“KERAJAAN MEDANG”
DISUSUN OLEH
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok
mencakup :
Sumber Sejarah
1.Berita Asing
2. Prasasti
Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;
Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk
tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok
memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu
kemenangan) di Desa Anyok Lodang;
Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa
juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
Kehidupan Politik
Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup
sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir
pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya
Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi
seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Dan tahta beralih kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir
Untuk menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi
menjadi dua oleh Mpu Bharada yakni: Kerajaan Janggala di sebelah timur
diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan (Jayengrana),
dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana) meliputi daerah sekitar Surabaya sampai
Pasuruan, Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah barat diberikan kepada putra
bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri
(Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.
Kehidupan Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana dilihat dari usaha yang ia lakukan,
seperti banyak membangun bendungan dan kebijaka yang lainnya.
Dharmawangsa yakni dengan meningkatkan perdagangan dan pertanian rakyat.
Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki
Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-
tanggul untuk mencegah banjir dan kebijakan lainnya
Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab
Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri
beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra
Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang
dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang
ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa dan banyak karya sastra yang
dihasilkan.