Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH HADITS

KAJIAN KITAB ‘AUNUL MA’BUD SYARAH SUNAN ABU DAUD


.

Disusunoleh:

KHOIRUDDIN

WAHYUDIN

SYAIKHUL HADI PERMONO

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

2020
A. Sekilas tentang pengarang kitab Syarah Sunan Abi Daud li al-
Aini

Al-Aini memiliki nama lengkap Muhammad Mahmud ibn Ahmad ibn


Musa ibn Ahmad ibn Husain ibn yusuf ibn mahmud al- Aintabi al-Halbi al-Qahiri
al-Hanafi, akan tetapi beliau lebih mesyhur dengan sebutan al-Aini, Abu al-Tsana
ibn Syihab, Abu Muhammad, ataupun Badrudin. Beliau lahir pada bulan
Ramadhan tahhun 762 H/1361 M.

Karya-karya beliau terhitung banyak diantaranya, Umdah al-qari syarah


sahih Bukhori, Syarah sunan Abu daud lil Aini, maghani al-Akhyar fi rijal Ma’ani
al-Atsar, tarikh al-Badar fi Aushaf Ahl Ashr, dan lain-lain. Beliau wafat pada
malam selasa 4 Dzulhijjah 855H / 1451M dan dimakamkan di Mesir.

1. Mengenal Kitab Syarah Sunan Abi Daud li al-Aini

Kitab ini merupakan salah satu kitab syarah alternatif atas Sunan Abu
Daud, disamping Aunul Ma’bud karya Abu Thayibb, yang dinilai merupakan
karya terbaik dalam hal ini. Diantaranya karya-karya ulama yang lain yang
berusaha mensyarahin Sunan Abu Daud ialah diantaranya Ma’alim al Sunan karya
Abu sulaiman Hamd ibn muhammad ibn ibrahim al khatabi.

Sang muhaqiq, Abu al-Mundzir Khalid ibn Ibrahim al-Mishri beliau


berjasa besar dalam menyempurnakan kitab ini. Karena, sebagaimana diakui oleh
Al-aini dalam kitab syrahnya yang lain. Adapun dalam penyempurnaanya, Abu al-
Mindzir merujuk pada karya-karya lain yang merupakan syarah dari Sunan Abu
Daud juga yaitu: 1. Al-Dhau al –Lami karya al-Sakhrawi (2) al-Badr al-Thali
karya al syaukani, (3) Syadzarat al-Dzahab karya ibn al-imad (4) kasyf al Zhunun
dan (5) al –A’lam karya al-Zarkali.

B. Sistematika Penulisan Kitab

Abu al-Mundzir mengawali kitab ini dengan memaparkan berbagai pendapat.


Yang sebagian besar memang memuji para ulama terkait kitab sunan Abu Daud.
Beliau juga tak lupa mencantumkan biografi panjang pengarang kitab, yakni
Badruddin al-Aini.

Selanjutnya masih dalam muqodimmah, beliau menjelaskan panjang lebar


mengenai konsep-konsep ulum al-hadis yang dipergunakan Abu Daud dalam kitab
sunannya. Beliau juga memaparkan perangkat-prangkat dan langkah-langkah yang
digunakannya dalam mentahqiq kitab Syarah Abu Daud li al-Aini tersebut.

Kitab ibi terdiri dari 6 juz, termasuk juga daftar isi kitabnya, adapaun
materi hadisnya terbagi kepada 4 bagian besar yaitu: 1. Kitab toharoh, terbagi
kepada 131 bab. (2) kitab al Shalah terbagi kepada 353 bab. (3) kitab al-janaiz
terbagi kepada 79 kitab (4) kitab al-zukah terbagi kepada 44 bab. Jika
dibandingkan dengan karyanya dalam bidang syarah hadis yang lain yakni
umdatul qari syarah shohih bukhari jauh lebih ringkas, karena didalamnya hanya
memuat 1818 hadis saja. Hal ini memang wajar, karena memang kitab
inimerupakan kitab syarahyang belum terselesaikan, sehingga tidak semua hadis
sidalam sunan abu daud disyarahi didalamnya, lain halnya dalam umdah al qari.

