I. Pendahuluan.
Salah satu pelayanan yang paling tua dan paling banyak dipakai oleh gereja-
gereja di Indonesia ialah pelayanan katekese. Hampir-hampir tidak ada gereja disini
yang tidak mengenal pelayanan ini. Sungguh pun demikian gereja-gereja kiita belum
mempunyai pendapat yang sama tentang apa itu katekese. Dan oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penyaji akan memaparkan tentang kateketika, dalam perjanjian
"Lama, perjanjian Baru, dan penyaji juga akan menjelaskan tentang jenis-jenis
katekese. Semoga sajian kali ini bermanfaat bagi kita semua, dan dapat menambah
pemahaman kita tenang katekitika. Tuhan Yesus memberkati.
II. Pembahasan.
2.1. Pengertian Kateketika.
Istilah “katekisasi” dan “katekese” berasal dari kata Yunani dan berarti
“pengajaran”. Katekisasi atau pelajaran agama Kristen merupakan pelaksanaan tugas
gereja untuk melengkapi calon anggotanya atau anggota baptis yang ingin mengakui
sidi, dengan maksud agar mereka akan menjadi anggota dewasa.[1] Kateketika
merupakan jawaban gereja purba untuk menanggulangi masalah banyaknya orang
dewasa yang ingin mengabdikan diri kepada Kristus.[2] Yang menjadi tugas Katekisasi
adalah pangilan dari Allah yang perlu kita lakukan dalam tanggung jawab kepada
Tuhan dan dalam menyatakan kasih kepada murid, calon anggota Gereja itu.[3] Tujuan
katekese ialah agar anak-anak muda mengenal Allah. Sehingga, mereka dengan jalan
itu dapat hidup bersama-sama dengan Dia.[4] Arti katekitika dalam perjanjian baru
pengajaran-pengajaran katekitika dalam perjanjian Lama diambil alih oleh jemaat-
jemaat purba. Mereka mempergunakan katekitika dalam pelayanan mereka. Mereka
memakai pengajaran itu dalam beberapa istilah:
a. Katekhein (kata kerja) artinya memberitakan, mengatakan, menjelaskan,
memberitakan, memberitahukan, mengajar, memberi pengajaran. Namun, kata yang
paling menonjol dipakai yaitu mengajar (mengajar bukan dalam arti intelektualistis,
tetapi dalam arti praktis yaitu mengajar/membimbing orang supaya melakukan apa yang
diajarkan kepadanya).
Katekese berasal dari kata kerja dari kata kerja Katekhein. Misalnya:
1) Kis. 21:21 mereka mendengar kabar/berita tentang Paulus, bahwa Paulus mengajar
semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan
hukuman Musa.
2) Kis. 21:24..... segala kabar/berita yang mereka dengar tentang engkau (Paulus)
3) Kis. 18:25 Apolos telah menerima pengajaran dalam jalan Tuhan. (Kepadanya telah
diberitahukan/dijelaskan tentang jalan Tuhan)
4) Luk. 1:4.......segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar
5) Rm 2:17-18.... dan oleh karena diajar oleh Taurat Tuhan
6) 1 Kor. 14:19... mengajarkan orang juga daripada beribu-ribu kata dengan bahasa Roh....
yang penting dalam katekhein bukan banyak nya kata-kata yang digunakan, tetapi
menyampaikan yang jelas dari pengetahuan yang berguna.
7) Gal.6:6...., yang menerima pengajaran dalam firman, membagi segala yang ada
padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Telah ada orang yang
mendapatkan tugas untuk mengajar.
b. Didaskein (kata kerja) adalah:
1) Biasanya dipakai untuk pekerjaan menyampaikan pengetahuan dengan maksud, supaya
orang yang “diajar” itu dapat bertindak dengan terampil.
2) Dalam septuagenta “terjemahan PL dalam bahasa Yunani” kata didaskein digunakan
sebagai terjemahan dari kata ibrani untuk mengajar, yaitu mengajar dengan maksud,
supaya apa yang diajarkan itu yang dipraktikan. Didaskein bersifat praktis, sebab yang
paling penting dalam Alkitab adalah pemahaman, penghayatan akan perbuatan-
perbuatan penyelamatan Allah.
Contoh yang paling jelas dari hal ini ialah Ulangan 4:1 “maka sekarang, hai orang-
orang Israel, dengarlah ketatapan-ketetapan dan peraturan-praturan, yang kuajarkan
padamu untuk dilakukan, ....”
Perwujudan
Meskipun metode perwujudan ini adalah khas Matius, namun contohnya
diberikan oleh Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya Yesus mengatakan bahwa Israel
telah terwujud dalam diri pribadi-Nya sebagai Hamba Tuhan yang menderita.
Perwujudan itu lebih mendalam artinya daripada melalui teknik memainkan peranan,
sebab yang terakhir ini hanya berlaku untuk waktu yang sementara saja, sedangkan
dengan perwujudan-Nya Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa pribadi-
Nyalah pernyataan yang baru itu dan bukan hanya pengajaran-Nya. Ia mengajar apa
yang Ia adanya.
Dialaog
Metode ini banyak sekali contohnya dalam keempat injil. Dialog memainkan
peranan yang penting pada wkatu Yesus mengajar. Yesus sering mengajukan
pertanyaan yang baru sebagai tanggapan-Nya atas pertanyaan yang sebelumnya yang
diajukan kepada-Nya.
Studi kasus
Melalui studi kasus Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu kasus sebagian
dari pengalaman seorang tertentu, dan mengundang para pelajar memanfaatkan akal
dan imannya. Melalui studi kasus para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti
persoalan dan bagaimana memecahkannya. Segala pernyataan Yesus sendiri tidak
menjawabnya secara langsung.
Perjumpaan
Di sini Yesus tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan
besar sekali maknanya. Metode perjumpaan banyak dipakai oleh Yesus contohnya:
Matius 16:13, Lukas 14:3, Yohanes 9:35.
Perbuatan Simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, Ia dibaptiskan oleh Yohanes
Pembaptis, ini menimbulkan banyak pertanyaan namun ternyata Yesus ingin mengajar
murid-murid-Nya melalui perbuatan simbolis ini. Jadi baptisan-Nya merupakan
lambang kesengsaraan nanti dan melalui lambang baptisan itu Yesus mengajarkan
perlunya solider dengan semua orang lain, dan bahwa solidaritas itu hanya dapat
dinyatakan sebagai hamba yang merendahkan diri dan yang menderita.[17]
2.6. Kateketika Pada Masa Reformasi.
Pada tanggal 31 Oktober 1517, Marthin Luther, tokoh utama Reformasi,
menempelkan 95 dalilnya dipintu Gereja Wittenberg, yg dikenal sebagai hari lahirnya
Reformasi. Kemudian pada tahun 1529 Luther menulis Katekismus Besar dan
Katekismus Kecil.[18] Kemudian sejak abad IV, lama kelamaan peraturan yg keras dan
baik itu sudah mulai di kendorkan, karena Agama Kristen telah diizinkan bahkan di
anakmaskan oleh kaisar-kaisar, sehingga beribu-ribu orang suka menjadi anggotanya.
Semakin banyak orang minta masuk , semakin lunak dan gampang syarat-syaratnya.
Katekisasi sidi segera turun mutunya. Pemimpin-pemimpin jemaat menjadi imam dan
sudah kurang bersifat Guru. Akhirnya pada abad pertengahan persiapan 3 tahun itu
sudah susut menjadi persiapan selama 3 minggu saja. Gereja telah menjadi lembaga yg
menyelenggarakan sakramen-sakramen, dan kurang mementingkan khotbah dan
pengetahuan, sudah cukup jika anggota-anggotanya dapat menghafal sejumlah doa-doa
dan atau menerima sakramen-sakramen menurut petunjuk-petunjuk Gereja. Barulah
pada zaman Reformasi pendidikan oleh Gereja mulai diperhatikan kembali dengan
sebaik-baiknya. Para Reformator itu mengekehendaki suatu umat Kristen yg sadar dan
mengetahui akan isi pengakuannya. Pendeta-pendetanya pertama-tama bukan
melaksanakan sakramen, melainkan pengkhotbah dan pengajar. Alkitab di terjemahkan
mereka ke bahasa daerah, supaya dapat diselidiki oleh sekalian anggota jemaat. Mereka
mengarang buku-buku pelajaran berupa katekismus yang dengan jalan soal-jawab
menanamkan pengetahuan dan pengertian tentang kitab suci dan Iman Injili kedalam
akal dan sanubari tiap-tiap orang Kristen. Bukan kaum pejabat saja, melainkan seluruh
umat Tuhan harus dididik untuk menjadi mahir dalam perkara-perkara Kerajaan
Allah.[19]
Salah satu tokoh pada Zaman Reformasi ialah Marthin Luther. Marthin Luther
adalah putra sulung dari Hans Luther dan Margaretha. Ia meraih gelar Magister artes
dari Universitas Erfurt pada tahun 1505. Marthin Luther juga meraih gelar Doktor
dalam bidang Alkitab. Marthin memulai pengalaman pendidikannya betika berumur 7
Tahun.[20] Luther mengingat bagaimana gurunya bertindak begitu keras atas diri pada
pelajarannya. Keterampilannya mengajar pun amat minim, Luther belajar membaca,
menulis, menghafal Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli oleh gereja katolik
roma.[21] Perubahan atau pembaharuan yg dibawa oleh reformasi berlangsung di 3
bidang yaitu :
1. Isi katekese.
Katekismus – katekismus pada waktu zaman itu dibandingkan dengan buku-buku
katekese dari abad-abad pertengahan nyata dengan jelas, bahwa isi katekismus itu jauh
lebih baik. Hal itu disebabkan oleh tempat sentral, yg diberikan oleh reformasi kepada
Alkitab dalam katekese.
2. Ruang Cakup Katekese.
Ruang cakup katekese pada waktu reformasi jauh lebih luas daripada ruang cakup
katekese dalam abad-abad pertengahan.. Katekese hanya dibatasi pada orang-orang yg
berpindah dari agama kafir ke agama kristen. Pada waktu reformasi katekese mencakup
semua orang. Sebab sebagai “imam” tiap-tiap orang percaya menurut para reformator
harus selengkap dan sebaik mungkin mengetahui kebenaran yg ia percayai.
3. Cara Mempelajari Bahan Katekese.
Dibidang ini reformasi berbeda dengan abad pertengahan. Dalam abad-abad
pertengahan katekese umumnya terdiri dari menghafal bahan-bahan katekese, tanpa
mengetahui artinya. Pada waktu reformasi hal ini berubah. Para reformator tidak setuju
dengan hanya menghafal pertanyaan-pertanyaan dalam katekismus.[22]
III. Kesimpulan.
Dari pemaparan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa kateketika sudah ada
sejak zaman perjanjian lama hingga sekarang ini. Kateketika adalah suatu Ilmu yang
didalamnya merupakan suatu pengajaran tentang Allah, dan sekarng banyak digunakan
oleh gereja-gereja di dunia khususnya di Indonesia, agar peserta katekisasi (katekesan)
dapat memahami tentang Allah.
Catatan Kaki: