Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan penulis akan membahas latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, mamfaat penelitian, sistematika

penulisan.

Latar belakang masalah

Guru merupakan unsur penting dalam proses belajar mengajar, serta memiliki

tanggung jawab yang besar. Sebagai seorang guru peranan dan keahlian yang baik sangat

mempengaruhi bagaimana pengajaran dan pencapaian hasil yang diharapkan dalam

pendidikan. Guru merupakan pembimbing siswa untuk mengenal, memahami dan mampu

memberikan solusi permasalahan yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya menguasai materi

pembelajaran atau pandai dalam menyampaikan materi yang diajarkan, namun seorang guru

harus mampu menggali potensi yang ada pada dirinya dan siswa sehingga ada suatu nilai,

perubahan yang didapatkan dari hasil pembelajaran yang dilakukan, baik dalam proses

pendidikan bahkan kepada lingkungan.

Guru atau pendidik mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2, pendidik

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses


2

pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik.

Menurut peraturan pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis

kompetensi yakni:

a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.


Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan proses belajar
mengajar dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi pedagogik ini
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian, guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
sebagai pengajar, memiliki kepribadian yang baik sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.
c. Kompetensi profesional, mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan
dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi
yaitu menguasai konsep teoritik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu
menggunakan media dalam proses belajar mengajar.
d. Kompetensi sosial, kompetensi sosial yang dimiliki guru adalah menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka ( seperti
orangtua, tetangga dan sesama teman ).1
Kompetensi merupakan satu modal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

seorang guru untuk mencapai pengajaran yang maksimal kepada peserta didik. Pengertian

dasar kompetensi ( competency ) adalah kemampuan atau kecakapan. Adapun kompetensi

guru menurut Barlow ( 1985 ) ialah The ability of a teacher to responsibly perform his or her

duties appropriately. Artinya, kompetensi Guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban- kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi,

kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru

dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya guru yang bagus dalam melaksanakan

profesinya disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Profesional ( professional )

dari kata profession ( pekerjaan ) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Maka

1
Andar Gultom, profesionalisme, Standart Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK ( Bandung: Bina
Media Informasi, 2007 ), 38
3

pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan

kemampuan tinggi sebagian sumber kehidupan.2 Maka sehubungan dengan itu, masalah yang

terpenting adalah bagaimana seorang guru memiliki kemampuan yang baik serta mampu

menggunakan kompetensinya dalam melakukan setiap tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pengajar sehingga mencapai keberhasilan dalam pengajaran yang dilakukannya.

Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus

dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar dengan berhasil.3

Maka sehubungan dengan itu, Guru yang dikatakan profesional adalah guru yang mampu

melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta menguasai materi ajar, mampu

menggunakan media pembelajaran, mampu menyampaikan materi pembelajaran, mampu

mengevaluasi hasil pembelaran siswa, mampu membimbing siswa, mampu memecahkan

permasalahan siswa dengan cara mengenal karakter siswa dan mampu mengevaluasi peserta

didik yang diharapkan untuk menghasilkan perubahan bagi guru maupun kepada peserta

didik. Materi yang disajikan seorang guru yang profesional harus mampu melihat apa yang

menjadi kebutuhan siswa sehubungan dengan apa yang terjadi pada siswa yang diajar,

sebagaimana kehidupan dan lingkungan sekolah dan masyarakat.

Guru pendidikan Agama Kristen ( PAK ) adalah figur manusia yang menempati posisi

dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika banyak gejolak permasalahan

dalam pendidikan terutama kepada siswa/i, figur guru PAK mesti dilibatkan dalam persoalan

formal dalam pendidikan dan karakter di sekolah. Karena harapan guru PAK mampu

memberikan sumbangsih yang berpengaruh kepada persoalan formal dalam pendidikan,

teramat khusus perubahan karakter dan pola pikir di sekolah, yaitu melalui sikap, dalam

pengajaran. Dimana karakter buruk yang peneliti temukan di lapangan yaitu: malas belajar,

2
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995 ) hal 229-230
3
Hamzah B. Uno, Profesi Keguruan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) 18
4

malas mengerjakan bersekutu, merokok, cabut, asusila, tidak peduli kepada diri sendiri dan

orang lain, mencuri, rendah diri, tidak menghargai orang lain, cakap kotor. Hal ini juga

dipengaruhi ketidakprofesionalan guru yaitu: kurangnya motivasi guru dalam memberikan

teladan sikap yang baik kepada murid, maupun cara berbicara yang kurang baik, serta

penekanan nilai pendidikan karakter kepada peserta didik, guru belum mampu menjadi garam

dan terang kepada siswa dengan kurangnya sosialisasi kepada peserta didik, serta pola

pengajaran yang kurang menarik. Hal ini akan berpengaruh sekali kepada karakter peserta

didik yang tujuannya untuk memuliakan Allah.

Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “ education ” dalam bahasa inggris kata

“ education” berasal dari bahasa latin: educare yang berarti membimbing (to lead) ditambah

awalam “ e” yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar dari pendidikan adalah: suatu tindakan

untuk membimbing keluar.4 Maka sehubungan dengan itu, dalam pengajaran Pendidikan

Agama Kristen yang diteladankan oleh Yesus sendiri dalam pengajaran-Nya untuk membawa

orang- orang mengerti dan memahami arti pengajaran-Nya, sehingga orang yang tidak

mengerti dibawa keluar dari pola pikirnya dan diubahkan menjadi memahami arti dari

pengajaran-Nya, dan itu yang harus diteladankan dalam Pendidikan Agama Kristen, untuk

membawa siswa/i mengerti dan memahami pengajaran dari Yesus Kristus sebagai Guru

Agung, dan membawa mereka kedalam perubahan berkarakter Kristus.

Guru PAK yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memahami dan

menguasai substansi yang terkat dengan materi PAK, dan karakteristik siswa/i. Pendidikan

karakter adalah salah satu materi yang diajarkan oleh guru PAK maka dari salah satu syarat

penting bagi guru adalah paham akan Firman Tuhan untuk membawa pendidikan karakter

siswa, menerapkan materi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, menerapkan hasil

pembelajaran dalam kehidupan. Muatan karakter dalam pengajaran yang ada di SMA Negeri

4
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th, Pembimbing PAK, ( Bandung: Jurnal Info Media, 2007 ) 8
5

1 Sipora yaitu gaya hidup modren, menjadi Murid Yesus Kristus, menghargai orang lain,

persahabatan, pacaran, citra pelajar Kristen, Kamu adalah garam dan terang Dunia, Hidup

damai dengan semua orang, tanggung jawab anak kepada orang tua, kepada guru dan Gereja.

Melalui muatan karakter yang ada dalam pembelajaran yang diajarkan, maka penekanan nilai

serta penanaman konsep kepada peserta didik membuka pola pikir peserta didik bagaimana

seharusnya dilakukan dalam hidup mereka itu dapat diajarkan baik dalam tindakan kelas

maupun teladan yang diberikan kepada peserta didik.

Tujuan pendidikan merupakan mencerdaskan peserta didik, baik melalui perubahan

pemahaman dan cara berpikir. Seiring dengan kecerdasan itu maka perubahan karakter yang

harus dimiliki peserta didik itu sangat juga perlu diperhatikan dan dibina melalui pengajaran

yang baik kepada mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “ karakter ” berarti

sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,

tabiat, watak. “Karena semua orang dilahirkan dengan kebutuhan yang hampir sama, yaitu

kebutuhan untuk merasa aman dan dihargai, diterima, diperhatikan dan disenangi, diampuni

dan mengampuni, merasa aman sebagaimana adanya”5, maka sehubungan dengan itu,

karakter yang diharapkan dalam pribadi setiap orang sangat berpengaruh dalam proses

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai karakter yang baik maka

dibutuhkan pemahaman yang jelas dan dasar yang benar.

Karakter berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang berarti “ membuat tajam ”,

atau“membuat dalam. Secara konseptual, “ karakter ” dipahami dalam dua pengertian.

Pertama, bersifat deterministik yang berarti sekumpulan kondisi rohaniah pada diri kita yang

sudah dianugrahkan. Kedua, bersifat non deterministik atau dinamis yaitu tingkat kekuatan

atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah ada. Maka

dapat dipahami, orang yang bersikap pasrah pada kondisi- kondisi diri yang sudah ada,

5
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006 ) 9
6

disebut karakter lemah. Di sisi lain, mereka yang tidak mau menerima begitu saja kondisi-

kondisi diri yang sudah ada, berusaha mengatasinya, di sebut berkarakter kuat atau tangguh.6

Sehubungan dengan itu, karakter dalam diri peserta didik harus dibangun dan dipulihkan

karena mereka berusaha menyempurnakan diri belajar terus itulah yang membuat karakter

seseorang itu kuat, meskipun menghadapi tekanan dari luar dan dari dalam. Dengan

menyadari hal itu maka pengertian, pengajaran serta bimbingan yang jelas sangat diperlukan

untuk menyadarkan karakter atau sikap yang tidak baik. Pendidikan karakter adalah upaya

yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik ( good character )

berlandaskan kebajikan yang tinggi ( kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik )

yang secara objektif baik individu maupun masyarakat.

Karakter adalah hakikat, sifat dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan

melalu pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau konteks di mana ia hidup.7 Maka

sehubungan dengan itu karakter merupakan penyatuan yang beriringan dan saling

berhubungan antara akal-budi, perasaan dan tubuh yang diaplikasikan dalam perkataan

ataupun dalam tindakan baik ketika dengan orang lain maupun ketika melakukan aktivitas

sendiri.

Dengan demikian di sini dibutuhkan integritas seorang guru. dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai mutu, sifat, kedaaan yang menunjukkan

kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan

kewibawaaan, kejujuran dan dapatdipercaya.8

Namun kenyataan di lapangan sejauh pengamatan penulis, masih kurangnya

implementasi kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Kristen dalam pendidikan

6
Saptono, M.Pd, Dimensi- dimensi Pendidikan Karakter ( Salatiga: Erlangga, 2011 ) 17-18
7
Dr. Yakop Tomatala, pemimpin yang handal, ( Jakarta: YT Leadership Foundation, 1996 ) 41
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Cet.3, Jakarta: Balai
Pustaka, 1990 ), 335
7

karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala- gejala sebagai berikut: Masih ada guru

Pendidikan Agama Kristen yang tidak sunguh-sungguh menyadari panggilannya sebagai guru

Pendidikan Agama Kristen sehingga tidak menjalankan tugasnya sebagai guru Pendidikan

Agama Kristen dengan baik. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang bertindak kasar

kepada siswa dalam proses pembelajaran yang menekan mental siswa tersebut. Masih ada

guru Pendidikan Agama Kristen yang kurang disiplin waktu terlebih pada saat pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen sehingga siswa/i terkontaminasi menjadi kurang disiplin waktu

juga. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum mampu mengaplikasikan

Firman yang diajarkan sehingga pengajarannya tidak mempengaruhi karakter siswa. Masih

ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum memahami kompetensi profesional dalam

pengajaran Pendidikan Agama Kristen sehingga guru hanya menuntut siswa untuk

melakukan apa yang diajarkan saja.

Sehubungan dengan itu, salah satu yang dapat menolong guru PAK dalam

menumbuh-kembangkan karakter siswa dengan cara keprofesionalannya dalam mengajar

serta tindakan yang dicerminkan akan membuat siswa memiliki kesadaran akan pentingnya

mempergunakan waktu yang ada, arif dan bijak sana, tidak mengikut nafsu dunia, tetapi

sebaiknya kepada pembentukan nilai pribadi, identitas, maupun pandangan hidup yang sering

kali membuat siswa merasa ragu- ragu terhadap identitas dirinya, arti hidup yang benar, serta

menghargai dirinya sendiri.

“ pandangan kita atas diri kita sendiri akan sangat mempengaruhi semua bidang
kehidupan kita. Kalau pandangan kita atas diri kita sendiri baik dan berdasarkan
prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka kehidupan kita akan berdampak stabil dan kita
juga akan memperoleh keuntungan- keuntungan yang lain. Sebaliknya, kalau
pandangan kita atas diri sendiri berdasarkan sistem dunia ini, maka kita akan
bertindak seperti orang- orang dunia”9
Bagi remaja, Allah adalah Pribadi yang berperan dalam hidupnya. Dia menjadi

sahabat yang paling karib. Di lubuk hati mereka, ada komitmen dan loyalitas yang sangat
9
Tom Yeakley, Watak Pekerja Kristus, ( Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999 ) 17
8

mendalam terhadap Allah tempat ia menimba seluruh kepercayaannya. Oleh karena

kepercayaan mereka kepada Allah, maka mereka tidak bergantung sepenuhnya kepada orang

lain.10 Oleh karena itu, hidup yang bergantung kepada Allah akan membantu mengenal diri

mereka sendiri dan identitas mereka yang membentuk karakter mereka, melalui pengajaran

dan keteladanan yang menolong setiap peserta didik. Pengajaran yang dimaksud yaitu

pengajaran yang diteladankan Kristus bagi seorang guru maupun kepada peserta didik yang

diharapkan mampu memberikan buah yang baik sebagai pengenalan akan Kristus.

