Anda di halaman 1dari 6

1

YESUS “MESIAS”
Konsep Mesianik dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Disusun oleh:
Kaspar Indar Cahayadi Waruwu, FT - 4317
Dosen Pengampu:
Rm. A. Galih Arga Wiwin Aryanto, Pr
Rm. Bernardus Dirgaprimawan, SJ

Fakultas Teologi Wedabhakti


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2023
2

A. Pengantar
Gagasan Mesianik Yesus ditulis berdasarkan terang Kitab Suci Perjanjian Lama (PL) dan
Perjanjian Baru (PB). Dalam Perjanjian Lama, Orang Yahudi (bangsa Israel) memiliki konsep Mesias
yang mewarnai kehidupan beragama dan bangsa mereka. Sementara dalam PB, Gagasan mesianik itu
ditujukan kepada Yesus dari Nazaret. Para penulis Kitab Suci PB menyebut beberapa gelar Yesus
sebagai Kristus, Mesias, Anak Allah, Anak Daud dan Anak Manusia. Gelar ini hendak menegaskan
siapa Yesus. Mereka merefleksikan kembali gagasan mesianik PL dan menawarkan pengenalan baru
akan Yesus sebagai penggenapan nubuat para nabi PL.
Melalui paper ini, Penulis hendak membahas gelar Yesus sebagai Mesias dalam dua konsep
dasar, yakni konsep Mesias dalam PL dan Konsep Mesias dalam PB. Gelar Mesias menarik dibahas
karena Yesus sendiri secara tersembunyi tidak mengatakan secara terang-terangan bahwa Ia adalah
Mesias yang dinantikan oleh banyak orang, tetapi melalui pengakuan dari para murid dan orang
lainnya. Mengapa demikian? Pada bagian terakhir paper ini, penulis akan menguraikan uraian
teologis dalam keempat Injil serta kesimpulan dari gelar Yesus sebagai Mesias.
B. Istilah Mesias
Mesias berasal dari kata Ibrani ‫יח‬
ַ ‫( מָ ִׁש‬mashiakh), bahasa Aram (meshiha), dan bahasa Yunani
(Messias), yang berarti “orangַyangַdiurapi.” Gelar ini dipakai untuk seorang penyelamat yang akan
datang, dan bahkan orang Yahudi percaya penyelamat itu adalah Allah sendiri. Gagasan mengenai
pengurapan seseorang bertujuan untuk suatu tugas khusus, muncul beberapa kali dalam Perjanjian
Lama, terutama bagi para raja dan imam (Im. 4:3) dan selanjutnya juga bagi para nabi (1 Raj. 19:16);
dan leluhur Israel (Mzm. 105:15). Pengurapan ini digunakan dalam tugas khusus dan kemudian
digunakan dalam hal yang lebih teknis, khususnya bagi seseorang yang akan dipilih Allah untuk
menyelamatkan umat-Nya.1 Bagi bangsa Israel, orang yang diurapi adalah pimpinan (raja, nabi dan
imam). Pengurapan seseorang dengan minyak melambangkan Roh Tuhan diam dalam dirinya (Yes.
61:1; Za. 4:1-6), dan pengurapan itu melambangkan peralihan Roh Tuhan pada orang yang dipilih-
Nya (1 Sam. 10:1, 6, 10: 16:13, 14). Pengurapan merupakan tanda yang nampak bagi pemilihan atas
seseorang untuk menduduki jabatan tertentu; untuk peneguhan sesuatu hubungan sakral dan suasana
sakral yang ditimbulkan dari diri orang yang diurapi (1 Sam. 24:6; 26:9; 2 Sam 1:14). Pengurapan
juga berkaitan dengan pencurahan Roh Allah kepada orang yang diurapi (1 Sam 1:13, bdk. 1 Kor.
1:21-22). Mesias sebagaiַ“yangַdiurapi”ַdi dalam dirinya akan membawa keselamatan bagi bangsa
Israel.2
Dalam PL, konsep Mesias yang diurapi terkait dengan Raja revolusioner. Sementara dalam
PB, konsep Mesias merupakan penggenapan nubuat para nabi PL dalam diri Yesus Kristus sebagai
penyelamat seluruh dunia. Paham Mesias Yesus direfleksikan dengan bertitik tolak pada karya, hidup,
wafat dan kebangkitan-Nya dengan mengembangkan konsep Mesianik sebagai Raja, Imam dan
Nabi.3
C. Konsep Mesias dalam Perjanjian Lama
Konsep Mesias menurut para nabi bermula karena ancaman yang menjadikan Kerajaan Israel
dan Yehuda jatuh ke tangan bangsa lain dan menjadikan mereka hidup dalam penderitaan/penindasan.
Berdasar dari peristiwa ini, para Nabi bernubuat tentang kedatangan Mesias, yakni raja dari keturunan
Daud yang akan mengembalikan dan memulihkan kerajaan Daud yang telah runtuh. Ia dipilih dan
diurapi oleh Allah dan Allah menyertai Dia.4 Ia diutus oleh Allah untuk membebaskan umat-Nya
(bangsa Israel) dari penderitaan dan penindasan dari bangsa-bangsa lain. Dia akan memerintah

1
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm. 261.
2
M.S. Siahaan, Pengaharaan Mesias dalam Perjanjian Lama (BPK: Gunung Mulia, 1990), hlm. 5.
3
Yohanes Krismantyo Susanta, “Anak Manusia: Suatu Reinterpretasi terhadap Konsep Mesianis Yahudi”, dalam
Veritas 15/2 (Oktober 2014).
4
Ibid.
3

dengan penuh damai, tentram, adil dan masyarakatnya hidup dalam kelimpahan selama-lamanya.
Bangsa Israel memahami Mesias sebagai seorang raja yang memberikan keselamatan bagi mereka,
baik dalam kelimpahan materi maupun hubungan yang mesra dengan Allah. Pemahaman ini
dipengaruhi oleh setidaknya alam pemikiran tiga bangsa besar yaitu Mesir, Mesopotamia dan
Kanaan. Bangsa Mesir memahami bahwa raja memiliki sisi ilahi yang terlihat dari kelahirannya atau
saat pengangkatannya.5 Dengan demikian, konsep Mesias sebagai pembebas, raja politik dan
kekuasaan juga akhirnya dipegang oleh bangsa Israel hingga masa kini.6
Pada masa intertestamental terjadilah pergeseran pemikiran tentang Mesias. Gagasan tentang
Mesias tidak lagi berfokus pada nubuat nabi-nabi tetapi lebih mengarah pada kitab-kitab apokrif.
Sebagai contoh dalam Mazmur Salomo, orang Yahudi berdoa untuk Kerajaan Allah (17:4), melalui
Raja yang dijanjikan, yaitu Anak Daud (17:5,23), raja ini akan menjadi raja yang diurapi oleh Tuhan
(17:6).7 Dalam Kitab Henokh, Mesias diberitakan dalam bentuk perumpaan tentang Anak Manusia
yang diyakini sudah ada sebelum dunia dijadikan dan Dia akan mendirikan kerajaan di bumi. Anak
Manusia ini disebut sebagai Mesias. Dalam kitab Apokalipsis, Mesias ini akan memerintah dunia
yang akan datang; Allah Yang Mahatinggi akan menyertai-Nya dan Ia akan menempatkan orang-
orang berdosa di hadapan kursi pengadilan-Nya. Dalam Kitab Barukh, Mesias ditulis akan
memerintah dalam kerajaan mesianik.8 Dalam Zakharia 9:9 pengharapan Mesias tampak diharapkan
dalamַsatuַorangַyangַdenganַjelasַberbentukַtunggal;ַ“rajamu;ַIaַlemahַlembut”.ַArtinya,ַkeragu-
raguan yang dikumandangkan nabi Yeremia, Yehezkiel dan dilanjutkan oleh Zakharia dan Hagai,
oleh Tritozakharia dikembalikan pada pandangan klasik, yang dinubuatkan oleh Yesaya dan Mikha.
Dapat dikatakan bahwa Zakharia 9:9 kembali mempersatukan pengharapan akan Mesias yang politis
dan yang imami dalam satu pribadi.9
Dengan demikian, gagasan mesianik dalam Perjanjian Lama tampak beragam. Pergeseran
makna Mesias historis-politik menjadi Mesias eskatologis. Pengharapan akan kedatangan Mesias dari
keturunan Daud menjadi paham mesianik yang tidak lagi memiliki keterikatan itu, melainkan muncul
perbedaan pengharapan mesias yang dipilih dan diutus Allah dalam tugas sebagai raja, imam dan
nabi.10
D. Konsep Mesias dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, “Mesias” adalah pembawa keselamatan bagi umat manusia. Ia datang
untuk membebaskan manusia dari dosa dan manusia hidup dalam kedamaian. Gagasan Mesianik
dalam Perjanjian Baru merupakan penggenapan nubuat nabi-nabi Perjanjian Lama. Zakharia 9:9
merupakan jembatan kepada Mesias Perjanjian Baru, yang digenapi oleh Yesus Kristus, di mana
jabatan raja, imam dan nabi dipersatukan dalam diriNya.11 Keempat Injil menuliskan bahwa
pengharapan Mesias itu digenapi dalam diri Yesus dari Nazaret, yang jelas disaksikan oleh para rasul
melalui Petrus dalam Matius 16:15-16ַdanַparalelnya:ַ“LaluַYesusַbertanyaַkepadaַmereka:ַ“Tetapiַ
apaַkatamu,ַsiapakahַAkuַini?”ַMakaַjawabַSimonַPetrus:ַ“su ei ho Khristos ho huios tou Theou
tou zontes”ַ(EngkauַadalahַMesias, Anak Allah yang hidup!). Pengakuan Petrus itulah isi seluruh
Perjanjian Baru yang perlu ditelliti, dikembangkan dan diaktualisasikan sepanjang masa.12

5
Shirley Lucass, The Concept of The Messiah In The Scriptures of Judaism and Christianity (New York: T & T
Clark International, 2011), hlm. 40.
6
https://www.google.com/search?q=Nubuat+Tentang+Mesias+Menurut+Nabi+Yesaya%2C+Yeremia%2C+Da
n+Yehezkiel&oq=Nubuat+Tentang+Mesias+Menurut+Nabi+Yesaya%2C+Yeremia%2C+Dan+Yehezkiel&gs_lcrp=Eg
ZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBBzQ0NWowajSoAgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8. Diakses 25 Oktober 2023.
7
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru I, terj: Urbanus Selan (Bandung: Kalam Hidup, 2002), hlm. 181.
8
Ibid.
9
Kuntjoro Tjondro, “Nubuat tentang Mesias dari Kitab para Nabi”, dalam Jurnal Teologi Sanctum Domine, 2017.
10
Ibid.
11
M.S. Siahaan, Pengaharaan Mesias dalam Perjanjian Lama, (BPK: Gunung Mulia, 1990) hlm. 162
12
Bart D. Ehrman, The New Testament: A Historical Introduction to The Early Christian Writings. Edisi ke-2
(New York: Oxford University Press, 2000), hlm. 88.
4

Bangsa Israel (Yahudi) tidak menerima Yesus dari Nazaret sebagai Mesias, karena mereka
memahami bahwa Mesias adalah seorang pembebas secara revolusioner. Menyaksikan kematian
Yesus di kayu salib merupakan kematian orang yang terkutuk bagi bangsa Israel. Mereka menjadi
antipati akan ke-Mesiasan Yesus. Itulah sebabnya hingga kini, mereka masih menunggu kedatangan
Mesias yang dijanjikan sebagai pembebas dan raja bagi bangsa Israel.13
E. Teologi Mesias dalam Injil Sinoptik
Gelar Mesias dalam Injil dikenakan kepada Yesus sebagai raja penyelamat untuk seluruh
dunia. Salah satu pernyataan bahwa Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Kristus dan sebagai Raja,
yakni dalam Lukas 23:2 “danַtentangַDiri-Nya,ַIaַmengatakanַbahwaַIaַadalahַKristus,ַyaituַRaja”.
Kemudian pada perikop Mat 27:17, Pilatusַ menyebutַ bahwaַYesusַ adalahַseorangַ“yangַdisebutַ
Kristus” dan juga dari pengakuan orang-orang yang mencemooh-Nya di bawah kayu salib.14
Pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias yang pertama adalah pada perikop dimana Yesus
bertanya,ַ“kataַorang,ַsiapakahַAkuַini?ַDanַjawabanַdariַPetrus,ַ“EngkauַadalahַMesias”,ַ(Mrkַ
8:29);ַ“MesiasַdariַAllah”ַ(Lukַ9:20);ַdanַ“EngkauַadalahַMesias,ַAnakַAllahַyangַhidup”ַ(Matַ
16:16). Beberapa ahli percaya bahwa pernyataan yang ditulis oleh Markus merupakan pernyataan
yang asli, sedangkan Matius dan Lukas lebih memberi penegasan atas pernyataan bahwa kemesiasan
Yesus bukanlah dalam arti politik seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi, tetapi Mesias secara
rohani.15 Pernyataan kedua bisa dipahami dari peristiwa Yesus di hadapan Kayafas yang bertanya,
“ApakahַEngkauַMesias?”ַdiikutiַdenganַsebutanַ“AnakַAllah”ַ(Matַ26:63-64). Yesus menjawab
“AkulahַDia”ַ(Mrkַ16:62),ַ“Engkauַtelahַmengatakannya”ַ(bdk. Mat 26:64; Luk 22:70).16 Menurut
hemat penulis, pengakuan orang-orang dalam diri Yesus sebagai Mesias karena penderitaan, salib,
wafat dan kebangkitan-Nya menghilangkan pengertian Mesias sebagai raja politik bangsa Israel
tentang misi Mesianis Yesus (Luk 24:26,46-49). Hal yang menarik adalah Yesus tidak pernah
menyatakan secara terang bahwa Ia adalah Mesias. Para murid dan orang-orang yang disekitarnya
yang memberi pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL, baik itu karena
relasi secara langsung dengan menerima ajaran, perumpaan dan mujizat maupun melalui pertanyaan
yang ditujukan kepada Yesus. Gagasan Mesias kemudian direfleksikan setelah peristiwa wafat,
kebangkitan Yesus.17
F. Mesias dalam Injil Yohanes
Gelar Mesias beberapa kali dipakai dalam Injil Yohanes, antara lain oleh Andreas yang
memberitahuַ Petrus,ַ “Kamiַ telahַ menemukanַ Mesias”ַ (Yohַ 1:41),ַ yangַ dimaknainyaַ sebagaiַ
Mesias seperti yang dijanjikan oleh Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi. Pengertian para murid
yang pertama ini ketika pertama kali bertemu Yesus adalah bahwa Ia sebagai Mesias seperti yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (secara politis dan rohani), meskipun pada bagian akhir, Injil
Yohanes menegaskan bahwa akhirnya para murid percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang jauh dari
konsep politik. Peristiwa lain tertulis mengenai perempuan Samaria yang percaya akan kedatangan
Mesiasַ danַ diakuiַ olehַ Yesus,ַ “Akulahַ Dia”ַ (Yohַ 4:25-26). Karena gagasan Mesias bagi orang
Samaria adalah seorang pembaharu yang akan datang dan memberi keadilan bagi mereka. Terdapat
juga pengakuan Marta (Yoh 11:27) bahwa Yesus adalah Mesias dan sebagai Raja orang Yahudi.
Peristiwa ini disajikan karena tujuan tulisan penginjil Yohanes adalah agar pembacanya percaya

13
Eko Riyadi. Markus, Engkau adalah Mesias, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 27.
14
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitahuan tentang Yesus: Menurut Injil Sinoptik, Jurnal info Media, 2008.
15
Magnus Zetterholm, (ed.). The Messiah in Early Judaism and Christianity, (U.S.A: Fortress Press
Minneapolis, 2007), hlm. 21; bdk. Andrew T. Lincoln. Contested Paternity and Contested Readings: Jesus’ Conception
in Matthew 1.18-25, Journal for the Study of the New Testament 34(3) 211–231 © The Author(s) 2012.
16
Max Botner. The Messiah is “the Holy One”: άγιος του θεοίί as a Messianic Title in Mark 1:24, (Jurnal JBL
136, no. 2 (2017): 417-433).
17
Ibid; bdk. Eko Riyadi. Markus, …, hlm. 28.
5

bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yoh 20:31). Pengertian tentang Mesias yag dicatat dalam
Injil Yohanes adalah bahwa Mesias secara rohani diutus oleh Allah Bapa.18
G. Kesimpulan
Dalam Perjanjian Lama, konsep Mesias dimengerti sebagai seorang penyelamat dari
keturunan Daud yang akan membangun kembali kerajaan bangsa Israel. Dalam perjanjian Baru,
Yesus adalah Mesias. Ia adalah kegenapan dari nubuat para nabi Perjanjian Lama yakni Mesias
berasal yang diutus Allah untuk menyelamatkan dunia. Secara biologis, Ia berasal dari keturunan
Daud, semantara Ia sendiri berasal dari Allah. Menariknya, Yesusַ tidakַ memakaiַ kataַ “Mesias”ַ
terhadap diri-Nya karena Ia mengetahui para pendengar-Nya akan mengartikannya sebagai raja
duniawi yang akan mendirikan suatu pemerintahan baru. Padahal Yesus tidak bermaksud menjadi
Mesias dalam pengertian tersebut. Di sisi lain, kalau Ia secara terang-terangan menyatakan diri
sebagai Mesias, maka makna hakiki dari kedatangan-Nya ke dalam dunia akan menjadi kabur dan
dapat mengakibatkan konfronstasi dini dengan penguasa Romawi yang berkuasa pada zaman Yesus.
ItulahַsebabnyaַmengapaַYesusַmemilihַuntukַmemakaiַsebutanַ“AnakַManusia”ַdaripadaַ
“Mesias”ַuntuk menyebut diri-Nya di hadapan orang-orang, karena Mesias dipahami sebagai tokoh
revolusioner dan hal tersebut bertentangan dengan misi-Nya.ַ Istilahַ “Anakַ Manusia”ַ sendiriַ
memiliki makna ambigu, istilah itu dipakai dalam PL tetapi maknanya kabur sehingga Yesus dengan
sengaja memakai sebutan tersebut. Demikian halnya dengan para murid, meskipun mereka percaya
bahwa Yesus adalah Mesias, mereka belum sungguh-sungguh memahami siapa Yesus sampai setelah
kebangkitannya. Walaupun mereka memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, lebih dari sekali
mereka memperlihatkan bahwa mereka tidak mengetahui maksud yang tersembunyi dari ungkapan
tersebut. Kematian dan kebangkitan Yesus justru menegaskan klaim mesianis-Nya. Ia telah naik dan
duduk di sebelah kanan Bapa-Nya. Yesus memang telah menang atas kuasa kejahatan, tetapi
kejahatan itu masih menunggu sampai kedatangan-Nya kembali.

18
Charles Augustus Briggs, D.D., The Messiah of the Gospels (New York: Charles Scribner’sַSons,ַ1984)ַhlm.
257; bdk. https://www.theopedia.com/messiah-in-the-gospel-of-john. Diakses 25 Oktober 2023.
6

Referensi:
Botner, Max. “The Messiah is “the Holy One”:ַάγιοςַτουַθεοίίַasַaַMessianicַTitle in Mark 1:24”,
dalam Jurnal JBL 136, no. 2. 2017.
Briggs D.D., Charles Augustus. The Messiah of the Gospels. New York: Charles Scribner’sַSons,ַ
1984.
Ehrman, Bart D. The New Testament: A Historical Introduction to The Early Christian Writings.
Edisi ke-2 New York: Oxford University Press, 2000.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Hakh, Samuel Benyamin. “Pemberitahuan tentang Yesus: Menurut Injil Sinoptik”, dalam Jurnal info
Media. 2008.
https://www.google.com/search?q=Nubuat+Tentang+Mesias+Menurut+Nabi+Yesaya%2C+Yeremi
a%2C+Dan+Yehezkiel&oq=Nubuat+Tentang+Mesias+Menurut+Nabi+Yesaya%2C+Yerem
ia%2C+Dan+Yehezkiel&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBBzQ0NWowajSoAgC
wAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8. Diakses 25 Oktober 2023.
https://www.theopedia.com/messiah-in-the-gospel-of-john. Diakses 25 Oktober 2023.
Lincoln. Andrew T. “ContestedַPaternityַandַContestedַReadings:ַ Jesus’ַConceptionַinַ Matthewַ
1.18-25”, dalam Journal for the Study of the New Testament 34(3) 211–231 © The Author(s)
2012.
Lucass, Shirley. The Concept of The Messiah In The Scriptures of Judaism and Christianity. New
York: T & T Clark International, 2011.
Riyadi, Eko. Markus, Engkau adalah Mesias, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 27.
Siahaan, M.S. Pengaharaan Mesias dalam Perjanjian Lama. BPK: Gunung Mulia, 1990.
Susanta, Yohanes Krismantyo. “Anak Manusia: Suatu Reinterpretasi terhadap Konsep Mesianis
Yahudi”, dalam Veritas 15/2. Oktober 2014.
Tjondro, Kuntjoro. “Nubuat tentang Mesias dari Kitab para Nabi”, dalam Jurnal Teologi Sanctum
Domine. 2017.
Zetterholm, Magnus. (ed.). The Messiah in Early Judaism and Christianity. U.S.A: Fortress Press
Minneapolis, 2007.

Anda mungkin juga menyukai