Anda di halaman 1dari 7

Tugas Agama

Saulus Bertobat Menjadi Paulus

Anggota Kelompok:
Maruli Gultom
Christopher Johanis
Revanli Sondakh
Timothy Wilar
BAB I

RIWAYAT HIDUP

Paulus ini merupakan seorang Yahudi kelahiran Tarsus. Diperkirakan ia lahir pada dekade
pertama abad I, yakni 5-10 tahun setelah Yesus lahir. Seperti halnya orang-orang Yahudi pada
masa itu, Paulus sejak lahir telah memiliki dua nama yakni satu nama Ibrani (Sya'ul, yang
kemudian ditransliterasikan menjadi Saulus) dan satu lagi nama Yunani atau Romawi (Paulus).
Penggunaan kedua nama ini sebagai pembeda antara Saulus yang belum 'bertobat' (bergerak di
kalangan Yahudi) dan Paulus yang sudah 'bertobat' (bermisi di kalangan bukan Yahudi)
merupakan strategi literer dari pengarang Kisah Para Rasul. Paulus tumbuh besar dalam
lingkungan helenis dan juga memelihara secara sungguh tradisi Yahudi yang mengalir dalam
dirinya. Ia merupakan orang yang terpelajar dan pintar dalam retorika. Bagi Paulus, titik balik
yang mengubah seluruh hidupnya adalah pengalaman akan Kristus yang bangkit di dekat
Damsyik. Perjumpaannya dengan Tuhan (kyrios) itulah yang menjadi motivasi dasar dari
panggilan hidupnya sebagai seorang rasul (Gal. 1:16).
Tiga perjalanan misi Paulus:
Dalam Kisah Para Rasul, perjalanan misi Paulus di Asia Kecil dan Yunani disajikan dalam tiga
putaran. Perjalanan misi pertama berlangsung dari tahun 46-49. Paulus dan Barnabas pergi ke
Siprus, Pafos, Perga, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra dan Derbe. Masalah besar yang
muncul yakni soal integrasi banyaknya orang Kristen bukan Yahudi ke dalam jemaat Kristen
Yahudi, terutama masalah tentang sunat dan menaati hukum Taurat.
Terhadap masalah ini, Paulus bersama dengan Barnabas, para rasul, dan penatua mengadakan
sidang/konsili di Yerusalem, tahun 49. Hasilnya, dinyatakan bahwa sunat tidak merupakan
persyaratan keselamatan. Bangsa-bangsa lain tidak boleh dibebani dengan sunat dan Taurat.
Mereka diselamatkan Allah ketika percaya kepada Kristus.
Pasca sidang Yerusalem, di Antiokhia, muncul permasalahan baru yakni perihal berlakunya
aturan makan Yahudi (makan kosher) bagi anggota bukan Yahudi. Alhasil, Yakobus, tanpa
sepengetahuan Paulus, mengirim surat kepada jemaat di Antiokhia, Siria, dan Kilikia yang berisi
rekomendasi bahwa orang bukan Yahudi harus menjauhkan diri dari makanan persembahan kafir,
darah, daging binatang yang mati tercekik, dan percabulan (Kis. 15:22-29).
Dalam perjalanan misi yang kedua (tahun 50-52), Paulus ditemani oleh Silas, Timotius, dan
Lukas. Mereka antara lain bermisi ke Filipi, tempat jemaat pertamanya di Eropa, Tesalonika,
Atena, Korintus, Efesus, dan Kaisarea. Paulus mengalami penolakan oleh para cendekiawan di
Atena, namun misinya cukup berhasil di Korintus. Di sana, ia mendirikan jemaat yang penuh
semangat. Dari kota inilah, Paulus tampaknya menulis surat pertama kepada jemaat di
Tesalonika (tahun 51). Setelah itu, ia kembali lagi ke Antiokhia.
Perjalanan misinya yang ketiga (tahun 54-58) dimulai dengan pergi ke Efesus. Paulus
menjadikan kota itu sebagai pusat aktivitas misionernya selama tiga tahun (Kis. 20:31). Di kota

