MANAJEMEN dan
ADMINISTRASI KELAS
KAJIAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Efvi Noyita, MM
BUKU AJAR
MANAJEMEN dan
ADMINISTRASI KELAS
Edisi Pertama
Copyright @ 2024
ISBN 978-623-130-948-8
122 h.
14,8 x 21 cm
cetakan ke-1, 2024
Penulis
Efvi Noyita, MM
Penerbit
Madza Media
Anggota IKAPI: No.273/JTI/2021
Kantor 1: Jl. Pahlawan, Simbatan, Kanor, Bojonegoro
Kantor 2: Jl. Bantaran Indah Blok H Dalam 4a Kota Malang
redaksi@madzamedia.co.id
www.madzamedia.co.id
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara
apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy
tanpa izin sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR
ii Efvi Noyita, MM
DAFTAR ISI
iv Efvi Noyita, MM
2. Metode Role Playing ........................................... 76
3. Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving) ................................................................. 77
4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ............... 78
5. Cooperative Script............................................... 80
6. Picture and Picture ............................................. 81
7. Numbered Heads Together ............................... 82
8. Metode Investigasi Kelompok (Group
Investigation) ....................................................... 82
9. Metode Jigsaw ................................................... 85
10. Metode Team Games Tournament (TGT) ........ 85
11. Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD)................................................... 87
12. Model Examples Non Examples ........................ 88
13. Model Lesson Study ............................................ 89
2 Efvi Noyita, MM
Dengan menerapkan manajemen kelas yang baik, guru
dapat membangun interaksi belajar mengajar yang baik,
mencapai tujuan pembelajaran tanpa menemukan kendala,
dan membangun kemampuan siswa.
Prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk menciptakan
suasana belajar yang efektif, menyenangkan, dan dapat
memotivasi siswa. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ter-
sebut, guru dapat membangun interaksi belajar mengajar
yang baik, mencapai tujuan pembelajaran tanpa menemukan
kendala, dan membangun kemampuan siswa.
Selanjutnya, kita juga harus memperhatikan beberapa hal
lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip
manajemen kelas dapat diterapkan dengan langkah-langkah
di bawah ini:
v Prinsip Efektivitas. Guru harus memiliki rencana yang
jelas dan terencana, serta menggunakan metode, media,
dan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
v Prinsip Keadilan. Guru harus memperlakukan siswa
secara adil dan memberikan kesempatan yang sama bagi
semua siswa, tanpa membedakan siswa sesuai dengan
latar belakang, kemampuan, atau jenis kelamin.
v Prinsip Partisipasi. Guru harus mendorong siswa untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta
dalam kegiatan.
v Prinsip Kesetaraan. Guru harus memperlakukan siswa
secara setara, tanpa membedakan siswa sesuai dengan
latar belakang, kemampuan, atau jenis kelamin.
v Prinsip keterbukaan. Guru perlu menciptakan suasana
4 Efvi Noyita, MM
• Metode Deskriptif. Penggunaan metode deskriptif
dalam penelitian untuk menggambarkan dan meng-
analisis efektivitas manajemen kelas.
• Pengamatan Langsung. Melakukan pengamatan
langsung terhadap suasana pembelajaran, interaksi
antara guru dan siswa, serta disiplin kelas untuk menilai
efektivitas manajemen kelas.
• Penggunaan Indikator. Mengukur efektivitas mana-
jemen kelas melalui indikator-indikator seperti suasana
pembelajaran, keterlibatan siswa, disiplin kelas, dan
interaksi antara guru dan siswa.
Dengan menggunakan metode-metode ini, maka kita
akan dapat melakukan penilaian yang komprehensif ter-
hadap efektivitas manajemen kelas, sehingga memungkinkan
untuk melakukan perbaikan dan peningkatan yang di-
perlukan.
6 Efvi Noyita, MM
D. Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen Kelas adalah topik yang penting dalam dunia
pendidikan. Manajemen kelas ini melibatkan pengelolaan
kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam era digital saat ini, penggunaan sistem
manajemen sekolah (SMS) dapat membantu Pengelola
Sekolah–Kepala Sekolah dalam mengelola berbagai aspek
yang harus diperhatikan di lingkungan sekolah dengan lebih
mudah dan efisien.
Selanjutnya mari kita perhatikan dan pelajari tujuan
manajemen kelas di bawah ini dengan baik:
• Menciptakan suasana belajar yang kondusif. Manaje-
men kelas bertujuan untuk menciptakan suasana belajar
yang kondusif bagi siswa, sehingga siswa merasa nyaman
dan fokus dalam belajar.
• Meningkatkan efektivitas pembelajaran. Manajemen
kelas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pem-
belajaran dengan memanfaatkan waktu, media pem-
belajaran, dan metode pembelajaran yang tepat.
• Menciptakan iklim belajar yang positif. Manajemen
kelas bertujuan untuk menciptakan iklim belajar yang
positif dengan memfasilitasi interaksi yang positif antara
guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa.
• Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
nyaman. Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi siswa,
sehingga siswa merasa nyaman dan terlindungi saat
belajar.
• Menciptakan suasana belajar yang memotivasi.
Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana
8 Efvi Noyita, MM
E. Strategi Manajemen Kelas yang Efektif
Selain memperhatikan bagian-bagian yang telah kita
bahas satu persatu di atas, selanjutnya kita juga akan mem-
pelajari beberapa strategi di bawah ini, yang tentunya dapat
kita gunakan dalam manajemen kelas seorang Guru, antara
lain:
• Membuat hubungan yang erat antara guru dan siswa.
Membangun hubungan yang erat antara guru dan siswa
dapat membantu menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan membangun kepercayaan antara guru dan
siswa.
• Penetapan tujuan pembelajaran dengan jelas.
Menetapkan tujuan yang jelas akan memberikan arah
dan memberi motivasi bagi siswa untuk belajar.
• Menggunakan media pembelajaran tepat sasaran.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan
membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran
dengan maksimal.
• Menggunakan metode pembelajaran yang efektif.
Penggunaan metode pembelajaran yang efektif akan
membantu siswa dalam mengerti dan mengingat materi.
• Menggunakan strategi motivasi dan pengawasan.
Penggunaan strategi motivasi dan pengawasan yang
tepat akan membantu siswa dalam memotivasi diri dan
memperbaiki perilaku.
• Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
Strategi manajemen kelas yang efektif membuka peluang
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosi-
onal siswa.
10 Efvi Noyita, MM
dan konflik. Lembaga sekolah harus mengelola per-
ubahan dan konflik yang terjadi dalam proses pem-
belajaran, seperti perubahan lingkungan belajar, konflik
antara guru dan siswa, dan konflik antara siswa.
• Dapat membantu pengelolaan kualitas pembelajaran.
Lembaga sekolah harus mengelola kualitas pem-
belajaran, seperti menetapkan tujuan yang jelas, meng-
gunakan media pembelajaran yang tepat, menggunakan
metode pembelajaran yang efektif, dan menggunakan
strategi motivasi dan pengawasan.
• Dapat membantu pengelolaan keterampilan guru.
Lembaga sekolah harus mengelola keterampilan guru,
seperti membantu guru dalam mengembangkan ke-
terampilan dalam manajemen kelas, mengembangkan
keterampilan dalam mengelola lingkungan belajar, dan
mengembangkan keterampilan dalam mengelola per-
ubahan dan konflik.
Dengan memastikan pelaksanaan manajemen kelas yang
baik telah diimplementasikan dalam proses pembelajaran,
maka lembaga sekolah hal ini telah dapat membantu guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan membangun
keterampilan siswa dengan benar, efektif dan efisien.
Sebagai bahan tambahan untuk para adik mahasiswa
sekalian, pembelajaran serta metode dan indicator mana-
gement kelas di atas ini kelak juga akan dapat kita gunakan
dalam menyusun penelitian tugas akhir mahasiswa. Silakan
dipelajari lebih lanjut dalam diskusi kelas. Saya akan mem-
berikan kesempatan kepada kelas untuk berdiskusi terbuka
dalam sesi interaktif dan refleksi mahasiswa seputar materi
yang ada pada bab ini.
12 Efvi Noyita, MM
BAB 2
PENGERTIAN ADMINISTRASI
KELAS DAN PRAKTIKNYA
14 Efvi Noyita, MM
B. Peran dan Fungsi Administrasi Kelas
Adapun peran dan fungsi dari terlaksananya administrasi
kelas dapat meliputi:
1. Mengorganisir, mengelola, dan mengkoordinasikan
segala aktivitas dan kegiatan di kelas.
2. Menyediakan bahan evaluasi terkait kehadiran siswa,
kedisiplinan, dan lainnya.
3. Menciptakan proses belajar yang kondusif dan menarik.
4. Memastikan keaktifan siswa dalam proses belajar.
5. Menyediakan data administrasi yang lengkap dan akurat
untuk pengelolaan DAPODIK SEKOLAH.
6. Membantu penelusuran permasalahan sekolah yang
berhubungan dengan manajemen berbasis sekolah.
7. Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk
terjadinya proses belajar.
8. Meningkatkan mutu pendidikan secara maksimal.
9. Menciptakan proses belajar yang efektif dan menye-
nangkan.
10. Membantu mencapai tujuan pendidikan dengan peren-
canaan yang matang.
Dari sini dapat kita lihat dari fungsi tersebut, bahwa
administrasi kelas dapat membantu guru dalam menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan memudahkan penge-
lolaan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan secara maksimal.
16 Efvi Noyita, MM
Dengan 4 (empat) perbedaan tersebut di atas, jelas
terlihat bahwa administrasi kelas dan administrasi guru
memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun keduanya sangat
penting untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif
dan memudahkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
18 Efvi Noyita, MM
perkembangan terkini dalam bidang administrasi kelas.
Idealnya dilakukan setiap awal Tahun Pelajaran.
Dengan Kepala Sekolah mengikuti langkah-langkah di
atas, maka dokumen administrasi kelas dapat segera di-
perbaiki dan dipastikan benar serta terpercaya, sehingga
dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran dan
pencapaian tujuan pendidikan.
Administrasi guru dapat mempengaruhi suasana belajar
mengajar melalui peranannya dalam merencanakan,
mengelola, dan melaksanakan proses pembelajaran. Dalam
hal ini, administrasi guru mencakup perencanaan peng-
ajaran, penyusunan program pembelajaran, pengelolaan
data siswa, serta pelaksanaan tata usaha kelas. Dengan me-
lakukan administrasi guru secara baik, guru dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif, mempersiapkan
materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa,
dan memastikan kelancaran proses pembelajaran.
Sebaliknya, jika administrasi guru tidak dilakukan dengan
baik, hal ini dapat berdampak negatif terhadap suasana
belajar mengajar, seperti kurangnya kesiapan materi pem-
belajaran, ketidaklancaran proses pembelajaran, dan kurang-
nya pengelolaan data siswa yang akurat. Oleh karena itu,
administrasi guru memegang peranan yang sangat penting
dalam membentuk suasana belajar yang efektif dan kondusif
yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Sekolah.
20 Efvi Noyita, MM
akurat. Oleh karena itu, administrasi guru memegang
peranan yang sangat penting dalam membentuk suasana
belajar yang efektif dan kondusif.
Perhatikan jenis-jenis administrasi guru yang biasa
dilakukan sejak dahulu hingga saat ini yang masih diper-
gunakan hingga saat ini, sekalipun kurikulum sekolah telah
berganti dari waktu ke waktu, yaitu terdiri dari:
v Administrasi Diri. Administrasi guru untuk kepentingan
pribadi, seperti perencanaan karier, pengembangan diri,
dan administrasi pribadi lainnya.
v Administrasi Kelas. Administrasi guru yang berkaitan
dengan pengelolaan kelas, seperti perencanaan
pembelajaran, penyusunan program pembelajaran,
silabus, RPP, dan administrasi kelas lainnya.
v Administrasi Sekolah. Administrasi guru yang berkaitan
dengan pengelolaan sekolah, seperti partisipasi dalam
kegiatan sekolah, administrasi sekolah, dan administrasi
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan sekolah.
