BAB I
PENDAHULUAN
keahlian khusus yang berbeda dengan dokter. Profesi perawat juga memiliki
1
Kusnanto. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta: EGC. 2004). Hal.44
1
2
sebenarnya telah lama dinantikan oleh masyarakat. Namun sekian lama para
legalitas atau belum adanya payung hukum yang jelas. Berlakunya Undang-
atau bertindak di luar batas area profesinya, sehingga terjadi tumpang tindih
2
Shanti Dwi Kartika. Urgensi Undang-Undang Tentang Keperawatan. (Sumber: https://shantidk.
wordpress.com. 2012). Diunduh tanggal 14 Maret 2017. Jam 18.20 WIB.
3
ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi dan mempunyai
sesuai kondisi yang dihadapi. Status hukum perawat juga diatur dengan
tenaga perawat yang telah terregistrasi atau telah mendapatkan Surat Tanda
3
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. (Balitbang Kemenkes RI. 2014). Lampiran 3.6.
4
dapat mengurus ijin praktek mandiri. Hal ini juga berlaku bagi perawat yang
dan klinik kesehatan, mereka tetap dapat bekerja pada instansi tersebut, dan
di luar jam kerja mereka juga dapat membuka praktik mandiri di tengah
masyarakat.
sudah merasa nyaman dan ingin fokus berkarier di rumah sakit tempat
mandiri memiliki risiko kalah bersaing dengan dokter praktik dan klinik-
4
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. (Balitbang Kemenkes RI. 2015). Lampiran 3.9.
5
tentang Keperawatan.”
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
di rumah sakit.
b. Bagi Masyarakat
1. Pengertian Eksistensi
excitence; dari bahasa latin existere yang berarti muncu, ada, timbul,
7
terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki
aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di
kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya “keluar dari”,
mengaktualisasikan potensi-potensinya.6
5
Lorens Bagus. Kamus Filsafat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005). Hal.183.
6
Zainal Abidin. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat. (Bandung: PT. Remaja
Rosdokarya. 2007). Hal. 16.
7
Helen Graham. Psikologi Humanistik. Terj. Achmad Chausairi dan Nur Alfian Ilham.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005). Hal. 114.
8
bukan lagi apa yang ada, tapi, apa yang memiliki aktualisasi (ada).
8
Harun Hadiwijiono. Sari Sejarah Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius. 1980). Hal.155.
10
kebenaran.36
9
Aziz Alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. (Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. 2004). Hal.4.
11
undangan.10
10
Undang-Undang No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Pasal 1.
11
Ma’rifin Husein. Upaya membina Sikap dan Kemampuan Profesional Perawat. (Jakarta:
Yayasan Universitas Pelita Harapan dan Siloam Glereagles Hospital. 1995). Hal.28.
12
Sapto Pawelas Arso. Perawat dan Program Keperawatan di Rumah Sakit. Materi Kuliah
Organisasi Manajemen Rumah Sakit. (Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Universitas Diponegoro. 2009).
12
karakteristik data. Tipe data dalam pengkajian ada dua yaitu : data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapat
13
Nursalam. Kompetensi Perawat Hasil Konvensi – PPNI & BNSP. (Jakarta: PPNI. 2006).
14
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Jakarta: Salemba
Medika. 2005). Hal.46.
13
Problem (P) + Etiology (E) atau Problem (P) + Etiology (E) + Sign
15
NANDA. Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2005-2006. (Philadelphia: NANDA
International. 2005). Hal.108.
14
tindakan medis.17
ini meliputi:
4) Tingkat pendidikan
5) Karakter individu
18
Ibid. Hal.53.
16
1) Lingkungan kerja
2) Beban Kerja
3) Manajemen / Kepemimpinan
4) Jenjang Karier
5) Kompensasi / Insentif
6) Dll. 19
klien.
memahami anda”
19
Ibid. Hal.58.
17
keperawatan.
bicara/mengeluh.
secara komprehensif.
20
Julia B. George. Nursing Theories: The Base for Profesional Nursing Practice. (New Jersey:
Prentice Hall. 2002). Hal. 143.
18
Keperawatan.22
21
Robert Priharjo. Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. (Jakarta: EGC. 2008).
Hal.20.
22
Ibid. Hal.22.
19
memberikan kepuasan.
ruangan dibagi 2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu dalam satu group kecil yang saling membantu. Ketua
ini diusulkan pada tahun 2005, barulah pada tanggal 25 September 2014,
tentang isinya:
23
Ibid. Hal.24-25.
21
1. Ketentuan Umum
2. Pendidikan Keperawatan
24
Loc.cit. Undang-Undang Keperawatan. Pasal 1.
22
pelayanan kesehatan. Hal ini diatur pada pasal 12, pasal 13, pasal 14,
25
Ibid. Pasal 9-11.
23
keperawatan
e. Melakukan rujukan
kompetensi
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
26
Ibid. Pasal 29
24
j. Mengelola kasus
alternatif.27
27
Ibid. Pasal 30
25
undangan.28
dan/atau keluarganya.
diberikan.
28
Ibid. Pasal 31
26
perundang-undangan.
tenaga kesehatana yang lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup
5. Izin Praktik
dan izin praktik. Izin praktik keperawatan ini diatur pada pasal 19
Undang-Undang No.38
tahun 2014 tentang
Keperawatan
Profesi
Perawat
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan
adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
perawat sebatas asisten dokter. Faktor lain adalah risiko persaingan pasar
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
29
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: CV.Alfabeta. 2009). Hal.31.
30
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT. Rosdakarya. 2011).
Hal. 73.
31
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).
(Rajawali Pers. Jakarta. 2001). Hal. 13-14.
30
(equal) dengan tujuan untuk membantu manusia agar pulih dan mampu
32
Anthon F. Susanto. Penelitian Hukum: Transformatif-Partisipatif. (Malang: Setara Press. 2015),
Hal. 180.
31
Perawat.
Disamping itu, diambil pula data dari literatur, jurnal, dan artikel
Bahan hukum dan data dalam penulisan tesis ini bersifat sumber
sekunder atau data yang dikumpulkan dengan cara studi dokumentasi, yaitu
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
berikut:33
sebagainya.
penyesuaian.
33
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Roesdakarya. 2010). Hal.5.
32
tersebut.
secara intensif sampai setelah selesai pengumpulan data. Proses analisis ini
terkumpul. 34
ini adalah analisis kualitatif yang dilakukan dengan cara mengatur secara
sebagai berikut:
1. Mereduksi data, dengan cara pemilahan dan konversi data yang muncul
di lapangan.
34
M. B. Miles dan M. Huberman. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta: Penerbit UI Press. 1992).
Hal.20.
33
35
Ibid. Hal.22
34
BAB II
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.36
bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak
profesi perawat selama ini masih kurang diakui dan kurang mendapat
36
Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 28H (1).
37
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 4 dan Pasal 5 (2)
34
35
dianggap sebagai asisten dokter yang tidak memiliki kewenangan yang jelas
pelimpahan wewenang yang tidak jelas serta ditambah dengan tidak adanya
berupa vonis tiga bulan penjara subsider denda sebesar Rp2.500.000,00 (dua
juta lima ratus ribu rupiah), yang diputuskan berdasarkan Pasal 82 ayat (1)
mengikat. 38
Tahun 1945. UU Kesehatan ini merupakan lex specialis dari UUD RI Tahun
kesehatan oleh karena itu harus diatur secara spesifik dalam undang-undang
tersendiri.
38
Loc.cit. Shanti Dwi Kartika.
37
praktik, dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi
39
Ibid.
38
keperawatan, Ners, Ners spesialis dan Ners konsultan melalui kerja sama
pelayanan kesehatan.43
40
Penjelasan UU No. 38 tahun 2014
41
Op.cit. Kusnanto. Hal.91.
42
Loc.cit. UU No.38 tahun 2014. Pasal 1
43
Ibid. Pasal 28
39
telah registrasi.
profesi
profesi.
etika profesi
40
bidangnya
bahwa Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) adalah bukti tertulis yang
44
Ibid. Pasal 18
45
Ibid. Pasal 49-50
41
keperawatan.46
SIPP diatur pada pasal 19, pasal 20, pasal 21, dan pasal 22
SIPP berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik dan paling banyak untuk
46
Ibid. Pasal 1
42
berikut:50
penerang sewajarnya.
47
Ibid. Pasal 19, 20, 21, 22
48
Ibid. Pasal 58
49
Ibid. Pasal 19, 20, 21, 22
50
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia. (Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia. 2004). Penjelasan dan Pedoman Pelaksanaan Pasal 4.
43
keperawatan
5. Melakukan rujukan
kompetensi
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.51
terbagi menjadi dua yakni tugas yang diberikan secara delegasi dan atau
medis diberikan oleh tanaga medis (dokter) kepada perawat dengan disertai
tanggung jawab ada pada perawat yang melakukan tindakan medis. Dalam
medis yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah pemberian
1. Vital sign
4. Memasang cateter
7. Suction
8. Memasang peralatan O2
53
Ibid. pasal 32 (4)
46
16. Penkes
18. Konsultasi/telepon
yaitu:
54
SK Dirjen Yanmed No. HK 00.06.5.1.311 tentang Home Care
47
55
Kepmenkes No.1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat Bagian Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak).
48
BAB III
Indonesia
Puskesmas di daerah terpencil pada tahun 2005 yang dirilis oleh Kemenkes
48
49
terpencil yang tidak tersedia tenaga dokter. Hal ini menjadi ironi dan
teratasi. Selain itu, perawat juga memiliki kesempatan yang sama untuk
Belum ada data valid tentang jumlah perawat yang mengurus SIPP (Surat
2016 mengatakan bahwa saat ini pembukaan praktik perawat mandiri masih
56
Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 28H (1).
57
Seminar Nasional Keperawatan 2016. Praktik Keperawatan Mandiri Sebagai Basis dalam
Menghadapi MEA. (Bandung: Auditorium Rumah Sakit Pendidikan UNPAD. tanggal 3 Desember
2016).
50
bahwa tidak ada satupun tenaga perawat yang mengurus STR dan SIPP serta
pengurusan STR dan SIPP adalah rumit. Mereka juga tidak mau ambil
Disamping itu, dokter juga belum tentu mau berkolaborasi dengan para
kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan yang sudah
kurang, sehingga tenaga perawat yang secara kuantitas jauh lebih banyak,
bahwa para perawat tersebut tidak memiliki STR dan SIPP, tetapi mereka
beranggapan bahwa pengurusan STR dan SIPP cukup rumit karena harus
ijin dan tanpa kolaborasi dengan dokter adalah tindakan ilegal yang dapat
yang diterima juga berat. Misalnya pada kasus perawat “SG” yang
perawat. Melalui wadah APMPI dan dukungan dari PPNI, maka diharapkan
sesuai peraturan yang berlaku, maka perawat yang ada di kota-kota kecil
58
Poskota News. Berlagak Kayak Dokter, Perawat Lakukan Praktik Bedah, Lalu Diamankan.
(Sumber: http://poskotanews.com/2016/09/07/). Diunduh tanggal 12 Agustus 2017. Jam 17.10
WIB.
53
oleh apotik terdekat. Hal ini akan sangat membantu masyarakat di daerah
pedesaan untuk mendapatkan akses kesehatan yang murah, dekat dan siap
care bagi banyak keluarga. Terutama di era modern saat ini banyak penyakit
kehidupan manusia.
54
adalah Pusat perawatan luka Griya Puspa Yogyakarta yang bergerak pada
keperawatan dirumah pasien, selain itu di kota solo telah dibuka Omah luka
solo yang bergerak juga dibidang spesialis perawatan luka, dan Budhi
perawat.59
beresiko atau telah mengalami sakit. Pelayanan kuratif yang dapat dilakukan
59
Nurcahyati dan Taufik Septiawan. Praktik Mandiri Perawat Sebagai Alternatif Solusi Masalah
Kesehatan Anda. (Sumber: http://www.kompasiana.com/tridi8789). Diunduh tanggal 12 Agustus
2017. Jam 17.10 WIB.
55
langsung atau face to face dengan pasien seperti untuk perawatan luka,
60
Ibid
56
BAB IV
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
STR dan SIPP. Praktik keperawatan mandiri secara umum tidak memiliki
jumlah dokter dan pelayanan kesehatan masih minim. Namun masih banyak
ditemukan bahwa para perawat tersebut tidak memiliki STR dan SIPP, tetapi
56
57
dikenai sanksi pidana. Karena itu, melalui komunitas APMPI para perawat
6.2. Saran
Bagi para perawat yang bekerja di rumah sakit, khususnya yang ada di
DAFTAR PUSTAKA
58
59