ini, Paulus menulis beberapa surat yakni surat kepada jemaat di Galatia, surat kepada jemaat di
Filipi, dan surat kepada Filemon. Pada masa itu, jemaat Korintus sedang terpecah-belah. Paulus
mencoba untuk menyatukan jemaat kembali dengan mengirim lima surat, mengadakan
kunjungan, serta mengajak jemaat untuk mengumpulkan dana bagi orang miskin di Yerusalem.
Akhir riwayat:
Datangnya Paulus ke Yerusalem (th.58) memicu kemarahan orang-orang Kristen Yahudi.
Mereka berusaha membunuh Paulus, namun untunglah ia diamankan oleh pasukan Romawi dan
dipenjarakan oleh Antonius Feliks, prokurator Yudea, selama dua tahun (Kis. 23:23-33).
Tahun 60, Paulus mengajukan permohonan naik banding ke Kaisar agar ia diadili di Roma (Kis.
25:11) dan ia pun tiba di Roma tahun 61. Selama 2 tahun, ia menjadi tahanan rumah dan menurut
tafsiran tradisional, pada periode ini, ia menulis surat Paulus kepada Filemon, Kolose, dan
Efesus. Sementara itu, Surat-Surat Pastoral (Titus, 1-2 Timotius) diperkirakan ditulis setelah ia
dibebaskan dari tahanan rumah. Tahun kematian Paulus tidak begitu jelas. Eusebius memberi
kesaksian bahwa Paulus ditahan untuk kedua kalinya di Roma dan kemudian menjadi martir
pada masa kaisar Nero, yakni sekitar tahun 67.

BAB II
PERTOBATAN

Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa terbesar sejarah Kekristenan. Paulus telah
bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan ribuan orang-orang Kristen yang
dipenjarakannya. Sekarang ia ada dalam perjalanan menuju Damsyik, sebuah kota penting di
Siria, untuk mengusir orang-orang Kristen di sana. Ada tiga peristiwa dari pengalaman
pertobatan Paulus yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut
kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali
(semua dapat ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul).
Paulus telah membuat namanya ditakuti di antara semua orang Kristen di Yerusalem. Dia telah
berhasil memisahkan atau membungkam banyak orang Kristen di kota suci itu. Kemudian, ia
mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik. Kota
Damsyik, kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dia memutuskan untuk pergi ke sana untuk
melanjutkan penganiayaannya kepada orang- orang percaya ini. Dia telah diberi kekuasaan
penuh dan membawa surat izin untuk memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di
kota itu dan membawa mereka kembali dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem. Paulus dan
kawan-kawan memulai perjalanan yang panjang menuju Damsyik. Perjalanan ini membutuhkan
waktu enam sampai tujuh hari dan selama perjalanan panjang ini anak muda yang pandai dan
penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Mungkin ia mulai meragukan
tindakannya. Dia tidak habis berpikir dan tidak mengerti bagaimana Stefanus bisa mati dengan
begitu tenangnya. Dia tidak dapat melupakan doa Stefanus ketika Stefanus menutup mata
dengan damai. Paulus merasa bahwa dia harus melakukan hal yang ia pandang benar, tetapi dia
terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Oleh karena itu, ia pun pergi
ke Damsyik.
Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam pewahyuan pada perjalanan
ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8). Dari pewartaan para murid ia sudah tahu bahwa Yesus
diimani sebagai Kristus. Justru itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang Kristen, yang dari
sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada perjalanan ke Damsyik ia mulai
sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi Paulus ini suatu
pengalaman batin. Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu Allah sendiri,
membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari manusia
Hidup dalam kasih karunia, membuat Paulus mengenal lebih jauh Yesus, pribadi yang
melayakannya menerima anugerah, Anugerah adalah sesuatu yang diberikan Tuhan padahal kita
tidak layak menerimanya, seperti apa yang dianugerahkan Yesus kepada Paulus, penganiaya
Tuhan dan umatNya. Dalam Filipi 3 : 7 11 Paulus menuliskan tentang keadaan dirinya ketika
bertemu Yesus, ia berkata : 7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarag
kuanggap rugi karena Kristus. 8. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan
akan Kristus Yesus Tuhanku,lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,supaya aku memperoleh Kristus. Dari

ayat ini kita mengenal perubahan besar Paulus,bahwa hal yang paling utama baginya, hal yang
paling berharga bagi hidupnya adalah mengenal dan menerima Kristus dan hidup dalam kasih
karuniaNya.