Dengan melakukan administrasi guru secara baik, guru
dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, mem-
persiapkan materi pembelajaran yang relevan dengan ke-
butuhan siswa, dan memastikan kelancaran proses pem-
belajaran. Sebaliknya, jika administrasi guru tidak dilakukan
dengan baik, hal ini dapat berdampak negatif terhadap
suasana belajar mengajar, seperti kurangnya kesiapan materi
pembelajaran, ketidaklancaran proses pembelajaran, dan
kurangnya pengelolaan data siswa yang akurat. Oleh karena
itu, administrasi guru memegang peranan yang sangat
penting dalam membentuk suasana belajar yang efektif dan
kondusif.
22 Efvi Noyita, MM
sekolah, guru, maupun siswa. Berikut ini mari kita pelajari
satu persatu, yang termasuk di dalamnya administrasi di atas:
• Data Kelas – Wali Kelas. Administrasi wali kelas pertama
yang harus dibuat. Data kelas ini harus lengkap, mulai
dari informasi pengurus kelas hingga informasi lainnya
mengenai kelas sangatlah diperlukan. Wali kelas adalah
sosok yang bertanggung jawab penuh terhadap ter-
bentuknya data kelas yang rinci dan lengkap. Kemudian
Data ini menunjang kegiatan pembelajaran siswa dan
siswi selama satu semester atau satu tahun ke depan.
• Buku Inventaris Kelas – Wali Kelas. Administrasi wali
kelas selanjutnya yaitu buku inventaris kelas. Buku ini
memuat catatan terkait inventaris kelas yang dimiliki oleh
suatu kelas. Catatan terkait barang yang ada di kelas perlu
untuk dibuat sedetail mungkin untuk memastikan bahwa
fasilitas yang digunakan oleh murid masih dalam kondisi
yang layak dan baik digunakan. Catatan pada buku
inventaris kelas adalah seluruh inventaris yang berada di
dalam kelas, yaitu, jumlah kursi yang berada dalam
kondisi baik dan rusak, jumlah meja yang berada dalam
kondisi yang baik dan rusak, jumlah pigura, jumlah papan
tulis, jumlah spidol, jumlah penghapus papan tulis,
jumlah jam dinding, jumlah kipas angin, dan berbagai
barang yang ada di kelas lainnya beserta dengan
keterangan kondisi barang tersebut.
• Buku Catatan Guru – Wali Kelas. Juga membutuhkan
catatan guru. Ini berfungsi sebagai pedoman bagi guru
setiap harinya. Guru bisa mencatatkan target-target
materi yang akan disampaikan di setiap harinya, tugas
yang sudah diberikan ke suatu kelas beserta dengan
24 Efvi Noyita, MM
siswa ini bisa dijadikan sebagai catatan atas perilaku
murid sehari-hari selama pembelajaran dan catatan
tersebut dijadikan sebagai acuan untuk penilaian siswa
pada akhir semester. Administrasi ini juga bisa digunakan
sebagai salah satu bahan diskusi jika terdapat suatu
murid yang memiliki kondisi khusus atau bermasalah
untuk dicari penyelesaian terbaiknya. Wali kelas dan guru
dapat menjadikan catatan ini sebagai bahan evaluasi dan
peningkatan kualitas murid agar bisa membentuk sebuah
pribadi yang baik dan memiliki karakter yang baik dari
waktu ke waktu.
• Buku BP – Guru BP/BK. BP atau BK identik dengan anak-
anak nakal yang biasanya harus mendapatkan peng-
arahan dari guru BK secara langsung. Buku BP adalah
dokumen yang berisi tentang penilaian siswa tersebut
dari segi perilaku, sikap, kedisiplinan, dan aspek psiko-
logis lainnya. Penilaian aspek pada no. 7 (tujuh) di atas
akan terhubung pada catatan Buku BP/ BK ini.
• Daftar Hadir dan Grafik Absensi Siswa – Wali Kelas dan
Guru. Daftar absensi siswa menjadi salah satu dokumen
administrasi kelas yang paling penting dan harus ada di
setiap kelas. Daftar absensi ini untuk mengetahui
kehadiran siswa setiap harinya apakah masuk semua, ada
yang izin sakit, tanpa keterangan, atau lainnya. Fungsinya
adalah untuk mengontrol jika ada murid yang sering tidak
ada di dalam kelas apakah perlu dicek langsung kondisi-
nya atau perlu diberi teguran jika tidak ada keterangan.
Grafik absensi siswa memberikan gambaran tentang
kondisi kehadiran di kelas dengan lebih mudah.
• Papan Absensi Harian – Wali Kelas. Papan absensi
26 Efvi Noyita, MM
• Berbagai Administrasi Lainnya – Wali Kelas dan Guru.
Di sini membutuhkan beberapa administrasi lainnya
seperti kode etik guru, ikrar, tata tertib kelas, jadwal
pelajaran kelas, jadwal piket, denah kelas, pembagian
kelompok belajar, data usia siswa, teks Pancasila, dan
berbagai kebutuhan lainnya.
Jelas di sini dapat kita lihat, bahwa Administrasi Wali Kelas
dan Guru adalah penting untuk dimiliki dalam memenuhi
seluruh dokumen yang diperlukan oleh setiap kelas. Tentunya
hal ini disesuaikan dengan kebijakan sekolahnya, Yayasan
dan Kepala Sekolah masing-masing.
Tentunya setiap Lembaga Pendidikan sekolah biasanya
memiliki dokumen administrasi kelas yang berbeda-beda
tergantung dari visi misi sekolah dan kegiatan apa saja yang
ada di sekolah tersebut. Namun, daftar administrasi kelas
yang disebutkan di atas adalah yang paling umum dan wajib
ada di sekolah di setiap kelas.