Masih dalam muqadimmah Abu al-Mundzir mengemukakan


hasilpenelitianya terhadap kitab syarah tersebut. Bahwa al-Aini dalam menyusun
kitab syarahnya banyak mengutip dari berbagai kitab syarah, takhrij, rijal maupun
bahasa.
1. Metode syarah hadis

Adapaun metode yang digunakan al-Aini dalam kitab syarah Abu Daud li
Al-Aini adalah antara lain:

 Mencantumkan hadis dari Sunan Abu Daud, diantara huruf ‫ ص‬pada awal hadis
(hadis disertai sanadnya secara lengkap.
 Memulai pensyarahan dengan tanda ‫ ش‬pada awal paragrafnya.
 Menjelaskan isi hadis dari kalimat perkalimatnya dari segi nahwu sharafnya.
 Terkadang memaparkan informasi singkat mengenai rawi dalam hadis, disertai
petunjuk cara membaca nama-namnya.
 Terkadang menambahkan beberapa pendapat pribadinya ditandai dengan huruf
‫ﺻﺢ‬
 Pada akhirnya menyebutkan mukharij selain Abu Daud yang juga meriwayatkan
hadis yang disyarahinya.
 Terkadang menampilkan beberapa perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam
suatu hal.

Penulis mencoba membandingkan syarah ini dengan pensyarah yang


dilakukan oleh Abu al-Thayyib dalam kitab syarahnya terhadap Sunan Abu Daud
yakni kitab Aunul ma’bud, Abu al-Thayyib dalam mensyarahi cenderunglebih
ringkas jika dibandingkan syarah yang dikemukakan al-Aini dalam kitabnya. Abu
al-Thayyib cenderung secara langsung mensyarahi kalimat perkalimat yan
terdapat dalam hadis. Adapun al-Aini terlebih dahulu menyebutkan sisi
kebahsaannya, semisal kedudukan kalimat tertentu dalam hadis tersebut menurut
ilmu nahwu pada aspek bahasanya.
1. Kelebihan dan kekurangan kitab

 Kelebihan
1. kelengkapan materi yang disampaikan dalam syarah meliputi syakal, makna
kata, kalimat kaidah, nahwu sharaf, maupun informasi dasar tentang rawi.
2. dalam pensyarahannya, sudah menggunakan simbol-simbol teretentu yang dapat
lebih memudahkan pembaca untuk menegtahui dan memebedakan pandanganya
sendiri mengenai suatu masalah.
3. pensyarahnya terhitung lebih meluas, tak hanya sebatas menjelaskan makna
kalimat per kalimat, tetapi terkadang juga menyebutkan keutamaan ataupun
faidah yang terkandung dalam hadis.

 Kekurangan

1. Merupakan karya yang belum terselesaikan dengan sempurna, sehingga


penjelasan (syarah) al-Aini terhadap kitab susunan milik Abu Daud kemungkinan
belum tersampaikan dengan baik.
2. Pada beberapa tempat malah cenderung lebih banyak membahas perihal prawi
ketimbang makna kandungan hadisnya. Contoh 1. Kitab taharah, bab al-istinja bi
al-Ma

:‫ ﯾﻌﻨﻲ‬-‫ ﻋﻦ ﺧﺎﻟﺪ‬,‫ ﻋﻦ ﺧﺎ ﻟﺪ اﻟﻮ اﺳﻄﻲ‬,‫ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ وھﺐ ﺑﻦ ﺑﻘﯿﺔ‬-‫ص‬


‫ ”أن رﺳﻮل ﷲ ﻋﻠﯿﮫ‬:‫ ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﻠﻚ‬,‫ ﻋﻦ ﻋﻄﺎء ﺑﻦ أﺑﻲ ﻣﯿﻤﻮﻧﺔ‬-‫اﻟﺤﺬاء‬
‫ ﻓﻮ ﺿﻌﮭﺎ‬,‫ وھﻮ أﺻﻐﺮ ﻧﺎ‬,‫وﺳﻠﻢ د ﺧﻞ ﺣﺎ ﺋﻄﺎ وﻣﻌﮫ ﻏﻼم ﻣﻌﮫ ﻣﯿﺼﺄة‬
‫ ﻓﺨﺮ ج ﻋﻠﯿﻨﺎ وﻗﺪ اﺳﺘﻨﺠﻰ ﺑﺎ ﻟﻤﺎء‬,‫ ﻓﻘﻀﻰ ﺣﺎ ﺟﺘﮫ‬,‫ﻋﻨﺪ اﻟﺴﺪرة‬.

 Wahb ibn Baqiyah ibn Utsman ibn Sabur ibn ‘Ubayd ibn Adam ibn Ziyad ibn
Dhab’ ibn Qays ibn Sa’ad ibn ‘Ubadah abu Muhammad al-Wasithi, dikenal
dengan sebutan “Wahban”, gurunya antara lain: khalid ibn ‘Abdullah, Ja’far ibn
Sulaiman, Hasyim ibn Basyir, nuh ibn Qiyas; adapun muridnya antara lain ialah
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Hanbal ibn Ishaq, dan lain-lain. Ia lahir pada 155
H dan wafat pada 239 H.
 Khalid ibn Mahran al-Hudza’ Abu al-Munazil al-Bashri al-Qurasyi, dan
disebutkan bahwa ia merupakan seorang pemuka Bani Majasyi’. Gurunya antara
lain adalah: Abu ‘Utsman al-Nahdiy, Atha’ ibn Abi Maymunah, Atha’ ibn abi
Rabbah, dan lain-lain. Adapun muridnya diantaranya adalah: Muhammad ibn
sirrin, al-A’masy, Manshur, ibn Juaraij, al-Tsauriy, Syu’bah, dan lainnya.
Menurut Ibn Mu’ayyan: Tsiqah, sedang menurut Ahmad: Tsabt. Ia wafat pada 148
H. seluruh Imam yang enam meriwayatkan hadis darinya.
 ‘Atha’ ibn Maymunah al-Basri, budaknya Anas ibn Malik, dikatakan juga bahwa
ia adalah budak ‘Imran ibn Hushayn. Gurunya antara lain adalah: Anas ibn Malik,
Abu Rafi’ al-Sha’ig, adapun muridnya antara lain: Khalid al-Hudza’, Rawah ibn
al-Qasim dan Syubah. Menurut Abu Zur’ah: Tsiqah, adapun menurut Abu Hatim:
Yahtaj bihaditsihi. Ibn ‘Adiy berpendapat: Dari sebagian hadis yang
diriwayatkannya terdapat hadis munkar. Ia wafat pada 131 H. seluruh imam yang
enam meriwayatkan hadis darinya, kecuali al-Timidzi.

KESIMPULAN

Sebagaimana tulisan di atas, dapat diketahui bahwa dalam mensyarahi suatu


hadis al-‘Aini pertama-tama mencantumkan redaksi lengkap hadis dalam
Sunan Abu Daud dengan memberikan tanda huruf ‫( “ ” ص‬yang menunjukkan
bahwa hadis itu adalah hadis riwayat Abu Daud) disertai dengan penyebutan
rentetan sanadnya dan memulai syarahnya dengan memberikan tanda ‘‫’ش‬
pada awal paragraf, selain itu pada syarahnya beliau biasanya menyebutkan
makna perkata atau sinonim kata tersebut dengan memilih kata yang lebih
mudah difahami dan sering digunakan masyatakat pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai