Pengantar
AHMAD SURYADI
CV Jejak, 2022
2 Ahmad Suryadi
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar
Copyright ©, 2022
Penulis:
Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd.
ISBN: : 978-623-338-859-7
ISBN: 978-623-338-860-3 (PDF) ; Edisi Digital, 2022
Penerbit:
CV Jejak, anggota IKAPI
Redaksi:
Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng
Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353
Web : www.jejakpublisher.com
E-mail : publisherjejak@gmail.com
Facebook : Jejak Publisher
Twitter : @JejakPublisher
WhatsApp : +6281774845134
Cetakan Pertama, April 2022
128 halaman; 14 x 20 cm
Penulis
4 Ahmad Suryadi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................. 3
DAFTAR ISI .................................................................................. 4
BAB I HAKIKAT DAN MODEL DESAIN PEM-
BELAJARAN ............................................................... 6
A. Pengertian Desain Pembelajaran ........................................ 6
B. Hakikat Desain Pembelajaran .............................................. 12
C. Hubungan Perencenaan Desain Pembelajaran ................... 14
D. Model-model Desain Pembelajaran .................................... 19
BAB II PERENCANAAN PEMBELAJARAN .................... 29
A. Hakikat Perencanaan Pembelajaran ................................... 29
B. Teori-teori Mendasari Perencanaan Pembelajaran ............. 33
C. Komponen-komponen Perencanaan Pem-
belajaran ................................................................................. 38
D. Langkah-langkah Menyusun Perencanaan Pem-
belajaran ................................................................................. 43
E. Tujuan Perencanaan Pembelajaran .................................... 50
F. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan Pem-
belajaran .................................................................................... 56
BAB III MEDIA DAN SUMBER BELAJAR ...................... 57
A. Pengertian Media dan Sumber Belajar ................................. 57
B. Jenis Media dan Sumber Belajar .......................................... 60
BAB IV PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN .................................................... 66
A. Pengertian Materi Pembelajaran .......................................... 66
B. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran .............................. 68
C. Langkah-langkah Penentuan Materi Pembelajaran ............ 71
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 5
BAB V MERANCANG ANALISIS
KEBUTUHAN BELAJAR ...................................... 73
A. Analisis Kebutuhan Pembelajaran ........................................ 73
B. Fungsi Analisis Kebutuhan Belajar ....................................... 80
C. Tahapan-tahapan Analisis Kebutuhan Belajar .................... 92
BAB VI PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI................ 100
A. Hakikat Alat Evaluasi .............................................................. 100
B. Fungsi dan Tujuan Pengembangan Alat Evaluasi .............. 103
C. Teknik Evaluasi Proses Pembelajaran .................................. 106
D. Petunjuk Pengembangan Alat Evaluasi ................................ 111
BAB VII DESAIN PEMBELAJARAN
BERORIENTASI PENCAPAIAN
KOMPETENSI ........................................................... 115
A. Pengertian Desain Pembelajaran Berorientasi
Pencapaian Kompetensi ......................................................... 115
B. Bentuk Desain Pembelajaran Berorientasi
Pencapaian Kompetensi ......................................................... 122
C. Prinsip Pembelajaran Ekspositori dan Discovery ............... 130
PENUTUP .........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 136
TENTANG PENULIS ................................................................ 140
6 Ahmad Suryadi
BAB I
HAKIKAT DAN MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut
sebagai instruction. Istilah instruction bermakna upaya yang
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan yang
mengarah pada tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran juga bermakna sebagai kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada
penyedia sumber belajar.1
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.2
8 Ahmad Suryadi
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan mudah”.4
Menurut Sardiman menyebutkan istilah
pembelajaran dengan interaksi edukatif. Interaksi edukatif
yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan secara sadar
dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka
mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang cakap
serta dewasa secara fisik dan mental. Pembelajaran
merupakan proses yang membimbing peserta didik dalam
kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan
diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.5
Menurut Sardiman di atas, dapatidipahami bahwa
pembelajaran sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para
guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan
kata lain pembelajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan
bagaimana guru mengajar serta proses peserta didik belajar.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan
direncanakan yang menyangkut tiga hal yaitu perencanaan,
10 Ahmad Suryadi
tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu
atau pengetahuan serta kecakapan.10
Sementara itu Hamalik memberikan makna
terhadap pembelajaran adalah interaksi belajar dan
mengajar yang berlangsung sebagai suatu proses saling
mempengaruhi antara guru dan peserta didik, diantara
keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi
yaitu guru mengajar di satu pihak dan peserta didik belajar
di lain pihak.11
Menurut Suryosubroto pembelajaran merupakan
rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan,
untuk menggiatkan dan mendorong belajar peserta didik
yang merupakan proses merangkai suatu situasi belajar
(yang terdiri dari ruang kelas, peserta didik dan materi
kurikulum) agar belajar lebih mudah.12 Sementara itu
Roestiyah menjelaskan pembelajaran adalah hubungan
interaktif antara guru dan peserta didik, dalam hal ini guru
menciptakan situasi dan kondisi agar peserta didik dapat
aktif belajar, melalui interaksi itu akan timbul suasana atau
12 Ahmad Suryadi
B. Hakikat Desain Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran, desain dapat diartikan
sebagai proses sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan
pembelajaran beserta aktivitasnya yang harus dilakukan, pe-
rencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dpat
digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Gagne menjelaskan bahwa
desain pembelajaran disusun untuk proses belajar siswa,
proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan
jangka panjang. Menurut Gagne belajar seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor yakni internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain: kemampuan dasar, gaya belajar,
minat dan bakat, serta kesiapan dalam belajar. Faktor
eksternal antara lain pengatuan lingkungan dan kondisi
siswa dapat belajar. Menuru Gagne, kondisi internal dapat
dibangkitkan dengan kondisi eksternal.16
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh menjelaskan
tentang desain pembelajaran yakni sebagai: “An Intelectual
process to help teachers systematically analyze learner needs and
construct structur possibilities to responsively addres those needs.”
Maksud dari pernyataan Shambaugh tersebut adalah suatu
desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis
14 Ahmad Suryadi
1. Berorientasi pada peserta didik
Desain pembelajaran dirancang untuk
mempermudah peserta didik untuk belajar. Dengan
demikian, mendesain pembelajran perlu diawali dengan
melakukan studi pendahuluan tentang peserta didik. Hal
yang perlu dipahami tentang peserta didik yakni
kemampuan dasar dan gaya belajar.
2. Berpijak pada pendekatan sistem
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Melalui
pendekatan sistem, keberhasilan pembelajaran dapat
diprediksi, terhindar dari ketidakpastian, serta dapat
mengantisipasi kendala atau hambatan terhadap
pencapaian tujuan.
3. Teruji secara empiris
Desain pembelajaran harus teruji efektivitas dan
efisiensinya secara empiris untuk melihat berbagai kendala
yang mungkin muncul, sehingga sebelumnya dapat
diantisipasi.
C. Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lesson Plan) berbeda
dengan desain pembelajaran (Instructional Design), namun
keduanya memiliki hubungan yang erat sebagai program
16 Ahmad Suryadi
sendiri membentuk manusia yang beradab. Berikut adalah
domain dari pembelajaran menurut Bloom, yang lebih
dikenal dengan nama taksonomi Bloom:
1) Domain Kognitif
Domain kognitif merupakan ranah kemampuan
berpikir tentang fakta-fakta spesifik, pola prosedural, dan
konsep-konsep dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Bloom merumuskan taksonomi
pada domain kognitif mulai dari berpikir tingkat rendah
sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tingkatan
tersebut yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan
analisis sebagai bagian dari keterampilan berpikir tingkat
rendah, serta tingkatan sintesis dan evaluasi sebagai bagian
dari keterampilan berpikir tingkat tinggi.21
Berdasarkan gambar di atas, guru sebagai perancang
pembelajaran harus mempertimbangkan keterampilan
berpikir peserta didik dalam menyusun tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, gambaran jelas tentang
keterampilan berpikir tersebut harus dijelaskan secara detail
untuk menghindari kekeliruan. Reigeluth mendeskripsikan
gambaran umum masing-masing tingkatan keterampilan
berpikir sebagai berikut:
18 Ahmad Suryadi
Sintesis Peserta didik mampu menciptakan
produk, menggabungkan bagian-
bagian dari pengalaman sebelumnya
dengan bagian yang baru untuk
menciptakan keseluruhan bagian.
2) Domain Afektif
Domain afektif meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan
sikap. Kategori afeksi mencakup kemampuan umum seperti
penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi, sampai pada
kemampuan kompleks atau disebut pembentukan gaya
hidup.22Domain afeksi dalam tujuan pembelajaran dapat di-
gambarkan sebagai berikut:
Pada proses penerimaan peserta didik
mendengarkan orang lain dengan cermat kemudian di fase
tanggapan peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan
20 Ahmad Suryadi
Model desain yang dikembangkan oleh Kemp
merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp
pengembangan desain sistem pembelajaran teridiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul.
Model desain yang dikembangkan Kemp, seperti tampak
pada gambar berikut ini:
Model yang dikembangkan oleh Kemp ini tidak
ditentukan dari komponen apa yang harus guru memulai
pengembangang. Mengembangkan proses pembelajaran
dapat dimulai dari bagian manapun, namun tetap harus
memperhatikan urutan komponen tidak berubah dan setiap
komponen memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang
maksimal. Komponen suatu desain pembelajaran menurut
Kemp adalah:24
a. Hasil yang akan dicapai
b. Analisis tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber Belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
22 Ahmad Suryadi
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis,
mendistribusi dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas
sistem.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan hasil evaluasi.
Dengan demikian langkah 1-4 merupakan tahap
dalam rangkan proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6
adalah tahap pelaksanaan dan perencanaan yang telah
dirumuskan.
3. Model Dick dan Cery
Model Dick dan Cery dimulai dengan
mengidentifikasi pembelajaran tujuan pembelajaran umum.
Menurut model ini desainer merumuskan tujuan khusus
yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta
menentukan kemampuan awal peserta didik. Untuk
mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan sistem
pembelajaran, setelah itu bahan-bahan pembelajaran untuk
mencapai tujuan. Langkah akhir dari desain adalah
melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan sumatif.
Model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick
and Cery digambarkan dalam gambar berikut:
4. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktional)
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktional) adalah model yang dikembangkan di
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 23
Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975.
PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan harus dicapai
oleh peserta didik.
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis
tes dan menyusun item soal untuk masing-masing
tujuan.
c. Mengembangkan kegiatan pembelajaran, yakni
merumuskan semua kemungkina kegiatan belajar dan
menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni
merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode, dan
memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra
tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan
psikotes, dan melakukan perbaikan.
4. Model Reasoning dan Problem Solving
Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan
paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik
yang menyangkut content maupun pedagogy. Perubahan
24 Ahmad Suryadi
tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan asesmen
yang komprehensif. Perubahan tersebut merekomendasikan
model reasoning and problem solving sebagai alternatif
pembelajaran yang konstruktif. Rasionalnya, bahwa
kemampuan reasoning and problem solving merupakan
keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka
meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan
aktivitas di dunia nyata.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di
atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking,
critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking
adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-
kemapuan critical thinking adalah menguji,
menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus
pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi
informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi,
mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari
sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional,
melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis
dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking
adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks,
inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide. Problem
adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 25
telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan
situasi yang tak lumrah tersebut.
5. Model Inquiry Learning
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu
pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin
tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan
indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki
proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua
mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi,
dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada
pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry training memiliki lima langkah
pembelajaran yaitu: (1) menghadapkan masalah
(menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan), (2) menemukan masalah (memeriksa
hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa
tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi
(mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis),
(4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan
(5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh
prosedur yang lebih efektif. Sistem sosial yang mendukung
adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan
derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa harus
didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai
26 Ahmad Suryadi
oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan.
Partisipasi guru dan siswa dalam pembelajaran dilandasi
oleh paradigma persamaan derajat dalam meng-
akomodasikan segala ide yang berkembang.
Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan
adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas,
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki
pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih,
menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan,
menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan
dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil
eksplorasi,formulasi, dan generalisasi siswa.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa
materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses
intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang
siswa untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pem-
belajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan
semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah
hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan,
otonomi siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan
masalah-masalah non rutin.
6. Model Group Investigation
Ide model pembelajaran geroup investigation
bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.
Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan
atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 27
buku Democracy and Education. Dalam buku itu, Dewey
menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya
merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah:
(1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan
adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar
hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)
pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip
saling memahami dan saling menghormati satu sama lain,
artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model
group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh
Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas
hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi.