BAB III
KETELADANAN BAGI ORANG PERCAYA
kenalilah Tuhan lebih dalam sehingga kita hidup dalam kasih karunianya.Kenalilah Tuhan bukan
hanya Ia pemberi berkat,kita datang ke gereja bukan hanya untuk berkat dan diberkati.Kita harus
memiliki pengenalan yang benar mengenai Tuhan,karena kalau kita tidak memiliki pengenalan
yang benar,ada masalah dalam kehidupan keKristenan kita. Seperti perkataan Paulus ; yang
kukehendaki adalah mengenal Dia dengan benar. Paulus sebelumnya telah mengenal Taurat
dengan baik, tapi dia tidak mengenal Yesus.
Bagi kita pengenalan yang benar kepada Yesus hanya dapat terjadi ketika kita rindu berjumpa dia
secara pribadi. Kita tidak bisa mengenal Yesus hanya dari belajar dari orang lain, hanya dari
mendengar dari orang lain, tetapi kita harus mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Dia,
dan ketika Saulus mengalami perjumpaan dengan Yesus, Saulus yang ganas, Saulus yang jahat,
Saulus yang munafik berubah menjadi Paulus yang berkenan pada Tuhan, Paulus hamba Tuhan
yang layak dihadapan Tuhan. Ketika kita berjumpa dengan Yesus kita akan mengalami sesuatu,
ketika kita sujud di altarNya perubahan dalam hidup kita akan terjadi. Kalau kasih karunia
mengubahkan kekerasan hati Saulus, kita percaya kasih karunia Tuhan juga dapat merubahkan
hidup kita .
Melayani dengan saling membasuh kaki, oleh Paulus dinyatakan dengan memberi
keteladanan (mimeomai, meniru, meneladani) pelayanan yang tidak pernah lalai (atakteo,
bermalas-malasan, hidup dengan tidak tertib, tidak mau bekerja) kepada jemaat di Tesalonika
dan dengan tidak makan roti orang secara gratis (dorean, cuma-cuma, sia-sia, tanpa alasan),
melainkan dengan cara kerja keras, supaya tidak menjadi beban (epibareo, membebankan,
membebani) bagi siapapun, walaupun sebagai pelayan Tuhan, Paulus mempunyai hak atas hal
itu, II Tesalonika 3:7-9.
Keteladanan Paulus juga ditunjukan antara lain dalam hal kerendahan hati dan kesabaran
menanggung penderitaan. Dalam hal kerendahan hati Paulus menjadi bodoh (moros, tolol),
lemah (asthenes, sakit, tidak berdaya) dan hina (atimos, tidak dihormati; kurang terhormat) oleh
karena Kristus. Dalam hal kesabaran menanggung penderitaan, Paulus selalu mengalami
kelaparan, kehausan, ketelanjangan (gumniteuo, berpakaian rombeng/compang-camping,
memakai pakaian yang jelek), dipukul (kolaphezo, menggocoh, meninju, menggoda) dan hidup
menggembara, melakukan pekerjaan tangan yang berat (kopiao, berusaha keras, membanting
tulang, menjadi capai), dicaci-maki (loidoreo, mengejek, menghina), dianiaya, difitnah
(dusphemeo, mengmpat), menjadi sama dengan sampah (perikatharma, kotoran) dunia, sama
dengan kotoran (peripsema, hal yang rendah) dari segala sesuatu

PENUTUP
Semua orang adalah pendosa dan tak pantas di hadapan Allah, akan tetapi Allah masih
mengizinkan kita untuk menggapaiNya dengan cara kita sungguh-sungguh mau bertobat dan
mengakui dosa kita dengan sepnuh hati.

DAFTAR PUSTAKA/SUMBER:
1. http://www.kompasiana.com/piusnovrin/kisah-singkat-rasulpaulus_550ea904a333117732ba7d86
2. https://yusmanlaoli.wordpress.com/2013/06/18/latar-belakang-kehidupan-paulusmenurut-kisah-para-rasul/
3. http://www.gkns-agape.org/blog/paulus-hidup-dalam-kasih-karunia/
4. http://ulasanalkitab.blogspot.co.id/2011/12/keteladanan.html

Anda mungkin juga menyukai