Anda di halaman 1dari 14

Kisah Kehidupan Rasul Paulus

Data sejarah mengenai riwayat hidup Paulus dapat ditelusuri dari tiga sumber yakni
catatan-catatan Paulus sendiri dalam beberapa suratnya yang asli, cerita Lukas dalam Kisah Para
Rasul, dan catatan tentang masa tuanya dalam surat-surat Deutero-Paulinis. Namun, dari ketiga
sumber itu, sumber yang paling berbobot adalah catatan-catatan Paulus sendiri sebab kedua
sumber yang lain kemungkinan besar sudah dibumbui oleh minat teologis dan literer para
pengarangnya.
Paulus ini merupakan seorang Yahudi kelahiran Tarsus. Diperkirakan ia lahir pada dekade
pertama abad I, yakni 5-10 tahun setelah Yesus lahir. Seperti halnya orang-orang Yahudi pada
masa itu, Paulus sejak lahir telah memiliki dua nama yakni satu nama Ibrani (Sya'ul, yang
kemudian ditransliterasikan menjadi Saulus) dan satu lagi nama Yunani atau Romawi (Paulus).
Penggunaan kedua nama ini sebagai pembeda antara Saulus yang belum 'bertobat' (bergerak di
kalangan Yahudi) dan Paulus yang sudah 'bertobat' (bermisi di kalangan bukan Yahudi)
merupakan strategi literer dari pengarang Kisah Para Rasul. Paulus tumbuh besar dalam
lingkungan helenis dan juga memelihara secara sungguh tradisi Yahudi yang mengalir dalam
dirinya. Ia merupakan orang yang terpelajar dan pintar dalam retorika. Bagi Paulus, titik balik
yang mengubah seluruh hidupnya adalah pengalaman akan Kristus yang bangkit di dekat
Damsyik. Perjumpaannya dengan Tuhan (kyrios) itulah yang menjadi motivasi dasar dari
panggilan hidupnya sebagai seorang rasul (Gal. 1:16).
Tiga perjalanan misi Paulus Dalam Kisah Para Rasul, perjalanan misi Paulus di Asia
Kecil dan Yunani disajikan dalam tiga putaran. Perjalanan misi pertama berlangsung dari tahun

46-49. Paulus dan Barnabas pergi ke Siprus, Pafos, Perga, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra
dan Derbe. Masalah besar yang muncul yakni soal integrasi banyaknya orang Kristen bukan
Yahudi ke dalam jemaat Kristen Yahudi, terutama masalah tentang sunat dan menaati hukum
Taurat. Terhadap masalah ini, Paulus bersama dengan Barnabas, para rasul, dan penatua
mengadakan sidang/konsili di Yerusalem, tahun 49. Hasilnya, dinyatakan bahwa sunat tidak
merupakan persyaratan keselamatan. Bangsa-bangsa lain tidak boleh dibebani dengan sunat dan
Taurat. Mereka diselamatkan Allah ketika percaya kepada Kristus. Pasca sidang Yerusalem, di
Antiokhia, muncul permasalahan baru yakni perihal berlakunya aturan makan Yahudi (makan
kosher) bagi anggota bukan Yahudi. Alhasil, Yakobus, tanpa sepengetahuan Paulus, mengirim
surat kepada jemaat di Antiokhia, Siria, dan Kilikia yang berisi rekomendasi bahwa orang bukan
Yahudi harus menjauhkan diri dari makanan persembahan kafir, darah, daging binatang yang
mati tercekik, dan percabulan (Kis. 15:22-29).
Dalam perjalanan misi yang kedua (tahun 50-52), Paulus ditemani oleh Silas, Timotius,
dan Lukas. Mereka antara lain bermisi ke Filipi, tempat jemaat pertamanya di Eropa, Tesalonika,
Atena, Korintus, Efesus, dan Kaisarea. Paulus mengalami penolakan oleh para cendekiawan di
Atena, namun misinya cukup berhasil di Korintus. Di sana, ia mendirikan jemaat yang penuh
semangat. Dari kota inilah, Paulus tampaknya menulis surat pertama kepada jemaat di
Tesalonika (tahun 51). Setelah itu, ia kembali lagi ke Antiokhia.
Perjalanan misinya yang ketiga (tahun 54-58) dimulai dengan pergi ke Efesus. Paulus
menjadikan kota itu sebagai pusat aktivitas misionernya selama tiga tahun (Kis. 20:31). Di kota
ini, Paulus menulis beberapa surat yakni surat kepada jemaat di Galatia, surat kepada jemaat di
Filipi, dan surat kepada Filemon. Pada masa itu, jemaat Korintus sedang terpecah-belah. Paulus
mencoba untuk menyatukan jemaat kembali dengan mengirim lima surat, mengadakan
kunjungan, serta mengajak jemaat untuk mengumpulkan dana bagi orang miskin di Yerusalem.
Akhir riwayat Datangnya Paulus ke Yerusalem (th.58) memicu kemarahan orang-orang Kristen
Yahudi. Mereka berusaha membunuh Paulus, namun untunglah ia diamankan oleh pasukan
Romawi dan dipenjarakan oleh Antonius Feliks, prokurator Yudea, selama dua tahun (Kis. 23:2333). Tahun 60, Paulus mengajukan permohonan naik banding ke Kaisar agar ia diadili di Roma
(Kis. 25:11) dan ia pun tiba di Roma tahun 61. Selama 2 tahun, ia menjadi tahanan rumah dan
menurut tafsiran tradisional, pada periode ini, ia menulis surat Paulus kepada Filemon, Kolose,
dan Efesus. Sementara itu, Surat-Surat Pastoral (Titus, 1-2 Timotius) diperkirakan ditulis setelah
ia dibebaskan dari tahanan rumah.
Tahun kematian Paulus tidak begitu jelas. Eusebius memberi kesaksian bahwa Paulus
ditahan untuk kedua kalinya di Roma dan kemudian menjadi martir pada masa kaisar Nero yakni
sekitar tahun 67
Nama
Kls

: Helga Sibarani
: IX

Kisah Kehidupan Rasul Paulus dari Tarsus

Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi
67 Masehi)

diakui

sebagai

tokoh

penting

dalam

penyebaran

dan

perumusan

ajaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan diri
melalui

kumpulan

seorang Yahudi dari suku

surat-suratnya
[4]

Benyamin, yang

dalam Perjanjian
berkebudayaan

Baru di Alkitab Kristen sebagai


Yunani

(helenis)

dan

warga

negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang diTurki), dibesarkan di Yerusalem dan
dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel.[3] Pada masa mudanya, ia hidup sebagai
seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi.[5] Mulanya ia seorang
penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus
di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus.[6]
Paulus menyebut dirinya sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" (Roma 11:13). Dia
membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk
menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang,
bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan perselisihan pendapat antara muridmurid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi.
Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang
yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mulamula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi hal ini (lihat Galatia 2:11-14). Untuk

menyelesaikan

konflik

ini,

diadakanlah

persidangan

di Yerusalem yang

dipimpin

oleh Petrus dan Yakobus, saudara Yesus, yang disebut sebagai Sidang Sinodeatau Konsili Gereja
yang pertama (Konsili Yerusalem).[7]
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
1. untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih
dahulu
2. orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan
mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (misalnya perihal tentang sunat dan memakan
makanan yang diharamkan).
3. Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai santo,
termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia
berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap
sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan
bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak
yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan agama Kristen
sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.

Nama

: Helga Sibarani

Kls

: IX

KISAH KEHIDUPAN AYUP

Kitab Ayub menceritakan kepada kita tentang seseorang yang hidup di tanah Us, kaya dengan
hewan ternak peliharaannya, hasil tanah miliknya dan jumlah anak-anaknya. Namun atas hasil
pembicaraan di surga, Tuhan mengizinkan ujian bagi Ayub, dan satu persatu dari segala miliknya
diambil daripadanya mulai dari anak-anak dan harta miliknya. Namun Ayub tetap setia dengan
berpegang bahwa Tuhan sudah memberi, Tuhan yang mengambil kembali, terpujilah Tuhan.
(1:21)
Namun kemudian datanglah ujian berikutnya di mana ia mendapat penyakit yang menjijikkan,
sampai istrinya tidak dapat memberikan dukungan moral lagi, menyuruh Ayub mengutuk Tuhan
lalu mati. Namun iman Ayub lebih besar daripada iman istrinya, dan sekali lagi menunjukkan
imannya: Jika kita menerima hal yang baik dari Tuhan, mengapakah kita tidak menerima yang
buruk? (2:10)
Lalu tiga teman-teman Ayub datang, Elifas, Bildad dan Zofar. Mereka melihat kondisi Ayub yang
menyedihkan, dan rasa kasihan mereka hilang, sebab mereka yakin mereka sedang berhadapan
dengan seseorang yang sedang dikutuk oleh Tuhan. Mereka seperti orang-orang pada jaman itu
beranggapan bahwa berkat kekayaan adalah penghargaan Tuhan bagi kebajikan, dan musibah

adalah hukuman Tuhan atas dosa. Maka melihat kondisi Ayub yang mengenaskan mereka
berkesimpulan bahwa hal ini disebabkan oleh dosa-dosa Ayub.
Ayub telah menderita selama berbulan-bulan. Ayub telah menjadi seorang yang kurus kering
(19:20). Oleh karena kekerasan sikap teman-temannya, dan kepahitannya karena tak menerima
simpati dari teman-temannya itu, maka setelah pengalaman penderitaan mental dan fisik yang
lama, maka kesabaran Ayub yang luar biasa itu akhirnya sirna, dan ia mulai mengucapkan
penyesalan, mengapa Tuhan membiarkan dirinya hidup.
Maka teman-temannya mulai memberikan pandangan mereka sesuai dengan pengertian mereka
sendiri tentang Tuhan, yaitu: Ayub bersalah, dan layak dihukum. Jika Ayub bertobat maka semua
akan menjadi baik kembali. Namun Ayub menolak interpretasi ini. Ia mengetahui bahwa ia tidak
bersalah dan tidak dapat menerima bahwa ia bersalah. Ia mengakui telah melakukan
pelanggaran-pelanggaran kecil yang umum dilakukan manusia (13:26; 14:4), tapi tidaklah
sepadan dengan penderitaan yang harus ditanggungnya sekarang. Maka terjadilah pergumulan di
jiwa Ayub: ia mengetahui bahwa Tuhan itu adil, namun kelihatannya yang dilakukan Allah
terhadapnya sungguh tidak adil. Ayub-pun selalu yakin bahwa perlakuan Tuhan terhadap
manusia adalah sebanding dengan perbuatannya. Maka jiwanya bergolak. Teman-temannya
memberikan jawaban, namun ia dalam hati nuraninya menolak mempercayainya.
Maka kedua hal ini yang kelihatannya tidak sesuai: keadilan Tuhan yang sempurna dan dirinya
yang tidak bersalah. Maka Ayub menuduh Tuhan telah memperlakukannya dengan tidak adil
(27:2) maka ia berharap untuk bertemu dengan Tuhan untuk menyatakan kasusnya, dan ia
percaya segalanya akan baik kembali (23:3-7) seolah-olah Tuhan tidak tahu fakta yang
sebenarnya. Tetapi sebenarnya Ayub tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia tidak ada
yang luput dari pengetahuan Allah (16:20). Ini adalah bentuk pergumulan dalam jiwa Ayub,
walaupun ia percaya bahwa pada akhirnya keadilan Tuhan akan dinyatakan baginya (19:23-27).
Pada saat ini, Elihu menyampaikan pandangannya. Ia kesal terhadap para pendahulunya yang tak
dapat mempertahankan keadilan Tuhan dan meyakinkan Ayub akan kesalahannya. Ia
menekankan bahwa penderitaan dan musibah tidak saja merupakan ganjaran/ hukuman tetapi
juga bersifat mengobati demi pertobatan. Oleh penderitaan, Tuhan membuka telinga orang yang
menderita untuk menarik diri dari perbuatan yang jahat (36:7-12; 33:14-28). Elihu memaparkan
tentang kuasa Tuhan yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan jawaban Tuhan.
Jawaban Tuhan sendiri datang di dalam badai untuk mengakhiri debat (Ayb 38-42). Ia
mengajarkan bahwa manusia tidak seharusnya mengetahui segala rahasia tentang rencana Tuhan.
Bagian manusia adalah mengakui, tidak hanya kuasa Tuhan namun juga kebijaksanaan-Nya dan
oleh karena itu dengan rendah hati menerima pengaturan alam semesta dan memasrahkan diri
pada penyelenggaraan-Nya walaupun hal itu melampaui pengertian manusia yang kecil. Maka
untuk menjelaskan hal ini, Tuhan menjabarkan pelajaran tentang kuasa Tuhan yang dinyatakan

dengan penciptaan dunia, keajaiban penciptaan terang, hujan, salju, dan alam binatang. Lagi dan
lagi Ayub dibawa kepada pengertian bahwa ia tak sedikitpun memahami akan hal ini. Bagaimana
Ayub yang tidak mengerti sedikitpun tentang kejadian alam yang terjadi sehari-hari,
mengharapkan untuk memahami pengaturan Tuhan akan moralitas dunia dan mengapa ia begitu
berani menempatkan dirinya sendiri sebagai hakim atas benar atau tidaknya pengaturan Tuhan
itu?
Penjelasan ini membuat Ayub menyadari kesalahannya (Ayb 42). Ia menjawab dengan rendah
hati bahwa ia telah berbicara tidak sepantasnya, dan tak ingin menambahkan lagi. Maka Allah
menutup pengajaran-Nya dengan menyatakan kuasa-Nya dan ketidakberdayaan manusia. Ayub
lalu mengakui kemahakuasa-an Tuhan dan pengertiannya yang sungguh lemah. Ia menyesali
perkataannya dan bertobat. Tuhan akhirnya menegur teman-teman Ayub atas kesalah- ucapan
mereka, namun mengampuni mereka atas permohonan Ayub. Tuhan mengembalikan Ayub
dengan ukuran dua kali lipat dari apa yang dipunyainya terdahulu. Ia kembali diberkati dengan
banyak keturunan dan wafat di usia yang lanjut dalam keadaan berlimpah.
Maka, kitab Ayub ini pada dasarnya mempertanyaan eksistensi manusia. Maka dalam kitab ini
seolah terjadi dua drama: 1) manusia berbunga namun kemudian dipotong [Ayub yang
termasuk kaya dan diberkati, tiba-tiba dalam sekejap kehilangan segalanya]; 2) Tuhan membawa
si manusia yang lemah itu ke hadapan penghakiman-Nya dan menuntut keadilan daripadanya.
Nah ayat Ayub 38:18 itu berada dalam perikop di mana Tuhan memberikan pengajaran-Nya
kepada Ayub, untuk menyadarkannya akan kelemahannya sebagai manusia. Manusia tidak
mengerti luasnya bumi yang diciptakan Allah pada awal mula dunia, sebab manusia belum ada
pada saat itu. Bahkan setelah manusia diciptakan sekalipun, manusia tidak dapat memahaminya.
Tentu yang dimaksud bukan luas bumi/ diameter bumi secara ilmu pengetahuan, namun
maksudnya adalah pengertian akan luasnya bumi secara keseluruhan.
Ayat ini senada dengan ayat-ayat lainnya pada perikop itu; seperti apakah engkau pernah
mendatangkan fajar (ay. 12), turun ke dasar samudera (ay. 16), pernah mendatangkan hujan (ay.
26), menumbuhkan rumput (27), melepaskan kilat (ay. 35)?
Maka jika kita melihat ayat Ayub 38:18 sebagai bagian dari kesatuan seluruh perikop, kita
mengetahui bahwa ayat itu merupakan sebagian dari penjelasan Tuhan kepada manusia akan
keterbatasan pengertian manusia, dibandingkan dengan pengetahuan Tuhan akan segala sesuatu.
Ayat ini merupakan bagian dari jawaban Tuhan kepada Ayub, pernyataan tentang DiriNyakepada manusia tentang kemahakuasaan-Nya.
Semoga kitapun dapat belajar dari kitab Ayub ini, sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan, yang
mengakui keterbatasan kita di dalam segala hal dan mengakui kemahakuasa-an Tuhan yang
mengatasi segala sesuatu. Semoga kita juga dapat menerima segala penderitaan yang Tuhan

izinkan terjadi di dalam hidup ini dengan iman dan pengharapan, bahwa jika kita menjalani
hidup ini dengan setia, maka suatu saat nanti keadilan dan kasih Tuhan akan dinyatakan bagi
kita.

Nama

: Helga Sibarani

Kls

: IX

KISAH KEHIDUPAN DAUD

Daud adalah salah satu tokoh Alkitab yang paling terkenal dan paling dikasihi Allah di
dalam Alkitab. Ia termasuk salah satu dari "Orang-orang Termasyur dalam Iman" yang
disebutkan dalam Ibrani 11. Daud adalah nenek moyang Yesus Kristus, karenanya Yesus sering
kali disebut "Anak Daud". Bahkan, Allah memanggil Daud sebagai seorang yang berkenan di
hati-Nya. Namun demikian, ia juga salah satu tokoh yang kontras. Di satu sisi, ia berkomitmen
teguh kepada Allah, tetapi di sisi lain ia juga tidak luput dari dosa. Bahkan, dosanya termasuk
dosa yang paling serius, yang tercatat di Perjanjian Lama. Meskipun demikian, cerita tentang
Daud menjadi cerita yang disukai anak-anak dan orang dewasa.
Daud lahir kira-kira tahun 1004 sM di kota Betlehem, Yerusalem. Daud lahir pada era
hampir berakhirnya masa hakim-hakim, masa yang sangat kacau dan tidak keruan dalam sejarah
Israel. Ia adalah anak ke-8, sekaligus anak bungsu Isai, orang Betlehem. Saudara laki-lakinya
adalah Eliab, Abinadab, Shammah, dan empat saudara lainnya yang tidak disebutkan namanya.
Nama istrinya adalah Mikhal, Ahinoam, Abigail, Maakha, Hagit, Abital, Egla, Batsyeba. Anak
laki-lakinya antara lain Amnon, Daniel, Absalom, Adonia, Sefaca, Yitream, Syamua, Sobab,
Natan, Solomon, Yibhar, Elisua, Nogah, Nefeg, Yafia, Elisama, Elyada, Elifelet. Sedangkan anak
perempuannya adalah Tamar. Saat remaja, Daud bekerja sebagai gembala domba. Sayangnya, di
dalam Alkitab kita tidak dapat menemukan banyak informasi tentang orang tua Daud. Nama
ayahnya jelas Isai, tetapi menurut banyak spekulasi, nama ibunya adalah Nahash (2 Samuel
17:25).
Secara fisik, Daud digambarkan sebagai pria yang tampan dengan rambut merah (1 Samuel
16:12, 17:42). Ia adalah seorang gembala yang memiliki kemampuan berperang karena beberapa

kali ia melawan binatang buas yang akan memangsa kawanan ternak yang dijaganya (1 Samuel
17:34-35). Selain itu, ia juga memiliki keterampilan memainkan suling dan kecapi.
Kisah Raja Daud dapat dibaca dalam 1-2 Samuel, 1 Raja-Raja 2, dan 1 Tawarikh. Daud menulis
sebagian besar kitab Mazmur dan ia juga disebutkan dalam Matius 1:1, 6, 22, 43-45, Lukas
1:32, Kisah Para Rasul 13:22, Roma 1:3, dan Ibrani 11:32. Kehidupan Daud dapat digambarkan
seperti naik "roller coaster" -- naik turun. Selain berada dalam bayang-bayang saudarasaudaranya, ia juga terus-menerus melarikan diri dari Saul. Setelah menjadi raja, ia pun sering
kali harus melakukan peperangan untuk mempertahankan kerajaannya.
Daud pertama kali muncul di Kitab Suci ketika Allah memimpin Samuel ke rumah Isai
untuk mengurapi Daud sebagai raja. Setelah itu, ia kerap kali diminta datang ke istana dan
memainkan kecapi bagi Raja Saul ketika Saul merasa tertekan. Selanjutnya, kita menemukan
kisah kemenangan Daud atas Goliat, jawara Filistin yang berbadan besar, seorang prajurit
veteran. Daud adalah seorang pemimpin militer yang hebat. Daud menang karena ia menaruh
percaya kepada Allah yang memberi kemenangan, bukan mengandalkan kekuatannya sendiri.
Setelah Saul ditolak Tuhan, ia menjadi begitu membenci Daud dan berulang kali berusaha
membunuh Daud. Daud pun menjadi pelarian karena Saul terus-menerus mengejarnya. Akan
tetapi, Saul selalu gagal membunuh Daud. Sebaliknya, Daud yang sebenarnya mendapatkan
banyak kesempatan untuk membunuh Saul, tidak mau melakukannya. Saul tewas dalam
pertempuran melawan orang Filistin. Sekalipun Saul membenci Daud, Daud justru bersahabat
baik dengan anak laki-lakinya, Yonatan.
Setelah kematian Saul, Daud pergi ke Hebron. Di sana, ia diurapi menjadi Raja Yehuda, menurut
perintah Tuhan. Saat itu, usianya kira-kira 30 tahun. Pada saat Daud akan dilantik menjadi raja,
terjadilah perang sipil antara pasukan yang mendukung Daud dan orang-orang yang mendukung
Isyboset, anak laki-laki Saul, untuk mendapatkan kekuasaan kerajaan atas Israel selama tujuh
setengah tahun. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak memihak Daud. Dan, ketika Isyboset
dibunuh, Daud diurapi menjadi raja atas Israel. Saat menjadi raja, Daud memindahkan pusat
kerajaannya dari Hebron ke Yerusalem. Tiga bulan kemudian, Daud membawa Tabut Perjanjian
ke Yerusalem. Di sana, Tabut Perjanjian diletakkan di sebuah peti baru. Selama kurun waktu
yang singkat, Daud memerintah dari Sungai Nil di Mesir hingga ke Sungai Efrat di Lembah
Tigris dan Efrat.
Seperti yang sering kali terjadi pada orang-orang besar, Daud pun tersandung dalam dosa. Raja
Daud melakukan perzinaan dengan Batsyeba, istri Uria, orang Het. Kemudian, ia berusaha
menutupi kehamilan Batsyeba, dan ketika ia gagal melakukannya, ia memerintahkan prajuritnya
untuk menempatkan Uria di barisan terdepan di medan perang. Syukurlah, ketika Nabi Natan

mengungkapkan tentang dosanya itu, Daud benar-benar menyesalinya dan Allah


mengampuninya. Namun, sebagai konsekuensi dosanya itu, anak yang dikandung Batsyeba mati.
Sejak itu, kesulitan-kesulitan Daud semakin banyak dan beruntun. Dalam keluarga, Daud tidak
memperlihatkan figur bapak yang baik dan yang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia juga tidak
terlalu peduli dengan masalah-masalah keluarganya. Istri-istri dan anak-anaknya tidak hidup
rukun. Bahkan, ketika anaknya yang bernama Amnon memperkosa Tamar, saudaranya seayah,
Daud tidak melakukan apa-apa. Absalom, kakak Tamar tidak terima dan membunuh Amnon.
Setelah Absalom membunuh Amnon, Daud tidak mau berbicara dengan Absalom. Absalom
selanjutnya berusaha mengambil alih kerajaan dan mencetuskan pemberontakan. Lagi-lagi, Daud
hanya bersikap pasif. Namun, karena pasukan Daud kuat, Absalom tewas dalam pemberontakan
dan Daud dikembalikan menjadi penguasa di Yerusalem.
Dosa Daud yang lain adalah menghitung prajuritnya (sensus). Hal ini dianggap dosa karena
dengan begitu, Daud menunjukkan kepercayaannya pada dirinya sendiri dan kurangnya
kepercayaannya kepada Allah. Dengan berbuat begitu, dengan sengaja ia melanggar perintah
Tuhan yang melarangnya untuk melakukannya. Setelah masa pemerintahannya selama empat
puluh setengah tahun, Daud meninggal pada usia 70 tahun, dan dikuburkan di kota Daud (1
Raja-raja 2:10-11).
Dosa lain yang dilakukan Daud adalah bertindak kejam. Suatu ketidakpedulian terhadap
penumpahan darah akhirnya berkembang menjadi kesenangan akan hal itu dan ia semakin
banyak melakukan kekejaman (bdg. 1 Samuel 27:9; 2 Samuel 8:2, 16:7-8). Karena banyaknya
darah yang ia tumpahkan, Daud disebut "orang berdarah". Inilah sebabnya Allah tidak
mengizinkannya membangun Bait Suci.
Sekalipun ada banyak kesalahan dan kegagalan, kita tetap dapat meneladani Daud karena ia
adalah hamba Allah yang berdedikasi dan mau bertobat di hadapan Allah. Berikut ini karakter
Daud yang pantas dicontoh.