Model group-investigation memiliki enam langkah
pembelajaran (yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah
anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik,
merumuskan permasalahan), (2) planning (menetapkan apa
yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa
melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar
informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
28 Ahmad Suryadi
informasi, menganalisis data, membuat inferensi), (4)
organizing (anggota kelompok menulis laporan,
merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,
moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok
menyajikan, kelompok lain, (6) evaluating (masing-masing
siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing
berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru
berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan,
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
30 Ahmad Suryadi
selanjutnya menjadi fokus dalam menentukan langkah-
langkah selanjutnya.26
Sementara itu Abdul Majid menjelaskan bahwa
perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan
mudah dan tepat sasaran. Adapun istilah pembelajaran
dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Pembelajaran pada umumnya dapat dikatakan upaya untuk
membelajarkan siswa. Pembelajaran dilakukan guna
membantu peserta didik agar bisa tumbuh berkembang
sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam hal
proses belajar10 di sekolah, pembelajaran tidak dapat terjadi
dengan sendirinya, yaitu peserta didik berinteraksi dengan
lingkungan seperti yang terjadi dalam proses belajar di
masyarakat, proses pembelajaran harus diupayakan dan
selalu terikat dengan tujuan. Dengan demikian, segala
kegiatan interaksi, metode dan kondisi pembelajaran juga
32 Ahmad Suryadi
terhadap kondisi psikologis anak, saat siswanya
bermasalah maka ia akan berupaya untuk mencari
solusi terbaik agar sang anak bisa ikut belajar
bersama yag lain tanpa harus tertekan secara
emosional.
3. Siap melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
penuh tanggung jawab Seseorang yang membuat
rencana ketika ingin rencananya berhasil tentunya
akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
setiap langkahlangkah dalam rencananya tersebut
dengan penuh tanggung jawab. Begitupun bagi guru
yang sudah susah payah merancang rencana,
tentunya akan berusaha untuk melakukan yang
terbaik agar rencananya tersebut berhasil.
Memahami definisi perencanaan Pembelajaran
dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah
proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan),
sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28
Harjanto mengatakan, pengertian perencanaan
adalah “Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini
34 Ahmad Suryadi
1. Teori Deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena-
fenomena sebagai hipotesa mereka yang ada, seperti
teori-teori belajar. Teori atau prinsip pembelajaran
deskriptif menempatkan variabel kondisi dan
metode pembelajaran sebagai givens dan
mendeskripsikan hasil sebagai variabel yang di
amati. Degeng (1989) mengartikan teori deskriptif
adalah kondisi dan metode pembelajaran sebagai
variabel bebas dan parameter kedua variabel ini
berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel
hasil pembelajaran, sebagai variabel terikat. Hasil
pembelajaran yang dideskripsikan pada teori
deskriptif adalah hasil nyata (actual outcomes)
sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu
dibawah kondisi tertentu.
2. Teori Preskriptif, yaitu menentukan tindakan yang
menunjukkan hasil yang pasti, seperti teori sistem,
teori komunikasi dan teori instruksional. Teori
preskriptif adalah teori yang berorientasi pada
tujuan, yaitu mempreskripsikan metode
pembelajaran yang optimal untuk kondisi yang
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Teori ini
menempatkan kondisi dan hasil pada posisi givens
serta metode pembelajaran yang optimal ditetapkan
sebagai variabel yang di amati. Menurut Degeng
(1989) untuk teori preskriptif, variabel kondisi dan
hasil yang diinginkan, yang mungkin juga
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 35
berinteraksi, dan parameter kedua variabel ini
digunakan untuk menetapkan metode pembelajaran
yang optimal, yang menjadi variabel tergantung.
Hasil pembelajaran yang diamati dalam teori
preskriptif adalah hasil pembelajaran yang
diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Berdasarkan kedua teori tersebut,
maka dapat dijelaskan beberapa teori yang
mendasari perencanaan pembelajaran sebagai
berikut30:
1. Teori Belajar Kognitif.
Pada saat ini teori belajar kognitif merupakan teori
belajar yang paling berpengaruh dalam praktek mendesain
pembelajaran. Teori ini lebih banyak menekankan pada
faktor-faktor yang ada pada siswa dan kurang menekankan
faktor-faktor yang ada pada lingkungan, seperti pada teori
behavior. Salah satu kontribusi yang paling berpengaruh
dari teori belajar kognitif pada praktek desain pembelajaran
adalah teori proses informasi. Yang pertama sekali
membuat model teori ini adalah Arkitson dan Shifrin
(1968). Kemudian R.Gagne (1988) mengembangkannya
dengan memberikan ilustrasi pada susunan dan prosesnya.
Bandung, 2015), h. 7.
36 Ahmad Suryadi
Menurut teori ini, alat indra mengirimkan informasi ke
register indrawi untuk disimpan sebentar (satu sampai dua
detik), informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan
persepsi. Setelah diubah menjadi kodekode, informasi
tersebut kemudian masuk kedalam Ingatan Jangka Pendek.
Tempat penyimpanan disini terbatas, informasi hanya
tinggal sebentar, informasi itu digunakan dan hilang kecuali
di ulang-ulang. Informasi yang disimpan untuk diingat
kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada
dan karenanya disimpan didalam Ingatan Jangka Panjang,
suatu tempat penyimpanan ingatan yang tetap. Bentuk,
susunan dan urutan dari respon dibentuk oleh generator
respon, lalu informasi tersebut dikirim kembali ketika
diperlukan.
2. Teori Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema “
yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan (a whole), (Tatang, 1996:1). Kita bisa melihat
pengaruh teori sistem dalam kebanyakan model-model
perencanaan pembelajaran yang terdapat didalam beberapa
teori dan model dari belajar individu. Artikel Andrew dan
Goodson (1980) yang mengkaji ulang model-model desain
instruksional mengatakan bahwa 70% modelmodel itu
menggunakan teori sistem sebagai dasarnya. Briggs (1977)
mendefinisikan pendekatan sistem dalam pendidikan adalah
sebagai suatu gabungan perencanaan untuk melaksanakan
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 37
semua komponen-komponen (sub-sistem) dari sebuah
sistem desain untuk memecahkan suatu persoalan, atau
menemukan sesuatu yang dibutuhkan. Dengan demikian
proses desain pembelajaran sebagai suatu sistem adalah
sekumpulan komponen-komponen (langkah-langkah) yang
direncanakan mereka untuk mengatasi masalah atau
kebutuhan pembelajaran yang paling utama.
3. Teori Komunikasi
Teori komunikasi memiliki pengaruh yang kuat
dalam lapangan perencanaan pembelajaran. Pengaruh ini
terutama terlihat dalam membuat keputusan ketika memilih
media dan menulis tujuan pembelajaran. Salah satu
konstribusi teori komunikasi adalah model bagaimana
informasi dikomunikasikan dari seseorang kepada yang
lainnya. Dalam pengajaran, pesan pembelajaran mungkin
akan dirubah oleh persaingan stimuli atau lemahnya kualitas
penyampaian pesan.
