Anda di halaman 1dari 75

TEOLOGI MISI KONTEKSTUAL

Pdt. David Eko Setiawan M.Th


Pendahuluan
Mengapa kita Perlu belajar ttg Misi Kontektual?
1. Isi Hati Allah (Kej 3:15; Kej 12:1-4; Yoh. 3:16)
2. Wujud keteladanan Allah (Yohanes 1:1-14)
3. Mandat Allah (Kitab Yunus; Maz 67; Matius
28: 18-20)
4. Kebutuhan Gereja Sepanjang Masa (Kis. 2:
38-39)
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
I. Terminologi dari Misi
a. Misi (Mission)  Bahasa Latin “missio”  “to send
(mengirim/mengutus) : “act of sending; being sent or delegated
by authority”
b. Misi  padanan kata dalam bhs Yuhani “apostello”
mengirim dengan otoritas
c. Mission and Missions
- Donald A. McGavran  Mission: “God ‘s
Program for Humans”
- Charles van Engen  Missions: “the Task of
mission”
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
• Mission : Rencana pengutusan Allah (missio
Dei) yang kekal untuk membawa shalom
kepada manusia (umat-Nya) dan segenap
ciptaan-Nya demi kejayaan Kerejaan-Nya.
• Missions : Tugas-tugas mission, yaitu tugas-
tugas pengutusan dilaksanakan oleh umat
Allah untuk menggenapkan keseluruhan
rancangan Allah yang kekal guna membawa
shalom bagi ciptaan-Nya
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
II. Terminologi Teologi Misi
a. Teologi Misi dalam Pengunaan Khusus
- Istilah “Teologi Misi” telah dipakai gereja
- Misi dipahami oleh gereja sebagai
tugasnya (missio ecclesiae)  telah dikerjakan
dengan sadar namun penggunaan
istilah/teori misi belum
dikembangkan secara ilmiah (scientific) dalam
tulisan-tulisan secara luas
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
- Istilah Teologi Misi mulanya dikaitkan dengan
pendidikan/pelajaran misi (Raymond Lull : Tahun
1232 -1236)

- Istilah Teologi Misi kemudian dikaitkan dengan


pengembangan pemikiran sistematis tentang
masalah-masalah misi (Joannes Azeorius: Tahun
1535-1603; Anthonius Pozefinus: 1534-1611;
Thomas a. Jesu : 1564-1627)
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
- Istilah teologi misi kemudian juga dikenal pada
zaman Reformasi : Hadrianus Saravia , Justus
Heurnius
- Istilah Teologi Misi selanjutnya diartikan
sebagai uraian ttg seluk beluk ajaran Alkitab
yang menjelaskan aspek-aspek utuh dari misi
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
b. Definisi Misi dalam teologi Misi
1. Misi (mission) adalah “rancangan pengutusan
Allah (missio Dei) yang kekal untuk membawa
shalom kepada manusia dan segenap ciptaan_nya
demi kejayaan Kerjaan-Nya
2. Misi (missions) adalah tugas-tugas misi yang
dimandatkan oleh Allah kepada Umat-Nya untuk
menjadi “alat shalom-Nya kepada manusia dari
segala bangsa”
