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam studi hadis selain tokoh muhaddisin terdapat pula tokoh non
muslim atau yang biasa disebut tokoh orientalis. Diantaranya seperti Ignaz
Goldizher, Joseph Schacht, Michael Cook, Abraham Geiger, Joseph Horovits,
dan masih banyak lainnya yang tidak disebutkan oleh pemakalah, karena
disini pemakalah hanya akan membahas salah satu dari tokoh-tokoh tersebut
yakni Michael Cook.
Michael Cook merupakan tokoh yang paling modern daripada Ignaz
Goldizher dan juga Joseph Schacht, dikatakan bahwa Michael Cook dulunya
adalah seorang sejarawan yang cukup terkenal sehingga dalam perjalanan
keilmuannya tidak jauh dari konsep sejarah dan selalu mengaitkan sejarah
dengan pemikirannya. Seperti dalam artikelnya yang dimuat dalam Jurnal
Arabica XLIV (1997) yang berjudul “The Opponents of the Writing of
Tradition in Early Islam”. Seorang penerjemah karya Michael Cook
mengatakan tentang kelebihan dari karya Cook adalah bahwa ia mengkaji
persoalan studi hadis dari perspektif sejarah, “Sepanjang pengalaman saya
mengajar hadis dan ilmu hadis di Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
IAIN (sekarang berubah menjadi UIN) Sunan Gununng Djati Bandung,
pendekatan sejarah masih sangat jarang digunakan untuk mengkaji persoalan
hadis dan ilmu hadis. Padahal bisa dikatakan bahwa hadis dan ilmu hadis tidak
dapat dipahami dengan baik jika tidak melibatkan pendekatan sejarah. Oleh
sebab itu para pengkaji hadis di dunia Barat selalu menghubungkan studi hadis
dengan studi sejarah Islam awal dan sirah nabawiyyah. Pendek kata, seorang
ahli hadis di Barat secara otomatis adalah ahli sejarah Islam awal. Sementara
di kalangan umat muslim, seorang ahli hadis tidak mesti ahli sejarah Islam
awal karena studi hadis di kalangan para sarjana muslim dipisahkan dari studi
sejarah Islam”.1

1
Prof. Dr. Michael A. Cook , Oposisi Penulisan Hadis di Masa Islam Awal. Diterjemahkan dari Michael
A. Cook “The Opponents of the Writing of Tradition in Early Islam,” dalam jurnal arabica XLIV (1997).
Diterjemahkan dan diberi kata pengantar oleh : Dr. Ali Masrur Abdul Ghaffar (Staf pengajar hadis dan
ilmu hadis pada Fakultas Ushuluddin dan Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung). (Bandung, Marja). Hal 6

2
Kali ini pemakalah akan mengkaji seputar polemik kodifikasi hadis
menurut Michael Cook. Michael Cook mengatakan bahwa sejarah kodifikasi
dan transmisi hadis memiliki kemiripan dengan Mishnah Yahudi. Kitab
Mishnah adalah salah satu kitab yang menjadi rujukan utama umat Yahudi
dalam hal permasalahan hukum.2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Michael Cook?
2. Bagaimana polemik kodifikasi hadis menurut Michael Cook?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi Michael Cook
2. Mengetahui polemik kodifikasi hadis menurut Michael Cook

2
Michael Cook, The Opponents of The Writing of Traditional in Early Islam, 508.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Michael Cook


