Anda di halaman 1dari 2

Pada tahun 929, secara tiba-tiba pusat pemerintahan Medang di Jawa Tengah yang saat itu

diperintah oleh Raja Dyah Wawa menghilang dan berpindah ke Jawa Timur. Menurut
penafsiran sejarahwan berdasarkan keterangan Prasasti Turryan, pusat Kerajaan Medang pada
tahun 929 dipindahkan ke Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Sedangkan raja yang
memerintah bukan lagi Dyah Wawa, tetapi Mpu Sindok. Penyebab perpindahan pusat
Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur ini menjadi misteri besar bagi para
sejarahwan.

Seorang pakar geologi Belanda yang bernama Van Bemmelen menduga bahwa perpindahan
pusat Kerajaan Medang dikarenakan letusan dahsyat Gunung Merapi. Hal itu didasarkan
fakta banyaknya candi di Jawa Tengah yang tertutup abu vulkanik Merapi. Bemmelen juga
merujuk keterangan Prasasti Pucangan yang intinya menyebutkan bahwa telah terjadi
“pralaya” yang menghancurkan Kerajaan Medang. Kata “pralaya” ini kemudian ditafsirkan
oleh Bemmelen sebagai letusan gunung berapi yang dahsyat.

Teori Bemmelen begitu populer, sehingga menjadi rujukan utama banyak sejarahwan
nasional, bahkan dituliskan dalam buku-buku sejarah di sekolah sampai sekarang. Padahal
terdapat kesalahan fatal pada Teori Bemmelen karena merujuk peristiwa “pralaya” pada
Prasasti Pucangan, Prasasti itu menceritakan peristiwa hancurnya Kerajaan Medang pada era
pemerintahan Dharmawangsa pada tahun 1016, sangat jauh sesudah era pemerintahan Dyah
Wawa berakhir pada tahun 929. Pada tahun 1016, pusat Kerajaan Medang jelas sudah lama
berada di Jawa Timur.

Andaikata teori Bemmelen soal letusan Merapi tetap digunakan untuk menerangkan
penyebab perpindahan pusat Kerajaan Medang ke Jawa Timur pada tahun 929, maka teori itu
pun tetap dinyatakan gugur. Hasil penelitian Sri Mulyaningsih, pakar vulkanologi nasional,
menyebutkan bahwa letusan dahsyat Merapi pernah terjadi pada tahun 882, 960, dan 1252.
Artinya pada sekitar tahun 929 tidak terjadi letusan Merapi yang dahsyat.

Lalu apakah yang sebenarnya menjadi penyebab perpindahan Kerajaan Medang ke Jawa
Timur pada tahun 929? Prasasti Anjuk Ladang yang ditemukan di kompleks Candi Lor,
Loceret, Nganjuk dapat memberikan secercah jawaban. Prasasti tersebut menerangkan
tentang peresmian bangunan candi (Sri Jayamerta) yang berlokasi di sekitar tugu
kemenangan (Jayastamba). Walaupun dalam prasasti Anjuk Ladang tidak disebutkan secara
lugas tentang penyebab perpindahan pusat Kerajaan Medang, namun dari kata “Sri
Jayamerta” dan “Jayastamba” sudah tersirat adanya peristiwa kemenangan perang yang
sangat monumental yang pernah dialami oleh Mpu Sindok di wilayah Nganjuk. Kemenangan
perang dengan siapa atau kerajaan mana?

Menurut De Casparis perang yang dimaksud adalah perang melawan pasukan Kerajaan
Melayu atau Jambi yang merupakan vassal dari Sriwijaya. Namun terdapat kejanggalan pada
teori De Casparis, karena Prasasti Anjuk Ladang berangka tahun 937 sedangkan peristiwa
perang Anjuk Ladang terjadi pada tahun 929. Ada jeda atau selisih 8 tahun yang tidak
dijelaskan oleh De Casparis, sehingga teorinya dianggap tidak logis oleh banyak kalangan.

Drs. Harmadi, sejarahwan lokal Nganjuk, memberikan penjelasan atas teori De Casparis,
dimana menurutnya sangat logis jika ada perbedaan tahun antara peristiwa perang dengan
peresmian bangunan suci peringatan perang tersebut. Hal ini dapat dipahami karena proses
pembuatan bangunan suci atau candi tidak mungkin dilaksanakan dan diselesaikan seketika
itu juga. Apalagi penetapan sima (desa bebas pajak) mensyaratkan kemakmuran rakyat,
sehingga perlu dilakukan pembukaan sawah-sawah bagi mereka yang semuanya itu baru
terselesaikan pada 8 tahun kemudian yaitu pada tahun 937.

Disamping itu, penetapan Sima Anjuk Ladang tidak dilakukan pada daerah yang tidak
bernama, namun sudah eksis sebelumnya denga nama Watek Anjuk Ladang. Dengan
demikian jelas bahwa daerah bernama Anjuk Ladang sudah ada sebelum tahun 937. Menurut
Drs. Harmadi, walaupun hari jadi Kabupaten Nganjuk berpedoman pada angka tahun Prasasti
Anjuk Ladang yaitu tanggal 10 April 937, namun secara de facto sebenarnya Watek Anjuk
Ladang sudah lahir 8 tahun sebelumnya yaitu pada tanggal 10 April 929, tepatnya ketika Mpu
Sindok mengumandangkan pekik kemenangan “Anjuk Ladang” yang artinya tanah
kemenangan.

https://www.youtube.com/watch?v=KGh9i9q5p7I&t=26s

Anda mungkin juga menyukai