Anda di halaman 1dari 10

BIOGRAFI, KONSEP BERFIKIR DAN PENAFSIRAN WILLIAM MUIR

TERHADAP AL-QUR’AN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kajian barat atas Al- Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad, Lc., M.Th.I

Oleh:

M. Amin Muthohar 19240020


Itmamul Wafa 19240040
Saila Rahmatika 19240059

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Sumber belajar yang merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam proses belajar dan pembelajaran agar proses tersebut dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut penulis berusaha menyusun
materi kuliah pemikiran tafsir klasik dan kontemporer dalam bentuk makalah. Beribu
kata terima kasih kami ucapkan kepada bapak Dr. Muhammad, Lc., M.Th.I. selaku
dosen pengajar dan pembimbing Mata Kuliah Kajian Barat Atas Al- Qur’an yang
telah membimbing kami sebagai penyusun dalam menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini. Makalah ini akan membahas tentang “Biografi, Konsep Berfikir Dan
Penafsiran William Muir Terhadao Al-Qur’an”.
Apa yang disajikan dalam makalah ini hanyalah merupakan garis besar materi
kuliah. Untuk memperluas dan memperdalam wawasan dalam bidang ini diharapkan
mahasiswa membaca berbagai refensi yang relevan, terutama yang buku-buku
ataupun jurnal yang dijadikan acuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat makalah ini, baik
yang menyangkut isi, pengungkapan, maupun sistematika penulisan. Untuk itu saran
serta kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan.

Malang, 09 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kajian tafsir mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada setiap
masanya. Kajian ini tidak hanya dilakukan oleh mufassir-musfassir muslim, namun
termasuk kalangan orientalis. Orientalis sendiri terdapat yang pro dan kontra.
Orientalis yang pro, mereka akan menafsirkan al-Qu’an dan hadis dengan sebaik-
baiknya. Namun, kaum orientalis yang kontra, mereka akan mencari cela untuk
melemahkan Islam.
Salah satu tokoh orientalis yang pertama kali membawa citraan Nabi
Muhammd saw. untuk dikenal dikesarjanaan barat adalah Sir William Muir. Pada
makalah ini penulis akan mengupas sedikit mengenai biografi dan pemikiran William
Muir terhadap al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi William Muir?
2. Bagaimana kerangka pemikiran Wiliiam Muir terhadap al-Qur’an?
3. Bagaimana penjelasan mengenai pemikiran Wiliiam Muir terhadap al-Qur’an?
C. Tujuan
A. Mengetahui biografi William Muir
B. Mengetahui kerangka pemikiran Wiliiam Muir terhadap al-Qur’an
C. Mengetahui penjelasan mengenai pemikiran Wiliiam Muir terhadap al-Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi William Muir

William Muir merupakan seorang ilmuan yang berasal dari Inggris. Ia lahir di
Skotlandia pada 27 April 1819. Muir menempuh pendidikan di Universitas Endiburg
dan di Glaslow. Lalu melanjutkan pendidikannya di Heileybury College. Menurut
para ahli mengatakan bahwa di Heileybury College mulai mempengaruhi Muir
mengenai penulisan-penulisan sejarah. Lalu ia tinggal di India pada tahun 1837
sampai 1876. Disana ia menjadi sekertaris pemerintah Provinsi North West pada tahun
1852. Pada tahun 1865, ia diangkat menjadi menteri luar negeri untuk India di ibu
kota New Delhi. Ia meraih gelar kebangsawanan pada tahun 1867. Kemudian ia
menjadi Letnan-Gubernur Provinsi North West pada tahun 1868, di mana ia tinggal
selama jangka waktu yang lama hingga 1874, kemudian ia kembali ke Delhi sebagai
menteri keuangan. Sir William Muir meninggalkan India pada tahun 1876 lalu
menduduki Dewan India di London. Muir terpilih sebagai Kepala Sekolah dan Wakil
Rektor Universitas Edinburgh pada tahun 1885. Sir pensiun pada tahun 1903. ia
meninggal Endiburgh pada 11 Juli 1905

Salah satu peran Sir William Muir adalah sebagai missioner kelak yang
menjadi sandaran ketika ia menggambarkan sosok penting yang ada dalam Islam.
Pada bidang akademi, terdapat beberapa karya yang telah dia ciptakan, diantaranya
yang berjudul Life of Mohamet dan The Coran. Kedua karyanya ini murni membahas
tentang Nabi Muhammad dan Al-Qur’an. Pada buku Life of Mohamet membahas
tentang kisah Nabi Muhammad saw. yang mana ketika buku ini diterbitkan masih
jarang orang yang menulis tentang biografi orang Islam yang memakai bahasa Inggris
dan yang bersumber pada sumber-sumber primer.

B. Kerangka Pemikiran William Muir Terhadap al-Qur’an

William Muir merupakan peneliti yang berasal dari Skotlandia. Dia juga
menulis tentang Riwayat hidup Nabi Muhammad saw. dalam bukunya yang berjudul
Life of Mahomet. Memahami latar belakang seorang penulis maka akan mempermuda
h memahami buku tersebut secara komprehensif. 1 Sebelum itu, William Muir berpend
apat bahwa Alquran bukan merupakan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan, melainka
kata-kata dari Nabi Muhammad saw. Kata-kata tersebut merupakan hasil dari pengala
man yang dialami oleh Nabi Muhammad saw., baik pengalaman karir publiknya, pand
angan keagamaannya serta kareteristik pribadinya.2 Pendapat tersebut didasarkan pada
Riwayat perjalanan Nabi ke Syam bersama pamannya dan perjalanan ke Syam Ketika
mendapatkan pekerjaan berdagang dari Khadijah. Dalam perjalanan tersebutlah, Nabi
bertemu dengan seorang Rahib dan Pendeta yang sedang beribadah dengan khusyuk.
Dari pengalaman inilah timbul kehendak di dalam hatinya untuk mencari mana agama
yang benar. Dalam pencarian ini, menurut Muir, Nabi mengaku mendapatkan wahyu
dari Allah dengan bukti kesuksesan dari usaha berdagangnya, dan kemudian beliau di
minta menikah dengan Khadijah.3
Pendapat Muir sebelumnya yang mengatakan bahwa memahami buku secara
komprehensif dapat dilakukan dengan memahami latar belakang si penulis buku.
Maka dari itu, Muir berpendapat bahwa kronologi pewahyuan Al-Qur’an dapat dilihat
dari riwayat jejak karir Nabi Muhammad saw. Menurutnya sejarah Nabi Muhammad s
aw.-lah yang bisa mengilustrasikannya. Namun pendapat Muir ini ditolak oleh Muha
mmad Abu Lailah yang mengatakan bahwa Al-Quran berbeda dengan teks-teks buku
lainnya.
William Muir, dalam bukunya Life of Mahomet, menawarkan sebuah teori kro
nologi pewahyuan Al-Quran dengan runtutan surat yang berbeda dengan lainnya. Kro
nologi yang ditawarkan Muir secara jelas berbeda dengan versi Noldeke terutama dala
m penempatan nomor surat termasuk memulai penanggalan lebih awal sebelum Nabi
Muhammad diangkat sebagai seorang nabi. Pemetaan kronologi Al-Quran tidak akan
lepas dari terkaan dan asumsi. Menurutnya ada ciri-ciri atau patokan yang dapat digun
akan dalam pemataan ini. Pada mulanya surah-surah yang turun bersifat penggembira
dan liar. Lalu disusul surah-surah yang bersifat naratif dan berprosa. Kemudian ditutu
p dengan surah-surah yang bersifat otoritatif dan resmi. Ini merupakan strategi dalam
mengembangkan doktrin dan ajaran disertai argumentasinya untuk kemudian ditujuka
n kepada kaum Kafir Makkah, Yahudi dan Nasrani. Sebagian dari Al-Quran tidak me
1
Ali Fitriana Rahmat, Menimbang Teori Kronologi Al-Qur’an Sir William Muir dan Hubbert Grimme,
Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Volume 3, Nomor 1, 2020, h. 59.
2
M. Muzayyin, Al-Qur’an menurut Pandangan Orientalis (Studi Analisis ‘Teori Pengaruh’ dalam Pe
mikiran Orientalis), Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis, Vol. 16, No. 2, Juli 2015, h. 211.
3
Ahmad Fadholi, Studi Kritis terhadap Pemikiran John Wonsbrough tentang Historisitas Al-Qur’an,
Hermeunetik, Vol.8, No. 2, Desember 2014, h. 285.
miliki ciri-ciri maupun karakteristik khusus yang menunjukkan secara spesifik waktu
dan .periodenya ditentukan, sehingga untuk penyusunan periodisasi didasarkan pada a
sumsi.4
Sebagian dari 114 surat yang diperiodesasikan secara umum dapat diterima da
n cukup beralasan. Penyusunan itu mengacu pada ciri dan sifat yang ia gariskan sebel
umnya kecuali beberapa surah yang sudah jelas periodenya. Baginya masih sangat ter
buka bagi siapapun untuk menentukan periodesasi masing-masing surah.

C. Penjabaran pemikiran Wiliam Muir Terhadap al-Qur’an

Berdasarkan materi sebelumnya, Sir William Muir (1819-1905 M),


menyodorkan upayanya menyusun surah berdasarkan kronologi pewahyuan Alquran
tentang biografi Nabi dalam karyanya Life of Mohamet (1858-1861 M.), yang dimuat
dalam essei mengenai: Sourches for the Biography of Mohamet” dan ia
mengungkapkan lebih lengkap dalam The Coran, its Composition and Teaching; and
the Testimony it Bears to the Holy Scriptures. Muir mengajukan suatu aransemen
kronologi surat-surat Alquran yang dikelompokkan pada enam periode, lima periode
Mekkah dan satu periode Madinah. Muir menyebutkan 93 surat Makkiyah dan 21
Madaniyah.5

William juga menyusun kronologi unit-unit wahyu al-Qur’an itu dalam


bukunya Life of Mohammed, ia membagi ayat-ayat Makkiyyah dalam lima
klasifikasi. Berbeda juga dengan aransemen versi H. Grimme yang ia paparkan dalam
bukunya, Mohammed (Munster, 1892-95).6Yang jelas, susunan-susunan aransemen
itu, akan berbeda satu dengan yang lainnya, walaupun sedikit memiliki kemiripan.
Benturan yang terjadi malah menjadi konflik tersendiri, sedang proyek pengguguran
otentifikasi al-Qur’an yang dicanangkan, justru terabaikan. Dalam kasus tertentu
misalnya, Noldeke menyalahkan aransemen William Muir, dengan mengatakan
bahwa kesalahan Muir sangat mendasar, walaupun Muir memang mengakui, bahwa
dirinya belum yakin betul terhadap aransemen susunannya.7

4
Ali Fitriana Rahmat, Menimbang Teori Kronologi Al-Qur’an Sir William Muir dan Hubbert Grimme,
h. 60
5
William Muir, The Life of Mahomet and History of Islam to the Era of the Hegira: with Introductory
Chapters on the Original Sourches for the Biography of Mahomet and on the Pre-Islamite History of
Arabia, (London, Smith, Elder and Co, 198137, 43
6
Badawī, Difā’ ‘an al-Qur`ān, hlm. 115-120, atau juga pada tabel-tabel dalam Taufik, Rekonstruksi,
hlm. 101-105
7
Badawī, al-Difa’ ‘an al-Qur`ān, hlm. 120
Menurut Willian Muir, kepercayaan akan al-Qur‘an sebagai firman Tuhan
hanya dipropagandakan oleh generasi sesudah Muhammad. Abû Bakr, salah seorang
sahabat Muhammad yang utama dan menjadi khalifah pertama setelah Muhammad
wafat, yang mula-mula memperkenalkan al-Qur‘an sebagai firman Tuhan.
Ketertarikan Abû Bakr terhadap Muhammad sebagai pribadi yang sederhana dan
konsisten yang menyebabkannya mengangkat derajat ucapan Muhammad sebagai
firman Tuhan dan menghimpunnya untuk memelihara dari kehilangan. Sikap dan
usaha yang sama diteruskan oleh Umar ibn Khattâb untuk melakukan kompilasi dan
mendeklarasikan sebagai firman Tuhan.8 Hal ini tentu bertentangan secara diametral
dengan pandangan umat Muslim.

Meskipun di kalangan teolog Muslimnya terdapat perdebatan mengenai status


al-Qur‘an; apakah al-Qur‘an makhluk atau bukan, namun mereka sepakat bahwa al-
Qur‘an adalah firman Allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya yang
terakhir, yaitu Muhammad. Richard Bell berpendapat bahwa al-Qur‘an dibuat
Muhammad berdasarkan ajaran-ajaran yang telah mapan saat itu, termasuk ajaran
Yahudi dan Kristen.9

Para orientalis menyatakan bahwa wahyu bukan merupakan suatu peristiwa


supernatural, tetapi merupakan peristiwa natural. Dengan kata lain, wahyu bukan
berasal dari Tuhan, tetapi merupakan ide-ide dalam jiwa yang kemudian disabdakan.
William Muir menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai wahyu tidak lain
sesungguhnya adalah kata-kata Muhammad sendiri. Kata-kata tersebut dihimpun dari
pengalaman-pengalaman Muhammad.10

Pernyataan William Muir mengindikasikan bahwa dia menuduh Muhammad


hanya mengaku mendapat wahyu dari Tuhan. Konsep wahyu itu sendiri, menurut
Arthur Jeffery, telah dikenal oleh Muhammad melalui lingkungannya di masa kanak-
kanak dan masa muda. Pengetahuan tentang wahyu, ilham, malaikat, kenabian, rasul,
dan kitab suci sudah populer dalam masyarakat Arab sebelum atau menjelang
kerasulan Muhammad. Ide mengenai wahyu lebih lanjut dipelajari oleh Muhammad

8
Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme: al-Qur‟an di Mata Barat (Sebuah Studi Evaluatif),
(Semarang: Dina Utama, 1997), h. 97
9
Richard Bell, The Origin of Islam in Its Christian Environment, h. 67-68
10
Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme: al-Qur‟an di Mata Barat (Sebuah Studi Evaluatif), h.
95
melalui kontak dengan ahl al-kitâb. Sementara ajaran mengenai Malaikat Jibril
sebagai pembawa wahyu diambil dari kitab Daniel dan Injil Lukas.11

BAB III

PENUTUP
11
Arthur Jeffery, The Qur‘an as Scripture,‖ dalam The Muslim Word, 1950, h. 195
A. Kesimpulan

William Muir merupakan seorang ilmuan yang berasal dari Inggris. Ia lahir di
Skotlandia pada 27 April 1819. Muir menempuh pendidikan di Universitas Endiburg
dan di Glaslow. Lalu melanjutkan pendidikannya di Heileybury College. Lalu ia
tinggal di India. Sir pensiun pada tahun 1903. ia meninggal Endiburgh pada 11 Juli
1905. Karyanya diantaranya yang berjudul Life of Mohamet dan The Coran. Kedua
karyanya ini murni membahas tentang Nabi Muhammad dan Al-Qur’an.

William Muir berpendapat bahwa Alquran bukan merupakan wahyu yang ditu
runkan oleh Tuhan, melainka kata-kata dari Nabi Muhammad saw. Pendapat tersebut
didasarkan pada Riwayat perjalanan Nabi ke Syam bersama pamannya dan perjalanan
ke Syam Ketika mendapatkan pekerjaan berdagang dari Khadijah. Pendapat Muir
sebelumnya yang mengatakan bahwa memahami buku secara komprehensif dapat
dilakukan dengan memahami latar belakang si penulis buku. Maka dari itu, Muir
berpendapat bahwa kronologi pewahyuan Al-Qur’an dapat dilihat dari riwayat jejak k
arir Nabi Muhammad saw.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fadholi, “Studi Kritis terhadap Pemikiran John Wonsbrough tentang Historisitas Al-Qur’an,
Hermeunetik” Vol.8, No. 2, Desember 2014,
Muir, William. “The Life of Mahomet and History of Islam to the Era of the Hegira: with Introductory
Chapters on the Original Sourches for the Biography of Mahomet and on the Pre-Islamite
History of Arabia”, (London, Smith, Elder and Co, 198137, 43
Muzayyin, “Al-Qur’an menurut Pandangan Orientalis (Studi Analisis ‘Teori Pengaruh’ dalam Pem
ikiran Orientalis”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis, Vol. 16, No. 2, Juli 2015,
Rahmat, Ali Fitriana. “Menimbang Teori Kronologi Al-Qur’an Sir William Muir dan Hubbert Gri
mme,” Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Volume 3, Nomor 1, 2020

Anda mungkin juga menyukai