Anda di halaman 1dari 46

PENANAMAN DAN PERTUMBUHAN GEREJA

DIKTAT KULIAH

Pengampu

JONI M P GULTOM

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
2016

1
BAB I
GAMBARAN UMUM TENTANG PENANAMAN GEREJA

A. Definisi Gereja
Kata gereja berasal dari bahasa Portugis “Igreja”. Kata “Igreja” berasal dari bahasa Yunani
“ekklesia” dimana kata ini pertama kali dipakai dalam Perjanjian Baru oleh Tuhan Yesus yang
mengatakan: “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat.
16:18).Gereja dapat didefinisikan sebagai suatu lembaga organisasi, terdiri atas kumpulan
orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Henry C. Thiessen,
mendefinisikan gereja adalah sekelompok orang yang telah dipanggil keluar dari dunia dan
yang telah menjadi milik Allah.1

Haskarlianus mengatakan bahwa


istilah gereja berasal dari kata Yunani, Ekklesia, yang berarti umat Allah yang dipanggil
keluar-dikuduskan dan dikhususkan untuk dipakai secara total bagi Tuhan untuk masuk ke
dalam terang kebenaran meskipun masih di dalam dunia. 2

Selain dari pengertian gereja di atas, Ichwei G. Indra, seorang penulis buku dan
pengkhotbah keliling, juga mengartikan gereja sebagai lembaga ilahi yang didirikan oleh
Yesus Kristus dan dibangun di atas dasar Yesus Kristus (Mat 16:18 dan I Kor. 3:11). Kata
gereja berasal dari istilah Portugis Igreja dan diambil dari kata Yunani ekklesia yang berarti
orang-orang yang “dipanggil keluar” dari sekumpulan orang untuk maksud istimewa (I Pet.
2:9).3

1
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992) 477.
2
Haskarlianus Pasang, Menyelamatkan Lingkungan di Bumi Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Mitra, 2002)
148.
3
Ichwei G. Indra, Teologi Sistematis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999) 175.

2
Jadi, gereja bukanlah gedungnya saja, tetapi orang-orang yang telah dipanggil dari
kegelapan menuju terangNya yang ajaib dan yang dipakai Tuhan untuk melanjutkan misi-Nya
di dunia.
Di dalam Alkitab terdapat beberapa pengertian gereja baik dalam Perjanjian Lama maupun di
dalam Perjanjian Baru, pengertian tersebut mengandung arti sebagai berikut:

1. Perjanjian Lama
Perjanjian Lama memakai dua istilah untuk menunjuk kepada gereja yaitu qahal yang
diturunkan dari kata qal yang artinya “memanggil”; dan edhah yang berasal dari kata ya’adh
yang artinya “memilih atau menunjuk” atau bertemu bersama-sama di tempat yang telah
ditunjuk”. Hal ini diterapkan pada bangsa Israel dan menunjuk pada masyarakat itu sendiri.
Dalam Septuaginta (kitab Perjanjian Lama yang telah diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke
bahasa Yunani) kata qahal diterjemahkan menjadi ekklesia. Tetapi kata qahal tidak selalu
diterjemahkan dengan kata ekklesia, sebab dalam Kitab Kejadian, Imamat dan Bilangan, qahal
diterjemahkan dengan kata sinagoge. Dalam Kitab lain, misalnya dalam Keluaran 12:16 dan 2
Tawarikh 31:18, kata qahal diterjemahkan dengan kata plethos (kumpulan orang), lalu dalam
Yeremia 31:8, dan Yesaya 16:14, qahal diterjemahkan dengan kata okhlos (kerumunan).

2. Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru istilah gereja terbagi atas dua kata yang diambil dari Septuaginta, yaitu
ekklesia yang berasal dari kata –ek dan kaleo, yang artinya “memanggil keluar”, dan kata
Sunagoge, dari kata sun dan ago yang berarti “datang dan berkumpul bersama”. Kata
sunagoge ini secara khusus menunjuk kepada pertemuan ibadah orang Yahudi atau menunjuk
bangunan di mana mereka berkumpul untuk beribadah secara umum Matius 4:23; Kisah Para
Rasul 13:43. Dalam Perjanjian Baru istilah ekklesia secara umum menunjuk kepada Gereja.
Kata ekklesia, artinya “mereka yang dipanggil keluar”. Gereja merupakan jemaat pilihan,
yaitu mereka yang dipanggil oleh Allah keluar dari dunia, pergi dari dosa dan masuk ke dalam
wilayah anugerah.
Umat Allah dalam Perjanjian Lama merupakan gambaran sejati dari gereja Tuhan yang
disempurnakan keberadaannya di dalam Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru. Ini
merupakan bukti penggunaan kata ekklesia (gereja atau jemaat) di dalam Kitab Kisah Para

3
Rasul 7:38, “Musalah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaat (gereja) di Padang Gurun
di antara malaikat yang berfirman kepadanya di Gunung Sinai…”
Seluruh kata ekklesia yang dipakai dalan Kitab Perjanjian Baru, tidak dapat dipisahkan
maknanya dengan kata yang sama dalam Kitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani
(Septuaginta). Kenyataan ini membuktikan bahwa “gereja” atau “jemaat”, baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, memiliki arti yang sama sebagai kumpulan orang
yang telah dipanggil keluar dari dunia dan yang telah dikhususkan bagi Allah, untuk
memberitakan kabar keselamatan dan menyatakan kemuliaan Allah di antara bangsa-bangsa di
dunia. Jadi, gereja bukanlah sebatas organisasi biasa tempat berkumpul secara berkala, dan
juga bukanlah gedung tempat beribadah.
Gereja adalah jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri, Kisah
Para Rasul 20:28. Gereja disebut Gereja Kristus, dan Kristus sebagai Kepala-Nya, Efesus
5:23. Jadi jelas gereja ciptaan baru Allah, bertumpu pada pribadi dan karya Yesus Kristus
sebagai batu penjuru. Gereja adalah satu, kudus, universal dan apostolik. Gereja adalah satu
meskipun dari berbagai macam denominasi, orang pilihan disatukan oleh satu Tuhan, satu
iman dan satu baptisan. Gereja adalah kudus, karena dikuduskan oleh Allah dan didiami oleh
Roh Kudus. Gereja adalah universal dalam arti keanggotaannya mencakup semua orang dari
berbagai macam suku bangsa diseluruh muka bumi ini. Gereja adalah apostolik, dalam arti
pengajaran para rasul yang berisi Firman Tuhan yang kudus merupakan dasar dari gereja dan
gereja itu harus dikelola dengan otoritas para rasul. Gereja bukanlah sekedar organisasi tetapi
organisme, sebab terdiri dari anggota-anggota yang hidup. Gereja sebagai tubuh Kristus,
disusun untuk berfungsi dalam kesatuan dan bekerja bersama dan saling bergantung satu
dengan yang lain.

Harun Hadiwijono menjelaskan bahwa kata gereja dilihat dari segi pemakaiannya adalah
“kyriake” yang berarti milik Tuhan. Yang dimaksud milik Tuhan adalah:
1. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai juruselamatnya
2. Tempat pertemuan orang percaya
3. Organisasi lokal orang percaya
4. Sebagian dari denominasi

4
5. Organisasi suatu gereja yang dihubungkan dengan organisasi bangsa. 4

Dari uraian di atas gereja secara etimologi adalah kumpulan orang-orang terpilih, yang
dipanggil bersama oleh Roh Allah dari dunia yang penuh dosa melalui Kristus dan menjadi
milik Allah. Setiap orang yang percaya kepada Kristus, ia juga telah menjadi bagian gereja.

B. Dasar Alkitabiah mengapa harus menanam gereja :


1. Prinsip Reproduksi.
Dalam Kejadian 1, prinsip Alkitabiah berkembang biak “ menurut jenis mereka” (ayat 12)
“Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan
segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Pohon apel
memperanakkan pohon apel, kambing memperanakkan kambing, Gereja Memperanakkan
Gereja.
2. Prinsip menabur dan menuai.
“Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar
biasa, namun selalu berkekurangan.”(Amsal 11:24).Kita harus MENABURKAN benih-
benih yang baik agar “bertambah kaya”, agar mendapatkan tuaian. Prinsip Alkitab
tentang“menabur dan menuai”(Galatia 6:7-9) = banyak menabur, menuai tuaian yang
berlimpah-limpah ... menabur sedikit, menuai sedikit.
3. Pemenuhan Amanat Agung.
Penanaman Gereja itu penting bagi pemenuhan AMANAT AGUNG di Matius 28:19-20,
“Karena itu pergilah, JADIKANLAH semua bangsa MURID-KUdan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan RohKudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman.”
a. Yesus memanggil kita untuk pergi dan menyebarkan Injil-Nya kepada semua bangsa
dan membaptis, mengajar, dan memuridkan. Pertobatan kepada Yesus Kristus bisa
terjadi dimana saja. Namun “MURID” diajar, dilatih, dan dibuat dewasa di gereja
lokal.

4
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991) 362.

5
b. Ahli Pertumbuhan Gereja Elmer Towns menganggap penanaman gereja sebagai bahan
yang tidak bisa digantikan untuk memenuhi ‘AmanatAgung’ Yesus. Dr. Towns
berkata, “Metode utama Allah menginjili sebuah daerah ialah dengan menanam gereja
baru Perjanjian Baru untuk menjangkau daerah itu dengan Injil.”
c. Di dalam Kisah Para Rasul 1:8 Yesus memberitahu para pengikut-Nya bahwa “kamu
akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke ataskamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Kudi Yerusalem dan di seluruhYudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Keseluruhan Kitab Kisah Para Rasul memperlihatkan bahwa, ketika mereka pergi ke bangsa-
bangsa dan mengajarkan Injil dengan kuasa Roh Kudus,GEREJA dilahirkan.

C. Alasan-alasan praktis mengapa menanam gereja:


1. Kebutuhannya besar.
Ada jiwa- jiwa yang membutuhkan pusat penginjilan ataupun gereja baik dikota dan
desa di seluruh dunia.
2. Penyelidikan di gereja -gereja di Amerika menunjukkan bahwa gereja yang lebih baru
dan lebih kecil itu penginjilannya jauh lebih efektif dibandingkan dengan gereja yang
lebih tua dan lebih besar.
3. Jikalau miliaran orang di dunia ini belum diselamatkan, maka jutaan gereja baru akan
dibutuhkan untuk menjangkau mereka bagi Yesus dan melatih mereka dalam iman
keKristenan.
4. Ahli Pertumbuhan Gereja Dr. Peter Wagner mengatakan, “ Menanam Gereja Baru
merupakan metodologi penginjilan yang paling efektif di bawah kolong langit.”

D. METODE UMUM PENANAMAN GEREJA.


1. Penanaman Gereja Induk-Anak .
Sebuah gereja mengutus beberapa anggotanya ke bagian lain dari kota yang sama
untuk menanam gereja baru.
2. Kelompok Pendalaman Alkitab.
Metode ini umum dan efektif di Amerika. Penanam Gereja pergi ke daerah baru,
memulai pendalaman Alkitab, mengumpulkan sekelompok orang, dan mengubah
kelompok pendalaman Alkitab yang bertumbuh itu menjadi gereja.

6
3. Pelopor Penanam Gereja.
Biasanya adalah pasangan muda yang pindah ke daerah baru dan mencoba menanam
gereja baru.
4. Mengutus Tim Penanam Gereja dari Gereja Lokal.
Metode ini direkomendasikan dan diajarkan di dalam gereja.
1. Penanaman Gereja oleh tim merupakan satu metode yang telah dibuktikan dan
berhasil yang bisa digunakan. Metode ini melibatkan gereja lokal mengutus
pendeta perintis, TAMBAH sebuah tim yang terdiri dari orang-orang Kristen yang
terlatih dan berkomitmen dengannya, untuk menanamkan sebuah gereja baru di
kota, propinsi, atau bangsa lain.
2. Metode TIM Penanam Gereja itu kesemuanya Alkitabiah:
a. Rasul Petrus ditemani oleh enam lelaki saat ia menginjil di Kaisarea. (Kisah
Para Rasul 10).
b. Sekelompok orang-orang Kristen yang berasal dari berbagai macam suku
bangsa mendirikan gereja Antiokhia yang terkenal itu. (Kisah Para Rasul
11:19-21)
c. Dari Kisah Para rasul 12 sampai ke Kisah Para Rasul 19, kita menyaksikan
rasul Paulus menanam banyak gereja ditemani oleh tim-tim orang Kristen.

E. POKOK DASAR BAGI KEBERHASILAN PERINTISAN GEREJA


Donald A. McGavran dalam bukunya yang berjudul "Understanding Church Growth"
(Memahami Pertumbuhan Gereja) dan Howard Snyder dalam bukunya yang berjudul
"Orientations for Starting Urban Churches" (Orientasi untuk Merintis Gereja di Daerah
Perkotaan) mengemukakan pokok-pokok dasar bagi keberhasilan perintisan gereja. Prinsip-
prinsip ini universal sifatnya dan dapat diterapkan di negara mana saja di dunia ini. Prinsip-
prinsip ini dapat berfungsi di kota besar ataupun kecil.
1. Carilah orang yang mempunyai karunia untuk merintis ladang baru.
Setiap gereja mempunyai kaum awam dan penginjil yang mempunyai karunia untuk
memberitakan Injil dan membuka ladang baru. Menurut Efesus 4:11,12, pekerjaan
seorang pemimpin para perintis penginjilan dan utusan Injil ialah memperlengkapi
orang-orang kudus (kaum awam) untuk melaksanakan pelayanan mereka.

7
2. Mengembangkan kepemimpinan kaum awam.
Mengembangkan kepemimpinan kaum awam adalah dasar utama untuk merintis
jemaat baru di daerah dimana tidak ada gereja.Tidak ada cukup banyak pendeta untuk
mencapai sasaran ini, maka diperlukan peranan dan usaha kaum awam.Pekerjaan
utama seorang pemimpin para perintis ialah memperlengkapi kaum awam dalam
pelayanan. Efesus 4:11,12 mengatakan bahwa Allah memberi gereja setempat "rasul-
rasul (utusan Injil], nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala- gembala, dan
pengajar-pengajar untuk memperlengkapi umat Allah bagi pekerjaan-pelayanan dalam
membangun tubuh Kristus."
Para pendeta, utusan Injil, dan pemimpin perlu memusatkan perhatian pada dua
peranan utama mereka yang penting:
a. Latihlah kaum awam untuk menjadi penginjil. Para penginjil ini akan
mempunyai kedewasaan rohani untuk menjadi perintis.
b. Latihlah para pemimpin setempat dan/atau para penginjil yang akan sesegera
mungkin melaksanakan kepemimpinan pekerjaan pelayanan itu. Penting sekali
bagi para pemimpin setempat untuk dilatih melakukan doktrin-doktrin
Alkitabiah, seperti misalnya bagaimana mengadakan saat teduh, bagaimana
mengalami pertumbuhan iman, dan bagaimana berpartisipasi dalam
kepemimpinan gereja.
3. Miliki pengertian Alkitabiah yang mendalam tentang sifat gereja.
Tidak mungkin kita dapat merintis sesuatu kalau Anda tidak mengetahui apa yang
Anda rintis. Apakah yang dinamakan gereja? Gereja adalah sekelompok orang Kristen
yang sudah dibaptis, yang dipersatukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan berikut ini:
a. Pujian dan Penyembahan (ini mencakup pelaksanaan baptisan dan perjamuan
Tuhan)
b. Penginjilan
c. Pemuridan
d. Pelayanan
e. Persekutuan
Apakah sifat sebuah gereja?Apa ciri-cirinya?
f. Mengelola sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.

8
g. Mendukung sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.
h. Melipatgandakan sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.
4. Mengenali daerah-daerah yang terbuka.
Salah satu cara untuk menentukan daerah mana yang akan lebih terbuka ialah dengan
mengamati di mana sedang terjadi perubahan besar dalam bidang sosial. Di daerah-
daerah itu, penginjil perintis akan mampu menemukan orang-orang yang akan bersikap
terbuka terhadap Injil.
Cara lain untuk menemukan orang-orang yang bersikap terbuka ialah dengan jalan
mencari mereka yang karena tertimpa krisis merasa sangat memerlukan Tuhan. Ini
dapat terjadi pada siapa saja, apa pun kelas sosialnya. Kadang-kadang, mereka yang
kaya mempunyai konflik yang lebih besar dengan anak-anaknya mengenai masalah
obat-obatan terlarang dan berbagai persoalan sosial lainnya.Injil mempunyai jawaban
bagi kebutuhan orang-orang dalam semua lapisan masyarakat di dunia ini.Pekerjaan
kita ialah menemukan orang-orang itu dan memberitakan kabar tentang Kristus pada
mereka.
5. Dengan gencar sampaikanlah berita tentang iman di dalam Kristus.
Tidak ada yang lebih penting daripada itu.Rasul-rasul mempunyai berita tentang
pertobatan dan keselamatan di dalam Kristus.Mereka menyampaikan berita itu dengan
gencar sekali, sehingga mereka menjangkau seluruh dunia. Pada zaman sekarang ini,
kita perlu melakukan hal yang sama! Mazmur 126:6 berkata, "Orang yang berjalan
maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil
membawa berkas-berkasnya." Penginjilan melalui kehadiran kita (hanya hadir)
tidaklah cukup. Penginjilan melalui pemberitaan (hanya memberitakan Injil) tidaklah
cukup.Harus ada penginjilan yang meyakinkan. Penginjilan yang meyakinkan terjadi
ketika Anda berusaha meyakinkan seseorang, sehingga ia menyerahkan kehidupannya
kepada Yesus Kristus yang menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.
6. Tekankan pembentukan jemaat baru di rumah-rumah.
Paulus berkhotbah tentang Injil kepada kaum Yahudi dan non-Yahudi. Sesudah ia
berkhotbah tentang Injil di kota, petobat-petobat baru bersekutu di tempat yang tepat.
Kadang-kadang mereka bersekutu di rumah orang-orang yang baru Menjadi

9
Kristen.Adakalanya juga mereka memakai tempat umum seperti di sebuah gedung atau
sekolah.
Berikut ini adalah tempat pertemuan mereka:
1. Kisah Para Rasul 16:40 ==> di rumah Lidia, di Filipi
2. Kisah Para Rasul 17:5,6 ==> di rumah Yason, di Tesalonika
3. Kisah Para Rasul 18:7 ==> di rumah Titus Yustus, di Korintus
4. Kisah Para Rasul 19:9 ==> di sekolah Tiranus, di Efesus
5. Kisah Para Rasul 20:20 ==> Paulus mengajar di muka umum dan juga dari rumah
ke rumah.
7. Adakanlah kebaktian yang dapat dinikmati, dimana orang percaya akan
bersukacita.
Ketika kita berada di hadapan Tuhan, kita mendekat kepadaNya dengan hati yang
tulus. Dalam Matius 6:9-13, Allah mengatakan agar kita mendekati takhta-Nya dengan
puji-pujian. Oleh karena itu, puji- pujian adalah tanggapan kita terhadap kebenaran dan
kebaikan Allah.
8. Jangan menaruh beban "materi" pada orang-orang.
Lebih baik sebuah nukleus (inti atau kepribadian) orang-orang Kristen terbentuk
dengan kuat sebelum membicarakan hal-hal seperti honor pengkhotbah, properti, dan
proyek pembangunan gedung ibadah.
9. Sejak awal, miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat.
Miliki prioritas untuk melipat gandakan jemaat dengan dua prinsip berikut ini:
Merintis beberapa gereja pada waktu yang bersamaan melalui pelatihan kaum awam
orang-orang percaya di ladang yang baru itu supaya mereka mempunyai visi untuk
merintis jemaat-jemaat baru. Ini dapat diajarkan dengan jalan memakai metode yang
tidak langsung, yaitu pemahaman Alkitab atau melalui pelatihan yang diberikan
kepada mereka untuk menyampaikan cerita Alkitab atau melalui metode lainnya.

10
BAB II
PERTUMBUHAN GEREJA

Pada hakekatnya pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut-
pautnya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan
Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan gereja yang
bertanggung jawab.5
Pengertian di atas merupakan salah satu definisi operasional yang baku tentang
pertumbuhan gereja yang telah menjadi semakin populer. Tetapi definisi di atas tidaklah
cukup terinci untuk dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
pertumbuhan gereja dan penginjilan.
Berkaitan dengan pembahasan pada bagian ini, pertama-tama akan dikemukakan
pengertian tentang pertumbuhan gereja, spesifikasi dan metode pertumbuhan gereja
berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para pakar pertumbuhan gereja.

A. Pengertian
Pengertian formal tentang pertumbuhan gereja yang paling banyak diterima
adalah pengertian yang tertulis dalam anggaran dasar North American Society for Church
Growth, yang berbunyi:
Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat, perluasan,
perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam
hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua
bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20).6

Menurut Wagner, para penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk


mengintegrasikan prinsip-prinsip teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan
gereja dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun
ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan menggunakan sebagai kerangka acuan
awal, landasan-landasan tentang pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh
Donald McGavran." Akan tetapi, dari usaha di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang
dibahas dalam pertumbuhan gereja tidak secara otomatis berhubungan dengan
penginjilan.

5
Lihat C. Peter Wagner, Dapatkah Gereja Anda Bertumbuh?, (Malang: Gandum Mas, 2001), 15.
6
Ibid.

11
Ilmu pertumbuhan gereja sendiri adalah suatu disiplin ilmu yang baru
dikumandangkan sejak tahun 150-an, namun pertumbuhan gereja itu sejak berlangsung
hari Pentakosta. Asal-asul pertumbuhan gereja bermula dari pikiran McGavran.
Wagner mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan gereja adalah sebagai
berikut:
Sesungguhnya pertumbuhan gereja berarti segala sesuatu yang mencakup soal
membawa orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke
dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang
bertanggung jawab”.7

Chris Marantika juga menegaskan bahwa pertumbuhan gereja adalah


pekerjaan Allah Tritunggal yang sangat dinamis dan akan berhasil apabila Injil
diberitakan. Inilah hal yang sering dilupakan oleh para pemimpin gereja dalam
mengusahakan pertumbuhan gereja. Menurut Marantika:
Pertumbuhan gereja adalah pekerjaan Allah Tritunggal.Allah Bapa merencanakan
dan membentuk gereja dikekalkan masa lampau. Allah Anak menebus dan
menyucikan gereja dalam kematian dan kebangkitanNya ( Efesus1:4-14 ). Peranan
Bapa dan Anak telah selesai kini tinggal lagi peranan Roh Kudus dalam
penyelesaian program Allah dimasa kini menuju era dunia adil dan makmur. Jadi,
pribadi yang merupakan dinamika sentral daslam pertumbuhan gereja masa kini
adalah Roh Kudus.8

Ada beberapa komponen yang ada di dalam peningkatan pertumbuhan gereja,


diantaranya adalah:
1. Pertumbuhan kualitatif atau kualitas, adalah pertumbuhan kualitas rohani dalam
hubungan Vertikal atau kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus dan dalam
hubungannya dengan sessama. Pertumbuhan kualitatif didasarkan pada Kisah Para
Rasul 2:42-47.
2. Pertumbuhan kuantitatif, adalah pertumbuhan jumlah orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus seperti yang disiratkan dsalam Amanat Agung Tuhan Yesus
Kristus yaitu pergi, baptiskan dan ajarkan.
3. Pertumbuhan biologis, adalah pertumbuhan jumlah orang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang diakibatkan dari kelahiran dan keturunan anggota keluarga Kristen.

7
Ibid. 8.
8
Geoge W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 2002), 75.

12
4. Pertumbuhan pertobatan, adalah pertumbuhan orang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang diakibatkan dari pertobatan seseorang dikarenakan oleh kuasa Roh Kudus
menjamah dirinya.
5. Pertumbuhan organik, adalah pertumbuhan jumlah orang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang diakibatkan dari perkembangan organisasi dan struktural gereja.
Dari uraian yang telah dikemukakan, setidaknya ada beberapa defenisi yang telah
diungkapkan pada ahli, yaitu:
1. Donald. McGavran: Pertumbuhan gereja berarti segala sesuatu yang mencakup soal
membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke
dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota Gereja yang
bertanggung jawab.
2. C. Peter Wagner: Pertumbuhan gereja berarti segala sesuatu yang terlibat di di dalam
membawa pria dan wanita yang tidak memimiliki hubungan pribadi dengan Tuhan
Yesus Kristus masuk ke dalam persekutuan denganNya ke adalam keanggotaan gereja
yang bertangung jawab9
3. Menurut Rohn Jenson dan Jim Stevanus, pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang
seimbang dsalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal. 10

B. Pertumbuhan Gereja dan Penginjilan

Perintisan gereja biasanya bukan merupakan bagian dari penginjilan. Proses


mendiagnosa kesehatan/kesejahteraan suatu gereja biasanya juga bukan termasuk bagian
dari penginjilan. Banyak hal tentang pendewasaan warga jemaat dan penerimaan anggota-
anggota baru dibahas dalam pertumbuhan gereja. Hal-hal yang berhubungan dengan
karunia- karunia rohani maupun teori-teori dinamika kelompok kecil sangatlah penting
bagi pertumbuhan gereja.
Selanjutnya Wagner berpendapat bahwa Gereja memperoleh anggota-anggota
baru melalui tiga macam cara. Pertumbuhan gereja bisa terjadi secara biologis, melalui
perpindahan anggota gereja maupun karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Pertumbuhan
secara biologis terjadi dari anak-anak dari keluarga-keluarga Kristen yang tumbuh

9
Ibid, 9.
10
Rohn Jenson, Dinamika Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 2000), 9

13
menjadi dewasa, dilayani oleh gereja, dibawa kepada Kristus dan dipersiapkan untuk
menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. Sebagian besar dari gereja-gereja di
seluruh dunia tumbuh dengan cara yang seperti ini. Pertumbuhan karena perpindahan
anggota gereja terjadi ketika orang-orang yang telah menjadi percaya meninggalkan
keanggotaan mereka pada suatu gereja dan beralih ke gereja lainnya. Pertumbuhan karena
pertobatan jiwa- jiwa baru merupakan hasil pemberitaan Injil kepada "orang-orang yang
belum masuk gereja" sehingga mereka dapat dibawa kepada Kristus dan menjadi anggota
gereja.
Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena pertobatan
jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan dengan pertumbuhan gereja secara
biologis karena dalam arti yang sesungguhnya anak-anak dari orang-orang yang telah
percaya itu juga perlu diinjili. Tetapi penginjilan pada hakikatnya tidak ada sangkut-
pautnya dengan pertumbuhan gereja karena perpindahan anggota gereja. Ketiga macam
pertumbuhan gereja itu, termasuk yang disebabkan perpindahan anggota gereja, sangat
penting bagi pertumbuhan suatu gereja. Misalnya, jika anggota-anggota suatu gereja
berpindah dalam jumlah besar, maka hal itu dibicarakan dalam pertumbuhan gereja.
Pertumbuhan gereja juga membahas hal-hal yang menyebabkan suatu gereja
banyak menerima pindahan dari gereja lain setiap tahunnya. Dalam hal ini, ruang lingkup
pertumbuhan gereja lebih luas dibandingkan dengan penginjilan. Tetapi masalah-masalah
yang dibahas dalam penginjilan tidak selalu berhubungan dengan pertumbuhan gereja.
Seperti yang dilihat, ada beberapa definisi yang sangat populer tentang penginjilan yang
hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan pertumbuhan gereja.
Banyak penginjil profesional yang hanya tertarik untuk membawa banyak jiwa
kepada Kristus, tetapi mereka tidak begitu mempersoalkan apakah nantinya orang-orang
yang telah bertobat di bawah pelayanan mereka itu menjadi anggota gereja atau tidak.
Metode-metode penginjilan yang khusus lebih banyak dibicarakan secara terinci dalam
bidang penginjilan dibandingkan dengan pertumbuhan gereja. Sehubungan dengan hal-hal
di atas, ruang lingkup penginjilan lebih luas daripada pertumbuhan gereja. Perlambang
yang populer tentang penginjilan dan pertumbuhan gereja menunjukkan kesamaan-
kesamaan penting yang terdapat di antara keduanya.

14
Selanjutnya Wagner mengatakan bahwa penginjilan dapat diklasifikasikan
sebagai: pertama: E-0 atau penginjilan nol. Dalam klasifikasi ini terjadi proses
membimbing orang-orang yang telah menjadi anggota gereja kepada suatu penyerahan
hidup kepada Yesus Kristus. Sewaktu hal ini terjadi, jumlah keanggotaan gereja tidaklah
bertambah, melainkan kualitasnya yang meningkat.
Kedua: E-1 atau penginjilan satu. Yang dimaksud dalam klasifikasi ini adalah
membawa orang-orang dari kelompok budaya yang sama kepada Kristus. Untuk dapat
melakukan hal ini tidak perlu mempelajari suatu bahasa asing atau membiasakan diri
dengan makanan yang asing ataupun mengadaptasi adat istiadat yang baru.
Ketiga: E-2 atau penginjilan dua dan E-3 atau penginjilan tiga. Keduanya
menunjuk kepada penginjilan antarbudaya. Pelayanan di sini mencakup orang-orang yang
berbeda kebudayaan dengan sang penginjil. E-2 adalah penginjilan yang ditujukan kepada
orang-orang yang budayanya serupa dengan budaya penginjil, seperti misalnya seorang
Indonesia menginjili orang-orang Malaysia. Dalam E-3, budaya orang-orang yang diinjili
berbeda cukup jauh dengan budaya penginjil. Contohnya ialah jika seorang Indonesia
menginjili orang-orang Jepang.
Secara spesifik pertumbuhan gereja dalam kaitannya dengan penginjilan oleh
Wagner diklasifikasikan sebagai berikut: pertama: pertumbuhan Internal. Yang
dimaksud di sini adalah peningkatan kualitas suatu gereja. Orang Kristen dapat
bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman Firman Allah, kasih terhadap satu sama
lain, buah Roh, kehidupan doa dan dalam hal-hal lainnya. E-0 termasuk dalam
perkembangan internal, karena kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggota
gereja yang belum bertobat dilahirkan kembali.
Kedua: pertumbuhan Ekspansi. Gereja mengalami pertumbuhan ekspansi
dengan memperluas jangkauan pelayanan ke luar dan membawa orang-orang baru dari
luar ke dalam persekutuan dengan gereja, baik kedatangan mereka itu dikarenakan
pertobatan ataupun karena berpindah gereja. Karena anggota-anggota baru dalam gereja
itu berasal dari budaya yang sama, maka perekembangan ekspansi itu termasuk dalam E-
1.
Ketiga: pertumbuhan Ekstensi yang mempunyai arti yang sama dengan
pembukaan atau perintisan gereja. Orang-orang yang baru bertobat itu dikumpulkan

15
dalam jemaat-jemaat yang baru. Perkembangan ekstensi juga termasuk dalam E-1 karena
tidak ada perbedaan budaya antara penginjil dan orang-orang yang diinjili.
Dari teori-teori ini, kita dapat melihat bahwa pertumbuhan kualitas merupakan
pertumbuhan yang utama, setiap orang yang diselamatkan dapat mewujudkan imannya,
baik secara pribadi maupun bersama, baik secara vertikal maupun horizontal. Jadi
kualitas kerohanian jemaaat dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan gereja.
Perencanaan strategi penginjilan seperti di atas tidaklah bertentangan dengan
Alkitab dan setiap gereja harus mempunyai rencara itu. Namun pertanyaan yang muncul
adalah: Apa yang disebut sebagai strategi penginjilan? Jawaban ini adalah segala sesuatu
kegiatan dan pelayanan kristiani yang dapat mendatangkan pertumbuhan gereja adalah
strategi pertumbuhan.

C. Pertumbuhan Gereja, Pekabaran Injil Dan Kebudayaan

"Perkembangan strategi untuk penginjilan dunia menuntut visi dan metode-


metode baru. Di bawah bimbingan Allah, akan timbul gereja- gereja yang berakar di
dalam Kristus dan erat berhubungan dengan kebudayaannya. Kebudayaan memiliki
keindahan dan kebaikan. Namun karena manusia telah jatuh dalam dosa, maka seluruh
kebudayaannya dinodai oleh dosa dan sebagian lagi dikuasai roh jahat. Injil tidak
menganggap kebudayaan yang satu lebih unggul daripada yang lain, tetapi Injil menilai
semua kebudayaan menurut ukuran kebenaran dan keadilannya sendiri, dan menuntut
moral yang tinggi dalam setiap kebudayaan. Badan-badan pekabaran Injil terlalu sering
memasukkan kebudayaan asing bersama dengan Injil, dan gereja-gereja kadang kala lebih
terikat pada kebudayaan daripada Alkitab. Penginjil-penginjil Kristus harus dengan
rendah hati mengosongkan dirinya dari segala sesuatu, kecuali keaslian kepribadiannya,
untuk menjadi pelayan bagi orang lain, dan gereja- gereja harus berusaha mengubah dan
memperkaya kebudayaan, dan semuanya itu dilakukan demi kemuliaan Allah." (Kejadian
4:21-22; Markus 7:8-9,13; 1Korintus 4:5, 9:19-23; Filipi 2:5-7).
Ikrar ini sedikitnya memaparkan tiga pokok yang terpenting tentang teologi
kebudayaan:
1. Kebudayaan memiliki dimensi ilahi dan dimensi setan.
2. Tidak ada suatu kebudayaan yang lebih unggul daripada kebudayaan yang lain.

16
3. Kita harus mengabarkan Injil yang murni, tanpa tambahan apa pun.
Pertama, kebudayaan memiliki dua dimensi. Keanekaragaman kebudayaan
manusia memiliki unsur-unsur positif dan negatif, unsur-unsur ilahi dan setani.
Kebudayaan manusia penuh dengan keindahan dan kebaikan, sekaligus dinodai dosa dan
dikuasai Iblis.
Kedua, bahwa tidak ada "kebudayaan yang lebih unggul daripada yang lain." Sadar
atau tidak, pada umumnya, para penginjil cenderung menganggap bahwa kebudayaan
mereka lebih baik daripada kebudayaan para penerima. Tetapi menurut firman Allah, kita
tidak boleh bermegah tentang adat kita sendiri. Kita hanya boleh bermegah tentang Yesus,
Pencipta dan Hakim adat kita!
Ketiga, bahwa kita harus mengabarkan Injil yang murni, tanpa tambahan apa pun.
"Badan-badan pekabaran Injil terlalu sering memasukkan kebudayaan asing ke dalam Injil
dan gereja-gereja kadang kala lebih terikat pada kebudayaan daripada Alkitab." Kita harus
memberitakan Injil semata tanpa tambahan tata ibadah tertentu atau kebudayaan yang
berasal dari si pemberita Injil.
Dr. Harvie Conn, ahli misiologi dari Westminster Theological Seminary,
menggambarkan proses ini sebagai berikut. Menurutnya kontekstualisasi adalah "seni
menabur benih Injil dalam beraneka ragam kebudayaan tanpa membawa potnya" (Conn,
1982:12). Dalam definisi ini, "pot" yang biasanya dibawa si penginjil itu melambangkan
kebudayaan, adat, dan tradisinya.
Pokok ketiga ini juga sesuai dengan pendapat Pdt. Dr. P. Octavianus. Ia
menyatakan rintangan kebudayaan merupakan penghalang utama bagi penginjilan. Itulah
sebabnya, kita harus membawa Injil itu kepada orang yang belum percaya tanpa perlu
menambah-nambahi dengan "syarat-syarat atau cara-cara kekristenan yang terikat kepada
si utusan Injil" (Octavianus, 1985:35, 54).
Kita harus ingat bahwa persoalan "sinkretisme" tidak hanya terjadi kalau kita
menyesuaikan diri terlalu banyak sehingga arti Injil menjadi kabur, tetapi juga bila Injil
disampaikan bersama dengan kebudayaan si penginjil sehingga dianggap asing oleh para
pendengarnya. Hal seperti ini pun dapat menimbulkan masalah "sinkretisme" sebab dalam
pemikiran para pendengarnya Injil telah dicampur dengan unsur-unsur asing (dari
penginjil) sehingga mengaburkan makna dari Injil itu sendiri.

17
D. Prinsip-Prinsip dan Praktik Pertumbuhan Gereja

Pertumbuhan gereja tampaknya merupakan suatu konsep jelas yang berhubungan


dengan meningkatnya kehadiran dan keanggotaan dalam jemaat. Tetapi bila digunakan
secara teknis, gagasan itu sangat kompleks. Istilah itu didasarkan pada bertahun-tahun
penelitian. Sekarang menyebar kesejumlah daerah sekluruh dunia terutama pada Institute
of Church di Fuller Theological Seminary.
Pada awalnya, tugas dari McGavran ditujukan terutama kepada pertumbuhan
gereja di bidang misi luar negeri. Sebuah analisa yang terlalu sederhana tentang
pertumbuhan gereja, tetapi bagi para pembaca itu sekurang-kurangnya merupakan
pengantar permulaan.
1. Motivasi untuk pertumbuhan gereja.
Kondisi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan gereja adalah bahwa
gereja itu ingin bertumbuh. Prinsip ini merupakan landasan utama dari semua
penelitian yang dilakukan oleh para angota institute pertumbuhan gereja dan
organisasi lainnya. Tetapi hanya ingin bertumbuh bukanlah satu-satunya pemacu
motivasi. Gereja harus menanyakan dirinya sendiri mengapa ia mau bertumbuh.
Motivasi jelas merupakan kunci untuk terelibat. Sekalipun setuju bahwa
pendeta menetapkan pola bagi pertumbuhan gereja, pertumbuhan gereja yang benar
hanya berlangsung bila anggota jemaat setempat melihat tanggung jawab mereka
secara bersama dan secara program dalam pengaruh yang luas dari tubuh Kristus di
dunia.
2. Spesifikasi dalam pertumbuhan gereja
Bidang ini benar-benar bersifat teknis gereja mulai memperkenalkan berbagai
pertumbuhan gereja. Pada umumnya ada empat pertumbuhan gereja yang diakui dan
tiga jenis penginjilan.
a. Pertumbuhan Internal
Pertumbuhan internal menggambarkan pertumbuhan gereja dalam tubuh.
Termasuk di dalamnya hal-hal seperti pembaharuan gereja, pelayanan
kehidupan tubuh, pelatihan orang-orang percaya dan fungsi pertumbuhan
lainnya yang dilakukan di rumah. Richard Ottoson menunjuk pada, “perayaan,
jemaat, serta kelompok sel” sebagai fungsi-fungsi yang seimbang yang

18
membawa gerejanya kepada keadaan petumbuhan yang memuaskan. 11 Yang ia
maksudkan dengan perayaan adalah pengalaman ibadah minggu pagi.Jemaat
menekankan persekutuan dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam hal khusus
ini jemaat itu berbentuk gereja-gereja rumah.
Istilah kelompok sel menunjuk kepada sekelompok kecil yang terdiri
dari dua sampai empat orang yang bertemu secara teratur untuk berbagi
pengalaman dan berdoa mengenai kebutuhan mereka. Ottoson mengevaluasai
keseimbangan ini sebagai berikut:
Saya tidak dapat berkata bahwa gereja kami merupakan contoh utama dari
penginjilan dan pertumbuhan yang dinamis. Tetapi saya melihat orang-orang
menjadi sungguh-sungguh hidup dalam iman mereka melalui pengalaman
perayaan, jemaat dan kelompok sel. Saya merasa bahwa ini adalah keseimbangan
fungsi-fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan gereja yang secara
berkesinambungan dan spontan. Orang yang mengalami perubahan dan kepuasan
dalam Kristus pasti akan menjangkau orang lain dan menyumbang bagi
pertumbuhan gereja setempat.12
b. Pertumbuhan Ekspansif
Hal ini menunjukkan kepada pertambahan anggota baru ke dalam jemaat
setemapat. Ada banyak sekali cara untuk mengalami pertumbuhan gereja
ekspansif, tetapi penting untuk dicatat bahwa pertumbuhan ekspansif mengikuti
pertumbuhan internal. Hanya jemaat yang sehat dalam kehidupan gerejanya
yang dapat diharapkan untuk menarik orang luar.
c. Pertumbuhan Ekstensif
Pertumbuhan ekstensif, jika dipandang dalam rumusan yang sederhana
dari gereja Amerika bagian Utara, menunjukkan kepada pembangunan atau
“percabangan.” Berdasarkan jenis pertumbuhan ini merupakan kombinasi dari
pertumbuhan internel, ekspansif dan ekstensif yang menuju kepada suatu
program pertumbuhan gereja secara total dan lengkap.
Meskipun demikian, pola Perjanjian Baru tampaknya menunjukkan
bahwa Yerusalem melahirkan Antiokhia, yang melalui pelayanan Paulus dan
Barnabas, melahirkan semua gereja yang dimulai pada perjalanan misi pertama.
Tetapi jelas juga Perjanjian Baru bahwa berhubungan antara gereja cabang dan

11
Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1998), 246
12
Richard Ottoson, “Function ang Bealance for Church Growth. “The Standard, Desember 1974, 25-26.

19
pusat tidak berjalan dengan mulus. Yerusalem tidak pernah menjadi pusat
agama Kristen Perjanjian Baru.
Sidang di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 15 mencatat keputusan
yang penting bagi beberapa gereja yang terpencil, tetapi hubungan dengan pusat
itu diputuskan secepat mungkin dan Antiokhia membuat keputusan sendiri tanpa
merasa perlu menghubungi Yerusalem untuk memperoleh kebijaksanaan. Telah
ditunjukkan berkali-kali bahwa gereja yang bertumbuh dan sehat dapat mengiris
jemaat tambahan tanpa merusak programnya sendiri atau mengurangi pola
pertumbuhan normalnya. Chaney yang menggambarkan sebuah “gereja induk”
dengan 400 atau 500 anggota yang melahirkan gereja 5 cabang dengan tiap
gereja berisi kira-kira dua ratus anggota adalah jauh lebih baik daripada satu
gereja yang terdiri 1500 anggota, jelas sekali, penjelasan tersebut lebih kuat lagi
jika dibandingkan dengan 50 gereja 200 anggota dengan satu gereja yang
memiliki 10. 000 anggota.
d. Pertumbuhan Jembatan.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan jembatan adalah adalah pertumbuhan
lintas budaya, dan hal ini membawa kepada penelitian atas tiga jenis penginjilan
yang sudah disinggung sebelumnya.
 Menjangkau orang-orang dari latar belakang budaya. Prinsip dasar dari
gerakaan pertumbuhan gereja “unit homogen”. L. Ted Johnson mengutip
pernyataan ahli pertumbuhan gereja, McGavranmengatakan:
Jika ada satu hal terus-menerus ditegaskan oleh penelitian pertumbuhan gereja
di seluruh dunia, maka itu adalah bahwa gereja akan bertumbuh paling baik
bila mereka hanya berkonsentrasi pada satu unit homogen. Sayangnya,
sebagian besar karena noda rasisme bangsa kami Amerika yang telah terpateri
dalam sejarah sosial kami, maka prinsip ini, yang hampir mendekati suatu
“hukum” dalam pertumbuhan gereja, sulit diterima oleh sebagian orang
Amerika. Begitu baratnya rasa bersalah karena perlakuan tidak manusiawi
yang diberikan kepada orang kulit hitam, orang Indian Amerika dan kelompok
minoritas lainnya, sehingga beberapa penafsiran kontemporer mengenai
masalah-masalah Alkitabiah seperti hubungan antara orang Yahudi dan orang
Kafir menyimpang. 13

Studi sosiologi memperlihatkan bahwa unit-unit homogen di gereja


Episkopal dan Presbiterial cenderung adalah orang-orang kelas menengah
13
L. Ted Johnson, A Unit for Church Growth, (The Standard, 15 Desember 1974), 25.

20
ke atas dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada kelompok-
kelompok gereja tertentu atau gereja yang mandiri. Ini bukan soal praduga
atau diskriminasi, tetapi suatu peragaan tentang prinsip homogen yang
ditulis oleh McGavran. Karena itu penginjilan bertujuan untuk menjangkau
“orang-orang kita sendiri” dengan pemahaman bahwa mereka kemungkinan
besar untuk menggenapi gereja yang di dalamnya mereka merasa kerasan.
 Menjangkau orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang
sedikit berbeda. Kata kuncinya adalah “sedikit”. Mungkin hambatan yang
paling mudah untuk dilewati adalah hambatan pendapatan. Orang-orang
kelas menengah ke atas dapat menjangkau orang-orang kelas menengah ke
bawah dalam gereja yang sama dan penginjilan dengan berhasil.
 Menjangkau orang-orang yang mempunyai latar belakan budaya yang
sangat berbeda. Seorang Misionaris di Irian Barat yang berusaha membawa
Injil kepada suku pedalaman di sana melewati rintangan yang jauh lebih
hebat. Dalam usaha penginjilan. Ia melewati rintangan yang sangat besar
dalam segi budaya dan bahasa. Karena itu, harus dipahami dengan jelas
bahwa cara pendekatan untuk menjangkau orang-orang seperti ini adalah
dengan segera mendidik orang-orang bangsa tersebut untuk menjangkau
bangsa mereka sendiri dengan pemberitaan Injil. Itulah sebabnya dewan
pengurus Greater Euroa Mission dengan cepat sudah mendirikan sekolah
pelatihan disebagian Negara yang mereka layani dalam usaha untuk yang
mereka layani dalam usaha untuk melatih kepemimpinan nasional secepat
mungkin.
3. Kunjungan bagi Pertumbuhan gereja
Pertumbuhan gereja tidak boleh disamakan dengan kunjungan secara
tradisional, tetapi kunjungan harus merupakan sejenis jangkauan keluar yang
menggambarkan sebauh startegi bagi pertumbuhan gereja. Pada dasarnya ada tiga
jenis kunjungan, dan ketiganya harus dibedakan secara tetap antara yang satu dengan
yang lain.
Dalam kunjungan kepada yang tidak hadir yang dihadapi adalah anggota tetap
Sekolah Minggu atau komisi pendidikan gereja lainnya. Mereka mungkin orang

21
Kristen atau bukan, tetapi mereka sudah pernah mendengar Injil di gereja selama
beberapa waktu dan penunjung tetap. Kunjungan kepada orang yang tidak hadir jelas
menjadi beban dari sistem pencatatan yang tetap dan terbaru.
Ada juga kunjungan kepada calon jemaat. Di sini berurusan dengan yang
tidak menghadiri gereja tetapi dapat dan mungkin akan hadir. Ketiga dan mungkin
jenis kunjungan yang paling penting adalah kunjungan penginjilan. Penginjilan adalah
pernyataan tentang Injil Yesus Kristus. Penginjilan bukan hal “memenangkan jiwa”
karena soal menarik orang kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan adalah
pekerjaan Roh Kudus. Sang utusan menyajikan Injil dan mungkin juga menyajikan
suatu kesempatan kepada pendengar untuk menggenapi dengan sukarela undang salib
itu. Bila saksi berusaha membuat keputusan bagi orang itu berarti ia sedang
melakukan pekerjaan yang bukan merupakan pekerjaan manusia.
Kunjungan penginjilan selama ini jenis yang paling diabaikan meskipun
mengandung kualitas Perjanjian Baru. Pada zaman gereja mula-mula tidak ada
gedung gereja seperti yang kenal sekarang. Orang Kristen mula-mula menganggap
sebagi tanggung-jawab mereka untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang yang
di luar Tuhan. Perjanjian Baru memandang bahwa gereja adalah tempat untuk
membina orang-orang Kristen itu dapat keluar dan menyampaikan berita Injil di
antara orang yang belum diselamatkan. Joe Bayly, pengarang The Gospel Blimp,
menunjukkan bahwa ada delapan hambatan terhadapa penginjilan:
1. Kurangnya perencanaan
2. Membuat “datang ke gereja” sebagai pendorong utama, sebagai pengganti
membawa Injil kepada orang di rumah mereka.
3. Roh perselisihan.
4. Sikap menghakimi kepada orang-orang berdosa.
5. Gagal melatih kaum awam untuk menginjil.
6. Kurang berdoa.
7. Kurang bersahabat dengan orang-orang non-Kristen.
8. Mementingkan diri sendiri. 14

14
Josep Baley, Our Evangelistic Commitent. (NADCE Digest, 1968), 2-4.

22
Program kunjungan (kepada yang absent, calon jemaat, atau untuk
penginjilan) tidak terjadi begitu saja tetapi harus direncanakan dengan teliti. Program
kunjungan bukanlah tugas yang hanya terdiri dari kartu-kartu, membuat janji dan
mengunjungi. Program kunjungan tumbuh karena keterlibatan total umat Allah dalam
program penjangkauan keluar.
Persiapan, Ada persiapan yang sangat penting yaitu mengenai orang-orang.
Hal ini dilakukan melalui kelas-kelas Sekolah Minggu, khotbah dari mimbar,
konseling, program-program latihan, serta usaha sungguh-sungguh untuk berdoa demi
program pertumbuhan. Orang harus menyadari tanggungjawab untuk menyampaikan
Injil dan mempedulikan orang-orang yang belum datang ke gereja.
Motivasi, ada motif-motif yang tidak tepat dalam pelayanan Kristen. Seperti
Safira dan Ananias, orang-orang di gereja dapat melakukan hal-hal yang baik dengan
motif-motif yang tersembunyi, dan Allah tidak menerima hasilnya. Orang Kristen di
gereja janganlah mengunjungi karena keharusan; juga mereka jangan mengunjungi
karena kebiasaan. Mereka jangan mengunjungi untuk tampak lebih rohani daripada
yang tidak terlibat dalam program jangkauan keluar. Ini adalah motivasi-motivasi
yang tepat dan kita lebih baik tidak mempunyai program daripada membiarkan
terlibat di dalamnya orang-orang yang terjebak dalam kesalahan “Galatianisme” yakni
usaha untuk memperoleh status rohani melalui tenaga lahiriah. Ada bebarapa motif
Alkitabiah untuk kunjungan sebagai berikut:
1. Kasih kepada Kristus. Ketika Tuhan Yesus mencari Petrus untuk membawanya
kepada penyerahan yang sungguh-sungguh, Ia terlebih dahulu bertanya “Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Memberi makan kambing dan
domba akan merupakan tugas Petrus, tetapi tugas itu harus berlangsung
berdasarkan kasih dan yang sesungguhnya pada Juru Selamat.
2. Pengakuan akan tanggung jawab. Agak berbeda dari keharusan, tanggungjawab
menggambarkan penerimaan dengan sukarela tugas sebagai orang Kristen tidak
benar dari segi Perjanjian Baru mengatakan bahwa “ diselamatkan untuk
melayani”. Namun benar jika dikatakan bahwa orang Kristen hidup dalam
hubungan yang benar dengan Yesus Kristus pasti ingin melayani-Nya, khususnya
dalam menyampaikan pesan-Nya kepada orang lain.

23
3. Kasih kepada yang terhilang. Kasih kepada yang terhilang tidak mungkin
mendahului kasih kepada Kristus karena itulah dasarnya. Sesungguhnya, kasih
kepada yang terhilang adalah benar-benar kasih kepada Kristus yang berlaku
melalui orang-orang Kristen tersebut, bukan hanya kasih manusiawi yang
bertingkat tinggi.
4. Partisipasi. Kunjungan yang efektif memerlukan suatu tim lengkap; setiap orang
harus melakukannya. Tentu saja ini merupakan tugas gembala sidang. Juga
merupakan tanggung jawab pemimpin gereja dari dewan pengurus turun kepada
setiap guru dan pekerja sekolah Minggu. Pada hakikatnya, Allah pasti melakukan
hal itu.
Ada gereja yang menemukan bahwa menentukan suatu malam kunjungan
khusus ternyata efektif. Ada gereja yang memberikan kepada para guru dan pekerja
alamat-alamat, dan meminta mereka mengadakan sejumlah kunjungan selama minggu
itu. Metodologi yang sebenarnya hanya penting jika program yang teratur baik
tampaknya jauh lebih berhasil dari pada program yang sebagian besar dibebankan
pada inisiatif seorang pekerja.
Evaluasi. Sekali lagi di sini catatan yang sangat penting. Catatan itu
memberitahukan kapan kunjungan sudah dilakukan. Catatan juga menunjukkan
tentang hasil-hasil kunjungan itu, serta menolong membuat rencana untuk program
jangkauan ke luar yang akan datang.
Ada empat kesulitan yang mengganggu gereja dalam usahanya untuk
menjalankan program kunjungan yang berhasil. Keempatnya digambarkan melalui
perumpamaan yang terdapat dalam pasal terkenal tentang “mencari yang hilang” yaitu
Lukas 15.
1. Tanpa tujuan
Kata ini melukiskan dengan paling bagus tentang domba yang hilang. Ia
mengembara tanpa tujuan. Ia berada di luar karena ia tidak tahu mana yang lebih
baik. Ia hilang karena ia tidak tahu bagaimana tinggal dengan kelompok domba
dan tidak tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri. Keadaan tanpa tujuan
merupakan ciri khas dari seluruh semangat masyarakat sekarang ini. Namun

24
gembala mengambil tanggung jawab itu sendiri dan dengan aktif mencari domba
yang hilang untuk membawanya berkumpul.
2. Tidak berguna.
Dirham itu tidak akan berguna apa-apa bagi pemiliknya. Dalam perumpamaan ini
sang pemilik berusaha sekuat tenaga untuk menemukan dirham itu. Ketika
dirham itu ditemukan, keadaan tidak berguna berganti menjadi berguna.
Demikianlah keadaan orang yang terpisah dari Allah.
3. Tidak ber-Tuhan
Ini adalah anak yang boros. Ia meninggalkan semua yang benar dan baik,
melibatkan dirinya dalam dosa dan duniawian, sampai dosa dan dunia
menguasainya dan menelan jiwanya yang haus. Meskipun demikian, ketika ia
pulang, ayahnya menyambut dia dengan tangan terbuka, sangat gembira atas
tangannya.
4. Tanpa kasih
Anak yang tua adalah orang Farisi yang merasa dirinya benar. Ia tidak peduli
dengan anak yang boros itu, juga dengan ayahnya, tetapi hanya mementingkan
dirinya sendiri. Adalah “saudara-saudara tua” di gereja yang lumpuhkan usaha
unjangkau keluar. Ketidakdewasaan rohani menunjukkan oleh sikap orang lain.
Salah satu nama yang paling terkenal yang berkaitan dengan pertumbuhan
gereja di Amerika adalah C. Peter Wagner. Ketika melihat ke belakang, Wagner
menanamkan tiga puluh tahun yang lalu dengan menunjukkan bahwa tahun 50-an
merupakan dekade pertumbuhan gereja, tahun 60-an adalah dekade transisi serta
tahun 70-an adalah dekade pemulihan”. Ia sangat optimis dengan pertumbuhan
gereja untuk 80-an ia menulis,
Pada hakikatnya, seluruh pertumbuhan gereja berlangsung di gereja lokal. Meskipun
banyak yang merasa sulit untuk bertumbuh dan sebagian bahkan hampir mati; banyak
yang lainnya-mungkin jumlah moyoritas-dapat bertumbuh jika mereka mempunyai
tekad dan mau membayar harganya. 15

Selanjutnya ia mengatakan, gereja-gereja yang tergabung dalam denominasi


tidak perlu menunggu sampai program denominasi berjalan: sejumlah besar sumber

15
C. Peter Wagner, Aiming at Church Growth in the Eighties, (Christianity Today, 21 November 1980),
27.

25
daya tersedia bagi mereka. Begitu banyak lembaga dan departemen yang sanggup
memberikan pertolongan bagi pertumbuhan gereja lokal telah muncul sehingga
mereka membentuk suatu kumpulan professional yang disebut the Academy of
American (Akademi Pertumbuhan Gereja Amerika). Mereka membuat film, buku-
buku, program-program belajar di rumah, seminar-seminar, pertandingan, kurikulum
sekolah Minggu, penelitian dengan computer, model-model perencanaan jangka
panjang, dan banyak bantuan lainnya. Hal ini ditambahkan dengan sejumlah besar
sumber daya denominasi bantuan lainnya. Hal ini ditambah dengan sejumlah besar
sumber daya denominasi memungkinkan pertumbuhan gereja sebagian besar gereja
local.
Selain C. Peter Wagner pakar pertumbuhan gereja lainnya adalah Rick
Warren yang menjelaskan bahwa jika gereja ingin bertumbuh dan menjadi gereja
yang sehat dan kuat, maka harus mempunyai tujuan yang jelas. Fondasi gereja
sangat menentukan kekuatan gereja, sehingga dasar yang sehat menjadi tolok ukur
pertumbuhan gereja. Tujuan gereja yang jelas dapat dilaksanakan dengan cara:
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, mengasihi sesama seperti diri sendiri, pergi
menjadikan murid, membaptis, dan mengajar agar manusia taat pada perintah
Tuhan. Keberadaan gereja adalah untuk mendidik, mendorong, memuliakan,
memperlengkapi dan menginjili. Dengan demikian gereja akan bertumbuh dengan
baik.
Gereja harus ada usaha supaya setiap bidang pelayanan itu terarah pada
tujuan gereja. Jangan hanya menciptakan program-program baru setiap tahun untuk
membuat orang tetap tertarik, tetapi tidak ada hubungan dengan tujuan. Dengan
adanya usaha untuk mencapai tujuan yang jelas, maka semakin banyak anggota
gereja mengerti dan mempunyai komitmen untuk menjalankan tujuan gereja. Jika
semakin banyak orang yang mengerti dan mempunyai komitmen, maka gereja akan
semakin kuat.

26
BAB III
STRATEGI PERTUMBUHAN GEREJA

Gereja bisa bertumbuh dengan baik kalau mempunyai rencana ke depan untuk
mengembangkan gereja tersebut, bahkan bukan hanya sampai kepada perencanaan, tapi harus
memiliki suatu tindakan yang pasti. Dalam melaksanakan suatu perencanaan untuk
mengembangkan suatu gereja pasti ada strateginya. Adapun beberapa strategi pertumbuhan
gereja adalah sebagai berikut:

A. Penginjilan
Berbicara tentang penginjilan, sebenarnya sudah bukan asing lagi bagi orang
Kristen, karena setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus diwajibkan untuk
memberitakan Injil. Injil itu sendiri adalah Yesus Kristus. Yesus Kristus dengan tegas
memerintahkan kepada murid-muridNya untuk pergi memberitakan Injil ke segala
bangsa. Perintah untuk memberitakan itu sangat jelas ditulis di dalam Matius 28:19-20
yaitu:
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman
Pada mulanya perintah atau tugas ini diberikan oleh Yesus kepada para Rasul,
tetapi sekarang itu merupakan kewajiban dari setiap orang percaya kepadaNya sebagai
murid-murid Kristus. Ayat ini dijelaskan oleh Tim Penyusun di dalam buku Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3 sebagai berikut:
Jadikan semua bangsa muridKu; kuasa Tuhan yang universal untuk mengabarkan Injil.
Inilah wibawa untuk baptisan Kristen. Sekiranya Yesus tidak memerintahkannya. Baptisan
itu tidak mungkin dilaksanakan begitu cepat sesudah Pentakosta ( Kis 2:38-41 ). Baptisan itu
dilakukan di dalam nama Yesus Kristus ( Kis 2:38; 8:16 ). Nama itu menandakan
pemiliknya. Kemudian baptisan itu dilakukan dalam nama Tritunggal. Disebutnya Tritunggal
di sini bukan dimaksudkan sebagai formula baptisan, tetapi sebagai suatu penggambaran
theologies dari arti sakramen ini. 16

Jelas sekali bahwa, kuasa Tuhan Yesus yang universal membawa kepada tugas
gereja yang juga untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi. Setiap orang percaya,
apabila memahami dan melakukan tugas yang diberikan Yesus tersebut, maka gereja akan
16
Tim Penyusun, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1990), 126.

27
berkembang dengan pesat, baik kualitasnya maupun kuantitasnya. Wagner di dalam
bukunya Penanaman Gereja untuk Tuaian yang Lebih Besar menegaskan bahwa:
Hubungan tidak didefenisikan dengan jelas antara penginjil dan gereja lokal adalah sebuah
stategi yang kabur. Karena jumlah individu yang diinjili bertambah, seharusnya jumlah
keanekaan gereja juga bertambah. Makin banyak tuaian yang Allah berikan, makin banyak
pula lumbung dan dating penyimpanan dibutuhkan. Dalam setiap areal geografis yang
diberikan, komunitas Kristen untuk memananm gereja-gereja baru. 17
Pernyataan yang diungkapkan oleh Wagner di atas didukung kuat oleh Michael
Greffihs di dalam bukunya Gereja dan Panggilannya dewasa ini yang menegaskan bahwa:
Jika kita ingin tetap taat pada perintah-perintah Tuhan Yesus Kristus, kita harus menginjili
setiap orang. Adapun pekerjaan yang sudah mereka anut, betapapun mereka tidak bertoleran
dan bertentangan dengan jiwa suatu “masyarakat multi agama”. Orang-orang Muslim yang
sama setianya dengan terhadap pertumbuhan Islam memahami komitmen kita ini. 18
Jadi penginjilan merupakan salah satu strategi yang sangat efektif di dalam
mengembangkan gereja. Selain itu penginjilan juga adalah salah satu sifat ketaatan orang
percaya terhadap perintah Yesus. Karena visi misi Yesus kristus adalah, supaya semua
orang menjadi percaya kepada Dia, bahwa Yesus adalah Juruselamat Dunia dan penebus
dosa. Oleh karena itu, apabila gereja ingin bertumbuh baik secara kualitas dan kuantitas
salah satu metodenya adalah penginjilan.

B. Berdoa
Berdoa adalah merupakan salah satu perintah Allah kepada umat-umat pilihan-
Nya: “Mereka harus berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1). “Jangan hendaknya
kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakalah segala hal keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Fip 4:6). Dalam situasi apapun yang
dihadapi harus tetap berdoa ( I Tes 5:7), karena hal berdoa merupakan suatu perinta-Nya,
Karena semakin menaati perintah-Nya ini dan menjadi pelaku-pelaku Firman Allah yang
telah menyelamatkan jiwa, maka tidak perlu merasa kuatir, bahkan semakin diberkati.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Haroid M. Freligh dalam bukunya yang berjudul
Delapan Tiang Keselamatan, bahwa: “Diantara manfaat-manfaat yang sudah dibeli dengan
kematian Kristus menghampiri Allah melalui doa merupakan salah satu dari padayang
membawa berkat.

17
Wagner, Penanaman Gereja untuk Tuaian yang Lebih Besar, (Jakarta: Harvest Publication House,
1995), hl 15.
18
Michael Griffiths, Gereja dan Panggilannya Dewasa ini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hl 135

28
Dengan demikian berarti, bahwa doa merupakan nafas hidup dari orang-orang yang
ditebus oleh darah Kristus. Tanpa doa hidup orang-orang percaya akan kurang bagaikan
sebatang sungai yang berair, kering tidak bisa memberikan harapan kehidupan. Demikian
juga Roh Kudus membentuk kita dalam kelemahan kita. Sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh Kudus sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rom 8:25).
Doa berasal dari takhta Allah dan dipulangkan kembali kepada takhta Allah yaitu
pada saat Roh Kudus mendapatkab hati yang berserah, hati yang percaya sebagai
saluranNya. Orang yang dapat diajarkan oleh Roh Kudus merupakan orang percaya yang
senantiasa berdoa dan hati yang diserahkan merupakanhati yang penuh dengan doa. Ini
berarti hidup rohaninya penuh dengan hafal doa dan mengasihi Allah dengan segenap hati
berarti hati yang senantiasa berdoa, dan membuktikan bahwa pertumbuhan gereja tercapai.

C. Pendalaman Alkitab
Seorang gembala sidang yang peka terhadap perkembangan hidup rohani gerejanya
akan selalu berubah membangun pertumbuhan rohani gerejanya, karena pertumbuhan dan
kedewasaan hidup rohani orang Kristen secara pribadi adalah dasar pertumbuhan gereja itu
sendiri. Oleh sebab itu di dalam pendalaman Alkitab gereja akan lebih banyak belajar
secara mendalam tentang kebenaran Firman Allah. Hal ini dijelaskan oleh Peter Wongso
dalam bukunya yang berjudul “Tugas Gereja dan Misi Masa kini”, bahwa:
Sebab itu bila rohani kita hendak dewasa, bila gereja bertumbuh, kita harus membaca Alkitab
dengan baik, dengan segala hikmat menyimpan firman Tuhan secara penuh di dalam hati, dan
berdsasar pada pertolongan Roh Kudus. 19
Jadi jelas di sini, bahwa dengan lebih banyak belajar tentang kebenaran Firman
Allah dan dengan bersandar pada pertolongan dan pimpinan Roh Kudus, maka hidup
rohani jemaat semakin lama semakin bertumbuh menjadi besar dan kuat. Dan hal itulah
yang menjadi dasar dari pertumbuhan gereja, maka gereja pun bertumbuh di atas dasar
yang teguh dengan demikian, gereja dapat tetap berdiri teguh di tengah-tengah gelombang
badai, hujan lebat, dan angina rebut sekalipun, gereja akan terus bertumbuh menjadi dasar
yang kuat.

19
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1999, 17

29
D. Diskusi
Diskusi adalah salah satu cara yang dipakai atau dipergunakan oleh seorang
gembala sidang di dalam usahanya untuk mengaplikasikan atau merupakan kebenaran
Firman Allah di dalam perkembangan hidup rohani gereja. Maksudnya adalah supaya
gereja dapat menerima Firman Allah dan menjadi pelaku-pelaku Firman itu. Rasul
Yakobus dalam nasehatnya kepada kedua belas suku yang ada di perantauan,
berkata:”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja,
sebab jika demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak. 1:22).
Diskusi ini suatu cara yang praktis di masa kini yang bisa dilakukan oleh siapa
saja dan di manna saja. Dewasa ini, di dalam Injil harus mengundang penginjilan besar,
berkhotbah harus di gedung gereja yang besar dan sebagainya. Itu adalah pandangan yang
salah. Sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberikan gambaran dan pandangan yang jelas,
bahwa: “Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku
ada di tengah-tengah mereka”. (Matius 18:20).
Seberapapun banyaknya anggota diskusi dan di manapun tempatnya, Tuhan Yesus
akan selalu hadir di tengah-tengah mereka, dan Tuhan akan menyatakan kebenaran-Nya
dalam perkembangan dan pertumbuhan rohani mereka seperti yang diungkapkan oleh Dr.
Peter Wongso:
Sebenarnya prinsip pertumbuhan gereja bukan titik beratkan pada banyaknya jumlah anggota
jemaat, besarnya organisasi, banyaknya jumlah missionary, atau besarnya jumlah dana misi
menurut angka-angka statistis dan lain-lain, melainkan dititikberatkan pada pertumbuhan
rohani”20
Jadi dengan demikian berarti, bahwa yang menjadi tolak ukur dari perkembangan
gereja besar dan kuat, adalah tercapainya pertumbuhan iman jemaat yang signifikan.

20
Petere Wongso, Op,Cit. hl. b7

30
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PERTUMBUHAN GEREJA

”Gereja bukanlah gedung tetapi orangnya”. Demikianlah syair dalam sebuah lagu
dalam nyanyian Kidung Jemaat. Dari kalimat tersebut secara jelas hendak dikatakan bahwa
gereja adalah kumpulan pribadi yang dipanggil Tuhan keluar dari dunia (1 Petrus 2: 9) yang
diberi kehidupan oleh Tuhan. Gereja ini secara pribadi disebut jemaat. Oleh sebab itu gereja
memiliki kehidupan yang tak terbatas, maka gereja harus bertubuh, bahkan bertumbuh tanpa
batas.
Lalu, mengapa sebagian jemaat suatu gereja dapat bertumbuh sementara gereja-gereja
yang lain mengalami penurunan? Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah seorang
tokoh pertumbuhan gereja, C Peter Wagner, dikataan bahwa Jemaat yang terbuka terhadap
berbagai perubahan demi menjawab tantangan-tantangan baru, mengalami pertumbuhan lebih
pesat dibandingkan jemaat-jemaat yang kurang siap.

A. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan gereja


Faktor pertama yang mempengaruhi pertumbuhan sebuah gereja adalah faktor
lokasi. Gereja-gereja di daerah pinggiran kota yang sedang berkembang, cenderung
bertumbuh lebih pesat dibandingkan daerah-daerah lain. Pusat kota di sebuah kota
metropolitan adalah tempat terbaik kedua bagi sebuah gereja untuk bertumbuh.
Sementara, gereja-gereja yang berada di daerah pedesaan dan kota-kota kecil paling sulit
bertumbuh.
Komposisi jemaat juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan sebuah
gereja. Gereja yang cenderung paling mudah bertumbuh adalah gereja yang masih muda.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa semakin tua usia sebuah gereja, maka semakin
sulit bagi gereja itu untuk bertumbuh. Selain itu, semakin banyak anggota jemaat yang
sudah tua dalam sebuah gereja, semakin sulit pula jemaat gereja tersebut bertumbuh. Dan,
gereja yang mayoritas anggota jemaatnya masih muda cenderung lebih mudah
bertumbuh.
Sebuah laporan menyatakan, “Masalahnya tidak terletak pada keberadaan generasi
tua itu sendiri. Akan tetapi, gereja yang mayoritas jemaatnya adalah orang tua memiliki

31
beberapa karakteristik yang menghambat pertumbuhan jemaat.” Karakteristik tersebut
antara lain kurangnya anak-anak yang dilahirkan oleh anggota jemaat, kurang jelasnya
misi dan tujuan gereja, serta kurangnya ibadah yang hidup atau kurangnya keterlibatan
anggota jemaat dalam pelayanan.
Hal lain yang memengaruhi pertumbuhan jemaat adalah keberagaman ras dalam
jemaat. Jemaat yang terdiri dari berbagai macam ras cenderung mengalami pertumbuhan
yang kuat dalam hal jumlah kehadiran anggota jemaat dalam ibadah. Gereja yang paling
sulit bertumbuh adalah gereja yang didominasi oleh salah satu ras saja. Lebih lanjut
dikatakan bahwa, “Yang lebih penting daripada ajaran teologi adalah karakter kehidupan
religius jemaat tersebut, dan juga kejelasan misi serta tujuannya. Gereja-gereja yang
bertumbuh biasanya tahu dengan jelas mengapa mereka ada dan apa yang sedang mereka
kerjakan.”
Kegairahan rohani juga menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan gereja.
Terlebih lagi, karakteristik penyembahan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan.
Jemaat yang menggolongkan ibadahnya sebagai ibadah yang “penuh sukacita” cenderung
mengalami pertumbuhan yang berarti. Sementara jemaat yang menggolongkan ibadahnya
sebagai “khidmat” cenderung mengalami penurunan. Gereja-gereja yang sering
menggunakan alat musik drum dalam ibadahnya mengalami pertumbuhan yang berarti.
Ini juga terjadi pada jemaat yang memakai gitar listrik untuk mengiringi ibadahnya.
Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan jemaat adalah adanya perencanaan
perekrutan anggota jemaat baru yang terus-menerus disempurnakan, anggota jemaat
yang aktif membawa anggota baru, adanya kelompok pendukung, penyambutan yang
baik bagi pendatang baru, dan keadaan keuangan yang sehat.

B. Lima Cara pertumbuhan gereja yang sehat


Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat:
Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat:
1. Gereja yang sehat harus bertumbuh secara jumlah dan secara kedewasaan rohani.
2. Gereja yang sehat harus mengalami pertumbuhan keluar (tidak hanya ke dalam), yaitu
dengan terlibat dalam pengutusan misi dunia.

32
3. Gereja yang sehat harus mendirikan gereja-gereja baru di daerah sekitar yang tidak
jauh dari tempat dimana gereja itu berada.
4. Gereja yang sehat harus memberikan dorongan semangat dan contoh teladan bagi
gereja-gereja lain.
5. Gereja yang sehat harus mengembangkan pengaruh sosialnya di masyarakat di mana
gereja itu berada.
Penjelasan point point diatas adalah :

1. Mendorong Adanya Pertumbuhan Baik Secara Jumlah Dan Secara Rohani


PEMBERITAAN INJIL. Adalah sangat penting bagi pendeta dan jemaat untuk
membuat rencana-rencana yang dapat memberikan dorongan semangat khususnya di
dalam bidang penginjilan untuk jemaat lokal. Dan pekabaran Injil ini harus secara
kultural dapat diterima. Terlalu sering gereja-gereja lokal tidak mempunyai kepekaan
terhadap masyarakat di sekitar mereka sendiri dengan mengesampingkan kelompok-
kelompok masyarakat yang secara geografis berdekatan. Tetapi orang-orang Kristen
akan menunjukkan sikap kritis mereka, bilamana melihat adanya seorang penginjil
yang melangkah keluar untuk melayani di luar lingkungan budayanya sendiri. Tuhan
menemui orang-orang di tempat mana mereka berada/tinggal. Dia makan dan minum
bersama-sama mereka dan menghadiri pesta jamuan makan yang mereka adakan. Dia
berada bersama orang-orang yang lapar, orang- orang yang sakit, para bangsawan,
orang-orang kaya, seseorang yang sudah lima kali mengalami kawin cerai. Pendeta
dengan rekan-rekan seimannya harus dapat menemukan alat atau sarana yang
melaluinya Injil dapat disampaikan dan didengar dengan sebaik-baiknya.
PEMURIDAN. Gereja harus terlibat di dalam tugas pemberitaan Injil. Tetapi,
jika hanya membuat keputusan-keputusan saja, dan tidak mengadakan langkah
pemuridan, maka ini merupakan kesalahan yang tragis. Yesus memerintahkan kepada
murid-murid-Nya untuk memandang sekelilingnya, pergi dan menjadikan murid,
membaptiskan dan mengajar (Matius 28:19-20). Proses untuk menempatkan domba-
domba baru masuk ke dalam kawanan domba harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Sebuah gereja lokal harus mengembangkan suatu proses pemikiran mengenai hal
pemuridan untuk menolong mengarahkan dan menangani hasil-hasil dari pekabaran
Injil dan memantapkan orang-orang yang baru percaya tersebut ke dalam persekutuan.

33
Berikut ini beberapa saran tentang langkah-langkah di dalam pekabaran
Injil/proses pemuridan sebagaimana dimaksud di atas:
Langkah 1: Setiap pengunjung yang hadir di dalam semua kegiatan kebaktian,
pagelaran musik rohani dan acara-acara kebaktian khusus lainnya diminta untuk
mengisi kartu-kartu isian yang sudah disediakan.
Langkah 2: Selama minggu berikutnya satu team pemberita Injil mengunjungi
rumah-rumah para pengunjung yang hadir (berdasarkan kartu-kartu yang sudah diisi)
dan menyampaikan berita Injil.
Langkah 3: Jika pengunjung yang dikunjungi itu menunjukkan sikap tertarik
terhadap Injil, maka dia didorong untuk bersedia datang lagi di dalam kebaktian gereja.
Dia juga diundang untuk menghadiri kelas-kelas pemahaman Alkitab -- yang terdiri
dari beberapa kelompok kecil, yang disediakan selama lima minggu secara berurutan,
yang khusus membahas mengenai pokok-pokok dasar Alkitab dan Injil, sehingga
dalam suasana seperti itu anggota- anggota yang hadir di dalam kelas pemahaman
Alkitab mendapat kesempatan untuk menerima Kristus.
Langkah 4: Proses pemuridan berjalan terus, sementara setiap pribadi diundang
untuk menghadiri kelas-kelas dewasa pada hari Minggu sesuai dengan pilihan masing-
masing. Kelas-kelas ini mengajarkan hal-hal seperti bagaimana hidup di tengah-tengah
masyarakat sebagai orang yang beriman, bagaimana melakukan tindakan-tindakan
sosial, kegiatan cell-group, team-team doa, dan lain sebagainya, di mana para
pendatang baru dapat mengembangkan rasa ikut memiliki dari bagian persekutuan dan
mengembangkan hubungan antara satu dengan yang lain.
Langkah 5: Keanggotaan Gereja disampaikan setiap kali pribadi- pribadi
menjadi orang percaya. Penulis yakin apabila hal keanggotaan gereja terlalu
ditekankan, dapat juga terjadi bahwa hal keanggotaan gereja ini tidak mendapatkan
perhatian sama sekali. Keanggotaan gereja dan baptisan adalah penting bagi komitmen
kepada gereja lokal.
Langkah 6. Proses penginjilan dan pemuridan terselesaikan bilamana orang
percaya baru sudah dimantapkan di dalam kegiatan-kegiatan kebaktian umum secara
reguler; dan di dalam kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa untuk bersekutu, saling
memberikan perhatian, dan belajar bersama, disamping saling menasehati dan

34
mendoakan. Juga dimantapkan di dalam kegiatan kelompok-kelompok kecil di rumah-
rumah yang terdiri dari empat sampai delapan orang anggota (cell-group). Kelompok-
kelompok kecil ini sangat perlu untuk mengembangkan adanya komitmen yang dalam,
baik untuk perkembangan spirituil masing-masing pribadi, ataupun di dalam hal untuk
saling merawat dan memelihara kehidupan rohani dalam kebersamaan.
Pada dasarnya Tuhan sudah menetapkan bagi kehidupan gereja tiga tingkatan
kontak yang dapat memenuhi kebutuhan spirituil masing-masing anggota dan juga
menolong mengembangkan persekutuan dan pemuridan yang sungguh sangat
diperlukan bagi suatu pertumbuhan gereja yang sehat.
Tingkatan pertama: Kontak-kontak yang terjadi selama kegiatan kebaktian
Minggu pagi/sore. Kontak-kontak ini menolong orang-orang percaya untuk
memelihara hubungan mereka dengan Kristus. Suatu kebaktian yang besar, yang terdiri
dari jumlah anggota yang banyak, dimana di dalam kebaktian seperti itu diusahakan
agar setiap anggota jemaat mengalami kontak langsung secara pribadi dengan Allah
sendiri dan semua aspek dari kebaktian sehingga penyembahan berjalan terus dan
bekerja di dalam pribadi setiap anggota jemaat sampai pada akhir kebaktian.
Tingkatan kedua: Kontak terjadi selama diselenggarakannya kelas- kelas
Sekolah Minggu untuk orang-orang dewasa. Jumlah yang hadir di kelas-kelas Sekolah
Minggu dewasa bervariasi di setiap kelas yang ada, mulai dari 25 sampai dengan 175
dan sengaja diadakan dengan cara membagi kelompok-kelompok yang jumlah
anggotanya besar, menjadi beberapa kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kelompok-
kelompok kecil ini bersatu dan bersehati untuk berakar dan bersekutu, bersaksi
bersama pada tiap akhir minggu, mengunjungi orang-orang sakit, mengadakan
perwujudan kasih bagi mereka-mereka yang diperhadapkan pada suatu kebutuhan,
melakukan kegiatan retreat, kebaktian bersama akhir tahun dan berbagai langkah
kegiatan lainnya di mana melalui kesemuanya itu suasana rasa memiliki satu dengan
yang lain, saling memperhatikan, saling bertanggung jawab dapat dikembangkan dan
dimantapkan.
Tingkatan ketiga: Kontak yang dipusatkan pada kelompok kecil. Kelompok-
kelompok kecil ini memberikan kesempatan kepada orang- orang percaya untuk
mengenal satu dengan yang lain secara dekat dan saling mengasihi. Di sini mereka

35
dapat mengakui dan membereskan dosa-dosa mereka, mendapatkan dukungan rohani
dan doa- doa di dalam mencapai sasaran-sasaran masing-masing secara pribadi, dan
melayani Allah sebagai bagian dari satu team.
2. Menekankan Hal Penginjilan Sedunia
Sebagai tambahan atas pertumbuhan baik secara jumlah maupun rohani, satu
jemaat harus bertumbuh juga di dalam keterlibatannya untuk penginjilan dunia. Gereja
yang sehat harus mempunyai visi untuk menjangkau dunia dan membuat rencana
untuk menerangi dan menggarami dunia. Pendeta berkewajiban untuk memberikan
tantangan sehubungan dengan hal ini kepada anggota-anggota jemaat, tantangan untuk
memberikan perhatian dan ikut mengambil bagian dalam Amanat Agung.
Mengarahkan fokus di bidang misi (pengutusan) bukannya sekedar pilihan
tetapi merupakan suatu perintah atau amanat yang harus ditaati. Hal ini memerlukan
adanya pemeliharaan secara terus-menerus agar visi yang terarah itu tidak pudar
ataupun menyimpang; dan pendeta harus memberikan teladan serta membuka jalan
dengan melangkah pergi, melayani, dan mendoakan. Dia sebagai pendeta perlu
mengembangkan adanya roh kesediaan untuk memberi di dalam gereja sehingga
dengan demikian anggota-anggota jemaat akan bersedia untuk ikut mengambil bagian,
baik dengan uang mereka untuk mengambil bagian dalam kebutuhan dunia.
3. Mendirikan Gereja-Gereja Baru
Prioritas ketiga dari suatu gereja yang sehat adalah mendirikan gereja-gereja
baru. Jika orang-orang Kristen yang sehat berlipat ganda dengan sendirinya, maka
demikian juga dengan jemaat yang sehat. Pertama, diadakan penelitian terhadap suatu
daerah tertentu, untuk mengetahui apakah sebenarnya kebutuhan yang mendesak dan
potensial dari daerah tersebut. Dipilih satu letak yang strategis, dan usaha penginjilan
pribadipun dilakukan. Daftarkan orang-orang di sekitar tempat tersebut yang merasa
tertarik dan bersimpati. Anggota-anggota jemaatpun juga mengadakan penelitian,
untuk mencari tahu siapakah anggota-anggota jemaat yang merasa terbeban untuk
menolong mendirikan serta memperkuat gereja baru ini. Pada kelas Sekolah Minggu
baru yang diadakan berikutnya di gereja "induk", ajaklah orang-orang yang berasal
dari tempat baru, yang tertarik untuk bergabung dalam gereja baru dan juga anggota-

36
anggota gereja induk itu sendiri yang menyatakan kesediaan, untuk mengambil bagian
untuk memperkuat gereja yang baru dimulai ini.
Sebagaimana halnya bayi manusia, kelompok ini untuk selama sembilan bulan
berada di dalam rahim "gereja induk" di mana mereka saling berdesakan dan merasa
nyaman serta saling akrab satu dengan yang lain. Kelas baru ini diberi nama "Gereja
Kecil di Lantai Tiga", dan pengajar-pengajarnya adalah anggota team penggembalaan
dari gereja "induk" yang sudah dipilih untuk mendampingi, membimbing "gereja yang
masih baru" tersebut dan menjadi pendeta (gembala) pertama yang penuh waktu.
4. Membantu, Memberikan Dorongan Semangat Kepada Gereja-Gereja Yang Ada
Prioritas keempat untuk suatu gereja yang sehat adalah membantu, memberikan
dorongan semangat kepada gereja-gereja yang lain. Pendeta gereja setempat harus
terbuka, bersedia untuk mendoakan dan mengusahakan yang terbaik untuk membantu
pertumbuhan gereja-gereja di sekitar daerah di mana gereja yang digembalakannya
berada.
Setiap pendeta yang menjadi anggota dari kelompok pendeta-pendeta gereja
lokal di daerah tersebut, bersatu hati untuk menjaga dan memelihara keberadaan dan
kebaikkan gereja-gereja satu dengan yang lain dan dengan secara jujur, tulus dan
murni mengusahakan pertumbuhan dari gereja-gereja di sekitar daerah tersebut.
5. Mengembangkan Perhatian Sosial
Prioritas kelima untuk suatu gereja lokal yang sehat adalah adanya kesadaran
sosial. Di sekitar gereja, senantiasa dijumpai banyak orang yang miskin, sakit secara
mental, sakit secara tubuh di rumah- rumah perawatan tertentu, mereka yang berada di
dalam penjara dan rumah-rumah sakit, dan mereka yang menderita karena masalah-
masalah keluarga. Gereja-gereja harus melatih anggota-angota jemaatnya untuk
menjadi kelompok-kelompok dengan tugas pelayanan khusus secara lokal dan
mengarahkan perhatian gereja untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial yang
timbul di daerah di mana gereja berada.

Di samping itu, bertumbuhnya gereja, karena adanya faktor-faktor tertentu yang


menyebabkan gereja berkembang secara kualitas dan kuantitas. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:

37
A. Karya Allah
Paulus mengatakan bahwa Allahlah yang memberikan pertumbuhan kepada
gereja. Dalam I Korintus 3:7 dijelaskan bahwa, “Karena itu yang penting bukanlah yang
menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberikan pertumbuhan”. Sangat
jelas ayat ini menjelaskan bahwa pertumbuhan gereja tidak lepas dari karya Allah. Tuhan
Yesus lebih mengatakan dalam Matius 16:18 menyatakan bahwa, “Dan Akupun berkata
kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaat-
Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa Ia
akan mendirikan gereja, bahkan Diapun yang akan memberikan pertumbuhan gereja
tersebut.
Berbicara tentang pertumbuhan gereja yang merupakan karya dasri Allah.
George W. Peters di dalam bukunya yang berjudul Theologia Pertumbuhan Gereja
menjelaskan bahwa, “Oleh karena gereja adalah jemaat Allah, maka pertumbuhan gereja
baik kualitatif maupun kuantitatif adalah karya Allah”. 21
Bertumbuhnya gereja secara kualitas dan kuantitas tidak lepas dari karya Allah
atau cara kerja Allah, pengaruh karya allah sangat besar dalam gereja. Karena Allahlah
yang menetukan gereja bertumbuh. Gereja sebagai sidang Allah yang dibangun atas dasar
hikmat dan kerelaan kehendak-Nya, yang dipilih di dalam Kristus sebelum dunia
diletakkan. Rasul Paulus di dalam Efesus 1:4,5 dan 11 mengatakan bahwa:
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus
dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menetapkan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya. Aku
katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan-
kami yang dari semula ia tentukan untuk memerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah,
yang di dalam segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya”.
Gereja merupakan pilihan dari Allah dan Allah sendiri yang menetapkan gereja
menurut kehendak-Nya. Demikian pula dengan pertumbuhan gereja ditetapkan oleh Allah.
Bertumbuhnya gereja dapat dilihat dengan jelas dari segi kuantitasnya atau jumlah anggota
jemaat. Bertumbuhnya anggota gereja adalah pilihan Allah atau pilihan oleh Allah. Petrus
menjelaskan di dalam kitab I Petrus 1:2 bahwa, “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai
dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taaat kepada

21
George W. Peters, Theologi Pertumbuhan Gereja, (Malang: Gandum Mas, 2002), 75.

38
Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai
sejahtera makinmelimpah atasmu”. Jadi Allah yang memilih gereja.
B. Roh Kudus.
Pertumbuhan gereja sangat dipengaruhi juga oleh Roh Kudus, sebab karya dari
Roh Kudus sangat jelas dalam kehidupan orang-orang percaya dan Dia juga disebut
penolong. Roh Kudus sang penolong adalah inti adalah inti dari kitab Kisah Para Rasul.
Dialah penyebab langsung dari pertumbuhan gereja, sebab pekerjaan rohani hanya bisa
dilakukan oleh Roh Kudus. Di dalam Perjanjian Lama, Zakharia mengatakan,
Maka berbicaralah ia, katanya: “inilah Firman Tuhan kepada Zerubabel bunyinya:
bukan dengan perkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku, Firman
Tuhan semesta alam”.(Zakharia 4:6)
Tuhan Yesus lebih menegaskan lagi di dalam Yohanes 6:63 bahwa, “Rohlah yang
memberi hidup daging sama sekali tidak berguna, perkataan-perkataan yang Kukatakan
kepadamu adalaah oleh Roh dan hidup”. Sangat jelas dari ayat ini bahwa pekerjaan-
pekerjaan rohani hanya dilakukan oleh Roh Kudus. Ia yang memberi hidup kepada orang-
orang percaya dsan memberi pertumbuhan kepada gereja, Peters di dalam bukunya
Teologi Pertumbuhan Gereja mengatakan bahwa:
Ada hubungan realitas-Ministry antara Firman Allah yang ditulis dengan tindakan-tindakan
Roh-Kudus. Ini jelas dari fakta, bahwa pengaruh-pengaruh yang sama dinyatakan berasal
dari Roh Kudus dan Firman allah; tentang kelahiran baru ( Yohanes 3:5; Yakobus 1:18; I
Petrus 1:23 ); tenang pengudusan ( Yohanes 17:17; Roma 15:16; 2 Tesalonika 2:13; I Petrus
2:2 ); tentang pimpinan ilahi ( Mazmur 119: 105; Roma 8:14 ); tentang jaminan dengan
pengetahuan atau pengertian ( Roma 8:16; Kolose 2:2; I Yohanes 2:20, 27; 5:13 ).22
Roh Kudus sangat mempengaruhi pertumbuhan gereja ataau jemaat tentang
kelahiran baru, tentang dosa, tentang perumpamaan, pimpinan ilahi, dan tentang jaminan
pengetahuan atau pengertian. Roh Kudus yang sanggup mengubah hati manusia. Oleh
karena itu berkembangnya kerohanian jemaatr dan kuantitasnya gereja tidak lepas dari
karya Roh Kuudus. Kehadiran Roh Kudus memberi kuasa supranatural kepada gereja dan
oleh karena itu menjadikannya unik di antara semua umat manusia. Gereja nyata hanya
diwujudkan melalui kehadiran Roh dan karya Roh. Petrus Oktavianus di dalam bukunya
“Pertumbuhan Gereja” mengatakan bahwa:
Pada hari Pentakosta Roh KLudus dicurahkan. Pengalaman Pentakosta adalah pengalaman
Roh Kudus. Pentakosta adalah hari panen. Roh Pentakosta adalah Roh panen. Memanen
jiwa-jiwa bagi bagi Tuhan pada waktu Petrus dan semua murid-murid lainnya mengalami

22
Ibid, 112.

39
kepenuhan Roh Kudus, maka langsung panen dimulai. Pada hari itu juga Petrus berkhotbah
satu kali dan 3000 jiwa dipanen untuk kerajaan sorga.23
Ketika Roh Kudus hadir dalam pelayanan para Rasul, pada hari Pentakosta, 3000
orang langsung percaya kepada Yesus. Roh Kudus bekerja dalam pelayanan para Rasul,
sehingga orang-orang yang mendengar khotbah Petrus menjadi percaya, karena Roh
Kudus yang menjamah pemikiran mereka dan hati orang-orang yang hadir pada saat itu.
Jadi Roh Kudus mempengaruhi pertumbuhan gereja atau jemaat.
C. Hamba Allah atau Pemimpin Gereja
Pada mulanya kepemimpinan dipusatkan kepada para rasul, akan tetapi kemudian
rasul-rasul menetapkan orang lain juga untuk mememimpin gereja. Dalam Kisah Para
Rasul 14:23 mengatakan bahwa, “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul menetapkan penatua-
penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa kepada Tuhan, yang adalah sumber
kepercayaan mereka”. Awalnya para penatua ditetapkan oleh para rasul, tapi sekarang
penatua menjadi pemimpin juga dalam suatu gereja. Gereja dapat berkembang apabila
pemimpin menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Baik di dalam gereja
maupun di dalam keluarga. Selain itu seorang pemimpin harus menjadi model bagi
jemaat. Suharso dalam bukunya “Dogmatika III” menjelaskan bahwa:
Seorang pemimpin harus tidak bercacat ( I Timotius 3:2), suami dari satu istri ( I Timotius
3:2; Titus 1:6), dapat menahan diri ( I Timotius 3:2), anak-anak hidup beriman dan saleh,
tidak bercacat, sebagai pengatur rumah Allah ( Ibrani 13:7; Titus 1:7), bijaksana, berhati-
hati, berpikir sehat, berpendirian teguh, sopan, cakap mengajar, kemampuan kitab suci,
kerelaan-kesediaan mengajar, kemampuan untuk menyampaikan Firman Allah, bukan
peminum, bukan pemarah ( I Timotius 3:3; Titus 1:7), peramah, lemah lembut, sabar murah
hati, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala rumah tangga yang baik, disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya ( I Timotius 3:4), tidak serakah, suka memberi tumpangan,
bukan petobat baru ( I Timotius 3L6), nama yang baik dari luar jemaat ( I Timotius 3:7),
suka akan yang baik ( Titus 1:8, baik untuk menghimbau atau meyakinkan ( Titus 1:9).24
Apabila seseorang pemimpin memiliki kehidupan seperti ini, maka jemaat
termotivasi untuk hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, dan jemaat akan terus
bertumbuh dalam iman dan pengharapan kepada Yesus Kristus. Pemimpin jemaat
disebut juga sebagai gembala yang menggembalakan domba-domba atau jemaat.
Berbicara tentang gembala Dliver Mc. Mahan dalam bukunya Gembala Jemaat yang
Sukeses mengatakan bahwa:

23
Petrus Oktavianus, Pertumbuhan Gereja, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1994), 74.
24
Suharso, Dogmatika III ( Salatiga: STJKI, 2004) hl 71

40
Istilah “gembala” dapat ditunjukkan kepada individu yang membantu orang lain, atau
ditunjukkan kepada seseorang yang memperlihatkan kepedulian yang penuh kasih sayang.
Dua fungsi dari pekerjaan gembala yang dijelaskan dalam Alkitab adalah: memelihara dan
melindungi kawanan domba gembalanya. Dalam bahasa Inggris, “Shepherd” (gembala )
berakar dari kata “domba” melainkan dari kata memberi makan. Kata Ibrani untuk
“gembala” ialah ra’ah. Kata ini dibentuk dari kata memberi makan”. Akibatnya sebagai
gembala dan dikenal sebagai “orang yang memberi makan”.25

Sangat jelas dikatakan bahwa gembala adalah seseorang yang memberi makan
atau memberitakan Firman Tuhan kepada domba atau jemaat, dan gembala berfungsi
untuk memelihara dan melindungi jemaat yang dilayani. Dari fungsi sebagai
pemeliharaan ini dapat dilihat bahwa, pertumbuhan jemaat juga oleh pemimpin yang
bertanggung jawab kepada tugasnya.

25
Dliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat yang Sukses, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 3.

41
BAB V

FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN GEREJA DAN SOLUSINYA

Salah satu faktor utama yang menjadi penghambat dalam pertumbuhan gereja adalah ketika
gereja telah dikuasai oleh atau dipengaruhi oleh roh menguasai. Berikut ini adalah tanda-tanda
yang menyertainya.
1. Menonjolkan Kekuasaan.
Tentunya harus diberikan tempat bagi pengajaran Alkitab mengenai otoritas rohani.
Namun, kalau seorang gembala berbicara mengenai pokok ini setiap minggu, selalu
mengingatkan semua orang bahwa ia yang memegang kekuasaan, maka dapat dipastikan
bahwa ada sesuatu yang sedang muncul. Dalam gereja yang tidak sehat, gembala
sebenarnya mulai mengambil tempatnya Yesus dalam kehidupan jemaat.
Pemimpin rohani yang mau berkuasa memakai alasan semacam ini untuk
memanipulasi umat. Oleh karena para gembala tidak ada cara untuk mengukur
keberhasilan mereka kecuali melalui jumlah jiwa yang hadir, mereka bisa kecewa kalau
jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya. Kalau mereka merasa terancam, mereka bahkan dapat
mengembangkan suatu doktrin untuk menghentikan jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya.
Mereka bisa berkhotbah tentang loyalitas tanpa pamrih, dengan memakai cerita-
cerita Alkitab tentang Daud dan Yonatan, atau Elisa dan Elia. Dengan memakai contoh
seperti ini, sang pemimpin bahkan dapat memperoleh dasar "Alkitabiah" untuk
mengendalikan juga hal-hal pribadi dari anggota jemaatnya. Seorang pemimpin yang mau
menguasai bisa juga berusaha menanamkan perasaan berhutang dengan mengingatkan
jemaatnya tentang apa saja yang ia telah lakukan bagi mereka. Cara berkhotbah begini
mengakibatkan anggota gereja mencari kedudukan yang menguntungkan pada gembala
daripada suatu keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah dan bukan manusia (lihat
Kis 5:29). Karena itu ”Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat
kepada Allah dari pada kepada manusia.
Yesus juga menempelak cara menyenangkan manusia seperti ini ketika Ia
mengatakan kepada orang Farisi: "Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak
menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia.

42
Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu akan menerima hormat seorang dari yang lain
dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?" (Yoh. 5:43,44)
Penguasaan seperti ini akan menghancurkan orang secara rohani. Sebuah gereja
yang sehat tidak akan membiarkan perhatian penggembalaan yang murni melanggar
batasnya dan memanipulasi atau menguasai. Seorang gembala yang benar akan
menggunakan pengaruhnya untuk menarik anggota-anggota jemaat kedalam hubungan
yang lebih erat dengan Yesus, yang adalah satu-satunya "kepala gereja". (Ef. 5:23).
2. Suasana Merahasiakan.
Apabila seorang anggota gereja menaklukkan diri kepada suatu sistem penguasaan,
sang pemimpin memberi informasi terbatas kepada setiap pribadi, sambil memonitor
dengan teliti setiap hubungan. Akibatnya setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan
anggota lain berdasarkan informasi yang ia terima dari pimpinan. Dengan cara begini,
kalau gembala atau staff gereja berpendapat bahwa salah satu anggota mulai "berbahaya"
mereka memiliki suatu siasat untuk tetap pegang kendali yang mereka rasa diperlukan.
Hasilnya, gereja dapat memutuskan hubungan apabila perlu dan menyembunyikan
proses ini dibelakang tabir kerahasiaan. Hal ini tidak terbatas pada anggota jemaat.
Suasana begini memberi angin kepada ambisi mementingkan diri sendiri dan persaingan
antara para staff. Namun itu telah menjadi cara bagaimana gembala tetap mengendalikan
dan memastikan bahwa staffnya tidak pernah dapat menantang otoritasnya. Setelah
beberapa waktu, gembala pembantu memahami apa yang terjadi dan akhirnya mereka
berangkat.
Dalam jemaat yang tidak sehat, merahasiakan juga dapat menutupi keuangan.
Gembala-gembala dapat menghimbau dengan semangat untuk mencari dana namun
mereka tidak memberi kepastian bahwa keuangan gereja ditangani dengan tanggung jawab
dan jujur. Ada gembala yang berkhotbah :"Tidak masalah apa yang kami lakukan dengan
uangmu. Tanggung jawab saudara adalah untuk memberi." Akan tetapi Alkitab menyuruh
setiap jemaat menjadi bendarahawan yang baik dan dalamnya termasuk memastikan
sistem pertanggung-jawaban yang baik untuk menangani korban-korban persembahan.
3. Sikap Elitis.
Sikap yang mematikan ini menghasilkan mental "siapa kamu siapa saya". Ini
adalah gereja yang percaya bahwa sebenarnya tidak ada yang memberitakan injil kecuali

43
mereka. Atau paling sedikit, tidak ada yang memberitakan injil sebaik seperti mereka! Roh
elite tidak mendorong anggota gerejanya untuk mengunjungi gereja lain atau menerima
bimbingan dari siapapun yang tidak masuk gereja mereka.
Apabila ada yang mengunjungi gereja lain, maka ia dianggap sebagai tidak
sepakat." Apapun yang kau butuhkan bisa didapat dalam rangka kelompok kita. "Semua
yang kau perlu tahu, kau akan terima dari gembala dan pengajarannya." Sehingga rasa
hormat terhadap denominasi lain hanya sedikit saja, bahkan mungkin tidak sama sekali.
Gereja yang sehat menghormati dan merayakan ungkapan-ungkapan lain dalam
Tubuh Kristus yang beranggotakan banyak. Suatu gereja yang berpusat pada Kristus
menyadari bahwa tidak ada denominasi atau gerja lokal yang dapat memenangkan suatu
kota seluruhnya, betapapun besarnya pemimpin yang berpusat pada Kristus, yang
berpakaikan kerendahan hati, mengakui bahwa gereja yang kecil sama berarti seperti yang
besar, gereja Baptis sama vitalnya seperti Kharismatik dan setiap suku bangsa mendapat
tempat pada meja Tuhan.
Gereja yang sehat akan mempromosikan gereja-gereja lain di dalam kotanya,
daripada hanya mempromosikan acara dan kegiatannya sendiri terus-menerus. Sebuah
gereja yang sehat akan menyokong kebangunan rohani dalam semua gereja daripada
memajukan pemikiran bahwa ia memiliki sesuatu dokrin yang lebih baik. Gereja yang
sehat akan memperlihatkan sikap yang tertulis dalam Pilipi 2:3-4 ".. dengan tidak mencari
kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah
hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga."
4. Mementingkan Perbuatan.
Kesempatan melayani banyak sekali dalam banyak gereja. Namun dalam gereja
yang suka menguasai, kesempatan begini bukan demi melayani. Aktifitas diperlukan
supaya dapat membuktikan komitmen kepada organisasi. Apakah itu merupakan hadir
dengan setia dalam kebaktian atau bekerja dalam satu departemen, loyalitas adalah
kuncinya.
Tentu saja menghadiri kebaktian adalah penting untuk pertumbuhan rohani jemaat.
Namun kalau kehadiran dalam kebaktian supaya mendapat kebaikan dari gembala atau

44
memperoleh kepercayaannya, maka jemaat telah meleset dari sasaran. Dalam Galatia 2:16
dikatakan bahwa "tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus."
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya
kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan
oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh
karena melakukan hukum Taurat.

5. Memotivasikan Takut.
Apabila seorang gembala mengatakan kepada jemaat bahwa mereka yang
meninggalkan gerejanya atau tidak patuh kepada otoritasnya berada dalam bahaya
pehukuman Allah, jemaat dapat memastikan bahwa orang ini bekerja dengan mau
berkuasa. Ia memakai takut sebagai cara daging/manusia untuk menahan jiwa-jiwa dalam
gereja. Biasanya pengungkapan seperti ini: "Kalau anda meninggalkan gereja kami, berkat
Allah akan diangkat dari kehidupanmu dan kau akan keluar dari kehendak Allah. "Yang
lain mengatakan, "Kalau anda meninggalkan gereja kami, maka itu adalah pemberontakan
dan iblis dengan bebas dapat mengganggu kehidupanmu. "Di sini motivasinya adalah
ketakutan bukan kasih.
Jemaat dapat memastikan bahwa alasan seperti ini bukan dari Allah. Yesus tidak
pernah memotivasikan orang dari sebab takut. Dalam gereja yang suka berkuasa atas umat,
takut adalah bentuk manipulasi. Yang tidak tercapai oleh kasih dan sikap hamba, suatu
gereja yang mau berkuasa akan berusaha mencapainya melalui manipulasi. Ini adalah
sama sekali bertolak belakang dengan l Yoh.4:18, yang mengatakan, "Didalam kasih tidak
ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan......".

Selanjutnya, berbicara tentang pertumbuhan gereja, maka ada juga faktor-faktor


penghambat yang bersifat internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
A. Dari diri Pendeta.

Salah satu faktor penghambat pertumbuhan gereja adalah berasal dari diri pendeta,
yaitu ketika ia kehilangan visi pertumbuhan gereja. Visi bisa hilang karena selama proses
pertumbuhan berlangsung, muncul kesombongan dari para pelaku dalam gereja yang tidak

45
mau membagi keberhasilan dengan gereja lain yang tengah bertumbuh, bahkan tidak
membuka diri terhadap orang lain.
Di samping itu, faktor internal yang dapat menjadi faktor penghambat terjadi ketika
pendeta kurang merespon akan panggilan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya. Selanjutnya ketika pendeta mempertahankan kemauannya sebagai
pemimpin untuk terus mengejar pertumbuhan dengan segala keterbatasan yang ada maka
ini adalah sebuah persoalan yang serius yang rentan terhadap pertumbuhan gereja tersebut.
B. Dari Jemaat
Jemaat di satu sisi merupakan hal utama dalam pertumbuhan gereja. Tetapi di sisi
lain, jemaat juga merupakan potensi besar yang dapat menjadi penghambat bagi pemimpin
dalam mengusahakan pertumbuhan gereja. Hal ini terjadi ketika jemaat tidak bersedia
membayar harga dari pertumbuhan.
Pada dasarnya jemaat harus bersedia ‘membayar harga” untuk pertumbuhan
gerejanya. Jemaat dituntut rela berkorban material dan spiritual untuk mendukung
pertumbuhan bagi gerejanya. Mereka harus memberikan diri mereka ikut dalam program
pemberdayakan, aktif dalam doa syafaat, dan bersedia memberikan tenaga, dana untuk
kebutuhan pertumbuhan.
Tetapi di atas segalanya, harga yang paling utama yang harus dibayar jemaat
adalah dengan memberi dirinya dipimpin oleh pendeta menuju pertumbuhan yang sejati.
Pertumbuhan yang sejati tidak akan terjadi jika keinginan bertumbuh hanya dimiliki oleh
pendeta. Jemaat perlu memiliki keinginan bertumbuh dan mau dipimpin oleh pendetanya
untuk mengusahakan pertumbuhan tersebut.
C. Dari Pengerja atau Majelis Jemaat
Adapun faktor penghambat yang terjadi dari pihak pengerja atau majelis Jemaat
adalah adalah kurangnya kepedulian para majelis jemaat (pengerja) terhadap anggota
jemaat, dan di dalam melaksanakan tugas pelayanannya, tidak ada kebersamaan atau
kesepahaman dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

46

Anda mungkin juga menyukai