Namun kenyataan di lapangan penulis temukan, sejauh pengamatan penulis, masih

kurangnya karakter dalam pendidikan karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala-

gejala sebagai berikut: Masih ada siswa yang melakukan asusila sehingga menikah dibawah

umur. Masih ada siswa malas berdoa ketika dalam pembelajaran PAK di sekolah. Masih ada

siswa yang tidak peduli pada diri sendiri seperti cabut, malas membuat tugas. Masih ada

siswa yang suka kata kotor, suka berbohong, tidak memiliki percaya diri atauh rendah diri.

Masih ada siswa yang tidak menghargai guru.

Guru PAK yang profesional harus memahami karakter siswa di dalam pembelajaran,

agar siswa tidak menganggap sepele Pendidikan Agama Kristen. Mata pelajaran ini

merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk ditingkatkan di sekolah, karena

membentuk moral, karakter, etika, dan spritual. Untuk itu guru PAK harus mampu menjadi

guru yang profesional agar siswa mampu mencintai dan mengalami perjumpaan dengan

Kristus yang membantu pembentukan karakter peserta didik. Dalam kehidupan peserta didik

di SMA Negeri 1 Sipora yaitu belum memakai waktu dengan seksama artinya tidak memakai

waktu dengan benar, atau tidak mempergunakan hidup dengan baik, bahkan masih memakai

hidup kepada dunia. Bebal dalam arti sukar mengerti, tidak menanggapi apa yang sudah

didengar dari pengajaran. Namun yang harus dilakukan yaitu Arif artinya bijak sana, berilmu,

10
Dien Sumiyantiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, ( Yogyakarta: Andi, 2006 ) 128-129
9

mengerti dengan cara melakukan dari hasil pengajaran teramat khusus pengajaran dari

Firman Allah. Serta mengerti kehendak Tuhan yang dimaksud adalah mempergunakan hidup

ini baik di masa remaja untuk Tuhan, suka persekutuan, menjadi teladan baik perkatanan dan

perbuatan, bertanggung jawab dalam hidup ( Efesus 5:15-17 ). Bahkan Firman Tuhan dalam

Roma 12:2, menjelaskan agar tidak serupa dengan dunia namun berubah oleh pembaharuan

budi yang artinya menggunakan kebijaksanaan yang diberikan Tuhan untuk bertindak . Untuk

itu guru profesional harus mengerti akan karakter yang mereka miliki dan mampu

memberikan konsep pemikiran yang jelas kepada peserta didik, sebagai mana karakter

Kristus yang harus diteladankan kepada peserta didik.

Karakter bukanlah kata yang asing bagi dunia keagamaan, termasuk di dalam

kekristenan. Namun banyak orang tetap melihat karakter itu tidak terlalu berpengaruh kepada

masa depan sehingga sering diabaikan. Pengertian yang sempit tentang karakter,

mengakibatkan mereka tidak menjaga diri, tidak mengenal diri sendiri dengan benar, bahkan

tidak sedikit yang menukar kebiasaan yang baik dengan alasan materi, jabatan, wanita, pria

dan sebagainya.

Sedikitnya, ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu

lebih sungguh- sungguh menjadikan dirinya terpat terbaik bagi pendidikan karakter. Keempat

alasan itu adalah :

a. Karena banyak keluarga ( tradisional maupun non tradisional ) yang tidak


melaksanakan pendidikan karakter.
b. Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak
yang baik.
c. Kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan.
d. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas
tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada peranannya
sebagi seorang guru.11

11
Ibid , 4
10

Guru sebagai teladan yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,

mengajar, dan membimbing peserta didik. Guru adalah orang yang mampu merancang

program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik

mencapai tingkat kedewasaan dalam berpikir maupun karakter sesuai dengan tujuan proses

pendidikan.

