Anda di halaman 1dari 5

TUGAS IPS

“KERAJAAN MEDANG”

DISUSUN OLEH

NAMA : FARHAN HAKIM


KELAS : VII – HANG LEKIR
KERAJAAN MEDANG

Kerajaan Medang Kamulan pada hakekatnya merupakan Lanjutan dari kerajaan


Mataram Kuno. Meskipun sebenarnya penguasa di kerajaan ini bukan wangsa atau
dinasit yang memerintah di Mataram Kuno. Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan
di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya
(Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang memindahkan pusat kerajaannya dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri
Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isana memerintah selama 1
abad sejak tahun 929 M. Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi
karena letusan Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun
929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut
catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa Kerajaan Medang Kamulan
terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas. Ibu kotanya bernama
Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang ( Jawa Timur ).
Wilayah Kekuasaan

Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok
mencakup :

 Daerah Nganjuk disebelah barat


 Daerah Pasuruan di sebelah timur
 Daerah Surabaya di sebelah utara,
 Daerah Malang di sebelah selatan

Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan


mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.

Sumber Sejarah

1.Berita Asing

 Berita India. Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan


persahabatan dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk
membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa
pemerintahan Raja Dharmawangsa.
 Berita Cina. Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung.
Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang
berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan
pertikaian, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990
M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada
tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan pada saat itu
Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan.

2. Prasasti

 Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;
 Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk
tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
 Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok
memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu
kemenangan) di Desa Anyok Lodang;
 Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa
juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
Kehidupan Politik

 Mpu Sindok ( 929 M – 949 M ). Merupakan raja pertama yang memerintah


selama 20 tahun. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana
Wikrama Dharmatunggadewa. Dan dalam pemerintahannya di bantu oleh
permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kbin. Kekuasaan dia jalani
dengan penuhrasa adil dan bijaksana. Kebijakan: Membangun
bendungan/tanggul untuk pengairan; Melarang rakyat menangkap ikan pada
siang hari guna pelestarian sumber daya alam; Mpu Sindok memperhatikan
usaha pengubahan kitab budha mahayana menjadi kitab sang hyang
kamahayanikan
 Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M). Menjadi raja karena menjadi cucu Mpu
Sindok. Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang dikuasai
oleh sriwijaya. Kebijakan. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
meningkatkan pertanian dan perdagangan akan tetapi terhalang kekuasaan
sriwijaya maka kerajaan medang menyerang sriwijaya.Tetapi serangan itu tidak
berhasil bahkan sriwijaya dapat membalas melalui Kerajaan Wurawari ,serangan
tersebut di beri nama Pralaya Medang. Pada peristiwa itu, Dharmawangsa gugur
 Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042) Airlangga adalah putera dari Raja Bali
Udayana dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh. Ia dinikahkan
dengan putri Dharmawangsa Teguh Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya
Medang Tetapi Airlangga dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada
tahun 1019 M ia dinobatkan sebagai raja. Airlangga dapat memulihkan
kewibawaan Medang dengan menaklukan raja-raja terdahulu yaitu: Raja
Bisaprabhawa (1029); Raja Wijayawarman (1030); Raja Adhamapanuda (1031);
Raja Wuwari (1035). Kebijakan Airlangga: Memperbaiki pelabuhan Hujung
Galung yang letaknya di Kali Brantas; Membangun waduk waringin sapta guna
mencegah banjir; Membangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan. Berkat
jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran.

Runtuhnya Medang Kamulan

 Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup
sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir
pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya
Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi
seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
 Dan tahta beralih kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir
 Untuk menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi
menjadi dua oleh Mpu Bharada yakni: Kerajaan Janggala di sebelah timur
diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan (Jayengrana),
dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana) meliputi daerah sekitar Surabaya sampai
Pasuruan, Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah barat diberikan kepada putra
bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri
(Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.

Kehidupan Ekonomi

 Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana dilihat dari usaha yang ia lakukan,
seperti banyak membangun bendungan dan kebijaka yang lainnya.
 Dharmawangsa yakni dengan meningkatkan perdagangan dan pertanian rakyat.
 Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki
Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-
tanggul untuk mencegah banjir dan kebijakan lainnya

Kehidupan sosial-budaya

Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab
Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri
beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra
Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang
dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang
ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa dan banyak karya sastra yang
dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai