Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MENGIDENTIFIKASI REGULASI KEPERAWATAN”

Di Susun Oleh :
1. Arkel Monolimay (711440122030)
2. Elvina Malee (711440122037)
3. Fernanda Matiune (711440122041)
4. Yosua Assa (711440122027)

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO
PRODI D-III KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
 

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “ Mengidentifikasi Regulasi Keperawatan” ini
tepat pada waktunya.

Adapun Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas dosen pada mata kuliah etika keperawatan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
regulasi keperawatan bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Jane A. Kolompoy, SKM,


M.Kes selaku dosen mata kuliah etika keperawatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga bisa menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi kami terkini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah.

Manado, 27 juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul kosong ________________________________i


Kata Pengantar ______________________________________ii
Daftar Isi ___________________________________________iii
BAB I PENDAHULUAN ________________________________I
1.1 Latar belakang ___________________________________1
1.2 Rumusan masalah ________________________________2
1.3 Tujuan _________________________________________2
BAB II PEMBAHASAN __________________________________ 3
2.1 Regulasi keperawatan ______________________________3
2.2 Legislasi keperawatan ______________________________3
2.3 Tujuan diterapkannya sistem keperawatan______________4
2.4 Implikasi sistem regulasi keperawatan _________________5
2.5 Kredensial praktik keperawatan ______________________5
2.6 Undang-Undang yang berkaitan dengan praktik
Keperawatan ____________________________________7
BAB III PENUTUP _____________________________________8
3.1 Kesimpulan ______________________________________8
3.2 Saran ___________________________________________8
DAFTAR PUSTAKA ____________________________________9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau
oleh masyarakat.
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945.
Disamping itu, pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut
kehidupan fisik, mental maupun sosial ekonomi yang dalam perkembangannya
telah terjadi perubahan orientasi baik tata nilai maupun pemikiran terutama
upaya pemecahan masalah kesehatan.
Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang di
berikan karena keahlian yang di kembangkan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang – Undang Dasar No. 23 Tahun
1992. Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi, pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tenaga keperawatan juga memiliki karakteristik yang khas dengan adanya
pembenaran hukum yaitu diperkenannya melakukan intervensi keperawatan
terhadap tubuh manusia dan lingkungannya dimana apabila hal itu dilakukan
oleh tenaga lain dapat digolongkan sebagai tindakan pidana.
Perawat juga diharuskan akuntabel terhadap praktik keperawatan yang berarti
dapat memberikan pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang
dilakukan dengan konsekuensi dapat digugat secara hukum apabila tidak
melakukan praktik keperawatan sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan
moral. Proses keperawatan ini telah hampir diterapkan di seluruh pelayanan
kesehatan di indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas ini, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah ini sebagai berikut :
1. Definisi regulasi keperawatan
2. Arti legislasi keperawatan
3. Tujuan diterapkannya regulasi keperawatan
4. Implikasi sistem regulasi keperawatan
5. Kredensial praktik keperawatan
6. Undang – Undang yang ada di indonesia yang berkaitan dengan praktik
keperawatan

1.2 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah membantu para pembaca untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang regulasi keperawatan, sehingga para
pembaca tidak hanya membaca saja tetapi berharap untuk lebih mengetahui
lagi apa itu yang di maksud dengan regulasi keperawatan dan apa saja aturan –
aturan atau kewajiban – kewajiban yang ada di regulasi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Regulasi Keperawatan
Regulasi keperawatan (registrasi & praktik keperawatan) kebijakan atau
ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas
profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak. Beberapa regulator yang
berhubungan dengan perawat dan keperawatan indonesia. Aspek legal atau
hukum, legal sah, aspek legal dalam keperawatan sah, perawat mempunyai
hak dan tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku perlu
ada ketetapan hukum yang mengatur hak & kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakannya perawat sebagai tenaga kesehatan
diatur dalam :
1. UU No. 23 Tentang Kesehatan
2. PP No. 32 tentang Tenaga kesehatan
3. Perda Kab. kudus No. 11 Tahun 2004 tentang retribusi pelayanan tenaga
kesehatan
4. SKB MENKES-KABKN No. 733-SKB-VI-2002 No. 10 th 2002 tentang
Jabatan
5. UU No. 43 Th. 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian

2.2 Legislasi keperawatan


Legislasi keperawatan adalah suatu proses untuk menetapkan serangkaian
ketentuan yang harus di taati dan diikuti oleh setiap perawat yang akan
memeberikan pelayanan kepada orang lain. Pelayanan keperawatan
profesional hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional yang
telah memiliki ijin dan kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan
yang di butuhkan oleh sistem pasien. Pengaturan pemberian ijin dan
kewenangan diatur dalam suatu sistem regulasi keperawatan. Legislasi
keperawatan mencerminkan suatu hukum yang di berlakukan dalam bentuk
Undang – Undang praktik keperawatan.
Undang – Undang Praktik keperawatan dibuat untuk melindungi masyarakat
terhadap para praktisi keperawatan yang melakukan pelayanan secara tidak
aman. Tujuan ini dicapai dengan mendefinisikan praktik keperawatan,
mengembangkan kriteria untuk memsuki profesi keperawatan, menetpkan
ketentuan dan peraturan yang melaksanakan, perjuangan yang gigih para
perawat, pemerinth republic Indonesia telah mengesahkan undang – undang
no 38 tahun 2014 tentang keperawatan yang disahkan pada tanggal 17
oktober 2014. Undang – Undang keperawatan terdiri dari 13 bab, 66
pasal ,registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban, organisasi
profesi perawat, kolegium keperawatan, konsil keperawatan, pengembangan,
pembinaan dan pengawasan, sanksi administrasif, ketentuan peralihan,
ketentuan penutup. Agar lebih memahami dengan baik, silahakan dibaca
secara lengkap UU keperawatan no 38 tahun 2014.

2.3 Tujuan diterapkannya system regulasi keperawatan


1) Untuk menciptakan lingkungan pelayanan keperawatan yang berdasarkan
keinginan merawat(caring environment).
2) Pelayanan keperawatan yang diberikannya merupakan pelayanan
keperawatan yang manusiawi serta telah memenuhi standar dan etik profess.
3) Menjamin bentuk pelayanan keperawatan yang benar, tepat dan akurat
serta aman bagi pasien.
4) Meningkatakan hubungan kesejawatan ( kolegialitas) .
5) Mengembangkan jaringan kerja yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga,
dalam suatu sistem pelayanan Kesehatan.
6) Meningkatkan akontabilitas professional dan sosial, dalam suatu,sistem
pelayanan untuk bekerja sebaik-baiknya, secara benar dan jujur dengan rasa
tanggung jawab yang besar untuk setiap tindakan yang dilakukannya.
7) Meningkatkan advokasi terutama bagi pasien dan keluarga. Melalui proses
legislasi yang teratur.
8) Meningkatkan sistem pencatatan dan pelaporan keperawatan .
9) Menjadi landasan untuk pengembangan karir tenaga keperawatan.
2.4 Implikasi sistem regulasi keperawatan
Setelah keperawatan ditetapkan sebagai profesi, maka tanggung jawab
maupun tanggung gugatnya mengalami perubahan dimana perawat memiliki
otoritas, otonomi dan akontabilitas, maka selayaknya anggota profesi yang
berbuat salah bertanggung jawab untuk kesalahanya.

Ada beberapa keadaan yang sering menuntun perlunya penerapan sistem


regulasi yang ketat, yaitu :
1) Pelaksanaan tugas profesi diluar batas waktu yang ditentukan.
2) Kegagalan memenuhi standar pelayanan keperawatan.
3) Mengabaikan bahaya yang mungkin timbul.
4) Hubungan langsung antara keggalan memenuhi standar layanan dengan
terjadinya bahaya.
5) Terjadinya kecelakaan/kerusakan yang dialami oleh pasien.

Semua keadaan tersebut diatas, dapat disebabkan karena jenjang kewenangan


lebih rendah daripaa tugas yang harus diemban, kurang terampil melakukan
tugas, tidak memiliki pengetahuan dalam melaksanakan tugas tertentu,
kelalaian di sengaja ataupun tidak disengaja, serta meninggalkan tugas tanpa
mendelegasikan pada orang lain. Selain itu mendapatkan lisensi dengan cara-
cara tidak syah atau menyalahgunakan lisensi atau terlibat dalam upaya
“menolong orang lain” yang tidak dibenarkan oleh hukum. Sistem regulasi
keperawatan tidak dapat diterapkan secara baik apabila tidak didukung oleh
sistem legislasi keperawatan yang baik pula. Untuk menetapkan mekanisme
pelaksanaan system regulasi diperlukan tenaga keperawatan professional yang
handal, jujur, berdedikasi dan komitmen terhadap profesi. selain system
legislasi keperawatan, diperlukan sistem legislasi yang terkait dengan
manajemen keperawatan yang mengakomodasi hubungan timbal balik antara
tenaga keperawatan, tenaga kedokteran dan para atasan dalam suatu tatanan
pelayanan Kesehatan. Sehingga tidak akan terjadi suatu
perkambinghitaman(scape-goating) antar profesi terkait.
2.5 Kredensial praktik keperawatan
Kredensial adalah suatu proses determinasi dan memelihara kompetensi
praktik keperawatan. Proses kredensial adalah salah satu cara memelihara
standar praktik profesi keperawatan dan bertanggung jawab atas persiapan
Pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi lisensi, registrasi, sertifikasi, dan
akreditasi.
1. Lisensi/ijin Pratik keperawatan
Lisensi keperawatan adalah suatu dokumen legal yang mengjinkan seorang
perawat untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan keperawatan
secara spesifik kepada masyarakat dalam suatu juridiksi. Semua perawat
seyogyanya mengamankannya dengan mengetahui standar pelayanan yang
dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik keperawatan. Lisensi/ijin praktik
keperawatan berupa penerbitan surat tanda registrasi (STR) bagi perawat, STR
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga Kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi yang di selenggarakan oleh Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia(MTKI). Jika mereka lulus uji kompetensi maka
sambil menunggu STR akan diterbitkan sertifikat kompetensi (serkom).
Perawat yang sudah memiliki STR yang akan melakukan praktik mandiri diluar
institusi tempat bekerja yang utama dapat mengajukan surat ijin praktik
perawat (SIPP) di dinas kesehatan setempat.
2. Registrasi
Apakah anda sudah tercatat di Dinas kesehatan sebagai perawat? Pencatatan ii
disebut registrasi, dan registrasi ini ada aturannya yang akan diuraikan berikut
ini. Dalam sistem legislasi keperawatan khususnya yang tertuang dalam
keputusan Menteri Kesehatan, registrasi keperawatan dimaksudkan sebagai
pencatatan resmi terhadap perawat yang telah mempunyai kualifikasi dan
diakui secara hukum untuk melakukan tindakan keperawatan. Registrasi
keperawatan ada dua yaitu registrsi awal adalah dilakukan setelah yang
bersangkutan selesai/lulus Pendidikan keperawatan, mengikuti uji kompetensi,
dan dinyatakan lulus uji kompentensi , setelah perawat teregistrasi akan
memperoleh STR yang dapat di perbaharui Kembali setelah lima tahun yaitu
melalui registrasi ulang. Registrasi ulang dilakukan dengan menggunakan 25
kredit yang diperoleh dari berbagai kegiatan imiah. Keseluruhan pencapaian
penilaian kredit tersebut merupakan kegiatan sertifikasi. Registrasi
keperawatan merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh
seseorang yang ingin melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain
sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang di milikinya. Kompetensi
adalah kepemilikikan kemampuan tertentu atau beberapa kemampuan untuk
memenuhi persyaratan Ketika menjalankan suatu peran. Kompetensi ini tidak
dapat diterapkan apabila belum divalidasi dan diverifikasi oleh badan yang
berwenang. Organisasi pelayanan Kesehatan biasanya menggunakan beberapa
registrasi keperawatan merupakan proses administrasi yang harus ditempuh
oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan keperawatan kepada orang
lainsesuai dengan kemampuan atau kompetensi ini tidak dapat diterapkan
apabila belum divalidasi dan diverifikasi oleh badan yang berwenang.
Organisasi pelayanan Kesehatan biasanya menggunakan beberapa sumber
untuk menetapkan suatu kompetisi yang melalui lisensi dari badan
keperawatan wilayah, sertifikasi nasional, dan telaah kinerja.
3. Sertifikasi
Sertifikasi keperawatan merupakan pengakuan akan keahlian dalam area
praktik spesialisasi keperawatan tertentu. Dalam legislasi keperawatan (SK
Menkes) yang dimaksud dengan sertifikasi adalah penilaian terhadap dokumen
yang menggambarkan kompetensi perawat yang diperoleh melalui kegiatan
Pendidikan dan atau pelatihan maupun kegiatan ilmiah lainnya dalam bidang
keperawatan. Sertifikasi merupakan kegiatan kredensial bagi setiap tenaga
professional untuk menjamin masyarakat tentang kualifikasi keperawatan
tenaga professional utuk menjmin masyarakat tentang kualifikasi keperawatan
tenaga professional ini untuk memberikan pelayanan spesifik ii aitu dilakukan
oleh:
a. Organisasi keperawatan professional, contoh: PPNI,ANA
b. Organisasi Kesehatan yang berbadan hukum yang diakui oleh
pemerintah
c. Institusi mandiri yang mempunyai kemampuan melakukan praktik
keperawatan kekhususan mempunyai mensertifikasi
Sertifikasi yang dimiliki seorang perawat dapat menentukan gaji/imbalan yang
diberikan. ANA menetapkan dalam suatu pernyataan kebijakan social (Social
Policy Statement) tentang dua kriteria untuk praktik keperawatan spesialis
yaitu seseorang yang akan melakukan keperawatan spesialis harus seseorang
yang telah menyandang gelar spesialis memiliki sertifikasi yang diberikan oleh
organisasi profesi. Masalah yang terjadi disekitar sertifikasi selalu dihubungkan
dengan upaya pengendalian praktik keperawatan diluar area yang telah
diregistrasi.
Dalam hal sertifikasi bagi tenaga perawat yang telah memiliki STR tentunya
mempunyai tanggungjawab mengabdikan diri dalam pelayanan kesehatan.
Kebijakan yang diatur dengan membedakan tempat pengabdian :
a. Disarana Kesehatan
Pengabdian ini dirumah sakit, balai pengobatan atau klinik, dsb. Dalam hal ini
perawat yang memiliki STR sepanjang untuk menjalankan praktik keperawatan
disarana Kesehatan berkewajiban memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dari kepala
dinas kesehatan setempat.
b. Melaksanakan praktik perorangan
Pemberian sertifikasi bagi perawat yang menjalankan praktik perorangan
dengan diberikan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP). Bagi mereka yang memiliki
SIPP tersebut dapat melakukan praktik secara mandiri. Menurut UU no 38
tahun 2014 tentang keperawatan ketentuan yang diatur antara lain: harus
memiliki SIPP prosedur dan persyaratan dengan mengajukan permohonan
kepada dinas Kesehatan setempatdengan dilampiri fotocopy STR yang masih
berlaku dan dilegalisir, surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki
SIP, surat pernyataan memiliki tempat praktik, pasfoto terbaru ukuran 4 x 6
sebanyak 3 lembar dan rekomendasi organisasi profesi.
4. Akreditasi
Akreditasi adalah suatu proses oleh pemerntah Bersama-sama organisasi
profesi menilai dan menjamin akreditasi status suatu institusi dan/atau
program atau pelayanan yang menemukan struktur, proses, dan kriteria hasil.
Hasil status akreditasi pendidikan dinyatakan dalam tingkatan status akreditasi
A,B,C dan ijin Operasional(IO). Status akreditasi ii ditentukan berdasarkan nilai
yang diperoleh meliputi perencanaan pembelajaran proses pembelajaran,
sarana dan fasilitas yang tersedia sesui dengan tujuan Pendidikan.
Tujuan program akreditasi ini adalah :
a. Untuk mempertahankan program pendidikan bertanggungjawab
terhadap masyarakat profesi keperawatan, karyawan, Pendidikan tinggi,
mahasiswa dan keluarganya dan kepada siapapun dengan meyakinkan
bahwa program ini mempunyai misi,tujuan dan kriteria hasil yang tepat
untuk mempersiapkan individu yang masuk dalm bidang keperawatan.
b. Mengevaluasi keberhasilan program Pendidikan keperawatan dam
mencapai misi, tujuan dan kriteria hasil.
c. Mengkaji apakah program Pendidikan keperawatan mencapai standar
akreditasi.
d. Menganjurkan untuk terus mengembangkan program pendidikan
keperawatan dan khususnya dalam praktik keperawatan.
2.6 Undang-Undang yang ada diindonesia berkaitan dengan praktik
keperawatan
1. UU no 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok Kesehatan
2. UU no 6 tahun 1963 tentang tenaga Kesehatan
3. UU Kesehatan no 14 tahun 1964 tentang wajib kerja para medis
4. SK menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
5. Permenkes No.363/Menkes/per/XX/1980 tahun 1980
6. SK Menteri Negara Pendayaanaan Aparatur Negara No.94/Menpan/1986
7. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan Kesehatan pengaturan penyelenggaraan
praktik keperawatan bertujuan untuk :
~ Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan keperawatan
~ Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat
Perawat telah memberikan konstrubusi besar dalam peningkatan akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan rancangan
Undang-Undang praktik keperawatan
3.2 SARAN
Sebaiknya regulasi keperawatan di indonesia kedepan mampu meningkatkan
Dan mempertahankan pelayanan mutu perawat dengan cara motoring dan
evaluasi yang efisien dan efektif. Sehingga keperawatan diindonesia bisa
maju dan terusberkembang kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Utami Ngesti W , dkk. 2016 Etika Keperawatan dan Keperawatan Professional
Jakarta; pusdik SDM Kesehatan.
“Regulasi / Registrasi dan praktek keperawatan”. Imoetimba.blogspot.com.
19 januari 2013, 15 agustus 2020.
https//imoetimha.blogspot.com/2013/01/regulasi-registrasi-dan-
praktek.htm
“Regulasi Keperawatan “ iniperawatku.blogspot.com.12 april 2017. 15
agustus 2020, http://iniperawat.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai