Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK AGAMA ISLAM II

KELOMPOK :

1. FITRIA SYAWALINA NPM 143210141

2. DESMA CENDRA NPM

3. NADHIA NPM

4. CHAIRANNY PUTRI NPM

5. MIA PARAMITA NPM

KELAS IIB

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2015
1. FUNGSI SYARIAH

Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam
berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di dunia agar
sampai ke kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan kata lain agar
manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syari’at sehingga pada gilirannya dia
akan hidup teratur, tertib dan tentram dalam menjalin hubungannya baik dengan
Khalik (pencipta) yang disebut hablum minallah, hubungan dengan sesama manusia
yang disebut hablum minannas, serta hubungan dengan alam lingkungan lainnya
yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang baik ini akan mempunyai nilai
ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik berupa ibadah langsung
(mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada akhirnya akan
hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di
akhirat itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.
Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari’ah pada garis besarnya ada dua
macam yaitu:
 Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di hadapan
Khaliq (Allah SWT).
 Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur tatanan
hidup dan kehidupan).

2. PENGERTIAN, PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN HUBUNGAN SYARIAH


DAN FIQIH. DAN BERI CONTOH MASING-MASING

A. Pengertian Syariah

Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan
kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan.
Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti menerangkan atau
menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan syariah yang berarti suatu
tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang
yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain. Syariat dalam istilah
syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik
hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan
dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah hukum-hukum Allah
yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah serta dalil-dalil yang
berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan qiyas. Syariat Islam dalam istilah
adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dari keyakinan
(aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan dengan dimensi yang
berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Demikian juga istilah “hukum Islam” sering diidentikkan dengan kata norma
Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa
Arab barangkali adalah kata “al-syari’ah”. Namun, ada juga yang mengartikan kata
hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku, yang padanannya
barangkali adalah “al-fiqh”. Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut:
bahwa kalau diidentikkan dengan kata “al-syari’ah”, hukum Islam secara umum
dapat diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit.

Syari'ah Dalam Arti Luas:


Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-
norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem
kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual
dan kolektif. Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi
seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis,
fikih, usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).

Syari'ah Dalam Arti Sempit:


Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur sistem
tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian
ini, al-syari’ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih. Syari'ah dalam arti
sempit (fikih) itu sendiri dapat dibagi menjadi empat bidang:
 ‘ibadah
 mu’amalah
 ‘uqubah dan
 lainnya.

B. Pengertian Fiqih

Menurut Bahasa Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti
ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal
perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang
mendalami fiqh disebut dengan faqih. Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang
yang mendalami fiqh. Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqh
mempunyai dua makna, yakni menurut ahli usul dan ahli fiqh. Masing-masing
memiliki pengertian dan dasar sendiri-sendiri dalam memaknai fiqh.

Menurut ahli usul, Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’
yang bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus,
terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqh adalah mengetahui fiqh
adalah mengetahui hukum dan dalilnya. Menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah
mengetahui hukum-hukum shara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba
(mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Lebih lanjut, Hasan
Ahmad khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fiqh Islam ialah
sekumpulan hukum shara’ yang sudah dibukukan dari berbagai madzhab yang
empat atau madzhab lainnya dan dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in,
baik dari fuqaha yang tujuh di madinah maupun fuqaha makkah, fuqaha sham,
fuqaha mesir, fuqaha Iraq, fuqaha basrah dan lain-lain.

C. Persamaan Syariah dan Fiqih

Syariah dan Fiqih , adalah dua hal yang mengarahkan kita ke jalan yang benar .
Dimana , Syariah bersumber dari Allah SWT, Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW,
dan Hadist. Sedangkan Fiqh bersumber dari para Ulama dan ahli Fiqh , tetapi tetap
merujuk pada Al-Qur'an dan Hadist .

D. Perbedaan Syariah dan Fiqih

Syariah

 Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah


 Bersifat fundamental
 Hukumnya bersifat Qath'i (tidak berubah)
 Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)
 Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an

Fiqih

 Karya Manusia yang bisa Berubah


 Bersifat Fundamental
 Hukumnya dapat berubah
 Banyak berbagai ragam
 Berasal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh Mujtahid

E. Hubungan Syariah dan Fiqih

Hubungan syariah,fiqih dan ushul fiqih yaitu kata syaria’h mempunyai konotasi
hukum yang suci sepenuhnya, dan mengandung nilai-nilai uluhiyah, fiqih
merupakan ilmu tentang syari’ah, adapun ushul fiqih adalah thuruq al-istinbath,
yaitu cara-cara yang ditempuh seorang mujtahid dalam mengeluarkan hukum dari
dalilnya, baik dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa (linguistik) maupun
dengan menggunakan kaidah-kaidah ushuliyah lainnya, agar fiqih yang dihasilkan
meraih sebanyak mungkin nilai-nilai syari’ah. Kata syariah mengingatkan kita
kepada wahyu dan atau Sunnah Nabi, sedangkan fiqih mengingatkan kita kepada
ilmu hasil ijtihad. Untuk mengaktualisasi syari’ah, di dalam kenyataan hidup
digunakan ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih.
F. Contoh Syariah dan Fiqih

Sebelum mengerjakan shalat, orang Islam disyari’atkan mengerjakan wudlu


terlebih dahulu dengan syari’at Allah dalam firman-Nya :
‫س ُح ْوا‬
َ ‫ام‬ ِ ‫سلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِد َي ُك ْم ِإلَى اْل َم َرا ِف‬
ْ ‫ق َو‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّ ِذ ْينَ آ َمنُ ْوا ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإلَى ال‬
ِ ‫صالَ ِة فَا ْغ‬
....‫س ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى اْل َك ْعبَي ِْن‬
ِ ‫ِب ُرؤ ُْو‬
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah mukamu,
kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki... “ (QS. Al-Maidah : 6)

Untuk mengerjakan wudlu, para Imam Madzhab sepakat bahwa membasuh


muka, membasuh kedua tangan, dan kedua kaki serta menyapu kepala adalah
keempat hal yang harus dikerjakan sebagai rukun wudlu. Hanya saja mereka
berbeda pendapat mengenai kadar seberapa bagian kepala yang harus disapu.
Golongan Maliki berpendapat bahwa yang harus disapu adalah seluruh kepala,
sedangkan menurut golongan Syafi’i sebagian kepala saja walaupun hanya sehelai
rambut, dan sebagian berpendapat minimal tiga helai rambut. Sebagian golongan
Hanafi berpendapat seperempat kepala, dan sebagian lain berpendapat sebatas tiga
jari. Sebagian golongan Ahmad yang terkuat berpendapat sama dengan golongan
Maliki yaitu seluruh kepala dan sebagian lagi berpendapat sebesar ubun-ubun saja.

Untuk melaksanakan wudlu, golongan Maliki berpendapat hanya empat itulah


yang harus dikerjakan, sedangkan golongan Syafi’i, Maliki, dan Ahmad
menambahkan adanya niat. Selain itu, golongan Syafi’i dan golongan Ahmad
berpendapat bahwa empat hal tersebut harus dikerjakan berturut-turut atau tertib
sesuai dengan urut-urutan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sedangkan golongan
Maliki dan golongan Ahmad berpendapat bahwa untuk mengerjakan empat hal itu
harus berkesinambung yaitu dari melaksanakan satu hal harus segera melaksanakan
hal yang lain (muwalah). Cara membasuh dan menyapu empat anggota wudlu itu
golongan Maliki mengharuskan menggosok-gosok (tadlik).

Dengan demikian, mengenai rukun wudlu, terdapat perbedaan pendapat sebagai


berikut :
a. Menurut golongan Hanafi, membasuh muka, membasuh kedua tangan, menyapu
kepala, dan membasuh kedua kaki.
b. Menurut golongan Syafi’i, niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan,
menyapu kepala, membasuh kedua kaki, dan tertib.
c. Menurut golongan Ahmad, niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan,
menyapu kepala, membasuh kedua kaki, tertib, dan muwalah.
d. Menurut golongan Maliki, niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan,
menyapu kepala, membasuh kedua kaki, muwalah, dan tadlik.
Demikian sebagai contoh hasil ijtihad para Fuqaha terhadap ketentuan. Syari’at.
Hasil ijtihad itu disebut Fiqh.

3. HUKUM SYARIAH DAN FIQIH

A. Hukum Syariah

1. Hukum taklifiy
Adalah sesuatu yang menghendaki adanya tuntunan untuk memilih berbuat atau
meninggalkan perbuatan itu. Tuntunan/pilihan itu meliputi:
- Wajib : bersifat pasti
- Sunnah : dituntut tapi tidak pasti
- Haram : meninggalkan, bentuk pasti
- Makruh : meninggalkan, tapi tidak pasti
- Mubah : memilih mengerjakan atau meninggalkan

2. Hukum wad’i
Adalah titah Allah yang berhubungan dengan sesuatu yang berkaitan dengan
hukum taklifiy. Dengan kata lain yang mengatur proses pelaksanaan dari
hukum taklifiy. Yang menjadi bagian dari hukum wad’i adalah:
- Sebab : Sesuatu yang melatarbelakangi peruatan/pertandanya.
- Syarat : Berada diluar, tetapi menjadi bagian yang menentukan, yang
harus dipenuh. Sesuatu akan menjadi tidak sah tanpa adanya
syarat . Tetapi syarat bukan bagian dari perbuatan itu.
- Rukun : Perbuatan sah kalau rukun itu ada dan terpenuhi. Dan Rukun
itu adalah bagian dari perbuatan itu.
Contoh:
Salah satu perbuatan yang kita namai shalat. Syarat sah shalat adalah
wudlu, (bukan bagian dari perbuatan shalat). Rukun shalat salah satunya adalah
takbiratur ikhram (bagian dari gerakan dalam perbuatan shalat).

Dalam hukum wad’i, penghalang diartikan sebagai sesuatu yanga lazim


dari ada nya, dan tidak ada hukum. Sedangkan sah diartikan bahwa perbuatan
itu mempunyai arti dalam hukum.

B. Hukum Fiqih

Hukum fiqih itu ada tujuh: wajib, sunnah, mubah, haram, makruh dan Shahih
 Wajib : Perbuatan yang berpahala jika dikerjakan dan berdosa jika
ditinggalkan
 Sunnah : Perbuatan yang berpahala jika dikerjakan tetapi tidak berdosa
jika ditinggalkan
 Mubah : Perbuatan yang jika dikerjakan tidak berpahala dan jika
ditinggalkan tidak berdosa
 Haram : Perbuatan yang berdosa jika dikerjakan dan berpahala jika
ditinggalkan
 Makruh : Perbuatang yang berpahala jika ditinggalkan dan tidak berdosa
jika dikerjakan
 Shahih : Sesuatu yang berhubungan dengan sah atau dianggappnya suatu
perbuatan.
 Bathil : Sesuatu yang tidak berhubungan dan sahnya suatu perbuatan
dan tidak dianggap.

4. SUMBER-SUMBER SYARIAH ISLAM DAN FIQIH

A. Sumber Syariah Islam

 Al-Quran
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Selain sebagai sumber ajaran
Islam, Al Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama
syara'. Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian
kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami
isi Al Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al
Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.

 Al-Hadist
Hadits yang dijadikan acuan hukum hanya hadits dengan derajat shaheh
dan hasan, kemudian hadits dhaif menurut kesepakatan ulama salaf (generasi
terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadhilah amal)
masih diperbolehkan untuk digunakan oleh ummat Islam. Adapun hadist
dengan derajat maudu dan derajat hadist yang di bawahnya wajib
ditinggalkan, namun tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.
Perbedaan al-qur'an dan al-Hadist adalah al-qur'an, merupakan kitab suci
yang berisikan kebenaran, hukum hukum dan firman Allah, yang kemudian
dibukukan menjadi satu bundel, untuk seluruh umat manusia. Sedangkan al-
hadist, merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum Islam
setelah al Qur'an berisikan aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, akhlak,
ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammadf saw. Walaupun ada
beberapa perbedaan ulama ahli fiqih dan ahli hadist dalam memahami makna
di dalam kedua sumber hukum tersebut tapi semua merupakan upaya dalam
mencari kebenaran demi kemaslahatan ummat , namun hanya para ulama
mazhab (ahli fiqih) dengan derajat keilmuan tinggi dan dipercaya ummat
yang bisa memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah.

 Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu
putusan hukum Islam, berdasarkan al Qur'an dan al Hadist. Ijtihad dilakukan
setelah Nabi Muhammad wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan
pada dia tentang sesuatu hukum maupun perihal peribadatan. Namun, ada
pula hal-hal ibadah tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara
lain :
 Ijma', kesepakatan para ulama
 Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas
hukumnya
 Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
 'Urf, kebiasaan

Terkait dengan susunan tertib syariat, al Qur'an dalam surat Al Ahzab


ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah
memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil
ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika
terdapat suatu perkara yang Allah dan rasul-Nya belum menetapkan
ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu.

B. Sumber Fiqih

 Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad saw yang sampai kepada kita dari sumber-sumber yang terpercaya.
Al-qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada rasul terakhir
Muhammad saw, kitab suci agama islam yang akan terjaga keasliannya hingga
akhir zaman. Susunan bahasa dan gaya sastra al-qur’an yang tinggi menjadi
bukti kuat jika ayat-ayat dalam al-Qur’an bukanlah buatan manusia melainkan
wahyu Allah.

 As-Sunah
Sunah ialah perkataan, perbuatan, dan pengakuan Nabi kita Muhammad saw
yang dapat dijadikan dasar hukum Islam. Perkataan Nabi saw adalah sabda
beliau saw yang dilantunkan dari lisan beliau sendiri kepada para sahabat.
Perbuatan Nabi saw adalah semua tindak tanduk perbuatan beliau yang
diriwayatkan oleh para sahabat, misalnya beliau mengajarkan kepada para
shahabatnya bagaimana cara sholat. Pengakuan Nabi saw ialah perbuatan para
sahabat di hadapan Nabi saw yang dibiarkan dan tidak dicegah oleh beliau,
misalnya diamnya beliau sewaktu menyaksikan shahabat memakan daging
biyawak pada suatu masa.

 Al-Ijma’
Ijma’ ialah kesepakatan para mujtahid atau ulama umat nabi Muhammad
saw dalam suatu masa setelah wafat beliau atas suatu hukum tertentu.
Selanjutnya jika mereka telah mensepakati masalah hukum tersebut, maka
hukum itu menjadi aturan agama yang wajib diikuti dan tidak mungkin
menghindarinya. Contohnya Ijma’ para shahabat Nabi saw dimasa sayyidina
Umar ra dalam menegakkan sholat tarawih.

 Al-Qiyas
Qiyas ialah persamaan hukum sesuatu yang tidak ada dalilnya dengan
hukum sesuatu yang ada dalilnya dikarnakan hampir bersamaan atau karena
adanya persamaan hukum. Jumhur ulama muslimin bersepakat bahwa qiyas
merupakan hujjah syar’i dan selanjutnya mejadi sumber hukum, contohnya:
Allah telah mengharamkan Khamr (arak), karena merusak Akal, membinasakan
badan, menghabiskan harta , Maka segala minuman yang memabukkan
hukumnya haram dikiyaskan dari khamr (arak). Rasulullah telah mewajibkan
zakat ternak unta, sapi dan kambing. Maka segala hewan ternak yang sejenis
hewan tersebut diatas maka wajib dizakatkan contonya kerbau wajib dizakatkan
dikiyaskan dari sapi.

5. PERBANDINGAN SISTEM SYARIAH ISLAM

Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Islam dan Sosialis

Konsep Kapitalis Islam Sosialis


Sumber kekayaan Sumber kekayaan Sumber Kekayaan Sumber kekayaan
sangat langka( alam semesta dari sangat langka(
scarcity of ALLAH SWT scarcity of resources)
resources)
Kepemilikan Setiap pribadi di Sumber kekayayan Sumber kekayaan di
bebaskan untuk yang kita miliki dapat dari
memiliki semua adalah titipan dari pemberdayaan tenaga
kekayaan yang di ALLAH SWT kerja (buruh)
peroleh nya
Tujuan Gaya hidup Kepuasan pribadi Untuk mencapai ke Ke setaraan
perorangan makmuran/sucess (Al- penghasilan di antara
Falah), di dunia dan kaum buruh
akhirat

A. Sistem Ekonomi Sosialis

Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang


cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi
dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk
mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau
teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan
tindakan otoritas demokratisasi terpusat dan kepadanya perolehan produksi kekayaan
yang lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana yang diharapkan.

Sistem Sosialis ( Socialist Economy) berpandangan bahwa kemakmuran


individu hanya mungkin tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai
Konsekuensinya, penguasaan individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor
produksi sebagian besar merupakan kepemilikan sosial.

Prinsip Dasar Ekonomi Sosialis

 Pemilikan harta oleh negara


 Kesamaan ekonomi
 Disiplin Politik

Ciri-ciri Ekonomi Sosialis:

1. Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).


2. Peran pemerintah sangat kuat
3. Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi

B. Sistem Ekonomi Kapitalis

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara


penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti
memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran
dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.

Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri


sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk
memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk
memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.

Ciri-ciri sistem ekonomi Kapitalis :

1. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi


2. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
3. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar
kepentingann (keuntungan) sendiri
4. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno
(disebut hedonisme)

C. Sistem Ekonomi Islam

M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik
Ekonomi Islam” menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.
Sementara itu, H. Halide berpendapat bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam
ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang dii simpulkan dari Al-Qur’an dan
sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (dalam Daud Ali, 1988:3).

Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di


simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang
di dirikan atas landasan dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan
dan masa.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt
kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Ciri-ciri Ekonomi Islam:

1. Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahhkan kegiatan


ekonomi
2. Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi
3. Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi

Anda mungkin juga menyukai