Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elmin Swarni Putri Ziliwu

Prodi/ Semester : PAK/ IV (empat)


Mata Kuliah : Dogmatika 1
Dosen Pengampu : Pdt. Devy L. Souisa, M. Th

1. Kristologi Kristen Mula-mula


Perkembangan dogma kristologi pada jaman Kristen mula-mula berbarengan dengan
meluasnya penginjilan dan masuk ke dunia Yunani. Ada dua komunitas Kristen yang
berperan aktif di dalam memberitakan Injil, yaitu umat Kristen yang disebut hebraioi
(selanjutnya disebut Kristen Yahudi) dan yang kedua yaitu helenis (Kristen Yunani).
Komunitas hebraioi adalah umat Kristen Yahudi yang tetap dan terus mempertahankan
keyahudian mereka, tanpa terpengaruh oleh kebudayaan asing. Sedangkan komunitas Kristen
helenis adalah umat Kristen Yunani dan sebagian besar dari Kristen Yahudi yang telah banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani dan telah menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa
pergaulan mereka. Kedua komunitas Kristen ini awalnya masih mempertahankan model tata
ibadah Yahudi. Bait Allah tetap dikunjungi setiap hari (Kis. 2:46; 3:1; 5:12,21,42). Jam-jam
sembahyang Yahudi juga tetap dipertahankan (Kis. 3:1;5:21). Perubahan mulai terjadi sejak
peristiwa penganiayaan terhadap umat Kristen di Yerusalem. Pemahaman dan pengajaran
kedua komunitas ini pun, khususnya mengenani kristologi, mulai menunjukkan kepelbagaian.
Memang ada teolog, seperti Bernhard Lohse melihat adanya kesamaan secara umum dari
kristologi yang diajarkan oleh kedua komunitas ini, yang disebut dengan istilah "kristologi
Ebionit". Ciri khas dari kristologi Ebionit ini adalah mengajarkan dan mempercayai bahwa
Yesus anak dari Yusuf dan Maria, dan pada satu saat akan kembali untuk mendirikan
kerajaan-Nya. Pemahaman dasar kristologi Ebionit ini hanya sekedar mempercayai Yesus
sebagai manusia, yang diperlengkapi oleh Allah dengan karunia-karunia khusus. Namun
peneliti Dunn, melihat pula adanya perbedaan bentuk rumusan kristologi dari kedua
komunitas ini. Misalnya, rumusan pengajaran mengenai Yesus sebagai Kristus digunakan
oleh jemaat Kristen Yahudi. Sementara pengajaran Yesus sebagai Anak Allah digunakan oleh
jemaat Kristen Yahudi Helenis, dan rumusan Yesus sebagai Tuhan digunakan oleh jemaat
Kristen Yunani. Jelasnya, telah terjadi pergeseran dan upaya kontekstualisasi kristologi dari
dunia Yahudi ke dunia Yunani.

2. Kristologi Hebraioi
Kristologi Kristen Hebraioi adalah pengenalan dan pengajaran Yesus kristus menurut tradisi
kristen Yahudi. Sejak peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus sampai pada tahun 70-an,
kebanyakan pengikut atau murid-murid Yesus adalah dari kalangan orang Yahudi. Jumlah
mereka 500 orang (1 Kor. 15:6), dan setiap hari jumlahnya semakin bertambah hingga
mencapai 300 jiwa (Kis. 2:41). Mereka sering disebut “orang kristen Ibrani” atau hebraioi
( Kis.6:1) orang kristen Ibrani ini tetap setia kepada kepercayaan yahudi. Para anggota dari
jemaat ini tetap ikut ambil bagian dalam upacara upacara di bait Allah (Kis. 3:1) dan
mengikuti peraturan-peraturan dalam agama Yahudi. Mereka itu sering dipandang sebagai
“sekte orang Nasrani” dari agama yahudi di samping sekte Farisi, Saduki dan Eseni (Kis.

1
24:5). Gereja induk sebagai tempat persekutuan mereka berada di Yerusalem. Bahkan pada
awalnya mereka pernah menggunakan bait Allah Yerusalem dan beberapa sinagoge yang
terdapat di setiap kota dan desa di sekitar Yerusalem sebagai tempat beribadah. Gereja zaman
rasuli ini sering memahami persekutuannya berdasarkan “Kitab suci” dan sebagai realisasi
nubuatan Firman Tuhan oleh para nabi, sehingga terdengar pengadopsian istilah PL untuk
persekutuan mereka itu, seperti “bangsa Allah”.
Menurut Kurt Aland, kitab Kisah para rasul dan sedikit tambahan dari surat-surat paulus
dapat memberikan gambaran ringkas dan terbatas mengenai perluasan kekristenan itu. Upaya
penginjilan mereka dimulai dari Yerusalem hingga masuk keluar seperti ke Lida, Yope, dan
Kaisarea ( Kis.9 dan 10). Menurutnya, peristiwa yang terjadi di jalan Damaskus bukan
sekedar awal dari pertobatan paulus semata, tetapi peristiwa tersebut membuka jalan yang
luas bagi para rasul dari Yerusalem untuk mendirikan jemaat di Damaskus.
Perkembangan selanjutnya, setelah Paulus bertobat, ia menggunakan istilah ekklesia untuk
menyebut persekutuan ini dan menggantikan sebutan “bangsa Allah”. Kata Yunani ekklesia
adalah suatu istilah tertua untuk menggantikan istilah sinagoge, artinya suatu kumpulan
umat yang dipanggil keluar dunia. Penjabaran Paulus lebih mendalam tentang ekklesia (1
Kor. 10:32;15:9; Gal. 1:13; Tim3:5; 3:15). Dalam abad pertama sesudah masehi bangsa
Yahudi, termasuk kristen yahudi itu hidup terpancar di palestina yang pada saat itu masih
bagian dari kekaisaran romawi dan ada pula sebagian berdiaspora keluar wilayah kekaisaran
romawi.
Kristologi yang dihayati dan diajarkan oleh komunitas kristen Yahudi memunculkan
beberapa ciri khas diantaranya menekankan bahwa yesus adalah:
a. Mesias Israel
Pengaruh gagasan mesias dalam kitab perjanjian lama kental dikenakan kepada Yesus.
Gagasan kristologi itu memiliki latar belakang yang terkait terhadap pengharapan akan
Mesias dari zaman kenabian Israel sebagaimana telah diuraikan terdahulu. Bahwa pada
zaman Yesus wilayah palestina itu masih berada di bawah kekuasaan romawi. Rasa benci
terhadap penjajahan tetap tertanam di kalangan umat Yahudi, sehingga pengharapan akan
Mesias itupun terus hidup, dan figurnya digambarkan sebagai utusan Allah yang
menyelamatkan umatnya serta membebaskan dari penindasan penjajah. Yohanes pembaptis
misalnya mewartakan dogma mesianisme, bahwa Allah segera akan bertindak “menghukum
Israel yang tidak setia”, kecuali mereka yang bertobat sebagaimana dituntut oleh para nabi
(band. Mat. 3:1-12; Mrk 1:1-8; Luk. 3:3-9; Yoh. 1:19-28). Umat yang peduli terhadap seruan
itu menyerahkan diri untuk dibaptis sebagai tanda pertobatan. Yesus sendiri pun datang untuk
dibaptis dan pada peristiwa yang terjadi pada saat pembaptis itu diceritakan bahwa terdengar
suara yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasih, kepada-Nyalah Aku berkenan”
(band. Mat. 3:13-17; Mrk. 1:9-11; Luk. 3:21-22; Yoh. 1:32-34). Pernyataan ini pula
mengingatkan dasar pewartaan dari komunitas kristen Yahudi dalam mengembangkan
kristologi kedua.

b. Yesus sebagai Anak Allah

2
Dalam tradisi Yahudi gelar “Anak Allah” dapat dikenakan bagi seseorang yang mempunyai
hubungan khusus dengan Allah. Yesus diakui telah memiliki hubungan khusus dengan Allah.
Bahkan seluruh umat pilihan Allah pun dapat disebut anak-Nya atau sebagai anak sulung-
Nya ( Kel. 4:22; Yer. 31:9). Ini alasan mengapa umat Israel sering menyebut Allah sebagai
“Bapa” (Ul. 32:6), sebab semua umat-Nya yang benar dapat disebut anak Allah (Mzm.
89:28). Jadi komunitas kristen Yahudi dahulu menyebut Yesus sebagai Anak Allah sebab
gelar itu dikenal dalam tradisi Yahudi dan Yesus sendiri berasal dari keturunan Daud. Lalu
gelar tradisional ini diadopsi dan diberi isi serta makna baru oleh komunitas kristen Yahudi
untuk mengajarkan siapa Yesus. Juga Yesus sendiri pernah menyapa Allah sebagai "Abba"
yang dalam bahasa Aram berarti "Bapa" (Mrk.14:36). Tentu pernyataan itu diingat dan
ditafsirkan komunitas kristen Yahudi, sehingga menyebut-Nya sebagai Anak Allah. Gelar itu
dikenakan komunitas kristen Yahudi kepada Yesus sebab mereka telah memahaminya sejak
awal bahwa dia dipenuhi oleh Roh Tuhan, dan oleh pekerjaan serta kuasa Roh itu Ia
ditawarkan sebagai Anak Allah (Luk. 1:35). Pokok kristologi ini juga tersirat didalam
khotbah Petrus pada peristiwa Pentakosta (Kis. 2:14-40).

c. Anak Daun
Sebutan Yesus sebagai Anak Daud terdapat 8 kali dalam kitab injil ( Mat. 9:27; 12:23;
21:9,5; Mrk. 10:47; Luk. 18:38,39; 20:41). Bahkan Yesus diceritakan pernah membela
murid-murid-Nya ketika dituduh melanggar peraturan sabat ( Mrk. 2:23-28). Dia
menyebutkan perbuatan raja Daud. Ahli PB memahami argumen itu bisa menunjukkan
pertalian hubungan antara kekuasaan Daud dengan Yesus. Bahkan argumen itu dipahami
sebagai penjelasan penting dan bersifat tipologis. Jika Daud mempunyai kekuasaan yang
tersembunyi dalam suatu peraturan, maka Yesus pun dinyatakan melebihi kuasa dari figur
seperti itu. Lalu komunitas kristen Yahudi menyebut Yesus sebagai anak Daud bukan hanya
menyatakan dia benar-benar dari keturunan Daud semata, tetapi mereka mempercayai
sebagai tipenya dan mengklaim status yang sama atau melebihi Daud.

d. Anak Manusia
Gagasan “Anak Manusia” telah lama ada dalam tradisi Yahudi sebagaimana diberikan kitab
Daniel 7:13-14. Kata Ibrani dipakai ben adam artinya “Anak Manusia”. Kata itu dapat
menunjuk pada seseorang terpilih khusus seperti Yehezkiel (bnd. Yeh. 2:1). Atau umat
manusia secara umum (bnd. Yeh 8:5-18). Dalam kitab Daniel sebutan ben adam dipahami
sebagai figur yang diserahi kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Kerajaan dan
kekuasaannya kekal. Lalu sebutan “Anak Manusia” yang berlatar belakang Aramik dan
keyahudian itu dikenakan oleh tradisi kristen Yahudi kepada Yesus sebagai pengungkapan
tokoh surgawi yang menjelang akhir zaman dinyatakan datang sebagai wakil dari kuasa Allah
untuk menghakimi dan menyelamatkan umat-Nya. Umat kristen Yahudi atas dasar
pengalaman paskah dapat mengakui pernyataan Yesus yang menyebut diriNya sendiri
sebagai Anak Manusia (bnd. Luk. 12:-9; Mat. 8:20; 9:6; Mrk. 8:38; Yoh 1:51), dan gelar itu
semakin lazim dihubungkan kepada Yesus dalam kitab PB.
e. Hamba Allah

3
Perkataan “hamba Allah” juga telah lama dikenal PL. Kitab Yesaya 52:13-53:12
menubuatkan gelar " hamba Tuhan" yang dihina orang dan akhirnya dibunuh. Namun oleh
Allah dimuliakan dan ditinggikan. Penderitaan dan kematian hamba Tuhan itu dihubungkan
dengan dosa-dosa umat Allah. Hamba itu memikul dosa orang dan rela mati demi dosa
tersebut. Gelar “hamba Allah” dikenakan Kristen Yahudi kepada Yesus untuk
mengungkapkan kesaksian iman mereka terhadap pribadi dan karya Yesus. Mereka
mengimani bahwa Allah mengutus Yesus untuk melayani umatNya. Yesus selaku hamba-
Nya diutus Allah karena janji dan rahmatnya (Luk. 1:54). Sehingga Injil menjelaskan bahwa
Dia sebagai hamba Allah yang tetap dikuasai oleh Roh Tuhan (bnd. Mat. 12:15b-21), tetapi
Ia juga menanggung derita (bnd. Mrk. 12:1-12). Tugas selaku hamba Allah dilakukannya
sebagai penghubung dan perdamaian manusia terhadap Allah.

f. Salah seorang dari para nabi


Kristen Yahudi juga memahami Yesus sebagai salah seorang dari nabi. Kesaksian semacam
itu muncul sebagai buah pengenalan dan pemahaman mereka terhadap misi dan visi dari
pekerjaan Yesus. Bagi mereka Yesus dalam tugas kenabian-Nya menghimpun banyak orang
sekalipun ada orang yang menolaknya. Dia mengajar dan berkhotbah (bnd. Mat. 5-7),
melakukan banyak tanda mujizat ( bnd. Mat. 8-12; Mrk. 6:30-9:29; Luk. 4:38-9:43). Mereka
membandingkan kenabian Yesus dengan tiga figur. (1) Elia (bnd. Mrk. 6:15; 8:28); (2)
reinkarnasi Yohanes pembaptis yang telah dihukum Herodes (bnd. Mrk. 6:14; 8:28), dan (3)
seperti nabi pendahulu-Nya (Mrk. 6:15; 8:28). Kekhususannya adalah bahwa Yesus juga
disebut nabi akhir zaman yang menggenapi seluruh konsep kenabian Israel. Kelebihannya
tidak dibatasi oleh waktu yang segera lewat, tetapi terus berkarya lewat kuasa firman dan
Roh-Nya.

g. Rabi
Dalam kata Aram Rabbi dari Rab berarti: tuan, atau guru pendidik. Diluar Israel pada zaman
kenabian, gelar itu diartikan sebagai pemimpin bangsa (bnd. Yer. 41:1; Dan. 1:3; Est. 1:8).
Lalu di zaman PB gelar “rabi” dikenakan sebagai penghormatan kepada ahli Taurat dan Farisi
(bnd. Mat. 23:7-8). Lalu murid-murid Yesus mengaplikasikan gelar itu kepada Yesus, dan
dilanjutkan oleh Nikodemus (Yoh. 3:2), Natanael (Yoh. 1:49), Petrus (Mrk. 11:21), dan oleh
Yudas (Mat. 26:25,49; Mrk.14:45). Hakikat keguruan Yesus bukan sebatas pengajaran para
ahli Taurat. Keguruan-Nya menggenapi isi hukum keyahudian, sebab pengajaran-Nya berisi
dan bersifat eskatologis.

Anda mungkin juga menyukai