4. Teori Instruksional/Pembelajaran
Teori instruksional merupakan suatu kumpulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan yang memberikan
preskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar
sedemikian rupa, sehingga dapat membantu siswa mencapai
tujuan belajar dengan mudah. Prinsip-prinsip ini dapat
diterapkan didalam situasi dimana terdapat guru maupun
38 Ahmad Suryadi
tidak, seperti halnya pengajaran dengan komputer,
pengajaran jarak jauh, pengajaran terprogram, metode
belajar secara inkuiri atau bentuk belajar menemukan
(discovery). Teori ini juga memberikan arahan dalam
pemilihan metode mana yang dapat berhasil dan mengapa
metode lain tidak akan memberikan hasil yang memadai
apabila diterapkan. Teori-teori instruksional bukan hanya
memberikan deskripsi mengenai proses belajar, tetapi juga
memberikan preskripsi tentang apa yang harus dilakukan
guru untuk memperlancar proses belajar siswa.
C. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran
1. Program tahunan dan program semester
Munurut Mulyasa bahwa: Program tahunan
memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan
tiap kelas selama satu tahun pelajaran. Program tahunan
selanjutnya dijabarkan secara rinci pada program semester.
Program tahunan dipersiapkan dan dikembangkan oleh
guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya. Program tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, rang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Jadi program tahunan adalah rencana penetapan
alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan
KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu
40 Ahmad Suryadi
pembelajaran. 4) Menandai hari-hari libur, permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif, waktu pembelajaran
efektif (perminggu). Hari-hari libur meliputi
Program Tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisikan tentang
garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan
dikembangkan oleh gru mata pelajaran yang bersangkutan
program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh
guru sebelum tahun ajaran dimulai. Program tahunan inilah
yang nantinya merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya, seperti program semester,
mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem
penilaian.
Program semester atau promes merupakan langkah
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, dengan
program. semester ini akan rinci yang akan dilakukan guru
daam kelangsungan belajar mengajar. Program semester
juga dikatakan sebagai penjabaran dari program tahunan.
Program semester ini sudah menjadi tugas yang harus
dibuat oleh guru untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran selama satu bulan. Hal-hal yang harus
diperhatikan ketika akan membuat promes diantaranya
adalah:
a. Dengan melihat kemampuan masing-masing sekolah.
b. Perlu kerjasama antara guru mata pelajaran
42 Ahmad Suryadi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar.31
Silabus adalah suatu rencana yang mengatur
kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta
penilaian hasil belajar dari suatu mata kuliah. Silabus ini
merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat
menjawab pertanyaan berikut: a. Kompetensi yang akan
ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan
pembelajaran.
44 Ahmad Suryadi
Menurut Oemar Hamalik rumusan tujuan
pembelajaran mencakup tiga aspek penting yaitu:
1. Domain kognitif. Domain kognitif tujuan
pembelajaran berkaitan dengan aspek intelektual
siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan
informasi mengenai data dan fakta, konsep,
generalisasi, dan prinsip. Semakin kuat seseorang
dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka
semakin mudah seseorang dalam melaksanakan
aktivitas belajar.
2. Domain afektif. Domain afektif adalah domain
yang berhubungan dengan penerimaan dan apresiasi
seseorang terhadap suatu hal dan perkembagan
mental yang ada dalam diri seseorang.
3. Domain psikomotor. Domain psikomotor adalah
domain yang menggambarkan kemampuan dan
keterampilan seseorang yang dapat dilihat dari
unjuk kerja atau performance yang berupa ketrampilan
fisik dan keterampilan non fisik. Keterampilan fisik
adalah ketrampilan seseorang untuk mengerjakan
sesuatu dengan menggunakan oto, sedangkan
ketrampilan nonfisik adalah ketrampilan seseorang
dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam
46 Ahmad Suryadi
kurikulum. Tugas guru adalah menterjemahkan tujuan
umum pembelajaran (SK dan KD) menjadi tujuan khusus
(indikator) pembelajaran yang lebih spesifik dan mudah
terukur.
2. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang
penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran
merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan
materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai, misalnya berita pengetahuan, penampilan, sikap
dan pengalaman lainnya.
3. Merumuskan Strategi/Metode pembelajaran
Strategi merupakan penjelasan secara rinci dari
tujuan dari perencanaan pengajaran dan berisi petunjuk
dalam pelaksanaan pengajaran.
Menurut Darwyn Syah bahwa: Strategi pengajaran
merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana
pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen
pengajaran agar dapat mempengaruhi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar dalam rangka untuk mencapai
tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.33
48 Ahmad Suryadi
e. Metode Pemberian Tugas. Metode ini merupakan satu
cara dalam proses belajar mengajar, bilamana guru
memberikan tugas untuk diselesaikan oleh siswa atau di
pertanggung jawabkan kepada guru.
f. Metode Sosiodrama. Drama atau sandiwara oleh guru
atau kelompok orang untuk memainkan
(mendramatisasikan) suatu cerita atau tingkah laku
dalam hubungan dengan masalah sosial yang dipelajari.
g. Metode Drill (latihan). Metode latihan pada umumnya,
digunakan untuk memperoleh satu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari, dan sekarang
mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap
pelajaran tersebut.
h. Metode Kerja Kelompok. Metode kerja kelompok
mengandung perhatian bahwa, satu kelas di pandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi
atas kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan
suatu masalah atau untuk menyerahkan pekerjaan
secara bersama-sama.
i. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah satu
teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah, baik
dari segi pemahaman atau pengertian siswa, atau guru
dapat memperoleh gambaran sejauhmana murid dapat
mengerti atau mengungkapkan apa yang di ceramahkan.
Metode tanya jawab ini, dilakukan oleh guru terhdap
muridnya atau murid terhadap gurunya.
50 Ahmad Suryadi
kemajuan siswa, dan bagaiman tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran tersebut.
Setelah tujuan dirumuskan, langkah pertama yang
harus dikerjakan adalah mempersiapkan rencana evaluasi
yang menyeluruh sebagai rencana awal. Menurut Oemar
Hamalik Ada beberapa keuntungan yang bakal diperoleh,
Yaitu: Pertama, membantu kita untuk menentukan apakah
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam artian tingkah
laku. Kedua, kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan. Ketiga, memberi waktu untuk
merancang tes.
E. Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen
pertama dalam perencanaan pembelajaran. Merujuk pada
tulisan Hamzah B. Uno bahwa: Tujuan pembelajaran
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun
siswa. Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi empat
tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga
siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara
lebih mandiri.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 51
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan
ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan
belajar dan media pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan
perencanaan pembelajaran meliputi:
1. Mengarahkan aktivitas belajar siswa dan aktivitas
mengajar dari pengajar, karena rencana telah
diprogram dengan sistematis.
2. Mengetahui kemajuan belajar siswa karena materi
yang akan dipresentasikan telah direncanakan secara
terinci.
3. Menghasilkan proses belajar mengajar secara
maksimal karena segala sesuatunya telah
dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai.
4. Mengetahui dengan segera tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar, melalui kegiatan proses
belajar mengajar yang direncanakan.
5. Memberikan kegairahan siswa dalam belajar dengan
adanya informasi dan relevansi tujuan
pembelajaran.
52 Ahmad Suryadi
6. Memberikan kemudahan siswa dalam penguasaan
materi sebab sistematika penyampaiannya telah
disiapkan.
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan
kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan
kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah
mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran
trsebut dengan “perubahan perilaku” (change of behavior).
Adapun jenis perubahan perilaku tersebut secara garis
besarnya meliputi bidang pengetahuan (kognitif), sikap
(apektif) dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena itu,
rumusan pembelajaran harus mencerminkan perubahan
yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam setiap
jenis perubahan yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil
belajar yang telah dilakukannya.
Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran,
mungkin pendapat Oemar Hamalik bisa dijadikan sebagai
acuan, yakni;
1. Memberi guru pemahaman yang lebih luas tentang
tujuan pendidikan sekolah, dan hubungannya
dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan
54 Ahmad Suryadi
2. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan
karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami
jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara
sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
3. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi
strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan
pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
4. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat
menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru,
siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang
tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai
tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang
dilakukan.
5. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat,
dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah
dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah
disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 55
menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan
menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru
dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung
jam pelajaran efektif.
8. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi,
tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya
berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga
dalam sikap dan keterampilan. Melalui perencanaan yang
baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara
seimbang.
9. Fungsi kontrol dan evaluatif
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan
akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah
dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat
memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan
program pembelajaran selanjutnya.
56 Ahmad Suryadi
F. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan
Pembelajaran
Menurut Darwyn Syah setidaknya ada enam
manfaat dan pentingnya perencanaan pembelajaran yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai
tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur
guru maupun unsur murid.
4. Sabagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan,
sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan
kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Melihat manfaat di atas, maka perencanaan pem-
belajaran sangat perlu dilakukan oleh para guru, sesuai
tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efisien.
58 Ahmad Suryadi
d. Menurut Heinich, dkk (dalam Winataputra, 2005), kata
“media” berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk
jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti
“perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan
(source) dengan penerima pesan (receiver).
e. Menurut Arief S. Sadiman, mengemukakan bahwa kata
media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan
f. Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar buku, film, kaset adalah contoh-
contohnya.
2. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, buku dan orang mengandung
informasi sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian
tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
Adapun Pengertian sumber belajar menurut para
ahli adalah
a. Anna Suhaena,S menurutnya sumber belajar adalah
manusia, bahan, kejadian, peristiwa, setting, teknik yang
membangun kondisi yang memberikan kemudahan bagi
anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan.
60 Ahmad Suryadi
B. Jenis Media dan Sumber Belajar
1. Jenis-Jenis Media
Berdasarkan jenisnya media dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat meng-
andalkan indera penglihatan,atau hanya dapat dilihat.
Contohnya gambar, poster dan grafik.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandalkan indera
pendengaran, atau hanya dapat didengar. Misalnya radio,
tape recorder dan telepon.
c. Media Audio Visual
Media merupakan media yang mengandalkan indera
penglihatan dan indera pendengaran,atau dapat dilihat dan
didengar. Misalnya televisi, video dan film.
Berdasarkan daya liputnya, media dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan
serentak, yaitu media yang dapat menjangkau tempat
yang luas dengan jumlah orang atau siswa yang banyak.
Contoh: televisi, radio.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
ruang dan tempat, yaitu media yang hanya dapat
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 61
menjangkau tempat atau ruangan tertentu dan terbatas
dengan jumlah orang atau siswa yang tidak banyak.
Contoh : papan tulis, dan slide.
c. Media untuk pengajaran individual. Contoh: modul
berprogram dan pengajaran melalui computer.
Berdasarkan bahan pembuatannya, media dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Media Sederhana yaitu media yang mudah diperoleh
dan harganya murah, serta cara pembuatannya mudah.
b. Media Kompleks yaitu media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya,
sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan
keterampilah yang memadai.37
2. Jenis-jenis Sumber Belajar
Jenis sumber belajar adalah:
a. Manusia
Sumber belajar manusia adalah orang yag secara
langsung menyampaikan pesan-pesan pengajaran tanpa
menggunakan alat lain sebagai perantara. Dalam hal in
terdapat orang yang secara khusus dipersiapkan sebagai
sumber belajar misalnya guru, dosen dan sebagainya.
62 Ahmad Suryadi
b. Material (bahan)
Materi atau bahan sebagai sumber belajar adalah sesuatu
yang memiliki pesan untuk tujuan pengajaran. Pesan
pengajaran yang disampaikan kepada siswa tersebut dengan
menggunakan alat penampilan, seperti buku paket, video-
tape, dan lain-lain. Sehingga itu merupakan suatu bahan
pembelajaran.
c. Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber belajar adalah tempat atau
ruangan yang dapat memengaruhi belajar siswa. Dimana
tempat atau ruangan tersebut terdiri dari dua yaitu tempat
atau ruangan yang dirancang khusus untuk pengajaran
antara lain bangunan sekolah, ruang perpustakaan,serta
ruang laboratorium dan tempat atau ruangan yang tidak
dirancang secara khusus untuk tujuan pembelajaran, namun
dapat dimanaatkan untuk sumber belajar antara lain gedung
bersejarah, lingkungan museum,kebun binatang dan
sebagainya.
d. Alat dan perlengkapan (Tool and Equipment)
Alat atau perlengkapan sebagai sumber belajar adalah
alat atau peralatan yang digunakan untuk memproduksi
sesuatu atau untuk menampilkan sumber-sumber lainnya.
e. Aktivitas
belajaran, h. 299.
