PENUTUP
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, misi dalam Kitab Kisah Para Rasul adalah misi yang
bersifat holistik (mencakup seluruh aspek hidup manusia) sekaligus juga inklusif (terbuka
untuk semua orang). Hal yang tidak boleh dilupakan juga adalah misi dalam kitab Kisah Para
Rasul tidak terlepas dari kuasa Roh Kudus yang menggerakkan mereka. Roh Kudus yang
memampukan para rasul untuk terus berani memberitakan Injil. Roh Kudus juga yang
memampukan orang-orang percaya pada masa itu untuk terus bertekun dan bertahan dalam
iman kepada Kristus, walau pun menghadapi berbagai penganiayaan. Roh Kudus juga yang
kemudian membuat misi yang dijalankan bisa ditujukan kepada semua orang dalam seluruh
aspek kehidupan (jasmani dan rohani).
Gereja masa kini hendaknya belajar dari paradigma misi Kitab Kisah Para Rasul ini.
Termasuk juga melakukan misi yang bersifat holistik. Tidak tertuju pada satu golongan atau
aspek saja. Melainkan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencakup setiap kebutuhan
manusia.
MISI REFORMASI
Kristus melakukan hal seperti ini oleh karena ia memiliki hak dan wewenang sepenuhnya.
Beberapa tokoh yang berperan penting dalam Reformasi Gereja:
Yohanes Calvin. Ia adalah seorang teolog dan reformator asal Prancis yang
mengembangkan ajaran Protestan di Jenewa, Swiss. Ia menulis buku Institutio
Christianae Religionis (Institusi Agama Kristen) sebagai karya teologi sistematis
Protestan. Ia mengajarkan doktrin predestinasi (penentuan nasib manusia oleh Allah
sebelum penciptaan), pemilihan kasih (keselamatan hanya diberikan kepada orang-
orang pilihan Allah), dan kedaulatan Allah (kekuasaan mutlak Allah atas segala
sesuatu).
Ulrich Zwingli. Ia adalah seorang imam dan reformator asal Swiss yang memimpin
reformasi gereja di Zurich. Ia menolak beberapa praktik Katolik, seperti puasa, ziarah,
penyembahan gambar, dan perjamuan kudus sebagai pengorbanan. Ia mengajarkan
bahwa perjamuan kudus adalah peringatan akan kematian Kristus, bukan kehadiran
nyata tubuh dan darah-Nya.
Erasmus dari Rotterdam. Ia adalah seorang humanis dan cendekiawan asal Belanda
yang mengkritik penyimpangan gereja dalam bukunya Encomium Moriae (Pujian
Kebodohan). Ia juga menerjemahkan Alkitab dari bahasa Yunani ke Latin dengan
judul Novum Instrumentum (Perjanjian Baru). Ia tidak sepenuhnya bergabung dengan
gerakan reformasi, tetapi ia menghargai usaha Luther untuk memperbaiki gereja.