Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERTOBATAN TOKOH ALKIBAT

SAULUS (ORANG YAHUDI DARI TARSUS)


NAMA : YEFTA ANISA SITINJAK
KELAS : X IPS 2
TUGAS : AGAMA
SEKOLAH : SMA N 13 PEKANBARU

BAB 1
Riwayat hidup RASUL PAULUS

LATAR BELAKANG DAN PERTOBATAN RASUL PAULUS


a. SIAPA PAULUS ITU?
Kita akan mulai mempelajari kehidupan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu melihat latar
belakang hidupnya. Nama aslinya adalah Saulus (nama yang diambil dari bahasa Ibrani), tetapi
setelah bertobat mengambil nama dalam bahasa Yunani, yaitu Paulus. Saulus adalah seorang
Yahudi dan ia sangat bangga dengan keyahudiannya itu. Ia berasal dari suku Benyamin dan ia
juga memiliki kewarganegaraan Roma.

b. Penduduk asli tarsus


Waktu kelahiran Paulus kurang lebih sama dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Ia dilahirkan
di Tarsus, sebuah kota yang terkemuka zaman itu di wilayah Kilikia. Tarsus terletak hanya 1,2
km dari Laut Tengah. Oleh karena itu, Tarsus menjadi kota pusat perdagangan. Di samping itu,
Tarsus juga menjadi kota ilmu pengetahuan. Banyak orang pendatang yang belajar di sekolah-
sekolah terkenal di Tarsus, dan kemudian tersebar ke seluruh bagian kekaisaran Roma. Di kota
ini tinggal orang-orang Yunani dan orang- orang Timur, juga bangsa-bangsa yang lain.

Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga terhadap
Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan
perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat
Yunani dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi warga
negara Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir sewaktu
remaja, tetapi keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh oleh bahasa
dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga rujukan sastra
Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para Rasul 17:28), Aratus
(Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33).

Sewaktu masih sangat muda, orangtua Paulus memutuskan ia harus menjadi seorang rabi (guru
hukum Taurat). Sebagai seorang anak kecil di Tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat
Yahudi melalui pendidikan yang teratur di sinagoge setempat. Alkitabnya yang pertama
kemungkinan besar adalah Septuaginta, terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani.
Sewaktu tinggal di Tarsus, Paulus juga belajar membuat tenda, sebab setiap murid hukum
Taurat dianjurkan mempelajari suatu ketrampilan di samping menuntut ilmu. Hal ini sangat
bermanfaat bagi Paulus pada kemudian hari, sebab dengan demikian dia sanggup memperoleh
nafkah sendiri sewaktu melakukan pekerjaan misionernya.

Di kota Tarsus Paulus mendapat kesempatan belajar tentang cara hidup bangsa yang bukan
Yahudi. Oleh karena itu, ketika waktunya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada
bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.Dalam sejarah Perjanjian Baru sesudah
kebangkitan Yesus, perhatian beralih dari Petrus dan para murid Yesus lainnya kepada seorang
tokoh penting lain dalam kehidupan jemaat mula-mula – yakni Paulus, sang Farisi. Paulus bukan
satu-satunya orang Farisi yang menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 15:5), tetapi ia memang yang
paling terkenal. Berbeda dengan banyak orang Kristen Yahudi lainnya, Paulus tidak lahir di
Palestina. Sama seperti banyak orang yang bertobat pada hari Pentakosta, ia seorang Yahudi
Helenis. Ia berasal dari kota Tarsus di provinsi Silisia, dan dia juga seorang warga negara Roma
(Kisah Para Rasul 22:3,27).[1]

c. Masa muda Paulus


Mungkin sekali ada dua masa yang berbeda dalam kehidupan Paulus sewaktu muda: masa
kanak-kanak yang dihabiskannya di Tarsus, dan masa muda serta awal kedewasaan di
Yerusalem. Kata “dibesarkan” dalam Kisah Para Rasul 22:3 dapat berarti ketika masih bayi
Paulus pindah dari Tarsus ke Yerusalem. Tetapi kebanyakan ahli berpendapat hal itu hanya
mengacu pada pendidikannya. Paulus pulang ke Tarsus setelah pertobatannya (Kisah Para Rasul
9:30), jadi kelihatannya kota ini yang dianggapnya sebagai kampung halaman.