64 Ahmad Suryadi
dan tenaga kependidikan termasuk kedalam sumber
belajar itu.
c. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang
mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan
alat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program
media termasuk kategori bahan terdiri dari 2 kriteria,
yaitu material sederhana dan material mutakhir,
misalnya tranparansi, slide, film, audio, video, modul,
majalah, dan lain-Iain.
d. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan
untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan.
Misalnya, proyektor slide, overhead, video
tape, pesawat televisi.
e. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan
yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan,
orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Contohnya pembelajaran terprogram, belajar sendiri,
demonstrasi, ceramah, dan Iain-Iain
f. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan
disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik (gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio,
dan sebagainya) maupun lingkungan non fisik (suasana
belajar dan Iain-Iain)
Berdasarkan rancangannya, sumber belajar
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by
design) yakni sumber-sumber yang secara khusus
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 65
dirancang atau dikembangkan sebagai “komponen
sistem isntruksional” untuk memberikan fasilitas belajar
yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by
utilitization) yakni sumber belajar yang tidak didesain
khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
66 Ahmad Suryadi
BAB IV
PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh siswa sesuai dengan kopetensi dasar dalam
rangka pencapaian standar kopetensi setiap mata pelajaran
dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran bagaian
terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam
pengajaran yang berpusat pada materi pembelajaran (subject-
centered teaching), materi pengajaran merupakan inti dari
kegiatan pembelajaran. Menurut subject centered teaching
keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh
seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum.
Materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi:
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude). Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang
disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian
pengetahuan berhubungan dengan informasi yang harus
dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala
diperlukan siswa dalam mengungkapkan kembali.
Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (
fisik dan non fisik) yang di lakukan seseorang dengan cara
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 67
yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap
menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak
sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya
oleh siswa.
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
sangat bergantung pada kemampuan guru dalam
menciptakan bahan ajar yang efektif. Materi Pembelajaran
yaitu merencanakan, memprediksi, dan memproyeksikan
apa yang akan dilakukan selama Kegiatan Pembelajaran
pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Silabus. Dalam arti luas, bahan ajar adalah
pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang harus dikuasai
siswa untuk memenuhi kriteria kompetensi yang
ditentukan.
Materi pembelajaran memainkan peran penting
dalam keseluruhan kurikulum, dan mereka harus disiapkan
agar pembelajaran dapat mencapai tujuannya. Tujuan
tersebut harus sejalan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa. Artinya,
kegiatan pembelajaran harus didasarkan pada informasi
yang mendukung pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta pencapaian indikator. Sumber
belajar dipilih untuk membantu siswa mencapai kriteria
kompetensi dan kompetensi dasar seefisien mungkin.
68 Ahmad Suryadi
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan,
urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan
yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami
berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan
materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi,
prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta
mengukur efektivitas persiapan tersebut.
B. Kriteria Pemilihan Materi Pelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi
kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja
harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang
digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang study
bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan
dikembangkan dalam system instruksional dan yang
mendasari penentuan strategi belajar mengajar:39
1. Kriteria tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan
untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-
tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
70 Ahmad Suryadi
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mem-
pertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
Pengetahuan dan ketrampilan yang bakal mereka peroleh
dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan
untuk mengembangkan dirinya seabgai manusia yang etik
sesuai dengan system nilai dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakatnya.
72 Ahmad Suryadi
b. Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan
meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
c. Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi.
74 Ahmad Suryadi
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan bahwa : Needs
assessment is a process that helps one to identify and examine both
values and information. It provides direction for making decisions
about programs and resources. Needs assessment can be a part of
community relations, facilities, planning and consolidation program
development and evaluation, and resource allocation. Berdasarkan
definisi needs assessment di atas maka needs assessment
dilaksanakan dalam empat fase yaitu Mengidentifikasi dan
memprioritaskan tujuan yang akan dicapai, dengan
menjawab pertanyaan apa yang harus ada (what should be),
menentukan kondisi dan tujuan yang ada kaitannya dengan
pertanyaan apa yang ada (what is), mengidentifikasi needs
yang merupakan perbedaan (discrepancy) antara harapan yang
akan dicapai dan kondisi yang ada, Melakukan prioritas
terhadap kebutuhan yang paling urgen, baik (feasble)
dilaksanakan dan layak (worth) dilakukan.44
Pembahasan mengenai kebutuhan dasar pada anak
usia dasar tentu tidak terlepas dari pada perkembangan
psikologi anak. Anak usia dasar memiliki bentang usia mulai
dari 6-12 tahun. Menurut Erik Erikson, “dalam teori
perkembangan, usia 6- 10 tahun berada dalam masa
pertengahan dan akhir kanak-kanak dan usia 10-12 tahun
76 Ahmad Suryadi
sekolah (kegiatan belajar mengajar) dan di lingkungan
masyarakat.46
Dengan terpenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta
didik merupaka kunci bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Memahami peserta didik dengan baik,
diharapkan kita dapat memberikan layanan pendidikan yang
tepat dan bermanfaat bagi masing-masing anak. Selain itu,
pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik bagi guru. Peserta didik
merupakan individu yang mengalami proses pembelajaran
yang pada umumnya memiliki kebutuhan-kebutuhan wajib
dan mendasar yang harus dipenuhi dan tidak bisa
dihindarkan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut beragam mulai
dari makan-minum, maupun yang berkaitan dengan
kepribadian seperti, keamanan, kasih saying, harga diri
kesuksesan dan sebagainya. Sebagaimana menurut
Abraham Maslow sebagai pelopor aliran psikologi
humanistic. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang terkenal adalah hirarki kebutuhan. Lebih lanjut,
menurutnya manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan-
kebutuhan tersebut, antara lain kebutuhan fisiologis;
78 Ahmad Suryadi
hukumnya adalah wajib. Sebagai contoh adalah kebutuhan
akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal.49
Pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan
peserta didik bagi guru, yaitu sebagai Pertama kita akan
memperoleh ekspektasi yang nyata tentang anak dan
remaja; kedua, pengetahuan tentang psikologi
perkembangan anak membantu kita untuk meresppon
sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang
anak; ketiga, pengetahuan tentang perkembangan anak akan
membantu mengenali berbagai penyimpangan dari
perkembangan yang normal; dan keempat, dengan
mempelajari perkembangan anak akan membantu
memahami diri sendiri.50
Glasgow dalam Sanjaya menyebutkan ada beberapa
hal yang melekat pada pengertian need assessment antara lain:
1. Need assessment merupakan suatu proses artinya ada
rangkaian kegiatan dalam pelaksanannya, bukan hanya
Aksara, 2012), h. 2.
