Anda di halaman 1dari 36

DIKTAT

STANDAR KOMPETENSI GURU PAK

Oleh :

Imayanti Nainggolan,M.Pd

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
2023

1
STANDAR KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

KELOMPOK :
MATA KULIAH (MKB-KEAHLIAN BERKARYA)

Nomor :
Nama Mk : Standar Kompetensi Guru Pendidikan Agama Kristen
Kode : Mkb07pak
Sks : 2 sks
Semester : IV
Prasyarat :
Banyaknya pertemuan : 16 x (2 x 50 menit)

STANDAR KOMPETENSI :
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami PENGERTIAN DARI
JUDUL MATA KULIAH .
2. Mahasiswa meyakini bahwa STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
mampu memberikan pengertian bagaimana seorang guru dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Mahasiswa mampu menempatkan STANDAR KOMPETENSI GURU
PAK dengan benar dalam dunia pendidikan.

KOMPETENSI DASAR:
1. Mahasiswa Mampu menjelaskan Definisi STANDAR KOMPETENSI
GURU PAK
2. Mahasiswa Mampu menerapkan STANDAR KOMPETENSI GURU
PAK sebagai saran pemberitaan Firman Allah dengan benar.
3. Mahasiswa memiliki kemampuan dan kecakapan dalam
mengupayakan STANDAR KOMPETENSI GURU PAK sebagai
sarana menumbuhkembangkan iman anak didik.
4. Mahasiswa memiliki kemampuan yang konstruktif dalam penerapan
STANDAR KOMPETENSI GURU PAK.
5. Mahasiswa meyakini STANDAR KOMPETENSI GURU PAK sebagai
bagian dari kebutuhan dalam menopang pelayanan pelayanan gereja
dalam dunia pendidikan.
6. Mahasiswa diharapkan mampu menempatkan diri sebagai pelayan
pelayan yang cerdas dalam hal memberitakan Firman Allah melalui
dunia pendidikan.

URUTAN DAN RINCIAN MATERI

I. DASAR PEMAHAMAN
II. Pengertian dari setiap kata STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
III. KOMPETENSI PEDAGOGIK
IV. KOMPETENSI PROFESIONAL
V. KOMPETENSI PRIBADI

2
VI. KOMPETENSI SOSIAL
VII. PANGGILAN GURU

INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Mahasiswa Memahami STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
2. Mahasiswa mengaplikasikan STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
yang benar dalam pelayanan FA.
3. Mahasiswa Meyakini Potensi STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
dalam pembentukan iman Kristen
4. Mahasiswa mampu mempergunakan STANDAR KOMPETENSI
GURU PAK.
5. Mahasiswa hidup dengan Persukutuan dengan FA demi mengajar
dengan STANDAR KOMPETENSI GURU PAK.

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN


Pendekatan Individual dan partisipatoris
Metode Kuliah, diskusi, seminar dan tugas-tugas
Pengalaman 1. Mahasiswa mendengar penjelasan dosen tentang
Belajar STANDAR KOMPETENSI GURU PAK
2. Mahasiswa meneliti pentingnya Penerapan
STANDAR KOMPETENSI GURU PAK dalam
pelayanan
3. Mahasiswa menguraikan tentang STANDAR
KOMPETENSI GURU PAK dengan benar.
4. Mahasiswa mendiskusikan STANDAR
KOMPETENSI GURU PAK dengan tepat.
5. Mahasiswa membuat STANDAR KOMPETENSI
GURU PAK yang komunikatif dan praktis.
Tugas 1. Resensi/analisis buku.

STANDAR PENILAIAN :
1. Kehadiran dan partisipasi 20 %
2. Diskusi dan presentasi 20 %
3. Laporan analisis buku 30 %
4. Ujian Akhir Semester 30%

TEKNIK : TERTULIS
BENTUK SOAL : Tes Tertulis

MEDIA: Komputer , Whiteboard dan alat tulis

PRASYARAT :

SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)

3
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
8. Komunitas gereja
9. Literatur:
1. Alkitab Terjemahan Baru,LAI 1974

2. Amin,Moh, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Garoeda Buana,


Pasuruan, 1992

3. Cully,Iris V, Dinamika Pendidikan Kristen (terj), BPK Gunung Mulia,


Jakarta,2011

4. Djamarah,Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi


edukatif,cet. III ; Jakarta : PT . Rineka Cipta,2005

5. Groome, Thomas H. Christian Religious Education-Pendidikan


Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

6. Homrighausen,E.G dan Enklaar,I.H, Pendidikan agama Kristen,


Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013

7. KBBI ofline seri 1.5

8. Kristanto, Paulus Lilik, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi


Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga
Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), Hal. 4

9. Mulyasa, Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan


Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal 137

10. Nasution,S, Mengajar yang sukses, Bumi Aksara,Jakarta, 2002.

11. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga


Pendidikan

12. Purwanto,M. Ngalim, Ilmu pendidikan Teoretis dan praktis, bandung


: Remaja Rosdakarya offset, 2002

4
13. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 6-7

14. UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

15. UU N0.14/2005 tentang Guru dan Dosen

http://www.jejakpendidikan.com/2016/12/kompetensi-kepribadian-
guru-menurut-uu.html

5
PENDAHULUAN

Guru merupakan fasilitator bagi peserta didik dalam proses pembelajaran,


apabila kompetensi guru rendah maka dapat berdampak negatif terhadap hasil
belajar siswa. Guru yang memiliki kompetensi rendah dapat berdampak buruk
dan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan, demikian sebaliknya guru yang
kompeten tentunya akan menghasilkan siswa yang kompeten juga. Guru yang
kompeten dapat menciptakan kualitas pembelajaran yang baik karena kualitas
pembelajaran sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan belajar. Dan guru
yang kompeten akan menjadi penyaji materi pelajaran yang baik, dan menguasai
bahan yang disampaikan. Kemampuan guru dalam membimbing peserta didik
untuk belajar akan mendorong peserta didik tersebut menjadi lebih giat belajar,
karena guru yang kompeten dapat menciptakan kondisi atau iklim belajar yang
baik, serta membangkitkan minat dan sikap siswa sehingga akan mendorong
dirinya untuk berusaha agar meraih prestasi yang tinggi.
Seperti pada semua mata pelajaran lainnya dituntut guru-gurunya harus
berkompenten, maka demikian pula berlaku dalam Pendidikan Agama Kristen
sangat diperlukan guru PAK yang sangat berkompeten. Ketika guru PAK
menunjukkan semua kompetensi tersebut dalam proses pembelajarannya maka
akan membuatnya menjadi guru yang profesional. Dalam proses pembelajaran
PAK diperlukan guru yang memiliki kemampuan menguasai bahan pengajaran,
mengelola kelas, memilih dan menggunakan metode mengajar dan media
belajar, kemampuan berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan dalam
mengidentifikasikan peserta didik serta membimbing dan mengarahkan. Dengan
demikian, akan tercipta proses pembelajaran yang berkualitas. Dan proses
pembelajaran yang berkualitas akan berdampak pada hasil belajar yang sesuai
dengan tujuan.
Proses pembelajaran yang baik ialah suasana belajar yang kondusif. Suasana
kondusif akan meningkatkan minat belajar peserta didik. Oleh sebab itu, guru
yang berkompeten pasti menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
pada mata pelajaran. Sikap antusias akan mata pelajaran akan membuat
peserta didik berprestasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Slameto,
Bahwa untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus memiliki
perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Apabila materi pelajaran tersebut
tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga
berdampak pada keengganan untuk belajar. Dengan demikian pada akhirnya
berpengaruh pada hasil belajarnya.

Akan tetapi, guru yang kompeten akan dapat membuat peserta didik
menyenangi mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian, apabila
kompetensi guru dalam mengajar tidak menjadi perhatian yang serius, maka
akan berdampak pada hasil belajar yang kurang baik. Oleh sebab itu,
kompetensi guru merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran.

6
Hasil belajar yang maksimal bukan hanya dipengaruhi oleh guru yang kompeten,
melainkan juga dipengaruhi oleh faktor dari peserta didik itu sendiri yaitu motivasi
belajar. Menurut Makmur, motivasi merupakan suatu kekuatan, daya atau suatu
keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah
tujuan tertentu. Apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dan positif,
maka akan menghasilkan prestasi yang baik. Motivasi belajar peserta didik yang
tinggi akan menjadikan peserta didik tersebut memiliki kekuatan, daya dan
kesiapsediaan dalam dirinya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Motivasi adalah keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi rintangan,
melatih kekuatan, berusaha untuk mengerjakan sesuatu yang sulit sebaik dan
secepat mungkin. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan tersebut, motivasi
belajar adalah keinginan atau kecenderungan yang kuat untuk belajar. Orang
yang memiliki motivasi belajar akan berusaha mendisiplinkan dirinya untuk
mempelajari setiap materi yang diajar. Peserta didik yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi akan berusaha dengan segenap hati, kekuatan, pikiran, dan
bahkan faktor-faktor yang lain untuk fokus mempelajari materi ajar atau bahan
pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah kemudian dipelajari di
rumah. Disiplin dalam belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.
Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak akan mudah putus asa,
memiliki dorongan belajar yang kuat dan berusaha untuk mempelajarinya.
Peserta didik yang memiliki motivasi belajar cenderung memiliki tanggung jawab
yang tinggi terhadap tugas-tugas yang diembannya.
Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang cenderung rendah
akan mengalami kesulitan ketika menghadapi tantangan-tantangan yang di
hadapinya dalam proses belajar. Peserta didik tersebut kurang berminat dalam
menghadapi tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya sebagai suatu
tanggung jawab dan cenderung ‘kalah sebelum berperang’ ketika berhadapan
dengan tugas belajar yang mungkin berat dan banyak. Maka akibatnya peserta
didik tersebut akan mendapatkan hasil belajar yang rendah di sekolah.

7
BAB I

STANDAR KOMPETENSI GURU PAK

a. Pengertian Standar
standar2/stan·dar/ 1 n ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan:
petugas dari instansi itu menguraikan -- gedung sekolah yang baik; 2 n ukuran
atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan lebih tinggi daripada -- hidup di
kota Bandung; 3 n Dag sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat
dipakai sebagai ukuran nilai (harga): negara-negara tertentu memakai -- emas;
4 a baku: bahasa yang dipakai pada surat kabar tertentu dapat dianggap telah
-- sosial ukuran untuk memiliki, meneliti, dan memilih sikap yang sebaik-
baiknya untuk dipergunakan;
menstandarkan/men·stan·dar·kan/ v menjadikan standar; membakukan;
penstandaran/pen·stan·dar·an/ n proses, cara, perbuatan menstandarkan;
pembakuan: - ejaan bahasa Indonesia

b. Kompetensi
Banyak pengertian yang dikemukakan untuk memaknai sebuah kompetensi.
Seperti yang dikemukakan beberapa para ahli ilmuan berikut:
Sudarwan menyatakan: ”Kompetensi artinya kewenangan, kecakapan ataupun
kemampuan. Disini lebih tepat kalau kompetensi diartikan dengan kemampuan”.

Echols & Shadily dalam Suwardi (2007:3), menyatakan bahwa: “kata kompetensi
berasal dari Bahasa Inggris competency sebagai kata benda competence yang
berarti kecakapan, kompetensi, dan kewenangan”.

Dilanjut dengan menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan


kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab
dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi diartikan sebagai kemampuan.

8
Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,
dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Secara umum Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang
baru dapat juga dianggap seorang guru.
Dalam Ensiklopedia bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kaitannya Kompetensi dengan guru, maka melihat kepada Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa profesi
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi sesuai bidang tugasnya dan pelaksanaan pengembangan
keprofesian berkelanjutan sepanjang hayat.
Berdasarkan uraian di atas, maka kompetensi guru berarti suatu
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen
pembelajaran, dengan memiliki pengetahuan yang luas serta kewenangan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berkualitas, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Pengertian Guru PAK

Sebelumnya dijelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional


dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Berbeda dengan Guru PAK, secara
khusus Guru Pendidikan Agama Kristen adalah seorang yang membantu
peserta didik berkembang untuk memasuki persekutuan iman dengan Tuhan
Yesus sehingga menjadi pribadi yang bertanggungjawab baik kepada Allah
maupun kepada manusia.
Jika sebelumnya dijelaskan oleh Calvin bawa PAK adalah pendidikan
untuk mencapai tujuan gereja maka “PAK adalah usaha gereja untuk membina

9
kehidupan iman dari anggota-anggotanya dan semua orang yang dipercayakan
kepada pemeliharaan gereja dari semua golongan umur dengan berbagai cara
dan bentuk, misalnya dengan pengajaran dan latihan keterampilan demi
terwujudnya iman Kristen dalam kehidupan mereka.”
Berangkat dari pengertian ini maka seorang guru PAK memiliki lima aspek
kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai dengan tujuan untuk mencapai
keberhasilan dalam pengajaran baik secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Yaitu: kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi spiritual.

c.1. Kualifikasi Rohani guru PAK

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa guru atau pengajar
merupakan salah satu dari lima jawatan dalam gereja sehingga kualifikasi
kerohanian seorang guru, apalagi guru pendidikan agama Kristen, merupakan
sesuatu yang penting bahkan mungkin sangat penting untuk diulas.
Jika kita merujuk kepada surat Paulus yang dikirim kepada Timotius
dalam 1 Timotius 3:1-13 dan juga surat Paulus kepada Titus dalam Titus 1:5-
9,18 maka kita akan menemukan beberapa syarat untuk menjadi penatua,
diaken, penilik jemaat, diantaranya :
a. seorang yang tak bercacat;
b. suami dari satu isteri;
c. dapat menahan diri;
d. Bijaksana;
e. Sopan;
f. suka memberi tumpangan;
g. cakap mengajar orang;
h. bukan peminum;
i. bukan pemarah melainkan peramah;
j. Pendamai;
k. bukan hamba uang;
l. seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-
anaknya;

10
m.Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong
dan kena hukuman Iblis;
n. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia
digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis;
o. haruslah orang terhormat;
p. jangan bercabang lidah;
q. jangan penggemar anggur;
r. jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati
nurani yang suci;
s. harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata
mereka tak bercacat.
t. isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat
menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal;
u. haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya
dengan baik.
Thomas H. Groome (2010:81) menulis bahwa ada tiga dimensi iman yang
diekspresikan dalam tiga kegiatan yaitu : 1) Iman sebagai kegiatan percaya (faith
as believing), 2) Iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), 3)
Iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing).19 Dimensi guru pendidikan
harus sampai pada dimensi Iman sebagai kegiatan melakukan, bukan hanya
percaya, dan mempercayakan.
Dalam Kisah Para Rasul 6:3-5, seorang pelayan dalam konteks ayat
tersebut tetapi dalam hal ini, kita berbicara tentang seorang guru pendidikan
agama Kristen, syaratnya adalah ;
a. Terkenal baik
b. Penuh Roh
c. Penuh Hikmat
Merujuk kepada Kisah Para Rasul 1:8, jika Roh Allah telah turun atas seorang
guru PAK, ia akan menerima kuasa dan menjadi saksi bagi banyak orang,
khusus kepada peserta didik yang dipercayakan kepadanya.
Ngalim Purwanto (2002:13-15)20, seorang pendidik harus orang yang
sudah dewasa sendiri, dan si terdidik harus orang belum dewasa, jadi terbatas
pada anak – anak saja. Ia juga mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan adalah
memimpin anak pada kedewasaan. Kedewasaannya menyangkut kepada
kedewasaaan jasmani dan juga rohani.
Kembali menurut Ngalim Purwanto, gejala – gejala kedewasaan adalah
menampakkan diri sebagai bentuk, beranggapan memiliki ketetapan, merdeka,
tetap, stabil, kuat, membantu, tahu mengambil dan menentukan jalan (tidak
bergantung kepada orang lain).
Untuk mengukur kedewasaan rohani seseorang menjadi suatu tugas
yang sangat sulit bagi kami, sehingga ukuran kedewasaan rohani akan dibahas
dalam topic yang berbeda di kemudian hari.

11
c.2 Tugas dan Peran Guru PAK

Seorang guru harus mengetahui apa yang menjadi tugas dan fungsinya
menjadi guru, sehingga ketika menjalankan atau melakukan pembelajaran, guru
tidak salah melangkah atau bertindak. Beberapa tugas dan fungsi guru menurut
para pakar diantaranya :

Menurut Roestiyah N.K, dalam Syaiful Bahri Djamarah(2005:38)21 tugas


guru adalah sebagai berikut :

a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan


dan pengalaman – pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita- cita dan dasar
negara kita pancasila

c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang- undang
pendidikan yang merupakan keputusan MPR No.II Tahun 1983

d. Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar guru hanya sebagai
perantara/ medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan/ insight timbul
perubahan dalam penegtahuan, tingkah laku dan sikap.

e. Guru adalah pembimbing, untuk membawa anak didik kearah kedewasaan,


pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak didik menurut
kehendaknya.

f. Guru adalah penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya kan
hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian
anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah terlebih dahulu.

g. Guru sebagai administrator dan menejer Diamping mendidik, seorang guru


haru dapat mengerjakan urusan tata usaha membuat buku kas, daftar induk,
rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan
di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa
kekeluargaan.

12
h. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena
terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar- benar
pekerjaannya sebagai suatu profesi.

i. Guru sebagai perencana kurikulum. Guru mengahdapi anak- anak setiap hari,
gurulah yang paling tahu kebutuhan anak- anak dan masyarakat sekitar, maka
dalam menyusun kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh di tinggalkan.

j. Guru sebagai pemimpin. Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab


dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal,
membentuk keputusan, dan menghadapkan anak- anak kepada problem.

k. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak- anak. Guru harus turut aktif
dalam segala aktifitas anak,misalnya dalm ekstrakurikuler membentuk kelompok
belajar dan sebagainya.

Menurut Moh. Uzer Usman (2000:6-7)22, Tugas seorang guru jika di


kelompokkan terbagi menjadi tiga jenis, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru merupakan
profesi / jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar pendidikan
itulah sebabnya jenis profesi ini palin mudah terkena pencemaran.tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan – keterampilan pada siswa.

Menurut Homrighausendan Enklaar (2013:164)23 Guru PAK memiliki


tanggung jawab sebagai penafsir iman Kristen, gembala bagi murid – muridnya,
pedoman dan pemimpin, serta menjadi seorang penginjil.

Mulyasa (2005:137)24 dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young


(1988), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein . (1997), dapat
diidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan
teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja

13
rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator,
pengawet, dan sebagai kulminator.

c.3 Guru PAK sebagai Instrumen

Guru PAK dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar atau pendidik


dalam pembahasan kita ini ditempatkan sebagai instrument dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh seluruh stake holder dalam dunia
pendidikan itu sendiri. Yang berarti keberadaannya dalam pencapaian tujuan
pendidikan itu, sangatlah penting sehingga tercapai atau tidaknya tujuan
dipengaruhi oleh bagaimana guru itu. Jika guru itu memenuhi standar kualifikasi,
kompetensi, dan syarat lain yang dibutuhkan maka besar kemungkinan tujuan
itu akan tercapai.

c.4 Guru PAK yang ideal sebagai instrument mencapai tujuan

Dari pembahasan kita diatas dapat kita gambarkan bahwa guru yang idela
adalah guru yang memenuhi seluruh kualifikasi baik sacara jasmani maupun
rohani serta mampu menjalankan tugas serta tanggungjawab dalam perannya
sebagai guru pendidikan Agama Kristen. Tanpa mengurangi rasa hormat
terhadap para guru yang telah berusaha, berjuang untuk mencerdaskan anak –
anak bangsa ini, penulis mau katakan bahwa guru PAK yang ideal adalah Tuhan
Yesus Kristus, Sang Guru Agung.

Banyak orang yang berharap memiliki guru yang ideal, guru yang
memenuhi harapan peserta didik, memenuhi harapan orang tua, memenuhi
harapan sekolah, memenuhi harapan pemerintah sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku di dalam lingkungan sekolah. Jika di gereja maka
guru PAK tersebut harus mampu memenuhi harapan anak sekolah minggu,
orangtua atau jemaat, memenuhi harapan gembala sidang, memenuhi harapan
gereja bahkan harus mampu memenuhi harapan masyarakat di sekitar gereja.

Yang sering terlupakan ketika berbicara atau membahas tentang guru


yang ideal adalah kita lebih sering menuntut guru untuk menjadi guru yang ideal
tetapi di satu sisi kita tidak mau memberi gaji atau upah atau persembahan kasih
yang ideal kepada mereka.

14
d. Pendidikan Agama Kristen
Beberapa para tokoh reformasi agama kristen seperti Martin Luther(1483-
1548) mengemukakan bahwa PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga
jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka
serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Disamping
itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang
berkaitan dengan pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa- rupa
kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk
masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab
dalam persekutuan Kristen.
Demikian juga John Calvin (1509-1664) mengemukakan bahwa PAK adalah
pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka:
a) Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan
bimbingan Roh kudus.
b) Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja.
c) Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian
diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari
serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah dan
kemuliaanNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih
dalam Yesus Kristus.

BAB II
Aspek-aspek Kompetensi Guru PAK

1. Kompetensi paedagogik

Paedagogik asal kata paedagogi berasal dari kata Yunani dimana kata
“Pais” artinya anak dan “Agogos” artinya pembimbing atau penjaga, yang secara
etimologis mengacu kepada proses pendampingan yang dilakukan oleh kaum
dewasa terhadap anak remaja. Pedagogos mulanya memiliki arti pelayanan
kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian pedagoog (dari
pedagogos) adalah seseorang yang memiliki tugas membimbing anak didalam
pertumbuhannya menjadi diri sendiri dan bertanggung jawab. Dapat diartikan
secara umum merupakan suatu usaha sebagai seorang pendidik dalam

15
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak secara rohani dan jasmani,
serta menanamkan dan mewariskan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
kepada anak didik hingga mampu mandiri dan dapat mengambil suatu
keputusan terhadap prinsip pribadi.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a


dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

Adapun kompetensi paedagogik adalah:

1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,


kultural, emosional, dan intelektual.
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan nusantara.
3. Memahami gaya dan kesulitan belajar peserta didik.
4. Memfasilitasi pengembangan peserta didik.
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik.
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
7. Merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran yang mendidik.

Seorang Guru PAK, harus belajar dari teladan Yesus Kristus sebagai
Guru Agung yang sejati. Yesus memahami seberapa jauh kehidupan iman
orang-orang yang diajarnya, Yesus tahu bahwa ada banyak orang yang
berbondong-bondong untuk mendengar pengajarannya, tetapi ada juga para ahli
Taurat dan orang Farisi untuk mengintai, memancing dan menangkap-Nya
(11:53-54). Yesus sangat kreatif dalam mengajar, dalam hal ini yesus
menggunakan beberapa unsur bahasa; Yesus menggunakan bahasa kiasan :
Ragi=mengkiaskan pengajaran busuk (Matius 16:6). Yesus menggunakangaya
bahasa , perumpamaan “burung pipit”, media “rambut kita”. Itu adalah

16
hanya sebahagian contoh dari beberapa pengajaran yang dilakukan Yesus
dalam menunjukkan dirinya adalah sebagai pengajar yang baik. Berangkat dari
hal tersebut, demikian juga yang harus diteladani dan dilakukan oleh seorang
guru PAK.

1.1 Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Kristen


Dalam Pendidikan Agama Kristen, penyelenggara pendidikan dituntut
untuk meningkatkan kualitas personalitasnya. Di sini dituntut seorang guru
pendidikan agama Kristen harus bekerja secara professional.1 Guru sebagai
tenaga professional bertujuan melaksanakan Sistem Pendidikan Nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab maka pentingnya Pendidikan Agama Kristen harus dimulai
dari kompetensi dasar guru. Karena tidak sedikit guru Pendidikan AgamaKristen
yang tidak memahami ini sebagai satu keharusan, sehingga mengakibatkan
para pendidik berprilaku sama seperti guru –guru pada umumnya yang
menganggap bahwa guru hanya sebagai sebuah profesi demi mencukupkan
kebutuhan hidup semata. Pendidikan Agama Kristen juga tidak bias dijadikan
sebagai pendidikan yang hanya berorientasi kepada pencapaian transfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi juga pembangunan mental berbasis
kehidupan yang berkarakter seperti Kristus serta membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik.2
Pendidikan Agama Kristen Adalah pendidikan yang memperkenalkan
Allah kepada nara didik dalam segala disiplin ilmu, itu sebabnya anak – anak
harus merasakan sukacita dalam menempuh pendidikan karena guru yang
mampu membawa mereka masuk dalam suasana itu. Guru Kristen harus
membawa sukacita dalam diri siswa. Pendidikan Agama Kristen jangan menjadi
momok yang membosankan bagi anak didik, karena menyangkut tentang satu
kabar berita dan pengetahuan yang mulia luar biasa tentang Tuhan Yesus
Kristus. Jika demikian jati diri pendidikan Agama Kristen harus mempersiapakan

1 Ph.D B.S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2000). Hal.33
2 M.Pd.K Manahan Uji Simanjuntak.,MA., Kompetensi Guru PAK, ed. Ev.Debora Sali Darnita
Simorangkir, Cetakan Pe. (Batam: Ark Publishing, 2014).

17
segala nsesuatunya dengan sangat cermat termasuk Sumber Daya Manusia.
Sikap awal pendiri atau lembaga penyelenggara akan menjadi kunci sukses
dalam pencapaian pendidikan sesuai dengan cita – cita abadi Tuhan Yesus
Kristus (Matius 28:19-20). Jika penyelenggara pendidikan Agama Krsiten tidak
menyadari hal itu, maka dapat dipastikan Pendidikan Agama Kristen tidak
berbeda dari dunia pendidikan lainya. Peranan semua pihak terlebih guru dalam
Pendidikan Agama Kristen sangat menentukan kualitas pendidikan itu sendiri.
Dari realitas tersebut maka guru harus memiliki kualitas yang teruji bukan saja
kepada penguasaan materi pelajaran, teknik penyampaian, tetapi juga pada
kepribadian yang telah mengalami kelahiran baru di dalam Tuhan Yesus Kristus
(2 Kor 5:17). Oleh karena itu seorang guru Agama Kristen harus memahami ini
dengan benar untuk memberikan rumusan hidup yang berkulitas sebagai
seorang pendidik Agama Kristen.

2. Kompetensi kepribadian

Dalam sebuah Kamus Pelajar kepribadian berasal dari kata dasar


“pribadi” yaitu manusia sebagai diri sendiri/perseorangan, sedangkan
kepribadian itu sendiri merupakan sifat yang sebenarnya yang tercermin pada
sikap seseorang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu sikap dalam kehidupan sehari-hari yang tampak sebenarnya
baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.

Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9)
mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Secara rinci kompetensi kepribadian guru dapat di gambarkan sebagai


berikut :

2.1 Mantab, stabil, dan dewasa

18
Mantab berarti tetap; kukuh; kuat. Pribadi mantab berarti memiliki suatu
kepribadian yang tidak tergoyahkan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik, profesional dan bertanggung jawab.
Stabil berarti mantap; kokoh; tidak goyah. Jadi pribadi stabil merupakan suatu
kepribadian yang kokoh. Sedangkan dewasa secara bahasa sampai umur; akil;
balig. Memiliki kepribadian yang mantab dan stabil, yang indikatornya bertindak
sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Memiliki kepribadian dewasa
dengan ciri-ciri, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik yang memiliki etos kerja. dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
profesional dan dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian
yang mantab, stabil dan dewasa.
Seorang pendidik bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter
guru merupakan hal yang sangat penting. Itu sebabnya meskipun murid pulang
ke rumah meninggalkan sekolah atau kampus, mereka tetap akan
mengenangnya dalam hati dan pikiran mereka, kenangan tentang kepribadian
yang agung di mana mereka pernah berinteraksi dalam masa tertentu dalam
hidup mereka.

Hal ini sangat penting bagi kepribadian guru, karena banyak faktor kepribadian
guru yang kurang stabil, mantab dan kurang dewasa. Kondisi kepribadian yang
demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak
profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan yang tidak senonoh yang akan
merusak citra seorang guru.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang sering
memancing emosi. Kestabilan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung
perasaan dan memang diakui setiap orang mempunyai tempramental yang
berbeda-beda. Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan
dengan pengalamannya, selama guru tersebut dapat memanfaatkan
pengalamannya.

Guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Ada tiga ciri kedewasaan antara lain:
1. orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup, yaitu
sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan
pedoman hidupnya.
2. orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu
secara objektif, dan tidak banyak dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya.
3. orang yang telah bisa bertanggung jawab, orang dewasa yang
telah memiliki kemerdekaan kebebasan akan tetapi di sisi lain dari
kebebasan adalah tanggung jawab.