Pekerjaan Rasul Paulus sebelum Dia bertobat


Penganiayaan Orang Kristen
Paulus menjadi pemimpin di antara orang Yahudi. Para pemimpin yang lebih tua mundur dan
membiarkan kesempatan kepada Paulus menjadi pimpinan pasukan untuk menghancurkan
Kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan Kekristenan ini dengan
berkata: “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang
kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku
juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa
mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku
mengejar mereka, bahkan sampai ke kota- kota asing.” (Kisah Para Rasul 26:10,11).Paulus
adalah seorang yang taat kepada agama Yahudi dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu
benar. Ini terjadi sebelum ia mengalami kasih dan anugerah dari Tuhan dan Juru Selamat kita
Yesus Kristus.[2]

Bab ll

Pertobatan Paulus
Sementara itu Saulus terus saja ingin mengancam dan membunuh pengikut-pengikut Tuhan
Yesus. Ia pergi kepada imam agung, dan minta surat kuasa untuk pergi kepada pemimpin-
pemimpin rumah-rumah ibadat orang Yahudi di Damsyik, supaya kalau ia menemukan di sana
orang-orang yang percaya kepada Yesus, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka
ke Yerusalem.

Sementara menuju ke Damsyik, ketika sudah dekat dengan kota itu, tiba-tiba suatu sinar dari
langit memancar di sekeliling Saulus.  Ia jatuh ke tanah lalu mendengar suatu suara berkata
kepadanya, “Saulus, Saulus! Apa sebabnya engkau menganiaya Aku?”
“Siapakah Engkau, Tuan?” tanya Saulus. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus, yang engkau
aniaya. Tetapi sekarang bangunlah dan masuklah ke kota. Di situ akan diberitahukan kepadamu
apa yang harus kaulakukan.”
Orang-orang yang ikut bersama-sama Saulus terkejut sehingga tidak dapat bersuara; karena
mereka mendengar suara itu tetapi tidak melihat seseorang pun. Lalu Saulus berdiri dan
membuka matanya, tetapi matanya sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi. Jadi mereka
memegang tangannya dan menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak bisa
melihat dan selama itu ia tidak makan atau minum sama sekali.

Di Damsyik ada seorang pengikut Tuhan Yesus bernama Ananias. Di dalam suatu penglihatan,
Tuhan berbicara kepadanya. Tuhan berkata, “Ananias!”
Ananias menjawab, “Saya, Tuhan.”
Tuhan berkata, “Ayo berangkat sekarang. Pergilah ke rumah Yudas di Jalan Lurus. Tanyakan di
sana orang yang bernama Saulus yang berasal dari kota Tarsus. Orang itu sedang berdoa, dan di
dalam suatu penglihatan ia melihat seorang laki-laki, bernama Ananias, datang kepadanya dan
meletakkan tangan ke atasnya supaya ia dapat melihat kembali.”
Ananias menjawab, “Tuhan, saya sudah mendengar banyak orang berbicara mengenai orang
ini, terutama mengenai penganiayaan-penganiayaan yang ia lakukan terhadap umat-Mu di
Yerusalem.  Dan sekarang ia sudah datang ke sini dengan izin dari imam-imam kepala untuk
menangkap semua orang yang percaya kepada-Mu.”

Tetapi Tuhan berkata kepada Ananias, “Pergilah saja! Sebab Aku sudah memilih dia untuk
melayani Aku, supaya ia memberitakan tentang Aku kepada bangsa-bangsa lain yang tidak
beragama Yahudi dan kepada raja-raja serta kepada umat Israel juga. Dan Aku sendiri akan
menunjukkan kepadanya semua penderitaan yang harus ia alami karena Aku.”

Maka Ananias pun pergilah ke rumah itu dan meletakkan tangannya ke atas Saulus. “Saudara
Saulus,” kata Ananias, “Tuhan Yesus yang Saudara lihat di tengah jalan ketika Saudara sedang
kemari, Dialah yang menyuruh saya datang supaya Saudara bisa melihat lagi dan dikuasai oleh
Roh Allah.” Saat itu juga sesuatu yang seperti sisik ikan terlepas dari mata Saulus dan ia dapat
melihat kembali. Maka ia pun bangun, lalu dibaptis. 19Dan setelah makan, ia menjadi kuat lagi.

Bab lll
Keteladanan bagi orang percaya
1. Pelayanan yang berorientasi jiwa -- Man Oriented (Kisah Para Rasul 20:18-21, 26, 27).
Hal pertama yang menjadi rahasia pelayanan dari sang rasul adalah pelayanan yang
berorientasi dan mencintai setiap jiwa yang dipercayakan Allah. Orientasi kepada jiwa bisa
dilakukan, bila kita melayani jemaat Allah dengan segala kerendahan hati (Kisah Para Rasul
20:19a). Paulus dengan segala cara berusaha menginjili semua orang, sehingga pada akhir
pelayanannya di Efesus, ia bisa menghadapinya tanpa penyesalan (Kisah Para Rasul 20:26, 27).
2. Pelayanan yang berpusat pada Allah -- God Centered (Kisah Para Rasul 20:22-25).
Pemeliharaan Tuhan lebih dari berkat materi, fisik, dan kenyamanan pribadi. Yesus merupakan
contoh sempurna orang yang melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Yaitu mati di kayu
salib. Di mata manusia, Yesus orang yang paling malang, tetapi Alkitab justru menyaksikan
bahwa Allah sangat memuliakan Dia (Filipi 2:5-11). Bagaimana dengan saudara? Sebagai
generasi muda, siapkah ketika Allah mengutus kita di ladang pelayanan yang baru? Beranikah
kita merelakan kesenangan pribadi demi menjalani kehendak Allah?
3. Kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah -- God’s Ministry (Kisah Para Rasul 20:28-
32).
Paulus sangat menyadari, setelah ia pergi, akan muncul serigala-serigala ganas yang akan
mengacaukan jemaat, yaitu pengajar-pengajar palsu yang akan menarik orang dari ajaran yang
benar (Kisah Para Rasul 20:29, 30). Namun, Paulus juga menyadari bahwa pelayanan adalah
milik Allah. Allah yang akan memelihara jemaatnya. Pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa
pelayanan bukanlah milik kita, Allahlah Sang pemilik pelayanan (Kisah Para Rasul 20:32).
4. Kesadaran bahwa pelayanan adalah kesatuan tubuh Kristus -- One Body of Christ (Kisah
Para Rasul 20:33-36).
Kesadaran serta perjuangan Paulus untuk membuat jemaat menyadari kesatuan antarorang
percaya sebagai satu tubuh Kristus. Kesatuan gereja sebagai satu tubuh begitu diperjuangkan
oleh Paulus. Mengenai kesatuan ini, John Calvin berkata, "Melampaui tembok-tembok gereja,
berdirilah gereja yang sebenarnya, gereja yang kudus dan am." Oleh karena itu, kesulitan dan
penderitaan suatu jemaat di tempat lain adalah juga kesulitan dan penderitaan kita sesama
orang percaya. Kesatuan ini bukan sekadar menjadi niat di hati ataupun ucapan bibir,
melainkan harus terwujud dalam tindakan. Sudahkan kita membantu saudara-saudara kita di
sekolah, kampus, dan gereja?
Melalui teladan rasul Paulus kita bisa berkaca dan mengoreksi hidup kita dalam mengerjakan
pelayanan yang sedang Tuhan percayakan. Dengan begitu, kita menjadi pelayan Tuhan yang
sejati, yaitu seorang pelayan yang berorientasi jiwa -- Man Oriented, pelayan yang berpusat
pada Allah -- God Centered, pelayan yang memiliki kesadaran bahwa pelayanan adalah milik
Allah -- God’s Ministry, dan pelayan yang menjiwai kesatuan tubuh Kristus -- One Body of
Christ. Soli Deo Gloria.

