Anda di halaman 1dari 43

KATEKETIKA

Pdt. Antipas Rudianto, MA., M.Th


I. SEJARAH KATEKESE DALAM
GEREJA
1. Definisi. (Istilah yang kerap ditemukan)
antara lain:
a. Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu
bina iman, yang mempelajari segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembinaan iman.
b. Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya
bentuk tanya jawab.
c. Katekese: Pembinaan iman.
d. Katekumen: calon babtis, orang-orang yang
belajar percaya.
f. Katekumenat: masa persiapan calon babtis,
umumnya selama 1 tahun.
g. Katekis: pembina iman atau guru iman.
Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian
yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki
yang bertanggungjawab atas umat di seluruh
paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah
yang bertugas atas sejumlah stasi.
h. Kateket: sebutan untuk para pakar di bidang
ilmu kateketik.
PENGERTIAN TAMBAHAN KATEKISASI
• Katekhein: memberitakan, memberitahukan,
mengajar, memberi pengajaran (Luk 1:4; Kis
18:25; 21:21, 24; Rm 2:17,18; 1 Kor 14:19;
Gal 6:6).
• Didaskein: menyampaikan pengetahuan,
supaya orang dapat bertindak terampil (
Mat 4:23; 28:19; Kol 1:28; 3:16; 1Tim 4:11; 6:2).
• Ginoskein: mengenal, belajar mengenal. Sama
seperti istilah 'yada' dalam Perjanjian Lama (
Yoh 17:3; Rm 1:21, 28; 1 Kor 10:5; Gal 4:8,9).
PENGERTIAN TAMBAHAN KATEKISASI
• Manthanein: belajar, suatu proses rohani untuk
mengembangkan kepribadian seseorang (
Mat 9:13; Ef 4:20; Ibr 5:7, 8).
• Paideuein: mendidik, memberikan bimbingan
kepada anak-anak (2 Tim 3:16,17; Tit 2:12; Ibr
12:7).
Dari istilah-istilah tersebut, diharapkan bahwa
seseorang setelah mengalami pendidikan,
pengajaran dan pembentukan kepribadian
orang itu untuk mengenal Tuhan Yesus dan
persekutuan jemaatNya.
2. Katekese & Gereja:
a. Katekese dalam perkembangan mencapai
bentuk lembaga disebut: Katekumenat.
Katekumenat dibagi menjadi dua tingkat,
yaitu: Katekumin (para pengikut
katekumenat) dan tingkat calon baptisan.
b. Katekumin memiliki kedudukan khusus
dalam gereja, tetapi belum memiliki hak
seperti orang yang telah dibaptis. Mereka
harus menjalani masa percobaan dan jika
berhasil diperbolehkan masuk baptisan.
c. Gereja pada waktu itu tidak dengan mudah
(sembrono) menerima orang untuk menjadi
anggota.
• Fase pertama, orang harus mendaftarkan diri
dan menjadi katekumin dan calon baptisan.
Jika didapati tidak bisa melalui masa
tersebut, ditolak. Jika berhasil, maka diijinkan
masuk sebagai calon baptisan (oleh
Uskup/Katekit) – namun belum boleh
mengikuti ibadah karena belum di baptis.
Gereja pada waktu itu tidak dengan mudah
(sembrono) menerima orang untuk menjadi
anggota.
• Fase kedua, Calon baptisan (Gereja barat -
competentes-kompeten untuk menerima
baptisan, di Gereja Timur – photizomenoi-
mereka yang diterangi) mereka disebut juga
illuminandi atau baptizandi.
3. PENGAJARAN YAHUDI DAN GEREJA MULA MULA.
- Pada masa ini Katekese gerejawi yang dilakukan
masih sangat sederhana (belum lengkapnya
unsur-unsur Credo – Pengakuan Iman – Ex: Yesus
adalah Tuhan)
- Dalam perkembangannya, rumusan pengakuan
iman dipengaruhi oleh 5 hal – yaitu:
a. Pelayanan Baptisan
b. Ibadah Jemaat
c. Eksorsisme (pengusiran setan)
d. Penyiksaan (karena pembritaan firman/PI)
e. Polemik terhadap ajaran-ajaran bidat.
PENGAJARAN YAHUDI DAN GEREJA MULA MULA.
- Ex. perkembangan Pengakuan Iman – Yesus adalah
Tuhan.
* Ia telah datang di dalam daging (1 Yoh. 4:2)
* Ia adalah Anak Allah (1 Yoh. 4:15)
* Ia telah mati, dikuburkan, pada hari ketiga telah
dibangkitkan kembali (Rm. 4:25, 1 Kor. 15:3-4)
* Ia telah terangkat ke dalam kemuliaan (1Tim. 3:16)
* Ia duduk di sebelah kanan Allah (Ibr. 12:12)
* Ia akan menghakimi orang yang hidup dan
yang mati (2 Tim. 4:1)
5. TEMA-TEMA UNTUK KATEKISASI
- Unsur-unsur Pengakuan Iman
- Unsur-unsur Bimbingan (pengajaran)
- Unsur-unsur Doa
- Akhir abad I bahan katekese makin berkembang
(seperti buku ajaran Keduabelas Rasul yang
merupakan buku pengajaran yang dipakai gereja
mula-mula)
6. CONTOH KATEKESE DALAM GEREJA MULA-MULA
- Sebelum baptisan dilakukan, adanya pengajaran
atau pembritaan firman oleh para Rasul terlebih
dahulu (Kis. 2:41, 8:36,38, 16:33)
- Petunjuk-petunjuk untuk Perjamuan Malam, dll
II. KATEKETIKA & DOGMA2
Kalau kita amati, maka kita dapat
memperoleh kejelasan, bahwa
katekisasi berkaitan dengan
beberapa hal, yaitu:
1. Dogma gereja
• Katekisasi mengajar berdasarkan dogma gereja yang
bersangkutan. Setiap denominasi gereja membuat
buku katekisasi dengan penekanan yang berbeda.
Kendati tentang inti keKristenan sendiri mungkin saja
banyak memiliki persamaan. Tak mengherankan
bahwa perbedaan tekanan itu sering diterima secara
berbeda pula dalam diri murid katekisasi.
• Kita berharap bahwa para murid katekisasi yang kelak
menjadi anggota sesuatu jemaat tertentu dapat
menerima perbedaan penekanan itu secara terbuka,
khususnya apabila mereka berada dalam forum-forum
oikoumenis.
2. Etika gereja/Kristen
• Dalam kaitannya dengan etika secara umum,
gereja-gereja mempunyai persamaan-
persamaannya, kecuali dengan praktik etika
yang lebih rinci, dapat terjadi perbedaan
pandangan etis antara gereja yang satu dengan
gereja yang lain.
• Hal ini berangkat dari perbedaan penghayatan
terhadap hukum-hukum Tuhan pada umumnya.
Contoh: hal merokok, bunga uang, merias diri
(make up), dan lain-lain.
3. Praktek spiritualitas
• Masalah spiritualitas amat ditentukan oleh
bagaimana sebuah gereja telah melaksanakannya
dalam tradisi kehidupannya sehari-hari.
• Praktik doa, puasa, persembahan, penghayatan iman
dalam pergaulan di tengah masyarakat, dan lain-lain
di sebuah gereja akan mendorong seluruh anggota
jemaat untuk mewujudkannya dalam kehidupan
pribadi dan keluarganya.
• Itulah sebabnya kita mengenal ciri khas gereja
tertentu, yang melaksanakan hal-hal itu, sedang di
gereja yang lain tidak.
4. Tata Gereja/Tata Laksana
• Sekalipun tata gereja/tata laksana bukan
landasan hakiki iman Kristen, namun tetap perlu
mendapat perhatian anggota jemaat, mengingat
itulah "aturan main" dalam kehidupan bergereja.
• Ketaatan dan sikap menghargai tata gereja/tata
laksana akan menjadikan kehidupan bergereja itu
jelas. Namun demikian, tata gereja/tata laksana
tak boleh dijadikan sebagai Torah baru atau
Alkitab baru.
5. Tradisi gereja
• Praktik kehidupan berjemaat yang bertahun-
tahun dan mengakar di tengah jemaat dapat
disebut tradisi gereja.
• Tradisi gereja yang baik hendaknya dilestarikan
dan diajarkan kepada anggota jemaat yang baru,
agar mereka mengikuti apa yang selama ini
berlangsung di dalam jemaat tersebut.
• Misalnya, kebaktian pengucapan syukur
tahunan, pelaksanaan perayaan Perjamuan
Kudus. Baptisan/Baptisan Anak, dan lain-lain.
Catt. Khusus
• Kaitan-kaitan itu perlu diketahui oleh para
calon anggota, sehingga mereka dapat
mempertimbangkan kesediaannya sebelum
masuk dalam lingkungan jemaat.
• Sesudah mereka merasa benar-benar mantap,
jadilah mereka sebagai anggota-anggota
jemaat yang benar-benar paham akan ajaran,
tradisi dan praktik kehidupan
Kristen/jemaatnya.
III. MATERI KATEKESE
Pada umumnya, materi katekisasi
dalam tradisi gereja bersangkut
paut dengan prinsip-prinsip ke-
Kristen-an pada umumnya, secara
garis besar dapat dikemukakan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengakuan Iman Rasuli (Apostolicum)
• Yang berisi dua belas pasal, bersifat trinitaris:
Bapa, Putra dan Roh Kudus.
• Baik pula apabila kita perkenalkan adanya
Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan
Pengakuan Iman Athanasius.
2. Sepuluh Hukum Tuhan (Dekalog)
• Yang dapat dihadapmukakan dengan
kepercayaan lama dan praktek hidup sehari-
hari di tengah masyarakat.
• Bagian ini menyangkut ajaran yang berkaitan
dengan perilaku kehidupan anggota jemaat,
sehingga diharapkan, bahwa anggota jemaat
terdidik untuk melakukan jalan hidup yang
benar, sesuai dengan kehendak Tuhan, baik di
hadapan-Nya, maupun di hadapan manusia.
3. Doa Bapa kami dan doa pada umumnya antara lain
doa pribadi, doa syafaat, dan lainnya
• Sebagai aspek spiritual pergaulan manusia dengan
Tuhannya secara vertikal dalam praktik beriman
Kristen.
• Hal ini merupakan tantangan, mengingat kehidupan
yang begitu mengagungkan prestasi dan kemampuan
manusia pada masa kini sering amat melecehkan
peranan doa.
• Agaknya diperlukan praktek latihan berdoa bagi para
calon anggota jemaat, sehingga mereka benar-benar
dapat menghayati makna doa bagi kehidupan orang
Kristen.
4. Kanonisasi Alkitab
• Agar calon anggota mengerti proses terjadinya
Alkitab dan semua perkara yang berhubungan
dengan itu.
• Dengan itu, ia mampu memberikan penjelasan
kepada orang lain. Hal ini penting mengingat
pemahaman yang minim terhadap masalah
kanonisasi Alkitab dan ketidakmampuan
anggota jemaat menjadikan Alkitab sebagai
pegangan hidupnya akan merugikan
perkembangan iman serta kesaksian hidupnya di
hadapan orang yang berkeyakinan lain.
5. Sejarah gereja dan oikoumenika
• Sehingga calon anggota memahami asal mula
gereja Tuhan, pertumbuhannya dan gerak
langkahnya pada masa kini yaitu dalam
pergaulan antar gereja/denominasi.
• Sejarah gereja umum dan khususnya
gereja/jemaat yang bersangkutan perlu
diketahui agar pengenalan itu menambah
kecintaan calon anggota terhadap gereja
tempat ia kelak menjadi anggotanya.
6. Pengenalan terhadap Tata Gereja/Tata Laksana
• Sebagai bekal untuk dapat membangun
persekutuan yang benar dalam lingkungan
jemaat sendiri (lokal), maupun lingkungan
jemaat yang lebih luas (klasikal, sinodal,
oikoumenis).
• Bagian ini perlu dihayati secara memadai, agar
anggota jemaat mengetahui cara-cara
berorganisasi secara gerejawi, kendati di dalam
kasih Kristus sudah cukup untuk mengatasi
semua permasalahan hidup gereja sehari-hari.
7. Memahami tugas bersaksi dan melayani
• Dalam semangat untuk mengasihi sesama manusia dan
taat kepada perintah Tuhan Yesus. Dengan demikian
calon anggota memahami kedudukan dwi
kewarganegaraannya yakni sebagai warga Kerajaan
Allah dan warga dunia.
• Khusus dalam keberadaannya di Indonesia dengan
masyarakat yang majemuk (pluralistis), anggota jemaat
perlu bijaksana membawa diri, sehingga di satu sisi
sadar akan jati dirinya selaku orang Kristen yang
terbeban untuk bersaksi dan melayani, dan di sisi lain
ia bertemu dengan orang-orang yang berkeyakinan lain
dengan praktik hidup mereka sehari-hari.
Contoh-Contoh Referensi Materi Katekese
a. Intisari Iman Kristen, karangan DR B.J. Boland.
b. Tumbuh Dalam Kristus, yang disusun oleh Sinode GKI
Jateng.
c. Buku Katekisasi - P.B., karangan DR J.L.Ch. Abineno.
d. Tuhan, Ajarlah Aku (Pegangan Iman Kristen),
karangan Yohanes Bambang Mulyono S.Th. Dipakai di
GKI Jatim.
e. Kursus Katekisasi, karangan Pdt R.J. Porter MA.
Dipakai di lingkungan GPIB.
f. Bertumbuh sebagai umat Allah, terbitan Lutheran
Publishing House (diterjemahkan), Adelaide, South
Australia.
IV. PASTORAL & KATEKESE
TUGAS KATEKESE DALAM PASTORAL
1.  Karya Pastoral Gereja
• Gereja adalah paguyuban atau himpunan Umat Allah
yang mengimani pribadi Yesus Kristus, dalam
melanjutkan dan mewujudnyatakan keselamatan Allah di
dunia ini. Dalam mengarungi peziarahan hidupnya,
Gereja mengemban kewajiban untuk mengembangkan
kehidupan beriman dan mengembangkan dunia terus-
menerus agar menjadi lingkungan hidup yang layak serta
selaras dengan kehendak Allah. Kedua kewajiban itu
nerupakan tugas pastoral Gereja, yakni dalam usaha
membimbing dan mengembangkan iman umat serta
pelayanan atas dunia, bertolak dari situasi konkret umat
dan dunia.
• Gereja dalam mewujudkan tugas perutusannya
melalui empat “bidang dasar karya pastoral” (fungsi
dasar Gereja). Keempat bidang pastoral itu tidak
terlepas antara yang satu dengan yang lain. Namun
demikian empat bidang itupun tidak bisa disamakan
begitu saja, mengingat masing-masing mempunyai
ruang lingkup serta kekhasan tersendiri. Keempat
bidang karya pastoral Gereja itu adalah; Koinonia
(Persekutuan dan persaudaraan hidup dalam
Tuhan), Diakonia (Pelayanan kepada sesa-ma dan
solidaritas sosial), Liturgia (Perayaan iman dalam
ibadat dan doa), dan Kerygma (Pewartaan atau
pengajaran dan pendidikan iman).
A. Koinonia
• Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja
untuk membentuk dan membangun
komunitas orang beriman secara menyeluruh.
• Pelayanan ini terwujud dalam kegiatan
menghimpun dan mempersatukan umat
kristiani agar hidup dalam persekutuan dan
persaudaraan dalam iman akan Yesus Kristus.
Koinonia
• Didalam komunitas kristiani itu, diciptakan dan
dibangun kerjasama yang baik untuk saling
melayani. Dalam kebersamaan juga
mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik
di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan
komunitas lain (kelompok beriman lain).
• Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam
usahanya untuk membangun dan membentuk
komunitas orang beriman agar menjadi lebih
baik dan mendalam dalam menghayati hidup
berimannya.
Koinonia
• Gereja dalam menghayati dan mewujudkan
koinonia di tengah masyarakat, pada dasarnya
merupakan jawaban kerinduan manusia akan
persaudaraan, perdamaian, persatuan dan
komunikasi di antara umat manusia secara
sehat dan mendalam.
• Oleh sebab itu Gereja tak henti-hentinya
berusaha untuk memberikan kesaksian akan
adanya suatu kemungkinan kehidupan yang
disadari persaudaraan dan persatuan dalam
persekutuan dengan Allah.
B. Diakonia
• Iman yang dimiliki jemaat akan menjadi iman
yang mati apabila tanpa perwujudan
(perbuatan) konkret dalam kehidupan sehari-
hari di tengah masyarakat.
• Diakonia adalah merupakan suatu bentuk
pelayanan Gereja untuk mewujudkan iman
dalam masyarakat.
Diakonia
• Gereja berusaha menemukan nilai iman yang
bentuknya sangat manusiawi, malahan bersifat
profan sehingga dapat langsung berfungsi dan berhasil
bagi perkembangan masyarakat, melalui dan dalam
segi-segi kehidupan masyarakat seperti; pendidikan,
sosial, ekonomi, kesehatan, kebudayaan dsb.
• Iman menjadi nyata dan berkembang sesuai yang
dicita-citakan dan melalui fungsi diakonia
mewujudkan tugasnya untuk membangun dan
mengembangkan dunia. Tugas ini berasal dari hakekat
Gereja sendiri, karena Gereja harus menjadi “garam”
dan “terang” dunia.
3. Leitourgia (liturgia)
• Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan
iman umat, dan merupakan tempat dimana
umat beriman dapat mengungkapkan
hubungan pribadinya dengan Allah.
• Dalam liturgi dan perayaan sakramen-
sakramen, jemaat mengungkapkan imannya
serta menanggapi karya keselamatan Allah
dengan bersyukur, pujian dan doa.
Leitourgia (liturgia)
• Perayaan iman umat ini terlaksana dalam
ibadat dan perayaan-perayaan, doa pribadi dan
doa bersama. Mengingat akan kekhususan akan
perayaan iman umat ini, maka segala bentuk
dan simbol-simbol dalam liturgi baru betul-
betul merupakan liturgi sejauh dapat menolong
atau mengantar umat pada hubungannya
dengan Tuhan. Dan dalam perayaan itu jemaat
sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan
bimbingan Tuhan dalam hidupnya.
Leitourgia (liturgia)
• Dengan demikian liturgi Gereja sebenarnya
menjawab kebu-tuhan manusia untuk secara
khusus merayakan kehidupan berimannya.
Dalam liturgi umat mengakui dan
mengungkapkan dalam simbol-simbol
anugerah keselamatan serta keberadaan
mereka yang telah ditebus dan diselamatkan.
4. Kerygma (pewartaan)
• Kerygma adalah pelayanan Gereja dalam
mewartakan Injil (Kabar Gembira)
keselamatan bagi umat manusia. Dalam
mewujudkan pelayanannya melalui fungsi
kerygma ini, pada dasarnya Gereja
melaksanakan pewartaan (pelayanan Sabda)
yang membebaskan, menerangi, dan
menafsirkan hidup manusia sehingga
bermakna dihadapan Allah.
Kerygma (pewartaan)
• Melalui fungsi kerygma, Gereja dipanggil
untuk menjadi saksi dan pembawa harapan
dengan mewartakan Yesus Kristus yang
memulai serta menjamin terwujudnya karya
keselamatan Allah di dunia ini.
• Karya pewartaan Injil yang merupakan tugas
perutusan dasar Gereja ini, terus berlangsung
tak henti-hentinya sejak Gereja perdana
hingga akhir jaman nanti.

Anda mungkin juga menyukai