Anda di halaman 1dari 11

KESADARAN HUKUM PERAWAT TERHADAP KODE ETIK

KEPERAWATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN (STUDI RUMAH


SAKIT ANANDA PURWOKERTO)

“PROPOSAL”

Disusun Oleh :

MARTHA INDAH R

E1A015227

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2018
1

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara hukum dimana dalam setiap sudut kehidupan


masyarakat akan ada suatu aturan hukum yang mengatur kehidupan dalam
bermasyarakat. Dalam penegakan hukum disuatu negara akan menimbulkan
suatu kesadaran hukum bagi masyarakat sipil maupun bagi aparat penegak
hukumnya, dimana kepatuhan dari masyarakat hukum maupun penegak
hukum merupakan tolak ukur sebagai keberhasilan sistem hukum suatu negara
dalam menciptakan suatu tujuan dari dibentuknya aturan hukum tersebut.

Kesadaran hukum adalah kesadaran seseorang akan nilai-nilai yang


terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada kesadaran seseorang
akan pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum. Kesadaran
hukum pada hakikatnya pada setiap peraturan memiliki fungsi dan tujuan yang
berbeda contohnya pada kesadaran hukum terhadap peraturan rumah sakit
yang harus ditaati oleh tenaga kesehatan.
Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
menyatakan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya. Dari
tenaga kesehatan tersebut memiliki sebuah aturan yang berbeda meskipun
pada prakteknya mereka berada dalam satu atap rumah sakit tetapi dari segi
aturan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional itu berbeda satu sama lain.

Menurut undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan


menyatakan bahwa keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Orang yang melaksanakan tugas dari keperawatan biasa
2

disebut perawat. Definisi perawat pada undang-undang nomor 38 tahun 2014


menyatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Perawat
merupakan bagian dari tenaga kesehatan dimana peran dari perawat sangatlah
penting dalam pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena peran perawat
dalam pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu faktor penentu dalam
menentukan citra baik atau buruknya suatu pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Untuk menentukan suatu pelayanan keperawatan yang baik maka ada
pedoman bagi perawat dalam melaksanakan program keperawatan yang
diwujudkan dalam bentuk pengkajian sampai pada evaluasi.

Standar perilaku perawat nasional ditetapkan dalam kode etik yang


disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
( DPP PPNI ) pada tahun 1989. Kode etik adalah sebuah pernyataan yang
terwujud sebagai aturan-aturan moral yang biasanya tertulis yang dibuat oleh
sebuah organisasi.1 Perawat harus mampu menerapkan prinsip kode etik
dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien,
profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung
jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien.

Seorang perawat harus memiliki tanggung jawab etik karena terkadang


dalam kehidupan sering kali terjadi kelalaian dalam menjalankan sebuah
tanggung jawab yang dapat mengakibatkan suatu konflik yang dikarenakan
kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum
telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik.

Meskipun sudah ada kode etik atau aturan perawat lainnya yang
mengatur mengenai perawat agar tidak terjadi kelalaian namun pada
kenyataannya masih saja banyak terjadi kasus kelalaian yang dilakukan oleh
perawat.

1
Petrus Kanisius Noven Manalu, Fungsi Kode Etik Profesi Polisi Dalam Rangka
Meningkatkan Profesionalitas Kinerjanya http://e-journal.uajy.ac.id/5978/1/JURNAL.pdf,
3

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kesadaran hukum perawat terhadap kode etik keperawatan
dalam pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana pengaruh kedisiplinan kerja terhadap kesadaran hukum
perawat dalam pelayanan kesehatan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum perawat terhadap kode etik
keperawatan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum
perawat dalam mematuhi kode etik keperawatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan
D. MANFAAT PENELITIAN
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi ilmiah
dalam rangka mengembangkan ilmu dan pengetahuan hukum
kesehatan serta acuan bagi peneliti-peneliti sejenis di masa
mendatang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
materi secara teoritis yang baik serta tambahan pustaka pada
perguruan tinggi maupun unit pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai tujuan kesadaran hukum kode etik keperawatan dalam
pelayanan kesehatan secara efektif.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan bagi perancang pembangunan hukum kesehatan,
4

penyusun peraturan perundang-undangan dalam rangka


meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi perawat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
dalam rangka memecahkan masalah yang mungkin timbul serta
bahan evaluasi pengambilan kebijakan dalam upaya peningkatan
peranan perawat dalam menciptakan suatu pelayanan kesehatan
sesuai dengan kode etik keperawatan demi tercapainya tujuan dari
dibentuknya kode etik tersebut.
E. KERANGKA TEORI
A. Kajian Tentang Keperawatan
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan, adalah setiap bentuk pelayanan atau program
kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau masyarakat dan
dilaksanakan secara perseorangan atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi, dengan tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat
kesehatan yang dipunyai.2
2. Pengertian Tenaga Keperawatan
Tenaga Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komperehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik yang sakit maupun yang sehat yang mencakup seluruh siklus hidup
manusia.3
3. Perawat
Menurut pasal 1 ayat 1 Keputusan Menteri Kesehatan No.
1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat
menyebutkan bahwa:

2
Iskandar, Soleh, Pelayanan Kesehatan Dalam Meningkatkan Kepuasan Masyarakat Di
Rumah Sakit Panglima Sebaya Kabupaten Paser http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/06/JURNAL%20SOLEH%20ISKANDAR%20(06-15-16-01-41-39).pdf,
3
La Ode Jumdi Gaffar, 1998, Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan Tahun 1983 dalam,
Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta, hlm 18
5

“Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat baik


didalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangg-undangan yang berlaku”
4. Hak dan Kewajiban Perawat
Menurut Pasal 36 dan Pasal 37 undang-undang nomor 38 tahun 2014
tentang keperawatan menyebutkan bahwa kewajiban dan hak perawat, yaitu :
I. Perawat dalam melaksanakan praktik keperawalan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari
klien dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang
telah diberikan;
d. menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar
profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
II. Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berkewajiban:
a. melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode
etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
c. merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat
atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan
lingkup dan tingkat kompetensinya;
6

d.mendokumentasikan Asuhan Keperawalan sesuai dengan


standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas,
dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada
klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat; dan
melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah.
B. Kajian Tentang Kode Etik Keperawatan
Etika adalah semacam penelaahan (baik aktivitas penelaahan maupun
hasil-hasil penelaahan itu sendiri). Velasquez mengembangkan pengertian
etika sebagai ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar
moral masyarakat.4
Etika profesi adalah kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap
para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi
yang seksama.5
Kode etik merupakan aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang
dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika rasional umum common sense dinilai
menyimpang dari kode etik.6
C. Kajian Tentang Kesadaran hukum
J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto berpendapat bahwa hukum
adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu

4
Supriyadi, Wahyu Suminarsasi, Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan Dan Diskriminasi
Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Pengelapan Pajak
http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/086-PPJK-15.pdf,
5
B. Kieser, Etika Profesi, Majalah Basis, No XXXV/5, 1986
6
Adams , dkk, 2007, Etika Profesi, Gramedia, Jakarta, hlm 112
7

dengan hukuman.7 Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum adalah


kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang
ada atau tentang hukum yang diharapkan.

F. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
macam, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekatan analisis
yuridis sosiologis. Pendekatan kuantitatif digunakan karena data penelitian
yang bersifat kuantitatif. Pendekatan analisis yuridis sosiologis digunakan
karena penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku dan bagaimana kenyataan yang
terjadi di dalam masyarakat.

2. Spesifikasi penelitian

Hasil penelitian ini lebih bersifat deskriptif, dimana maksud penelitian


ini dibuat terbatas pada usaha untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu keadaan sesuai apa adanya sehingga sekadar untuk
mengungkap fakta yang sebenarnya terjadi terkumpul sebagaimana adanya
tanpa ada tujuan membuat kesimpulan untuk generalisasi.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil tempat di Rumah Sakit
Ananda Purwokerto . Alasan pengambilan lokasi di Rumah Sakit Ananda
adalah :
1. Populasi yang cukup besar di rumah sakit ini
2. Keterjangkauan wilayah atau mudahnya akses
3. Belum pernah ada penelitian mengenai kesadaran hukum perawat
dalam melaksanakan kode etik keperawatan.
7
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Gtafika, Jakarta, 2008, hlm 3
8

4. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:


1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh secara
langsung dari sumber pertama terkait dengan permasalahan yang
akan di bahas.
2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari
buku-buku sebagai pelengkap sumber bahan hukum primer.
Sumber bahan-bahan hukum sekunder adalah data-data yang
diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku
ilmiah, hasil penelitian dan sebagainya.
5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
1. Metode angket yakni metode pengumpulan data dengan
memberikan serangkaian pertanyaan kepada responden untuk
dijawab.
2. Metode interview yakni metode pengumpulan data dengan
melakukan percakapan tanya jawab yang terarah menyangkut suatu
masalah.
3. Metode kepustakaan yakni metode pengumpulan data dengan cara
menelusuri buku-buku yang relevan guna menyelesaikan dan
melengkapi suatu masalah.
6. Metode Pengolahan Bahan Hukum
Dalam penelitian ini data diolah menggunakan tehnik coding, editing,

dan tabulasi.

Editing adalah mengoreksi atau memperbaiki kualitas data jika masih

terdapat hal-hal yang salah atau meragukan. Selain itu editing juga berarti

melihat apakah data itu konsisten atau tidak.

Coding adalah memberikan kode pada data-data yang berupa angka,

kalimat pendek ataupun panjang, ataupun jawaban hanya “ya” atau “tidak”

guna memudahkan peneliti untuk menganalisis data


9

Tabulasi adalah memasukan data ke dalam tabel-tabel dan mengatur

angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

7. Metode Analisis
Penelitian akan mengunakan metode analisis kuantitatif untuk data yang
bersifat kuantitatif dan metode analisis kualitatif untuk data yang bersifat
kualitatif. Dalam analisis kuantitatif digunakan analisis sederhana yang
menekankan pada penggunaan metode distribusi frekuensi analisis dan
matriks silang analisis. Sedangkan dalam analisis kualitatif digunakan berupa
konten analisis dan komparatif analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Adams , dkk, 2007, Etika Profesi, Gramedia, Jakarta.

B. Kieser, 1986, Etika Profesi, Majalah Basis, No XXXV/5


Ishaq, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Gtafika, Jakarta.

La Ode Jumdi Gaffar, 1998, Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan Tahun 1983
dalam, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-undang No. 36 tahun 2009 Tentang Tenaga Kesehatan


Undang-undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi
dan Praktek Perawat
Sumber Lainnya :

Petrus Kanisius Noven Manalu, Fungsi Kode Etik Profesi Polisi Dalam Rangka
Meningkatkan Profesionalitas Kinerjanya
http://e-journal.uajy.ac.id/5978/1/JURNAL.pdf

Supriyadi, Wahyu Suminarsasi, Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan Dan


Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika
Pengelapan Pajak
http://sna.akuntansi.unikal.ac.id/makalah/086-PPJK-15.pdf,

Iskandar, Soleh, Pelayanan Kesehatan Dalam Meningkatkan Kepuasan


Masyarakat Di Rumah Sakit Panglima Sebaya Kabupaten Paser
http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/06/JURNAL %2
0SOLEH%20ISKANDAR%20(06-15-16-01-41-39).pdf,

Anda mungkin juga menyukai