Anda di halaman 1dari 149

Desain Pembelajaran: Sebuah

Pengantar

AHMAD SURYADI

CV Jejak, 2022

2 Ahmad Suryadi
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar
Copyright ©, 2022

Penulis:
Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd.

ISBN: : 978-623-338-859-7
ISBN: 978-623-338-860-3 (PDF) ; Edisi Digital, 2022

Editor: Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd.


Penyunting/Penata Letak:
Desain Cover:

Penerbit:
CV Jejak, anggota IKAPI
Redaksi:
Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng
Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353
Web : www.jejakpublisher.com
E-mail : publisherjejak@gmail.com
Facebook : Jejak Publisher
Twitter : @JejakPublisher
WhatsApp : +6281774845134
Cetakan Pertama, April 2022
128 halaman; 14 x 20 cm

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku
dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit maupun penulis

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 3


Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan
nikmat iman dan nikmat kesehatan kepada kita semua.
Selawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, semoga keselamatan selalu tersemat
kepada beliau, keluarganya, sahabatnya serta ummat nya
yang senantiasa mengikuti tuntunan-nya.
Buku ini menyajikan berbagai kiat mendesain
pembelajaran, yang diharapkan dapat diterapkan seorang
guru, yang ingin menampilkan kinerjanya secarar optimal di
kelas. Sebelum memulai menyampaikan materi di depan
kelas terlebih dahulu yang penting diperhatikan adalah
bagaimana mendesain tujuan, kompetensi dan indikator
pembelajaran. Selanjutnya seorang guru harus mengenali
karakteristik peserta didik secara lebih detail, dapat
melakukan interaksi belajar, yang kuncinya adalah
kemampuan berkomunikasi, baik secara verbal maupun
non verbal, dapat merancang pesan pembelajaran, strategi
dan terakhir melakukan evaluasi pembelajaran.
Akhirnya Kami berharap semoga tulisan ini
bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbang saran
berarti bagi dunia pendidikan. Amin-Amin Ya
rabbal’alamin.
April 2022

Penulis

4 Ahmad Suryadi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................. 3
DAFTAR ISI .................................................................................. 4
BAB I HAKIKAT DAN MODEL DESAIN PEM-
BELAJARAN ............................................................... 6
A. Pengertian Desain Pembelajaran ........................................ 6
B. Hakikat Desain Pembelajaran .............................................. 12
C. Hubungan Perencenaan Desain Pembelajaran ................... 14
D. Model-model Desain Pembelajaran .................................... 19
BAB II PERENCANAAN PEMBELAJARAN .................... 29
A. Hakikat Perencanaan Pembelajaran ................................... 29
B. Teori-teori Mendasari Perencanaan Pembelajaran ............. 33
C. Komponen-komponen Perencanaan Pem-
belajaran ................................................................................. 38
D. Langkah-langkah Menyusun Perencanaan Pem-
belajaran ................................................................................. 43
E. Tujuan Perencanaan Pembelajaran .................................... 50
F. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan Pem-
belajaran .................................................................................... 56
BAB III MEDIA DAN SUMBER BELAJAR ...................... 57
A. Pengertian Media dan Sumber Belajar ................................. 57
B. Jenis Media dan Sumber Belajar .......................................... 60
BAB IV PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN .................................................... 66
A. Pengertian Materi Pembelajaran .......................................... 66
B. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran .............................. 68
C. Langkah-langkah Penentuan Materi Pembelajaran ............ 71
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 5
BAB V MERANCANG ANALISIS
KEBUTUHAN BELAJAR ...................................... 73
A. Analisis Kebutuhan Pembelajaran ........................................ 73
B. Fungsi Analisis Kebutuhan Belajar ....................................... 80
C. Tahapan-tahapan Analisis Kebutuhan Belajar .................... 92
BAB VI PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI................ 100
A. Hakikat Alat Evaluasi .............................................................. 100
B. Fungsi dan Tujuan Pengembangan Alat Evaluasi .............. 103
C. Teknik Evaluasi Proses Pembelajaran .................................. 106
D. Petunjuk Pengembangan Alat Evaluasi ................................ 111
BAB VII DESAIN PEMBELAJARAN
BERORIENTASI PENCAPAIAN
KOMPETENSI ........................................................... 115
A. Pengertian Desain Pembelajaran Berorientasi
Pencapaian Kompetensi ......................................................... 115
B. Bentuk Desain Pembelajaran Berorientasi
Pencapaian Kompetensi ......................................................... 122
C. Prinsip Pembelajaran Ekspositori dan Discovery ............... 130
PENUTUP .........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 136
TENTANG PENULIS ................................................................ 140

6 Ahmad Suryadi
BAB I
HAKIKAT DAN MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut
sebagai instruction. Istilah instruction bermakna upaya yang
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui
berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan yang
mengarah pada tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran juga bermakna sebagai kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada
penyedia sumber belajar.1
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.2

1Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung; PT. Remaja


Rosdakarya, 2016), h. 4.
2Lihat Kementerian Pendidikan Nasional, UU. No. 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2014)
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 7
Sementara itu, menurut AECT (Association for
Educational Communication and Technology) bahwa
pembelajaran atau instructional adalah bagian dari pen-
didikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang
didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem
instruksional yaitu komponen pesan, orang, bahan, per-
alatan, teknik, dan latar atau lingkungan.3
Para ahli atau pakar memberikan definisi tentang
pembelajaran yaitu: menurut Corey pembelajaran adalah
suatu proses “lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut dalam tingkah laku tertentu.
Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.”
Sementara itu, menurut Mohammad Surya bahwa
pembelajaran adalah “proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Sedangkan
menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa pembelajaran
adalah “kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.”
Terakhir menurut Gagne dan Brigga bahwa “pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi

3Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 5.

8 Ahmad Suryadi
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan mudah”.4
Menurut Sardiman menyebutkan istilah
pembelajaran dengan interaksi edukatif. Interaksi edukatif
yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan secara sadar
dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka
mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang cakap
serta dewasa secara fisik dan mental. Pembelajaran
merupakan proses yang membimbing peserta didik dalam
kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan
diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.5
Menurut Sardiman di atas, dapatidipahami bahwa
pembelajaran sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para
guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan
kata lain pembelajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan
bagaimana guru mengajar serta proses peserta didik belajar.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan
direncanakan yang menyangkut tiga hal yaitu perencanaan,

4Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h.4


5Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi dalam Belajar dan Mengajar

(Jakarta; Rajawali Pers, 2018), h. 24.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 9
pelaksanaan dan evaluasi.6 Sudjana menambahkan bahwa
pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa
menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya
mencapai hasil yang diharapkan.7
Gagne sebagaimana dikutip Suparman menjelaskan
pembelajaran adalah peran yang dilakukani pengajar dalam
memfasilitasi terjadinya proses dan hasil belajar pada diri
peserta didik.8 Sementara itu Joyce dan Weil memaparkan
pembelajaran adalah proses bersama antara pengajar dan
peserta didik menciptakan lingkungan termasuk serangkaian
tata nilai dan keyakinan yang dianggap penting untuk
menyatukan pandangan tentang realitas kehidupan.9 Ki
Hajar Dewantara menyatakan pembelajaran (onderwijs)
adalah salah satu bagian dari pendidikan dan pembelajaran

6R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran


(Jakarta: Rineka Cipta, 2018), h. 50.
7Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2014), h. 136.


8M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern: Panduan Para
Pengajar dan Inovator Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 50.
9Bruce Joyce dan Marsha Weil, Models of Teaching (New Jersey:

Prentice Hall, 2014), h. 1.

10 Ahmad Suryadi
tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberikan ilmu
atau pengetahuan serta kecakapan.10
Sementara itu Hamalik memberikan makna
terhadap pembelajaran adalah interaksi belajar dan
mengajar yang berlangsung sebagai suatu proses saling
mempengaruhi antara guru dan peserta didik, diantara
keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi
yaitu guru mengajar di satu pihak dan peserta didik belajar
di lain pihak.11
Menurut Suryosubroto pembelajaran merupakan
rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan,
untuk menggiatkan dan mendorong belajar peserta didik
yang merupakan proses merangkai suatu situasi belajar
(yang terdiri dari ruang kelas, peserta didik dan materi
kurikulum) agar belajar lebih mudah.12 Sementara itu
Roestiyah menjelaskan pembelajaran adalah hubungan
interaktif antara guru dan peserta didik, dalam hal ini guru
menciptakan situasi dan kondisi agar peserta didik dapat
aktif belajar, melalui interaksi itu akan timbul suasana atau

10Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2015), h. 7.


11Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), h. 54.
12B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Wawasan

Baru, Beberapa Metode Pendukung dan Beberapa Komponen Layanan Khusus


(Jakarta: Rineka Cipta, 2019), h. 23.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 11
proses belajar-mengajar yang aktif dan masing-masing
peserta didik sibuk belajar dan melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru.13
Degeng sebagaimana dikutip Hamzah B. Uno men-
jelaskan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan
peserta didik yang secara eksplisit terdapat kegiatan me-
milih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.14 Selanjutnya
menurut Sikun Pribadi sebagaimana dikutip Tafsir pem-
belajaraniadalah kegiatan yang menyangkut pembinaan anak
mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata.15
Penjelasan dan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu konsepidari interaksi
belajar dan mengajar yang harus direncanakan dan di-
aktualisasikan serta diarahkan pada pencapaianitujuan pem-
belajaran atau penguasaan sejumlah kompetensi dan
indikatornya adalah hasil belajar.

13Roestiyah N. K., Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem

(Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 43.


14Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi
Aksara, 2018), h. 2.
15Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h.7.

12 Ahmad Suryadi
B. Hakikat Desain Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran, desain dapat diartikan
sebagai proses sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan
pembelajaran beserta aktivitasnya yang harus dilakukan, pe-
rencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dpat
digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Gagne menjelaskan bahwa
desain pembelajaran disusun untuk proses belajar siswa,
proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan
jangka panjang. Menurut Gagne belajar seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor yakni internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain: kemampuan dasar, gaya belajar,
minat dan bakat, serta kesiapan dalam belajar. Faktor
eksternal antara lain pengatuan lingkungan dan kondisi
siswa dapat belajar. Menuru Gagne, kondisi internal dapat
dibangkitkan dengan kondisi eksternal.16
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh menjelaskan
tentang desain pembelajaran yakni sebagai: “An Intelectual
process to help teachers systematically analyze learner needs and
construct structur possibilities to responsively addres those needs.”
Maksud dari pernyataan Shambaugh tersebut adalah suatu
desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis

16Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(Jakarta: Kencana, 2018), h. 66-67.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 13
kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya
untuk membantu menjawab kebutuhan tersebut.17
Pendapat lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry,
ia berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan
dengan proses menentukan tujuan pembelajara strategi dan
teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang
dapat digunakan untuk pencapaian efektivas pencapaian
tujuan.18
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa desain pembelajaran dilakukan untuk mempelajari
suatu materi pelajaran yang didalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan,
rumusan strategi, metode, teknik, dan media yang dapat
dimanfaatkan serta evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan tujuan.
Desain pembelajaran yang baik harus memuat
kriteria berikut:19

17Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h.


67.
18Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h.
67.
19Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h.
68-69.

14 Ahmad Suryadi
1. Berorientasi pada peserta didik
Desain pembelajaran dirancang untuk
mempermudah peserta didik untuk belajar. Dengan
demikian, mendesain pembelajran perlu diawali dengan
melakukan studi pendahuluan tentang peserta didik. Hal
yang perlu dipahami tentang peserta didik yakni
kemampuan dasar dan gaya belajar.
2. Berpijak pada pendekatan sistem
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Melalui
pendekatan sistem, keberhasilan pembelajaran dapat
diprediksi, terhindar dari ketidakpastian, serta dapat
mengantisipasi kendala atau hambatan terhadap
pencapaian tujuan.
3. Teruji secara empiris
Desain pembelajaran harus teruji efektivitas dan
efisiensinya secara empiris untuk melihat berbagai kendala
yang mungkin muncul, sehingga sebelumnya dapat
diantisipasi.
C. Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lesson Plan) berbeda
dengan desain pembelajaran (Instructional Design), namun
keduanya memiliki hubungan yang erat sebagai program

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 15


pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk
kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Dengan demikian, perencanaan lebih menekankan pada
proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum
sekolah, sedangkan desain pembelajaran untuk membantu
proses belajar peserta didik seperti yang dikemukakan Zook
bahwa desain pembelajaran yakni: a systematic thinking process
to help learners learn.
Domain pada pembelajaran dibedakan menjadi tiga
ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain
kognitif mengacu pada aktivitas mental yakni suatu
pendekatan pembelajaran terfokus pada proses
penyampaian informasi dan penanaman konsep-konsep
baru. Sementara domain afeksi merupakan istilah generik
yang menggambarkan fenomena seperti emosi, sikap,
keyakinan, dan suasana hati. Domain psikomotorik
berhubungan dengan perkembangan keterampilan fisik
sederhana hingga aktivitas yang rumit.20Dalam konteks
pendidikan nasional, taksonomi pembelajaran berkisar pada
pertumbuhan budi pekerti. Hal in tak lepas dari pemikiran
dari Ki Hajar Dewantara yakni budi pekerti berdiri sebagai
insan merdeka yang dapat memerintah atau menguasai diri

20Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran


(Jakarta; Kencana, 2014), h. 88-89.

16 Ahmad Suryadi
sendiri membentuk manusia yang beradab. Berikut adalah
domain dari pembelajaran menurut Bloom, yang lebih
dikenal dengan nama taksonomi Bloom:
1) Domain Kognitif
Domain kognitif merupakan ranah kemampuan
berpikir tentang fakta-fakta spesifik, pola prosedural, dan
konsep-konsep dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Bloom merumuskan taksonomi
pada domain kognitif mulai dari berpikir tingkat rendah
sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tingkatan
tersebut yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan
analisis sebagai bagian dari keterampilan berpikir tingkat
rendah, serta tingkatan sintesis dan evaluasi sebagai bagian
dari keterampilan berpikir tingkat tinggi.21
Berdasarkan gambar di atas, guru sebagai perancang
pembelajaran harus mempertimbangkan keterampilan
berpikir peserta didik dalam menyusun tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, gambaran jelas tentang
keterampilan berpikir tersebut harus dijelaskan secara detail
untuk menghindari kekeliruan. Reigeluth mendeskripsikan
gambaran umum masing-masing tingkatan keterampilan
berpikir sebagai berikut:

21Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, h. 90.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 17
Tabel 1: Domain Kognisi Bloom

Keterampilan Bloom Taksonomi


Berpikir

Pengetahuan Peserta didik mampu mengingat atau


menghafal informasi yang konkret ke
informasi abstrak.

Pemahaman Peserta didik mampu mengerti dan


membuat rangkaian dari sesuatu yang
dikomunikasikan. Artinya peserta
didik menerjemahkan,
menginterpretasi, dan meramalkan
kemungkinan dalam berkomunikasi.

Aplikasi Peserta didik mampu menerapkan


konsep yang sesuai dan abstraksi dari
suatu masalah atau situasi sekalipin
tidak diminta untuk melakukannya.

Analisis Peserta didik dapat memilah dan


membagi materi kedalam beberapa
bagian dan mampu medefinisikan
hubungan antar bagian-bagian
tersebut.

18 Ahmad Suryadi
Sintesis Peserta didik mampu menciptakan
produk, menggabungkan bagian-
bagian dari pengalaman sebelumnya
dengan bagian yang baru untuk
menciptakan keseluruhan bagian.

Evaluasi Peserta didik memberikan keputusan


terhadap nilai dari suatu materi
pembelajaran , argument, atau
pandangan yang berkenan dengan
sesuatu yang diketahui, dipahami,
dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan.

2) Domain Afektif
Domain afektif meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan
sikap. Kategori afeksi mencakup kemampuan umum seperti
penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi, sampai pada
kemampuan kompleks atau disebut pembentukan gaya
hidup.22Domain afeksi dalam tujuan pembelajaran dapat di-
gambarkan sebagai berikut:
Pada proses penerimaan peserta didik
mendengarkan orang lain dengan cermat kemudian di fase
tanggapan peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan

22Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, h. 94.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 19
diskusi kelas meliputi mempresentasikan, memberikan
tanggapan, dan lain-lain. Di fase penilaian peserta didik
menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, di fase
organisasi peserta didik mampu memprioritaskan waktu
untuk memenuhi kebutuhan organisasi, dan di fase
internalisasi peserta didik menampilkan kemandirian ketika
bekerja secara independen.
3) Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik meliputi keterampilan fisik
dan motorik yang diperoleh lebih banyak ketika
memperoleh keterampilan dalam permainan atau dalam
mempelajari pendidikan jasmani. Setiap tindakan memiliki
komponen psikomotorik, misalnya menulis dan berbicara
merupakan keterampilan psikomotorik yang harus
diperoleh jika seorang anak ingin sukses baik dalam
lingkungan pendidikan atau dalam lingkungan masyarakat.23
D. Model-model Desain Pembelajaran
Banyak model desain yang dikembangkan oleh para
ahli. Dibawah ini disajikan beberapa di antaranya:
1. Model Kemp

23Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, h. 98.

20 Ahmad Suryadi
Model desain yang dikembangkan oleh Kemp
merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp
pengembangan desain sistem pembelajaran teridiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, tujuan, dan berbagai kendala yang timbul.
Model desain yang dikembangkan Kemp, seperti tampak
pada gambar berikut ini:
Model yang dikembangkan oleh Kemp ini tidak
ditentukan dari komponen apa yang harus guru memulai
pengembangang. Mengembangkan proses pembelajaran
dapat dimulai dari bagian manapun, namun tetap harus
memperhatikan urutan komponen tidak berubah dan setiap
komponen memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang
maksimal. Komponen suatu desain pembelajaran menurut
Kemp adalah:24
a. Hasil yang akan dicapai
b. Analisis tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber Belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar

24Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h. 72


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 21
h. Tes Awal
i. Karakteristik Belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu yang
terus-menerus direvisi setelah dievaluasi baik evaluasi
formatif maupun evaluasi sumatif dan diarahkan untuk
menentukan kebutuhan peserta didik, tujuan yang hendak
dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.
2. Model Banathy
Model desain pembelajaran dari Banathy
memandang bahwa penyusunan sistem instruksional
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6
tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baikan tujuan
pengembangan sistem dan tujuan spesifik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
c. Mengalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
menginventarisasi seluruh kegiatan pembelajaran,
penilaian kemampuan pelaksanaaannya secara objektif
serta menentukan kegiatan tindak lanjut yang akan
diterapkan.

22 Ahmad Suryadi
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis,
mendistribusi dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas
sistem.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan hasil evaluasi.
Dengan demikian langkah 1-4 merupakan tahap
dalam rangkan proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6
adalah tahap pelaksanaan dan perencanaan yang telah
dirumuskan.
3. Model Dick dan Cery
Model Dick dan Cery dimulai dengan
mengidentifikasi pembelajaran tujuan pembelajaran umum.
Menurut model ini desainer merumuskan tujuan khusus
yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta
menentukan kemampuan awal peserta didik. Untuk
mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan sistem
pembelajaran, setelah itu bahan-bahan pembelajaran untuk
mencapai tujuan. Langkah akhir dari desain adalah
melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan sumatif.
Model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick
and Cery digambarkan dalam gambar berikut:
4. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktional)
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktional) adalah model yang dikembangkan di
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 23
Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975.
PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan harus dicapai
oleh peserta didik.
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis
tes dan menyusun item soal untuk masing-masing
tujuan.
c. Mengembangkan kegiatan pembelajaran, yakni
merumuskan semua kemungkina kegiatan belajar dan
menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni
merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode, dan
memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra
tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan
psikotes, dan melakukan perbaikan.
4. Model Reasoning dan Problem Solving
Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan
paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik
yang menyangkut content maupun pedagogy. Perubahan

24 Ahmad Suryadi
tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan asesmen
yang komprehensif. Perubahan tersebut merekomendasikan
model reasoning and problem solving sebagai alternatif
pembelajaran yang konstruktif. Rasionalnya, bahwa
kemampuan reasoning and problem solving merupakan
keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka
meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan
aktivitas di dunia nyata.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di
atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking,
critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking
adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-
kemapuan critical thinking adalah menguji,
menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus
pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi
informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi,
mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari
sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional,
melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis
dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking
adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks,
inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide. Problem
adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 25
telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan
situasi yang tak lumrah tersebut.
5. Model Inquiry Learning
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu
pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin
tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan
indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki
proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua
mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi,
dan yang ketiga kemandirian, akan bermuara pada
pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry training memiliki lima langkah
pembelajaran yaitu: (1) menghadapkan masalah
(menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan), (2) menemukan masalah (memeriksa
hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa
tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi
(mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis),
(4) mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan
(5) menganalisis proses penelitian untuk memperoleh
prosedur yang lebih efektif. Sistem sosial yang mendukung
adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan
derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa harus
didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai

26 Ahmad Suryadi
oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan.
Partisipasi guru dan siswa dalam pembelajaran dilandasi
oleh paradigma persamaan derajat dalam meng-
akomodasikan segala ide yang berkembang.
Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan
adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas,
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki
pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih,
menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan,
menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan
dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil
eksplorasi,formulasi, dan generalisasi siswa.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa
materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses
intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang
siswa untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pem-
belajaran dalam model ini adalah strategi penelitian dan
semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnya adalah
hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan,
otonomi siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan
masalah-masalah non rutin.
6. Model Group Investigation
Ide model pembelajaran geroup investigation
bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.
Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan
atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 27
buku Democracy and Education. Dalam buku itu, Dewey
menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya
merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah:
(1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan
adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar
hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)
pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip
saling memahami dan saling menghormati satu sama lain,
artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model
group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh
Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas
hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi.
Model group-investigation memiliki enam langkah
pembelajaran (yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah
anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik,
merumuskan permasalahan), (2) planning (menetapkan apa
yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa
melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar
informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan

28 Ahmad Suryadi
informasi, menganalisis data, membuat inferensi), (4)
organizing (anggota kelompok menulis laporan,
merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,
moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok
menyajikan, kelompok lain, (6) evaluating (masing-masing
siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing
berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru
berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan,
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 29


BAB II
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
A. Hakikat Perencanaan Pembelajaran
Secara terminologi, perencanaan pembelajaran
terdiri atas dua kata yaitu perencanaan dan pembelajaran.
Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan
keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu
perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan
dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang
lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ini artinya saat
kita merencanakan, maka pola pikir kita diarahkan
bagaimana agar tujuan itu dapat dicapai secara efektif dan
efisien.25 Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar
perencanaan dapat disusun dan ditentukan dengan baik,
maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran
yang jelas dan terukur. Dengan adanya sasaran yang jelas,
maka ada target yang harus dicapai. Target itulah yang

25 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h.


23-24

30 Ahmad Suryadi
selanjutnya menjadi fokus dalam menentukan langkah-
langkah selanjutnya.26
Sementara itu Abdul Majid menjelaskan bahwa
perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan
mudah dan tepat sasaran. Adapun istilah pembelajaran
dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Pembelajaran pada umumnya dapat dikatakan upaya untuk
membelajarkan siswa. Pembelajaran dilakukan guna
membantu peserta didik agar bisa tumbuh berkembang
sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam hal
proses belajar10 di sekolah, pembelajaran tidak dapat terjadi
dengan sendirinya, yaitu peserta didik berinteraksi dengan
lingkungan seperti yang terjadi dalam proses belajar di
masyarakat, proses pembelajaran harus diupayakan dan
selalu terikat dengan tujuan. Dengan demikian, segala
kegiatan interaksi, metode dan kondisi pembelajaran juga

26 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h.


24-25.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 31
selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.27
Hamalik menyebutkan bahwa ada tiga hal yang
harus diperhatikan ketika membuat perencanaan
pembelajaran. Ketiga hal tersebut antara lain:
1. Tersedianya sumber-sumber belajar Penting kiranya
bagi seorang guru saat mempersiapkan rencana
pembelajaran mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar. Seperti misalnya meminta siswa
untuk membuat resume dari sebuah topik namun
tidak memberikan informasi tentang ketersediaan
sumber tersebut diperpustakaan atau malah
menyuruh mereka mencari sendiri tanpa diberi
arahan kemana mereka harus mencari.
2. Harus memperhatikan situasi dan kondisi siswa
Seorang guru yang baik tentunya tahu seperti apa
kondisi anak didiknya di kelas. Dengan demikian dia
tidak akan sembarangan ketika memilih metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan
anak didiknya. Demikian juga tidak memaksakan
proses pembelajaran berlangsung saat kondisi
psikologis anak tidak begitu baik. Guru yang peka

27Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 20014: 184)

32 Ahmad Suryadi
terhadap kondisi psikologis anak, saat siswanya
bermasalah maka ia akan berupaya untuk mencari
solusi terbaik agar sang anak bisa ikut belajar
bersama yag lain tanpa harus tertekan secara
emosional.
3. Siap melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
penuh tanggung jawab Seseorang yang membuat
rencana ketika ingin rencananya berhasil tentunya
akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
setiap langkahlangkah dalam rencananya tersebut
dengan penuh tanggung jawab. Begitupun bagi guru
yang sudah susah payah merancang rencana,
tentunya akan berusaha untuk melakukan yang
terbaik agar rencananya tersebut berhasil.
Memahami definisi perencanaan Pembelajaran
dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah
proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan),
sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28
Harjanto mengatakan, pengertian perencanaan
adalah “Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini

28Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2015.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 33
telah dikenal oleh hampir setiap orang”.29 Dari pendapat ini
dapat kita ketahui bahwa setiap melaksanakan sesuatu perlu
adanya perencanaan sebagai sumber acuan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, karena suatu pekerjaan
akan terarah secara sistematis ketika perencanaan itu dalam
menjalankan sesuai yang direncanakan.
Dengan demikain, perencanaan dapat disimpulkan
bahwa perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang
akan dilakukan, perencanaan yang didahului pelaksanaan
mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk
menentukan dimana harus pergi dan mengindentifikasikan
persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif
dan efesien.
B. Teori-teori yang Mendasari Perencanaan
Pembelajaran
Teori adalah suatu susunan pernyataan yang
mengizinkan kita untuk menjelaskan, memprediksi, atau
sebagai alat kontrol kejadian-kejadian. Ada dua macam jenis
teori yang menggambarkan perencanaan pembelajaran,
yaitu:

29Faridah Jaya, Perencanaan Pembelajaran, (Medan: Uin Sumatra

Utara, 2019), h. 8-9

34 Ahmad Suryadi
1. Teori Deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena-
fenomena sebagai hipotesa mereka yang ada, seperti
teori-teori belajar. Teori atau prinsip pembelajaran
deskriptif menempatkan variabel kondisi dan
metode pembelajaran sebagai givens dan
mendeskripsikan hasil sebagai variabel yang di
amati. Degeng (1989) mengartikan teori deskriptif
adalah kondisi dan metode pembelajaran sebagai
variabel bebas dan parameter kedua variabel ini
berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel
hasil pembelajaran, sebagai variabel terikat. Hasil
pembelajaran yang dideskripsikan pada teori
deskriptif adalah hasil nyata (actual outcomes)
sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu
dibawah kondisi tertentu.
2. Teori Preskriptif, yaitu menentukan tindakan yang
menunjukkan hasil yang pasti, seperti teori sistem,
teori komunikasi dan teori instruksional. Teori
preskriptif adalah teori yang berorientasi pada
tujuan, yaitu mempreskripsikan metode
pembelajaran yang optimal untuk kondisi yang
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Teori ini
menempatkan kondisi dan hasil pada posisi givens
serta metode pembelajaran yang optimal ditetapkan
sebagai variabel yang di amati. Menurut Degeng
(1989) untuk teori preskriptif, variabel kondisi dan
hasil yang diinginkan, yang mungkin juga
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 35
berinteraksi, dan parameter kedua variabel ini
digunakan untuk menetapkan metode pembelajaran
yang optimal, yang menjadi variabel tergantung.
Hasil pembelajaran yang diamati dalam teori
preskriptif adalah hasil pembelajaran yang
diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Berdasarkan kedua teori tersebut,
maka dapat dijelaskan beberapa teori yang
mendasari perencanaan pembelajaran sebagai
berikut30:
1. Teori Belajar Kognitif.
Pada saat ini teori belajar kognitif merupakan teori
belajar yang paling berpengaruh dalam praktek mendesain
pembelajaran. Teori ini lebih banyak menekankan pada
faktor-faktor yang ada pada siswa dan kurang menekankan
faktor-faktor yang ada pada lingkungan, seperti pada teori
behavior. Salah satu kontribusi yang paling berpengaruh
dari teori belajar kognitif pada praktek desain pembelajaran
adalah teori proses informasi. Yang pertama sekali
membuat model teori ini adalah Arkitson dan Shifrin
(1968). Kemudian R.Gagne (1988) mengembangkannya
dengan memberikan ilustrasi pada susunan dan prosesnya.

30Muhammad Affandi, Perencanaan Pembelajaran (Alfabeta:

Bandung, 2015), h. 7.

36 Ahmad Suryadi
Menurut teori ini, alat indra mengirimkan informasi ke
register indrawi untuk disimpan sebentar (satu sampai dua
detik), informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan
persepsi. Setelah diubah menjadi kodekode, informasi
tersebut kemudian masuk kedalam Ingatan Jangka Pendek.
Tempat penyimpanan disini terbatas, informasi hanya
tinggal sebentar, informasi itu digunakan dan hilang kecuali
di ulang-ulang. Informasi yang disimpan untuk diingat
kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada
dan karenanya disimpan didalam Ingatan Jangka Panjang,
suatu tempat penyimpanan ingatan yang tetap. Bentuk,
susunan dan urutan dari respon dibentuk oleh generator
respon, lalu informasi tersebut dikirim kembali ketika
diperlukan.
2. Teori Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema “
yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan (a whole), (Tatang, 1996:1). Kita bisa melihat
pengaruh teori sistem dalam kebanyakan model-model
perencanaan pembelajaran yang terdapat didalam beberapa
teori dan model dari belajar individu. Artikel Andrew dan
Goodson (1980) yang mengkaji ulang model-model desain
instruksional mengatakan bahwa 70% modelmodel itu
menggunakan teori sistem sebagai dasarnya. Briggs (1977)
mendefinisikan pendekatan sistem dalam pendidikan adalah
sebagai suatu gabungan perencanaan untuk melaksanakan
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 37
semua komponen-komponen (sub-sistem) dari sebuah
sistem desain untuk memecahkan suatu persoalan, atau
menemukan sesuatu yang dibutuhkan. Dengan demikian
proses desain pembelajaran sebagai suatu sistem adalah
sekumpulan komponen-komponen (langkah-langkah) yang
direncanakan mereka untuk mengatasi masalah atau
kebutuhan pembelajaran yang paling utama.
3. Teori Komunikasi
Teori komunikasi memiliki pengaruh yang kuat
dalam lapangan perencanaan pembelajaran. Pengaruh ini
terutama terlihat dalam membuat keputusan ketika memilih
media dan menulis tujuan pembelajaran. Salah satu
konstribusi teori komunikasi adalah model bagaimana
informasi dikomunikasikan dari seseorang kepada yang
lainnya. Dalam pengajaran, pesan pembelajaran mungkin
akan dirubah oleh persaingan stimuli atau lemahnya kualitas
penyampaian pesan.
4. Teori Instruksional/Pembelajaran
Teori instruksional merupakan suatu kumpulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan yang memberikan
preskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar
sedemikian rupa, sehingga dapat membantu siswa mencapai
tujuan belajar dengan mudah. Prinsip-prinsip ini dapat
diterapkan didalam situasi dimana terdapat guru maupun

38 Ahmad Suryadi
tidak, seperti halnya pengajaran dengan komputer,
pengajaran jarak jauh, pengajaran terprogram, metode
belajar secara inkuiri atau bentuk belajar menemukan
(discovery). Teori ini juga memberikan arahan dalam
pemilihan metode mana yang dapat berhasil dan mengapa
metode lain tidak akan memberikan hasil yang memadai
apabila diterapkan. Teori-teori instruksional bukan hanya
memberikan deskripsi mengenai proses belajar, tetapi juga
memberikan preskripsi tentang apa yang harus dilakukan
guru untuk memperlancar proses belajar siswa.
C. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran
1. Program tahunan dan program semester
Munurut Mulyasa bahwa: Program tahunan
memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan
tiap kelas selama satu tahun pelajaran. Program tahunan
selanjutnya dijabarkan secara rinci pada program semester.
Program tahunan dipersiapkan dan dikembangkan oleh
guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya. Program tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, rang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Jadi program tahunan adalah rencana penetapan
alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan
KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 39


diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan
alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai
dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan
materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu
tiap-tiap standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
tiap semester dan setiap kelas selama satu tahun. Adapun
komponen prota sebagai berikut:
a. Identifikasi, seperti satuan pendidikan, mata pelajaran,
tahun pelajaran.
b. Standart kompetensi.
c. Kompetensi dasar.
d. Lokasi waktu dan keterangan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan program tahunan adalah:
a. Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran dalam seminggu dalam kurikulum seperti yang
telah ditetapkan.
b. Analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester,
seperti yang telah kita tetapkan dalam gambaran alokasi
waktu efektif.
c. Memalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa
minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proses

40 Ahmad Suryadi
pembelajaran. 4) Menandai hari-hari libur, permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif, waktu pembelajaran
efektif (perminggu). Hari-hari libur meliputi
Program Tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisikan tentang
garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan
dikembangkan oleh gru mata pelajaran yang bersangkutan
program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh
guru sebelum tahun ajaran dimulai. Program tahunan inilah
yang nantinya merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya, seperti program semester,
mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem
penilaian.
Program semester atau promes merupakan langkah
dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, dengan
program. semester ini akan rinci yang akan dilakukan guru
daam kelangsungan belajar mengajar. Program semester
juga dikatakan sebagai penjabaran dari program tahunan.
Program semester ini sudah menjadi tugas yang harus
dibuat oleh guru untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran selama satu bulan. Hal-hal yang harus
diperhatikan ketika akan membuat promes diantaranya
adalah:
a. Dengan melihat kemampuan masing-masing sekolah.
b. Perlu kerjasama antara guru mata pelajaran

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 41


Menurut Darwyn Syah bahwa: Program semester
berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang akan
dilakukan dan ingin dicapai dalam semester tersebut.
Program semester merupakan penjabaran dari program
tahunan. Isi dari program semester adalah tentang bulan,
pokok bahasan yang akan disampaikan, waktu yang
direncanakan dan keterangan-keterangan. Untuk membuat
program semester harus memperhatikan kalender
akademik. Pada kalender itu akan terlihat hari yang efektif
dan harhari yang tidak efektif atau libur.
Setelah melihat kalemder pendidikan atau kalender
akademik kita juga harus memperhatikan struktur program
kurikulum yaitu berapa jam pelajaran dalam seminggu.
Adapun komponen penyusun program semester antara lain:
a. Identitas, meliputi satuan pendidikan, matapelajaran,
kelas/semester, tahun pelajaran.
b. Format isian, meliputi standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, jumlah jam pertemuan (JJP), dan
bulan.
2. Silabus
Menurut Trianto bahawa: Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi

42 Ahmad Suryadi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar.31
Silabus adalah suatu rencana yang mengatur
kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta
penilaian hasil belajar dari suatu mata kuliah. Silabus ini
merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat
menjawab pertanyaan berikut: a. Kompetensi yang akan
ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan
pembelajaran.

31Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),


(Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara, 2017), h. 67
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 43
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok
dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari
pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian.
D. Langkah-Langkah Menyusun Perencanaan Pem-
belajaran
A.H. Kahar Ustman dan Nadhirin mengemukakan
bahwa: Proses perencanaan terdiri dari lima langkah, yaitu :
1. Analisis, merupakan unsur perencanaan yang
menaruh perhatian terhadap sistem, lingkungan
sistem dan tujuan sistem. Hasil dari analisis dari
ketiga unsur perencanaan adalah pernyataan
masalah yang berkaitan dengan tujuan.
2. Strategi, perencana diminta untuk menyajikan
berbagai altenatif untuk mencapai tujuan.
3. Decision (keputusan), perencana diminta untuk me-
nyajikan infromasi pendukung pemilihan alternatif.
4. Action, perencana diminta menyajikan informasi
untuk memerlukan koordinasi, pengawasan dan
modifikasi.
5. Learning, merupakan suatu metode pengoprasian
informasi yang diperlukan dalam perubahan dan
pengembangan.

44 Ahmad Suryadi
Menurut Oemar Hamalik rumusan tujuan
pembelajaran mencakup tiga aspek penting yaitu:
1. Domain kognitif. Domain kognitif tujuan
pembelajaran berkaitan dengan aspek intelektual
siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan
informasi mengenai data dan fakta, konsep,
generalisasi, dan prinsip. Semakin kuat seseorang
dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka
semakin mudah seseorang dalam melaksanakan
aktivitas belajar.
2. Domain afektif. Domain afektif adalah domain
yang berhubungan dengan penerimaan dan apresiasi
seseorang terhadap suatu hal dan perkembagan
mental yang ada dalam diri seseorang.
3. Domain psikomotor. Domain psikomotor adalah
domain yang menggambarkan kemampuan dan
keterampilan seseorang yang dapat dilihat dari
unjuk kerja atau performance yang berupa ketrampilan
fisik dan keterampilan non fisik. Keterampilan fisik
adalah ketrampilan seseorang untuk mengerjakan
sesuatu dengan menggunakan oto, sedangkan
ketrampilan nonfisik adalah ketrampilan seseorang
dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 45


mengerjakan dan memecahkan suatu
permasalahan.32
Menurut Kahar Ustman dan Nadhirin menyatakan
bahwa: Paradigma proses perencanaan yang baik harus di-
kembangkan dari tujuan, perumusan altermatif, perkiraan
hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan itu.
Dalam perencanaan, tujuan memberikan petunjuk
untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik,
mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat
bantu pengajaran dan prosedur pengajaran serta
menyediakan ukuran untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Tujuan sekaligus merupakan kriteria untuk menilai mutu
dan efisiensi pengajaran.
Adapun Langkah-langkah penyusunan perencanaan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Tujuan Khusus
Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama dari
seorang guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran
khusus beserta materi pelajarannya. Sebab tujuan umum
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) dari
pembelajaran sudah dirumuskan oleh para pengembang

32Nini Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran Teoretis dan Praktis,

(Jakarta: Mitra Abdi, 2014), h 69.

46 Ahmad Suryadi
kurikulum. Tugas guru adalah menterjemahkan tujuan
umum pembelajaran (SK dan KD) menjadi tujuan khusus
(indikator) pembelajaran yang lebih spesifik dan mudah
terukur.
2. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang
penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran
merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu, penentuan
materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai, misalnya berita pengetahuan, penampilan, sikap
dan pengalaman lainnya.
3. Merumuskan Strategi/Metode pembelajaran
Strategi merupakan penjelasan secara rinci dari
tujuan dari perencanaan pengajaran dan berisi petunjuk
dalam pelaksanaan pengajaran.
Menurut Darwyn Syah bahwa: Strategi pengajaran
merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana
pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen
pengajaran agar dapat mempengaruhi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar dalam rangka untuk mencapai
tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.33

33Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan

Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2017), h. 20


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 47
Pengembangan rencana strategi pengajaran
dilakukan dengan membuat model pengembangan sistem
pengajaran yang merupakan kerangka dasar yang dijadikan
acuan dalam melakukan pengajaran.
Menurut Zakiah Daradjat Ada Sepuluh macam
metode pengajaran yaitu:
a. Metode Ceramah. Metode ceramah adalah penuturan
atau uraian dan penjelasan bahan pelajaran secara lisan
kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat
tertentu. Murid menyimak dan memperhatikan dengan
baik apa yang di sampaikan oleh guru.
b. Metode Diskusi. Metode ini pada dasarnya ialah, tukar
menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur
pengalaman, secara teratur dengan maksud untuk
mendapatka pengertian bersama yang lebih jelas dan
teliti tentang sesuatu atau untuk menampung keputusan
secara bersama.
c. Metode Eksprimen. Merupakan satu metode dengan
mengadakan eksprimen yang biasanya dilakukan dalam
suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam dan
sejenisnya.
d. Metode Demonstrasi. Metode Demonstrasi adalah,
metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk
menjelaskan suatu pengertian atau memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu pada anak didik.

48 Ahmad Suryadi
e. Metode Pemberian Tugas. Metode ini merupakan satu
cara dalam proses belajar mengajar, bilamana guru
memberikan tugas untuk diselesaikan oleh siswa atau di
pertanggung jawabkan kepada guru.
f. Metode Sosiodrama. Drama atau sandiwara oleh guru
atau kelompok orang untuk memainkan
(mendramatisasikan) suatu cerita atau tingkah laku
dalam hubungan dengan masalah sosial yang dipelajari.
g. Metode Drill (latihan). Metode latihan pada umumnya,
digunakan untuk memperoleh satu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari, dan sekarang
mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap
pelajaran tersebut.
h. Metode Kerja Kelompok. Metode kerja kelompok
mengandung perhatian bahwa, satu kelas di pandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi
atas kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan
suatu masalah atau untuk menyerahkan pekerjaan
secara bersama-sama.
i. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah satu
teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah, baik
dari segi pemahaman atau pengertian siswa, atau guru
dapat memperoleh gambaran sejauhmana murid dapat
mengerti atau mengungkapkan apa yang di ceramahkan.
Metode tanya jawab ini, dilakukan oleh guru terhdap
muridnya atau murid terhadap gurunya.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 49


j. Metode Proyek. Metode ini juga disebut dengan teknik
penyajian unit. Anak didik disuguhi dengan bermacam-
macam masalah, dan anak didik secara bersama-sama
menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan
sistematis. Teknik ini merupakan yang modern karena
murid tidak begitu saja menghadapi persoalan tanpa
pemikiran-pemikiran ilmiah.34
4. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ialah dimana guru mengajar
dan siswa belajar dimana guru harus menggambarkan
kegiatan yang menyenangkan dan beriorentasi pada tujuan
pendidikan agar siswa mampu menerima pelajaran yang di
berikan oleh guru.
5. Penilaian/evaluasi
Dalam perencanaan pembelajaran evaluasi
dimaksudkan untuk mengukur apakah tujuan atau
kemampuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai.Jadi,
evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna
untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan
pembelajaran telah tercapai atau hingga mana terdapat

34Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam

(Jakarta: Bumi Aksara,2017), h. 289

50 Ahmad Suryadi
kemajuan siswa, dan bagaiman tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran tersebut.
Setelah tujuan dirumuskan, langkah pertama yang
harus dikerjakan adalah mempersiapkan rencana evaluasi
yang menyeluruh sebagai rencana awal. Menurut Oemar
Hamalik Ada beberapa keuntungan yang bakal diperoleh,
Yaitu: Pertama, membantu kita untuk menentukan apakah
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam artian tingkah
laku. Kedua, kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan. Ketiga, memberi waktu untuk
merancang tes.
E. Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan komponen
pertama dalam perencanaan pembelajaran. Merujuk pada
tulisan Hamzah B. Uno bahwa: Tujuan pembelajaran
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun
siswa. Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi empat
tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga
siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara
lebih mandiri.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 51
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan
ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan
belajar dan media pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan
perencanaan pembelajaran meliputi:
1. Mengarahkan aktivitas belajar siswa dan aktivitas
mengajar dari pengajar, karena rencana telah
diprogram dengan sistematis.
2. Mengetahui kemajuan belajar siswa karena materi
yang akan dipresentasikan telah direncanakan secara
terinci.
3. Menghasilkan proses belajar mengajar secara
maksimal karena segala sesuatunya telah
dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai.
4. Mengetahui dengan segera tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar, melalui kegiatan proses
belajar mengajar yang direncanakan.
5. Memberikan kegairahan siswa dalam belajar dengan
adanya informasi dan relevansi tujuan
pembelajaran.

52 Ahmad Suryadi
6. Memberikan kemudahan siswa dalam penguasaan
materi sebab sistematika penyampaiannya telah
disiapkan.
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan
kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan
kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah
mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran
trsebut dengan “perubahan perilaku” (change of behavior).
Adapun jenis perubahan perilaku tersebut secara garis
besarnya meliputi bidang pengetahuan (kognitif), sikap
(apektif) dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena itu,
rumusan pembelajaran harus mencerminkan perubahan
yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam setiap
jenis perubahan yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil
belajar yang telah dilakukannya.
Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran,
mungkin pendapat Oemar Hamalik bisa dijadikan sebagai
acuan, yakni;
1. Memberi guru pemahaman yang lebih luas tentang
tujuan pendidikan sekolah, dan hubungannya
dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 53


pengajarannya terhadap pencapaian tujuan
pendidikan.
3. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error
dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler
yang baik, metode yang tepat dan hemat waktu.
4. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan
sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk
mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.
5. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk
memajukan pribadinya dan perkembangan
profesionalnya.
6. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri pada
diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri.
7. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses
belajar mengajar di kelas agar dapat berjalan lebih
efektif dan efisien
Sementara itu juga ada yang menjabarkan kegunaan
atau fungsi perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan
yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada
sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki
program.

54 Ahmad Suryadi
2. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan
karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami
jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara
sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
3. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi
strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk
dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan
pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
4. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat
menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru,
siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang
tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai
tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang
dilakukan.
5. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat,
dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah
dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah
disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 55
menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan
menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru
dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung
jam pelajaran efektif.
8. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi,
tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya
berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga
dalam sikap dan keterampilan. Melalui perencanaan yang
baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara
seimbang.
9. Fungsi kontrol dan evaluatif
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan
akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah
dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat
memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan
program pembelajaran selanjutnya.

56 Ahmad Suryadi
F. Manfaat dan Pentingnya Perencanaan
Pembelajaran
Menurut Darwyn Syah setidaknya ada enam
manfaat dan pentingnya perencanaan pembelajaran yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai
tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur
guru maupun unsur murid.
4. Sabagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan,
sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan
kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Melihat manfaat di atas, maka perencanaan pem-
belajaran sangat perlu dilakukan oleh para guru, sesuai
tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efisien.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 57


BAB III
Media dan Sumber Belajar
A. Pengertian Media dan Sumber Belajar
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang
secara harfiyah yang berarti tengah, perantara, atau
pengantar. Dalam bahasa arab media adalah,
“wasaail” artinya perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.35 Adapun pengertian
media menurut para ahli yaitu:
a. Menurut Santoso S. Hamidjojo media adalah semua
bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide,
sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
b. Association for Education and communication
Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala
bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi.
c. Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang untuk belajar.

58 Ahmad Suryadi
d. Menurut Heinich, dkk (dalam Winataputra, 2005), kata
“media” berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk
jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti
“perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan
(source) dengan penerima pesan (receiver).
e. Menurut Arief S. Sadiman, mengemukakan bahwa kata
media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan
f. Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar buku, film, kaset adalah contoh-
contohnya.
2. Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, buku dan orang mengandung
informasi sebagai wahana bagi peserta didik untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian
tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
Adapun Pengertian sumber belajar menurut para
ahli adalah
a. Anna Suhaena,S menurutnya sumber belajar adalah
manusia, bahan, kejadian, peristiwa, setting, teknik yang
membangun kondisi yang memberikan kemudahan bagi
anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 59


b. Menurut Anggani Sudono, Sumber belajar adalah segala
macam bahan yang dapat digunakan untuk memberikan
informasi maupu berbagai keterampilan pada murid
maupun guru. Sumber belajar merupakan semua hal
dapat memberikan masukan dan informasi maupun
pengertian pada anak, yaitu hal-hal yang dapat
memudahkan proses belajar anak.
c. Menurut Association for Education and Communication
Technology (AECT), sumber belajar adalah segala sesuatu
yang mendukung terjadinya proses belajar, termasuk
sistem.
d. Menurut Sri Joko Yunanto sumber belajar adalah bahan
yang mencakup media belajar, alat peraga, alat
permainan untuk memberikan informasi maupun
berbagai ketrampilan kepada anak maupun orang
dewasa yang berperan mendampingi anak dalam belajar.
Dengan demikian, sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat memberikan informasi atau penjelasan
berupa definisi, konsep, dan teori yang berkaitan dengan
pembelajaran.36 Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi dan mendukung terjadinya proses pembelajaran.

36H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi


Pembelajaran, ( Cet I; Jakarta: Kencana, 2009), h. 295.

60 Ahmad Suryadi
B. Jenis Media dan Sumber Belajar
1. Jenis-Jenis Media
Berdasarkan jenisnya media dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat meng-
andalkan indera penglihatan,atau hanya dapat dilihat.
Contohnya gambar, poster dan grafik.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandalkan indera
pendengaran, atau hanya dapat didengar. Misalnya radio,
tape recorder dan telepon.
c. Media Audio Visual
Media merupakan media yang mengandalkan indera
penglihatan dan indera pendengaran,atau dapat dilihat dan
didengar. Misalnya televisi, video dan film.
Berdasarkan daya liputnya, media dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan
serentak, yaitu media yang dapat menjangkau tempat
yang luas dengan jumlah orang atau siswa yang banyak.
Contoh: televisi, radio.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
ruang dan tempat, yaitu media yang hanya dapat
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 61
menjangkau tempat atau ruangan tertentu dan terbatas
dengan jumlah orang atau siswa yang tidak banyak.
Contoh : papan tulis, dan slide.
c. Media untuk pengajaran individual. Contoh: modul
berprogram dan pengajaran melalui computer.
Berdasarkan bahan pembuatannya, media dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Media Sederhana yaitu media yang mudah diperoleh
dan harganya murah, serta cara pembuatannya mudah.
b. Media Kompleks yaitu media yang bahan dan alat
pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya,
sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan
keterampilah yang memadai.37
2. Jenis-jenis Sumber Belajar
Jenis sumber belajar adalah:
a. Manusia
Sumber belajar manusia adalah orang yag secara
langsung menyampaikan pesan-pesan pengajaran tanpa
menggunakan alat lain sebagai perantara. Dalam hal in
terdapat orang yang secara khusus dipersiapkan sebagai
sumber belajar misalnya guru, dosen dan sebagainya.

37H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,


h. 300.

62 Ahmad Suryadi
b. Material (bahan)
Materi atau bahan sebagai sumber belajar adalah sesuatu
yang memiliki pesan untuk tujuan pengajaran. Pesan
pengajaran yang disampaikan kepada siswa tersebut dengan
menggunakan alat penampilan, seperti buku paket, video-
tape, dan lain-lain. Sehingga itu merupakan suatu bahan
pembelajaran.

c. Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber belajar adalah tempat atau
ruangan yang dapat memengaruhi belajar siswa. Dimana
tempat atau ruangan tersebut terdiri dari dua yaitu tempat
atau ruangan yang dirancang khusus untuk pengajaran
antara lain bangunan sekolah, ruang perpustakaan,serta
ruang laboratorium dan tempat atau ruangan yang tidak
dirancang secara khusus untuk tujuan pembelajaran, namun
dapat dimanaatkan untuk sumber belajar antara lain gedung
bersejarah, lingkungan museum,kebun binatang dan
sebagainya.
d. Alat dan perlengkapan (Tool and Equipment)
Alat atau perlengkapan sebagai sumber belajar adalah
alat atau peralatan yang digunakan untuk memproduksi
sesuatu atau untuk menampilkan sumber-sumber lainnya.
e. Aktivitas

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 63


Aktivitas sebagai sumber belajar adalah kombinasi
antara suatu teknik penyajian dengan sumber lainnya yang
memberikan fasilitas dan kemudahan belajar bagi siswa,
misalnya karyawisata.38
AECT ( Association For Education Communication and
Technology) mengklasifikasikan jenis sumber belajar menjadi
6 yaitu:
a. Pesan (message), yaitu informasi yang ditransmisikan
(diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide,
fakta, arti dan data. Termasuk ke dalam kelompok
pesan adalah semua bidang studi, materi pokok atau
mata kuliah yang harus diberikan pelayanan kepada para
pengguna PSB.
b. Orang (people), yaitu manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Dalam kelompok
ini jika dilihat dari sisi internal dimasukan para staff
Pusat Sumber Belajar itu sendiri yang ada pada struktur
organisasi PSB, yaitu:Kepala Sekolah, Koordinator
PSB, Tenaga Adminitrasi, Ketua unit pengembangan
sistem pembelajaran, Ketua unit pelayanan, dan Ketua
unit pengembangan media. Selain para staff PSB itu
sendiri juga, siswa/mahasiswa, guru/dosen/intruktur

38H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pem-

belajaran, h. 299.

64 Ahmad Suryadi
dan tenaga kependidikan termasuk kedalam sumber
belajar itu.
c. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang
mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan
alat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program
media termasuk kategori bahan terdiri dari 2 kriteria,
yaitu material sederhana dan material mutakhir,
misalnya tranparansi, slide, film, audio, video, modul,
majalah, dan lain-Iain.
d. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan
untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan.
Misalnya, proyektor slide, overhead, video
tape, pesawat televisi.
e. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan
yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan,
orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Contohnya pembelajaran terprogram, belajar sendiri,
demonstrasi, ceramah, dan Iain-Iain
f. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan
disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik (gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio,
dan sebagainya) maupun lingkungan non fisik (suasana
belajar dan Iain-Iain)
Berdasarkan rancangannya, sumber belajar
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by
design) yakni sumber-sumber yang secara khusus
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 65
dirancang atau dikembangkan sebagai “komponen
sistem isntruksional” untuk memberikan fasilitas belajar
yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by
utilitization) yakni sumber belajar yang tidak didesain
khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

66 Ahmad Suryadi
BAB IV
PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah
segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh siswa sesuai dengan kopetensi dasar dalam
rangka pencapaian standar kopetensi setiap mata pelajaran
dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran bagaian
terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam
pengajaran yang berpusat pada materi pembelajaran (subject-
centered teaching), materi pengajaran merupakan inti dari
kegiatan pembelajaran. Menurut subject centered teaching
keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh
seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum.
Materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi:
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude). Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang
disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian
pengetahuan berhubungan dengan informasi yang harus
dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala
diperlukan siswa dalam mengungkapkan kembali.
Keterampilan (skill) menunjuk pada tindakan-tindakan (
fisik dan non fisik) yang di lakukan seseorang dengan cara
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 67
yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap
menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak
sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini kebenarannya
oleh siswa.
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
sangat bergantung pada kemampuan guru dalam
menciptakan bahan ajar yang efektif. Materi Pembelajaran
yaitu merencanakan, memprediksi, dan memproyeksikan
apa yang akan dilakukan selama Kegiatan Pembelajaran
pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Silabus. Dalam arti luas, bahan ajar adalah
pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang harus dikuasai
siswa untuk memenuhi kriteria kompetensi yang
ditentukan.
Materi pembelajaran memainkan peran penting
dalam keseluruhan kurikulum, dan mereka harus disiapkan
agar pembelajaran dapat mencapai tujuannya. Tujuan
tersebut harus sejalan dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa. Artinya,
kegiatan pembelajaran harus didasarkan pada informasi
yang mendukung pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta pencapaian indikator. Sumber
belajar dipilih untuk membantu siswa mencapai kriteria
kompetensi dan kompetensi dasar seefisien mungkin.

68 Ahmad Suryadi
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan,
urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan
yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami
berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan
materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi,
prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta
mengukur efektivitas persiapan tersebut.
B. Kriteria Pemilihan Materi Pelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi
kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja
harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang
digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang study
bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan
dikembangkan dalam system instruksional dan yang
mendasari penentuan strategi belajar mengajar:39
1. Kriteria tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan
untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-
tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

39Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),


223-224.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 69
2. Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada
tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan secara
spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat
keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan
spesifikasi materi pelajaran.
3. Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka
ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikiya.
Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan
hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan
pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek
diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai, dan
keterampilan
4. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat
yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini,
materi pelajaran yang dimiliki hendaknya turut membantu
mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna
bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah
menyesuikan diri.
5. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik

70 Ahmad Suryadi
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mem-
pertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
Pengetahuan dan ketrampilan yang bakal mereka peroleh
dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan
untuk mengembangkan dirinya seabgai manusia yang etik
sesuai dengan system nilai dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakatnya.

6. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan


urutan yang sistematis dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada
satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara
berurutan dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut
akan lebih mudah diserap oleh si siswa dan dapat segera
dilihat keberhasilannya.40
7. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang
baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.
Faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi
pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh
para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP
(garis besar program pegajaran) yang berlaku, kendatipun
belum tertulengkap sebagai mana yang diharapkan. Guru
yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang

40Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 224.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 71
adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal
yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa
berdasarkan ukuran kepribadiannya. Masyarakat juga
merupakan sumber yang luas, bahkan dapat dikatakan
sebagai materi belajar yang paling besar.41
C. Langkah-Langkah Penentuan Materi
Pembelajaran
1. Identifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih
dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan
kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta
didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan
jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
a. Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan
meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan penilaian.

41Harjanto, Perencanaan Pengajaran, h. 224.

72 Ahmad Suryadi
b. Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan
meliputi gerak awal, semirutin, dan rutin.
c. Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 73


BAB V
MERANCANG ANALISIS
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
A. Analisis Kebutuhan Pembelajaran
Analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses
kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Analisis
kebutuhan adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui
perbedaan antara kondisi yang diinginkan/diharapkan
dengan kondisi yang ada,42 sebab kebutuhan pada dasarnya
adalah discrepancies antara apa yang telah tersedia dengan apa
yang diharapkan, dan need assessment merupakan proses
pengumpulan informasi tentang kesenjangan untuk
dipecahkan.43
Needs assessment secara umum, didefinisikan oleh
Lennox, Hepburn, Leaman, & van Houten, sebagai proses
evaluasi program, untuk perbaikan program tersebut.

42Abida Kanata Rizqi, “Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa


MAN 1 Kota Malang terhadap Pembelajaran Daring pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Vol. 16 No. 15. (2021) h. 2.
43Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 92.

74 Ahmad Suryadi
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan bahwa : Needs
assessment is a process that helps one to identify and examine both
values and information. It provides direction for making decisions
about programs and resources. Needs assessment can be a part of
community relations, facilities, planning and consolidation program
development and evaluation, and resource allocation. Berdasarkan
definisi needs assessment di atas maka needs assessment
dilaksanakan dalam empat fase yaitu Mengidentifikasi dan
memprioritaskan tujuan yang akan dicapai, dengan
menjawab pertanyaan apa yang harus ada (what should be),
menentukan kondisi dan tujuan yang ada kaitannya dengan
pertanyaan apa yang ada (what is), mengidentifikasi needs
yang merupakan perbedaan (discrepancy) antara harapan yang
akan dicapai dan kondisi yang ada, Melakukan prioritas
terhadap kebutuhan yang paling urgen, baik (feasble)
dilaksanakan dan layak (worth) dilakukan.44
Pembahasan mengenai kebutuhan dasar pada anak
usia dasar tentu tidak terlepas dari pada perkembangan
psikologi anak. Anak usia dasar memiliki bentang usia mulai
dari 6-12 tahun. Menurut Erik Erikson, “dalam teori
perkembangan, usia 6- 10 tahun berada dalam masa
pertengahan dan akhir kanak-kanak dan usia 10-12 tahun

44Nur Latifah Dkk, “Analisis Kebutuhan Pembelajaran dalam

Jaringan (Daring) Berbasis Multimedia” Jurnal Basicedu, vol. 5. No. 4.


(2021), h. 2022-2023.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 75
berada dalam masa remaja”.45 Kebutuhan-kebutuhan yang
harus dimiliki oleh anak tentu menyesuaikan pada taraf
perkembangnnya yang meliputi perkembangan fisik,
kepribadian, kognitif dan sosial-emosional.
Kebutuhan-kebutuhan anak usia dasar yang mesti
terpenuhi tentu lebih banyak memerlukan bantuan dari
orang lain (Orang tua, kakak, adik, nenek, kakek, guru,
teman dan lainnya) ketimbang dari hasil usaha secara
personal. Mengingat pada usia dasar, anak memiliki
kekuatan dan kemampuan yang masih terbatas. Oleh sebab
itu, sebagai pihak eksternal, orang tua, seorang guru dan
sebagai orang yang lebih dewasa perlu mengetahui dan
memahami jenis dan tingkat kebutuhan peserta didik yang
dalam hal ini anak usia dasar. Termasuk kebutuhan rasa
ingin tahu atau kebutuhan belajar yang dapat dipahami pada
perinsipnya merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan anak. Tujuannya, supaya dapat dengan mudah
membantu memenuhi kebutuhan dasar anak sesuai dengan
taraf perkembangannya, baik di lingkungan keluarga, di

45King Laura A, “Psikologi Umum” (Jakarta: Salemba


Humanika, 2014), h. 168.

76 Ahmad Suryadi
sekolah (kegiatan belajar mengajar) dan di lingkungan
masyarakat.46
Dengan terpenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta
didik merupaka kunci bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Memahami peserta didik dengan baik,
diharapkan kita dapat memberikan layanan pendidikan yang
tepat dan bermanfaat bagi masing-masing anak. Selain itu,
pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik bagi guru. Peserta didik
merupakan individu yang mengalami proses pembelajaran
yang pada umumnya memiliki kebutuhan-kebutuhan wajib
dan mendasar yang harus dipenuhi dan tidak bisa
dihindarkan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut beragam mulai
dari makan-minum, maupun yang berkaitan dengan
kepribadian seperti, keamanan, kasih saying, harga diri
kesuksesan dan sebagainya. Sebagaimana menurut
Abraham Maslow sebagai pelopor aliran psikologi
humanistic. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang terkenal adalah hirarki kebutuhan. Lebih lanjut,
menurutnya manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan-
kebutuhan tersebut, antara lain kebutuhan fisiologis;

46Dian Andesta Bujuri, “Analisis Kebutuhan Anak Usia dasar

dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan” jurnal JIP, Vol. 4.


No. 1. (2018), h. 87-88.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 77
kebutuhan akan rasa aman dan tentram; kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi; kebutuhan akan dihargai; dan
kebutuhan aktualisasi diri.47
Terkait dengan teori kebutuhan dasar, Maslow
membangun suatu teori yang dikenal dengan hierarki
kebutuhan “hierarchy of need”. Teori hierarki kebutuhan
dasar, terdapat lima tingkatan, yaitu : kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan
akan rasa kasih sayang dan memiliki, kebutuhan akan
penghargaan (harga diri) dan kebutuhan akan aktualisasi
diri.48
Kebutuhan adalah suatu kondisi yang sifatnya
mendasar, mendesak dan harus terpenuhi, karena jika tidak
terpenuhi maka akan menimbulkan dampak tertentu yang
kurang baik terhadap hidupnya, oleh karena itu kebutuhan
menjadi motivasi dasar seseorang untuk berusaha
memenuhinya. Jika kita meminjam istilah hukum, maka

47Rika Devianti Suci Lia Sari, “Urgensi Analisis Kebutuhan


Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran”, jurnal al-aulia, vol. 6.
No.1. (2020), h. 23.
48King Laura A, “Psikologi Umum” (Jakarta: Salemba
Humanika, 2014), h. 168.

78 Ahmad Suryadi
hukumnya adalah wajib. Sebagai contoh adalah kebutuhan
akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal.49
Pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan
peserta didik bagi guru, yaitu sebagai Pertama kita akan
memperoleh ekspektasi yang nyata tentang anak dan
remaja; kedua, pengetahuan tentang psikologi
perkembangan anak membantu kita untuk meresppon
sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang
anak; ketiga, pengetahuan tentang perkembangan anak akan
membantu mengenali berbagai penyimpangan dari
perkembangan yang normal; dan keempat, dengan
mempelajari perkembangan anak akan membantu
memahami diri sendiri.50
Glasgow dalam Sanjaya menyebutkan ada beberapa
hal yang melekat pada pengertian need assessment antara lain:
1. Need assessment merupakan suatu proses artinya ada
rangkaian kegiatan dalam pelaksanannya, bukan hanya

49Abida Kanata Rizqi, “Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa


MAN 1 Kota Malang terhadap Pembelajaran Daring pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Vol. 16 No. 15. (2021). h. 3.
50 Ahmad Sumanto, “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah

Dasar” (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) h. 71.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 79
sebagai suatu hasil akan tetapi sebagai aktivitas
tertentu dalam upaya mengambil suatu keputusan.51
2. Need assessment pada hakikatnya merupakan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, maka
perlu adanya kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang kesenjangan yang dimiliki oleh peserta didik.52
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng
dalam Uno adalah upaya untuk membelajarkan peserta
didik. Dalam pengertian ini secara implisit dalam
pengajaran terdapat kegiatan, memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran
yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan
metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.53
Terkait dengan perencanaan pembelajaran, maka
analisis kebutuhan menjadi sangat penting perannya dalam
mencapai tujuan-tujuan dalam suatu pembelajaran baik
tujuan aspek kognitif, aspek psikomotor, terlebih aspek

51Haflizh Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam

Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 4.


52Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 92.
53Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2012), h. 2.

80 Ahmad Suryadi
afektif yang menjadi “pekerjaan rumah‟ untuk terus-
menerus dikembangkan lebih baik dan lebih efektif lagi.54
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan
pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Fokus utama
perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan
penetapan, dan pengembangan variabel metode
pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana
kondisi pembelajarannya dan apa hasil pembelajaran yang
diharapkan, sebab inti dari desain pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.55
B. Fungsi Analisis Kebutuhan Belajar
Analisis kebutuhan dapat dirumuskan sebagai suatu
usaha untuk meng-identifikasi alat dan metode yang
diperlukan dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara
kenyataan dan harapan, ada dua hal yang perlu diperhatikan
untuk menentukan apakah pengembangan pembelajaran
perlu dilaksanakan atau tidak yaitu:
1. Dengan mengidentifikasi perkembangan situasi
dalam bidang yang diminati. Ini mungkin melibatkan

54Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 4-5.
55Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2012), h. 6.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 81
upaya penelitian pembelajaran yang sedang diberikan
ditempat lain.
2. Membandingkan data yang terkumpul dengan yang
seharusnya terjadi. Perbedaan antara apa yang ada
dengan yang dikehendaki dapat dipakai sebagai
alasan terbaik untuk memutuskan apakah
pengembangan model pembelajaran perlu dilakukan
atau tidak. 56
Peserta didik merupakan individu yang mengalami
proses pembelajaran yang pada umumnya memiliki
kebutuhan-kebutuhan wajib dan mendasar yang harus
dipenuhi dan tidak bias dihindarkan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut beragam mulai dari makan-minum, maupun yang
berkaitan dengan kepribadian seperti, keamanan, kasih
saying, harga diri kesuksesan dan sebagainya. Sebagaimana
menurut Abraham Maslow sebagai pelopor aliran psikologi
humanistic. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang terkenal adalah hirarki kebutuhan. Lebih lanjut,
menurutnya manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Adapaun kebutuhan-
kebutuhan tersebut, antara lain kebutuhan fisiologis;

56Sondang N Sihombing dan Marheni, “Analisis Kebutuhan

dalam Pembelajaran IPA Kimia untuk Pengembangan Bahan Ajar


Kimia Smp Di Dki Jakarta, jurnal JRPK, Vol. 2 No. 1, (2012), h. 123.

82 Ahmad Suryadi
kebutuhan akan rasa aman dan tentram; kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi; kebutuhan akan dihargai; dan
kebutuhan aktualisasi diri.57
Untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dalam
pembelajaran berupa materi ajar berbentuk cetak, dapat
dilakukan analisis kebutuhan Hal ini sesuai dengan
pendapat yakni dalam merancang sebuah pembelajaran
diperlukan analisis kebutuhan, membagi kebutuhan itu
menjadi dua, yakni target needs dan learning needs. Contoh
target needs adalah “Apa peserta didik membutuhkan
sesuatu dalam situasi target “what the learner needs to do in the
target situation” Sementara itu, contoh learning needs adalah
“Apakah peserta didik membutuhkan sesuatu yang
diinginkan dalam belajar “what the learner needs to do in order to
learn” ada cara lain untuk melihat kebutuhan: membuat
divisi utama antara pengetahuan sekarang dan
pengetahuan yang diperlukan, kebutuhan objektif dan
subjektif. Informasi tentang kebutuhan obyektif dapat
dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara pribadi,
pengumpulan data (mengumpulkan kertas ujian, buku teks
dan menganalisis data itu), pengamatan (mengamati peserta
didik dalam kesehariannya), konsultasi informal dengan
pengajar dan peserta didik, dan tes. Kebutuhan subjektif

57Rika Devianti Suci Lia Sari, “Urgensi Analisis Kebutuhan

Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran”, jurnal al-aulia, vol. 6.


No.1. (2020), h. 23.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 83
ditemukan melalui kebutuhan pribadi peserta didik atau
self assessment menggunakan list dan skala (scales), dan
kuesioner dan wawancara.58
Fungsi analisis kebutuhan dalam pembelajaran
antara lain:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan
pekerjaan atau tugas sekarang, yaitu masalah yang
mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait
dengan finansial, keamanan atau masalah-masalah
lain yang mengganggu pekerjaan atau lingkungan
pendidikan.
3. Menyajikan skala prioritas untuk memilih tindakan
yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah
pembelajaran.
4. Memberikan basis data untuk menganalisis
efektifitas kegiatan pembelajaran.59

58Yekahendriyani Dkk, “analisis kebutuhan pengembangan


media pembelajaran berbasis video tutorial” jurnal JTIP, Vol. 11. No. 2.
(2018), h. 86.
59Haflizh Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam

Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 5.

84 Ahmad Suryadi
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, sebagian besar telah menyusun RPP. Dalam
pembelajaran dikelas uraian aktivitas yang dilakukan oleh
guru terbagi atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir Selanjutnya untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa dilakukan penilaian terhadap siswa
dengan memberikan tes pada akhir pertemuan pembahasan
materi pembelajaran. Terdapat kesenjangan pada indikator guru
memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan
indicator di setiap pertemuan. Perlunya penjelasan tujuan dan
indikator pembelajaran dapat mengarahkan peserta didik untuk
melakukan aktivitas belajar di kelas.
Penjelasan tujuan instruksional untuk membantu men-
definisikan arah pembelajaran serta sebagai petunjuk tentang
materi pelajaran yang perlu dicakup indikator tujuan
pembelajaran khusus dijabarkan dalam format ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree) terdapat kesenjangan yaitu
perumusan hanya meliputi audience dan behavior. Tujuan
Instruksional khusus merupakan satu-satunya dasar untuk
menyusun kisi-kisi tes, karena itu harus mengandung unsur-
unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes
agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat
mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya.60

60Nur Latifah Dkk, “Analisis Kebutuhan Pembelajaran dalam

Jaringan (Daring) Berbasis Multimedia” Jurnal Basicedu, vol. 5. No. 4.


(2021), h. 2023.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 85
Belajar merupakan proses menciptakan nilai tambah
kognitif, afektif, dan psikomotor bagi peserta didik. Nilai
tambah itu tercermin dari perubahan perilaku siswa menuju
kedewasaan. Perubahan perilaku sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran itu merupakan hasil dari interaksi seseorang
dengan lingkungannya. Aktivitas pembelajaran peserta didik
dapat dilihat dari perubahan dalam salah satu dari lima
bidang, antara lain cara mempersepsi lingkungan;
kemampuan berfikir dan penalaran; perilaku fisikal atau
keterampilan motorik; reaksi emosional atau sikap; dan visi
ke depan.61
Secara ideal, dalam rangka mencapai perkembngan
diri siswa, sekolah seyogianya dapat menyediakan dan
memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik Berikut
dijelaskan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu
mendapat perhatian dari guru, diantaranya:
a. Kebutuhan jasmaniah
kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar
setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi
oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan jasmaniah
peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di
sekolah. Apabila kebutuhan-kebutuhan jasmaniah tidak

61Sudarwan Danim dan H. Khairil, “Psikologi Pendidikan (dalam

Perspektif Baru)” (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 121.

86 Ahmad Suryadi
terpenuhi, disamping dapat mempengaruhi pembentukan
pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, juga
akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar
di sekolah.
Agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah peserta didik, sekolah melakukan upaya-upaya
seperti memberikan pemahaman terhadap peserta didik
tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur;
Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk
mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi
dan vitamin tinggi; Memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk beristirahat; Memberikan pendidikan jasmani
dan latihan-latihan fisik seperti berolah raga; Menyediakan
berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan
peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolah raga
dan sebagainya; Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa
dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan
sebagainya yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan nyama; dan Mengatur tempat duduk peserta didik di
dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
b. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi
menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan,
bahaya dari lingkungan dan sebagainya, sedangkan

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 87


perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman
dari pengalaman yang baru dan asing. Kebutuhan rasa
aman meliputi Sikap guru: menyenangkan, mampu
menunjukan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak
menunjukan ancaman atau bersifat menghakami; Adanya
ekspektasi yang konsisten; Mengendalikan prilaku siswa di
kelas/sekolah dengan menerapkan siswa pendisplinansiswa
secara adil; dan Lebih bnyak memberikan penguatan prilaku
melalui pujian /ganjaran atas segala perilaku positif siswa
daripada pemberian hukuman atas perilaku negatif peserta
didik.
c. Kebutuhan kasih sayang
Semua peserta didik membutuhkan kasih saying,
baik dari orangtua, guru, teman-teman sekolah, dan dari
orang-orang yang berada disekitarnya. Peserta didik yang
mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia
berada di dalam kelas , serta memiliki motivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapat
kasih saying, akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa
tidak nyaman, sedih gelisah, bahkan mungkin akan
mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya

88 Ahmad Suryadi
tingkah laku maladaptive. Kondisi-kondisi demikian pada
gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka.62
Hubungan Guru dengan siswa, seperti Guru dapat
menampilkan ciriciri kepribadian: empatik, peduli dan
interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat
menjadi pendengaryang baik; Guru dapat menerapakan
pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya
(kebutuhan, potensi, minat, karakteristik, keperibadian, dan
latar belakangnya; Guru lebih banyak memnberikan
komentar dan umpan balik yang positif daripada yang
negative; Guru dapat menghargai dan menghormati setiap
pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya; dan
Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan
memberikan kepercayaan terhadap peserta didiknya.
Hubungan peserta didik dengan peserta didik, seperti
Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa; Sekolah
dapat menyelengarakan class meeting, melalu berbagai forum,
seperti olah raga atau kesenian; Sekolah mengembnagkan diskusi
kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran; Sekolah
mengembangkan tutor sebaya; dan Sekolah mengembangkan
bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
d. Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri

62Desmita. “Psikologi Perkembangan Peserta DIdik: Panduan bagi

orangtua dan guru dalam memahami psikologi anak usia, SD, SMP dan SMA”
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 70.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 89
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari
kecendrungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan
untuk diakui dan perlakukan sebagai orang yang berharga
diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin
diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain.
1. Mengembangkan Harga Diri Siswa, seperti Me-
ngembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar
pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding);
Mengembangkan sistim pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa; Menfokuskan pada
kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa;
Mengembangkan strategi pembelajaran yang
bervariasi; Selalu siap memberikan bantuan apabila
para siswa mengalami kesulitan; Melibatkan seluruh
siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung
jawab; dan Ketika harus mendisplinkan siswa,
sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak di
depan umum.
2. Penghargaan dari Pihak Lain, seperti
Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran
kooperatif di mana setiap siswa dapat saling
menghormati dan memercayai, tidak saling
mencemoohkan; Mengembangkan program “star of
the week”; Mengembangkan program penghargaan
atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diproleh

90 Ahmad Suryadi
siswa; Mengembangkan kurikulum yang dapat
mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap
empatik dan menjadi pendengar yang baik, dan
Berusaha melibatkan para siswa dapat setiap
pengambilan keputusan yang terkait dengan
kepentingan para siswa itu sendiri.
3. Pengetahuan dan Pemahaman, seperti Memberikan
kesempatan kepada pada siswa untuk
mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin
diketahuinya.; Menyediakan pembelajaran yang
memberikan tantangan intelektual melalui
pendekaatan discovery-inquiry; Menyediakan topik-
topik pembelajaran dengan sudut pandang yang
beragam; Menyediakan kesempatan kepada para
siswa untuk berfikir filosofis dan berdiskusi.
4. Esketik, seperti Menata ruangan kelas secara rapi
dan menarik; Menempelkan hal-hal yang menarik
dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya
memampangkan karya-karya seni siswa yang
dianggap menarik; Ruangan di cat dengan warna-
warna yang menyenangkan; Memelihara sarana dan
prasarana yang ada di sekeliling sekolah; Ruangan
yang bersih dan wangi; ersedia taman kelas dan
sekolah yang tertata indah.
e. Kebutuhan aktualisasi diri

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 91


Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang
dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis
berhasil dengan baik. Hal-hal yang dilakukan oleh guru,
yaitu: Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
melakukan yang terbaiknya; Memmberikan kebebasan
kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan
dan potensi yang dimilikinya; Menciptakan pembelajaran
yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata;
Perencanaan dan proses pebelajaran yang melibatkan
aktivitas meta kognitif peserta didik; dan Melibatkan siswa
dalam proyek atau kegiatan self expressive dan kreatif.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa
tingkah laku individu merupakan perwujudan dari
dorongan untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia.
Dengan demikian kegiatan belajar di sekolah pada
prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan peserta didik tersebut. Oleh sebab
itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami jenis dan
tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat
membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas
pembelajaran. Di samping itu dengan mengenal kebutuhan-
kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran

92 Ahmad Suryadi
setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta
didiknya.63
Pada dasarnya, kebutuhan menurut Maslow, suatu
sifat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: 1). Ketidakhadirannya
menimbulkan penyakit; 2). Kehadirannya mencegah
timbulnya penyakit; 3). Pemulihannya menyembuhkan
penyakit; 4). Pada situasi-situasi tertentu yang sangat
kompleks, dimana orang bebas memilih, orang yang sedang
berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya; dan 5).
Kebutuhan itu tidak aktif, lemah, atau secara fungsional
tidak terdapat pada orang sehat.64
C. Tahapan-Tahapan Analisis Kebutuhan Belajar
Proses analisis kebutuhan terdiri atas rangkaian
kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan

63Rika Devianti Suci Lia Sari, “Urgensi Analisis Kebutuhan


Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran”, jurnal al-aulia, vol. 6.
No.1. (2020), h. 31-34.
64Dian Andesta Bujuri, “Analisis Kebutuhan Anak Usia dasar

dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan” jurnal JIP, Vol. 4.


No. 1. (2018), h. 87
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 93
informasi dan berakhir pada perumusan masalah.65 Berikut
digambarkan tahapan-tahapan analisis kebutuhan:
a. Pengumpulan informasi
Pada saat merancang pembelajaran pertama kali
seorang guru perlu memahami terlebih dahulu informasi
tentang peserta didik dapat mengerjakan apa, siapa
memahami apa, siapa yang akan belajar, kendala-kendala
yang akan dihadapi dan bagaimana pengaruh keadaan
tertentu terhadap karakteristik peserta didik. Berbagai
informasi yang dikumpulkan akan bermanfaat dalam
menentukan tujuan yang ingin dicapai beserta skala
prioritas dalam proses pemecahan masalah. 66
Data-data yang terkumpul akan bermanfaat dalam
menentukan dan menyusun langkah-langkah selanjutnya.
Seorang guru dalam merancang sistem pembelajaran harus
berpijak pada informasi yang terkumpul.67

65Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 93.


66Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 6.
67Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 94.

94 Ahmad Suryadi
b. Identifikasi kesenjangan
Metode mengidentifikasi kesenjangan berpegang
pada lima komponen yang saling berkaitan, yaitu;
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia
pada saat ini misalnya tentang keuangan, waktu, bangunan,
guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum
yang ada.
Komponen proses, meliputi pelaksanaan
pendidikan yang berjalan yang terdiri atas pola
pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai
dengan kompetensi, perencanaan, metode, pembelajaran
individu, dan kurikulum yang berlaku.
Komponen produk, meliputi penyelesaian
pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi.
Komponen Output, meliputi ijazah kelulusan,
keterampilan prasyarat, lisensi. Dan Komponen Outcome
meliputi kecukupan dan kontribusi individu atau kelompok
saat ini dan masa depan. Outcome merupakan hasil akhir
yang diperoleh melalui analisis hasil.68
c. Identifikasi Performance

68Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 95-96.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 95
Tahap menganalisis performance. Menganalisis
performance dilakukan setelah guru memahami berbagai
informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada.
Ketika menemukan adanya kesenjangan, selanjutnya
identifikasi kesenjangan mana yang dapat dipecahkan
melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang
memerlukan pemecahan dengan cara lain, Analisis
performance meliputi identifikasi terhadap guru, identifiaski
saran dan kelengkapan penunjang belajar peserta didik,
identifikasi kebijakan sekolah, identifikasi iklim sosial dan
iklim psikologis.69
d. Mengidentifikasi Kendala
Mengidentifikasi berbagai kendala yang muncul
beserta sumber sumbernya, dalam pelaksanaan suatu
program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat
berpengaruh terhadap kelancaran suatu program. Berbagai
kendala dapat meliputi, waktu fasilitas, bahan,
pengelompokan dan komposisinya, pilosofi, personal, dan
organisasi. Sumber-sumber kendala bisa berasal dari
pertama; orang yang terlibat dalam suatu program
pembelajaran, misalnya guru, kepala sekolah, dan peserta
didik itu sendiri. Kedua, fasilitas yang ada, di dalamnya

69Haflizh Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam

Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 8

96 Ahmad Suryadi
meliputi ketersediaan dan kelengkapan fasilitas serta kondisi
fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta
pengaturannya.70
e. Identifikasi Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik Peserta didik dilihat dari beberapa
aspek dari masing-masing siswa yaitu Analisis ini dilakukan
untuk melihat minat siswa, sikap siswa, motivasi belajar
siswa, gaya belajar siswa dan kemampuan awal siswa
terhadap pembelajaran fisika. Hal ini dilakukan agar
pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
peserta didik. aspek minat, aspek sikap, aspek motivasi
belajar, aspek gaya belajar dan aspek kemampuan berpikir.71
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah
individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah
tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Lebih lanjut Desmita
dalam Devianti mengklasifikasikan beberapa karakteristik
peserta didik diantaranya:

70Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 8.
71Hamzah Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 26.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 97
Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi
fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan
yang unik. Potensi yang khas dimilikinya perlu
dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu
mencapai taraf perkembangan yang optimal.
Peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami
perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang
ditujukkan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada
penyesuaian dengan lingkungannya.
Peserta didik adalah individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Sebagai
individu yang sedang berkembang, maka proses pemberian
bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat
perkembangannya.
Peserta didik adalah individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya
peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas dapat
dipahami bahwa peserta didik merupakan sebagai individu
yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang memiliki berbagai potensi kemanusiaan yang mampu
berkembang secara optimal melalui proses pendidikan.

98 Ahmad Suryadi
Sebagai makhluk psiko-fisik, anak-anak sejak bayi
sudah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar, yaitu seperti
kebutuhan fisik dan psikis. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak menuju kedewasaan terjadi
perubahan-perubahan kebutuhan, seperti di atas menjadi
lebih besar. Dan kebutuhan social psikologis seseorang
akan lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan
dengan usianya.
Desmita dalam devianti menyatakan kebutuhan
merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi
untuk mencapai keseimbangan organisme. Kebutuhan
muncul ketika seseorang merasa kekurangan,
ketidaksempurnaan yang dapat merusak kesejahteraannya.
Dengan perkataan lain, kebutuhan muncul karena adanya
ketidakseimbangan dalam diri individu, sehingga membuat
individu bersangkutan melakukan suatu tindakan, tindakan
itu mengarah pada suatu tujuan, dan tujuan itu diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
f. Identifikasi Tujuan
Analisis kebutuhan sebagai suatu proses
mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi
kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang akan
dihasilkan melalui penentuan skala prioritas dari setiap
kebutuhan. Hal ini berhubungan erat dengan tujuan yang
ingin dicapai. Oleh sebab itu, mengidentifikasi tujuan yang

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 99


ingin dicapai merupakan salah satu kegiatan yang harus
dilaksanakan dalam proses analisis kebutuhan.72
g. Menentukan Permasalahan
Tahap akhir dalam proses analisis masalah adalah
menuliskan pernyataan masalah sebagai pedoman dalam
penyusunan proses desain intruksional. Penulisan masalah
pada dasarnya merupakan rangkuman atau sari pati dari
permasalahan yang ditentukan. Pernyataan masalah harus
ditulis secara singkat dan padat yang biasanya tidak lebih
dari satu-dua paragraf.73

72Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran

(Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), h. 99.


73Haflizh
Muhammad Ramadhan, “Analisis Kebutuhan dalam
Perencanaan Pembelajaran” Jurnal, h. 9.

100 Ahmad Suryadi


BAB VI
PENGEMBANGAN ALAT
EVALUASI
A. Hakikat Alat Evaluasi
Alat merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alat adalah
bendayang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Dalam hal
evaluasi, alat sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai
suatu penilaian, baik dalam penilaian secara terstruktu
rmaupun tidak terstruktur. Dari pengertian umum, alat
adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai
tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Pemahaman tentang instrumen ini menjadi penting
karena dalam praktik evaluasi dan penilaian, pada umumnya
guru selalu mendasarkan pada proses pengukuran. Dalam
pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen). Banyak
alat atau instrument yang dapat digunakan dalam kegiatan
evaluasi hasil pembelajaran, salah satunya adalah
tes. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator
menggunakan cara atauteknik, maka dikenal dengan teknik

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 101


evaluasi. Seperti disebutkan di atas, ada dua teknik evaluasi
yaitu teknik tes dan non-tes.74
Amir Daien Indrakusumah dalam bukunya yang
berjudul Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa tes adalah
suatu alat ukur atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan cepat. Selanjutnya menurut Muhtar
Bukhori dalam bukunya Teknik-Teknik Evaluasi bahwa tes
ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada
seseorang murid atau kelompok murid.
Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perseorangan.
Dilihat dari kajian psikologi, tes dapat dibagi menjadi empat
jenis, yakni tes intelegensi umum, tes kemampuan khusus,
tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Sedangkan jika
dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapatd ibagi
menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru, dan tes standar.
Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, tes dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yakni tes tertulis, tes lisan,dan tes
tindakan.

74Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran (Cet: I.

Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2020), h. 5.

102 Ahmad Suryadi


Sementara yang tergolong teknik non-tes adalah:
skala bertingkat (rating scale) ;skala sikap (attitude scale) ;
kuesioner (questioner ); daftar cocok (checklist );wawancara
(interview); dan riwayat hidup.Alat ukur tersebut ada yang
baik, ada pula yang kurang baik.
Instrument yang baik adalah instrumen yang
memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya,dan
hanya mengukur sampel perilaku tertentu.
Untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
instrumen harus baik sebagai alat ukur. Instrumen yang
baik memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut.
1. Valid
Suatu instrumen merujuk kepada ketepatan untuk
menilai apa yang dinilai. Instrumen dikatakan mempunyai
validitas tinggi apabila alat itu betul-betul mampu mengukur
dan menilai apa yang ingin diukur. Validasi instrumen
meliputi validitas isi (content validity) dan validitas butir. 75
2. Reliabel
Reliabilitas suatu instrumen merujuk pada
ketetapan, konsistensi, atau stabilitas. Tahapan reliabilitas
dilakukan setelah instrumen dikatakan valid.

75Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran. h. 32.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 103
3. Objektif
Objektif suatu instrumen artinya penskor hendaknya
menilai apa adanya tanpa dipengaruhi subjektivitas penskor
atau faktor lain diluar data yang tersedia.76
4. Praktis dan Mudah Dilaksanakan
Suatu instrumen dikatakan praktis apabila biaya ukur
mudah dan murah. Mudah diadministrasikan, di skor dan
diinterpretasikan. Murah merujuk pada biaya pelaksana dan
peserta tidak terlalu tinggi.
5. Norma
Norma diartikan sebagai patokan, kriteria atau ukuran
yang digunakan untuk menentukan standar minimal batas
kelulusan.
B. Fungsi dan Tujuan Pengembangan Alat Evaluasi
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau
proses memiliki beberapa fungsi pokok sebagai berikut :
1. Mengukur kemajuan
2. Menunjang penyusunan rencana

76Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Pembelajaran (Cet: IV.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) h. 98.

104 Ahmad Suryadi


3. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali
4. Memperoleh informasi tentang hasil – hasil yang
telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan
5. Mengetahui relevansi antara program pendidikan
yang telah dirumuskan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Evaluasi yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator
untuk membuat perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang
telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah
ditentukan ataukah tidak.
Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah
sebagai berikut :
1. Menghimpun bahan – bahan keterangan yang
akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan / kemajuan peserta didik.
2. Mengetahui tingkat efektivitas metode pengajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 105


4. Mencari dan menemukan faktor – faktor
penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan
peserta didik.
C. Teknik Evaluasi Proses Pembelajaran
Tekhnik evaluasi merupakan metode yang
digunakan oleh guru untuk memperoleh informasi ataupun
mengetahui terkait sesuatu hal.77 Penilaian proses belajar
adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-
mengajar yang dilakukan peserta didik dan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penilaian ini
dilihat sejauh mana keaktifan dan efisiennya
dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan
tingkah laku peserta didik. Maka penilaian hasil dan
proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil
merupakan akibat dari proses. Dalam kegiatan evaluasi
pembelajaran terdapat dua tekhnik yang bisa digunakan
antara lain:
1. Tes
Tes adalah suatu metode ataupun alat untuk
mengadakan evaluasi yang berupa suatu tugas ataupun
serangkaian tugas yang wajib dikerjakan oleh peserta didik
atau sekelompok peserta didik sehingga menciptakan nilai

77Suharsimi Arikunto, Evaluasi Pembelajaran, h. 26.

106 Ahmad Suryadi


tentang tingkah laku ataupun prestasi peserta didik tersebut.
Prestasi ataupun tingkah laku tersebut bisa menunjukkan
tingkatan pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau
tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah
diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat pula
menunjukkan kedudukan peserta didik yang bersangkutan
dalam kelompoknya.78
Instrumen evaluasi pembelajaran tipe tes merupakan
metode yang sangat umum digunakan dalam kegiatan
pengukuran. Walaupun metode ini tidak selalu yang terbaik
dan tepat untuk sebagian tujuan. Jenisnya pula beragam.
Misalnya tes prestasi belajar, tes bakat, tes penempatan, tes
diagnostic, dan tes penguasaan. Bila dilihat dari bentuk
jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu tes lisan, tes perbuatan dan tes tertulis,. Tes
tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk objektif (objective) dan
bentuk uraian (essay).79
Amir Daien Indra Kususma dalam Rusdiana
menegaskan tes merupakan suatu alat ataupun prosedur
yang sistematis dan objektif guna mendapatkan data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

78Nahjiah Ahmad, Buku Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:


Interpena Yogyakarta, 2015), h. 51.
79Asrul, Evaluasi Pembelajaran h. 42.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 107
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan
tepat. Tes juga dapat diartikan sebagai berikut:80
a. Tes adalah suatu alat pengumpul data yang bersifat
resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
b. Tes biasanya digunakan untuk menilai serta mengukur
hasil belajar peserta didik, paling utama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang cocok dengan tujuan pendidikan serta
pengajaran. Tetapi, tes juga dapat digunakan untuk
menilai hasil belajar bidang psikomotoris dan afektif.
Dilihat dari segi bentuknya, tes ini ada yang
diberikan:
a. Tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan).
b. Tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk
perbuatan).
c. Tes secara lisan (menuntut jawaban secara lisan).
d. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk essai, ada
juga yang dalam bentuk uraian ataupun objektif. Tipe
tes tersebut umumnya digunakan untuk menilai isi
pendidikan, misalnya aspek keterampilan, kecakapan,
pengetahuan, serta pemahaman pelajaran yang telah
diberikan oleh guru.

80Rusdiana Ananda, Evaluasi Pembelajaran Dengan Pendekatan

Kurikulum (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2014), h. 134.

108 Ahmad Suryadi


Maka dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur
penting dari istilah “tes” ialah sebagai berikut:81
a. Pertama, tes merupakan suatu cara atau teknik yang
disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka
kegiatan pengukuran.
b. Kedua, di dalam tes terdapat berbagi pertanyaan atau
pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab
dan dikerjakan oleh peserta didik.
c. Ketiga, tes digunakan untuk mengukur suatu aspek
perilaku peserta didik.
d. Keempat, hasil tes peserta didik perlu diberi skor atau
nilai.
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus
diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes.
2. Teknik Non Tes
Teknik evaluasi proses belajar biasanya dilakukan
dengan bentuk non-test seperti:
a. Skala bertingkat (rating scale)

81Elis Ratna dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: CV

Pustaka Setia, 2015), h. 128.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 109
Skala menggambarkan suatu nilai yang
berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan.
Seperti Oppen heim mengatakan, “ rating gives a
numerical value to some kind of judgement ”, maka suatu
skala selalu disajikan dalam bentuk angka.Contoh:
skor yang diberikan guru di sekolah untuk
menggambarkan minat peserta didik dalam proses
belajar pelajaran tertentu.
b. Kuesioner (Questionair )
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket.
Pada dasarnya, kuesioner adalahsebuah daftar
pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan diukur
(responden).Dengan kuesioner ini orang dapat
diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-
lain.Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari
beberapa segi:
c. Wawancara (interview )
Wawancara atau interview adalah suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan cara tanya jawab
sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara
ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali
untuk mengajukan pertanyaan.

110 Ahmad Suryadi


d. Pengamatan (Observation )
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis. pengamatan
sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang diamati, baik dalam situasisebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Dalam penerapan teknik
observasi ini, peserta didik dibiarkan bertindak sewajarnya.
Setelah itu guru melakukan pengamatan secara objektif dan
membuat catatan mengenai peserta didik sesuai dengan
informasi yang dikumpulkan.
Tujuan utama observasi adalah untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun dalam
situasi buatan untuk dan mengukur perilaku kelas, interaksi
antara peserta didik dengan guru, faktor-faktor yang dapat
diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.82
Pengamatan dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar. Misalnya mengamati tingkah laku peserta
didik saat belajar, tingkah laku guru saat mengajar, kegiatan
diskusi siwa, partisipasi peserta didik dalam simulasi.
Berbagai macam alat penilaian dalam observasi :
e. Daftar cek (Chek list)

82Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014),h. 152-153


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 111
Merupakan alat observasi catatan berbentuk daftar
kemungkinan aspek-aspek tingkah laku peserta didik
dengan cara memberikan tanda (√) pada aspek-aspek
tingkah laku terdapat pada peserta didik yang akan dinilai
lain ataupun yang ada pada dirinya sendiri.
f. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif
seorang individu yang dianggap mengalami kasus tertentu.
Kasus-kasus tersebut biasanya dipelajari secara mendalam
dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Misalnya
mempelajari khusus anak nakal, anak yang tidak biasa
bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal belajar dll.
D. Petunjuk Pengembangan Alat Evaluasi
1. Beberapa factor yang harus di perhatikan
dalam mengembangkan tes alat evaluasi:
a. Menentukan tujuan penilaian
Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan
tegas serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar
untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model,
dan karakter alat penilaian. Dalam penilaian hasil belajar,
ada emapat kemungkinan tujuan penelitian, yaitu untuk
memperbaiki kinerja tau proses pembelajaran (formatif),
untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif),

112 Ahmad Suryadi


untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan
posisi peseta didik sesuai dengan kemampuannya
(penempatan).
b. Mengindentifikasi hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila
dia memiliki pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai
untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses
pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi,
semua jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan
oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator.
Guru tinggal mengidentifikasi kompetensi mana yang akan
dinilai.
c. Menyusun Kisi-kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian
betul-betul representatif dan relevan dengan materi
pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta
didik. Jika materi penilaian tidak relevan dengan materi
pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil
penilaian itu kurang baik. Begitu juga jika materi penilaian
terlalu banyak dibandingkan dengan materi pelajaran, maka
akan berakibat sama. Untuk melihat apakah materi
penilaian relevan dengan materi pelajaran atau apakah
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 113
penilaian terlalu banyak atau kurang, guru harus menyusun
kisi-kisi.
d. Mengembangkan draf intrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan
salah satu langkah penting dalam prosedur penilaian.
Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes
maupun nontes, dalam bentuk tes, berarti guru harus
membuat soal. Penilaian sosial adalah penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai
dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan
terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik
bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas
butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan.
Setelah semua soal ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca
lagi, jika perlu didiskusikan kembali dengan tim penelaah
soal, baik dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum,
dan ahli evaluasi.
e. Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka
perlu di uji cobakan terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya
untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-soal
mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang
baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa kali uji

114 Ahmad Suryadi


coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan
rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan setiap soal yang diginakan.
f. Revisi dan merakit soal (instrument baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi
sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya
pembeda. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat
diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang harus direvisi
total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus
dibuang atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini,
barulah dilakukan perkaitan soal menjadi suatu instrumen
yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat
mempengaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal,
pengelompokan bentuk soal, penataan soal, dan sebagainya
haruslah diperhatikan.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 115


BAB VII
DESAIN
PEMBELAJARANBERORIENTA
SI PENCAPAIAN KOMPETENSI

A. Pengetian Desain Pembelajaran Berorientasi


Pencapaian Kompetensi
Banyak defenisi diberikan secara berbeda diantara satu
ilmuan dengan yang lainnya. Seels dan Richey memberikan
defenisi tentang desing is process of specifying conditions of learning
(desain adalah proses untuk menentukan proses belajar).83
Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran
melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran
beserta aktivitasnya yang harus dilakukan, perencanaan

83 Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran

Disesuaikan Dengan Kurikulum 13 ( Cet, 1; Jakarta, Kencana Prenada


Media Grup, 2013), h. 25.

116 Ahmad Suryadi


sumber-sumber pembelajaran yang dpat digunakan serta
perencanaan evaluasi keberhasilan.84
Menurut Gentry, ia berpendapat bahwa desain
pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan
pembelajara strategi dan teknik untuk mencapai tujuan
serta merancang media yang dapat digunakan untuk
pencapaian efektivas pencapaian tujuan. Sementara itu
Gagne menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun
untuk proses belajar siswa, proses belajar itu memiliki
tahapan segera dan tahapan jangka panjang belajar
seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor yakni internal dan
eksternal.85
Desain pembelajaran adalah pengembangan secara
sistematis dari spesifikasi pembelajaran dengan
menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk
menjamin kualitas pembelajaran. Proses perancangan dan
pengembangan ini meliputi segala proses analisis
kebutuhan pembelajaran, tujuan dan pengembangan sistem
untuk mencapai tujuan,. pengembangan bahan dan
aktivitas pembelajaran, uji coba dan evaluasi dari seluruh
pembelajaran dan aktivitas peserta didik. Desain
pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai berikut:

84Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran


(Jakarta: Kencana, 2008), h. 66.
85Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 66-67.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 117
instructional design is the practice of maximizing the effectiveness,
efficiency and appeal of instruction and other learning experiences.
The process consists broadly of determining the current state and needs
of the learner, defining the end goal of instruction, and creating some
"intervention" to assist in the transition. (Desain pembelajaran
merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi
dan hasil pembelajaran dan pengalaman pembelajaran
lainnya. Kegiatan tersebut meliputi penentuan keadaan
awal, kebutuhan peserta didik, menentukan tujuan akhir
dan menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu
dalam masa transisi tersebut. Di bagian lain dijelaskan
desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran
secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran.
Untuk menjamin kualitas pembelajaran. Gagne
menyatakan bahwa desain pembelajaran disusun untuk
membantu proses belajar peserta didik, proses belajar
tersebut memiliki tahapan saat ini dan tahapan jangka
panjang. Shambaugh dalam menjelaskan tentang desain
pembelajaran sebagai berikut. An intellectual process to help
teachers systematically learners needs and construct structures
possibilities to responsively addres those needs. (Sebuah proses
intelektual untuk membantu pendidik menganalisis
kebutuhan peserta didik dan membangun berbagai
kemungkinan untuk merespon kebutuhan tersebut).

118 Ahmad Suryadi


Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry,
bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses
menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik
untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat
digunakan untuk keefektifan pencapaian tujuan. Dari
beberapa pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa
desain pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran
secara sistematis untuk memaksimalkan keefektifan dan
efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran
diawali dengan menganalisis kebutuhan peserta didik,
menentukan tujuan pembelajaran, mengembangkan bahan
dan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya mencakup
penentuan sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian
(evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan
produktivitas proses pembelajaran.86
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa desain pembelajaran merupakan proses untuk
menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik
untuk dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan
dan keterampilan.

86Sujarwo dan Sujawo, Desain Sistem Pembelajaran, Jurnal, h.


3-4.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 119
Desain pembelajaran berorientasi pada kompetensi
adalah keterampilan dan sikap serta penerapan dari
pengetahuan dan ketrampilan tersebut dalam suatu
pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan.
Pembelajaran dengan prinsip berbasis kompetensi
adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi
pencapaian kompetensi peserta didik. Desain pembelajaran
berbasis kompetensi ini merupakan sebuah upaya untuk
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan
intelektual, emosional, spiritual dan sosial yang bermutu
tinggi. 87
Desain pembelajaran perlu memadukan kebutuhan
peserta didik dengan kompetensi yang harus dia kuasai
nanti setelah selesai belajar. Tujuan Pembelajran Desain dan
rancangan pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, tujuan dari
pembelajaran adalah untuk memenuhi atau mencapai
kompetensi tertentu. Rumusan tujuan pembelajaran
dikembangkan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki
olehpeserta didik jika ia selesai belajar.
Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat
penting karena metode inilah yang menentukan situasi

120 Ahmad Suryadi


belajar yang sesungguhnya. Dilain pihak, kepiawaian
seorang disainer pembelajaran juga terlihat dalam cara dia
menentukan metode ini. Metode sebagai strategi
pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu
yang tersedia untuk belajar. Metode terkait dengan strategi
pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar
berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau tehnik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar.88
Pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi
merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau
ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar (KD). Dengan demikian indikator
pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian
suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator
pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata
pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa
pencapaian kompetensi merupakan penilaian untuk

88Meriyati, Orientasi Desain Pembelajaran (Cet, 1; Lampung:

FaktaPress lAIN Raden lntan Lampung, 2019), h. 3.


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 121
mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah
ditetapkan sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan
suatu materi oleh siswa. Penilaian pencapaian kompetensi
ini difokuskan pada pencapaian kompetensi pemilihan
bahan baku husana berdasarkan kesempatan pakai dengan
mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
batas nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa agar dapat
dinyatakan mencapai atau menguasai suatu kompetensi
dasar. 89
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan; dengan tujuan
pembelajaran dapat menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Oleh karena itu penulisan
indikator menggunakan harus kata kerja operasional yang
mencakup ranah (domain) belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang disesuaikan dengan kata kerja pada

89https://123dok.com/article/pencapaian-kompetensi-

deskripsi-teori-kajian-pustak ( Diakses Senin, 15 Nov 2021, 17:10).

122 Ahmad Suryadi


kompetensi dasar yang dipilih. kata kerja yang dipilih dapat
dilihat pada pembahasan sebelumnya mengenai domain
belajar. Kemudian dari indikator yang telah ada dapat
dirumuskan tujuan pembelajarannya. Sesuai dengan
pendefinisian tujuan pembelajaran menurut Permendiknas
tentang Standar Proses, tujuan pembelajaran
menggambarkan proses dan hasil belajar. Oleh karena itu
secara definitif, tujuan pembelajaran berbeda dengan
indikator pencapaian kompetensi. Perlu ditekankan lagi
bahwa indikator pencapaian kompetensi menyatakan
perilaku terukur/teramati sedangkan tujuan pembelajaran
menyatakan proses dan hasil yang diharapkan. Meskipum
menentukan tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang
penting dalam suatu perancangan pembelajaran, namun
untuk merumuskannya terdapat kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh guru/instruktur. Salah satu kesulitan tersebut
adalah tidak adanya suatu model yang mampu membimbing
guru/instruktur dalam membuat tujuan pembelajaran
tersebut. 90
B. Bentuk Desain Pembelajaran Berorientasi Pada
Kompetensi
1. Ekspositori
Pembelajran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seseorang pendidik

90Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: PT Bumi

Aksara,2006),h.78.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 123
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar
peserta didik dapat menguasai materi pembelajaran secara
optimal.91 Karakter Ekspositori Penyampaian materi
secara verbal, Materi berupa konsep/fakta yang harus
dihafalkan. Penguasaan materi bersifat sendiri
.Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan
maksud agar peserta didik dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal. Keunggulan model
pembelajaran ini adalah (a) dengan model pembelajaran
ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat
mengetahui sampai sejauh mana peserta didik menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan, (b) model pembelajaran
ekspositori dianggap sangat efektif apabila meteri
pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas, (c)
melalui pembelajaran ekspositori selain peserta didik dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi
pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa melihat atau

91Ahmad Saifi Hasbiyalloh, dkk. Pengaruh Model


Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Scaffolding dan Advance
Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X, Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi 3 no.2 (2017), h 173.

124 Ahmad Suryadi


mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi), dan (d)
model pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah
peserta didik dan ukuran kelas yang besar. Selain itu, hal ini
juga diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya yaitu
Atriyanto & Sulistyo, yang menyatakan bahwa hasil belajar
peserta didik yang menggunakan sekspositori lebih baik
dibandingkan peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.92
Harmuni menyatakan bahwa menanamkan
ekspositori ini dengan istilah metode pembelajaran
langsung. Hal ini karena materi pembelajaran disampaikan
langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu.93
Ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi,
prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contohcontoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Penggunaan ekspositori merupakan metode pembelajaran

92Ahmad Saifi Hasbiyalloh dkk, Pengaruh Model


Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Scaffolding dan Advance
Organizer Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X, Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi 3, no 2 (2017), h. 173-174.
93Harmuni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif-
Menyenangkan, (Yogyakarta: Investidaya, 2012), 116.
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 125
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada
siswa secara langsung.94
Pembelajaran Ekspositori merupakan
pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan metode ini memiliki beberapa kelebihan
diantaranya: a) Dengan pembelajaran ekspositori guru bisa
mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, dengan
demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. b)
Pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara ini waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. c)
Melalui pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan tentang suatu materi
pelajaran, jugasekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). d)
Pembelajaran ekspositori ini bisa digunakan untuk jumlah
siswa dan ukuran kelas yang besar.95 Kekurangan
pembelajaran ekspositori pembelajaran ekspositori memiliki
kekurangan, diantaranya: a) Pembelajaran ekspositori ini

94M.
Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta :
PT Bumi Aksara, 2011), hal. 124
95Abdul Majid, Guru dalam Proses Mengajar, (Bandung: Sinar

Baru, 2004), h.65

126 Ahmad Suryadi


hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. b) Pembelajaran ekspositori ini tidak mungkin dapat
melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat
serta perbedaan gaya belajar. c) Karena pembelajaran
ekspositori ini lebih banyak diberikan melalui ceramah,
maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam
hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis. d) Pembelajaran ekspositori
sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti
persiapan kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan
kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.96
2. Discovery
Discoveri didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri. Kurniasih mengungkapkan bahwa discoveri adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau
percobaan. Sani juga mengatakan Pembelajaran discoveri
merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut
guru lebih kreatif membuat peserta didik belajar aktif

96 Abdul Majid, Guru dalam Proses Mengajar, (Bandung: Sinar

Baru, 2004), h.65


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 127
menemukan pengetahuan sendiri, Model pembelajaran
discoveri (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri.97
Discoveri menekankan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Hal ini membuat peserta didik lebih
aktif dalam belajar dan mencari materi sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional. Karakter discovery,
keaktifan peserta didik menjadi hal yang pokok. Lebih
menggali pemikiran peserta didik. Penguasaan materi lebih
bersifat fleksibel dan dinamis98
Discover berarti menemukan sedangkan discovery
adalah penemuan. Menurut Sund, discovery adalah proses

97 Kiki Pratama Rajagukguk, Pengembangan Media Adobe

Flash Berbasis Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajarar


IPA, Jurnal Sintaksis 1, no.1 (2019), h.3.
98 Septiani Wahyu Tumurun , dkk, Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa Pada Materi Sifat-sifat, Jurnal Pena Ilmiah 1, no. 1(2016),
h.109.

128 Ahmad Suryadi


mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses
mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebaginya. Sejalan dengan pendapat Lestari, dan
Yudhanegara menyatakan bahwa discovery learning adalah
suatu metode pembelajaran yang dirancang sedemikian
sehingga siswa dapat menemukan konsepkonsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Yang
dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah:
mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa kesulitan-kesulitan atau learning obstacle
siswa digolongkan menjadi tiga faktor sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa kesulitan ini ditandai oleh
pemahaman siswa yang kurang atau terbatas ini artinya
kesulitan menurut Brousseau termasuk kedalam
epistemological learning obstacle atau kesulitan itu dapat terjadi
karena bahan ajar yang sulit untuk dipahami oleh siswa
dalam belajar. Menyikapi hal tersebut menjadikan penulis
untuk berusaha menemukan cara agar dapat membantu
siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Dengan
menerapkan inovasi yang baru diharapkan mampu

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 129


merubah dan memperbaiki kondisi belajar siswa untuk
belajar matematika. Inovasi yang digunakan penulis dalam
pembelajaran adalah bahan ajar.99
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental
yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan
teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing
dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.100
Istiana menyebutkan beberapa kelebihan dari desain
pembelajaran discovery learning ini diantaranya ialah dapat
melatih siswa menggali kemampuan berkomunikasi serta
memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat,

99Ida Arimurti dkk, Desain Modul Berbasis Model Discovery


Learning untuk Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa, Jurnal
Pendidikan Matematika 8, no 3 (2019), h. 462.
100Septian Wahyu Tumurun, Model Pembelajaran Discovery

Learning, Jurnal Pena Ilmiah 1, no1 (2016).

130 Ahmad Suryadi


memotivasi dan mendorong siswa untuk belajar aktif
selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran dengan
model tersebut akan menimbulkan suasana belajar yang
efektif, serta memberikan semangat belajar kepada siswa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka disimpulkan
bahwa kelemahan dari penggunaan bentuk desain
discovery Learnig ini ialah terletak pada efisiensi waktu dan
penggunaan model tidak dapat digunakan pada semua topik
pembelajaran. Model discovery learnig ini hanya dapat
digunakan untuk materi yang berkaitan dengan kegiatan
pengamatan dan eksperimen.
C. Prinsip Pembelajaran Ekspositori dan Discovery
1. Ekspositori
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan metode
ekspositori yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik
antara lain.
a. Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran
merupakan ciri utama dalam metode ini, namun tidak
berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi
pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diukur pada kompetisi yang harus dicapai siswa.
Seperti guru meberikan instruksi mengerjakan soal latihan
dan guru memimpin diskusi dikelas. Hal ini sangat penting
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 131
untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik
memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan
metode pembelajaran.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses
komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian
pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau
sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang
telah diorganisir dan disusun dengan tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Dalam proses komunikasi pendidik berfungsi
sebagai sumber pesan dan peserta didik berfungsi sebagai
penerima pesan.
Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah
materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan
tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa
berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses
komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi
urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke
penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif
manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima
pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan
tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat

132 Ahmad Suryadi


menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan
menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan
(noise) yang dapat menghambat kelancaran proses
komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut
memungkinkan penerima pesan (peserta didik) tidak
memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan
yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip
komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk
diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan
agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan
(noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, kesiapan
merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum ini
adalah pendidik harus terlebih dahulu memosisikan peserta
didik dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis
untuk menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran,
manakala peserta didik belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat
mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran
lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada
saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Siswa
dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita
berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 133
dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk
menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata
pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
Yang telah dibekali materi berupa data dan materi
berupa fakta oleh guru. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah apabila
melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada
situasi ketidak seimbangan, sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.101
Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong
mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah
wawasan melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan
penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan
materi pelajara
Dengan menerapkan apa yang disampaikan
tersebut, diharapkan bahwa peningkatan prestasi belajar

101Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses

pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), 177-178

134 Ahmad Suryadi


yang ingin dicapai peserta didik dapat diwujudkan dengan
maksimal.102
e. Discovery
Kemdikbud menjelaskan bahwa prinsip belajar yang
nampak jelas discoveri adalah materi atau bahan pelajaran
yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
final akan tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi
atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 103
Berorientasi pada pengembangkan intelektual. Pem-
belajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. Prinsip interaksi, proses
pembelajaran pada dasarnya ialah proses interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan interaksi
siswa dengan lingkungan. 3) Prinsip bertanya, peran guru
yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab pertanyaan pada dasarnya sudah

102 I Gusti Ayu Sutariyani, Implementasi Model Pembelajaran


Ekspositori Sebagai Upayah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Panjasorkes, Jurnal. h.5.
103https://anwar-math.blogspot.com/2015/01/prinsip-

kelebihan-kekurangan-dari.html ( Diakses Pada tanggal 21-10- 2021.


20:59)
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 135
merupakan sebagian dari proses berpikir. 4) Prinsip belajar
berpikir, belajar bukan hanya mengingat jumlah fakta,
melainkan belajar adalah proses berpikir (learning how to
think), yakni “proses mengembangkan potensi seluruh
otak.” Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. 5) prinsip keterbukaan,
pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang me-
nyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang
harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada
siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajikannya.

136 Ahmad Suryadi


Daftar Pustaka
Affandi, Muhammad. Perencanaan Pembelajaran. Alfabeta:
Bandung, 2015.
AM, Sardiman. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar dan
Mengajar. Jakarta; Rajawali Pers, 2018.
Atwi, M, Suparman, Desain Instruksional Modern: Panduan
Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga,
2012.
B., Hamzah Uno, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara, 2018.
Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Pers, 2017.
Daradjat, Zakiah dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 137


Devianti, Rika Suci Lia Sari, “Urgensi Analisis Kebutuhan
Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran”, jurnal al-
aulia, vol. 6. No.1. (2020).
Danim, Sudarwan dan H. Khairil, “Psikologi Pendidikan
(dalam Perspektif Baru)” Bandung: Alfabeta, 2014.
Desmita. “Psikologi Perkembangan Peserta DIdik: Panduan bagi
orangtua dan guru dalam memahami psikologi anak usia, SD,
SMP dan SMA”Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016.
Dian Andesta Bujuri, “Analisis Kebutuhan Anak Usia dasar
dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan”
jurnal JIP, Vol. 4. No. 1. (2018.

Faridah Jaya, Perencanaan Pembelajaran, Medan: Uin Sumatra


Utara, 2019.
Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Hendriyani, Yeka. Dkk, “analisis kebutuhan pengembangan
media pembelajaran berbasis video tutorial” jurnal JTIP,
Vol. 11. No. 2. (2018).
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana S, Perencanaan Pengajaran
Jakarta: Rineka Cipta, 2018.
Ibrahim, Nini Perencanaan Pembelajaran Teoretis dan Praktis,
Jakarta: Mitra Abdi, 2014.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. Models of Teaching New
Jersey: Prentice Hall, 2014.

138 Ahmad Suryadi


Kanata, Abida Rizqi, “Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa
MAN 1 Kota Malang terhadap Pembelajaran Daring
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Vol. 16
No. 15. (2021)
Kementerian Pendidikan Nasional, UU. No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014).
King Laura A, “Psikologi Umum” (Jakarta: Salemba
Humanika, 2014.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, 2016.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Muhammad, Haflizh, Ramadhan, “Analisis Kebutuhan
dalam Perencanaan Pembelajaran” Jurnal.
Nata, Abuddin Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,
Cet I; Jakarta: Kencana, 2009.
N. K., Roestiyah. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem.
Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
N, Sondang Sihombing dan Marheni, “Analisis Kebutuhan
dalam Pembelajaran IPA Kimia untuk Pengembangan
Bahan Ajar Kimia Smp Di Dki Jakarta, jurnal JRPK,
Vol. 2 No. 1, (2012).
Nur Latifah Dkk, “Analisis Kebutuhan Pembelajaran dalam
Jaringan (Daring) Berbasis Multimedia” Jurnal Basicedu,
vol. 5. No. 4. (2021).
Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2015.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 139


Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran
(Jakarta: Kencana, 2018.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Wawasan
Baru, Beberapa Metode Pendukung dan Beberapa Komponen
Layanan Khusus, Jakarta: Rineka Cipta, 2019.
Sumanto, Ahmad “Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar” Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Sudjana, Nana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2014.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi,
dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara,
2017.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran.
Jakarta; Kencana, 2014.

140 Ahmad Suryadi


TENTANG PENULIS
AHMAD SURYADI, S.PD., M.PD. lahir di Sungai
Guntung Kecamatan Kateman Kab. Indragiri Hilir, Riau.
pada tanggal 28 September 1998 . Penulis dibesarkan dalam
keluarga yang sangat sederhana dari seorang ayah yang
bernama Abd. Rahim serta ibu yang bernama Nursiah.
Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.
Tahun 2003-2004, penulis memulai pendidikan di TK
Islam Al-Munawwarah Kecamatan Kateman, Kabupaten
Indragiri Hilir, Riau. Di tahun yang sama penulis me-
lanjutkan pendidikan di SDN 013 Tagaraja, Indragiri Hilir
kemudian pindah ke SDN 249 Minangae, Kabupaten Wajo
hingga lulus pada tahun 2010. Selanjutnya penulis masuk di
SMP Negeri 2 Baras, Kabupaten Pasangkayu, Sulbar dan
selesai pada tahun 2013. Selanjutnya penulis melanjutkkan
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 141
studinya di SMA Negeri 1 Palu hingga tamat tahun 2016.
Kemudian pada tahun yang sama menempuh pendidikan ke
tingkat Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar, Program Strata Satu (S1) di Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar selesai pada tahun 2020.
Selanjutnya penulis kembali melanjutkan studi Strata Dua
(S2) mengambil Prodi Magister Pendidikan Agama Islam
pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar selesai pada
tahun 2022.
Selama menjalani rutinitas di Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar, penulis aktif di beberapa organisasi
yakni: Kabid Tabligh dan Kajian Keislaman PC IMM
Gowa periode 2020-2021, Anggota Bidang Pendidikan
Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (HMPI)
Korwil Sulawesi Selatan periode 2020-2022. Saat ini penulis
aktif bekerja sebagai guru di MTs Arifah Gowa sejak tahun
2021 hingga sekarang.
Selain aktif dalam mengikuti organisasi dikampus,
penulis juga pernah mengikuti berbagai kegiatan dan me-
nerima beberapa penghargaan yakni:
1. Juara III Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional
yang diadakan oleh Jejak Publisher (2021)
2. Guru Motivator Literasi Nasional yang diadakan oleh
Forum Indonesia Menulis (2021)

142 Ahmad Suryadi


3. Peserta Bimtek Instruktur Tindak Lanjut Hasil
AKMI (Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia)
Tingkat Provinsi oleh Kementerian Agama RI (2021)
4. Penulis Puisi Terbaik dalam Lomba Puisi Ke-
merdekaan oleh Jejak Publisher (2021)
5. Penulis Puisi Terbaik dalam Lomba Puisi dengan
Tema New Hope oleh Jejak Publisher (2022)
Penulis juga aktif menulis dan berhasil menerbitkan
beberapa buku diantaranya: Menelusuri Surga di Tanah
Flores, (2020) Pemikiran Pendidikan Islam Fazlur Rahman,
(2020) Teknologi dan Media Pembelajaran Jilid I dan II,
(2020) Evaluasi Pembelajaran Jilid I dan II, (2020),
Pengembangan Kurikulum Jilid I dan II, (2020), Mengenal
Indonesia: Menelusuri Setiap Provinsi, Kabupaten dan
Kota seluruh Indonesia jilid I hingga jilid V (2021), Buku
Antalogi Puisi Tema Kemerdekaan (2021), Antalogi Cerpen
Tema Remember (2021), Antalogi Puisi Tema New Hope
(2022), serta Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran
PAI di Madrasah: Teori dan Implementasinya (2022).
Selain buku penulis juga aktif menulis beberapa
artikel jurnal diantaranya: Modernisasi dan Demokratisasi
Pendidikan Islam Menurut Fazlur Rahman (Jurnal
Pendidikan Kreatif), Harun Nasution Islamic Education
Thinking: Postgraduate Presentation In Religious College
(Jurnal IJIS), Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Ber-
basis Sosial Keagamaan di Kelurahan Mattappawalie
Kabupaten Barru (Jurnal Losari), dan Application Of
Constructivism Theory To Improve Pai Cluster Learning
In Madrasah Alyah Arifah, Gowa Regency (Proceedings of
Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 143
the International Conference on Social and Islamic Studies
2021). Perspektif Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam
(Jurnal Al-Musannif, 2021).

144 Ahmad Suryadi


SINOPSIS
Masalah rendahnya mutu lulusan (output)
merupakan permasalahan sentral yang dihadapi oleh setiap
lembaga pendidikan. Permasalahan tersebut tidak lepas dari
pengaruh sistem yang ada pada lembaga pendidikan. Sistem
tersebut meliputi: (1) masukan mentah (raw input) yang
akan diproses menjadi lulusan (output), (2) pendidik, tenaga
kependidikan, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran,
sarana dan prasarana (Instrumental input) yang
memungkinkan dilaksanakan pemrosesan menjadi lulusan,
dan (3) budaya dan kondisi masyarakat, kependudukan,
politik dan keamanan (enviromental input). Mutu lulusan
yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan sangat ditentukan
oleh interaksi antara masukan mentah, masukan
instrumental dan masukan lingkungan. Ketiga komponen
ini saling memengaruhi dalam meningkatkan dan
menurunkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti meningkatkan fasilitas belajar, kualitas
guru dan menerapkan desain pembelajaran. Pada konteks
kelas, strategi pembelajaran memiliki peran penting dalam
menentukan keberhasilan belajar. Indikator suksesnya
belajar di kelas dapat diidentifikasi jika peserta didik belajar
dengan aktif, bebas, menyenangkan dan menggairahkan.

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 145


Pembelajaran merupakan aktivitas yang sistematik
dan sistemik, terdiri atas banyak komponen, masing-masing
dari komponen tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan
sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling
bergantung, komplementer, dan berkesinambungan. Desain
pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan
pada prinsip-prinsip pengajaran. Aktivitas pembelajaran
yang dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti
prinsip-prinsip pengelolaan serta kaidah-kaidah kengejaran
yang baik merupakan tuntutan yang semestinya terhadap
pelaksanaan pembelajaran.

146 Ahmad Suryadi


CV Jejak akan terus bertransformasi
untuk menjadi media penerbitan
dengan visi memajukan dunia literasi
di Indonesia. Kami menerima berbagai
naskah untuk diterbitkan.

Silakan kunjungi web


jejakpublisher.com untuk info lebih
lanjut

------------------------------------------------
----------------------------
------------

Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 147


BUTUH BANTUAN?
 Silakan email ke: publisherjejak@gmail.com
 Atau message IG Jejak Publisher:
@Publisherjejak
 Atau Whatsapp/SMS: =+6281774845134

Untuk paket-paket penerbitan dengan fasilitas cover


buku dikerjakan oleh penulis, silahkan buat cover dalam
format JPG/CDR/PSD. Kirimkan bersamaan dengan
naskah ini ke e-mail publisherjejak@gmail.com
Download template cover di web: JejakPublisher.com.
Buatlah cover dari template yang disediakan.

Sisakan bagian bawah di back cover untuk


pencantuman barcode ISBN dan keterangan penerbit.
Selain itu usahakan agar setiap tulisan di dalam cover
tidak terlalu mepet dengan batas tepi untuk
menghindari kesalahan saat proses pemotongan dan
finishing cover.

Jika tak ingin repot dalam membuat cover silakan ambil


paket BRONZE/SILVER/GOLD/GOLD EXPRESS, karena
kami sudah menyediakan layanan pembuatan cover
pada paket tersebut.

148 Ahmad Suryadi


Desain Pembelajaran: Sebuah Pengantar 149

Anda mungkin juga menyukai