28 Efvi Noyita, MM
BAB 3
PERANGKAT PEMBELAJARAN
GURU PADA KURIKULUM 2013
DAN KURIKULUM MERDEKA
30 Efvi Noyita, MM
8. Analisis SKL KI KD
9. Analisis Kompetensi Dasar
10. Pemetaan Kompetensi dan Teknik Penilaian
11. Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi
Selanjutnya menurut Kurikulum 2013, bahwa Kurikulum
2013 menggunakan berbagai jenis perangkat ajar yang
digunakan oleh semua jenjang Pendidikan yang ada di
Indonesia, yaitu meliputi:
• Buku Teks. Buku teks merupakan jenis perangkat ajar
dalam bentuk buku pelajaran setiap bidang mata
pelajaran tertentu. Buku ini menjadi sumber informasi
dengan susunan yang terstruktur dan berurut.
• Modul Ajar/RPP+. Adalah jenis perangkat ajar yang berisi
materi pembelajaran, aktivitas belajar, dan evaluasi.
Modul ajar ini dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mata pelajaran yang dijelaskan
oleh para pendidik/ guru.
• Kalender Pendidikan. Adalah jenis perangkat ajar yang
berisi jadwal kegiatan pembelajaran selama satu tahun
pelajaran berjalan.
• Program Tahunan (Prota). Program ini adalah rencana
penetapan program mengajar selama satu tahun untuk
mencapai tujuan pembelajaran (KI dan KD) sebagaimana
yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu dalam
mengajar selama satu tahun ini diperlukan agar seluruh
Kompetensi Dasar yang diajarkan dapat dicapai dan
dikuasai oleh para peserta didik. Dalam menyusun
program tahunan ditentukan berdasarkan jumlah jam
pelajaran dan juga keluasan materi yang harus dikuasai
32 Efvi Noyita, MM
nasional; dan libur untuk hari khusus.
c. Memperhatikan minggu efektif guna menyusun
alokasi waktu di setiap kompetensi dasar.
d. Menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk
setiap mata pelajaran, kompetensi dasar, dan pokok
bahasannya di pekan efektif. Alokasi waktu yang
disediakan harus sesuai dengan ruang lingkup
materi, tingkat kesulitan, pentingnya materi, dan
waktu untuk melakukan review pada materi tersebut.
Prota disusun dengan alokasi waktu pembelajaran
selama satu tahun dalam mencapai standar kompetensi
(SK) dan kompetensi dasar (KD) yang diharapkan. Alokasi
waktu sangat diperlukan agar seluruh SK dan KD bisa
diterapkan dan diterima oleh para peserta didik. Para
pendidik bisa menyusun prota setelah jumlah jam
mengajar untuk mapel tertentu sudah diketahui. Dari
banyaknya waktu yang diberikan, maka para pendidik
harus mengalokasikan waktu tersebut melalui prota dan
biasanya dilakukan di awal tahun ajaran baru.
Keberhasilan para pendidik dalam membuat prota akan
berpengaruh pada administrasi pembelajaran yang lain,
misalnya program semester silabus, RPP, dan lainnya.
Selanjutnya Fungsi prota adalah sebagai berikut.
a. Mengorganisir pembelajaran agar bisa berjalan
secara optimal.
b. Dijadikan pedoman untuk menyusun promes.
c. Dijadikan pedoman dalam menyusun kalender
pendidikan.
d. Digunakan sebagai acuan untuk mengoptimalkan
34 Efvi Noyita, MM
e. Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses pem-
belajaran.
f. Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga
terbentuk keseimbangan kerja.
g. Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat
penunjang karena pembelajaran bisa berlangsung
secara efektif dan efisien.
Adapun Langkah untuk penyusunan Program Semester
(prosem) adalah:
a. Memasukkan kompetensi dasar, topik, dan sub topik
materi/bahasan ke dalam format promes yang
tersedia.
b. Menentukan banyaknya jam yang tersedia di kolom
minggu dan banyaknya tatap muka setiap minggu
per mata pelajaran.
c. Menambahkan catatan di setiap bagian yang
membutuhkan keterangan.
• Silabus. Adalah jenis perangkat ajar yang berisi rincian
materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan metode
pembelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran
pada suatu mata pelajaran yang mencakup Kompetensi
Inti, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. (Permen No 59 tahun 2014 tentang K13).
Pengembangan silabus disusun atas dasar prinsip ilmiah,
relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan
kontekstual, fleksibel serta menyeluruh. Silabus disusun
berdasarkan alokasi waktu yang disediakan untuk mata
pelajaran dengan memperhatikan alokasi per semester
dan per tahun pada mata pelajaran tertentu. Silabus
36 Efvi Noyita, MM
No. 14 tahun 2019 telah diatur penyusunan RPP K13
dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi
pada murid. Dengan mengacu pada edaran tersebut
model RPP K13 yang banyak digunakan oleh guru saat ini
adalah RPP K13 1 lembar. Untuk mengembangkan model
RPP K13 1 lembar tidak serumit mengembangkan RPP
dengan model sebelumnya. Namun, bagi guru yang baru
pertama kali mengembangkan bentuk RPP K13 1 lembar
ini tentu membutuhkan panduan dalam mengembang-
kannya. Salah satu pertanyaan dalam menyusun pengem-
bangan RPP Kurikulum 2013 1 lembar ini adalah tentang
komponen-komponen apa saja yang harus ada dalam
model RPP K13 1 lembar?
• Kalender Pendidikan. Adalah pengaturan jadwal
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar selama satu
tahun ajaran yang terdiri dari jumlah hari efektif pem-
belajaran, minggu efektif pembelajaran, uraian kegiatan
dan hari libur. Kalender pendidikan biasanya diterbitkan
oleh instansi pendidikan baik pusat maupun daerah
sebelum memasuki tahun ajaran baru. Sebagai referensi
dapat belajar dan di-download secara pribadi.