80 Ahmad Suryadi
afektif yang menjadi “pekerjaan rumah‟ untuk terus-
menerus dikembangkan lebih baik dan lebih efektif lagi.54
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan
pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Fokus utama
perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan
penetapan, dan pengembangan variabel metode
pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana
kondisi pembelajarannya dan apa hasil pembelajaran yang
diharapkan, sebab inti dari desain pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.55
B. Fungsi Analisis Kebutuhan Belajar
Analisis kebutuhan dapat dirumuskan sebagai suatu
usaha untuk meng-identifikasi alat dan metode yang
diperlukan dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara
kenyataan dan harapan, ada dua hal yang perlu diperhatikan
untuk menentukan apakah pengembangan pembelajaran
perlu dilaksanakan atau tidak yaitu:
1. Dengan mengidentifikasi perkembangan situasi
dalam bidang yang diminati. Ini mungkin melibatkan
54Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 4-5.
55Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2012), h. 6.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 81
upaya penelitian pembelajaran yang sedang diberikan
ditempat lain.
2. Membandingkan data yang terkumpul dengan yang
seharusnya terjadi. Perbedaan antara apa yang ada
dengan yang dikehendaki dapat dipakai sebagai
alasan terbaik untuk memutuskan apakah
pengembangan model pembelajaran perlu dilakukan
atau tidak. 56
Peserta didik merupakan individu yang mengalami
proses pembelajaran yang pada umumnya memiliki
kebutuhan-kebutuhan wajib dan mendasar yang harus
dipenuhi dan tidak bias dihindarkan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut beragam mulai dari makan-minum, maupun yang
berkaitan dengan kepribadian seperti, keamanan, kasih
saying, harga diri kesuksesan dan sebagainya. Sebagaimana
menurut Abraham Maslow sebagai pelopor aliran psikologi
humanistic. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang terkenal adalah hirarki kebutuhan. Lebih lanjut,
menurutnya manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Adapaun kebutuhan-
kebutuhan tersebut, antara lain kebutuhan fisiologis;
82 Ahmad Suryadi
kebutuhan akan rasa aman dan tentram; kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi; kebutuhan akan dihargai; dan
kebutuhan aktualisasi diri.57
Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dalam
pembelajaran berupa materi ajar berbentuk cetak, dapat
dilakukan analisis kebutuhan Hal ini sesuai dengan
pendapat yakni dalam merancang sebuah pembelajaran
diperlukan analisis kebutuhan, membagi kebutuhan itu
menjadi dua, yakni target needs dan learning needs. Contoh
target needs adalah “Apa peserta didik membutuhkan
sesuatu dalam situasi target “what the learner needs to do in the
target situation” Sementara itu, contoh learning needs adalah
“Apakah peserta didik membutuhkan sesuatu yang
diinginkan dalam belajar “what the learner needs to do in order to
learn” ada cara lain untuk melihat kebutuhan: membuat
divisi utama antara pengetahuan sekarang dan
pengetahuan yang diperlukan, kebutuhan objektif dan
subjektif. Informasi tentang kebutuhan obyektif dapat
dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara pribadi,
pengumpulan data (mengumpulkan kertas ujian, buku teks
dan menganalisis data itu), pengamatan (mengamati peserta
didik dalam kesehariannya), konsultasi informal dengan
pengajar dan peserta didik, dan tes. Kebutuhan subjektif
84 Ahmad Suryadi
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, sebagian besar telah menyusun RPP. Dalam
pembelajaran dikelas uraian aktivitas yang dilakukan oleh
guru terbagi atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir Selanjutnya untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa dilakukan penilaian terhadap siswa
dengan memberikan tes pada akhir pertemuan pembahasan
materi pembelajaran. Terdapat kesenjangan pada indikator guru
memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan
indicator di setiap pertemuan. Perlunya penjelasan tujuan dan
indikator pembelajaran dapat mengarahkan peserta didik untuk
melakukan aktivitas belajar di kelas.
Penjelasan tujuan instruksional untuk membantu men-
definisikan arah pembelajaran serta sebagai petunjuk tentang
materi pelajaran yang perlu dicakup indikator tujuan
pembelajaran khusus dijabarkan dalam format ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree) terdapat kesenjangan yaitu
perumusan hanya meliputi audience dan behavior. Tujuan
Instruksional khusus merupakan satu-satunya dasar untuk
menyusun kisi-kisi tes, karena itu harus mengandung unsur-
unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes
agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat
mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya.60
86 Ahmad Suryadi
terpenuhi, disamping dapat mempengaruhi pembentukan
pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, juga
akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar
di sekolah.
Agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah peserta didik, sekolah melakukan upaya-upaya
seperti memberikan pemahaman terhadap peserta didik
tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur;
Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk
mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi
dan vitamin tinggi; Memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk beristirahat; Memberikan pendidikan jasmani
dan latihan-latihan fisik seperti berolah raga; Menyediakan
berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan
peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolah raga
dan sebagainya; Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa
dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan
sebagainya yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan nyama; dan Mengatur tempat duduk peserta didik di
dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi
menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan,
bahaya dari lingkungan dan sebagainya, sedangkan
88 Ahmad Suryadi
tingkah laku maladaptive. Kondisi-kondisi demikian pada
gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka.62
Hubungan Guru dengan siswa, seperti Guru dapat
menampilkan ciriciri kepribadian: empatik, peduli dan
interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat
menjadi pendengaryang baik; Guru dapat menerapakan
pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya
(kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, keperibadian, dan
latar belakangnya; Guru lebih banyak memnberikan
komentar dan umpan balik yang positif daripada yang
negative; Guru dapat menghargai dan menghormati setiap
pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya; dan
Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan
memberikan kepercayaan terhadap peserta didiknya.
Hubungan peserta didik dengan peserta didik, seperti
Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa; Sekolah
dapat menyelengarakan class meeting, melalu berbagai forum,
seperti olah raga atau kesenian; Sekolah mengembnagkan diskusi
kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran; Sekolah
mengembangkan tutor sebaya; dan Sekolah mengembangkan
bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
d. Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri
orangtua dan guru dalam memahami psikologi anak usia, SD, SMP dan SMA”
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 70.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 89
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari
kecendrungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan
untuk diakui dan perlakukan sebagai orang yang berharga
diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin
diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain.
1. Mengembangkan Harga Diri Siswa, seperti Me-
ngembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar
pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding);
Mengembangkan sistim pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa; Menfokuskan pada
kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa;
Mengembangkan strategi pembelajaran yang
bervariasi; Selalu siap memberikan bantuan apabila
para siswa mengalami kesulitan; Melibatkan seluruh
siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung
jawab; dan Ketika harus mendisplinkan siswa,
sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak di
depan umum.
2. Penghargaan dari Pihak Lain, seperti
Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran
kooperatif di mana setiap siswa dapat saling
menghormati dan memercayai, tidak saling
mencemoohkan; Mengembangkan program “star of
the week”; Mengembangkan program penghargaan
atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diproleh
90 Ahmad Suryadi
siswa; Mengembangkan kurikulum yang dapat
mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap
empatik dan menjadi pendengar yang baik, dan
Berusaha melibatkan para siswa dapat setiap
pengambilan keputusan yang terkait dengan
kepentingan para siswa itu sendiri.
3. Pengetahuan dan Pemahaman, seperti Memberikan
kesempatan kepada pada siswa untuk
mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin
diketahuinya.; Menyediakan pembelajaran yang
memberikan tantangan intelektual melalui
pendekaatan discovery-inquiry; Menyediakan topik-
topik pembelajaran dengan sudut pandang yang
beragam; Menyediakan kesempatan kepada para
siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi.
4. Esketik, seperti Menata ruangan kelas secara rapi
dan menarik; Menempelkan hal-hal yang menarik
dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya
memampangkan karya-karya seni siswa yang
dianggap menarik; Ruangan di cat dengan warna-
warna yang menyenangkan; Memelihara sarana dan
prasarana yang ada di sekeliling sekolah; Ruangan
yang bersih dan wangi; ersedia taman kelas dan
sekolah yang tertata indah.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
92 Ahmad Suryadi
setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta
didiknya.63
Pada dasarnya, kebutuhan menurut Maslow, suatu
sifat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: 1). Ketidakhadirannya
menimbulkan penyakit; 2). Kehadirannya mencegah
timbulnya penyakit; 3). Pemulihannya menyembuhkan
penyakit; 4). Pada situasi-situasi tertentu yang sangat
kompleks, dimana orang bebas memilih, orang yang sedang
berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya; dan 5).
Kebutuhan itu tidak aktif, lemah, atau secara fungsional
tidak terdapat pada orang sehat.64
C. Tahapan-Tahapan Analisis Kebutuhan Belajar
Proses analisis kebutuhan terdiri atas rangkaian
kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan
94 Ahmad Suryadi
b. Identifikasi kesenjangan
Metode mengidentifikasi kesenjangan berpegang
pada lima komponen yang saling berkaitan, yaitu;
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia
pada saat ini misalnya tentang keuangan, waktu, bangunan,
guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum
yang ada.
Komponen proses, meliputi pelaksanaan
pendidikan yang berjalan yang terdiri atas pola
pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai
dengan kompetensi, perencanaan, metode, pembelajaran
individu, dan kurikulum yang berlaku.
Komponen produk, meliputi penyelesaian
pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi.
Komponen Output, meliputi ijazah kelulusan,
keterampilan prasyarat, lisensi. Dan Komponen Outcome
meliputi kecukupan dan kontribusi individu atau kelompok
saat ini dan masa depan. Outcome merupakan hasil akhir
yang diperoleh melalui analisis hasil.68
c. Identifikasi Performance
96 Ahmad Suryadi
meliputi ketersediaan dan kelengkapan fasilitas serta kondisi
fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta
pengaturannya.70
e. Identifikasi Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik Peserta didik dilihat dari beberapa
aspek dari masing-masing siswa yaitu Analisis ini dilakukan
untuk melihat minat siswa, sikap siswa, motivasi belajar
siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan awal siswa
terhadap pembelajaran fisika. Hal ini dilakukan agar
pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
peserta didik. aspek minat, aspek sikap, aspek motivasi
belajar, aspek gaya belajar dan aspek kemampuan berpikir.71
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah
individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah
tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Lebih lanjut Desmita
dalam Devianti mengklasifikasikan beberapa karakteristik
peserta didik diantaranya:
70Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 8.
71Hamzah Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 26.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 97
Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi
fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan
yang unik. Potensi yang khas dimilikinya perlu
dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu
mencapai taraf perkembangan yang optimal.
Peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami
perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang
ditujukkan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
Peserta didik adalah individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Sebagai
individu yang sedang berkembang, maka proses pemberian
bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat
perkembangannya.
Peserta didik adalah individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya
peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas dapat
dipahami bahwa peserta didik merupakan sebagai individu
yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang memiliki berbagai potensi kemanusiaan yang mampu
berkembang secara optimal melalui proses pendidikan.
98 Ahmad Suryadi
Sebagai makhluk psiko-fisik, anak-anak sejak bayi
sudah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar, yaitu seperti
kebutuhan fisik dan psikis. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak menuju kedewasaan terjadi
perubahan-perubahan kebutuhan, seperti di atas menjadi
lebih besar. Dan kebutuhan social psikologis seseorang
akan lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan
dengan usianya.
Desmita dalam devianti menyatakan kebutuhan
merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi
untuk mencapai keseimbangan organisme. Kebutuhan
muncul ketika seseorang merasa kekurangan,
ketidaksempurnaan yang dapat merusak kesejahteraannya.
Dengan perkataan lain, kebutuhan muncul karena adanya
ketidakseimbangan dalam diri individu, sehingga membuat
individu bersangkutan melakukan suatu tindakan, tindakan
itu mengarah pada suatu tujuan, dan tujuan itu diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
f. Identifikasi Tujuan
Analisis kebutuhan sebagai suatu proses
mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi
kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang akan
dihasilkan melalui penentuan skala prioritas dari setiap
kebutuhan. Hal ini berhubungan erat dengan tujuan yang
ingin dicapai. Oleh sebab itu, mengidentifikasi tujuan yang
89https://123dok.com/article/pencapaian-kompetensi-
Aksara,2006),h.78.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 123
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar
peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran secara
optimal.91 Karakter Ekspositori Penyampaian materi
secara verbal, Materi berupa konsep/fakta yang harus
dihafalkan. Penguasaan materi bersifat sendiri
.Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan
maksud agar peserta didik dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal. Keunggulan model
pembelajaran ini adalah (a) dengan model pembelajaran
ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat
mengetahui sampai sejauh mana peserta didik menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan, (b) model pembelajaran
ekspositori dianggap sangat efektif apabila meteri
pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas, (c)
melalui pembelajaran ekspositori selain peserta didik dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi
pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa melihat atau
94M.
Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta :
PT Bumi Aksara, 2011), hal. 124
95Abdul Majid, Guru dalam Proses Mengajar, (Bandung: Sinar
------------------------------------------------
----------------------------
------------