Mengasihi firman Allah dan menulis banyak Mazmur. "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku
merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97)

Menjadi pendoa. Banyak Mazmur yang ditulisnya menjadi ungkapan doa


(misalnya, Mazmur 3-5, 9, 13, 20, 38, 42, 51). Kita menemukan Daud berdoa di
beberapa peristiwa penting dalam hidupnya (misalnya 2 Samuel 2:1, 7:18-29; 1
Tawarikh 29:10-18).

Menghormati kekuasaan. Ia tidak menyimpan dendam terhadap Saul dan tidak mau
menyakitinya. "Lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya
dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang
diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.'" (1
Samuel 24:6) Setelah semua yang Saul lakukan terhadap Daud, ia tidak mau membalas
dendam dan bahkan menyatakan kepedihannya atas kematian Saul (2 Samuel 1:11-12).

Rendah hati (1 Samuel 18:18-23). Dalam doa-doanya, Daud menyatakan kerendahan


hatinya, "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga
Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (2 Samuel 7:18)

Mau bertobat. Ketika Natan mengungkapkan tentang dosa perzinaan dan pembunuhan
yang dilakukannya, Daud pun segera mengaku. Mazmur 51 adalah pengungkapan
kepedihan atas dosanya. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku
seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar
akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku." (Mazmur 51:1-3)

Melayani Tuhan dengan penuh semangat. Semangatnya terlihat ketika Goliat menghina
Tuhan yang disembahnya dan ia berkata, "Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini,
sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" (1 Samuel
17:26) Ketika ia membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem, ia merayakan kemenangan
Tuhan dan menyembah-Nya dengan begitu bersemangat (2 Samuel 6:14-15). Bahkan, ia
ingin membangun Bait Suci di Yerusalem (2 Samuel 7:1-17).

Menyukai musik dan seni-seni yang indah. Daud terampil memainkan harpa dan
merupakan seorang penyair berbakat. Ia disebut "Pemazmur Israel yang manis."

Memiliki kesaksian yang bagus. "Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN
menyertai Daud ...." (1 Samuel 18:28) Ia disebut "Cahaya Israel" (2 Samuel 21:17).

Berani. Ketika menjaga ternak-ternak ayahnya, Daud membunuh singa dan beruang.
Bahkan, ia juga membunuh Goliat, seorang prajurit veteran yang lebih berpengalaman
daripada dirinya (1 Samuel 17:33). Ia memimpin sekelompok pejuang yang terampil
dan tidak takut pergi berperang. Daud menulis, "Ia mengajar tanganku berperang,
sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga." (Mazmur 18:34) Semua rakyat
Israel memiliki kepercayaan diri yang tidak terbatas terhadap keberanian diri dan
keterampilan militernya (2 Samuel 18:3). Akhirnya, para prajuritnya harus menahan
semangatnya untuk berperang (2 Samuel 21:17).

Bijaksana. "... Daud lebih berhasil dari semua pegawai Saul sehingga namanya sangat
masyhur." (1 Samuel 18:30)

Murah hati dan pemaaf. Daud ingin melakukan sesuatu yang baik bagi Mefiboset, anak
Yonatan. Daud mengundangnya untuk tinggal di Yerusalem dan makan di meja raja.
Meskipun Mefiboset tinggal di Yerusalem selama pemberontakan Absalom, Daud tidak
menghukumnya, tetapi memeliharanya sebagai seorang teman (2 Samuel 9, 16).

Berkenan di hati Allah (1 Samuel 13:14). Ia mempunyai banyak cela dan kekurangan
yang serius, tetapi gaya hidupnya secara umum mengarah pada kebajikan. (t/S.
Setyawati)

Nama

: Helga Sibarani

Kls

: IX

Anda mungkin juga menyukai