Michael Cook adalah salah satu tokoh orientalis terkemuka di abad
modern ini. Nama lengkapnya adalah Michael Allan Cook dengan nama
sapaan Cook. Ia lahir pada tanggal 24 Desember 1940 di Inggris. Ia adalah
seorang sejarawan berkebangsaan Inggris. Selain dikenal sebagai sejarawan
Inggris ia juga dikenal sebagai sarjana sejarawan Islam yang masyhur di
Universitas Princeton, New Jersey Inggris. Selama ini, Inggris memang
dikenal sebagai negara yang banyak melahirkan tokohtokoh orientalis hadis,
selain Michael Cook ada nama James Robson, Joseph Schacht, Norman
Calder, D. S. Margoliouth, H. A. R. Gibb dan lain-lain.3
Michael Cook sebagai orientalis diawali dengan belajar kajian Timur
Tengah dan Sejarah Islam di King’s College, Cambridge dari tahun 1959
sampai tahun 1963. Setelah itu, Cook melanjutkan studinya di Program
Pascasarjana School of Oriental and African Studies (SOAS) Universitas
London tahun 1936-1966. Di universitas ini Cook dibimbing oleh Profesor
Bernard Lewis, di bawah bimbingannya, Cook berhasil menghadirkan kajian
baru tentang sejarah sosial dan politik Dinasti Ottoman, Turki. Hasil dari
kajian ini menjadi monograf pertamanya yang berjudul Population Pressure
ini Rural Anatolia, 1450-1600 (1972).
Pada wilayah studi hadis, Michael Cook mulai dikenal sejak ia
mengkritik pemikiran Joseph Schacht dan Juynboll tentang teori common link
pada tahun 1981.4 Menurut Cook, perawi yang berstatus sebagai common link
tidak bisa dijadikan dasar penilaian sebagai pemalsu hadis. Ia mengatakan
bahwa setiap perawi dalam sebuah sanad punya potensi yang sama dalam
melakukan pemalsuan hadis, tidak hanya pada perawi yang berstatus sebagai
common link saja akan tapi semua perawi juga bisa melakukan pemalsuan
hadis. Perhatian Cook terhadap hadis semakin intens setelah menulis buku

3
Michael Cook, Kontroversi Hadis: Percaturan dan Pertarungan awal Islam, terj. Ali Masrur (Bandung:
Marja, 2015), 169.
4
Kritik Michael Cook kepada Joseph Schacht dan Juynboll ditulis dalam bukunya yang berjudul Early
Muslim Dogma: A Source Critical Study. Lihat Michael Cook Early Muslim Dogma: A Source Critical
Study (Cambridge: Cambridge University Press, 1981), 107-108.

4
yang berjudul Early Muslim Dogma: A Source Critical-Study yang diterbitkan
oleh Cambridge University Press tahun 1981. Ketika Michael Cook selesai
menerbitkan buku ini, maka sejak saat itu ia mulai banyak memusatkan
perhatiannya pada studi hadis. Terbukti dengan lahirnya banyak artikel-
artikelnya yang fokus pada kajian hadis. Di antaranya adalah: Eschatology and
the Dating of Traditions (1992), The Heraclian Dynasty in Muslim
Eschatology (1992), An Early Islamic Apocalyptic Chronicle (1993), The
Opponents of The Writing Traditional in Early Islam (1997), dan Ibn Qutayba
and the Monkeys (1999).
Kelima karya ini adalah tulisannya yang fokus pada kajian hadis. Ini
sekaligus juga membuktikan bahwa Cook adalah termasuk tokoh orientalis
yang cukup diperhitungkan dalam kajian hadis di Barat. Dalam kehidupan
kesehariannya, Michael Cook banyak menghabiskan waktunya dalam
penelitian, mengajar dan membimbing disertasi. Sejak tahun 1986, Cook
mengembangkan karier akademiknya dengan mengajar pada Program
Pascasarjana di Princeton University. Di universitas ini Cook mendapat gelar
Profesor dibidang kajian timur tengah (Near Eastern Studies) dan diangkat
sebagai guru besar di universitas tersebut. Mata kuliah yang diajarkannya
adalah Islamic Studies atau Pengkajian Islam.

B. Polemik Kodifikasi Hadis Menurut Michael Cook


Polemik kodifikasi hadis pada dasarnya lahir dari bagaimana sejarah
yang terjadi pada abad II H bahwa Cook berupaya meredakan polemik
sebelumnya tentang penentangan terhadap penulisan hadis dengan
menggunakan pola kompromi menyatukan dua kutub berbeda yang kemudian
berpengaruh pada masa pembukuan atau kodifikasi hadis yakni abad ketiga
Hijriyah. Pola kompromi yang terjadi pada abad ketiga Hijriyah memberi
pengaruh pada penciptaan suasana yang mendukung para muhaddisin untuk
melakukan pencatatan dan pembukuan hadis. Dukungan dari otoritas penguasa
saat itu juga memotivasi para tokoh hadis untuk produktif menciptakan karya-
karya hadisnya, seperti al-Bukhari dengan al-Jami’ as-Sahihnya. Demikian
pula dengan Imam Muslim. Juga Imam an-Nasa’i, Abu Dawud, at-Tirmidzi,
ad-Darimi dan Ibn Majah yang menghasilkan karya Sunannya, di samping
karya-karya hadis lainnya yang muncul pada abad ketiga Hijriyah ini.
5
Sehingga wajar jika dalam sejarah perkembangan hadis abad ketiga ini disebut
sebagai masa keemasan kodifikasi hadis-hadis Nabi Saw.5
Penentangan terhadap penulisan hadis jika dirunut dari sejarahnya,
diklasifikasikan oleh Cook ke dalam dua fase: Pertama, fase Basrah dan
kedua, fase umum yang meliputi Kufah, Madinah, Makkah, Yaman, dan
Syria.6 Termasuk kategori fase umum dalam klasifikasi Cook adalah Madinah.
Tokoh setral yang dihujat di sini adalah Muhammad ibn Syihab az-Zuhri (w.
124) yang dalam pandangan mayoritas tokoh hadis, az-Zuhri dinilai sebagai
pahlawan yang meletakkan tonggak pertama pembukuan hadis. Di sini, Cook
menampilkan data yang berlawanan dalam tradisi muhaddisin pada umumnya.
Cook menyatakan bahwa az-Zuhri bukanlah seorang penulis hadis. Jika pun ia
dinyatakan sebagai penulis, maka ia menulis hanya dalam kasus-kasus
tertentu. Ia hanya memiliki satu buku saja yakni tentang genealogi sukunya.7
Sekedar meluruskan bahwa az-Zuhri bukanlah orang pertama yang
menulis hadis sebagaimana asumsi banyak orientalis. Al-Azami memaparkan
bahwa statemen Imam Malik (93-179 H.) : awwalu man dawwana al-‘ilm Ibn
Syihab az-Zuhri yang sering dirujuk para muhaddisin terkait dengan aktifitas
penulisan hadis sebenarnya menunjukkan arti ‘membukukan’ bukan ‘menulis’
sebagaimana yang selama ini dipahami. Munculnya pemahaman ini
dikarenakan terjadinya misinterpretasi terhadap kata kitabah, tadwin, dan
tasnif.8
Michael Cook mengatakan bahwa sejarah kodifikasi dan transmisi hadis
memiliki kemiripan dengan Mishnah Yahudi. Sebagaimana hadis, sejarah
penulisan Mishnah memakan waktu yang lama. Pada awalnya penyebaran
ayal-ayat Mishnah hanya ditransmisikan secara lisan. Bahan-bahannya
disampaikan oleh guru secara lisan, lalu dihafalkan oleh para murid, kemudian
disampaikan lagi kepada generasi berikutnya hingga membentuk rentetan
sanad. Dengan demikian, tersusunlah sebuah sistem rangkaian sanad yang
menyandarkan kepada Musa. Sejalan dengan pendapat Cook, Joseph Barcklay
menyatakan bahwa Mishnah bersumber dari Nabi Musa yang diriwayatkan
5
Umma Farida, POLEMIK PENULISAN HADIS: Perspektif Michael A. Cook dalam The Opponents of the
Writing of Tradition in Early Islam Jurnal Riwayah VOL 1 NO 1 Maret 2015. Hal 31
6
Ibid ,..Hal 22
7
Ibid ,..Hal 27
8
Al-A‘zami, Studies in Hadith Methodology and Literature, (Indianapolis: American Trust Publications,
1977), hlm. 27.

6
secara lisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Rabi Yahudi asal
Inggris ini menjelaskan bahwa penulisan Mishnah baru dilakukan pada sekitar
tahun 200 M. Sebelum itu, belum ada penulisan sama sekali terhadap kitab ini
karena terlarang menuliskannya menurut syariat Yahudi.9
Kitab Mishnah ini disusun sekitar tahun 200 M oleh seorang rabbi yang
bernama Judah Hanasi (135-220 M), kira-kira satu abad setelah Kaisar Titus
bersama legium Romawi menghancurkan Kuil Sulaiman. Rabbi Judah Hanasi
kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan dan menulis Taurat Lisan.
Namun, penulisan Mishnah yang dilakukannya belum selesai hingga ia
meninggal, para rabi yang lain kemudian melanjutkan proyek penulisan
tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga baru selesai ditulis
pada tahun 500 M di kota Thabariyah (Palestina).
Para rabi Yahudi yakin bahwa Nabi Musa adalah sumber pertama dari
kitab Mishnah yang diterima di Thur Sinai. Kitab ini ditransmisikan turun-
temurun secara lisan dari Nabi Musa ke Nabi Joshua, lalu Joshua
menyampaikannya kepada para Tetua, lalu ke para Nabi, dan para Nabi
menyampaikannya kepada orangorang di Majelis Agung (Great Assembly)
yang dipimpin oleh Ezra. Lalu kemudian mereka menyampaikannya dari
generasi ke generasi sehingga sampailah pada suatu saat di mana pesan lisan
ini tidak dapat dikuasai dan dijaga kecuali dengan hanya tulisan.10

BAB III
9
Muhammad Ghifari & Ulfah Zakiyah, Genealogi Sanad dalam Perspektif Orientalis: Studi Kritik atas
Pemikiran Michael Cook. Jurnal Refleksi Volume 20, Nomor 2, Oktober 2021. Hal 173
10
Karen Armstrong, Sejarah Al-Kitab, 124.

7
PENUTUP

A. Kesimpulan
Polemik kodifikasi hadis pada dasarnya lahir dari bagaimana sejarah
yang terjadi pada abad II H bahwa Cook berupaya meredakan polemik
sebelumnya tentang penentangan terhadap penulisan hadis dengan
menggunakan pola kompromi menyatukan dua kutub berbeda yang kemudian
berpengaruh pada masa pembukuan atau kodifikasi hadis yakni abad ketiga
Hijriyah.
Michael Cook mengatakan bahwa sejarah kodifikasi dan transmisi hadis
memiliki kemiripan dengan Mishnah Yahudi. Sebagaimana hadis, sejarah
penulisan Mishnah memakan waktu yang lama. Pada awalnya penyebaran
ayal-ayat Mishnah hanya ditransmisikan secara lisan.
Kitab Mishnah ini disusun sekitar tahun 200 M oleh seorang rabbi yang
bernama Judah Hanasi (135-220 M), kira-kira satu abad setelah Kaisar Titus
bersama legium Romawi menghancurkan Kuil Sulaiman. Rabbi Judah Hanasi
kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan dan menulis Taurat Lisan.
Namun, penulisan Mishnah yang dilakukannya belum selesai hingga ia
meninggal, para rabi yang lain kemudian melanjutkan proyek penulisan
tersebut dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga baru selesai ditulis
pada tahun 500 M di kota Thabariyah (Palestina).

DAFTAR PUSTAKA

8
Al-A‘zami, Studies in Hadith Methodology and Literature, Indianapolis:
American Trust Publications, 1977
Cook, Michael. “The Opponents of The Writing of Traditional in Early Islam”,
dalam Jurnal Arbica XLIV, 1997. Terj. Ali Mansur
-------------. Kontroversi Hadis: Percaturan dan Pertarungan awal Islam, terj. Ali
Masrur. Bandung: Marja, 2015
-------------. Early Muslim Dogma: A Source Critical Study. Cambridge:
Cambridge University Press, 1981
Farida, Umma. POLEMIK PENULISAN HADIS: Perspektif Michael A. Cook
dalam The Opponents of the Writing of Tradition in Early Islam Jurnal
Riwayah VOL 1 NO 1 Maret 2015.
Ghifari, Muhammad, Ulfah Zakiyah, Genealogi Sanad dalam Perspektif
Orientalis: Studi Kritik atas Pemikiran Michael Cook. Jurnal Refleksi Volume
20, Nomor 2, Oktober 2021.
Armstrong, Karen. Sejarah Al-Kitab. Penerjemah Fransiskus Borgias, Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2013.

Anda mungkin juga menyukai