pengakuan serta peraturan bersama. Jemaat-jemaat merupakan kesatuan dari Gereja seluruhnya yang berjalan bersama-sama di bawah pengawasan dan pemerintahan dari pada Sinode. Dalam sistim ini tidak terdapat tingkatan-tingkatan jabatan karena semua jabatan (Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil,Penatua dan Syamas) mewakili Kristus dan karena itu tidak ada jabatan yang lebih tinggi atau rendah. Mereka semua dalam panggilannya sebagai pelayanan (Ef 4:11) bertanggung jawab atas pelayanan pembangunan Jemaat yang adalah tubuh Kristus di mana Kristus sendiri sebagai Kepalanya (Ef 4:12, 15). Walaupun dikatakan bahwa sistim ini mempunyai dua segi: Jemaat setempat dan Gereja, tetapi sebenarnya bentuk Presbiterial-Sinodal adalah lebih menekankan Presbiterial, yaitu wewenang otonomi Jemaat setempat. Misalnya, Jemaat yang memanggil Pendeta, membayar jaminan hidupnya dan sebagainya. namun ada Gereja-gereja yang menganut sistim Sinodal-Presbiterial, tetapi dikatakan Presbiterial-Sinodal, karena wewenang banyak terletak di Sinode. Seperti Sinode mengangkat dan memindahkan Pendeta, mengangkat dan memberhentikan Ketua Klasis, dan sebagainya (GKI Di Irian Jaya?). 2. Struktur Organisasi Gereja. Ada tiga macam struktur organisasi Gereja-gereja, yaitu: a. Jemaat - Klasis - Wilayah/Resort (Sinode Wilayah/Resort) - Sinode. Struktur ini dipergunakan oleh Gereja-gereja yang mempunyai daerah pelayanan yang luas, dan di mana komunikasi sangat sulit, serta mempunyai hubungan historis dengan zending.
Kebaikannya: Koordinasi lebih mudah dilaksanakan oleh Pimpinan Sinode, dan Jemaat-jemaat tidak merasa jauh dari pimpinannya (Klasis dan Wilayah/Resort). Kelemahannya: Penyelesaian masalah-masalah dan proses pengambilan keputusan lama, karena harus melalui proses struktur organisasi.
b. Jemaat - Klasis - Sinode. Jenis struktur organisasi ini hampir sama dengan Struktur Organisasi Jemaat Klasis - Wilayah/Resort - Sinode, hanya penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang sering berbeda.
Kebaikannya: Hampir sama dengan Struktur Organisasi Jemaat - Klasis - Wilayah/Resort Sinode, tetapi Struktur Organisasi Jemaat - Klasis - Sinode lebih fleksibel. Kelamahannya: Masih lebih kurang dari pada Struktur Organisasi Jemaat - Klasis - Wilayah/Resort Sinode.
c. Jemaat - Sinode.
Jenis struktur ini dipergunakan oleh Gereja yang tidak mempunyai hubungan historis dengan Zending (GPIB) atau Gereja yang mempunyai daerah pelayanan yang tidak luas (Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur). Kebaikannya: (1) Pimpinan Sinode secara langsung memperhatikan Jemaat-jemaat karena tidak ada pimpinan lain yang mengantarainya. Bila ada masalah-masalah yang timbul di Jemaat dan tidak dapat diselesaikan, maka pimpinan Sinode langsung turun tangan. (2) Keputusan dapat diambil dengan cepat dan dapat disampaikan secara langsung kepada Jemaat-jemaat. (3) Kontrol sosial mudah terlaksana, sehingga baik pimpinan Jemaat maupun Sinode lebih menyadari tanggung jawabnya. Kelemahannya: (1) Kurang nampak adanya persekutuan antar Jemaat-jemaat. (2) Pimpinan Sinode menjadi sibuk sebab segala masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Jemaat-jemaat, langsung dihadapkan kepada Sinode.