2.2 Arif dan Berwibawa


Arif dapat berarti bijaksana; cerdik; pandai; berilmu; mengetahui. Memiliki
kepribadian arif, yang ditunjukan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak. Guru bukan hanya menjadi seorang manusia pembelajar tetapi
menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat mempengaruhi pikiran generasi
muda.

19
Seorang guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling
mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainya, sehingga menganggap
remeh dan rendah rekan sejawatnya.
Dalam pendidikan, mendisplinkan peserta didik harus dimulai dari pribadi guru
yang disiplin, arif dan berwibawa. Dalam hal ini, disiplin harus ditunjukan untuk
membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya
masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi
kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.

Kemudian yang dimaksud berwibawa berarti mempunyai wibawa (disegani dan


dipatuhi). Kinerja seorang pendidik akan lebih efektif apabila didukung dengan
penampilan kualitas kewibawaan. Secara umum kewibawaan pada seseorang
dapat membuat pihak lain menjadi tertarik, bersifat mempercayai, menghormati,
dan menghargai.

3.3 Menjadi teladan


Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
beranggapan dia sebagai guru. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk
pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk
yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk
pribadinya. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari
seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab menjadi
teladan.
Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika
seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstrutif
maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta
orang di sekitar lingkunganya yang menganggap atau mengakuinya sebagai
guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan
bila perlu didiskusikan para guru. Sikap dasar: postur psikologis yang akan
nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan,
permainan dan diri. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.
2. Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam
bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
3. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan
antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak
dari kesalahan.
4. Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakan ekspresi seluruh kepribadian.
5. Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan
manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
6. Proses berfikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam
menghadapi dan memecahkan masalah.
7. Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

20
8. Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
9. Keputusan: keterampilan rasional dan intutid yang dipergunakan
untuk menilai setiap situasi.
10. Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang
merefleksikan kekuatan, presperktif, sikap tenang, antusias, dan
semangat hidup.
11. Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang
tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan
kepercayaan itu.

Uraian diatas untuk menegaskan berbagai cara pada contoh-contoh yang


diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
Secara teoritis, menjadi tauladan merupakan bagian integral dari seorang guru,
sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk menjadi
tauladan.
3.4 Berakhlak mulia
Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru memiliki akhlak
mulia. Siswa terbentuk menjadi siswa yang berakhlak mulia karena guru, sebab
guru menjadi cerminan bagi setiap muridnya.
Menurut Husain dan Ashraf, “Dalam dunia kontemporer saat ini perhatian lebih
ditunjukan pada bangunan, peralatan, perlengkapan, dan materim dibandingkan
kepribadian dan karakter guru”. Sebuah kritik yang telah diutarakan perlu
dijadikan perbincangan hangat bagi setiap manajemen lembaga pendidikan dan
fakultas pencetak calon guru.

Esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku, guru akan mampu mengubah


perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia baik. Pribadi guru harus
baik karena inti dari pendidikan adalah perubahan periaku, sebagaimana makna
pendidikan adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidakmampuan,
ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan.

Garder dan Cowell menyatakan, “Satu karakteristik sekolah yang baik ialah
bahwa kondisi moral gurunya tinggi. Kondisi moral tinggi berarti guru mempunyai
rasa percaya diri dan antusiasme. Percaya diri berarti bahwa guru mengetahui
ia dapat bekerja baik. Antusiasme berarti bahwa guru sungguh-sungguh ingin
bekerja baik”.

21
Mengapa guru harus seorang yang berakhlak mulia atau berkarakter baik?
Karena diantara tugas yang amat pokok seorang guru ialah memperkukuh daya
positif yang dimiliki siswa agar mencapai tingkatan manusia yang seimbang atau
harmonis (al-adalat) sehingga perbuatanya mencapai tingkat perbuatan
ketuhanan (af’al ilahiyyat) —istilah Ibn Miskawaih.

Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasihat bagi peserta
didik, bahkan bagi orang tua. Dengan berakhlak mulia, guru dalam keadaan
bagaimanapun harus memiliki sifat istiqamah dan tidak tergoyahkan. Guru yang
berakhlak mulia akan menjadi panutan bagi siswa dalam menghadapi berbagai
situasi apapun.

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia, tentu tidak
tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang
mujahadah, yakni usaha sungguh-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah
dengan niat ibadah tentunya. Melalui guru yang demikianlah, berharap
pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.

4.4 Mengevaluasi kinerja sendiri


Pengalaman adalah guru terbaik (experience is the best teacher), demikian
dalam pepatah tersebut mengatkan pengalaman mengajar merupakan modal
besar guru unruk meningkatkan mengajar di kelas. Pengalaman di kelas
memberikan wawasan bagi guru unruk memahami karakter anak-anak, dan
bagamana cara terbaik untuk menghadapi keragaan tersebut. Guru jadi tahu
metode apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena telah mencobaberkali-
kali.

Pengalaman bisa berguna bagi guru jika ia senantiasa melakukan evaluasi pada
setiap selesai pengajarannya. Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran di masa mendatang.
Guru dapat mengetahui mutu pengajarannya dari respos atau umpan balik yang
diberikan para siswa saar pembelajaran berlangsung atau setelahnya, baik di
dalam kelas mupun luar kelas. Guru dapat menggunakan umpan balik tersebut
sebagai bahan evaluasi kinerjanya. Serta merta guru siap menerima saran dari
kepala sekolah, rekan sejawat, tenaga kependidikan, termasuk dari para siswa.

4.5 Mengembangkan diri


Di antara sifat yang harus dimiliki guru ialah pembelajar yang baik atau
pembelajar mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut imu. Sebagai
contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang
dapat menunjang peofesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh

22
hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar mandiri,
yang cerdas memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di sekolah dan
lingkungannya.

Johnson sebagaimana dikutip, Anwar mengemukakan “Kemampuan


personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan
penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru, (3)
kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya
sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya”.

Arikunto mengemukakan “Kompetensi personal mengharuskan guru


memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi
subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa”.

Dengan melihat akan pendapat para ahli tentang pengertian kompetensi


kepribadian, disimpulkan bahwa “kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia”. Sebagaimana lazimnya seorang guru, maka guru PAK juga harus
memiliki kompetensi kepribadian seperti yang dimaksud di atas. Kompetensi
personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen bukanlah
“standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan
dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan
dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga lewat kepribadian guru PAK peserta didik
belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara akrab
karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan berkarya dalam
hidup mereka.

Usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka


mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh
Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus

23
Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan
lingkungan hidupnya.

Dengan demikian, setiap siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran


PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah
dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.

3. Kompetensi profesional

Profesional adalah kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang


yang menjadi sumber penghasilan, kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang membutuhkan standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profesionalitas adalah


kemampuan bertindak secara profesional, keprofesian. Profesionalitas adalah
kemampuan untuk merancang dan melakukan segela sesuatu secara
profesional dalam bidang yang digelutinya. Berbicara tentang guru pendidikan
agama Kristen Profesionalitas berarti: kemampuan untuk bekerja secara
profesional dalam bidang pendidikan agama Kristen, merancang pendidikan
agama Kristen secara menarik dalam proses belajar mengajar. Guru profesional
adalah seseorang yang memiliki jabatan guru berdasarkan keilmuan dan
keahliannya dengan mengabdikan diri sepenuhnya atas pekerjaan yang
dipilihnya, dengan selalu berusahan mengembangkan diri dan keahlian yang
berkaitan dengan jabatan gurunya.

Guru yang profesional adalah guru yang mampu membawa peserta


didik memahami serta menjalankan nilai-nilai agama yang dipelajarinya.
Rendahnya penghargaan terhadap guru pendidikan agama Kristen berdampak
kepada pemahaman tentang profesionalisme. Guru yang profesional adalah
guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi. Dengan
demikian, guru pendidikan agama Kristen yang profesional adalah guru
pendidikan agama Kristen yang melaksnakan tugas mengajar dan mendidik di
bidang pendidikan agama Kristen dengan mengandalkan kemampuan dan
karekter yang tinggi dan mengacu kepada sosok Yesus sebagai Guru Agung.

Adapun indikator Kompetensi Profesional Guru diantaranya adalah:

24
1. Menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuannya.

2. Menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD)


pelajaran, dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu.

3. Mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa


memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik.

4. Mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara


kontinu.

5. Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses


pembelajaran dan juga pengembangan diri. Dengan menguasai kemampuan
dan keahlian khusus seperti yang sudah dijelaskan di atas, diharapkan fungsi
dan tugas guru bisa dilaksanakan dengan baik.

Dengan demikian, guru mampu membimbing seluruh peserta didiknya


untuk mencapai standar kompetensi yang sudah ditentukan dalam Standar
Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi sosial

Seorang tokoh yaitu Sanusi (1991) mengungkapkan bahwa, “kompetensi


sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja
dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru”.

Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang


harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut:

1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta


didik.
2. Bersikap simpatik.
3. Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah.
4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya).

25
Gullotta dkk (1990) juga mengemukakan ada beberapa aspek kompetensisosial,
yaitu:

1. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam


menjalin dan menjaga hubungan interpersonal positif. Kapasitas kognitif meliputi
harga diri yang positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang
sosial, dan keterampilan memecahkan masalah interpersonal.

2. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan privasi.


Kebutuhan sosialisasi merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam
sebuah kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan
kebutuhan privasi adalah keinginan untuk menjadi individu yang unik, berbeda,
dan bebas melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.

3. Keterampilan sosial dengan teman sebaya, merupakan kecakapan individu


dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam
kegiatan kelompok.

Guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis


bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai
kurikulum dan metodologi pembelajaran. Namun sebagai anggota masyarakat,
setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, ia harus
menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar
manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama
dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. Bila guru
memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid. Sebab
selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu
diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka
memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi
yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan
Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk
membangun orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih
dalam berperilaku.

26
Guru Kristen perlu memahami pribadi Yesus sebagai guru yang harus
diteladani-nya dalam hidup sehari-hari dan dalam pelaksanaan tugas keguruan.
Howard G. Hendricks mengemukakan bahwa sedikitnya ada enam segi
kehidupan Yesus yang senantiasa mengagumkan, yang perlu diteladani oleh
seorang guru Kristen. (1) Dalam segi kepribadian, Yesus memperlihatkan
kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan. Ia pun menuntut kesesuaian
antara ucapan dengan perbuatan. Ia pun menuntut kesesuaian itu terjadi dalam
diri murid-murid-Nya. (2) Pengajaran-Nya sederhana, realistis, tidak
mengambang. Ajaran-Nya selalu sederhana dalam arti menyinggung perkara-
perkara hidup sehari-hari. 3) Ia sangat relasional, dalam arti mementingkan
hubungan antar pribadi yang harmonis. 4) Isi berita-Nya bersumber dari Dia yang
mengutus-Nya (Mat. 11:27; Yoh. 5:19). Selain tetap relevan bagi pendengar-
Nya, ajaran Yesus bersifat otoritatif dan efektif (Mat. 7:28-29). 5) Motivasi kerja-
Nya adalah kasih (Yoh. 1:14; Flp. 2:5-11). Ia menerima orang sebagaimana
adanya, serta mendorong mereka untuk berserah kepada Allah. 6) Metode-Nya
bervariasi, namun sangat kreatif. Ia bertanya dan bercerita. Ia melibatkan orang
untuk memikirkan masalah yang diajukan. Selain itu, Ia mengenal orang yang
dilayani-Nya, tingkat perkembangan serta kerohanian mereka.

Terkait dengan hakekat manusia sebagai makhluk sosial, Allah sendiri


membagun keluarga sebagai konteks sosial pertumbuhan anak (fungsi
sosialisasi). Dia menciptakan umat, masyarakat dan bangsa untuk pertumbuhan
individu dan kelompok. Dia pun menjadikan gereja sebagai wadah pertumbuhan
individu dalam berbagai aspek. Komunitas dalam jemaat terpanggil untuk saling
melengkapi, saling menasehati, saling mengajari (Kol. 3:15-16). Dinasehatkan
pula oleh Alkitab agar orang percaya tidak menjauhi pertemuan-pertemuan
dengan sesamanya demi pertumbuhan spiritualitasnya (Ibr. 10:24-25).

Dengan demikian seorang guru Kristen tidak boleh hanya membatasi


hubungan dirinya hanya dalam kelas, ketika dia mengajar. Dia juga harus terlibat
secara langsung dalam kehidupan berjemaat dalam sebuah gereja lokal. Dia
juga harus menjadi bagian dari dinamika hidup yang relasional dalam tubuh
Kristus yang semestinya diwarnai oleh kasih dan keakraban hubungan.
Maksudnya, jika orang-orang yang berinteraksi dalam jemaat didorong oleh

27
kasih yang tulus, mereka akan bersedia membina hubungan yang akrab. Dalam
relasi demikian, banyak perkara iman dapat dipelajari. Dengan begitu,
pendidikan Kristen harus memberi perhatian terhadap jemaat sebagai tubuh
Kristus.

Guru Kristen perlu terlibat dalam pelayanan jemaat. Ia dituntut untuk


melibatkan diri dalam relasi antar pribadi. Sebagai pribadi ia terpanggil untuk
terlibat dalam sharing, kunjungan jemaat, dan dalam pertemuan-pertemuan
tertentu. Ia mengupayakan pembinaan orang-orang percaya yang selanjutnya
dapat melaksanakan tugas pemuridan dengan kerelaan melayani sebagai
hamba dan kesediaan memberi diri sebagai “model” atau teladan. Dengan
demikian, pendidikan Kristen harus mengupayakan pemuridan lewat identifikasi,
yakni saling mengamati gaya hidup sesama dalam artian positif, bukan hanya
berupa pengajaran di kelas sekolah secara formal.

5. Kompetensi spiritual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Spiritual” adalah yang


berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Sedangkan secara
terminologis, spiritualitas berasal dari kata “spirit”. Dalam literatur agama dan
spiritualitas, istilah spirit memiliki dua makna substansial, yaitu:

· Karakter dan inti dari jiwa-jiwa manusia, yang masing-masing saling


berkaitan, serta pengalaman dari keterkaitan jiwa-jiwa tersebut yang merupakan
dasar utama dari keyakinan spiritual.“Spirit” merupakan bagian terdalam dari
jiwa, dan sebagai alat komunikasi atau sarana yang memungkinkan manusia
untuk berhubungan dengan Tuhan.

· Spirit mengacu pada konsep bahwa semua “spirit” yang saling berkaitan
merupakan bagian dari sebuah kesatuan (consciousness and intellect) yang
lebih besar.

Menurut kamus Webster (1963) kata “spirit” berasal dari kata benda
bahasa latin "Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang
berarti bernafas. Melihat asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan
memiliki nafas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan
yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal
28
yang bersifat fisik atau material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau
pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup.

Menurut Adler, manusia adalah makhluk yang sadar, yang berarti bahwa
ia sadar terhadap semua alasan tingkah lakunya, sadar inferioritasnya, mampu
membimbing tingkah lakunya, dan menyadari sepenuhnya arti dari segala
perbuatan untuk kemudian dapat mengaktualisasikan dirinya. Spiritualitas
diarahkan kepada pengalaman subjektif dari apa yang relevan secara
eksistensial untuk manusia. Spiritualitas tidak hanya memperhatikan apakah
hidup itu berharga, namun juga fokus pada mengapa hidup berharga.
Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai
tujuan dan makna hidup. Jadi, dapat disimpulkan spiritual berarti memiliki ikatan
yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal
yang bersifat fisik atau material.

Demikian seorang guru PAK sebagai teladan bagi peserta didik, juga
merupakan pentransformasi hal kerohanian. Dalam hal ini yang dimaksud ialah
guru PAK harus memiliki kompetensi spiritual. Dimaksudkan spiritual ialah
mempunyai hubungan pribadi yang baik terhadap tuhan Yesus dimana seorang
pendidik ini selalu menampakkan dirinya sebagai hamba yang lemah dan
dengan kekuatan daripada Tuhan ia mampu unutk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik. menjadi seorang pendidik kristen
haruslah memiliki hati yang mau melayani dengan sungguh-sungguh. Dimana
seorang guru bukan hanya mentransfer ilmunya untuk peserta didiknya
melainkan mengajarkan karya-karya Tuhan didalam kehidupan peserta didik itu
sendiri melalui pengajaran-pengajaran yang diberikan guru itu. Pertama-tama,
kita sendiri harus memiliki komitmen pribadi kapada Yesus Kristus. Selain
komitmen sebagai pendidik juga harus konsisten untuk setiap perkataan dengan
perbuatan serta seorang pendidik juga harus mengutamakan kasih kepada
setiap peserta didik.

Spiritualitas adalah gaya hidup seorang guru PAK sebagai hasil


pemahamannya tentang Allah secara utuh. Hal ini dikemukakan mengingat
bahwa tugas mendidik bukanlah pekerjaan yang hanya bersifat teknis dan
mekanistik. Guru dan peserta didik adalah insan yang memiliki aspek spiritual.

29
Untuk itu spiritualitas guru PAK harus memiliki kepercayaan dan beriman kepada
Tuhan Yesus, mengalami buah-buah iman, mengintegrasikan iman dalam
kehidupan sehari-hari, mengupayakan pertumbuhan rohani, bertindak dan
melayani.

BAB III

PANGGILAN GURU PAK

Guru merupakan unsur penting dalam proses belajar mengajar di bidang


Pendidikan, serta memiliki tanggung jawab yang besar. Guru adalah
Pembimbing siswa untuk mengenal, memahami dalam menghadapi semua yang
berkaitan dengan pendidikan. Profesi atau pekerjaan guru sangat penting untuk
pelaksanaan proses belajar mengajar khususnya dalam pembinaan iman siswa.
Dalam pembahasan bab ini akan meninjau secara singkat serta
menghubungkan antara seorang guru PAK dengan salah satu tugasnya yaitu
dalam upaya membina iman Kristen siswa.
Dalam Perjanjian Baru tugas mengajar sangat penting yang dapat
dipahami dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sendiri karena PAK tidak
terlepas dari Sang Guru Agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus bahwa Ia adalah guru
yang datang dari Allah. Sebagai guru, Yesus sangat diperhitungkan keahlian-
Nya oleh rakyat Yahudi, sehingga menyebut sebagai RABBI. Suatu gelar
kehormatan yang menyatakan betapa ia dikagumi oleh semua orang karena
Yesus sendiri dengan tegas mengakui diri-Nya sebagai guru kepada murid-
muridnya. “Kamu menyebut aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat. Memang
Akulah Guru dan Tuhan.
Tuhan Yesus layak disebut Guru Agung atau Rabbi karena semua
pengajarannya disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa, mujizat sehingga orang
yang mendengar pengajaranNya menjadi terpukau dan memberi tanggapan
positif. Tuhan Yesus adalah Guru yang tiada taranya dimana seluruh kehidupan

30
dan pengajaran yang mulia sampai akhir hidupnya yakni menyelamatkan
manusia dari segala dosa.
Manusia disepanjang hidupnya selalu berhadapan dengan berbagai tantangan
yang harus dipergumulkan dan berbagai cara dilakukan untuk meraih
kemenangan khususnya dikalangan Remaja. Untuk itu sangatlah perlu
pengenalan akan Yesus, agar mereka jangan sampai jauh kepada ajaran sesat.
Dimana Remaja sebagai harapan bangsa, Gereja dan keluarga harus berperan
dalam hal ini.
Untuk menolong para Remaja menerima Yesus, perlu pembinaan iman
yang merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru PAK, karena iman
merupakan salah satu kekuatan yang dapat melepaskan segala perangkap yang
dipasang si iblis yang disebut pembunuh manusia (Yoh.8:44). Dimana sebagai
seorang Guru PAK tidak cukup hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja
tetapi Remaja perlu pengenalan akan Yesus, seperti firman Tuhan dalam Filipi
3:8 :”Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Tuhanku Yesus
lebih mulia dari segalanya” artinya disini bahwa segala sesuatu tidak berarti
tanpa pengenalan Yesus Kristus.
PAK Merupakan rangkuman kegiatan yang berusaha untuk membimbing
dan menolong Remaja supaya menerima Yesus secara benar. Maka sekolah,
gereja,keluarga sebagai tempat pelayanan yang memperkenalkan remaja
kepada Yesus melalui pengajarannya hendak benar-benar menyadari akan
tugas dan tanggung jawab sebagai gembala yang selalu didepan untuk
mengarahkan domba-domba Allah kepadanya. Jadi demikian PAK adalah suatu
usaha untuk menolong atau membentuk setiap remaja atau jiwa dalam
pertumbuhan rohaninya supaya dapat mengasihi Allah dan mengasihi sesama.
Usaha guru PAK untuk menolong remaja dalam menerima Yesus.
Dalam menolong anak remaja untuk menerima Yesus tentu sekali guru
PAK harus membawa usaha dalam pengenalan akan Yesus. Adapun yang
menjadi usaha Guru PAK dalam menolong remaja adalah Mengadakan PA
(Penelaan Alkitab)
PA merupakan suatu usaha guru PAK yang membentuk kelompok besar
maupun kecil untuk sama-sama mempelajari dan menjiwai makna nats Alkitab
yang dibaca. A.A Sitompul (1987:14) mengatakan PA : semua anggota yang

31
harus merasakan bahwa mereka seluruhnya merupakan suatu kelompok
persekutuan hidup yang menelaah firman Tuhan dan yang memperteguh
imannya. Kelompok PA tersebut diajak bernyanyi, berdoa dan membaca firman
Tuhan secara bergiliran sekaligus bergumul dengan firman Tuhan. Dari
pergumulan tersebut merupakan suatu titik kesimpulan yang menjadi kesaksian
bahwa firman Tuhan adalah sangat berarti dalam kehidupan manusia.
Remaja sebagai bagian dari anggota jemaat sangat perlu mengadakan
PA melalui metode atau suatu cara untuk mengembangkan pelayanan terhadap
remaja melalui PA yang dapat dilakukan secara langsung dan terlibat dengan
Penyelamatan Yesus.
Kita harus menginjili orang-orang. Kewajiban kita bukan hanya
menyampaikan panggilan agar mereka membuat keputusan untuk menerima
Yesus,tetapi juga untuk menjadikan mereka murid Yesus. Kita harus membawa
orang-orang yang baru bertobat itu ke dalam lingkungan Gereja. Kita harus
membingbing rohani mereka. Kita harus “mengingatkan dan mengajar mereka
semuanya dengan segala kebijaksanaan.” Tujuannya ialah “supaya setiap orang
dapat dibawa kepada allah, sebagai orang yang dewasa dalam hal-hal rohani,
karena sudah bersatu dengan Kristus” (Kolose:1:28) Yesus memerintahkan:
PERGILAH DENGAN PEYERTAAN-KU. “Ketahuilah, Aku meyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mateus 28: 20). Didalam Pribadi Roh
Kudus, Yesus berjanji untuk menyertai kita setiap hari—apa pun yang terjadi—
sampai ahir pelayanan kita, sampai ahir zaman. Sebuah janji yang luar biasa!
Sebuah janji yang menenangkan hati!
Tak ayal lagi, murid-murid Yesus terpengarah mendengar Amanat Agung
tu. Sebelas orang pergi keseluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa murid
Yesus? Kita baca dalam Kisah Para Rasul, Rasul Yakobus menegaskan
mengenai rencana Allah, yaitu memanggil “suatu umat.....bagi nama-Nya”
(Kisah Para Rasul 15: 14). Seringkali para hamba Tuhan menjadi kecil hati
karena mereka tidak melihat hasil yang benar dari pelayanannya. Mereka tidak
melihat banyak orang berpaling pada Tuhan ; atau kebangunan rohani tidak
terjadi seperti yang mereka harapkan, atau tidak terjadi seperti seperti yang
pernah mereka membaca dalam sejarah Gereja. Bagaimanapun juga Allah

32
masih bekerja memanggil orang-orang dari berbagai bangsa dan mengetahui
dari Alkitab bahwa tidak semua orang akan mengikut Kristus (Roma 10:13-21).
Rencana Allah menebus manusia masih tetap sama. Cara Allah
menjangkau orang-orang di dunia ini, yaitu melalui berita tentang Kristus, masih
tetap sama. Allah “berkenan menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada-
Nya melalui berita yang kami wartakan yang dianggap omong kosong oleh
dunia”(1 Korintus 1:21). Allah memanggil umat-Nya untuk memberitakan injil
keseluruh bumi “...bagaimana mereka berseru kepada-Nya, jika mereka tidak
percaya kepada Dia? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya , jika
mereka tidak diutus?” (Roma 10:14,15), Pemberitaan Injil dengan cara apapun ,
dan dengan apapun Tuhan menempatkan kita adalah tanggung jawab dan hak
istimewa kita umat-Nya. “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, Umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar
dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Peterus 2:9).
Karena itulah ini merupakan panggilan yang mulia untuk kita laksanakan, PAK
harus benar-benar dapat diterapkan bagi kaum remaja untuk menolong mereka
menerima Yesus sehingga mereka hidup sesuai dengan kebenaran Allah dan
bertumbuh menjadi anak-anak yang baik.

BAB IV

KESIMPULAN

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru adalah
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen
pembelajaran, dengan memiliki pengetahuan yang luas serta kewenangan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berkualitas, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.

33
Guru Pendidikan Agama Kristen adalah seorang yang membantu peserta
didik berkembang untuk memasuki persekutuan iman dengan Tuhan Yesus
sehingga menjadi pribadi yang bertanggungjawab baik kepada Allah maupun
kepada manusia. Ada lima kompetensi yang harus dimilki seorang guru PAK,
yaitu: 1) kompetensi paedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
profesional, 4) kompetensi sosial, dan 5)kompetensi spiritualitas.

Refleksi

Tugas guru memang sangatlah mulia. Walaupun sangat mulia, namun


menjadi guru tidaklah mudah. Guru harus mempunyai banyak bekal sebelum
terjun ke sekolah untuk memberikan materi. Banyak tantangan yang akan
dihadapi guru setelah bergelut dengan siswa-siswi di sekolah. Tidak hanya
memiliki intelektual yang tinggi dan mampu menyampaikan materi dengan baik,
guru juga mempunyai kompetensi-kompetensi agar mampu menjadi guru yang
profesional. Apabila guru tidak punya sikap profesional maka murid yang didik
akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini karena guru
adalah salah satu tumpuan bagi negara dalam hal pendidikan. Dengan adanya
guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa
yang berkualitas pula. Kunci yang harus dimiliki setiap pengajar
adalah kompetensi.
Kompetensi guru PAK disebutkan antara lain yaitu kompetensi
paedagogik, kepribadian, profesional, sosial, dan spiritual. Berbeda dengan
guru-guru lain pada umumnya, menjadi seorang Guru PAK merupakan
panggilan dari Tuhan untuk meneruskan mandat-Nya yaitu Amanat Agungdalam
Matius 28:18-20. Hal ini merupakan perintah dari Tuhan Yesus, yang adalah
Guru Agung yang sejati yang merupakan teladan bagi seorang guru Agama
Kristen. Dalam hal ini kompetensi spiritual merujuk kepada sebuah “kuasa”.
Seorang guru PAK selain memiliki pengetahuna, intelektual, dan
kepribadian yang mulia, juga harus memiliki kuasa. Kuasa yang dari pada
Tuhan, memberikan wibawa kepad Guru PAK sebagai seorang pengajar.

34
Sehingga siswa yang diajar tunduk dan patuh terhadap guru tersebut. “Kuasa”
dapat dimiliki ketika seorang guru PAK dalam kehidupannya selalu bersekutu
dengan Tuhan, membaca dan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam.
Selalu ada kerinduan dan haus akan hadiratnya. Sehingga Tuhan selalu
besertanya, Roh Allah selalu melingkupinya. Itulah perbedaan guru-guru lain
pada umumnya dengan guru PAK.
Seorang guru PAK memiliki kharisma yang tidak dimiliki oleh huru-guru
lain pada umumnya. Oleh karena itu seorang guru PAK dalam kepribadiannya
haruslah berbeda dengan guru yang lain. Dari penjelasan yang sudah dijabarkan
secara singkat, maka penulis dalam hal ini dapat mengambil kesimpulan sebagai
refleksi diri sendiri bahwa, begitu mulianya sebagai guru Pak, yang adalah
kawan sekerja ALLAH dalam melanjutkan misi Tuhan Yesus untuk membawa
manusia mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, dalam hal ini
guru PAK menolong peserta didik untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan
memperkenalkan karya-karya-Nya kepada peserrta didik. Selain itu, juga
membentuk pribadi siswa takut akan Tuhan, dan memberikan kebangkitan atau
pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Oleh karena itu perlu
memperlengkapi diri dengan kelima kompetensi yang sudah disebutkan diatas,
yaitu baik paedagogik, kepribadian, profesioal, sosial, dan spiritualitas. Dan
meningkatkan pendekatan diri terhadappersekutuan dengan Tuhan

35
36

Anda mungkin juga menyukai