Hubungan peserta didik dan guru sangat diperlukan di dalamnya karena adanya

hubungan timbal balik dan respon dari guru dan siswa akan menghasilkan tujuan yang di

inginkan lebih khusus lagi kepada karakter peserta didik. Tugas mengajar guru PAK harus

berpedoman kepada pengajaran Yesus Kristus sebagai Guru Agung, guru PAK juga harus

mampu memahami kebenaran Firman Tuhan sebagai landasan materi pengajaran yang

diberikan kepada peserta didik.

Di samping pribadi Yesus mahir akan Firman Tuhan, seorang Guru perlu mengenali

sifat- sifat manusia.12 Berarti ketika seorang Guru PAK mengajar maka mengenali

kepribadian atau karakter itu sangat diperlukan, di mana dengan mengenali karakter siswa,

materi dan tujuan pembelajaran akan dapat dipahami dan dimengerti dan dilakukan dengan

baik.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul penelitian :

“ Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Pendidikan

Karakter Siswa Menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015”

Identifikasi masalah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa identifikasi masalah

adalah “ penerapan atau penentuan identitas ”13

12
J. M. Price, Yesus Guru Agung ( Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1994 ) 12
13
W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1985 ) 65
11

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akba mengatakan bahwa “ identifikasi masalah

adalah suatu tahap permulaan dari penugasan masalah ”14

Dari uraian yang sudah dipaparkan penulis dalam latar belakang, maka ada berapa

pokok masalah yang akan dipaparkan dalam identifikasi masalah sebagai proses perumusan

masalah dan harus menggambarkan masalah dalam topik maupun judul. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya adalah:

1. Diidentifikasikan siswa Kristen di SMA Negeri 1 Sipora kurang memiliki minat

belajar PAK, karena guru kurang profesional dalam pelaksanaannya. Yang

menjadi pertanyaan, bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru PAK di

SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Diidentifikasikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari

masih menunjukkan sikap yang jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil

di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas

berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,

marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di

lingkungan masyarakat. Timbul pertanyaan, bagaimana pendidikan karakter siswa

di SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015?

3. Diidentifikasikan cara belajar siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

kemajuan dalam belajar PAK, karena masih banyak siswa tidak serius dalam

mengerjakan tugas-tugas, malas persekutuan, yang menjadi pertanyaan,

bagaimana keteladanan integritas guru PAK terhadap pendidikan karakter siswa di

SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

14
Husaini Usman & purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung: Bumi Aksara ) 18
12

4. Diidentifikasikan pembelajaran materi PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015 kurang mempengaruhi karakter siswa. Karena kurangnya

kompetensi profesional guru PAK dalam pelaksanaannya membuat siswa tidak

mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir

dan dalam kerohaniannya. Muncul pertanyaan, sejauh mana pengaruh kompetensi

profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora

Tahun Ajaran 2014/2015?

5. Diidentifikasikan guru PAK di SMA Negeri 1 Sipora kurang memahami

pentingnya kompetensi profesional dalam membangun karakter siswa/i melalui

pendidikan karakter yang di berikan. Timbul pertanyaan, bagaimana cara yang

harus diambil guru PAK dalam membangun karakter siswa di SMA Negeri 1

Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

Pembatasan Masalah

Ada banyak masalah yang dapat di teliti berdasarkan identifikasi masalah. Mengingat

keterbatasan waktu, tempat, sarana dan prasarana yang mendukung dan juga agar penelitian

lebih mendalam, maka peneliti membatasi masalah supaya tidak mengambang dan

menghasilkan hasil yang maksimal.

S. Nasution memberikan pendapat mengenai pembatasan masalah bahwa:

“ pokok itu hendaknya jangan terlalu luas, tetapi cukup sempit dan terbatas untuk ditelaah

secara mendalam ”15

Adapun batasan masalah yang peneliti tentukan adalah 1, 2 dan 3, masalah tersebut adalah:

15
S. Nasution, Penuntun Membuat Desertasi, Tesis, Skiripsi, Laporan Paper ( Jerman: 1980 )
13

1. Diidentifikasikan siswa Kristen di SMA Negeri 1 Sipora kurang memiliki minat

belajar PAK, karena guru kurang profesional dalam pelaksanaannya. Yang

menjadi pertanyaan, bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru PAK di

SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Diidentifikasikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora kurang mengalami

perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari

masih menunjukkan sikap yng jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil

di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas

berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,

marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di

lingkungan masyarakat. Timbul pertanyaan, bagaimana pendidikan karakter siswa

di SMA Negeri 1 Sipora tahun ajaran 2014/2015?

3. Diidentifikasikan pembelajaran materi PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015 kurang mempengaruhi karakter siswa. Karena kurangnya

kompetensi profesional guru PAK dalam pelaksanaannya membuat siswa tidak

mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir

dan dalam kerohaniannya. Muncul pertanyaan, sejauh mana pengaruh kompetensi

profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di

SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu hal yang penting dalam penulisan karya

ilmiah. Rumusan masalah menurut Moh. Nazir dalam bukunya metode penelitian

mengemukakan:
14

“ Tiap kerja penelitian harus mempunyai masalah dalam penelitian untuk dipecahkan,
pemecahan masalah dalam penelitian sangat berguna, untuk membersihkan kebingungan kita
akan satu hal, untuk memisahkan kemenduaan dan untuk mengatasi rintangan ataupun untuk
menutup celah antara kegiatan. Karena penelitian memperoleh jawaban atas masalah tersebut.
Perumusan maslaah merupakan langkah yang penting dan pekerjaan sulit dalam penelitian ”16

Berdasarkan uraian pada latarbelakang dan batasan masalah maka yang menjadi

rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pengaruh kompetensi guru PAK terhadap pelaksanaan materi pendidikan

Karakter di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Bagaimana perubahan Pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA

Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Sejauh mana pengaruh kompetensi profesional guru PAK terhadap pendidikan

karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran

2014/2015?

Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas untuk mencapai langkah-

langkah yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai tujuan yang jelas, maka sangat diperlukan

tujuan penelitian sebagai titik tolak pandangan yang akan dicapai.

Tujuan penelitian dapat diartikan sebagai berikut, oleh karena itu ketajaman seseorang

dapat merumuskan tujuan penelitian akan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang

akan dilaksanakan, karena tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan

dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian, harus mempunyai rumusan yang jelas

terperinci dan operasional.17

16
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 ) 133
17
Muhammad Ali, Prosedur Dan Strategi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Aksara, 1985 ) 30
15

Oleh karena itu, menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting

dalam pencapaian hasil yang diharapakan, karena sebagai titik pandang yang sistematis.

Dengan demikian penulis membuat tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora

Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi profesional guru PAK terhadap

pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun

Ajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang

keprofesionalan guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA

Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015.

Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah: Berguna untuk memberi dukungan terhadap keterbatasan informasi

untuk mengembangkan karakter dalam proses pembelajaran serta meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

b. Bagi guru: Membantu guru yang ada di sekolah teramat khusus guru PAK dalam

peningkatan kompetensi keprofesionalan dalam mengajar .

c. Bagi siswa: Sebagai bahan untuk meningkatkat perubahan yang baik mengenai

karakter dan bertumbuh di dalam Kristus, tidak menyianyiakan waktu yang ada
16

namun dengan arif, dan memakai hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan kepada

dunia.

d. Bagi pembaca: Sebagai bahan acuan untuk membuka wawasan baru tentang

pentingnya kompetensi profesional sebagai Guru PAK dalam pendidikan karakter.

e. Bagi penulis: Sangat berguna untuk mendukung tugas akhir dan menambah wawasan

serta pengetahuan akan pentingnya kompetensi profesional sebagai pendidik.

Sistematika Penulisan

Keseluruhan gagasan, pikiran dan asal usul, semuanya itu dapat dilihat dari rangkaian

bab hingga yang lebih terkecil dari bab. Berdasarkan pengelolaan masalah tersebut diatas

penulis memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB 1 Memaparkan tentang pendahuluan yang didalamnya ada latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, mamfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Di dalamnya Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, Hipotesa Penelitian.

BAB III Berisikan Metode penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel,

instrumen penelitian, teknik Pengumpulan data, uji coba angket, teknik analisa

data, uji hipotesis.

BAB IV Berisi pembahasan deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan analisis, uji

hipotesis, pembahasan.

BAB V Penutup berisikan kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai