BAB 1
PENDAHULUAN
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, mamfaat penelitian, sistematika
penulisan.
Guru merupakan unsur penting dalam proses belajar mengajar, serta memiliki
tanggung jawab yang besar. Sebagai seorang guru peranan dan keahlian yang baik sangat
pendidikan. Guru merupakan pembimbing siswa untuk mengenal, memahami dan mampu
memberikan solusi permasalahan yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya menguasai materi
pembelajaran atau pandai dalam menyampaikan materi yang diajarkan, namun seorang guru
harus mampu menggali potensi yang ada pada dirinya dan siswa sehingga ada suatu nilai,
perubahan yang didapatkan dari hasil pembelajaran yang dilakukan, baik dalam proses
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2, pendidik
Pendidikan pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi yakni:
seorang guru untuk mencapai pengajaran yang maksimal kepada peserta didik. Pengertian
guru menurut Barlow ( 1985 ) ialah The ability of a teacher to responsibly perform his or her
duties appropriately. Artinya, kompetensi Guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya guru yang bagus dalam melaksanakan
profesinya disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Profesional ( professional )
dari kata profession ( pekerjaan ) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Maka
1
Andar Gultom, profesionalisme, Standart Kompetensi, Dan Pengembangan Profesi Guru PAK ( Bandung: Bina
Media Informasi, 2007 ), 38
3
pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan
kemampuan tinggi sebagian sumber kehidupan.2 Maka sehubungan dengan itu, masalah yang
terpenting adalah bagaimana seorang guru memiliki kemampuan yang baik serta mampu
menggunakan kompetensinya dalam melakukan setiap tugas dan tanggung jawabnya sebagai
dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar dengan berhasil.3
Maka sehubungan dengan itu, Guru yang dikatakan profesional adalah guru yang mampu
melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik serta menguasai materi ajar, mampu
permasalahan siswa dengan cara mengenal karakter siswa dan mampu mengevaluasi peserta
didik yang diharapkan untuk menghasilkan perubahan bagi guru maupun kepada peserta
didik. Materi yang disajikan seorang guru yang profesional harus mampu melihat apa yang
menjadi kebutuhan siswa sehubungan dengan apa yang terjadi pada siswa yang diajar,
Guru pendidikan Agama Kristen ( PAK ) adalah figur manusia yang menempati posisi
dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika banyak gejolak permasalahan
dalam pendidikan terutama kepada siswa/i, figur guru PAK mesti dilibatkan dalam persoalan
formal dalam pendidikan dan karakter di sekolah. Karena harapan guru PAK mampu
teramat khusus perubahan karakter dan pola pikir di sekolah, yaitu melalui sikap, dalam
pengajaran. Dimana karakter buruk yang peneliti temukan di lapangan yaitu: malas belajar,
2
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995 ) hal 229-230
3
Hamzah B. Uno, Profesi Keguruan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) 18
4
malas mengerjakan bersekutu, merokok, cabut, asusila, tidak peduli kepada diri sendiri dan
orang lain, mencuri, rendah diri, tidak menghargai orang lain, cakap kotor. Hal ini juga
teladan sikap yang baik kepada murid, maupun cara berbicara yang kurang baik, serta
penekanan nilai pendidikan karakter kepada peserta didik, guru belum mampu menjadi garam
dan terang kepada siswa dengan kurangnya sosialisasi kepada peserta didik, serta pola
pengajaran yang kurang menarik. Hal ini akan berpengaruh sekali kepada karakter peserta
Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “ education ” dalam bahasa inggris kata
“ education” berasal dari bahasa latin: educare yang berarti membimbing (to lead) ditambah
awalam “ e” yang berarti keluar (out). Jadi arti dasar dari pendidikan adalah: suatu tindakan
untuk membimbing keluar.4 Maka sehubungan dengan itu, dalam pengajaran Pendidikan
Agama Kristen yang diteladankan oleh Yesus sendiri dalam pengajaran-Nya untuk membawa
orang- orang mengerti dan memahami arti pengajaran-Nya, sehingga orang yang tidak
mengerti dibawa keluar dari pola pikirnya dan diubahkan menjadi memahami arti dari
pengajaran-Nya, dan itu yang harus diteladankan dalam Pendidikan Agama Kristen, untuk
membawa siswa/i mengerti dan memahami pengajaran dari Yesus Kristus sebagai Guru
Guru PAK yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memahami dan
menguasai substansi yang terkat dengan materi PAK, dan karakteristik siswa/i. Pendidikan
karakter adalah salah satu materi yang diajarkan oleh guru PAK maka dari salah satu syarat
penting bagi guru adalah paham akan Firman Tuhan untuk membawa pendidikan karakter
pembelajaran dalam kehidupan. Muatan karakter dalam pengajaran yang ada di SMA Negeri
4
Pdt. Dr. Daniel Nuhamara, M.Th, Pembimbing PAK, ( Bandung: Jurnal Info Media, 2007 ) 8
5
1 Sipora yaitu gaya hidup modren, menjadi Murid Yesus Kristus, menghargai orang lain,
persahabatan, pacaran, citra pelajar Kristen, Kamu adalah garam dan terang Dunia, Hidup
damai dengan semua orang, tanggung jawab anak kepada orang tua, kepada guru dan Gereja.
Melalui muatan karakter yang ada dalam pembelajaran yang diajarkan, maka penekanan nilai
serta penanaman konsep kepada peserta didik membuka pola pikir peserta didik bagaimana
seharusnya dilakukan dalam hidup mereka itu dapat diajarkan baik dalam tindakan kelas
pemahaman dan cara berpikir. Seiring dengan kecerdasan itu maka perubahan karakter yang
harus dimiliki peserta didik itu sangat juga perlu diperhatikan dan dibina melalui pengajaran
yang baik kepada mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah “ karakter ” berarti
sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,
tabiat, watak. “Karena semua orang dilahirkan dengan kebutuhan yang hampir sama, yaitu
kebutuhan untuk merasa aman dan dihargai, diterima, diperhatikan dan disenangi, diampuni
dan mengampuni, merasa aman sebagaimana adanya”5, maka sehubungan dengan itu,
karakter yang diharapkan dalam pribadi setiap orang sangat berpengaruh dalam proses
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai karakter yang baik maka
Karakter berasal dari bahasa Yunani Charassein, yang berarti “ membuat tajam ”,
Pertama, bersifat deterministik yang berarti sekumpulan kondisi rohaniah pada diri kita yang
sudah dianugrahkan. Kedua, bersifat non deterministik atau dinamis yaitu tingkat kekuatan
atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah ada. Maka
dapat dipahami, orang yang bersikap pasrah pada kondisi- kondisi diri yang sudah ada,
5
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006 ) 9
6
disebut karakter lemah. Di sisi lain, mereka yang tidak mau menerima begitu saja kondisi-
kondisi diri yang sudah ada, berusaha mengatasinya, di sebut berkarakter kuat atau tangguh.6
Sehubungan dengan itu, karakter dalam diri peserta didik harus dibangun dan dipulihkan
karena mereka berusaha menyempurnakan diri belajar terus itulah yang membuat karakter
seseorang itu kuat, meskipun menghadapi tekanan dari luar dan dari dalam. Dengan
menyadari hal itu maka pengertian, pengajaran serta bimbingan yang jelas sangat diperlukan
untuk menyadarkan karakter atau sikap yang tidak baik. Pendidikan karakter adalah upaya
yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik ( good character )
berlandaskan kebajikan yang tinggi ( kecenderungan untuk melakukan tindakan yang baik )
Karakter adalah hakikat, sifat dan ekspresi kepribadian seseorang yang dinyatakan
melalu pembicaraan serta perilaku dalam lingkungan atau konteks di mana ia hidup.7 Maka
sehubungan dengan itu karakter merupakan penyatuan yang beriringan dan saling
berhubungan antara akal-budi, perasaan dan tubuh yang diaplikasikan dalam perkataan
ataupun dalam tindakan baik ketika dengan orang lain maupun ketika melakukan aktivitas
sendiri.
Dengan demikian di sini dibutuhkan integritas seorang guru. dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai mutu, sifat, kedaaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
6
Saptono, M.Pd, Dimensi- dimensi Pendidikan Karakter ( Salatiga: Erlangga, 2011 ) 17-18
7
Dr. Yakop Tomatala, pemimpin yang handal, ( Jakarta: YT Leadership Foundation, 1996 ) 41
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Cet.3, Jakarta: Balai
Pustaka, 1990 ), 335
7
karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala- gejala sebagai berikut: Masih ada guru
Pendidikan Agama Kristen yang tidak sunguh-sungguh menyadari panggilannya sebagai guru
Pendidikan Agama Kristen sehingga tidak menjalankan tugasnya sebagai guru Pendidikan
Agama Kristen dengan baik. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang bertindak kasar
kepada siswa dalam proses pembelajaran yang menekan mental siswa tersebut. Masih ada
guru Pendidikan Agama Kristen yang kurang disiplin waktu terlebih pada saat pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen sehingga siswa/i terkontaminasi menjadi kurang disiplin waktu
juga. Masih ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum mampu mengaplikasikan
Firman yang diajarkan sehingga pengajarannya tidak mempengaruhi karakter siswa. Masih
ada guru Pendidikan Agama Kristen yang belum memahami kompetensi profesional dalam
pengajaran Pendidikan Agama Kristen sehingga guru hanya menuntut siswa untuk
Sehubungan dengan itu, salah satu yang dapat menolong guru PAK dalam
serta tindakan yang dicerminkan akan membuat siswa memiliki kesadaran akan pentingnya
mempergunakan waktu yang ada, arif dan bijak sana, tidak mengikut nafsu dunia, tetapi
sebaiknya kepada pembentukan nilai pribadi, identitas, maupun pandangan hidup yang sering
kali membuat siswa merasa ragu- ragu terhadap identitas dirinya, arti hidup yang benar, serta
“ pandangan kita atas diri kita sendiri akan sangat mempengaruhi semua bidang
kehidupan kita. Kalau pandangan kita atas diri kita sendiri baik dan berdasarkan
prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka kehidupan kita akan berdampak stabil dan kita
juga akan memperoleh keuntungan- keuntungan yang lain. Sebaliknya, kalau
pandangan kita atas diri sendiri berdasarkan sistem dunia ini, maka kita akan
bertindak seperti orang- orang dunia”9
Bagi remaja, Allah adalah Pribadi yang berperan dalam hidupnya. Dia menjadi
sahabat yang paling karib. Di lubuk hati mereka, ada komitmen dan loyalitas yang sangat
9
Tom Yeakley, Watak Pekerja Kristus, ( Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 1999 ) 17
8
kepercayaan mereka kepada Allah, maka mereka tidak bergantung sepenuhnya kepada orang
lain.10 Oleh karena itu, hidup yang bergantung kepada Allah akan membantu mengenal diri
mereka sendiri dan identitas mereka yang membentuk karakter mereka, melalui pengajaran
dan keteladanan yang menolong setiap peserta didik. Pengajaran yang dimaksud yaitu
pengajaran yang diteladankan Kristus bagi seorang guru maupun kepada peserta didik yang
diharapkan mampu memberikan buah yang baik sebagai pengenalan akan Kristus.
kurangnya karakter dalam pendidikan karakter siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari gejala-
gejala sebagai berikut: Masih ada siswa yang melakukan asusila sehingga menikah dibawah
umur. Masih ada siswa malas berdoa ketika dalam pembelajaran PAK di sekolah. Masih ada
siswa yang tidak peduli pada diri sendiri seperti cabut, malas membuat tugas. Masih ada
siswa yang suka kata kotor, suka berbohong, tidak memiliki percaya diri atauh rendah diri.
Guru PAK yang profesional harus memahami karakter siswa di dalam pembelajaran,
agar siswa tidak menganggap sepele Pendidikan Agama Kristen. Mata pelajaran ini
merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk ditingkatkan di sekolah, karena
membentuk moral, karakter, etika, dan spritual. Untuk itu guru PAK harus mampu menjadi
guru yang profesional agar siswa mampu mencintai dan mengalami perjumpaan dengan
Kristus yang membantu pembentukan karakter peserta didik. Dalam kehidupan peserta didik
di SMA Negeri 1 Sipora yaitu belum memakai waktu dengan seksama artinya tidak memakai
waktu dengan benar, atau tidak mempergunakan hidup dengan baik, bahkan masih memakai
hidup kepada dunia. Bebal dalam arti sukar mengerti, tidak menanggapi apa yang sudah
didengar dari pengajaran. Namun yang harus dilakukan yaitu Arif artinya bijak sana, berilmu,
10
Dien Sumiyantiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, ( Yogyakarta: Andi, 2006 ) 128-129
9
mengerti dengan cara melakukan dari hasil pengajaran teramat khusus pengajaran dari
Firman Allah. Serta mengerti kehendak Tuhan yang dimaksud adalah mempergunakan hidup
ini baik di masa remaja untuk Tuhan, suka persekutuan, menjadi teladan baik perkatanan dan
perbuatan, bertanggung jawab dalam hidup ( Efesus 5:15-17 ). Bahkan Firman Tuhan dalam
Roma 12:2, menjelaskan agar tidak serupa dengan dunia namun berubah oleh pembaharuan
budi yang artinya menggunakan kebijaksanaan yang diberikan Tuhan untuk bertindak . Untuk
itu guru profesional harus mengerti akan karakter yang mereka miliki dan mampu
memberikan konsep pemikiran yang jelas kepada peserta didik, sebagai mana karakter
Karakter bukanlah kata yang asing bagi dunia keagamaan, termasuk di dalam
kekristenan. Namun banyak orang tetap melihat karakter itu tidak terlalu berpengaruh kepada
masa depan sehingga sering diabaikan. Pengertian yang sempit tentang karakter,
mengakibatkan mereka tidak menjaga diri, tidak mengenal diri sendiri dengan benar, bahkan
tidak sedikit yang menukar kebiasaan yang baik dengan alasan materi, jabatan, wanita, pria
dan sebagainya.
Sedikitnya, ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu
lebih sungguh- sungguh menjadikan dirinya terpat terbaik bagi pendidikan karakter. Keempat
11
Ibid , 4
10
Guru sebagai teladan yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,
mengajar, dan membimbing peserta didik. Guru adalah orang yang mampu merancang
program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik
mencapai tingkat kedewasaan dalam berpikir maupun karakter sesuai dengan tujuan proses
pendidikan.
Hubungan peserta didik dan guru sangat diperlukan di dalamnya karena adanya
hubungan timbal balik dan respon dari guru dan siswa akan menghasilkan tujuan yang di
inginkan lebih khusus lagi kepada karakter peserta didik. Tugas mengajar guru PAK harus
berpedoman kepada pengajaran Yesus Kristus sebagai Guru Agung, guru PAK juga harus
mampu memahami kebenaran Firman Tuhan sebagai landasan materi pengajaran yang
Di samping pribadi Yesus mahir akan Firman Tuhan, seorang Guru perlu mengenali
sifat- sifat manusia.12 Berarti ketika seorang Guru PAK mengajar maka mengenali
kepribadian atau karakter itu sangat diperlukan, di mana dengan mengenali karakter siswa,
materi dan tujuan pembelajaran akan dapat dipahami dan dimengerti dan dilakukan dengan
baik.
Karakter Siswa Menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran 2014/2015”
Identifikasi masalah
12
J. M. Price, Yesus Guru Agung ( Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1994 ) 12
13
W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1985 ) 65
11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akba mengatakan bahwa “ identifikasi masalah
Dari uraian yang sudah dipaparkan penulis dalam latar belakang, maka ada berapa
pokok masalah yang akan dipaparkan dalam identifikasi masalah sebagai proses perumusan
masalah dan harus menggambarkan masalah dalam topik maupun judul. Berdasarkan latar
perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari
masih menunjukkan sikap yang jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil
di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas
berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,
marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di
kemajuan dalam belajar PAK, karena masih banyak siswa tidak serius dalam
14
Husaini Usman & purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung: Bumi Aksara ) 18
12
mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir
profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa di SMA Negeri 1 Sipora
harus diambil guru PAK dalam membangun karakter siswa di SMA Negeri 1
Pembatasan Masalah
Ada banyak masalah yang dapat di teliti berdasarkan identifikasi masalah. Mengingat
keterbatasan waktu, tempat, sarana dan prasarana yang mendukung dan juga agar penelitian
lebih mendalam, maka peneliti membatasi masalah supaya tidak mengambang dan
“ pokok itu hendaknya jangan terlalu luas, tetapi cukup sempit dan terbatas untuk ditelaah
Adapun batasan masalah yang peneliti tentukan adalah 1, 2 dan 3, masalah tersebut adalah:
15
S. Nasution, Penuntun Membuat Desertasi, Tesis, Skiripsi, Laporan Paper ( Jerman: 1980 )
13
perubahan sejak belajar PAK di dalam sekolah, karena sikap siswa sehari- hari
masih menunjukkan sikap yng jauh dari Tuhan, seperti perbuatan asusila ( hamil
di luar nikah ), malas beribadah, malas membawa alkitab, suka berbohong, malas
berdoa, rendah diri, tidak peduli kepada diri sendiri dan sesama, tidak percaya diri,
marah, bertutur kata tidak baik/ cakap kotor pada saat pembelajaran PAK dan di
mengalami perubahan karakter dalam kehidupan tingkah laku serta cara berpikir
profesional guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan salah satu hal yang penting dalam penulisan karya
ilmiah. Rumusan masalah menurut Moh. Nazir dalam bukunya metode penelitian
mengemukakan:
14
“ Tiap kerja penelitian harus mempunyai masalah dalam penelitian untuk dipecahkan,
pemecahan masalah dalam penelitian sangat berguna, untuk membersihkan kebingungan kita
akan satu hal, untuk memisahkan kemenduaan dan untuk mengatasi rintangan ataupun untuk
menutup celah antara kegiatan. Karena penelitian memperoleh jawaban atas masalah tersebut.
Perumusan maslaah merupakan langkah yang penting dan pekerjaan sulit dalam penelitian ”16
Berdasarkan uraian pada latarbelakang dan batasan masalah maka yang menjadi
karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun Ajaran
2014/2015?
Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas untuk mencapai langkah-
langkah yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai tujuan yang jelas, maka sangat diperlukan
Tujuan penelitian dapat diartikan sebagai berikut, oleh karena itu ketajaman seseorang
dapat merumuskan tujuan penelitian akan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang
akan dilaksanakan, karena tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan yang akan
dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian, harus mempunyai rumusan yang jelas
16
Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 ) 133
17
Muhammad Ali, Prosedur Dan Strategi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Aksara, 1985 ) 30
15
Oleh karena itu, menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam pencapaian hasil yang diharapakan, karena sebagai titik pandang yang sistematis.
1. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru PAK di SMA Negeri 1 Sipora Tahun
Ajaran 2014/2015.
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kompetensi profesional guru PAK terhadap
pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA Negeri 1 Sipora Tahun
Ajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
keprofesionalan guru PAK dalam pendidikan karakter siswa menurut Efesus 5:15-17 di SMA
Manfaat Praktis
pendidikan di sekolah.
b. Bagi guru: Membantu guru yang ada di sekolah teramat khusus guru PAK dalam
c. Bagi siswa: Sebagai bahan untuk meningkatkat perubahan yang baik mengenai
karakter dan bertumbuh di dalam Kristus, tidak menyianyiakan waktu yang ada
16
namun dengan arif, dan memakai hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan kepada
dunia.
d. Bagi pembaca: Sebagai bahan acuan untuk membuka wawasan baru tentang
e. Bagi penulis: Sangat berguna untuk mendukung tugas akhir dan menambah wawasan
Sistematika Penulisan
Keseluruhan gagasan, pikiran dan asal usul, semuanya itu dapat dilihat dari rangkaian
bab hingga yang lebih terkecil dari bab. Berdasarkan pengelolaan masalah tersebut diatas
BAB III Berisikan Metode penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, teknik Pengumpulan data, uji coba angket, teknik analisa
BAB IV Berisi pembahasan deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan analisis, uji
hipotesis, pembahasan.