Anda di halaman 1dari 6

Saulus dari Tarsus

Saulus dari Tarsus lahir pada sekitar tahun 5SM di kota Tarsus di Kilikia (Turki saat ini). Ia lahir
dari orang tua Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Romawi, hak istimewa yang didambakan
dan juga akan dimiliki anak mereka. Di sekitar tahun 10SM, keluarga Saulus pindah ke
Yerusalem. Sekitar antara tahun 15-20SM Saulus mulai studinya untuk mempelajari Kitab Suci
Ibrani di kota Yerusalem di bawah rabbi (guru besar) Gamaliel. Di bawah didikan Gamaliel-lah
Saulus memulai studi mendalam tentang hukum Taurat dengan rabbi terkenal.

Ada beberapa perdebatan mengenai apakah Saulus dibesarkan di Yerusalem atau di tempat
kelahirannya di Tarsus, tapi dengan membaca langsung dari komentar-komentarnya sendiri,
menunjukkan bahwa Yerusalem adalah rumah masa kanak-kanaknya (Kisah Para Rasul 22:3).
Kita tahu bahwa anak laki-laki dari kakak perempuan Paulus berada di Yerusalem setelah
pertobatan Paulus (Kisah Para Rasul 23:16), yang mendukung  gagasan bahwa seluruh
keluarga Paulus telah pindah ke Yerusalem ketika ia masih muda.

Adanya kemungkinan besar bahwa Saulus hadir dalam sidang atas Stefanus -pengadilan oleh
massa yang mengakibatkan Stefanus menjadi martir Kristen pertama (Kisah Para Rasul 7:54-
60). Lukas, sang sejarawan memberitahu kita bahwa para algojo Stefanus meletakkan pakaian
mereka di kaki Saulus (Kisah Para Rasul 7:58), yang menyetujui penuh tindakan pembunuhan
oleh massa atas Stefanus (Kisah Para Rasul 8:1). Saulus kemudian menghancurkan gereja,
memasuki rumah-rumah orang-orang percaya dan menjebloskan orang-orang percaya ke dalam
penjara. Semangat anti-Kristen Saulus memotivasi dia untuk tidak hanya menangkap dan
memenjarakan orang-orang Kristen laki-laki (para "pemimpin kelompok") tetapi juga
menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen yang perempuan (Kisah Para Rasul 8:3).

 
Rasul Paulus
Setelah pertobatannya, surat-surat Paulus kepada berbagai gereja mengungkapkan lebih lanjut
tentang latar belakangnya. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus
menggambarkan dirinya sebagai seorang Ibrani, seorang Israel, dan keturunan Abraham
(2Korintus 11:22). Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengatakan ia adalah
seorang Farisi dari suku Benyamin (Filipi 3:5).

Ketika dalam perjalanan ke Damsyik untuk menangkap dan menyerahkan orang-orang Kristen
sebagai kriminal kembali ke Yerusalem, Saulus dihadapkan dengan Dia (Yesus) yang sedang
ia aniaya (Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:6-11; 26:12-18). Yang terjadi selanjutnya adalah salah
satu perubahan paling dramatis dalam sejarah gereja. Saulus dari Tarsus menjadi rasul
Paulus, seorang penginjil yang berapi-api bagi dunia yang tidak percaya, dan teladan yang baik
pelayanan yang setia dalam menghadapi penganiayaan brutal (Kisah Para Rasul 14:19; 16:22-
24; 2Korintus 11:25-26). Pendidikan Saulus, latar belakangnya sebagai seorang Farisi,
kewarganegaraan Romawi, dan semangat yang tak kunjung padam, semuanya berkontribusi pada
kesuksesannya sebagai misionaris, begitu semua kualifikasi dan kualitasnya tersebut telah
ditundukkan di bawah kuasa Kristus.
Paulus pertama kali muncul dalam Alkitab sebagai saksi atas kematian martir Stefanus: "Mereka
menyeret dia (Stefanus) ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah
mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus." (Kisah Para Rasul 7:58). "Saulus
juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh." (Kisah Para Rasul 8:1). Kata-kata "setuju" di sini
menunjukkan persetujuan aktif, bukan hanya persetujuan pasif. 

Mengapa Paulus menyetujui pembunuhan terhadap Stefanus?


1. Paulus yang saat itu masih Saulus orang Farisi segera mengenali pernyataan Stefanus
yang diucapkan tepat sebelum kematiannya: Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka
dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah Para Rasul
7:56). Perkataan Stefanus ini mengulangi perkataan Kristus ketika Dia diadili di hadapan
imam besar (Markus 14:62). Sebagaimana perkataan Yesus telah mengakibatkan Dia dituduh
menghujat, demikian juga perkataan ini mengakibatkan reaksi dibunuhnya Stefanus oleh  Saulus
orang Farisi. 
2.  Selain itu, istilah "Anak Manusia" penuh dengan makna. Ini adalah terakhir kalinya
istilah ini digunakan dalam Perjanjian Baru dan merupakan satu-satunya saat dalam kitab Injil
dan Kisah Para Rasul yang tidak diucapkan oleh Yesus sendiri. Gelar Anak Manusia
menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, dan berbicara tentang posisi Kristus di akhir
zaman sebagai Raja yang akan datang. Gelar ini juga menggabungkan dua
ayat besar Mesianik : Daniel 7:13-14 dan Mazmur 110:1. Daniel 7:13-14 menekankan aspek
universal dari kekuasaan Yesus; bahwa Dia bukan hanya sekedar seorang penguasa Yahudi,
tetapi juga Sang Juruselamat dunia. Mazmur 110:1 mengatakan  Mesias duduk di sebelah kanan
Allah (Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."). Selain menekankan
kekuatan dan kedudukan, gelar ini juga menunjukkan penerimaan

Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia
menghadap Imam Besar, 2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi
di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap
mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. 3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah
dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. 4 Ia rebah ke tanah dan
kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah
engkau menganiaya Aku?" 5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah
Yesus yang kauaniaya itu. 6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan
dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." 7 Maka termangu-mangulah teman-
temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat
seorang jugapun. 8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-
apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. 9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari
lamanya ia tidak makan dan minum. (Kisah Para Rasul 9:1-9)

Dalam tiga versi dari pertobatan Paulus (Kisah Para Rasul 9:1-9, 22:6-11, 26:9-20), terdapat
elemen yang berulang-ulang muncul untuk menjadi pusat misi dan penugasannya. Pertama,
menandai pertobatannya menjadi seorang Kristen; kedua, merupakan bentuk panggilannya
menjadi seorang nabi; dan ketiga, menunjukkan penugasannya menjadi seorang rasul. Ketiga
poin ini dapat dibagi sebagai berikut berdasarkan pertimbangan yang lebih dalam: (1) Paulus
dipilih secara khusus, dipisahkan, dan dipersiapkan oleh Allah untuk pekerjaan yang akan dia
lakukan; (2) Paulus diutus sebagai saksi bukan hanya kepada orang-orang Yahudi, tetapi juga
bagi bangsa-bangsa lain; (3) misi penginjilan Paulus akan menghadapi penolakan dan
penderitaan; (4) Paulus akan membawa cahaya untuk orang yang lahir dalam dan saat ini masih
hidup dalam kegelapan; (5) Paulus akan mengkotbahkan bahwa pertobatan diperlukan sebelum
seseorang menerima iman Kristen; (6) kesaksian Paulus akan didasarkan pada sejarah ruang-
waktu dan didasarkan pada pengalamannya sendiri dalam perjalanannya ke Damsyik, pada apa
yang dia sendiri telah lihat dan dengar di tempat yang nyata dan diketahui oleh semua orang
yang ketika itu tinggal di Damsyik.

Sebuah revolusi harus terjadi terlebih dulu dalam kehidupan dan pemikiran Saulus, sebelum
murid Gamaliel ini lulus ujian yang cocok untuk dapat menjalani pelayanan yang akan
dipercayakan kepadanya oleh Allah dan oleh kematian Yesus. Paulus kemudian akan
mengatakan bahwa 'dia "telah ditangkap" oleh Kristus Yesus (Filipi 3:12) dalam perjalanan
ke Damsyik’, ini merupakan suatu pernyataan yang berarti : ‘menjadikan sesuatu menjadi
miliknya sendiri atau mendapatkan kuasa atas  seseorang melalui pengejaran’. Dalam Kisah
Para Rasul 9, kita melihat dengan jelas mukjizat ditunjukkan dalam pertobatan Paulus, satu titik
yang menunjukkan dengan sangat jelas bahwa Allah mengendalikan dan mengarahkan semua
peristiwa, hingga Paulus akan melakukan tugas-tugas tertentu yang Allah telah tetapkan
baginya, tugas-tugas yang tentunya tidak bakalan dilakukan oleh Saulus, dirinya dahulu sebelum
ia bertobat.

Meskipun ada banyak pengamatan yang dapat dibuat tentang pertobatan Paulus dalam perjalanan
ke Damsyik , ada dua titik kunci yang menarik. 
1. Pertama, adalah fakta bahwa kehidupan Paulus akan menjadi berpusat pada Kristus
setelah apa yang dialaminya. Setelah pertemuannya dengan Yesus, pemahaman Paulus tentang
Mesias telah direvolusi/diubahkan, dan itu tidak lama sebelum ia menyatakan bahwa, "Dia
[Yesus] adalah Anak Allah" (Kisah Para Rasul 9:20).
2. Kedua, kami mencatat bahwa dalam pertobatan Paulus tidak ada anteseden positif atau
peristiwa sebelumnya yang memimpinnya dari seorang musuh bebuyutan menjadi seorang
pendukung antusias Kristus. Kejadian pertobatannya berlangsung cepat seketika itu juga, semenit
sebelumnya Saulus adalah musuh Yesus, dan semenit berikutnya Saulus telah menjadi tawanan
Kristus yang pernah dia aniaya. Paulus mengatakan, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku
adalah sebagaimana aku ada sekarang” (1 Korintus 15:10), yang menunjukkan bahwa dia
telah diubah oleh Allah, menjadi benar-benar beriman, dan dia adalah salah satu yang menjadi
milik Kristus dan yang telah menjadi hamba Kristus.

Setelah pengalaman dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus pertama-tama pergi ke Arab Saudi,
tetapi apakah dia benar-benar memulai pekerjaan misionaris di sana tidak diketahui.
Kemungkinan besar adalah bahwa setelah pertobatannya, dia sungguh-sungguh membutuhkan
waktu untuk mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya dengan tenang. Kemudian setelah
tinggal sebentar di Yerusalem, ia bekerja sebagai misionaris di Siria dan Kilikia (sebagian besar
di Orontes, Antiokhia dan di kota kelahirannya Tarsus) dan setelah itu bersama dengan Barnabas
di Siprus, Pamfilia, Pisidia, dan Likaonia.
Paulus, mantan penyerang berdarah dingin dan yang menghalalkan segala cara, sekarang telah
menjadi seorang yang dapat menuliskan atribut kunci sebagai kesaksian terpenting di atas segala
sesuatu, di  dalam 1Korintus 13 -kasih akan Allah dan akan sesama manusia / orang-orang di
sekelilingnya. -  Saulus yang amat terdidik dalam pengetahuan telah diubahkan menjadi Paulus
yang mengatakan bahwa pengetahuan tanpa kasih membuat orang menjadi sombong, tetapi
kasih membangun. (1 Korintus 8:1).

Kitab Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus bersaksi tentang kelembutan yang telah dialami
sang rasul sendiri, baik bagi dunia yang tidak percaya dan juga bagi orang-orang di dalam
Gereja. Di bagian akhir, dalam pidato perpisahannya kepada orang-orang percaya di Efesus
dalam Kisah Para Rasul 20, ia mengatakan kepada mereka bahwa "aku tiga tahun lamanya,
siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan
mencucurkan air mata." (Kisah Para Rasul 20:31). Dia mengatakan kepada orang-orang
percaya di Galatia bahwa mereka adalah "anak-anakku" (Galatia 4:19). Dia mengingatkan
jemaat di Korintus bahwa “Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah?
Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?” (2Korintus 11:29). Tentang
orang-orang percaya di Filipi, Paulus berkata "kamu ada di dalam hatiku" (Filipi 1:7). Dia
mengatakan kepada gereja Tesalonika “kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan
berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama
seperti kami juga mengasihi kamu.” (1 Tesalonika 3:12) dan menunjukkan fakta sesungguhnya
dengan hidup di antara mereka dan membantu membangun sebuah komunitas Kristen
(baca 1Tesalonika 1-2). Berulang kali sepanjang tulisannya, Paulus mengingatkan para
pembacanya akan kepedulian dan kasihnya bagi mereka.

Terhadap orang-orang kafir, sikap Paulus penuh kepedulian dan keprihatinan yang mendalam,
contoh yang paling jelas, kepedulian dan keprihatinannya menjadi artikulasi dalam suratnya
kepada jemaat di Roma, ungkapan  kesedihan yang ia rasakan bagi sesama orang Israel yang
tidak tidak percaya kepada Kritus: "1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak
berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, 2 bahwa aku sangat berdukacita dan
selalu bersedih hati. 3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-
saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani." (Roma 9:1-3).

Kecemasan yang dirasakan oleh Paulus untuk orang-orang kafir juga tidak terbatas bagi orang-
orang sebangsanya sendiri, tapi juga untuk orang-orang non-Yahudi. Sebagai salah satu contoh,
ketika ia memasuki Atena, teks dalam Kisah Para Rasul 17:16 menunjukkan dengan jelas
bahwa Paulus sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-
patung berhala. Ia juga sangat peduli dengan tempat Allah yang benar,  serta orang-orang yang
terlibat dalam ibadah palsu, dan dia langsung mencoba menjelaskan kepada orang-orang kafir
dalam suatu wacana tentang Injil yang telah dipercayakan kepadanya (Kisah para Rasul 17:17-
34). Di mana inti dari pesan yang disampaikannya adalah Yesus.
ekelompok orang mencoba untuk menyanggah bahwa gambaran Paulus tentang Yesus di dalam
surat-suratnya tidaklah sesuai dengan Kristus yang digambarkan dalam Injil. Seandainya ini
benar, posisi ini tidak dapat meleset jauh dari kebenaran. Dari surat-surat Paulus, kita dapat
mempelajari hal-hal berikut tentang Yesus:

• Yesus memiliki keturunan Yahudi


• Dia adalah keturunan Daud
• Dia lahir dari seorang perawan
• Dia hidup di bawah hukum Taurat
• Dia memiliki saudara-saudara
• Dia memiliki 12 murid
• Dia memiliki saudara bernama Yakobus
• Dia hidup dalam kemiskinan
• Dia rendah hati dan lemah lembut
• Dia disiksa oleh bangsa Romawi
• Dia adalah Allah
• Dia mengajar tentang masalah pernikahan
• Dia mengatakan untuk mengasihi sesama
• Dia berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua
• Dia menetapkan Perjamuan Tuhan
• Dia hidup tanpa dosa
• Dia mati di kayu salib
• Orang-orang Yahudi membunuh Dia
• Dia dimakamkan
• Dia dibangkitkan
• Dia sekarang duduk di sebelah kanan Allah

Di luar fakta ini adalah kesaksian hidup Paulus bahwa ia meninggalkan segala sesuatu untuk
mengikut Kristus (ini adalah ujian sejati untuk seorang murid sebagaimana digariskan oleh
Yesus dalam Lukas 14:26-33). Paulus menulis, “7 Tetapi apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 8 Malahan segala sesuatu
kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya
sampah, supaya aku memperoleh Kristus, 9 dan berada dalam Dia bukan dengan
kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan
kepercayaan. 10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya, 11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." (Filipi
3: 7-11).
jaran dan pemberitaan Paulus tentang Yesus tidaklah populer. Jika keberhasilan misi penginjilan
diukur oleh banyaknya jumlah lawan/oposisi, maka misi Paulus akan dianggap sebagai suatu
kegagalan total. Ini akan cocok dengan pernyataan Kristus tentang Paulus kepada Ananias: "Aku
sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh
karena nama-Ku” (Kisah Para Rasul 9:16). Kitab Kisah Para Rasul sendiri mencatat lebih dari
20 episode yang berbeda dari penolakan dan perlawanan terhadap pemberitaan Paulus tentang
keselamatan. Kita juga harus menganggap serius adanya pengulangan tentang penolakan dan
perlawanan yang dituliskan Paulus dalam 2Korintus 11:23-27. Sebenarnya, permusuhan dan
penolakan tersebut diharapkan, mengingat pendengarnya adalah orang-orang Yunani dan
Yahudi. Bagi orang Yunani yang percaya dewa-dewa, pemberitaan tentang adanya seorang
Pembebas yang disalibkan adalah suatu kontradiksi  yang tidak masuk akal, demikian pula
halnya bagi orang Yahudi, pemberitaan tentang Mesias yang disalibkan adalah penghujatan yang
penuh kenajisan.

Musuh Paulus terdiri dari tiga. Pertama, adanya musuh spiritual ditunjukkan dalam tulisannya
bahwa ia sangat menyadari adanya musuh spiritual ini (misalnya dalam 1 Tesalonika 2:18).
Kedua, adanya yang telah ia sebutkan sebagai sasaran awal penginjilannya yaitu orang Yahudi
dan juga orang non-Yahudi, banyak dari mereka yang akan menyiksa dan mengusir dia.
Terakhir, mungkin yang paling menyebabkan kesedihan baginya, adalah - Gereja mula-mula itu
sendiri.

Fakta bahwa Paulus dipandang sebagai aneh dan dipertanyakan, tidak hanya oleh sesama orang
Yahudi, tetapi juga oleh sejumlah rekan Kristen yang Yahudi, tidak diragukan lagi tentu sangat
menyakitkan baginya. Tantangan atas otoritas dan keaslian Paulus di luar Tubuh Kristus sudah
pasti, tetapi tantangan dari dalam Tubuh Kristus sendiri adalah musuh yang berbeda yang
menjadi pergumulannya. 1Korintus 9: 1-3 (1 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas?
Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam
Tuhan? 2 Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul.
Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku. 3 Inilah pembelaanku terhadap
mereka yang mengeritik aku.) adalah contoh: Paulus menegaskan kepada Gereja bahwa ia
ditugaskan oleh Kristus (penegasan Paulus lainnya dapat dibaca dalam Roma 1:5; 1Korintus
1:1-2; 2Korintus 1:1; Galatia 1:1). Beberapa bahkan ada yang percaya bahwa 2Korintus
11:26 menunjukkan adanya rencana untuk membunuh Paulus; suatu persekongkolan yang
dibentuk oleh orang-orang Kristen lainnya.

Adanya kombinasi perlawanan-perlawanan berikut : dibenci oleh orang-orang sebangsa, adanya


musuh-musuh rohani, dan tidak dipercaya saudara seiman-tentu seharusnya semua ini telah dapat
menyebabkan rasul Paulus putus asa berkali-kali, hal ini terbukti dalam tulisan-tulisannya bahwa
ia menjalankan pekerjaan misionaris dengan kemungkinan akan menghadapi kemartiran/ mati
syahid (Filipi 2:17), yang akhirnya benar-benar menjadi kenyataan. Paulus mati dipenggal,
tradisi menegaskan, di bawah penganiayaan Nero dekat tonggak ketiga di jalan Ostian.
Konstantin membangun sebuah gereja kecil untuk menghormati Paulus pada tahun 324SM, yang
ditemukan pada tahun 1835 selama penggalian sebelum didirikannya katedral yang sekarang. Di
salah satu lantai ditemukan prasasti PAVLO APOSTOLO MART-  "Untuk Paulus, rasul dan
martir".

Anda mungkin juga menyukai