Pendahuluan Mengapa kita Perlu belajar ttg Misi Kontektual? 1. Isi Hati Allah (Kej 3:15; Kej 12:1-4; Yoh. 3:16) 2. Wujud keteladanan Allah (Yohanes 1:1-14) 3. Mandat Allah (Kitab Yunus; Maz 67; Matius 28: 18-20) 4. Kebutuhan Gereja Sepanjang Masa (Kis. 2: 38-39) Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual I. Terminologi dari Misi a. Misi (Mission) Bahasa Latin “missio” “to send (mengirim/mengutus) : “act of sending; being sent or delegated by authority” b. Misi padanan kata dalam bhs Yuhani “apostello” mengirim dengan otoritas c. Mission and Missions - Donald A. McGavran Mission: “God ‘s Program for Humans” - Charles van Engen Missions: “the Task of mission” Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual • Mission : Rencana pengutusan Allah (missio Dei) yang kekal untuk membawa shalom kepada manusia (umat-Nya) dan segenap ciptaan-Nya demi kejayaan Kerejaan-Nya. • Missions : Tugas-tugas mission, yaitu tugas- tugas pengutusan dilaksanakan oleh umat Allah untuk menggenapkan keseluruhan rancangan Allah yang kekal guna membawa shalom bagi ciptaan-Nya Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual II. Terminologi Teologi Misi a. Teologi Misi dalam Pengunaan Khusus - Istilah “Teologi Misi” telah dipakai gereja - Misi dipahami oleh gereja sebagai tugasnya (missio ecclesiae) telah dikerjakan dengan sadar namun penggunaan istilah/teori misi belum dikembangkan secara ilmiah (scientific) dalam tulisan-tulisan secara luas Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual - Istilah Teologi Misi mulanya dikaitkan dengan pendidikan/pelajaran misi (Raymond Lull : Tahun 1232 -1236)
- Istilah Teologi Misi kemudian dikaitkan dengan
pengembangan pemikiran sistematis tentang masalah-masalah misi (Joannes Azeorius: Tahun 1535-1603; Anthonius Pozefinus: 1534-1611; Thomas a. Jesu : 1564-1627) Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual - Istilah teologi misi kemudian juga dikenal pada zaman Reformasi : Hadrianus Saravia , Justus Heurnius - Istilah Teologi Misi selanjutnya diartikan sebagai uraian ttg seluk beluk ajaran Alkitab yang menjelaskan aspek-aspek utuh dari misi Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual b. Definisi Misi dalam teologi Misi 1. Misi (mission) adalah “rancangan pengutusan Allah (missio Dei) yang kekal untuk membawa shalom kepada manusia dan segenap ciptaan_nya demi kejayaan Kerjaan-Nya 2. Misi (missions) adalah tugas-tugas misi yang dimandatkan oleh Allah kepada Umat-Nya untuk menjadi “alat shalom-Nya kepada manusia dari segala bangsa” Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual III. Apakah Teologi Misi Kontekstual itu? • Teologi Misi Kontekstual: Usaha untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan misi (Mission and Missions) melalui pendekatan terintegrasi yang menyentuh bidang Teologi, Antropologi, sejarah, budaya, perkembangan gereja dan teori- teori misi • Mengapa Demikian? Penekanan pada MISI KONTEKSTUAL : merupakan perwujudan mandat Allah : Maz .67 dan Matius 28:18-20 • Rancangan Shalom Allah hrs sampai kepada Segala Bangsa (ta ethne) • Shalom HRS hadir dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial , budaya bangsa-bangsa Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi Kontekstual IV. Dasar-Dasar Berteologi Misi Kontekstual a. Pendekatan Biblikal yang bertanggung jawab b. Pemahaman yang komprehensif terhadap Manusia dan Kebudayaannya c. Pendekatan terintegratif antara Teks dan Konteks Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual V. Kerangka Teologis Misi Kontekstual dalam PL dan PB A. Kerangka Teologis Misi dalam PL 1. Di dalam PL belum terdapat penugasan yang tegas utk mengadakan pekabaran keluar thd segala bangsa 2. Fokus: Pemilihan Israel dan hubungan antara Israel dengan bangsa-bangsa Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 3. Tiga Aspek pemilihan Israel: Universalisme, Eskhatologia, dan Masa depan Mesianis 3.1 Aspek Universalisme - Allah bertindak secara universal - Kej. 1-11 menjadi pendahuluan dan latar belakang bagi sejarah Israel selanjutnya - Kej. 9 : Perjanjian Allah atas segala Mahkluk hidup yang ada - Kej. 10 : Penyebaran bangsa-bangsa Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Dibalik kisah tersebut terdapat kejahatan manusia (Kej. 8:21 dan Kej 11:1) - Keadaan yang demikian yg melatarbelakangi pemanggilan Abram (Kej. 12) - Melalui dia semua kaum di bumi akan di berkati (Kej 12:3) - Keselamatan Israel tergantung pada ketaatan pada pemanggilannya dan pemilihan Allah. Tetapi keselamatan bangsa2 juga bergantung dari sikap mereka terhadap Israel ( Kej. 12:3) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Kisah pemilihan Abraham dan keturunannya merupakan persiapan bagi pemilihan Israel yang berwujud KELUARANYA dari Mesir - Namun pemilihan Israel tidak sesekali bertujuan egoisme-Keselamatan, melainkan universalisme- keselamatan - Kel.19:5-6 : Selaku pengantara, Israel melayani juga bangsa-bangsa - Penyelamatan Israel merupakan persiapan bagi penyelamatan bangsa-bangsa ( Maz. 98) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 3.2. Aspek Eskhatologia - Para nabi biasanya menyampaikan berita tentang hukuman sekaligus janji - Dua berita itu tersebut tampak pada bagian berikut: Yeh. 39:23 , 27,28 - Melalui pemberitaan tersebut ada pengharaapan bangsa-bangsa lain akan ditarik menuju pusat kehadiran Allah Israel, lalu mereka akan mengaku namaNya Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Dengan cara bagaimanakah keselamatan eskhatologis digambarkan dlm PL ? - Gambaran: datangnya berarak-arakkan bangsa-bangsa, satu pawai yang besar ke arah Sion, ke arah pesta-raya oikumene - Kedatangan itu merupakan gerakan yang sentripetal (pusaran), menuju pusat dimana tersedia keselamatan, di mana ada Yahweh dan umat-Nya Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 3.3. Aspek Masa depan Mesianis - Di dalam pengharapan Israel akan masa depan, pemegang kunci ialah Mesias yang dijanjikan selaku pembawa keselamatan - Pengharapan akan kedatangan Mesias nampak dari nubuatan: * Dikaitkan dengan Daud dan keturunannya ( 2 Sam 7; 23; Yes. 9:6; 11:1,10; Yer. 23:5-6; Am. 9:11-15) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual * Oknum mesias itu juga disebut anak manusia (Dan. 7:13-14) * Disebut sebagai orang yang diurapi yang memangku jabatan raja ( Maz. 2), jabatan imam (Maz. 110) atau nabi (Yes. 61) * Mesias dikaitkan dengan hamba TUHAN yang menderita (Yes. 40-55) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual B. Kerangka Teologis Misi masa antara PL dan PB - Kritik Yesus terhadap Proselitisme dlm Matius 23:15 memiliki latar belakang penting dlm memahami usaha Proselitisme itu sendiri - Ada 2 Golongan yang estrim dlm Yudaisme: a. Pertama, Mereka yang memandang bahwa bangsa-bangsa akan datang sendiri menuju Sion Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual b. Kedua, golongan yang melakukan usaha Proselitisme besar-besaran. Mereka mencari proselit. Dasar pijakan mereka adalah Ulangan 10:18-19 - Kelompok ini melakukan proselitisme dalam diaspora - Pelaku utamanya adalah orang Yahudi yang tinggal di luar Palestina Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Terjemahan Septuaginta adalah senjata yang
ampuh dalam usaha proselitisme Yahudi
- Ada usaha meringankan kuk Hukum Taurat bagi mereka, mereka masuk dalam kelompok sebomenoi ton theon (orang-orang yang takut kepada Allah) - Kelompok ini tdk dianggap sama dengan orang Yahudi Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - yang terutama bagi mereka adalah pengakuan akan Allah yang benar dan esa dan ketaatan kepada tuntutan etis dari PL, keikut sertaan di dalam Synagoge - Berlainan dengan sikap orang Yahudi di Palestina yang lebih keras menuntut penerimaan kuk Hukum Taurat, artinya masuk menjadi proselit sungguh-sungguh Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Di dalam sejarah umat Yahudi pada permulaan tarikh Masehi tidak ada masalah yang lebih hangat dari pada soal proselitisme - Tampak dari sikap dua rabi yang berbeda terhadap bangsa-bangsa - Rabi Syammai cenderung radikal sedangkan Rabi Hillel cenderung moderat - Namun kebanyakan dari sikap terhadap bangsa kafir adalah positif Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Syarat dlm proselitisme : Sunat, Baptisan (dng cara diselam sbg penyucian dari dosa-dosa sewaktu kafir), persembahan kurban - Jika ketiga syarat itu diterima maka mereka diberi gelar : ben-berith (anak perjanjian) dan dipuji sebagai ger tsedeq (Proselit sungguh) - Namun para proselit tidak boleh menyebut Abraham sebagai “bapa kita” melainkan “Bapa Israel” - yang dicita-citakan dlm Proselitisme Yahudi adalah naturalisasi dan propaganda nasional Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Berdasarkan latar belakang di atas maka kita dapat memahami mengapa Yesus mengkritik praktek Proselitisme - Proselitisme: Merupakan ketidaksabaran yg tidak mau menunggu kedatangan bangsa- bangsa; kesombongan dan ethnocentrisme dan ketidak jujuran. Akibat ketidak jujuran ini maka hasilnya pun salah (Matius 23:15) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual C. Kerangka Teologis Misi Perjanjian Baru 1. Pemberitaan Yesus - Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap orang-orang kafir merupakan kebalikan mutlak dari proseletisme Yahudi - Inti pusat berita Injil ialah maklumat Yesus tentang Kerajaan Sorga yang telah mendekat (Mat. 4:17) - Hal ini menuntut respon pendengarnya BERTOBAT - Yesus ingin Israel menjadi menjadi Israel sejati Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Melalui kepatuhan utk menjadi Israel sejati maka urutan penyelamatan Allah atas bangsa-bangsa terpenuhi (Yes 2) - Hal ini sesuai dengan Nyanyian Hamba TUHAN (Yesaya 42) - Israel hrs mengadakan reformasi lahir dan batin agar menjadi terang bagi bangsa-bangsa - Namun juga perlu diingat bahwa Yesus juga melangkah kepada komunitas lain Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Yesus tdk terikat lagi dengan batas-batas kebangsaan, kebiasaan, keagamaan - Contoh: Ia menyelamatkan pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Mat. 9:9-13); Yesus menentang ibadah lahiriah sbg sumber kebenaran sendiri (ayat 13); Yesus tdk memisahkan diri dari orang sakit yang haram menurut agama Yahudi (Matius 8:1-4); Pelacur dan orang berdosa tdk dianggap rendah; Bahkan orang Samaria tdk lepas dari perhatiannya (Luk 10; Yoh. 4) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Perbuatan Yesus (menyembuhkan dan Perjumpaan dengan orang-orang kafir) merupakan usaha mendekatkan Kerajaan Sorga kepada bangsa Kafir - Ini merupakan penggenapan dari Janji Kristus (Matius 8:11-12) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual Yesus pergi ke daerah-daerah bangsa kafir seperti Tirus (Mark 7:24) dan Kaisaria Filipi (Mark. 8:27), Nama-Nya termasyur ke benua Siria (Matius 4:24-25) - Yesus juga mengadakan perjumpaan dengan beberapa orang kafir: seorang Perwira di kapernaum (Matius 8:5-10) dan Perempuan Siro-Fenisia (Mark. 7:24-30) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 2. Jemaat mula-mula - Dalam Kitab Kisah para rasul tercatat ada beberapa golongan: a. Orang-orang Yahudi dan proselit yang menerima pemberitaan Injil yang pertama (Kis. 2:14-39). Namun Petrus juga menerima orang bukan Yahudi : Kornelius (Kis 10-11) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual b. Golongan kedua: Umat Kristen-Yahudi yang Partikularis - Mereka lanjutan dari umat Yahudi Partikularistis ( Injil + Taurat) - Mereka membebankan Taurat kpd orang Kristen baru asal bangsa-bangsa lain (Kis. 15:5) - Setelah Yerusalem runtuh mereka tersebar di daerah-daerah terpencil dan namanya menjadi Ebyonit Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual c. Golongan ketiga: Umat Kristen Yahudi Helenistik - Mereka adalah orang-orang Yahudi dari Diaspora - Mereka berpusat di Yerusalem, namun akhirnya tersebar karena penganiayaan (Kis. 8:1) - Melalui mereka P.I dilakukan (8:4) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Filipus ber P.I kpd seorang proselit dr Ethiopia ( 8:26-40) - Pusat Pekabaran Injil di Kaisaria (8:40;21:8) - P.I berkembang sampai Akhirnya Anthiokia menjadi pusat P.I terrencana (Kis. 13: 1 dst) - Disini Paulus dan Barnabas diutus utk P.I - Pertama tama ke bangsa Yahudi (13:5, 14), kemudian ke orang-orang proselit (14:1 dst) dan kepada orang-orang kafir (14:8 dst) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual d. Golongan keempat: Umat Kristen dari bangsa Kafir - Mereka adalah hasil pekerjaan misi Paulus dan rekan sekerjanya (Kis. 13-14) - Sidang Yerusalem merefleksikan perbedaan pandangan dari golongan Anthiokia dan Golongan Yerusalem - Namun keputusan diambil dengan meniadakan beban Taurat bagi bangsa-bangsa kafir yang percaya Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 3. Rasul Paulus - Rasul Paulus mengembangkan kegiatan misioner di Asia Kecil, di Yunani dan akhirnya di Roma - Dia dipercayakan Misi P.I ke orang-orang yang tak bersunat ( Gal. 2:7; bnd Kis. 9:15) - Jabatan Rasulnya karena kasih karunia (1 Kor 15:10) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual • Dasar Teologis misi Paulus: 1. Injil hrs diberitakan kepada segala kuasa yang ada di langit dan yang di bumi (Ef. 3:10 bnd Kol 1:16) 2. Kristus telah memerdekakan kita dari Hukum Taurat (Gal 2:4; 5:1) 3. Orang Percaya dibenarkan karena Kristus ( Roma 1:17) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 4. Semua orang percaya menjadi anak-anak Abraham (Gal 3:7) dan diberkati bersama- sama dengan Abraham ( ayat 9). Mereka berhak atas janji Abraham (Gal 3:29), dan Abraham menjadi Bapa mereka (Roma 4: 16) 5. Israel mendapatkan prioritas dlm hukuman (Roma 2:9) dan keselamatan menurut rencana Allah (Roma 1:16; 2:10) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual • Prinsip-prinsip Misi Paulus: 1. Roh Kudus adalah pengendali misi Paulus 2. Doa dan puasa sebagai penggerak misi Paulus 3. Paulus selalu menindaklanjuti (Follow up) Misinya 4. Paulus menerapkan prinsip kontekstualisasi 5. Paulus selalu menjaga kemurnian berita Injil 6. Paulus selalu melaksanakan misi perintisan jemaat bersama tim Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual • Strategi Misi Paulus 1. Paulus memilih lokasi yang tepat bagi misinya. 2. Paulus menggunakan metode yang bervariasi dalam Misi 3. Paulus melibatkan orang-orang potensial dalam misi 4. Paulus bekerja sebagai pembuat tenda (Tentmakers). Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual 4. Penginjil-penginjil Sinoptis a. Injil Markus dibagi menjadi 3 bagian: - 1:14-8:26 Pekerjaan Yesus masih terbatas kepada Israel - 8:27-10:45 terutama terbatas kepada para murid. “Tebusan bagi banyak orang” (10:45) memperhatikan universalisme - 10:46-16:8 : Penolakan orang Yahudi membawa pemberitaan keselamatan kpd orang-orang non Yahudi Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual b. injil Matius - Dalam Injil Matius tampak pergumulan jemaat Kristen latar belakang Yahudi dengan umat Yahudi itu sendiri - Disatu pihak ada kecenderungan untuk melepaskan Keyahudiannya terasa juga panggilan untuk memberitakan Injil Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual - Jemaat ini masih mereasa terikat kepada Israel (Matius 10:5-6; 10:23) - Jemaat ini sadar akan panggilannya untuk mengabarkan keselamatan di seluruh dunia - Berita yang berisi Krisis (=hukuman dan damai untuk yang bertobat), dialamatkan kepada sekalian bangsa. - Melalui berita yang dikabarkan itu akan tiba kesudahannya, yaitu pemisahan kafir - Umat Baru itu disebut laos (1:21), Ethnos (21:43) atau Ekklesia (16:18) Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi Kontekstual c. Injil Lukas - Ada beberapa unsur penting tentang misi dari Injil Lukas: * P.I adalah penggenapan janji-janji PL (24:47) * Isi P.I adalah seruan untuk bertobat dan penawaran pengampunan dosa (24: 47) * Para murid dipanggil menjadi saksi (24:48) * Yerusalem adalah titik pangkal jalan pekabaran Injil di seluruh dunia * P.I butuh penyertaan Roh Kudus (24:49) BAB III. Kebudayaan dalam Misi I. Pedahuluan a. Misi tidaklah dapat lepas dari Kebudayaan b. Target Misi adalah Manusia, yang pada hakikatnya adalah Mahkluk berbudaya c. Pendekatan dalam bermisi sebenarnya harus mempertimbangkan kebudayaan komunitas tersapa d. Kepekaan terhadap budaya adalah salah satu kunci keberhasilan dalam bermisi BAB III. Kebudayaan dalam Misi II. Pengetian tentang kebudayaan a. Kata Kebudayaan dari bahasa Sangsekerta : Budi (jamak) yg artinya: roh atau akal, dan daya, yg artinya kuasa atau kekuatan b. Kebudayaan artinya: “segala sesuatu yang diciptakan oleh budi manusia” c. Istilah tsb kemudian dikawinkan dengan kata Kultur: yg berasal dari kata kerja Latin: Colo, kolore BAB III. Kebudayaan dalam Misi d. Kata Colo, kolore, kemudian membentuk kata kerja colore yang berarti: membuat, mengolah, mengerjakan, menghiasi, mendiami e. Kebudayaan dapat diartikan: segala sesuatu yang dipikirkan, diusahakan, serta dikerjakan oleh manusia dalam lingkup (konteks) hidupnya secara utuh untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan BAB III. Kebudayaan dalam Misi III. Unsur-Unsur Kebudayaan 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia 2. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi 3. Sistem kemasyarakatan 4. Bahasa (lisan maupun tertulis) 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan 7. Religi BAB III. Kebudayaan dalam Misi IV. Ciri-Ciri Kebudayaan 1. Kebudayaan memiliki ciri yang historis 2. Kebudayaan bersifat sosial 3. Kebudayaan bersifat kontekstual 4. Kebudayaan memiliki sifat yang komprehensif-integratif 5. Kebudayaan memiliki sifat yang berdiri pada dua pendulum ekstrim BAB III. Kebudayaan dalam Misi IV. Injil dan Kebudayaan a. Pandangan Teologis tentang budaya 1. Manusia diberi Mandat Budaya (Kej.1:28) 2. Kata “Kabash” berarti menundukkan dalam pengertian MENGELOLA 3. Tujuan Kebudayaan untuk memuliakan Allah (Vertikal) dan meningkatkan kehidupan manusia (Horisontal) BAB III. Kebudayaan dalam Misi 4. Kebudayaan telah jatuh dalam kuasa Iblis dan dosa 5. Hal ini seiring dengan Kejatuhan Manusia 6. Karya Penebusan Kristus meliputi penebusan budaya BAB III. Kebudayaan dalam Misi b. Injil dan Konteks Budaya - Injil Yesus Kristus diekspresikan dalam terminologi budaya - Bukti : Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28:19-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:44-49) Yohanes 20:21-23; Kis. 1:8) - Dinamika kerja Injil sangat erat dengan mekanisme budaya manusia BAB III. Kebudayaan dalam Misi b. 5 sikap Kekristenan Terhadap Kebudayaan menurut Niegbur: 1. Christ Againts Culture 2. Christ of Culture 3. Christ above Culture 4. Christ and Culture in Paradox 5. Christ Transforming Culture BAB III. Kebudayaan dalam Misi 1. Hakekat Injil yang Satu dalam Budaya - Injil Yesus Kristus adalah satu dan utuh - Maksud: Injil pada dasarnya satu untuk semua manusia dengan beragam budaya dan harus menyentuh keutuhan manusia (a) Manusia, Sasaran Injil - Yesus datang untuk membebaskan manusia seutuhnya (Luk. 4:18-19; Yes. 61:1-2) BAB III. Kebudayaan dalam Misi - Manusia hrs dipandang dalam kacamata Injil sebagai makhuk yang komplit - Manusia memilki “ Kebutuhan terutama” yaitu kebutuhan akan keselamatan dan “kebutuhan yang terasa” yaitu: kebutuhan yang nyata dalam konteks hidup aktual - Missionari dituntut utk tdk mencampuradukkan kuasa pembebasan Injil yang utuh dengan tanggung jawab pelayanan yang utuh BAB III. Kebudayaan dalam Misi (b). Injil, Manusia dan Konteksnya - Hakikat Injil pada dasarnya membebaskan manusia secara utuh dalam keseluruhan aspeknya - Injil harus dikaitkan dengan konteks hidup manusia (aspek rohani, aspek jasmani, sosial, ekonomi, politik dan budaya BAB III. Kebudayaan dalam Misi - Orang Kristen dapat melayani manusia seutuhnya dimulai dari kebutuhan terasa di dalam konteks - Pemberitaan Injil dalam semua kehidupan manusia itu diwajibkan dan tidak dapat ditawar, namun harus dikaitkan dengan pembebasan Allah yang kekal - Dengan jalan ini , maka jalan Kontekstualisasi akan terbuka lebar dan injil dapat mentrasformasi setiap orang BAB III. Kebudayaan dalam Misi 2. Interaksi Injil dalam Budaya - Injil itu bergerak dalam kebudayaan - Dasar Pemikiran: Jika ada seseorang yang disentuh oleh injil maka ini terjadi pada orang tersebut dalam kerangka utuh dari budayanya - Konkritnya: kuasa pembebasan Injil tidak menjadikan seseorang orang asing dari budayanya BAB III. Kebudayaan dalam Misi a. Memahami bentuk budaya 1. Budaya dapat diamati dari bentuknya 2. Bentuk budaya menurut sifatnya: Budaya yang bersifat materi dan budaya yang bersifat non materi 3. Kedua bentuk budaya tersebut terikat erat kepada World View (pandangan hidup) yg merupakan dinamika penggerak di balik semua bentuk budaya BAB III. Kebudayaan dalam Misi 4. World View memberikan arti pada setiap bentuk budaya yang hanya dapat dimengerti oleh peserta budaya/ orang dalam (emic) 5. Dalam setiap budaya kita dapat menemukan arti yang menjelaskan tujuan/maksud dari bentuk itu, yaitu untuk apa suatu bentuk budaya diciptakan oleh sekelompok orang dlm konteksnya BAB III. Kebudayaan dalam Misi 6. Dari Bentuk dan arti elemen-elemen budaya memiliki fungsi yang menjelaskan kegunaan setiap bentuk budaya dalam memenuhi kebutuhan kelompok/pribadi dalam setiap budaya. 7. Fungsi dari bentuk dan arti suatu budaya dapat bersifat umum dan khusus 8. Bentuk, arti dan fungsi budaya perlu dipelajari agar sikap orang luar (etic) dapat dimengerti dan diterima oleh orang dalam (emic) BAB III. Kebudayaan dalam Misi b. Pola Kerja Budaya - Pola kerja budaya ialah kerangka dan mekanisme hidup yang luas dan kompleks dari setiap budaya - Pola kerja budaya memberi daya dan arti hidup bagi setiap peserta budaya, dan menunjukkan bagaimana proses enkulturasi terjadi disetiap budaya BAB III. Kebudayaan dalam Misi - Agar terjadi enkulturasi maka diciptakan sejumlah peraturan dan batasan-batasan bagi kegiatan-kegiatan serta tindak tanduk peserta budaya dalam setiap kelompok budaya - Sikap dan tindakan yang melibatkan seseorang pada peraturan dan batasan- batasan yang disinggung di atas disebut: Cultural Performance BAB III. Kebudayaan dalam Misi • - Cultural Performance: menjelaskan bagaimana seseorang melakukan sesuatu yang sesuai/dapat diterima dalam batasan-batasan budaya dimana ia hidup BAB III. Kebudayaan dalam Misi PEMBENTUKAN/ PELAKSANAAN BUDAYA BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW A. Apakah Word View itu? - Apakah World View itu: “pusat pembakuan, penguasaan, serta pengendalian konsep yang berbentuk asumsi-asumsi yang merupakan prakiraan dasar bagi kehidupan suatu masyarakat/kelompok budaya” - World View : MENJELASKAN TENTANG APA ITU REALITAS BAGI MASYARAKAT, MENOLONG MEREKA MENGATAKAN APA ITU REALITAS DAN MEMAHAMI APA ITU REALITAS BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW - World View masyarakat itu melihat dunia, melihat Allah, melihat orang lain serta segala sesuatu yang disekitarnya BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW B. Ciri-Ciri World: Ada 5 ciri dari worldview. 1. Suatu sistem ide-ide dan nilai-nilai. 2. Suatu set dari asumsi-asumsi 3. Suatu model untuk memperjelas realita 4. Worldview adalah sesuatu yang dipelajari 5. Pola-pola bagi tindakan Orang Inuit Moksa Meditation Konsep Physis tentang Tubuh oleh Hipokrates BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW C. Fungsi World View 1.Menjelaskan tentang apa dan mengapa sesuatu itu ada sebagaimana adanya 2.Peneguhan dan pengesahan atas konsep atau sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan dalam suatu konteks budaya tertentu 3. Memberi dukungan psikologis segala prilaku dan tindakan budaya dalam lingkup sosial, entah itu benar atau tidak benar dalam pandangan orang lain BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW 4. Perangkuman, merangkum segenap aspek hidup dan membuat sistematisasi dan urutan prioritas bagi hidup sehingga terciptalah tatacara hidup sosial budaya 5. Adaptasi, adopsi, asimilasi, modifikasi atau rejeksi 6. Menetapkan urutan nilai