• Analisis Waktu Pencapaian Standar Kelulusan (SKL).
Adalah jenis perangkat ajar yang berisi analisis kegiatan
menjabarkan keterkaitan antara SKL KI KD atas berbagai
macam bagian di dalamnya, serta menelaah keterkaitan
antara bagian-bagian itu sendiri guna memperoleh
berbagai informasi pedagogis yang bermanfaat untuk
membuat perencanaan pembelajaran yang benar.
• Analisis Standar Kompetendi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD). Analisis kompetensi dasar kurikulum 2013
38 Efvi Noyita, MM
d. Langkah terakhir adalah Guru menghitung jumlah
jam efektif, yaitu dengan mengalikan banyaknya
pekan efektif dengan jumlah jam pelajaran per
minggu.
e. Dengan mengikuti hal ini maka akan lebih mudah
dalam mengatur distribusi materi pembelajaran
dalam satu tahun/semester.
• Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria Ketuntasan
Minimal atau KKM adalah kriteria ketuntasan belajar
peserta didik yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. KKM
kurikulum 2013 disusun secara bersama-sama antara
guru mata pelajaran dalam satu sekolah dan harus mulai
ditetapkan pada awal tahun ajaran. Terdapat dua model
penetapan KKM kurikulum 2013 pada suatu sekolah/
madrasah, yaitu lebih dari satu KKM atau satu KKM.
Dalam merumuskan KKM ini perlu memperhatikan tiga
aspek, yaitu; Intake siswa (karakteristik rata-rata
kemampuan siswa), Kompleksitas (karakteristik tingkat
kesulitan setiap indikator mata pelajaran), dan Daya
dukung (karakteristik kondisi satuan pendidikan) pada
proses pencapaian kompetensi.
Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran
pada satuan pendidikan dapat dilakukan antara lain
dengan cara berikut.
§ Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran,
pada masing-masing tingkat kelas dalam satu tahun
pelajaran.
§ Menentukan nilai aspek karakteristik peserta
didik (intake), karakteristik mata pelajaran
40 Efvi Noyita, MM
Menentukan KKM setiap KD dengan Rumus Berikut:
42 Efvi Noyita, MM
• Bahan Ajar. Adalah jenis perangkat ajar yang berisi
materi pembelajaran dalam bentuk apapun, seperti buku,
modul, atau video pembelajaran.
• Kisi-kisi Soal. Adalah jenis perangkat ajar yang berisi
kumpulan soal dalam sesuai mata pelajaran.
• Kartu Soal. Adalah jenis perangkat ajar yang berisi soal
dalam bentuk kartu.
• Analisis Hasil Ulangan. Analisis hasil ulangan adalah
jenis perangkat ajar yang berisi analisis hasil ulangan
siswa sesuai mata pelajaran.
• Program Remidial. Adalah jenis perangkat ajar yang
berisi program pembelajaran untuk siswa yang me-
merlukan pemulihan dalam mata pelajaran tertentu.
• Program Pengayaan. Adalah jenis perangkat ajar yang
berisi program pembelajaran untuk siswa yang me-
merlukan pengayaan sesuai mata pelajaran.
• Kumpulan Soal/Bank Soal. Adalah jenis perangkat ajar
yang berisi kumpulan soal sesuai mata pelajaran.
• Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adalah jenis perangkat
ajar yang berisi penelitian tindakan kelas dalam mata
pelajaran tertentu.
Dengan beragamnya perangkat ajar ini, tentunya ber-
tujuan dapat menciptakan peserta didik yang cerdas, unggul,
dan berkompeten sesuai dengan tuntutan zaman.
44 Efvi Noyita, MM
untuk memperjelas materi yang sulit atau untuk mem-
perjelas konsep yang rumit.
Dengan beragamnya perangkat ajar ini, diharapkan
dapat menciptakan peserta didik yang cerdas, unggul, dan
berkompeten sesuai dengan tuntutan zaman. Namun para
pendidik/Guru harus juga dapat memilih perangkat ajar yang
tepat dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. Untuk memilih
perangkat ajar yang tepat dalam Kurikulum Merdeka, maka
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran sekolah
bersama guru dapat melakukan beberapa cara berikut ini:
v Bersama Kepala Sekolah menentukan Tujuan
Pembelajaran. Dengan dipandu Kepala Sekolah, Guru
perlu menentukan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai oleh siswa. Hal ini akan membantu guru dalam
memilih perangkat ajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
v Bersama Kepala Sekolah mengidentifikasi Kebutuhan
Siswa. Guru perlu mengidentifikasi kebutuhan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini akan membantu guru dalam
memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa.
v Bersama Kepala Sekolah dapat menggunakan Sumber
Referensi. Guru dapat menggunakan sumber referensi
seperti buku teks, modul ajar, video pembelajaran, dan
dokumen perangkat ajar lainnya yang disediakan oleh
pemerintah dan dapat ditambahi oleh lembaga Pen-
didikan sendiri sebagai tambahan muatan lokal atau nilai
plus sekolah.
v Bersama Kepala Sekolah mengadaptasi Perangkat
Ajar. Guru dapat mengadaptasi perangkat ajar yang
46 Efvi Noyita, MM
an zaman, dan menekankan pada pembelajaran berbasis
kompetensi yang menekankan pada pengembangan karakter
dan moral siswa.
Perbedaan utama antara keduanya adalah fokus dan
pendekatan. Kurikulum 2013 lebih terstruktur dengan
pendekatan kompetensi, sementara Kurikulum Merdeka
memberikan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas dalam
pembelajaran. Selain itu, Kurikulum Merdeka menekankan
pada pengembangan karakter dan moral siswa, sedangkan
Kurikulum 2013 memiliki mata pelajaran yang lebih lengkap
dan terstruktur.
Selanjutnya dari perbedaan kedua kurikulum di atas,
maka akan kita ketahui bahwa ada kekurangan serta
kelebihan dari keduanya, antara lain adalah:
48 Efvi Noyita, MM
e. Kurang menekankan pada pengembangan soft skill
dan keterampilan.
Setelah mengetahui setiap kekurangan dan kelebihan
masing-masing kurikulum, maka pilihan kurikulum yang
tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing sekolah serta peserta didik/siswa.
50 Efvi Noyita, MM
pilan beradaptasi.
Kurikulum 2013:
v Aspek Kognitif. Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk
membekali peserta didik dengan proporsi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang seimbang, yang hasilnya
berupa penilaian kognitif yang lebih baik.
v Aspek Afektif. Kurikulum 2013 juga memberikan per-
hatian pada pengembangan aspek afektif siswa, seperti
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk berkontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan
negara.
v Aspek Psikomotorik. Meskipun tidak secara eksplisit
disebutkan, Kurikulum 2013 juga memperhatikan pe-
ngembangan aspek psikomotorik siswa melalui kegiatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggali potensi kemampuannya.
Dari sini dapat kita lihat bahwa Kurikulum Merdeka
menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, karakter, dan keterampilan praktis siswa,
sementara Kurikulum 2013 lebih berfokus pada
pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
secara holistik.
52 Efvi Noyita, MM
TUGAS MAHASISWA
Setelah mempelajari materi “Perangkat Pembelajaran Guru
Pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka” pada bab III, maka
tugas adik-adik mahasiswa adalah:
1. Saudara jelaskan pengertian Perangkat Pembelajaran!
2. Saudara jelaskan, bagaimana peran Kurikulum 2013 maupun
Kurikulum Merdeka terhadap lingkungan Lembaga Pendidikan
sekolah!
3. Saudara buat “Perangkat Administrasi Diri” Guru, sesuai
kebutuhan jenjang sekolah yang saat ini sedang dijalani. Dapat
melihat contoh pada sekolah atau sumber lain! (sesuai dengan
Prodi PAUD dan Prodi PAK)
4. Saudara buat refleksi dari materi buku ajar Bab III dengan ringkas
lalu kirimkan ke aplikasi padlet yang telah disediakan!
A. Pengertian Pengaturan
Pengaturan dapat pula diartikan dengan pengelolaan,
menurut kamus bahasa Indonesia kalimat ini berasal dari
kata manajemen yang berarti penyelenggaraan. Menurut
Winataputra, menyatakan bahwa Pengelolaan Kelas adalah
serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong
munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan meng-
hilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan me-
melihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.
Akhmad Sudrajat, menyatakan bahwa: Pengelolaan Kelas
lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar (pembinaan rapor, penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pem-
berian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara
tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di
dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan
fasilitas”.
54 Efvi Noyita, MM
Menurut Winzer menyatakan bahwa pengelolaan kelas
adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan
lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan mem-
berikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan
akademis dan sosial.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang
kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada
aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran
yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan
barang/fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa
pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas
yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya
tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan
kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
Pada tingkat deskripsi, terminologi, konsep dan teori
manajemen ini bersifat netral dan universal. Karakteristik
tugas pokok dan fungsi institusi lembagalah yang membuat
replika manajemen menjadi berbeda. Oleh karena itu,
manajemen berbeda pada tingkat kreatif. Ini berarti bahwa
konsep manajemen dapat di transfer ke dalam institusi yang
bervariasi atau berbeda tugas pokok dan fungsinya.
Peserta didik dalam satu kelas biasanya memiliki
kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang dan
kurang. Sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau
bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan
kemampuan lembat atau cepat dalam belajar pada materi
yang sama. Mungkin bagi peserta didik tertentu memerlukan
56 Efvi Noyita, MM
Kegiatan belajar peserta didik perlu di ciptakan yang
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Kegiatan pembelajaran untuk
peserta didik berkemampuan sedang tentu berbeda dengan
peserta didik pandai. Untuk itu, penggunaan variasi strategi
pembelajaran sengat ditekankan agar perbedaan kecenderu-
ngan yang ada pada peserta didik dapat diakomodir. Selain
itu, kegiatan pembelajaran mestinya dirancang tidak hanya
berlangsung di ruang kelas. Sebab, kegiatan belajar yang
hanya dilaksanakan di kelas boleh jadi hanya dapat meng-
optimalkan potensi peserta didik tertentu dan tidak bagi
peserta didik yang lain.
Bagi peserta didik yang berkemampuan tinggi misalnya,
tidak cukup hanya menerima materi pelajaran dikelas. Untuk
itu, mereka perlu diberi kesempatan mengembangkan materi
melalui penugasan atau modul. Sebaliknya, bagi peserta didik
yang berkemampuan di bawah rata-rata perlu ada perlakuan
khusus agar tidak ketinggalan dengan peserta didik yang lain.
Karena itu, perlu ada kegiatan remediasi yang memungkin-
kan mereka mengejar ketertinggalan dari peserta didik yang
lain.
58 Efvi Noyita, MM
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas
yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairah-
kan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan
ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Ling-
kungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkin-
kan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru,
dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu di-
perhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas
menurut Loisell:
v Visibility (Keleluasaan Pandangan). Visibility artinya
penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas
tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa
secara leluasa dapat memandang guru, benda atau
kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru
harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
v Accesibility (Mudah Dicapai). Penataan ruang harus
dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil
barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembela-
jaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup
untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak
dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang
sedang bekerja.
v Fleksibilitas (Keluwesan). Barang-barang di dalam kelas
hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang di-
sesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti pe-
nataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja
kelompok.
v Kenyamanan. Kenyamanan di sini berkenaan dengan
60 Efvi Noyita, MM
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa
akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-
macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh
seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa
orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di
ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan
kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat duduk pun
sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga
mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan
dengan ukuran bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang
bisa digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang,
bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainya.
Biasanya posisi tempat duduk berjejer ke belakang digunakan
dalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk
metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah
lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan
tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan
bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie ada
beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan
dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
1. Meja tapal kuda. Siswa berkelompok di ujung meja.
2. Penataan tapal kuda. Siswa dalam satu kelompok
ditempatkan berdekatan
3. Meja Panjang. Siswa duduk terdiri dari 4-5 orang satu
meja.
4. Meja Kelompok. Siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan
5. Meja berbaris. Siswa dua orang duduk berbagi satu meja
62 Efvi Noyita, MM
mengutamakan peran penting peserta didik.
• Formasi Lingkaran. Para peserta didik hanya duduk
pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk
melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung.
Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
Jika guru menginginkan peserta didik memiliki tempat
untuk menulis, hendaknya digunakan susunan Phari-
pherial, yakni meja ditempatkan di belakang peserta
didik. Memutar kursinya melingkar ketika guru
menginginkan diskusi kelompok
• Formasi Kelompok. Untuk Kelompok. Susunan ini
memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk
menyusun permainan peran, berdebat atau observasi
dari aktivitas kelompok. Guru dapat meletakkan meja
pertemuan ditengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-
kursi pada sisi luar.
• Formasi Tempat Kerja. Susunan ini tepat untuk
lingkaran tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik
duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti
mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja
laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat ber-
hadapan mendorong partner belajar untuk menempat-
kan dua peserta didik pada tempat yang sama.
• Formasi Pengelompokan Terpisah. Jika kelas cukup
besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat
meletakkan meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat
melakukan aktivitas belajar didasarkan pada tim. Guru
dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelom-
pok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling
mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan
64 Efvi Noyita, MM
kelas tradisonal. Jika sebuah kelas tempat duduknya
dapat dengan mudah dipindah-pindah maka guru dapat
membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk
membentuk hubungan yang lebih erat dan memudahkan
peserta didik melihat guru.
Tentunya masih ada beberapa bentuk posisi tempat
duduk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif
ini. Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu
memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang akan
disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan
tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan
dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi
seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik indivi-
du siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan
biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu
menyusun atau menata tempat duduk yang dapat mem-
berikan suasana yang nyaman bagi para siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, melihat
siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan
persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga aspek di
atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:
v Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan
(inteligensi).
v Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
v Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
v Persamaan dan perbedaan dalam bakat
v Persamaan dan perbedaan dalam sikap
v Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
66 Efvi Noyita, MM
tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan
tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lain-
nya di dalam kelas. Penataan tempat duduk adalah salah satu
upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil
pembelajaran yang dicapai.
Dengan penataan tempat duduk yang baik maka
diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif,
dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winzer, bahwa “penataan lingkungan kelas yang
tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh,
diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah
terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan”.
Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa
pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh
guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang/
fasilitas. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa
penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan
kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan.
Pengaturan ruang kelas juga dapat berpengaruh pada
pembelajaran siswa. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tata ruang kelas yang baik dapat meningkatkan minat
belajar siswa, efektivitas pembelajaran, interaksi sosial, dan
tingkat partisipasi siswa. Hal ini dapat dicapai melalui desain
ruang kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa
68 Efvi Noyita, MM
partisipasi siswa dalam aktivitas belajar, seperti mem-
bantu guru, bertanya, dan berdiskusi[1].
• Keluhan siswa. Dapat diukur melalui penelitian yang
mengumpulkan data mengenai jumlah keluhan siswa
terkait lingkungan kelas, seperti kenyamanan, kesela-
matan, dan kesetaraan.
• Pengelolaan kelas. Hal ini dapat diukur melalui
penelitian yang mengumpulkan data mengenai tingkat
pengelolaan kelas oleh guru, seperti pengaturan ruang
kelas, pengelolaan siswa, dan pengelolaan sarana dan
prasarana Pendidikan.
• Hasil belajar. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui
penelitian yang mengumpulkan data mengenai kemajuan
belajar siswa dalam mata pelajaran yang diujikan.
Dengan menggunakan beberapa metode dan indicators
di atas ini, maka penelitian yang dilakukan adik-adik maha-
siswa kelak dapat menentukan efektivitas pengaturan ruang
kelas terhadap pembelajaran siswa.
70 Efvi Noyita, MM
BAB 5
PENGELOLAAN KELAS
72 Efvi Noyita, MM
Setiap personal guru memiliki teknik atau ciri masing-
masing dalam mencapai tujuan maksimal selama proses
pembelajaran. Dalam proses pengelolaan kelas, seorang
guru hendaknya mampu merasakan, menilai serta mengo-
reksi keberhasilannya dalam mengelola kelasnya sendiri
sehingga sesuai dengan tujuan dan harapan dalam mencapai
kesuksesan pribadi maupun bagi siswa sehingga dapat
mencapai kepuasan dan siswa pun dapat merasa happy dan
comfort bahkan mencapai prestasi belajar sesuai dengan
kompetensi masing-masing mata pelajaran yang harus
dicapai oleh setiap siswa di kelas.
Permasalahan yang selalu ada dalam pengelolaan kelas
juga sangat penting dipahami oleh setiap guru, karena
permasalahan yang timbul dapat berupa berbagai masalah
tentang masalah pengajaran atau masalah tentang penge-
lolaan. Guru-guru idealnya mampu membedakan kedua
permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara
tepat. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah, ketika para
guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan, begitu juga
sebaliknya.
Masalah pengajaran idealnya ditangani juga dengan
metode pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah
pengelolaan idealnya ditangani dengan metode pemecahan
yang bersifat pengelolaan kelas. Jadi haruslah dikenali lebih
dahulu jenis permasalahannya, sehingga penanganannya
dapat dengan tepat dilakukan. Tentunya ini akan lebih efektif
dan efisien.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu
menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga
74 Efvi Noyita, MM
mampu mengenali secara tepat berbagai jenis masalah
pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun
kelompok, memahami pendekatan mana yang cocok dan
tidak cocok untuk jenis masalah tertentu serta mampu me-
milih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang dimaksud. Hal ini akan dapat
tercapai apabila guru mampu mengondisikan diri dalam
suasana apapun. Tentu saja pengelolaan kelas sangat penting
dilakukan oleh seorang guru dalam mencapai kesuksesan
kegiatan belajar dan mengajar yang ia lakukan di dalam kelas.
1. Metode Debat
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang
sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akade-
mik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
76 Efvi Noyita, MM
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, Hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan. Adapun kelebihan metode
Role Playing:
a. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mem-
punyai kesempatan untuk memajukan kemampuan-
nya dalam bekerja sama.
b. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi
secara utuh.
c. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan
dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
d. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa
melalui pengamatan pada waktu melakukan per-
mainan.
e. Permainan merupakan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi anak.
78 Efvi Noyita, MM
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
Adapun kelebihan dari pembelajaran berdasarkan
masalah yaitu:
§ Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan
baik.
§ Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.
§ Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan dari pembelajaran berdasarkan masalah
yaitu:
a. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut
tidak dapat tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan
metode ini
80 Efvi Noyita, MM
b. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh
kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
82 Efvi Noyita, MM
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mem-
pelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam ber-
komunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok
(group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi
kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok
dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau
kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan
suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode
investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
§ Seleksi topic. Para siswa memilih berbagai subtopik
dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented
groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
§ Merencanakan kerja sama. Para siswa beserta guru
merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
84 Efvi Noyita, MM
9. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi
satuan informasi yang besar menjadi komponen-
komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa
ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari
empat orang siswa sehingga setiap anggota ber-
tanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/
subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung-
jawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau
tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menye-
lesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a. Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya
b. Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok
masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik
tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik
lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa
dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.
86 Efvi Noyita, MM
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor
dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen
mingguan.
§ Turnamen. Biasanya turnamen dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan
lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi
siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa
tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
§ Team recognize (penghargaan kelompok). Guru
kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team”
jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila
rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40.
88 Efvi Noyita, MM
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai,
untuk kemudian memberikan Kesimpulan.
Kebaikan dari Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD) adalah: Siswa lebih kritis dalam
menganalisa gambar. Siswa mengetahui aplikasi dari
materi berupa contoh gambar. Siswa diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun Kekurang-
an dari model Model Student Teams – Achievement
Divisions (STAD) yaitu tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar, sehingga tidak memakan
waktu yang lama.
90 Efvi Noyita, MM
Demikianlah tentang pengelolaan kelas dan metode
pembelajaran inovatifnya.
92 Efvi Noyita, MM
BAB 6
KEPEMIMPINAN
SEKOLAH
94 Efvi Noyita, MM
fisik dan infrastruktur sekolah, sementara faktor sosial mencakup
budaya dan norma yang ada di masyarakat sekitar sekolah. Faktor
politik mencakup kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah terkait pendidikan. Semua faktor ini dapat
mempengaruhi cara kepemimpinan dalam pendidikan dijalankan
dan memengaruhi kualitas pendidikan yang dihasilkan
Selanjutnya juga memberikan dampak faktor ekstern yang
mempengaruhi kepemimpinan dalam pendidikan dapat berupa:
v Kondisi lingkungan. Faktor lingkungan, seperti kondisi fisik
dan infrastruktur sekolah, dapat mempengaruhi kepemim-
pinan dalam pendidikan. Jika lingkungan sekolah tidak
memadai, maka kepemimpinan dalam pendidikan akan sulit
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
v Budaya dan norma. Faktor sosial, seperti budaya dan norma
yang ada di masyarakat sekitar sekolah, dapat mem-
pengaruhi kepemimpinan dalam pendidikan. Jika budaya dan
norma yang ada tidak sesuai dengan tujuan pendidikan, maka
kepemimpinan dalam pendidikan akan sulit untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan[1].
v Kebijakan dan regulasi. Faktor politik, seperti kebijakan dan
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait pen-
didikan, dapat mempengaruhi kepemimpinan dalam
pendidikan. Jika kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan tujuan pendidikan, maka kepemimpinan
dalam pendidikan akan sulit untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Semua faktor ini dapat mempengaruhi cara
kepemimpinan dalam pendidikan dijalankan dan
memengaruhi kualitas pendidikan yang dihasilkan.
96 Efvi Noyita, MM
BAB 7
MANAGEMENT SEKOLAH
98 Efvi Noyita, MM
• Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Pengertian dan ruang lingkup, pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan, pengaturan pengelolaan dan
penggunaan sarana prasarana, dan tata cara
penyingkiran/penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan.
• Pengelolaan Humas Pendidikan. Pengertian pengelola-
an humas pendidikan, teknologi komunikasi pendidikan,
dan pengelolaan kelas.
Dalam buku tersebut, lebih lanjut mengenai teknik-teknik
ini dapat ditemukan dalam bagian yang berjudul
"Management Peserta Didik".
D. Pengelolaan Sapras
Dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan,
terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, termasuk
pengaturan, pengelolaan, dan penggunaan sarana pra-
sarana. Aspek-aspek tersebut meliputi:
• Perencanaan. Merupakan tahap awal dalam pengelolaan
sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan ini men-
cakup perencanaan pengadaan, inventarisasi, penyim-
panan, penataan, penggunaan, pemeliharaan, dan peng-
hapusan sarana prasarana.
• Pengadaan. Meliputi proses pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan yang meliputi pembelian,
pemanfaatan sumber daya lokal, dan pengadaan sumber
daya dari luar.
• Inventarisasi. Merupakan proses pencatatan dan
pengelompokan sarana dan prasarana pendidikan yang
E. Pengelolaan Humas
Dalam pengelolaan humas (hubungan masyarakat)
dalam konteks pendidikan, terdapat beberapa aspek yang
perlu diperhatikan. Pengelolaan humas pendidikan melibat-