penutup
Peranan Rasul Paulus dalam kekristenan memang unik. Tiga belas dari 27 buku PB tercatat atas
namanya. Di dalamnya Sang Rasul merekam dan meneruskan tradisi kekristenan (bdk. 1 Kor
15:3) yaitu tradisi gereja perdana tentang Yesus Kristus di mana Mesias yang menjadi
kepenuhan hukum Taurat. Tidak berlebihan jika dikatakan tidak ada teolog kristen yang lebih
didiskusikan oleh para teolog lintas agama daripada Rasul Paulus entah secara internal maupun
eksternal. Motivasi dasar hidup dan karya Paulus ialah Yesus Kristus yang telah mengasihinya
secara total sampai mengurbankan diri-Nya di Salib. Rasul ini sungguhsungguh terpesona oleh
cinta Kristus dan karena itu misi tunggalnya ialah menyebarkan Injil Kristus sampai ke ujung
dunia (bdk. Rom 15:15-24.28; Kis 13:47). Menginjili adalah tugas semua orang percaya tanpa
kecuali. Penginjilan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu diperlukan strategi untuk
mencapai sasaran penginjilan. Pola penginjilan Paulus dapat dikatakan unik dan berhasil. Paulus
mendirikan jemaat-jemaat Kristus di kota-kota besar seperti Filipi, Efesus, dan sebagainya.
Setelah jemaat kuat, jemaat itu mengutus Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat-
tempat yang baru. Contohnya, jemaat Filipi yang mendukung pendanaan perjalanan misi
Paulus. Ia berkhotbah, berkunjung ke rumah-rumah jemaat, berdiskusi, dan membuat mujizat
dalam nama Yesus. Tempattempat yang digunakan untuk memberitakan Injil sangat strategis
yaitu di sinagoge, di pasarpasar, di rumah-rumah, dan di tempat belajar (Tiranus). Bahkan di
penjara ia tetap memberitakan Injil dan banyak orang yang percaya kepada Yesus. Selain itu, ia
menulis surat kepada jemaat-jemaat yang pernah didirikannya dan surat itu dibacakan
bergantian, sehingga menguatkan iman pembacanya. 72 Dalam pelayanannya Paulus juga
menggunakan jalur darat dan laut. Tetapi kebanyakan ia berjalan kaki. Tujuannya agar ia dapat
bertemu langsung dengan banyak orang sehingga semakin banyak orang yang mendengar Injil.
Kelebihan pola penginjilan Paulus juga ditunjukkan dengan kemandiriannya untuk membiayai
pelayanannya dan tidak mengkomersialkan pelayanannya. Ia bekerja sebagai pembuat tenda.
Walaupun tidak ada fasilitas yang cukup untuknya seperti sponsor, alat transportasi, dan lain-
lain tetapi hal-hal tersebut tidak mengendorkan semangatnya dalam memberitakan Injil Peranan
Rasul Paulus dalam kekristenan memang unik. Tiga belas dari 27 buku PB tercatat atas namanya. Di
dalamnya Sang Rasul merekam dan meneruskan tradisi kekristenan (bdk. 1 Kor 15:3) yaitu tradisi gereja
perdana tentang Yesus Kristus di mana Mesias yang menjadi kepenuhan hukum Taurat. Tidak berlebihan
jika dikatakan tidak ada teolog kristen yang lebih didiskusikan oleh para teolog lintas agama daripada
Rasul Paulus entah secara internal maupun eksternal. Motivasi dasar hidup dan karya Paulus ialah Yesus
Kristus yang telah mengasihinya secara total sampai mengurbankan diri-Nya di Salib. Rasul ini
sungguhsungguh terpesona oleh cinta Kristus dan karena itu misi tunggalnya ialah menyebarkan Injil
Kristus sampai ke ujung dunia (bdk. Rom 15:15-24.28; Kis 13:47). Menginjili adalah tugas semua orang
percaya tanpa kecuali. Penginjilan bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itu diperlukan strategi untuk
mencapai sasaran penginjilan. Pola penginjilan Paulus dapat dikatakan unik dan berhasil. Paulus
mendirikan jemaat-jemaat Kristus di kota-kota besar seperti Filipi, Efesus, dan sebagainya. Setelah
jemaat kuat, jemaat itu mengutus Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat-tempat yang baru.
Contohnya, jemaat Filipi yang mendukung pendanaan perjalanan misi Paulus. Ia berkhotbah, berkunjung
ke rumah-rumah jemaat, berdiskusi, dan membuat mujizat dalam nama Yesus. Tempattempat yang
digunakan untuk memberitakan Injil sangat strategis yaitu di sinagoge, di pasarpasar, di rumah-rumah,
dan di tempat belajar (Tiranus). Bahkan di penjara ia tetap memberitakan Injil dan banyak orang yang
percaya kepada Yesus. Selain itu, ia menulis surat kepada jemaat-jemaat yang pernah didirikannya dan
surat itu dibacakan bergantian, sehingga menguatkan iman pembacanya. 72 Dalam pelayanannya Paulus
juga menggunakan jalur darat dan laut. Tetapi kebanyakan ia berjalan kaki. Tujuannya agar ia dapat
bertemu langsung dengan banyak orang sehingga semakin banyak orang yang mendengar Injil.
Kelebihan pola penginjilan Paulus juga ditunjukkan dengan kemandiriannya untuk membiayai
pelayanannya dan tidak mengkomersialkan pelayanannya. Ia bekerja sebagai pembuat tenda. Walaupun
tidak ada fasilitas yang cukup untuknya seperti sponsor, alat transportasi, dan lain- lain tetapi hal-hal
tersebut tidak mengendorkan semangatnya dalam memberitakan Injil
Daftar pustaka
I. Kitab Suci Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Terjemahan Baru, Jakarta, 2008 II. Dokumen
Gereja Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Karya Misioner Gereja “Ad Gentes” dalam
Hardawiryana, R (penterj.), Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Obor, 2000 Yohanes Paulus II,
Paus, Redemptoris Missio-Tugas Perutusan Sang Penelus, dalam Marcel Beding (penerj.), Seri
Dokumen Gereja, Ende: Nusa Indah, 1992 III. Kamus dan Ensiklopedi Hawthorne, Gerald F., Cs
(editor), Dictionary Paul and His Letters, England: Intervarsity Press, 1993 Prent, K., Dkk, Kamus
Latin-Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1969 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1969 IV. Buku-Buku Artanto Widi, Menjadi Gereja Missioner,
Yogyakarta: Kanisius dan BPK Gunung Mulia, 1997 Bea, Agustinus, Paulus yang Tertangkap
Kristus, Flores: Nusa Inda, 1975 Bosch, David J, Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi
Yang Mengubah dan Berubah, Jakarta: BPK gunung Mulia, 2005 Brunot, Amedee, St. Paul and
His Masage, London: William Cloews and Sons Limited, 1959 Darmawijaya, St, Kisah Para Rasul,
Jogjakarta : Kanisius, 2006 75 Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati, Kisah Para Rasul:
Panduan Pemahaman Alkitab, Jakarta: Sunter Danau Indah, 2015 Gorenen, C., Pengantar Ke
Dalam Perjnjian Baru, Jogjakarta: Kanisius, 1983 Venema, H., Injil Untuk Semua Orang, Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997 Hadiwardoyo, Al Purwa, Warisan Paulus Bagi Umat,
Ajaran Iman, Pastoral dan Moral, Jogjakarta: Kanisius, 2008 Hari, Kustono Antonius, Paulus dari
Tarsus, Yogyakarta: Kanisius, 2012 Jacobs, T., Paulus Hidup, Karya dan Teologinya, Jogjakarta:
Kanisius, 1983 __________, Paulus Rasul, Yogyakarta: Kanisius, 1992 Johnson, Paul, A History of
Christianity, London: Penguin Bookks, 1976 Kirchberger Georg, John Manford Prior & Willem
Julei (editor), Teologi Misi di Kawasan Asia Pasifik, Ende: Nusa Indah, 1995 Lim, David, Spiritual
GiftA Fresh Look, Malang: Gandum Mas, 2005 Martini, Kardinal, Kesaksian Santo Paulus,
Yogyakarta: Kanisius, 1989 Park, Abraham, Pertemuan Yang Terlupakan Seri 2, Jakarta:
Grasindo dan Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2011 Peter, C. Wagner, Strategi Perkembangan
Gereja, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1996 Power, John, Mission Theology Today,
New York: Maryknol, 1971 Riyadi, Eko St, Hidup dalam Kristus, Yogyakarta: Kanisius, 2012
Suharyo, Ignatius, Menjadi Manusia Dewasa, Yogyakarta: Kanisius, 2012 Woga, Edmund CSsR,
Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta: Kanisius, 2002 Van den Brink, Ds. H., Tafsiran Alkitab Kisah
Para Rasul, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai