Anda di halaman 1dari 17

ASAL-USUL DAN SEJARAH MUNCULNYA

KRISTEN DI INDONESIA

OLEH :

NAMA : MARIA NORMANITA

NIM : 105080600111003

PRODI : ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
ASAL-USUL KEKRISTENAN

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup,
sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama ini meyakini Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus
manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-
murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26).

Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup,
ajaran, kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga,
sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah
Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan
adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani
hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea
Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Kata Kristen sendiri
memiliki arti "pengikut Kristus atau "pengikut Yesus".

Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus atau Isa Almasih adalah
Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam
kepercayaan Kristen, Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja
yang abadi (Injil Matius 18: 18-19)

Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang pada kedua kalinya
sebagai Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung
ajaran moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan. Murid-murid Yesus Kristus untuk
pertama kalinya disebut Kristen ketika mereka berkumpul di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:
26c).

Sepeninggal Yesus, kepemimpinan orang Kristen diteruskan berdasarkan penunjukan


Petrus oleh Yesus. Setelah Petrus meninggal kepemimpinan dilanjutkan oleh para uskup yang
dipimpin oleh uskup Roma. Pengakuan iman mereka menyebutkan kepercayaan akan Allah
Tritunggal yang Mahakudus, yakni Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh kudus, Gereja yang
satu, kudus, katolik, apostolik; pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal.
Setelah itu, Gereja Kristen mengalami dua kali perpecahan yang besar: yang pertama
terjadi pada tahun 1054 antara Gereja Barat yang berpusat di Roma (Gereja Katolik Roma)
dengan Gereja Timur (Gereja Ortodoks Timur) yang berpusat di Konstantinopel (sekarang
Turki). Yang kedua terjadi antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan pada tahun 1517
ketika Martin Luther memprotes ajaran Gereja yang dianggapnya telah menyimpang dari
kebenaran.

Banyak denominasi Gereja kini menyadari bahwa perpecahan itu justru menyimpang
dari pesan Yesus yang mendoakan kesatuan di antara para pengikutnya (lihat Injil Yohanes
17:20-21, "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang
percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama
seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.") Doa ini kemudian
menjadi dasar dari gerakan ekumenisme yang dimulai pada awal abad ke-20.
SEJARAH KRISTEN

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi bernama Yesus, yang lahir di
Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4 SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia
lahir dalam bulan Desember tahun pertama era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan tetapi telah
diketahui sekarang bahwa hal ini salah. Dalam catatan-catatan yang menyangkut Yesus -
yakni Injil, empat di antaranya terdapat dalam perjanjian baru yang ditulis Matius,
Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia lahir selama berkuasanya Raja
Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi melaksanakan sensus penduduk. Kerajaan
Romawi melaksanakan sensus penduduk empat belas tahun sekali.
Sensus pertama berlangsung tahun 6 M; ini berarti bahwa sensus sebelumnya
dimulai tahun 8 SM, selama pemerintahan Kaisar Augustus dan tanah Judea diperõntah
Kerenius yang dapat kita baca dalam Lukas 2:1-5. Kita juga diberi tahu tentang bintang
yang menuntun orang Majus ke tempat Yesus berada, dan astronom Keppler, menghitung
bahwa timbul konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM yang
menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang benderang. Semua data ini
mendukung kesimpulan bahwa Yesus lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat
menentang pendapat bahwa Yesus lahir bulan Desembers karena dalam Injil Lukas
terdapat gembala yang menggembalakan ternaknya pada malam hari (2:8). Namun di
Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu pastilah di luar musim
dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat tersebut. Musim yang lebih mungkin
adalah musim semõ atau musim rontok.
Penganut ajaran Kristen percaya bahwa ibu Yesus, yakni Maria, melahirkan
Yesus dalam keadaan masih perawan dan belum bersetubuh dengan suaminya yaitu
Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik
bahkan berkeyakinan bahwa Maria tetap perawan setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-
laki dan perempuan Yesus yang disebutkan dalam Markus 6:1-6 adalah anak-anak Yusuf
dari perkawinannya yang terdahulu.
Tidak banyak yang kita ketahui tentang Yesus di masa kanak-kanak; kisahnya
mulai banyak diungkapkan untuk perjalanan hidupnya setelah berusia tigapuluhan,
saat dibaptis oleh Yahya. Yahya membaptis manusia sebagai persiapan mereka untuk
menerima kedatangan "juru selamat;" pada waktu Yesus datang, dia menolak membaptis
Yesus dengan\ menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus, bahkan sebaliknya
dialah yang pantas dibaptis. Namun Yesus tetap meminta Yahya membaptis dirinya;
setelah dibaptis dia mengasingkan diri selama 40 hari dan memikirkan "juru
selamat" yang bagaimanakah sebenarnya. Selama itu iblis menggoda dia, membujuk
Yesus agar menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau memenangkan dukungan
bangsanya lewat perbuatan kegaiban atau dengan memenuhi kepuasan material bangsa
Yahudi. Yesus menolak godaan ini, karena Dia sadar bahwa Dia haruslah "juru selamat"
yang menderita, yang akan mati demi bangsanya.
Setelah meninggalkan gurun, dia memilih dua belas orang sebagai teman dan
muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas
adalah bersaudara dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah nelayan
juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi) adalah pengumpul pajak yang bekerja bagi
orang Romawi; ada anggota kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada akhirnya mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua
belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.
Dalam Markus 6:1-6 Yesus disebut "tukang kayu," dan dari sini diasumsikan
bahwa sebelum terkenal, Yesus meneruskan profesi ayahnya sebagai tukang kayu. Kita
tidak mengetahui latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh
pendidikan dari cendekiawan monastik Yahudi, yakni kaum Essenes, yang ajarannya
banyak mirip dengan ajaran Kristen. Namun dari kitab-kitab Injil dapat kita lihat bahwa
dia adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor. Ajarannya dia sampaikan lewat
perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna mendalam. Teknik
pengajaran seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna
lewat kisah-kisah pendek dibandingkan lewat kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi
formal yang panjang.
Kisah-kisah atau perumpamaan Yesus adalah sederhana dan langsung kena,
kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi, dia juga menggunakan kotbah, dan
kotbah yang terkenal adalah kotbah bukit (kotbah ini bukanlah satu kotbah panjang,
melainkan adalah intisari yang diambil dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak penyakit dan bahkan
menghidupkan kembali orang mati. Perlahan-lahan namanya termasyhur ke seluruh
negeri dan orang mulai berbisik-bisik mempersoalkan siapakah dia. Pertama kali Yesus
mengaku sebagai "juru selamat" yang telah lama dinanti-nantikan di Caesarea Phillippi.
Setelah dia menanyakan kepada murid-muridnya tentang siapakah dia disebut khalayak
ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata para muridnya? Petrus, yang merupakan
orang pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak itu Yesus mulai
memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya
tentang tujuan kedatangannya.
Lalu dia diberi nama Kristus yang berarti "orang yang diurapi." Segera setelah
pengakuan oleh Petrus tentang dia (Yesus) sebagai "juru selamat," dia mengajak Petrus,
Yahya dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian dan wajah Yesus menjadi bercahaya
putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi Elisa dan Musa. Peristiwa ini disebut
Transfigurasi (perubahan tubuh). Namun selama tiga tahun misi Yesus, tantangan
terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi dan Saduki. Kaum Saduki adalah
kelompok kecil aristokrat yang sangat berpengaruh yang mengaku sebagai keturunan
Sulaiman. Kelompok Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin menanamkan
pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat menentang pengaruh
(Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum
Parisi menolak karena ajaran-ajaran Yesus menentang sikap kaum Parisi. Kita tahu orang
Yahudi sangat berpegang erat kepada 10 perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui
penafsiran tentang makna kesepuluh perintah tersebut. Selama bertahun-tahun hukum
itu berubah menjadi doktrin yang mendasari ajaran Yudaisme, yang menjadi dasar bagi
orang Yahudi untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi
lebih penting daripada hukum, dan Yesus sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini.
Kaum Saduki menentang Yesus karena mereka bekerja sama dengan bangsa Romawi, dan
karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati hak-hak istimewa. Mereka khawatir
Yesus bisa menimbulkan kesulitan yang berakhir pada situasi yang mengancam pada
prestise dan kekuasaan mereka.
  Setelah kira-kira tiga tahun, Yesus pergi ke Yerusalem menunggang keledai
dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat itu bertepatan dengan
berlangsungnya pesta paskah dan Yerusalem dipadati oleh banyak manusia. Paskah adalah
hari yang ditunggu-tunggu bagi kedatangan "juru selamat" bangsa Yahudi, sehingga
suasana saat Yesus memasuki kota amatlah eksplosif. Lalu dia masuk ke Bait Allah dan
mengusir semua pedagang, pembunga uang dan orang-orang lain yang dia anggap
mengotori tempat suci tersebut. Penduduk menunggu tindakannya yang selanjutnya, yakni
hal mengumumkan dirinya sebagai Raja yang akan mengusir penjajah Romawi;
namun tindakan yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah muncul. Sebaliknya Yesus
mengadakan perjamuan dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan terakhir
(sebagian cendekiawan menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman
Getsemane. Di sana dia ditangkap serdadu yang dipimpin oleh Yudas Iskariot.
  Pertama kali setelah ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan para imam dan
dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar dalam hukum Yahudi, namun karena
mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman mati, keputusan mereka harus disahkan oleh
penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius Pilatus, dan dituduh
melakukan pemberontakan subversi dan menghindari pajak; Pilatus tidak ingin
menghukum orang yang tidak bersalah, namun disebabkan tekanan para imam dan
amarah bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau Yesus tidak memperlihatkan dirinya
sebagai "juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan dia terpaksa
membuat keputusan yang tidak menyenangkan dan Yesus dihukum dengan penyaliban.
Putusan itu dilaksanakan, dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam di kayu
salib.
  Akan tetapi, bagi Gereja Kristen, itu bukanlah akhir, melainkan adalah awal.
Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian (tiga hari berdasarkan perhitungan Yahudi
–Yesus\ meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu). Para wanita yang pergi ke
makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya sudah kosong, namun pakaiannya
masih terlipat di dalam kubur. Kemudian Yesus sendiri menampakkan dirinya kepada
mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada murid-murid
Yesus yang sebelumnya meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian
mempercayainya. Beberapa saat kemudian Yesus mengajak mereka ke suatu bukit,
memberkati mereka lalu mereka terangkat ke surga. Semenjak itu Yesus tidak pernah
menampakkan diri lagi di bumi ini.
  Sementara itu murid-murid Yesus tidak bisa menentukan langkah-langkah
mereka seterusnya. Namun pada hari Pantekosta, pada saat mereka semua berkumpul
di Yerusalem, Roh Kudus turun dari surga dan hinggap pada masing-masing mereka. Sejak
itu mereka diubahkan, tidak lagi cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang
berani yang menjelajahi dunia ini untuk menyampaikan kabar gembira tentang Tuhan
Yesus Kristus. Pada awalnya mereka berharap Yesus segera muncul kembali, namun hal
itu tidak terjadi demikian. Iman baru ini segera menyebar di seluruh dunia lama.
Hebatnya, misi penyebaran Injil yang paling spektakuler bukanlah oleh salah satu murid
Yesus melainkan adalah oleh Saul (Paulus) dari Tarsus, yang mengalami pertobatan pada
saat dia dalam perjalanan ke Damascus untuk menangkapi orang-orang Kristen; sebagai
hasil pertobatan ini, dia banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami
penderitaan yang berat, bahkan mati martir demi imannya Dia menuliskan banyak surat
nasihat dan penguatan iman kepada gereja-gereja baru yang dia dirikan, dan dokumen-
dokumen ini, yang terdapat dalam PerjanJian Baru, sangat penting karena merupakan
salah satu tulisan Kristen pertama yang kita miliki.
Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut orang Yahudi,
namun ternyata agama baru ini segera menghilang dari antara orang-orang Yahudi dan
dianut oleh orang-orang di luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi dan Kristen mulai
nyata dan akhirnya tak dapat dihindarkan; para penganut Kristen tidak lagi merayakan hari-
hari besar Yahudi serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi. Pemisahan ini
diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M, pada saat pembatasan-pembatasan
Yudaistis terhadap orang-orang Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
Mula-mula dengan enggan diberi toleransi oleh Kerajaan Romawi, faham
Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero yang sangat membenci ajaran Kristen.
Nero berusaha memojokkan orang Kristen dengan menuduh bahwa kebakaran besar kota
Roma disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta membunuh orang-orang Kristen, di
antaranya Petrus dan Paulus. Banyak orang Kristen berkeyakinan bahwa dengan
kematian rasul-rasul ini, dan kematian orang-orang yang secara pribadi mengenai
Kristus, perlu dibuat rekaman tertulis tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun
berikutnya masih banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya empat di antaranya diakui
dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi tindakan pembunuhan ini bukanlah yang terakhir,
bahkan meningkat selama pemerintahan Kaisar Domitian (81-96 M). Selama dua ratus
tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang ilegal hingga akhirnya Kaisar Konstantin,
setelah melihat cahaya terang di malam hari sebelum melakukan suatu pertempuran,
yang meliputi salib dengan tulisan "dengan tanda ini kamu ditaklukkan," memberikan
hak legal kepada orang-orang Kristen pada tahun 313 M dan menjadikan agama Kristen
sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.
  Apa yang terjadi kepada gereja muda ini selama masa yang penuh kesulitan
tersebut? Tantangan muncul dari berbagai arah, namun penyebarannya makin pesat.
Walaupun pada mulanya Yerusalem dianggap sebagai pusat suci, namun sikap
permusuhan yang diperlihatkan orang-orang Yahudi yang menguasai Yerusalem
mendorong pemindahan pusat Kristen; mula-mula ke Antiokia, bergeser ke Roma.
Selama periode Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan melembaga. Salah satu masalah
pertama yang harus dipecahkan adalah masalah Trinitas, keyakinan umat Kristen akan
Bapak, Anak, dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik namun terpisah satu sama lain.
Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325
Konstantin meminta Dewan Pertama Nicaea untuk membahas masalah ini dengan
saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa Kristus diciptakan Tuhan untuk
membantu dalam penciptaan dunia ini, dan menerima status ketuhanan dari Tuhan, jadi
tidak sama esensinya dengan Tuhan. Status ketuhanannya dapat dicabut Tuhan. Dewan ini
melahirkan Nicene Creed suatu bentuk yang digunakan hingga dewasa ini dan mencakup
kata-kata:
  - Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
tidak kelihatan.
- Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
yang satu dengan Allah Bapak.
- Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
  Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan masalah, terutama masalah intern.
Romawi Barat dan Timur mulai terpisah semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah.
Memang sebab pemisahan ini bukan hanya hal di atas, karena masih banyak titik-titik
perpecahan antara Barat dan Timur. Dibandingkan dengan Kristen Barat, Kristen Timur
lebih menekankan ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau bahan-
bahan lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria, atau orang suci yang lain dan
melembaga dalam Gereja Yunani. Selama abad kedelapan, ikon-ikon dilarang oleh Kaisar
Leo III, namun protes keras menyebabkan larangan ini dicabut pada Sidang Umum
ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun 787. Ini tampaknya merupakan kemenangan
Gereja Timur. Namun perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang tersebut
dan masalah ini mengemuka pada abad ke 11 pada waktu Roma menerima pemberian
suatu tambahan ke dalam Nicene Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur.
Tambahan itu adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh Kudus, Tuhan
pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Allah Bapak ..." Jadi, Gereja-gereja Timur tidak
menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak dan Anak, melainkan hanya dari
Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat sama sekali tidak mempunyai titik
temu dan menimbulkan pemisahan tahun 1054, karena wakil Paus menempatkan surat-
surat ekskomunikasi pada altar St. Sophia di Konstantinopel. Sejak itulah muncul
Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka
tetap terpisah: Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk pimpinan yang disebut Paus,
sementara Gereja Ortodoks menyerahkan kepemimpinan di tangan para bishop atau
patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda, Gereja Ortodoks tetap memberikan
kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam pemujaan, para pelayan gerejanya dibolehkan
menikah, dan lain-lain.
  Segera kemudian, yakni tahun 1096, Paus Urbanus II mengorganisasi Gereja
Katolik ke dalam satu pola seragam yang bertahan selama hampir 200 tahun -tentara
salib. Mula-mula dibentuk untuk dua tujuan, yakni mengurangi tekanan Turki atas
Kekaisaran Timur dan untuk menjamin keamanan para peziarah yang berkunjung ke
Yerusalem, tentara salib segera mengalami degradasi cita-cita; mereka ingin membebaskan
Yerusalem dari kekuasaan Muslim. Gereja Katolik tetap berperan penting hingga abad
pertengahan. Berpusat di Roma, Paus memegang kekuasaan tertinggi, yang melampaui
kekuasaan raja dan ratu. Namun sejak akhir abad keempat belas mulailah timbul
tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan reformasi yang
dimulai Lollards dan Hussites; gerakan ini berubah menjadi ancaman serius terhadap
supremasi Gereja Katolik ketika tahun 1617, seorang imam bernama Martin Luther
menentang keras penjualan surat aflat oleh gereja. Dia lalu menolak supremasi
Paus, menyangkal transubstantiation, serta mendorong para bangsawan Jerman untuk
memberontak dan memisahkan kekuasaan mereka. Para bangsawan, yang sebelumnya
terdisilusi dengan kontrol oleh Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan
banyak di antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.
  Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang didasari kepada
doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai dengan jalan yang ditempuh masing-masing
sekte. Pandangan Luther mendapat formalisasi dalam Gereja Lutheran yang tumbuh
subur di Jerman, Skandinavia dan Amerika. Namun Luther pun bertentangan dengan
bekas sekutunya menentang Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,
mengembangkan pandangan Eukaristi yang menyebabkan Luther dan Zwingli berpisah.
  Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang lain, John
Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma tahun 1533. Pandangannya hampir sama
dengan Luther, namun dia yakin akan adanya karunia tertentu untuk kelompok tertentu.
Pengikut Calvin menyebar di Jerman, Negeri Belanda, Skotlandia, Swiss, Amerika
Utara dan cukup berpengaruh di Inggris. Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu
namun dengan motif yang agak berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah mengeluarkan
suatu traktat yang menyerang Luther yang menyebabkan dia mendapat titel 'Pembela
Iman" dari Paus. Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne Boleyn
namun sebelum bisa menikahi Anne, dia harus menceraikan Catherine of Aragon.
Sayangnya Paus tidak merestui perceraian itu (Roma dipengaruhi oleh saudara-
saudara Catherine yang ada di Spanyol, negeri asal Catherine) dan Henry terpaksa
mengabaikan kekuasaan Paus pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai kepala
Gereja Inggris, dan dapat membatalkan perkawinannya dengan Catherine. Ajaran "Tiga
puluh sembilan pasal," yang menyangkut hal-hal yang kontroversial serta
mengungkapkan bagaimana kedudukan Gereja Inggris mengenai masalah perceraian
tersebut, dikeluarkan tahun 1571 selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak
perempuan Henry. Gereja Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus,
juga menolak transubstantiation, meniadakan biara serta menggantikan bahasa Latin
dengan bahasa Inggris untuk dipakai di Gereja.
  Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum mencapai bentuknya yang paling
ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox, dari Leicestershire (Inggris), mulai
menyebarkan ajaran bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan
suatu 'hiasan' (upacara) ritualis yang ditetapkan oleh gereja-gereja Katolik, dan bahwa
gereja-gereja yang telah diperbaharui belum cukup jauh melangkah dalam penolakan
mereka terhadap upacara dan hierarki gerejawi. Seorang kristen, menurut George Fox
tidak membutuhkan imam atau pendeta/pastor, dan juga tidak membutuhkan bait suci.
Tidak ada gunanya ketujuh sakramen Gereja Katolik; tidak dibutuhkan suatu
sakramen apa pun. Fox lalu mulai menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai
perjalanan ke daerah-daerah pedalaman. Pada umumnya, saat berdirinya gerakan Fox ini
dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat terjadinya kebaktiannya yang sangat berhasil
untuk pertama kalinya. Pengikutnya disebut "Quakers," atau "Perkumpulan Sahabat-
sahabat." Sampai sekarang juga mereka tidak mempunyai bait suci kecuali rumah-
rumah kebaktian, dan dalam kebaktian mereka tidak ada liturgy, tetapi sebaliknya, setiap
orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka mempunyai sesuatu yang
bermanfaat untuk diutarakan, tanpa memperhatikan atau mempedulikan berapa usia yang
mau berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai perkembangan baru telah terjadi di Inggris pada periode setelah Perang
Saudara. Banyak orang merasa tidak senang dengan penyatuan gereja dan negara yang
dilakukan oleh Henry VIII, tetapi selama periode persemakmuran (Commonwealth
period) di Inggris, mereka menjadi lega melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan
negara) telah dipisahkan kembali. Akan tetapi, dengan naiknya Charles II menjadi
pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada tahun 1662 yang memulihkan
status quo tersebut dan memerintahkan semua pastor untuk menerima "Buku Doa
Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena itu disebut Non-
Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang ini akan dikeluarkan dari Jemaah mereka
dan dianiaya. Hal ini berlangsung sampai dengan keluarnya Undang-undang Toleransi
pada tahun 1689 yang memberikan mereka beberapa hak hukum (legal). Akibatnya,
perkembangan Gereja Baptis dan Gereja Reformasi bersatu mengalami perkembangan
cepat.
Gereja Baptis, yang didirikan oleh John Smith, menganggap bahwa pembaptisan
bayi adalah melawan perintah Alkitab. Hanya orang dewasa yang telah mengerti makna
sumpah yang diucapkannyalah yang dapat dibaptis. Mereka juga mencoba untuk
meyakinkan bahwa jemaat ikut aktif dalam perjalanan Gereja, dan mencontoh Kisah
rasul-rasul dengan mengangkat deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah Rasul-Rasul 6:
1-6) untuk membantu mengarahkan dan menuntun gereja tersebut. Gereja Reformasi
Bersama adalah suatu koalisi dari GereJa Presbiterian Inggris (yang dikembangkan dari
ajaran Calvin) dan gereja-gereja Jemaat Inggris dan Wales yang didasarkan pada ajaran-
ajaran dari tokoh pembaharu lainnya yang telah menyebarkan ajarannya pada zaman Calvin,
yakni Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan mereka yang sangat
sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan kelompok-kelompok ini barulah berhasil pada
tahun 1972 dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
  Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan suatu gerakan dalam Gereja
Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791), tetap menolak untuk berpisah dari gereja
induknya. Akan tetapi, setelah kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis tidak dapat
lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris, dan lalu memisahkan diri pada tahun 1795. John
Wesley dan saudaranya Charles, melalui studi mereka yang ketat dan metodis
terhadap InJil (sehingga mereka disebut dengan nama Metodis), merasa bahwa
keselamatan diperoleh hanya karena kasih dan karunia Tuhan, bukan karena suatu
perbuatan atau kebaikan manusia.
Menjelang akhir abad kesembilan belas, ada gelombang atau kegairahan lain
mengenai perhatian keagamaan. Hal ini sebagian disebabkan penemuan-penemuan
ilmiah dalam abad tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu itu
telah diterima sebagai kebenaran religius yang tidak dapat dibantah (misalnya, mengenai
taman firdaus dan masalah penciptaan). Dalam hal ini, reaksi dari Pencerahan
(Enlightement) dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan.
Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan diri dari gereja
induk mereka, sebagaimana yang terjadi dalam Reformasi yang memunculkan gereja-
gereja yang diperbaharui yang memisahkan diri dari iman Katolik. Di Inggris, Bala
Keselamatan berkembang sebagai suatu kekuatan besar, bukan saja karena ketaatan
beragamanya, tetapi juga karena reformasi dan bantuan sosialnya. Di bawah
kepemimpinan William Booth (1829-1912), Bala Keselamatan tersebut memisahkan diri
dari gereja Metodis dalam tahun 1865 dan membentuk sendiri suatu organisasi yang
bergaya militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya sebagai laskar perang Tuhan
dan memerangi ketidakadilan sosial. Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja,
mereka sangat sedikit memperhatikan sakramen, walaupun mereka menerima bahwa
beberapa orang Kristen mungkin melihat sakramen itu merupakan pertolongan dan bantuan.
Di Amerika juga terjadi suatu gejolak keagamaan yang demikian. Pada tahun
1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Hari Terakhir, dibentuk
oleh Joseph Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu Tuhan,
menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku Mormon, yakni yang merupakan
kitab suci penganut Mormon. Pada mulanya ajaran Mormon ini terlarang karena
pandangan-pandangan mereka yang menyimpang dari ajaran Kristen dan praktek
poligami mereka, tetapi Mormon ini merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di
Salt Lake City, tempat markas mereka terletak hingga kini.
  Aliran spiritual mulai ada tahun 1848 ketika dua orang perempuan, yakni
saudara perempuan Fox yang berumur dua belas dan lima belas tahun, menyebabkan
suatu kegemparan di antara, penduduk kota mereka, Arcadia, New York State, dengan
mengklaim bahwa mereka telah dapat berkomunikasi dengan roh-roh. Walaupun ada
yang menyatakan bahwa suara-suara gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara
kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk kota tersebut) berkumpul
sedemikian banyak mendukung supaya Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual
yakin, selain pada pandangan-pandangan Kristen biasa, bahwa, melalui mereka, nasihat
dan tuntunan dapat diperoleh.
Advent Hari Ketujuh juga mulai ada di Amerika, yang membangun
reputasinya dalam tahun 1860, dan setelah itu sekte ini cepat menyebar ke seluruh dunia.
Berbeda dengan sekte-sekte Kristen lainnya, mereka membuat hari ketujuh sebagai Sabat
(yaitu, mereka menjalankannya seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi, dimulai dari
saat matahari terbenam pada hari Jumat sampai matahari terbenam hari Sabtu). Sama
seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis orang-orang dewasa, dan juga membuat
pembatasan-pembatasan mengenai apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya.
Misalnya, mereka tidak boleh minum alkohol dan memakan makanan kerang-kerangan.
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya harus disebut yakni:
Christian Science, Saksi Jehova, dan gerakan Pantekosta. Christian Science didirikan oleh
Mrs. Mary Baker Eddy pada tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya realitas
hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi.   Oleh karena itu penyakit jangan
dirawat dengan obat, tetapi harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang
benar.   Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin bahwa kedatangan kedua
kalinya Yesus serta akhir dunia ini akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila
hal itu terjadi maka hanya suatu kelompok elit saja yang selamat, yaitu kelompok Saksi
Jehova itu sendiri. Mereka mempunyai Al-Kitab dengan terjemahan mereka sendiri dan
mereka menyisihkan banyak waktu, usaha, dan uang untuk kegiatan-kegiatan
missionaris. Yang terakhir, yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari suatu missi di Los
Angeles dalam tahun 1906 yang dilakukan oleh W.J. Seymour, mengajarkan bahwa setiap
orang Kristen dapat mengalami kehadiran Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri dan
menerima hadiah-hadiah roh. Oleh karena itu kebaktian Pantekosta adalah merupakan
upacara yang sangat emosional, di mana jemaatnya menjadi dirasuki oleh Rohul Kudus
dan tampak berbicara dalam lidah (berbahasa roh), sebagaimana yang dilakukan oleh
murid-murid Yesus yang pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai gereja
sendiri, tetapi gerakan ini telah juga mempengaruhi aspek-aspek lain dari Gereja
(Kristen), dan dalam GereJa Katolik gerakan tersebut juga berpengaruh dengan
munculnya apa yang disebut gerakan Karismatik, orang-orang Katolik bermaksud
menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam sekte-sekte
Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua sekte yang ada, karena ada banyak
gerakan-gerakan dan aliran-aliran pemikiran yang berbeda dalam Gereja Kristen. Penulis
hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang historis dan teologis sekte yang
paling menyebar.
SEJARAH MUNCULNYA KRISTEN DI INDONESIA

Kristen Katolik

Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau
Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada
abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di
wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang
Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen
menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi.
Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-
orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.

Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 – 1500. Agama Katolik untuk pertama
kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Barat. Fakta ini
ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini
perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan
tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang
ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar berita-berita tentang
Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”. yang memuat
berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia,
Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.

Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat
mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam
Keuskupan Sibolga di Sumatera Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di
Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan
Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI). Awal Mula: abad ke-14
sampai abad ke-18. Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di
Barus atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik
di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis yang
berdagang rempah-rempah. Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan
agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara
tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau
itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat. Selama masa VOC, banyak praktisi
paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal kaitan kebijakan VOC yang mengutuk agama itu.
Yang paling tampak adalah di Flores dan Timor Timur, dimana VOC berpusat. Lebih dari itu,
para imam Katolik Roma telah dikirim ke penjara atau dihukum dan digantikan oleh para
imam Protestan dari Belanda.Seorang imam Katolik Roma telah dieksekusi karena
merayakan misa kudus di suatu penjara semasa Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai
gubernur Hindia Belanda. Pada tahun 2006, 3% dari penduduk Indonesia adalah Katolik,
lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka kebanyakan tinggal di Papua dan
Flores.

Kristen Protestan

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC),


pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses
berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini
berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para
misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan
lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang
tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak
mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja
Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota, sebagian besar dari mereka merasa gelisah
atas cita-cita politik partai Islam. Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting
di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17% penduduknya adalah Protestan,
terutama di Tana Toraja dan Sulawesi Tengah. Sekitar 65% penduduk di Tana Toraja adalah
Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda
terhadap aliran Protestan ini, seperti Adventist atau Bala Keselamatan, tergantung pada
keberhasilan aktivitas para misionaris. Di Indonesia, terdapat dua provinsi yang mayoritas
penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua dan Sulawesi Utara, dengan 60% dan 64% dari
jumlah penduduk.Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk
asli. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa yang berpusat di sekeliling Manado, berpindah
agama ke Protestan pada sekitar abad ke-19. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli
Sulawesi Utara menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari
pulau Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Pada tahun 2006, lima
persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.
DAFTAR PUSTAKA

Gan, 2010. Http://www.ganblogspot.sejarahmasuknyakristendiindonesia.com//

diakses pada hari senin tanggal 25 oktober 2010 pada pukul 15.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai