Abstract: This paper aims to broaden the insight of all parties, both writers and readers about the
implementation and preaching of the gospel with the method of Apologetic Dialogue,the particular
groups referred to here are the Javanese Wong Cilik tribe which has an animist religious orientation
and the Tengger community, namely an area that has a cultural specialty called entas-entas, this
culture is a ritual that is held to commemorate death and to ask the supreme Lord so that the
deceased will have a good place. Christianity needs to have a mission to communicate Christ to the
Tengger tribe. Based on the theme taken or the title of this paper, the theory to be discussed is what
is evangelism and how to convey/preach the gospel to the Javanese Wong Cilik tribe and the
Tengger Community. The method used in making this paper is the Meta-Analysis method because it
combines the results of various scientific studies, namely 5 journais as the main source of this paper
and various other sources. The authors hope this paper can be useful for all parties.
Keywords: Preaching the Gospel, The Javanese Wong Cilik tribe, The Tengger Community
Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan semua pihak, baik penulis maupun
pembaca mengenai Pengimplementasian dan pemberitaan Injil kepada kaum-kaum tertentu
dengan metode dialog Apologetis, kaum-kaum tertentu yang dimaksud disini adalah suku Jawa
Wong Cilik yang memiliki orientasi keagamaan animisme dan Masyarakat Tengger yaitu satu
daerah yang memiliki keistimewaan dengan budayanya yang disebut entas-entas, Budaya ini
merupakan ritual yang diadakan untuk memperingati kematian dan untuk memohon kepada Sang
Maha Agung agar arwah yang telah
meninggal mendapat tempat yang baik. Agama Kristen perlu memiliki misi untuk
mengkomunikasikan Kristus kepada Suku Tengger. Berdasarkan tema yang diambil atau judul
makalah ini maka teori yang hendak dibahas yaitu apa itu penginjilan dan bagaimana
menyampaikan/memberitakan Injil kepada suku Jawa Wong Cilik dan Masyarakat Tengger
Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini yaitu metode Meta-Analisis Karena
memadukan hasil berbagai kajian ilmiah yaitu 5 jurnal sebagai sumber utama Makalah ini dan
berbagai sumber-sumber lainnya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Kata Kunci: Memberitakan Injil, Suku Jawa Wong Cilik, Masyarakat Tengger.
Paper kuliah Metode Penelitian I – IAKN Toraja
1
Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testament (Volume 2), (Michigan: Wiliam B.
Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint ed. 2000) hlm 69
2
Norman Geiler dan David Geisler, Conversational Evangelism, (Yogyakarya: Yayasan Gloria & Katalis, 2010),
hlm 25.
Paper kuliah Metode Penelitian I – IAKN Toraja
Manfaat dari Makalah ini agar suku Jawa Wong Cilik dan Masyarakat Tengger
percaya kepada Kristus setelah terjadi penginjilan terhadap mereka.
3. Pembahasan (Cambria, 12pt, bold)
A. Pengertian Penginjilan
Penginjilan (Evangelisme) mengacu pada praktik, menyampaikan informasi
tentang set tertentu dari kepercayaan kepada orang lain yang tidak memegang
keyakinan itu. Istilah ini sering digunakan dalam hubungannya dengan kekristenan.
Kata ‘Injil’ berasal dari kata benda bahasa Yunani ευαγγέλιον
(euanggelion) yang secara umum berarti kabar baik atau berita baik. 3Marulak
Pasaribu menjelaskan kata ευαγγέλιον secara rinci sebagai berikut: “Kata ini
merupakan kombinasi dari dua kata, yaitu: dari awalan kata eu dan anggelia Kata eu
artinya baik, sedangkan anggelia artinya suatu berita. Untuk kata kerja Yunani
disebut aggello artinya memberitakan. Orang yang membawa berita baik disebut
aggelos (utusan).4 Dalam perkembangannya, kata euanggelion kemudian
diterjemahkan di dalam bahasa Inggris dengan kata Gospel. Kata Gospel sendiri
berasal dari bahasa Inggris Kuno gōd-spell.5 Bermula dari akar kata tersebut maka
Gospel kemudian diartikan Good News. 6Selain secara umum istilah euanggelion
berarti kabar baik, kata ini juga memiliki pengertian khusus yang mengacu nuansa
dua dimensi. Pertama, kata euanggelion berkaitan dengan dimensi upah yang akan
diterima oleh si pemberita. Di dalam kebiasaan budaya Yunani, orang yang
membawa kabar baik biasanya mendapatkan upah dari kabar baik yang dibawanya.
Kedua, kata euanggelion berkaitan dengan dimensi reaksi dan tindakan dari
pendengar berita. Kabar baik yang disampaikan akan memberikan reaksi pertama,
yaitu membawa kurban kepada Allah sebagai ucapan terima kasih atas berita kabar
baik yang mereka dengar. 7Berdasarkan penjelasan di atas maka Injil merupakan
Kabar Baik bagi setiap manusia, dimana jika itu diberitakan maka akan memberikan
upah bagi si pemberitanya dan memunculkan reaksi dan tindakan bagi
pendengarnya, yaitu ucapan terima kasih sebagai wujud kurban kepada Allah. Di
samping arti yang berkaitan dengan etimologinya, istilah Injil juga dapat diletakkan
dalam cakupan yang lebih luas tergantung di mana istilah ini dipakai. Pertama, Injil
dapat diartikan sebagai keseluruhan Alkitab yang meliputi Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Keseluruhan Alkitab disebut Injil karena berisi Kabar Baik.
Keseluruhan berita yang ada di dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru
3
Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, (Malang: Gandum Mas, 2005), 13
4
Ibid
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Injil
6
Pasaribu. Eksposisi Injil Sinoptik. 14.
7
Ibid.
Paper kuliah Metode Penelitian I – IAKN Toraja
(PB) berisi tindakan Allah yang menyelamatkan manusia dari dosa kepada hidup
melalui Yesus Kristus yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Kedua, Injil dapat
diartikan sebagai berita khusus tentang pembebasan Allah bagi umat-Nya. Nabi
Yesaya pernah menubuatkan berita pembebasan bagi umat-Nya dari pembuangan
(Yes. 40:9). Kabar nubuatan tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di
Mesir inipun juga dapat disebut sebagai Injil atau kabar baik. Ketiga, Injil dapat
diartikan sebagai Hidup dan Pekerjaan Yesus yang adalah Sang Mesias. Hidup dan
pekerjaan Yesus telah dinubuatkan oleh para nabi di dalam PL. Di dalam hidup dan
karyaNya, Allah hadir membebaskan manusia. Hal ini selaras dengan nubuatan Nabi
Yesaya tentang pelayanan Sang Mesias yang membebaskan (Yes. 6:1; Luk. 4:18-19).
Jadi hidup dan karya Yesus adalah kabar baik atau Injil. Keempat, Injil dapat
diartikan sebagai keempat kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Empat
kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes merupakan Injil. Mengapa demikian?
Karena di dalam keempat kitab tersebut secara khusus berbicara tentang pribadi
dan karya Yesus. Melalui pribadi dan karya-Nya, setiap manusia yang percaya
kepada-Nya mengalami pembebasan. Maka keempat kitab tersebut dapat disebut
sebagai Kabar Baik atau Injil.
Kelima, Injil dapat diartikan juga dengan tulisan-tulisan Paulus dan kitab-kitab
lainnya. Surat-surat Paulus pada dasarnya adalah Injil, mengingat bahwa di dalam
surat-suratnya Paulus menuliskan beberapa fakta tentang Injil. Sebagai contoh di
dalam surat kepada jemaat di Korintus (I Kor. 15:1-11), Paulus menjelaskan elemen-
elemen dalam Injil yaitu: Pertama, Yesus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai
dengan Kitab Suci. Kedua, Yesus telah dikuburkan. Ketiga, Yesus telah dibangkitkan,
pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Keempat, Yesus akan kembali
kepada umat kepunyaan-Nya. Selain itu di dalam surat Roma, Paulus menyebut Injil
Allah. Berati semua isi surat Roma adalah Injil atau Kabar Baik.
Injil pada dasarnya berisi kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang kedatangan-Nya
ke dunia, tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. 8
B. Masyarakat Tengger dan Suku Jawa Wong Cilik
1.) Masyarakat Tengger
Masyarakat Tengger adalah merupakan penduduk asli Jawa, yang menempati
wilayah lereng pegunungan Bromo, Tengger, Semeru, Jawa Timur yang sudah
ada sebelum zaman kerajaan Majapahit berdiri. Masyarakat tersebut dikenal
sebagai masyarakat suku, berpenduduk lokal, dengan bentuk kehidupan yang
masih tradisional, dan sifat kepercayaan yang masih tradisional. Mereka masih
memegang teguh adat budaya atau kepercayaan leluhurnya. Agama dan
8
G.C. van Niftrik et.all, Dogmtika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 405
Paper kuliah Metode Penelitian I – IAKN Toraja
berupa aneka bunga dan makanan dan upacara slametan yaitu pemberian
kurbankurban dalam bentuk makanan pada roh-roh gaib. Upaya ini diyakini
akan menciptakan (kembali) hubungan harmonis antara manusia dengan alam
adikodrati sehingga terhindar dari malapetaka, kegagalan dan bencana. Atau
dengan kata lain sesajen dan slametan sebagai jalan untuk memperoleh dan
mengalami keselamatan hidup. Inilah konsep keselamatan Wong Cilik. Kelima,
konsep Dosa. Berdasarkan konsep keselamatan di atas, dapat disimpulkan
bahwa dosa bagi wong cilik adalah keadaan disharmonis antara alam adikodrati
dan alam profan (fana) ini. Dosa terjadi karena wong cilik melakukan
pelanggaran atau kelalaian dalam melaksanakan upacara-upacara sesuai dengan
aturan adat. Kesadaran akan dosa baru muncul
setelah terjadi malapetaka atau kegagalan hidup. Penyelesaian dosa yaitu
dengan melaksanakan ritual sesajen dan slametan dan lainnya.
C. Metode Dialog Apologetis Untuk Mengkomunikasikan Kristus Kepada Suku
Jawa Wong Cilik dan Masyarakat Tengger
Metode yang digunakan untuk mengkomunikasikan Kristus kepada Suku
Jawa Wong Cilik dan Masyarakat Tengger merupakan dialog apologetis untuk
mengabarkan kabar baik. Dialog apologetis ini ditujukan bukan untuk
menghilangkan kebudayaan awal akan tetapi untuk mengenalkan Kristus secara
kontekstual. Dialog imajiner menghargai setiap hasil kebudayaan yang dihasilkan
oleh budaya-budaya setempat. Dialog imajiner ini membawa setiap orang percaya
selangkah lebih dekat dengan pengetahuan mengenai Kristus sehingga setiap orang
dapat percaya dan mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Dialog imajiner yang dihasilkan menggunakan prinsip dialog
apologetika. Dialog apologetika yang memberikan jawaban untuk setiap
tuduhan-tuduhan mengenai kekristenan dengan lemah lembut dan penuh
tanggung jawab. Jawaban-jawaban tersebut dibentuk dalam suatu
rangkaian pertanyaan dalam susunan dialog. Tujuan utamanya adalah
memproklamasikan Kristus.
Sasaran dari dialog ini adalah suku Jawa Wong Cilik yang memiliki orientasi
keagamaan animisme dan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Tengger yaitu
kebudayaan entas-entas. Hal ini digunakan sebagai jembatan komunikasi untuk
mengabarkan Kristus. Kebudayaan ini juga tidak akan digeser atau dihilangkan oleh
Kristus akan tetapi digunakan dalam rangka mengomunikasikan Kristus.
Dialog apologetis tersebut dibuat dalam garis besar dialog imajiner untuk
masyarakat tengger sebagai berikut:
Paper kuliah Metode Penelitian I – IAKN Toraja