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
III. Apakah Teologi Misi Kontekstual itu?
• Teologi Misi Kontekstual: Usaha untuk menggali hal-hal yang
berkaitan dengan misi (Mission and Missions) melalui
pendekatan terintegrasi yang menyentuh bidang Teologi,
Antropologi, sejarah, budaya, perkembangan gereja dan teori-
teori misi
• Mengapa Demikian? Penekanan pada MISI KONTEKSTUAL :
merupakan perwujudan mandat Allah : Maz .67 dan Matius
28:18-20
• Rancangan Shalom Allah hrs sampai kepada Segala Bangsa (ta
ethne)
• Shalom HRS hadir dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial ,
budaya bangsa-bangsa
Bab I. Konsep Dasar Teologi Misi
Kontekstual
IV. Dasar-Dasar Berteologi Misi Kontekstual
a. Pendekatan Biblikal yang bertanggung
jawab
b. Pemahaman yang komprehensif
terhadap Manusia dan Kebudayaannya
c. Pendekatan terintegratif antara Teks dan
Konteks
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
V. Kerangka Teologis Misi Kontekstual dalam PL
dan PB
A. Kerangka Teologis Misi dalam PL
1. Di dalam PL belum terdapat penugasan
yang tegas utk mengadakan pekabaran
keluar thd segala bangsa
2. Fokus: Pemilihan Israel dan hubungan
antara Israel dengan bangsa-bangsa
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
3. Tiga Aspek pemilihan Israel: Universalisme,
Eskhatologia, dan Masa depan Mesianis
3.1 Aspek Universalisme
- Allah bertindak secara universal
- Kej. 1-11 menjadi pendahuluan dan latar
belakang bagi sejarah Israel selanjutnya
- Kej. 9 : Perjanjian Allah atas segala
Mahkluk hidup yang ada
- Kej. 10 : Penyebaran bangsa-bangsa
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Dibalik kisah tersebut terdapat kejahatan
manusia (Kej. 8:21 dan Kej 11:1)
- Keadaan yang demikian yg
melatarbelakangi pemanggilan Abram (Kej.
12)
- Melalui dia semua kaum di bumi akan di
berkati (Kej 12:3)
- Keselamatan Israel tergantung pada ketaatan
pada pemanggilannya dan pemilihan Allah. Tetapi
keselamatan bangsa2 juga bergantung dari sikap
mereka terhadap Israel ( Kej. 12:3)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Kisah pemilihan Abraham dan keturunannya
merupakan persiapan bagi pemilihan Israel yang
berwujud KELUARANYA dari Mesir
- Namun pemilihan Israel tidak sesekali bertujuan
egoisme-Keselamatan, melainkan universalisme-
keselamatan
- Kel.19:5-6 : Selaku pengantara, Israel melayani juga
bangsa-bangsa
- Penyelamatan Israel merupakan persiapan bagi
penyelamatan bangsa-bangsa ( Maz. 98)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
3.2. Aspek Eskhatologia
- Para nabi biasanya menyampaikan berita
tentang hukuman sekaligus janji
- Dua berita itu tersebut tampak pada
bagian berikut: Yeh. 39:23 , 27,28
- Melalui pemberitaan tersebut ada
pengharaapan bangsa-bangsa lain akan ditarik
menuju pusat kehadiran Allah Israel, lalu
mereka akan mengaku namaNya
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Dengan cara bagaimanakah keselamatan
eskhatologis digambarkan dlm PL ?
- Gambaran: datangnya berarak-arakkan
bangsa-bangsa, satu pawai yang besar ke
arah Sion, ke arah pesta-raya oikumene
- Kedatangan itu merupakan gerakan yang
sentripetal (pusaran), menuju pusat dimana
tersedia keselamatan, di mana ada Yahweh dan
umat-Nya
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
3.3. Aspek Masa depan Mesianis
- Di dalam pengharapan Israel akan masa
depan, pemegang kunci ialah Mesias yang
dijanjikan selaku pembawa keselamatan
- Pengharapan akan kedatangan Mesias nampak
dari nubuatan:
* Dikaitkan dengan Daud dan keturunannya
( 2 Sam 7; 23; Yes. 9:6; 11:1,10; Yer. 23:5-6; Am.
9:11-15)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
* Oknum mesias itu juga disebut anak
manusia (Dan. 7:13-14)
* Disebut sebagai orang yang diurapi yang
memangku jabatan raja ( Maz. 2),
jabatan imam (Maz. 110) atau nabi (Yes.
61)
* Mesias dikaitkan dengan hamba TUHAN
yang menderita (Yes. 40-55)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
B. Kerangka Teologis Misi masa antara PL dan
PB
- Kritik Yesus terhadap Proselitisme dlm
Matius 23:15 memiliki latar belakang penting
dlm memahami usaha Proselitisme itu sendiri
- Ada 2 Golongan yang estrim dlm
Yudaisme: a. Pertama, Mereka yang
memandang bahwa bangsa-bangsa akan
datang sendiri menuju Sion
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
b. Kedua, golongan yang melakukan usaha
Proselitisme besar-besaran. Mereka mencari
proselit. Dasar pijakan mereka adalah
Ulangan 10:18-19
- Kelompok ini melakukan proselitisme dalam
diaspora
- Pelaku utamanya adalah orang Yahudi yang
tinggal di luar Palestina
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Terjemahan Septuaginta adalah senjata yang

ampuh dalam usaha proselitisme Yahudi


- Ada usaha meringankan kuk Hukum Taurat
bagi mereka, mereka masuk dalam kelompok
sebomenoi ton theon (orang-orang yang takut
kepada Allah)
- Kelompok ini tdk dianggap sama dengan
orang Yahudi
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- yang terutama bagi mereka adalah
pengakuan akan Allah yang benar dan esa dan
ketaatan kepada tuntutan etis dari PL, keikut
sertaan di dalam Synagoge
- Berlainan dengan sikap orang Yahudi di
Palestina yang lebih keras menuntut
penerimaan kuk Hukum Taurat, artinya masuk
menjadi proselit sungguh-sungguh
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Di dalam sejarah umat Yahudi pada permulaan
tarikh Masehi tidak ada masalah yang lebih
hangat dari pada soal proselitisme
- Tampak dari sikap dua rabi yang berbeda
terhadap bangsa-bangsa
- Rabi Syammai cenderung radikal sedangkan Rabi
Hillel cenderung moderat
- Namun kebanyakan dari sikap terhadap bangsa
kafir adalah positif
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Syarat dlm proselitisme : Sunat, Baptisan (dng cara
diselam sbg penyucian dari dosa-dosa sewaktu kafir),
persembahan kurban
- Jika ketiga syarat itu diterima maka mereka diberi
gelar : ben-berith (anak perjanjian) dan dipuji sebagai
ger tsedeq (Proselit sungguh)
- Namun para proselit tidak boleh menyebut Abraham
sebagai “bapa kita” melainkan “Bapa Israel”
- yang dicita-citakan dlm Proselitisme Yahudi adalah
naturalisasi dan propaganda nasional
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Berdasarkan latar belakang di atas maka kita
dapat memahami mengapa Yesus mengkritik
praktek Proselitisme
- Proselitisme: Merupakan ketidaksabaran yg
tidak mau menunggu kedatangan bangsa-
bangsa; kesombongan dan ethnocentrisme
dan ketidak jujuran. Akibat ketidak jujuran ini
maka hasilnya pun salah (Matius 23:15)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
C. Kerangka Teologis Misi Perjanjian Baru
1. Pemberitaan Yesus
- Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap
orang-orang kafir merupakan kebalikan
mutlak dari proseletisme Yahudi
- Inti pusat berita Injil ialah maklumat Yesus tentang
Kerajaan Sorga yang telah mendekat (Mat. 4:17)
- Hal ini menuntut respon pendengarnya BERTOBAT
- Yesus ingin Israel menjadi menjadi Israel sejati
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Melalui kepatuhan utk menjadi Israel sejati maka
urutan penyelamatan Allah atas bangsa-bangsa
terpenuhi (Yes 2)
- Hal ini sesuai dengan Nyanyian Hamba TUHAN
(Yesaya 42)
- Israel hrs mengadakan reformasi lahir dan batin
agar menjadi terang bagi bangsa-bangsa
- Namun juga perlu diingat bahwa Yesus juga
melangkah kepada komunitas lain
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Yesus tdk terikat lagi dengan batas-batas
kebangsaan, kebiasaan, keagamaan
- Contoh: Ia menyelamatkan pemungut cukai dan
orang-orang berdosa (Mat. 9:9-13); Yesus
menentang ibadah lahiriah sbg sumber kebenaran
sendiri (ayat 13); Yesus tdk memisahkan diri dari
orang sakit yang haram menurut agama Yahudi
(Matius 8:1-4); Pelacur dan orang berdosa tdk
dianggap rendah; Bahkan orang Samaria tdk lepas
dari perhatiannya (Luk 10; Yoh. 4)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Perbuatan Yesus (menyembuhkan dan
Perjumpaan dengan orang-orang kafir)
merupakan usaha mendekatkan Kerajaan
Sorga kepada bangsa Kafir
- Ini merupakan penggenapan dari Janji Kristus
(Matius 8:11-12)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
Yesus pergi ke daerah-daerah bangsa kafir
seperti Tirus (Mark 7:24) dan Kaisaria Filipi
(Mark. 8:27), Nama-Nya termasyur ke benua
Siria (Matius 4:24-25)
- Yesus juga mengadakan perjumpaan dengan
beberapa orang kafir: seorang Perwira di
kapernaum (Matius 8:5-10) dan Perempuan
Siro-Fenisia (Mark. 7:24-30)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
2. Jemaat mula-mula
- Dalam Kitab Kisah para rasul tercatat ada
beberapa golongan:
a. Orang-orang Yahudi dan proselit yang
menerima pemberitaan Injil yang pertama
(Kis. 2:14-39). Namun Petrus juga
menerima orang bukan Yahudi : Kornelius
(Kis 10-11)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
b. Golongan kedua: Umat Kristen-Yahudi yang
Partikularis
- Mereka lanjutan dari umat Yahudi
Partikularistis ( Injil + Taurat)
- Mereka membebankan Taurat kpd orang
Kristen baru asal bangsa-bangsa lain (Kis.
15:5)
- Setelah Yerusalem runtuh mereka tersebar di
daerah-daerah terpencil dan namanya menjadi
Ebyonit
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
c. Golongan ketiga: Umat Kristen Yahudi
Helenistik
- Mereka adalah orang-orang Yahudi dari
Diaspora
- Mereka berpusat di Yerusalem, namun
akhirnya tersebar karena penganiayaan (Kis.
8:1)
- Melalui mereka P.I dilakukan (8:4)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Filipus ber P.I kpd seorang proselit dr Ethiopia
( 8:26-40)
- Pusat Pekabaran Injil di Kaisaria (8:40;21:8)
- P.I berkembang sampai Akhirnya Anthiokia
menjadi pusat P.I terrencana (Kis. 13: 1 dst)
- Disini Paulus dan Barnabas diutus utk P.I
- Pertama tama ke bangsa Yahudi (13:5, 14),
kemudian ke orang-orang proselit (14:1 dst) dan
kepada orang-orang kafir (14:8 dst)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
d. Golongan keempat: Umat Kristen dari bangsa Kafir
- Mereka adalah hasil pekerjaan misi Paulus
dan rekan sekerjanya (Kis. 13-14)
- Sidang Yerusalem merefleksikan perbedaan
pandangan dari golongan Anthiokia dan
Golongan Yerusalem
- Namun keputusan diambil dengan meniadakan
beban Taurat bagi bangsa-bangsa kafir yang
percaya
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
3. Rasul Paulus
- Rasul Paulus mengembangkan kegiatan
misioner di Asia Kecil, di Yunani dan akhirnya
di Roma
- Dia dipercayakan Misi P.I ke orang-orang
yang tak bersunat ( Gal. 2:7; bnd Kis. 9:15)
- Jabatan Rasulnya karena kasih karunia (1
Kor 15:10)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
• Dasar Teologis misi Paulus:
1. Injil hrs diberitakan kepada segala kuasa
yang ada di langit dan yang di bumi (Ef. 3:10
bnd Kol 1:16)
2. Kristus telah memerdekakan kita dari
Hukum Taurat (Gal 2:4; 5:1)
3. Orang Percaya dibenarkan karena Kristus (
Roma 1:17)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
4. Semua orang percaya menjadi anak-anak
Abraham (Gal 3:7) dan diberkati bersama-
sama dengan Abraham ( ayat 9). Mereka
berhak atas janji Abraham (Gal 3:29), dan
Abraham menjadi Bapa mereka (Roma 4: 16)
5. Israel mendapatkan prioritas dlm hukuman
(Roma 2:9) dan keselamatan menurut
rencana Allah (Roma 1:16; 2:10)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
• Prinsip-prinsip Misi Paulus:
1. Roh Kudus adalah pengendali misi Paulus
2. Doa dan puasa sebagai penggerak misi Paulus
3. Paulus selalu menindaklanjuti (Follow up) Misinya
4. Paulus menerapkan prinsip kontekstualisasi
5. Paulus selalu menjaga kemurnian berita Injil
6. Paulus selalu melaksanakan misi perintisan jemaat
bersama tim
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
• Strategi Misi Paulus
1. Paulus memilih lokasi yang tepat bagi misinya.
2. Paulus menggunakan metode yang bervariasi
dalam Misi
3. Paulus melibatkan orang-orang potensial dalam
misi
4. Paulus bekerja sebagai pembuat tenda
(Tentmakers).
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
4. Penginjil-penginjil Sinoptis
a. Injil Markus dibagi menjadi 3 bagian:
- 1:14-8:26  Pekerjaan Yesus masih
terbatas kepada Israel
- 8:27-10:45 terutama terbatas kepada
para murid. “Tebusan bagi banyak
orang” (10:45) memperhatikan
universalisme
- 10:46-16:8 : Penolakan orang Yahudi membawa
pemberitaan keselamatan kpd orang-orang non Yahudi
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
b. injil Matius
- Dalam Injil Matius tampak pergumulan
jemaat Kristen latar belakang Yahudi
dengan umat Yahudi itu sendiri
- Disatu pihak ada kecenderungan untuk
melepaskan Keyahudiannya terasa juga
panggilan untuk memberitakan Injil
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
- Jemaat ini masih mereasa terikat kepada
Israel (Matius 10:5-6; 10:23)
- Jemaat ini sadar akan panggilannya untuk
mengabarkan keselamatan di seluruh dunia
- Berita yang berisi Krisis (=hukuman dan
damai untuk yang bertobat), dialamatkan
kepada sekalian bangsa.
- Melalui berita yang dikabarkan itu akan tiba
kesudahannya, yaitu pemisahan kafir
- Umat Baru itu disebut laos (1:21), Ethnos (21:43)
atau Ekklesia (16:18)
Bab II. Landasan Biblikal Teologi Misi
Kontekstual
c. Injil Lukas
- Ada beberapa unsur penting tentang misi
dari Injil Lukas:
* P.I adalah penggenapan janji-janji PL (24:47)
* Isi P.I adalah seruan untuk bertobat dan
penawaran pengampunan dosa (24: 47)
* Para murid dipanggil menjadi saksi (24:48)
* Yerusalem adalah titik pangkal jalan pekabaran
Injil di seluruh dunia
* P.I butuh penyertaan Roh Kudus (24:49)
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
I. Pedahuluan
a. Misi tidaklah dapat lepas dari Kebudayaan
b. Target Misi adalah Manusia, yang pada
hakikatnya adalah Mahkluk berbudaya
c. Pendekatan dalam bermisi sebenarnya
harus mempertimbangkan kebudayaan
komunitas tersapa
d. Kepekaan terhadap budaya adalah salah satu
kunci keberhasilan dalam bermisi
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
II. Pengetian tentang kebudayaan
a. Kata Kebudayaan dari bahasa Sangsekerta :
Budi (jamak) yg artinya: roh atau akal, dan
daya, yg artinya kuasa atau kekuatan
b. Kebudayaan artinya: “segala sesuatu yang
diciptakan oleh budi manusia”
c. Istilah tsb kemudian dikawinkan dengan
kata Kultur: yg berasal dari kata kerja Latin:
Colo, kolore
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
d. Kata Colo, kolore, kemudian membentuk kata
kerja colore yang berarti: membuat, mengolah,
mengerjakan, menghiasi, mendiami
e. Kebudayaan dapat diartikan: segala sesuatu
yang dipikirkan, diusahakan, serta dikerjakan
oleh manusia dalam lingkup (konteks)
hidupnya secara utuh untuk memenuhi
kebutuhan -kebutuhan
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
III. Unsur-Unsur Kebudayaan
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Religi
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
IV. Ciri-Ciri Kebudayaan
1. Kebudayaan memiliki ciri yang historis
2. Kebudayaan bersifat sosial
3. Kebudayaan bersifat kontekstual
4. Kebudayaan memiliki sifat yang
komprehensif-integratif
5. Kebudayaan memiliki sifat yang berdiri pada
dua pendulum ekstrim
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
IV. Injil dan Kebudayaan
a. Pandangan Teologis tentang budaya
1. Manusia diberi Mandat Budaya (Kej.1:28)
2. Kata “Kabash” berarti menundukkan
dalam pengertian MENGELOLA
3. Tujuan Kebudayaan untuk memuliakan
Allah (Vertikal) dan meningkatkan
kehidupan manusia (Horisontal)
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
4. Kebudayaan telah jatuh dalam kuasa Iblis
dan dosa
5. Hal ini seiring dengan Kejatuhan Manusia
6. Karya Penebusan Kristus meliputi
penebusan budaya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
b. Injil dan Konteks Budaya
- Injil Yesus Kristus diekspresikan dalam
terminologi budaya
- Bukti : Amanat Agung Yesus Kristus (Matius
28:19-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:44-49)
Yohanes 20:21-23; Kis. 1:8)
- Dinamika kerja Injil sangat erat dengan
mekanisme budaya manusia
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
b. 5 sikap Kekristenan Terhadap
Kebudayaan menurut Niegbur:
1. Christ Againts Culture
2. Christ of Culture
3. Christ above Culture
4. Christ and Culture in Paradox
5. Christ Transforming Culture
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
1. Hakekat Injil yang Satu dalam Budaya
- Injil Yesus Kristus adalah satu dan utuh
- Maksud: Injil pada dasarnya satu untuk
semua manusia dengan beragam budaya
dan harus menyentuh keutuhan manusia
(a) Manusia, Sasaran Injil
- Yesus datang untuk membebaskan
manusia seutuhnya (Luk. 4:18-19; Yes.
61:1-2)
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
- Manusia hrs dipandang dalam kacamata
Injil sebagai makhuk yang komplit
- Manusia memilki “ Kebutuhan terutama”
yaitu kebutuhan akan keselamatan dan
“kebutuhan yang terasa” yaitu: kebutuhan
yang nyata dalam konteks hidup aktual
- Missionari dituntut utk tdk
mencampuradukkan kuasa pembebasan Injil
yang utuh dengan tanggung jawab pelayanan
yang utuh
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
(b). Injil, Manusia dan Konteksnya
- Hakikat Injil pada dasarnya
membebaskan manusia secara utuh
dalam keseluruhan aspeknya
- Injil harus dikaitkan dengan konteks
hidup manusia (aspek rohani, aspek
jasmani, sosial, ekonomi, politik dan
budaya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
- Orang Kristen dapat melayani manusia seutuhnya
dimulai dari kebutuhan terasa di dalam konteks
- Pemberitaan Injil dalam semua kehidupan
manusia itu diwajibkan dan tidak dapat ditawar,
namun harus dikaitkan dengan pembebasan
Allah yang kekal
- Dengan jalan ini , maka jalan Kontekstualisasi
akan terbuka lebar dan injil dapat mentrasformasi
setiap orang
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
2. Interaksi Injil dalam Budaya
- Injil itu bergerak dalam kebudayaan
- Dasar Pemikiran: Jika ada seseorang yang
disentuh oleh injil maka ini terjadi pada
orang tersebut dalam kerangka utuh dari
budayanya
- Konkritnya: kuasa pembebasan Injil tidak
menjadikan seseorang orang asing dari
budayanya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
a. Memahami bentuk budaya
1. Budaya dapat diamati dari bentuknya
2. Bentuk budaya menurut sifatnya: Budaya
yang bersifat materi dan budaya yang
bersifat non materi
3. Kedua bentuk budaya tersebut terikat erat
kepada World View (pandangan hidup) yg
merupakan dinamika penggerak di balik semua
bentuk budaya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
4. World View memberikan arti pada setiap
bentuk budaya yang hanya dapat dimengerti
oleh peserta budaya/ orang dalam (emic)
5. Dalam setiap budaya kita dapat
menemukan arti yang menjelaskan
tujuan/maksud dari bentuk itu, yaitu untuk
apa suatu bentuk budaya diciptakan oleh
sekelompok orang dlm konteksnya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
6. Dari Bentuk dan arti elemen-elemen budaya
memiliki fungsi yang menjelaskan kegunaan setiap
bentuk budaya dalam memenuhi kebutuhan
kelompok/pribadi dalam setiap budaya.
7. Fungsi dari bentuk dan arti suatu budaya dapat
bersifat umum dan khusus
8. Bentuk, arti dan fungsi budaya perlu dipelajari agar
sikap orang luar (etic) dapat dimengerti dan
diterima oleh orang dalam (emic)
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
b. Pola Kerja Budaya
- Pola kerja budaya ialah kerangka dan
mekanisme hidup yang luas dan kompleks
dari setiap budaya
- Pola kerja budaya memberi daya dan arti
hidup bagi setiap peserta budaya, dan
menunjukkan bagaimana proses enkulturasi
terjadi disetiap budaya
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
- Agar terjadi enkulturasi maka diciptakan
sejumlah peraturan dan batasan-batasan bagi
kegiatan-kegiatan serta tindak tanduk peserta
budaya dalam setiap kelompok budaya
- Sikap dan tindakan yang melibatkan
seseorang pada peraturan dan batasan-
batasan yang disinggung di atas disebut:
Cultural Performance
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
• - Cultural Performance: menjelaskan
bagaimana seseorang melakukan
sesuatu yang sesuai/dapat diterima
dalam batasan-batasan budaya
dimana ia hidup
BAB III. Kebudayaan dalam Misi
PEMBENTUKAN/ PELAKSANAAN BUDAYA
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
A. Apakah Word View itu?
- Apakah World View itu: “pusat pembakuan,
penguasaan, serta pengendalian konsep yang
berbentuk asumsi-asumsi yang merupakan
prakiraan dasar bagi kehidupan suatu
masyarakat/kelompok budaya”
- World View : MENJELASKAN TENTANG APA ITU
REALITAS BAGI MASYARAKAT, MENOLONG MEREKA
MENGATAKAN APA ITU REALITAS DAN MEMAHAMI
APA ITU REALITAS
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
- World View masyarakat itu melihat dunia,
melihat Allah, melihat orang lain serta segala
sesuatu yang disekitarnya
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
B. Ciri-Ciri World:
Ada 5 ciri dari worldview.
1. Suatu sistem ide-ide dan nilai-nilai.
2. Suatu set dari asumsi-asumsi
3. Suatu model untuk memperjelas realita
4. Worldview adalah sesuatu yang dipelajari
5. Pola-pola bagi tindakan
Orang Inuit
Moksa Meditation
Konsep Physis tentang Tubuh oleh Hipokrates
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
C. Fungsi World View
1.Menjelaskan tentang apa dan mengapa
sesuatu itu ada sebagaimana adanya
2.Peneguhan dan pengesahan atas konsep
atau sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan
dalam suatu konteks budaya tertentu
3. Memberi dukungan psikologis segala prilaku
dan tindakan budaya dalam lingkup sosial,
entah itu benar atau tidak benar dalam
pandangan orang lain
BAB IV. INJIL DAN WORLD VIEW
4. Perangkuman, merangkum segenap aspek
hidup dan membuat sistematisasi dan
urutan prioritas bagi hidup sehingga
terciptalah tatacara hidup sosial budaya
5. Adaptasi, adopsi, asimilasi, modifikasi atau
rejeksi
6. Menetapkan urutan nilai

Anda mungkin juga menyukai