Penulis
Achmad Lutfi
Rusly Hidayah
Penyunting
Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.
Penerbit
Unesa University Press
i
Manajemen Sekolah
Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : unipress@unesa.ac.id
ISBN : 978-602-449-217-5
ii
Prakata
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
Daftar Isi
Prakata................................................................................. iii
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ............................. v
Daftar Isi.............................................................................. xi
Daftar Tabel........................................................................... xv
Daftar Gambar....................................................................... xvii
Daftar Lampiran.................................................................... xix
Bab I. Manajemen......................................................... 1
A. Pendahuluan.............................................. 1
1. Deskripsi singkat cakupan materi............... 1
2. Tujuan Pembelajaran................................ 1
B. Materi......................................................... 1
1. Pengertian Manajemen.............................. 1
2. Proses Manajemen.................................... 2
3. Manajemen Pendidikan............................. 3
4. Tujuan Belajar Manajemen Pendidikan....... 5
5. Fungsi Manajemen Pendidikan.................. 6
6. Manajemen Sekolah.................................. 7
7. Model Kepemimpinan................................ 10
8. Latihan..................................................... 15
9. Rangkuman.............................................. 15
C. Daftar Bacaan............................................ 16
xi
Bab III. Analisis SWOT................................................... 41
A. Pendahuluan............................................. 41
1. Deskripsi singkat cakupan materi............... 41
2. Tujuan Pembelajaran................................ 41
B. Materi........................................................ 41
1. Pengertian SWOT...................................... 41
2. Manfaat SWOT.......................................... 42
3. Cara Analisis SWOT .................................. 43
4. Alternatif Langkah Pemecahan 45
Persoalan .................................................
5. Latihan ................................................... 49
6. Rangkuman ............................................. 49
C. Daftar Bacaan ........................................... 49
xii
3. Pihak-Pihak Pencitraan Publik................. 65
4. Perlunya Pencitraan Publik ...................... 65
5. Merancang Pencitraan Publik .................... 65
6. Mengevaluasi Pencitraan Publik ............... 66
7. Latihan ................................................... 66
8. Rangkuman ............................................. 66
C. Daftar Bacaan .......................................... 66
xiii
6. Persyaratan Akreditasi Sekolah .......... 93
7. Standar Penilaian Nasional Pendidikan dalam 93
Akreditasi Sekolah ..............................
8. Nilai Akreditasi ................................. 96
9. Prosedur Pelaksanaan Akreditasi ........ 97
10. Latihan .......................................... 100
11. Rangkuman .................................... 101
C. Daftar Bacaan .................................... 102
xiv
Daftar Tabel
Tabel Halaman
xv
xvi
Daftar Gambar
Gambar Halaman
xvii
xviii
Daftar Lampiran
Lampiran Halaman
1 Contoh RKS dan RKAS ............................... 120
xix
Bab I.
Manajemen
A. Pendahuluan
2. Tujuan Pembelajaran.
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian manajemen dan proses
manajemen.
b. Mahasiswa dapat menguraikan kekhasan manajemen sekolah.
B. Materi
1. Pengertian Manajemen
Manajemen selalu berhubungan dengan sebuah organisasi, yaitu
sekumpulan orang yang bekerjasama disetiap bidangnya untuk mencapai
satu tujuan. Definisi Manajemen menurut para ahli.
1) Menurut T. Hani Handoko (1997) mendefinisikan: Manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah di tetapkan.
2) Menurut George R. Terry (1986) mendefinisikan: Manajemen adalah
merupakan proses yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan,
pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan, yang di lakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah di tetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber
yang lain.
3) Menurut M. Manullang (2002) mendefinisikan: Manajemen adalah
seni ilmu pengetahuan, pengorganisasian, penyusunan, pengolahan,
dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan.
4) Menurut Nanang Fattah (2000) mendefiniskan: Manajemen adalah
sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan
1
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
5) Menurut Ngalin Purwanto (1993) mendefinisikan: Manajemen
merupakan proses kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu dan
pelaksanaannya perlu adanya pengawasan dan pengarahan yang baik.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah
proses yang berupa tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
menggerakan dan pengawasan serta pemanfaatan sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Proses Manajemen
Proses manajemen berkaitan dengan fungsi dasar manajemen.
yaitu: perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian. Semua manajer yang bekerja pada
berbagai macam organisasi bertanggung jawab atas keempat fungsi
tersebut. Berikut penjelasan dari proses manajemen, yaitu sebagai berikut.
b. Planning atau Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan yang akan
dicapai serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya.
Melalui perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil kerja yang
diinginkan serta mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya.
Kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya mesti
membuat strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat
mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu kerja organisasi.
Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan
dalam melakukan sesuatu.
Dalam merencanakan, ada tindakan yang mesti dilakukan
menetapkan seperti apa tujuan dan target yang dicapai, merumuskan
taktik dan strategi agar tujuan dan target dapat tercapai, menetapkan
sumber daya atau peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan
indikator atau standar keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.
c. Organizing atau Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses pemberian tugas, pengalokasian
sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap
individu dan kelompok untuk menerapkan rencana. Dengan
pengorganisasian, manajer mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata
melalui penentuan tugas, penunjukan personel, dan melengkapi mereka
dengan teknologi dan sumber daya yang lain.
d. Actuating atau Pengarahan/Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada
karyawan supaya bekerja giat serta membimbing mereka melaksanakan
rencana dalam mencapai tujuan. Dengan kepemimpinan, manajer
menciptakan komitmen, mendorong usaha-usaha yang mendukung
tercapainya tujuan serta mempengaruhi para karyawan supaya melakukan
yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Proses implementasi program
supaya bisa dijalankan kepada setiap pihak yang berada dalam organisasi
2
serta dapat termotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan produktivitas yang sangat
tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan implementasi yaitu
menginplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya mau tetap bekerja
dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan tugas dan
penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan
yang telah ditetapkan.
3. Manajemen Pendidikan
Pengertian Manajemen
Menurut asal katanya, Management berasal dari kata latin yaitu
“manus” yang artinya “to control by hand” atau “gain result”. Kata
manajemen mungkin juga berasal dari bahasa Italia maneggiare yang
berarti “mengendalikan,” Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa
Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari
Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah
Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan,
pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan pengontrolan untuk
optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”. Manajemen adalah
Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama
melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
Menurut Mary Parker Follet, manajemen adalah sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi
Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal
Menurut Drs. Oey Liang Lee manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan
3
daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Prof. Eiji Ogawa manajemen adalah perencanaan,
pengimplemen-tasian dan pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk
sistem pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan
terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat
disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Dari beberapa definisi menurut asal kata dan definisi dari pendapat
ahli, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan
manajemen. Manajemen adalah Proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa
man, money, materials, method, machines, market, minute dan
information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Pengertian Pendidikan. Dalam UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 1
dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan prtensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Menurut M.J. Langeveld, Pendidikan adalah merupakan upaya
manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada
kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan
tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab
secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila
dan tanggung jawab.
Tujuan Pendidikan menurut Prof dr Langeveld, Pendewasaan diri,
dengan ciri-cirinya yaitu: kematangan berpikir, kematangan emosional,
memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta
kemampuan pengevaluasian diri. Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu
dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu
berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain.
Pengertian pendidikan menurut Driyarkara, Pendidikan
didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
Pengertian pendidikan menurut Stella van Petten Henderson,
Pendidikan merupakan kombinasai dari pertumbuhan dan perkembangan
insani dengan warisan sosial. Pendidikan adalah pembentukan hati
nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri
secara etis, sesuai denga hati nurani.
Pengertian pendidikan menurut John Dewey, Education is all one
with growing; it has no end beyond itself. Pendidikan adalah segala
4
sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya
tujuan akhir di balik dirinya.
Pengertian pendidikan menurut H.H Horne, dalam pengertian luas,
pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial
melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan
mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah
proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana
seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin
(khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan kepribadiannya.
Pengertian pendidikan menurut Thedore Brameld, istilah
pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan
kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang
baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi
pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang
berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas
sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di
dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa
tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas
dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk
mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara
cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu
sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan.
Tujuan Pendidikan dalam (UU Sisdiknas Pasal 3) menyatakan
bahwa Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Dilihat dari pengertian manajemen dan pengertian pendidikan di
atas, maka kita dapat mendefinisikan Manajemen Pendidikan sebagai
suatu Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money,
materials, method, machines, market, minute dan information untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam bidang pendidikan.
5
misalnya sumber daya yang berupa pembiayaan, waktu dan lain
sebagainya.
Efektif dalam pencapaian tujuan.
Dengan mempelajari manajemen pendidikan secara ber-
kesinambungan dan secara sungguh-sungguh, diharapkan seseorang
dapat mengefektifkanproses dan sumber daya yang dikelola untuk
mencapai tujuan dengan optimal.
Bermuara pada tujuan pendidikan.
Tujuan manajemen pendidikan tidak akan lepas dari tujuan
pendidikan nasional, yaitu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.
Manajemen pendidikan juga mendukung dan memfasilitasi
kegiatan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan pendidikan yang didukung dengan manajemen pendidikan yang
baik, akan mendapatkan hasil yang baik sehingga tujuan pendidikan yang
ditargetkan dapat tercapai.
6
diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk
mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
a. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik
untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan juga dapat didefinisikan
sebagai prosespenyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta
penyusunan “peta kerja” yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan
dan sasaran tersebut.
b. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi
suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah
proses penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya.
c. Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pelaksanaan adalah
proses penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan
pencapaian tujuan sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas
hasil kerja.
d. Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan
sesuai dengan target yang pendidikan yang dihadapi. Pengendalian
dapat didefinisikan sebagai proses pemberian balikan dan tindak lanjut
pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.
6. Manajemen Sekolah
a. Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam perkembangannya istilah manajemen disamakan secara
substansial dengan istilah administrasi. Perbedaan keduanya terletak
pada ruang lingkupnya saja. Administrasi lebih luas ruang lingkupnya
dibanding dengan manajemen. Keduanya menekankan pada tercapainya
efisiensi dan efektivitas kerja untuk keuntungan yang lebih besar.
Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen sekolah
sekolah dapat dipandang secara essensial dari tiga sudut pandang yakni
sebagai ilmu, sebagai seni, dan sebagai suatu proses kegiatan.
Pengertian manajemen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi
ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Administrasi sekolah -
manajemen sekolah. Penggunaan istilah dengan menggunakan istilah
administrasi sekolah yang diartikan sebagai “keseluruhan proses
kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil
7
yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien”. Antara administrasi sekolah dan
manajemen administrasi dan manajemen dalam bidang persekolahan
secara substansial sebenarnya tidak jauh berbeda. Keduanya dapat
dipandang secara esensial dari tiga sudut pandang yakni sebagai ilmu,
sebagai seni dan sebagai suatu proses kegiatan.
Administrasi maupun manajemen dipandang sebagai suatu
proses kegiatan, di dalamnya terdiri dari kegiatan yang bersifat
manajerial dan kegiatan yang bersifat operatif. Kegiatan manajerial
adalah kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki status dan kewenangan sebagai manajer.
Baik administrasi maupun manajemen sebagai suatu ilmu,
keduanya telah memenuhi persyaratan sebagai suatu ilmu yakni :
pertama, keduanya memiliki obyek yang dipelajari yakni kerjasama
sekelompok orang. Kedua, keduanya memiliki metode dalam
mempelajarinya. Ketiga, keduanya memiliki sistematika baik dalam
mempelajarinya maupun dalam aplikasinya. Manakala dipandang
sebagai suatu seni, maka para pengelola sekolah dapat memerankan
peranannya sebagai pemimpin yang mampu mempengaruhi dan
mengajak orang lain untuk bekerja sama. Manakala dipandang sebagai
suatu proses kegiatan, maaka setiap orang yang terlibat dalam proses
kerja sama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan fungsi dan perannya secara professional dan proporsional.
8
Gambar 1.1 Contoh Struktur Organisasi Sekolah
9
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Fungsi
menajemen ini dikenal sebagai “the subsequent function” atau fungsi
subsekuen. Fungsi pengorganisasian ini terutama memang terkait dengan
komponen manusianya (man). Akan tetapi, terkait dengan komponen
keungan dan sumber daya yang lainnya.
Fungsi ketiga adalah pengarahan atau directing. Bekerja di bawah
fungsi ini membantu manajemen untuk mengotrol dan melakukan
supervise terhadap kegiatan semua staf dan/atau pemangku kepentingan,
termasuk melakukan bantuan dan bimbingan teknis kepada semua staf.
Pemberian motivasi, komunikasi, kepemimpinan, dan dukungan terhadap
semua staf atas semua pemangku kepentingan merupakan bagaian yang
penting dalam proses pelaksanaan fungsi pengarahan dalam majanemen.
Staf dan semua pemangku kepentingan akan menunjukkan dan
menghasilkan kinerja yang diharapkan, jika memiliki semangat
kebersamaan dan komitmen yang tinggi terhadap tugas dan fungsi
organisasi.
Fungsi manajemen terakhir adalah control (control). Hal termasuk
dalam fungsi kontrol ini adalah penetapan standart kinerja organisasi,
yaitu standar pencapaian yang ditetapkan berdasarkan tujuan organisasi.
Untuk ini, diperlukan beberapa kegiatan dalam rangka control, yaitu (1)
fasilitasi atau pendampingan, bukan hanya dalam bentuk pengarahan
(directing) terutama jika terdapat proses yang tidak atau kurang sesuai
dengan prosedur operasial standar (standard operasional procedure),
tetapi sekaligus untuk penilaian; dan (2) supervise yang ditekankan pada
proses bimbingan teknis terhadap semua komponen yang terkait.
7. Model Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat dijelaskan atau diuraikan dalam berbagai
macam, hal ini tergantung dari sudut mana kita melihat atau menangkap
makna-makna dari kepemimpinan itu sendiri. Wasty Soemanto (1982)
menjelaskan “pemimpin adalah orang yang membuat rencana, berpikir
dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan
arahan kepada orang lain.” Sementara Abu Ahmadi (1990) menyebutkan
bahwa “kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarah
dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari kelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.“ Berdasarkan definisi tersebut, ada
tiga implikasi penting mengenai kepemimpinan:
1) Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam arti ada bawahan atau
pengikut.
2) Kepemimpinan itu menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang diantara pada pemimpin dan anggota kelompok.
3) Pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh dalam arti
mempengaruhi bagaiman bawahan melaksanakan perintahnya.
Gambar 1.2 merupakan contoh bagan manajemen dan
kepemimpinan kepala sekolah.
10
Gambar 1.2 Ruang Lingkup Manajeman
b. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin
melaksanakan dan mengembangkan kegiatan memimpin dalam
lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka tipe/gaya kepemimpinan dapat
diklarifikasikan kedalam tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu otokratik,
laissez faire dan demokratik. Ketiga tipe tersebut sebagaimana telah
dikemukakan oleh para ahli seperti Hadari Nawawi (1981) menyebutkan
“ada tiga tipe kepemimpinan yaitu otokratif, laissez faire dan demikratik.”
Sementara itu Susilo Martoyo (1989) menyebutkan ada 6 tipe
kepemimpinan, yaitu Tipe pribadi, didasarkan pada kontak pribadi secara
langsung dengan bawahannya. Seperti berikut:
1) Tipe non pribadi, kurang adadnya kontak pribadi dengan bawahannya,
karena diantara mereka ada sarana atau media tertentu seperti
rencana-rencana, intruksi-intruksi, sumpah-sumpah, sehingga
hubungan tersebut bersifat tidak langsung.
2) Tipe otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat
bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasi. .
3) Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok
dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-
pendapat kelompok
4) Tipe paternalistis, cenderung terlalu “kebapakan“sehingga sangat
memikirkan keinginan dan kesejahteraan anak buahnya, terlalu
melindungi dan membimbing.
5) Tipe indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan
yang bersifat informal, seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola,
sekolah dan sebagainya, dimana interaksi antara orang seorang dalam
organisasi tersebut ditentukan oleh sifat dan pembawaan pemimpin.
11
c. Ciri-ciri Kepemimpinan
Keberhasilan suatu organisasi lebih banyak ditentukan oleh prilaku
dari seseorang pemimpin, sehingga kita harus tau kemampuan apa yang
sebenarnya harus dimiliki oleh seseorang pemimpin. Hadari Nawawi
(1981) menyebutkan ada beberapa persyaratan umum yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin yaitu:
1) Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik.
2) Percaya pada diri sendiri
3) Cakap bergaul dan ramah tamah.
4) Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki hasrat, kemauan untuk maju
dan berkembang menjadi lebih baik.
5) Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
6) Memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya.
7) Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara
konsekwen dan bijaksana.
8) Memiliki keseimbangan / kestabilan emosional dan bersifat sabar.
9) Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.
10) Berani mengambil keputusan dan tanggung jawab.
11) Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya.
12) Bijaksana dan berlaku adil.
13) Disiplin.
14) Berpengetahuan dan berpandangan luas.
15) Sehat jasmani dan rohani.
Persyaratan-persyaratan untuk kepemimpinan adalah sama, baik
pimpinan organisasi maupun swasta, baik yang dibentuk maupun yang
lahir secara keturunan termasuk juga persyaratan pemimpin dalam
pendidikan, seperti kepala sekolah. Kalau kita memperhatikan
persyaratan-persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin, rasanya cukup
sulit untuk mendapatkan seorang pemimpin yang mempunyai kriteria
tersebut. Namun demikian kita harus berusaha kearah itu agar pemimpin
masa depan dapat memimpin dengan sebaik-baiknya.
12
3) Membentuk / membangun suatu unit organisasi yang produktif.
4) Menciptakan iklim, dimana kepemimpinan pendidikan dapat tumbuh
dan berkembang.
5) Memberikan sumber-sumber yang memadai untuk pengajaran yang
efektif.
Disamping itu seorang pemimpin harus mengetahui secara
menyeluruh tentang organisasi yang dipimpinnya. Sebagai contoh
disekolah kepala sekolah harus mampu menumbuhkan efektifitas
kepemimpinan yang efektif dan efisien mengetahui tentang kondisi dan
situasi sekolah yang di pimpinnya, demikian juga kepala sekolah harus
mengerjakan semua tugas yang ada disekolah serta mampu
mengembangkan diri sehingga timbul semangat kerja yang diharapkan.
Seorang pemimpin pendidikan harus memahami langkah-langkah
kepemimpinan yang dirumuskan oleh departemen pendidikan seperti
berikut.
a) Tahu tugas pokoknya sendiri
b) Tahu jumlah pembantunya
c) Tahu nama-nama pembantunya.
d) Tahu tugas masing-masing pembantunya
e) Memperhatikan kehadiran tugas pembantunya.
f) Memperhatikan peralatan pembantunya
g) Menilai pembantunya.
h) Mengambil tindakan-tindakan
i) Memperhatikan karir pembantunya
j) Memperhatikan kesejahteraan pembantunya
k) Menciptakan suasana kekeluargaan
l) Memberikan laporan-laporan kepada atasannya.
Tugas-tugas tersebut diatas merupakan kewajiban yang sangat
penting untuk menumbuhkan keefektifan kepemimpinan Pendidikan yang
efektif dan efisien.
13
Visioner Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman
yang menuntut dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam
menciptaka sumber daya menusia yang handal.
Untuk menjadi pemimpin yang Visioner, maka seseorang harus:
1. Memahami konsep visi
2. Memahami karakteristik dan unsure visi
Karakter visi antara lain:
a. Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasi
b. Mencerminka cita-cita yang tinggi dan menetapka standart of
excellence
c. Menembuhkan inspirasi, semanngat, kegairahan, dan komitmen
d. Menciptakan makna bagi anggota oeganisasi
e. Merefleksikan keunikan, atau keistimewaan organisasi, dst
f. Memahami tujuan visi
Tujuan visi antara lain sebagai berikut.
a. Memperjelas arah umum perubahan kebijakan organisasi.
b. Memotivasi karyawa kea rah yang baik.
c. Membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan tertentu orang-
orang yang berbeda.
Langkah - langkah menjadi Visionary Leadership
a. Penciptaan Visi, dari hasil kreatifitas pikir pemimpin berupa ide ide
ideal tentang cita-cita di masa depan.
b. Perumusan Visi
1) Pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim kepemimpinan
2) Merumuskan strategi secara konsensus
3) Membulatkan sikap dan tekad sebagai total commitment untuk
mewujudkan visi ini menjadi suatu kenyataan.
c. Transformasi Visi, Kemampuan membangun kepercayaan
d. Impelemntasi Visi, Kemampuan pemimpin dalam menjabarkan dan
menterjemahkan visi ke dalam tindakan.
2. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata :
a. Kepemimpinan (leadership) :
Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang untuk mengkoordinasi-kan,
mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan.
b. Transformasional (transformational):
Mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
14
sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim
(2003 : 54)
Model kepemimpinan transformasial perlu diterapkan dalam dunia
pendidikan, karena merupakan salah satu solusi krisis kepemimpinan
terutama dalam bidang pendidikan. Olga Epitropika (2001:1)
mengemukakan 6 hal mengapa kepemimpinan transfor-masial penting
bagi suatu organisasi.
a. Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi.
b. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka
panjang dan kepuasan pelanggan.
c. Membangkitkan komitmen para anggota terhadap organisasi.
d. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku
keseharian organisasi.
e. Meningkatkan kepuasan [ekerja melalui pekerjaan dan pemimpin.
f. Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Implementasi model kepemimpinan transformasional falam
organisasi / intstansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut.
a. Mengaci pada nilai – nilai agama yang ada dalam organisasi / instansi
atau bahkan suatu negara.
b. Disesuaikan dengan nilai – nilai yang terkandung dalam sistem
organisasi atau instansi tersebut.
c. Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus
memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem
suatu negara.
8. Latihan
a. Menurut anda apakah pengertian manajemen?
b. Tulis dan jelaskan setiap proses yang terdapat dalam manajemen?
c. Tulis fungsi manajemen sekolah!
d. Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan?
e. Sebutkan model-model kepemimpinan! jelaskan!
9. Rangkuman
Pengertian manajemen adalah proses yang berupa tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan
serta pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Proses
manajemen, terdiri dari: planning atau perencanaan, organizing atau
pengorganisasian, actuating atau pengarahan/kepemimpinan, controling
atau pengawasan/pengendalian.
Pengertian manajemen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi
ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Tujuan akhir dari
manajemen sekolah adalah membantu memperlancar tercapainya tujuan
sekolah secara efektif dan efisien. Pengertian Kepemimpinan yaitu suatu
proses pengarah, membuat rencana, berpikir dan tanggung jawab serta
15
memberi pengaruh kepada orang lain untuk mencapai tujuan. Tipe-Tipe
Kepemimpinan (tipe non pribadi, tipe otoriter kepemimpinan, tipe
demokratis, tipe paternalistis, tipe indigenous).
Ciri-ciri Kepemimpinan (memiliki kecerdasan atau intelegensi yang
cukup baik, percaya pada diri sendiri, cakap bergaul dan ramah tamah,
kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki hasrat, kemauan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik, organisatoris yang berpengaruh dan
berwibawa, memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya, suka
menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekwen
dan bijaksana, memiliki keseimbangan/ kestabilan emosional dan bersifat
sabar, memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi, berani
mengambil keputusan dan tanggung jawab, jujur, rendah hati, sederhana,
dan dapat dipercaya, bijaksana dan berlaku adil, disiplin, berpengetahuan
dan berpandangan luas, serta sehat jasmani dan rohani.
Tugas Kepemimpinan Pendidikan (membantu masyarakat sekolah
serta merumuskan tujuan-tujuan Pendidikan, memperlancar proses
belajar dengan mengembangkan pegajaran yang lebih efektif,
membentuk / membangun suatu unit organisasi yang produktif,
menciptakan iklim, dimana kepemimpinan pendidikan dapat tumbuh
dan berkembang, serta memberikan sumber-sumber yang memadai
untuk pengajaran yang efektif.
Model–model kepemimpinan pendidikan yaitu kepemimpinan
visioner (kepemimpinan ini yang difokuskan pada rekayasa masa depan
yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agen of change) yang
unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi
pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing anggota lainnya) dan
kepemimpinan transformasional (kepemimpinan transformasional diukur
dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para
pengikutnya).
C. Daftar Bacaan
Abu, Ahmadi. H. 1990. Administrasi Pendidikan. Semarang : CV. Toha
Putra.
16
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
17
Bab II
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS)
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS),
merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Pada
pembahasan mengenai MPMBS terdapat beberapa hal yang perlu
dipahami, yakni terkait latar belakang diberlakukannya MPMBS,
pengertian MPMBS, tujuan MPMBS, konsep dasar MPMBS, karakteristik
MPMBS dan pelaksanaan MPMBS.
2. Tujuan Pembelajaran.
Mahasiswa mampu memahami manajemen sekolah .
B. Materi
1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti.
Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih
memprihatinkan.
Berdasarkan masalah ini maka berbagai pihak mempertanyakan
apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Dari berbagai
pengamatan dan analisis, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Faktor pertama, selama ini penyelenggaraan pendidikan terlalu
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada
proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output
pendidikan. Kedua, penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara
birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai
18
penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi
dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi birokrasi
diatasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi,
kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya
termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasional. Ketiga: peran serta warga sekolah khususnya guru
dan peran serta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi guru
dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, partisipasi masyarakat
selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana. Sekolah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksananaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua siswa, sebagai salah
satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu
dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen
peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah.
2. Pengertian
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS),
merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
3. Tujuan MPMBS
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
e. Memberdayakan potensi sekolah untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas.
19
OTONOMI DAERAH
OTONOMI PENDIDIKAN
20
g. Sekolah dapat melaksanakan persaingan yang sehat dengan sekolah-
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-
upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat
dan pemerintah daerah setempat.
h. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkugan yang berubah dengan cepat.
21
pertanggungjawaban sekolah kepada warga sekolahnya, masyarakat dan
pemerintah melalui pelaporan dan pertemuan yang dilakukan secara
terbuka. Sedang demokrasi pendidikan adalah kebebasan yang
terlembagakan melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai
perbedaan, hak asasi manusia serta kewajibannya dalam rangka untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pengertian diatas, maka
sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) lebih besar dalam
mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu,
menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana
peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan
mutu), memiliki fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah, dan
memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok-kelompok yang
berkepentingan dengan sekolah.
Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah;
bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan
sebagainya); bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah; memiliki
kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumberdayanya;
memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang
tinggi pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.
Selanjutnya, bagi sumberdaya manusia sekolah yang berdaya, pada
umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan adalah miliknya, dia
bertanggungjawab, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya
dimana, dia memiliki kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya
merupakan bagian hidupnya. Contoh tentang hal-hal yang dapat
memandirikan/memberdayakan warga sekolah adalah: pemberian
kewenangan, pemberian tanggungjawab, pekerjaan yang bermakna,
pemecahan masalah sekolah secara “teamwork”, variasi tugas, hasil kerja
yang terukur, kemampuan untuk mengukur kinerjanya sendiri,
tantangan, kepercayaan, didengar, ada pujian, menghargai ide-ide,
mengetahui bahwa dia adalah bagian penting dari sekolah, kontrol yang
luwes, dukungan, komunikasi yang efektif, umpan balik bagus,
sumberdaya yang dibutuhkan ada, dan warga sekolah diberlakukan
sebagai manusia ciptaan-Nya yang memiliki martabat tertinggi.
22
Gambar 2.2 Perubahan dalam Pengelolaan Pendidikan
6. Karakteristik MPMBS
MPMBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah
yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses
dalam menerapkan MPMBS, maka sejumlah karakteristik MPMBS berikut
perlu dimiliki. Berbicara karakteristik MPMBS tidak dapat dipisahkan
dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS merupakan
wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena
itu, karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen
sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
f. Output yang Diharapkan
Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic
achievement) dan output berupa prestasi non-akademik (non-academic
achievement). Output prestasi akademik misalnya, NEM, lomba karya
ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), caracara
berpikir (kritis, kreatif/ divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan
ilmiah). Output nonakademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga
diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan,
kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
23
7. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik proses sebagai berikut.
1) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi
2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
6) Sekolah Memiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
7) Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi)
10) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan fisik)
11) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
12) Memiliki Komunikasi yang Baik
13) Sekolah Memiliki Akuntabilitas
14) Sekolah memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
8. Input Pendidikan
1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
2) Sumber daya Tersedia dan Siap
3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
5) Input Manajemen Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki input
manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah.
24
porsi kewenangan Dinas Kota/Kabupaten, dan sebagian porsi lainnya
yang dilimpahkan ke sekolah.
Adapun fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat digarap oleh
sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar mengajar,
(2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan
kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan
perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8)
hubungan sekolah-masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.
Secara visual, fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah
dapat dilihat pada gambar berikut :
Perencanaan
dan Evaluasi Proses Prestasi
Kurikulum Belajar
Ketenagaan Siswa
Mengajar
Fasilitas
Keuangan
Kesiswaan
Hubungan
Sekolah-
Masyarakat
Iklim Sekolah
10. Pelaksanaan
a. Rasional dan Tujuan
Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS),
sebagaimana telah diuraikan di atas, esensinya adalah peingkatan
otonomi sekolah, peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan, dan peningkatan fleksibilitas
pengelolaan sumberdaya sekolah.
Konsep ini membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MPMBS
sudah sepantasnya menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan
adanya keberbagaian cara melaksanakan MPMBS) dan bukan lagi
menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara melaksanakan MPMBS yang
cenderung seragam/konformitas untuk semua sekolah). Oleh karena itu,
dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu resep pelaksanaan MPMBS
yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu hal yang
perlu diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen peningkatan
mutu berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya (one-
shot and quick-fix), akan tetapi merupakan proses yang berlangsung
25
secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan.
Paling tidak, proses menuju MPMBS memerlukan perubahan empat hal
pokok berikut:
Pertama, perlu perubahan peraturan perundang-undangan/
ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang ada saat ini. Peraturan
perundang-undangan yang ada sekarang perlu disesuaikan, dari yang
semula menempatkan sekolah sebagai subordinasi birokrasi semata dan
kedudukan sekolah bersifat marginal, menjadi sekolah yang bersifat
otonom dan mendudukkannya sebagai unit utama.
Kedua, kebiasaan (routines) berperilaku unsur-unsur sekolah perlu
disesuaikan, karena MPMBS menuntut kebiasaan-kebiasaan berperilaku
yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif,
sinkronistis, kooperatif, luwes, dan professional.
Ketiga, peran sekolah yang selama ini biasa diatur (mengikuti apa
yang diputuskan oleh birokrasi) perlu disesuaikan menjadi sekolah yang
bermotivasi-diri tinggi (self-motivator). Perubahan peran ini merupakan
konsekwensi dari perubahan peraturan perundang-undangan bidang
pendidikan, baik undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
menteri, peraturan daerah, dsb.
Keempat, hubungan antar unsur-unsur dalam sekolah, antara
sekolah dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan
Propinsi perlu disesuaikan. Karena itu struktur organisasi pendidikan
yang ada saat ini perlu ditata kembali dan kemudian dianalisis hubungan
antar unsur/pihak untuk menentukan sifat hubungan (komando,
koordinatif, dan fasilitatif).
Dilandasi oleh konsep MPMBS dan berbagai pemikiran mengenai
pelaksanaannya tersebut, maka berikut ini akan disampaikan beberapa
tahapan dalam pelaksanaan MPMBS yang sifatnya masih “umum” dan
“luwes”. Sekolah dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian pentahapan
berikut sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
Tahap-tahap pelaksanaan MPMBS berikut ditulis dengan tujuan
sebagai berikut.
1) Membantu unsur-unsur penyelenggara pendidikan, terutama sekolah,
agar penyelenggaraan MPMBS dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
2) Membantu sekolah-sekolah yang menerapkan MPMBS dalam
menyusun rencana dan program-programnya untuk mendapatkan
dukungan biaya dari pihak-pihak yang kompeten.
3) Melakukan uji coba tentang pelaksanaan konsep MPMBS, sehingga
diharapkan diperoleh masukan-masukan yang konstruktif bagi
penyempurnaan konsep dan pelaksanaan MPMBS di masa yang akan
datang.
26
b. Tahap-tahap Pelaksanaan
1) Melakukan Sosialisasi
Sekolah merupakan sistem yang terdiri dari unsur-unsur dan
karenanya hasil kegiatan pendidikan di sekolah merupakan hasil kolektif
dari semua unsur sekolah. Dengan cara berpikir semacam ini, maka
semua unsur sekolah harus memahami konsep MPMBS “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana” MPMBS diselenggarakan. Oleh karena itu,
langkah pertama yang harus dilakukan oleh sekolah adalah
mensosialiasikan konsep MPMBS kepada setiap unsur sekolah (guru,
siswa, wakil kepala sekolah, guru BK, karyawan, orangtua siswa,
pengawas, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pejabat Dinas
Pendidikan Propinsi, dsb.) melalui berbagai mekanisme, misalnya
seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja, simposium, forum ilmiah, dan
media masa.
Dalam melakukan sosialisasi MPMBS, yang penting dilakukan oleh
kepala sekolah adalah “membaca” dan “membentuk” budaya MPMBS di
sekolah masing-masing. Secara umum, garis-garis besar kegiatan
sosialisasi/ pembudayaan MPMBS dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a) baca dan pahamilah sistem, budaya, dan sumberdaya yang ada di
sekolah secara cermat dan refleksikan kecocokannya dengan sistem,
budaya, dan sumberdaya baru yang diharapkan dapat mendukung
penyelenggaraan MPMBS.
b) identifikasikan sistem, budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat
dan yang perlu diubah, dan kenalkan sistem, budaya, dan sumberdaya
baru yang diperlukan untuk menyelenggarakan MPMBS;
c) buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang
bertanggungjawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan
sumberdaya yang cukup mendasar;
d) bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi,
misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan
MPMBS;
e) hadapilah “status quo” (resistensi) terhadap perubahan, jangan
menghindar dan jangan menarik darinya serta jelaskan mengapa
diperlukan perubahan dari manajemen berbasis pusat menjadi
MPMBS;
f) garis bawahi prioritas sistem, budaya, dan sumberdaya yang belum ada
sekarang, akan tetapi sangat diperlukan untuk mendukung visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan
MPMBS dan doronglah sistem, budaya, dan sumberdaya manusia yang
mendukung penerapan MPMBS serta hargailah mereka (unsur-unsur)
yang telah memberi contoh dalam penerapan MPMBS; dan
g) pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program MPMBS.
27
2) Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang
hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.
Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara output sekolah saat ini
dan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan
sekolah). Besar kecilnya ketidaksesuaian antara output sekolah saat ini
(kenyataan) dengan output sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa
yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan. Contoh
tantangan kualitas: misalnya, jika dalam tiga tahun ke dapan dicanangkan
tujuanuntuk mencapai GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai
+0,4 berarti tantangan nyata yang dihadapi sekolah adalah (+2)-(+0,4) =
(+0,4). Misalnya lagi, juara lomba karya ilmiah remaja sekolah saat ini
berperingkat nomor 4 se kabupaten dan yang diharapkan akan meningkat
menjadi peringkat nomor 1, maka besarnya tantangan adalah 1-4 (-3),
kurang 3. Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UN, yang
lulus 270 siswa, sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10 persen
yaitu berasal dari 30 siswa dibagi 300 siswa.
Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena
tersedia datanya. Akan tetapi bagaimanakah caranya mengidentifikasi
output sekolah yang diharapkan, sehingga output yang diharapkan
tersebut cukup realistis? Caranya, perlu dilakukan analisis prakiraan
(forecasting) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk menemukan
kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa depan. Pada
umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat
dikategorikan menjadi empat, yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas,
dan efisiensi.
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,
kualitas yang dimaksud adalah kualitas output sekolah yang bersifat
akademik (misal: NEM dan LKIR) dan non-akademik (misal: olah raga
dan kesenian). Mutu output sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan
input dan proses persekolahan.
Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah
dibanding input sekolah. Baik output maupun input sekolah adalah dalam
bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah, misalnya jumlah guru, modal
sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah, misalnya jumlah
siswa yang lulus sekolah setiap tahunnya. Contoh produktivitas, misalnya,
jika tahun ini sebuah sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari pada
tahun lalu dengan input yang sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka
dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih produktif dari
pada tahun sebelumnya.
Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauhmana tujuan
(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk
persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang
28
diharapkan. Misalnya, NEM idealnya berjumlah 60, namun NEM yang
diperoleh siswa hanya 45, maka efektivitasnya adalah 45:60 = 75%.
Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi
internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada
hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input
(sumberdaya) yang digunakan untuk memproses/ menghasilkan output
sekolah. Efisiensi internal sekolah biasanya diukur dengan biaya-
efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektivitas selalu memerlukan dua hal,
yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan
penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus
sekolah). Misalnya, jika dengan biaya yang sama, tetapi NEM tahun ini
lebih baik dari pada NEM tahun lalu, maka dapat dikatakan bahwa
tahun ini sekolah yang bersangkutan lebih efisien secara internal dari
pada tahun lalu. Efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang
digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif
(individual, sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah
pada kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Analisis biaya-manfaat
merupakan alat utama untuk mengukur efisiensi eksternal. Misalnya,
dua sekolah SLTP 1 dan SLTP 2 dengan menggunakan biaya yang sama
setiap tahunnya. Akan tetapi, lulusan SLTP 1 mendapatkan upah yang
lebih besar dari pada lulusan SLTP 2 setelah mereka bekerja. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa SLTP 1 lebih efisien secara eksternal
dari pada SLTP 2.
29
IMTAQ. Sementara itu sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang
umumnya tidak lebih maju dari pada sekolah diperkotaan, merumuskan
visinya sebagai berikut: TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ. Kedua visi
tersebut sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan
pendidikan nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan
dengan tujuan dari setiap jenjang dan jenis sekolah sebagaimana
dituliskan dalam peraturan pemerintah.
Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filosofis
seperti contoh tersebut, seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang
menafsirkan secara berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan
perselisihan dalam implementasinya. Bahkan jika terjadi penggantian
kepala sekolah, maka kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi
tafsir yang berbeda dengan kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu,
sebaiknya diberikan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan
oleh visi tersebut. Sebagai contoh, visi yang dituliskan UNGGUL DALAM
PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA, diberi indikator sebagai
berikut.
- unggul dalam perolehan nilai UN,
- unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya,
- unggul dalam lomba karya ilmiah remaja,
- unggul dalam lomba kreativitas,
- unggul dalam lomba kesenian,
- unggul dalam lomba olahraga
- unggul dalam disiplin
- unggul dalam aktivitas keagamaan
- unggul dalam kepedulian sosial.
30
- Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
(stakeholders).
Tujuan, bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan
tujuan. Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh
sekolah yang bersangkutan dan “kapan” tujuan akan dicapai. Jika visi dan
misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan
dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan pada dasarnya
merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.
Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal),
maka tujuan yang ingin di capai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin
belum se ideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan
merupakan tahapan untuk mencapai visi. Sebagai contoh, sebuah sekolah
telah menetapkan visi dengan indikator sebanyak 9 aspek, tetapi
tujuannya sampai tahun 2004 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut.
- Pada tahun 2004, rata-rata nilai UN mencapai minimal 6,75
- Pada tahun 2004, proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul
minimal 40%
- Pada tahun 2004, memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis
LKIR tingkat nasional
- Pada tahun 2004, memiliki tim olahraga minimal 3 cabang dan mampu
menjadi finalis tingkap propinsi
- Pada tahun 2004, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara
setingkat kabupaten/kota.
Sasaran/Tujuan Situasional
Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan,
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan sasaran/target/ tujuan
situasional/tujuan jangka pendek. Sasaran adalah penjabaran
tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam
jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan
sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan
kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau
kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran
harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-
indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namun
dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran,
tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah.
Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka
dirumuskanlah sasaran/tujuan situasional yang akan dicapai oleh sekolah.
Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas tantangan nyata yang
dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap
mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah, karena visi, misi, dan tujuan
sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi) bagi
perumusan sasaran sekolah. Karena itu, sebelum merumuskan sasaran
sekolah yang akan dicapai, setiap sekolah harus memiliki visi, misi, dan
tujuan sekolah.
31
Sasaran sebaiknya hanya untuk waktu yang relatif pendek, misalnya
untuk satu tahun ajaran. Dengan demikian sasaran (misalnya untuk 1
tahun) pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencapai tujuan jangka
menengah (misalnya untuk jangka 3 tahun). Ketika menentukan sasaran,
prioritas harus dipertimbangkan sungguh-sungguh. Jika tujuan yang telah
dicanangkan mencakup 5 aspek, apakah kelimanya akan digarap pada
tahun pertama, atau hanya beberapa saja. Hal itu sangat tergantung
kondisi sekolah. Sebagai contoh, sebuah sekolah memutuskan ingin
menggarap kelima aspek yang tercantum dalam tujuan, meskipun baru
pada tahap awal. Oleh karena itu, sekolah tersebut menetapkan sasaran
untuk tahun ajaran 2000/2001 sebagai berikut.
Rata-rata nilai UN minimal mencapai 5,50
Jumlah lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul diatasnya
minimal 25%
Memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi juara LKIR setingkat
kabupaten/kota
Memiliki tim olahraga yang mampu menjadi finalis loma setingkat
kabupaten/kota
Memiliki tim kesenian yang secara teratur mengadakan latihan dan
pentas di sekolah.
32
Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat
kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka
analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor pada setiap fungsi yang berada didalam
kewenangan sekolah. Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal adalah
faktor-faktor pada setiap fungsi yang berada diluar kewenangan sekolah.
Misalnya, fungsi proses belajar mengajar terdiri dari banyak faktor, satu
diantaranya perilaku mengajar guru (faktor internal) dan satu lainnya
kondisi lingkungan sosial masyarakat (faktor eksternal). Perilaku
mengajar guru digolongkan faktor internal karena sekiranya perilaku
tersebut perlu diubah, masih dalam kewenangan sekolah. Sebaliknya,
kondisi lingkungan sosial masyarakat digolongkan sebagai faktor
eksternal karena sekiranya kondisi tersebut ingin diubah, diluar
kewenangan sekolah.
Tingkat kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi
ukuran/kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, yang
dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal;
peluang, bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedang tingkat kesiapan
yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan,
dinyatakan bermakna: kelemahan, bagi faktor yang tergolong internal;
dan ancaman, bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan
maupun ancaman, sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang
memadai, disebut persoalan.
33
Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas
tentang: aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana
dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan
sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah
maupun dari orangtua siswa, baik dukungan pemikiran, moral, material
maupun finansial untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu
pendidikan tersebut. Rencana yang dimaksud harus juga memuat
rencana anggaran biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk
merealisasikan rencana sekolah.
Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan
rencana adalah keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi
stakeholder pendidikan, khususnya orangtua siswa dan masyarakat
(BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dengan cara demikian akan
diperoleh kejelasan, berapa kemampuan sekolah dan pemerintah untuk
menanggung biaya rencana ini, dan berapa sisanya yang harus ditanggung
oleh orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan
rencana ini, maka kemungkinan kesulitan memperoleh sumber dana
untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari. Catatan: BP3 saat ini
yang anggotanya hanya terdiri dari orangtua siswa perlu dimekarkan
menjadi Komite Sekolah yang anggotanya terdiri dari: orangtua siswa,
wakil dari siswa, wakil dari sekolah, wakil dari organisasi profesi, wakil
dari pemerintah, dan wakil dari publik.
Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan
dan dapat digunakan untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan sekolah,
maka program adalah alokasi sumberdaya (sumberdaya manusia dan
sumberdaya selebihnya, misalnya, uang, bahan, peralatan, perlengkapan,
perbekalan, dsb.) kedalam kegiatan-kegiatan, menurut jadwal waktu dan
menunjukkan tatalaksana yang sinkron. Dengan kata lain, program adalah
bentuk dokumen untuk menggambarkan langkah mewujudkan
sinkronisasi dalam ketatalaksanaan.
34
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah hendaknya
menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning). Konsep ini
menekankan pentingnya siswa menguasai materi pelajaran secara utuh
dan bertahap sebelum melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain.
Dengan demikian siswa dapat menguasai suatu materi pelajaran secara
tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untuk mempelajari tahapan
pelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam.
Untuk menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu
melakukan supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan
peningkatan mutu yang dilakukan di sekolah. Kepala sekolah sebagai
manajer dan pemimpin pendidikan di sekolahnya berhak dan perlu
memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru dan
tenaga lainnya jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur-jalur yang
telah ditetapkan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai
membuat guru dan tenaga lainnya menjadi amat terkekang dalam
melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatan tidak mencapai sasaran.
35
melakukan upaya-upaya penambahan pendapatan (income generating
activities), maka pendapatan tambahan tersebut harus juga dilaporkan.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas), maka laporan harus
dikirim kepada Pengawas, Dinas Pendidikan Kabupaten, Komite Sekolah,
Orang Tua Siswa dan Yayasan (bagi sekolah swasta).
36
1) Direktorat SLTP/Dikmenum
Secara umum, Direktorat SLTP/Dikmenum mempunyai tugas dan
fungsi menentukan kebijakan dan strategi pada tataran formulasi/
penetapan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan
pada tingkat nasional, yaitu sebagai berikut.
- Pada tataran formulasi dan penetapan kebijakan, Depdiknas Pusat
melalui Direktorat SLTP/Dikmenum mempunyai tugas dan fungsi
memformulasikan/menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan
MPMBS melalui penyusunan dan penerbitan buku “Konsep dan
Pelaksanaan MPMBS” beserta sejumlah buku “Pedoman Rintisan
MPMBS”.
- Menetapkan standar MPMBS sebagai patokan yang berlaku secara
nasional
- Pada tataran implementasi kebijakan, Direktorat SLTP/Dikmenum
mempunyai tugas dan fungsi mensosialisasikan MPMBS keseluruh
Dinas Pendidikan Propinsi serta mengkoordinasikan seluruh jajaran
Dinas Pendidikan Propinsi dalam melaksanakan MPMBS di tanah air
- Pada tataran evaluasi kebijakan, Direktorat SLTP/Dikmenum
mempunyai tugas dan fungsi memonitor dan mengevaluasi
penyelenggaraan MPMBS secara nasional
- Menerbitkan informasi secara berkala, baik secara elektronik dan atau
non-elektronik tentang perkembangan konsep maupun hasil
pelaksanaan MPMBS secara agregatif (nasional) dan secara disagregatif
(per wilayah/daerah).
37
spesifiknya, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai berikut.
- Memberikan pelayanan pengelolaan atas seluruh satuan pendidikan
negeri dan swasta di Kabupaten/Kota masing-masing berkaitan dengan
pelaksanaan MPMBS;
- Memberikan pelayanan terhadap sekolah dalam mengelola seluruh
aset/sumberdaya pendidikan yang meliputi tenaga guru, prasarana dan
sarana pendidikan, buku pelajaran, dana pendidikan, dan sebagainya;
- Melaksanakan pembinaan dan pengurusan atas tenaga pendidik yang
bertugas pada satuan pendidikan di Kabupaten/Kota berkaitan dengan
pelaksanaan MPMBS; dan
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas tugas dan fungsi pokoknya
sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
dalam penyelenggaraan MPMBS.
4) Sekolah
- Tugas dan fungsi utama sekolah adalah mengelola penyelenggaraan
MPMBS di sekolah masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit
utama dan terdepan dalam penyelenggaraan MPMBS, maka sekolah
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut:
- Menyusun rencana dan program pelaksanaan MPMBS dengan
melibatkan kelompok-kelompok kepentingan, antara lain: wakil sekolah
(kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tata usaha), wakil siswa
(OSIS), wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah,
dan tokoh masyarakat;
- Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di
sekolah dan di luar sekolah untuk mencapai sasaran MPMBS yang telah
ditetapkan;
- Melaksanakan MPMBS secara efektif dan efisien dengan menerapkan
prinsip-prinsip total quality management (fokus pada pelanggan,
perbaikan secara terus-menerus, dan keterlibatan total warga sekolah
dalam meningkatkan mutu sekolah) dan berpikir sistem (berpikir
holistik/tidak parsial, saling terkait, dan terpadu);
- Melaksanakan pengawasan dan pembimbingan dalam pelaksanaan
MPMBS sehingga kejituan implementasi dapat dijamin untuk mencapai
sasaran MPMBS;
- Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat
ketercapaian sasaran program MPMBS yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi ini kemudian digunakan untuk menentukan sasaran baru
program MPMBS tahun- tahun berikutnya;
- Menyusun laporan penyelenggaraan MPMBS beserta hasilnya secara
lengkap untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, dan
Yayasan (bagi sekolah swasta); dan
- Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan MPMBS kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah yaitu Dinas
38
Pendidikan Kabupaten/Kota, Komite Sekolah, dan Yayasan (bagi sekolah
swasta).
11. Latihan
a. Jelaskan pengertian manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS)!
b. Jelaskan mengenai output sebagai karakteristik dari MPMBS!
c. Tuilis tahap-tahap pelaksanaan MPMBS!
12. Rangkuman
MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan
fleksibilitas/keluwesan lebih besar kepada sekolah untuk mengelola
sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah
atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan
nasional. Karena itu, esensi MPMBS= otonomi sekolah + fleksibilitas +
partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.
Tujuan dari MPMBS adalah meningkatkan mutu pendidikan
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia, meningkatkan kepedulian
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama, meningkatkan tanggungjawab
sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang
mutu pendidikan yang akan dicapai, memberdayakan potensi sekolah
untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Berbicara karakteristik MPMBS tidak dapat dipisahkan dengan
karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS merupakan wadah/
kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu,
karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen
sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
Adapun fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat digarap oleh
sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar mengajar,
(2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan
kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan
perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8)
hubungan sekolah-masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.
Tahap-tahap pelaksanaan MPMBS ada sepuluh: 1. Melakukan
sosialisasi; 2. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah; 3. Merumuskan visi,
misi, tujuan dan sasaran situasional; 4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang
diperlukan untuk mencapai sasaran; 5. Melakukan analisis swot; 6.
Alternatif langkah pemecahan persoalan; 7. Menyusun rencana dan
program peningkatan mutu; 8. Melaksanakan rencana peningkatan mutu;
9. Melakukan evaluasi pelaksanaan; 10. Merumuskan sasaran mutu baru.
Serta tugas dan fungsi sekolah dalam melaksanakan MPMBS ada tujuh,
yaitu: 1. Menyusun rencana dan program pelaksanaan MPMBS; 2.
39
Mengkoordinasikan dan menyerasikan segala sumberdaya; 3.
Melaksanakan MPMBS secara efektif dan efisien ; 4. Melaksanakan
pengawasan dan pembimbingan; 5. Pada setiap akhir tahun ajaran
melakukan evaluasi; 6. Menyusun laporan penyelenggaraan MPMBS
beserta hasilnya; 7. Mempertanggung-jawabkan hasil penyelenggaraan
MPMBS.
C. Daftar Bacaan
Aminah, Siti, Murniati AR, dan Nasir Usman.2015. Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Pada Mtsn Kota Lhokseumawe. Jurnal Administrasi
Pendidikan ISSN 2302-0156 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 Pages pp. 1- 11.
Hidayat, Ara dan Machali, Imam. 2012. Pengelolaan Pendidikan:
Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan
Madrasah. Yogyakarta:Kaukaba.
40
Bab III
Analisis SWOT
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi
Kemajuan dalam bidang industri dan teknologi telah masuk ke
dalam kehidupan masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.
Kemajuan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku
masyarakat. Perubahan tersebut ikut mempengaruhi dunia pendidikan.
Oleh karena itu untuk merespon perubahan tersebut pihak sekolah harus
bersifat lebih terbuka dengan menerapkan konsep-konsep baru yang lebih
sesuai dengan perkembangan saat ini.
Salah satu konsep baru yang diperkenalkan dalam manajemen
sekolah adalah analisis SWOT, yaitu suatu analisa keadaan yang melihat
dari empat sudut pandang, yaitu: strength (kekuatan) menganalisis
keunggulan/kekuatan sumber daya dasar yang ada, weakness (kelemahan)
menganalisis keterbatasan sumber daya yang ada yang dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan, opportunity (peluang) menganalisis
situasi-situasi utama yang menguntungkan bagi organisasi/lembaga
pendidikan, dan threats (tantangan) menganalisis situasi-situasi utama
yang tidak menguntungkan bagi situasi pendidikan.
Dalam analisis SWOT ini ada dua faktor yang sangat mempengaruhi
maju mundurnya pendidikan, yaitu faktor dominan dan faktor
penghambat. Yang termasuk faktor dominan adalah (kekuatan dan
peluang) dan faktor penghambat (kelemahan dan ancaman). Analisis
SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam upaya pengembangan
mutu lembaga pendidikan. Dengan menggunakan analisis SWOT suatu
lembaga pendidikan dapat mengkaji faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan tersebut.
2. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menuliskan data pada tiap komponen SWOT
berdasar profil sekolah.
b. Mahasiswa dapat memahami kegunaan hasil analisis SWOT untuk
menyusun rencana pengembangan sekolah/lembaga pendidikan.
B. Materi
1. Pengertian SWOT
Analisis SWOT adalah alat yang efektif dalam menempatkan
potensi sekolah. Menurut (Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu
tahapan manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis
lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam
sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi
41
sekolah. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting
dalam hal kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tujuan pengujian
adalah memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi
ancaman, dan membangun peluang. Sallis (2008:221-223) menyatakan
bahwa SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities
and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman).
a) Strength (Kekuatan)
Yang dimaksud dengan strength atau kekuatan adalah beberapa hal
yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Hal-hal yang
memiliki potensi yang positif apabila dikembangkan dengan baik. Adapun
yang merupakan strength misalnya sebuah rekruitmen yang kuat, tim
manajemen yang antusias, hasil ujian yang baik, unit ekstrakurikuler
seperti musik, seni, dan drama yang kuat, dukungan orangtua yang baik,
moral staf yang baik, dan dukungan pimpinan institusi.
b) Weakness (Kelemahan)
Weakness atau kelemahan yang dimaksud di sini adalah komponen-
komponen yang kurang menunjang suatu keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah. Kelemahan-kelemahan ini
adalah bangunan lama dalam kondisi yang jelek, usia rata-rata staf yang
terlalu tinggi, kurangnya fasilitas parkir, anggaran belanja yang tidak
cukup, dan fasilitas olahraga yang tidak cukup.
c) Opportunity (Peluang)
Opportunity atau peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi apabila potensi-potensi yang ada di sekolah tersebut mampu
dikembangkan atau dioptimalkan oleh sekolah. Adapun yang merupakan
opportunity misalnya bergabung dengan institusi lokal dengan tempat
yang baik dan reputasi yang juga cukup baik, membangun sarana olahraga
yang lebih baik, bergairah untuk mendirikan institusi baru, memberi
peluang kepada para staf untuk mengembangkan keahlian demi
meningkatkan daya tawar, memperluas penggabungan dengan institusi
lainnya agar dapat menjadi penyandang dana yang baru.
d) Threats (Ancaman)
Threats atau ancaman yang dimaksud di sini adalah kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap
kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan di sekolah.
Ancaman-ancaman tersebut adalah: kehilangan identitas, kekuatan dan
reputasi, resiko kehilangan guru berpengalaman akibat pensiun dini, etos
kerja lembaga lain mungkin menjadi dominan, dan kemungkinan
kehilangan dukungan dari pimpinan institusi.
2. Manfaat SWOT
Metode analisis SWOT adalah sebuah metode analisis yang paling
dasar, yang berfungsi untuk melihat suatu topik ataupun permasalahan
dari 4 empat faktor yang berbeda. Penggunaan analisis SWOT yang efektif
42
memberikan 4 manfaat bagi pendidik dalam melakukan perencanaan
mutu pelayanannya.
a. Simplicity, analisis SWOT tidak memerlukan training khusus atau
keterampilan teknis.
b. Collaboration, karena sederhananya analisis SWOT mendorong
adanya kerjasama dan pertukaran informasi antara pendidik dari area
fungsional yang berbeda.
c. Flexibility, dapat membesarkan kualitas perencanaan strategi
organisasi, dalam hal ini perencanaan mutu pelayanan kependidikan
meskipun tanpa diperoleh sistem informasi.
d. Integration, analisis SWOT dapat berhubungan dengan berbagai
macam sumber informasi.
Hasil akhirnya biasanya merupakan sebuah bentuk arahan ataupun
rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah
keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan
yang dimiliki dan juga menghindari berbagai ancaman yang mungkin
akan terjadi. Jika digunakan dengan baik dan benar, maka analisis ini
akan dapat membantu sebuah organisasi untuk melihat sisi-sisi yang
terlupakan atau tak terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi,
analisis SWOT merupakan sebuah instrumen yang sangat bermanfaat
dalam menganalisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu organisasi serta
menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
3. Cara analisis SWOT
Cara analisis SWOT tedisajibagi kan dalam Gambar 3.1.
43
BERBAGAI
PELUANG (O)
KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL
(W) (S)
Kuadran
Kuadran
II
VI
Strategi Diversifikasi (+, - )
Strategi bertahan (- , - )
BERBAGAI
ANCAMAN (T)
Gambar 3.1. Diagram analisis
SWOT
(Sumber: Rangkuti, 2009)
44
1) Pertama, strategi SO (Strengths-Opportunities) adalah strategi yang
digunakan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan
yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang.
2) Kedua, strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang
digunakan dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan yang
ada untuk memanfaatkan berbagai peluang.
3) Ketiga ST (Strengths-Threats) adalah strategi yang digunakan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi
berbagai ancaman.
4) Keempat, strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi yang
digunakan untuk mengurangi kelemahan dalam rangka meminimalisir
atau menghindari ancaman (Purwanto, 2006).
45
dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang
berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama.
Sebelum kita mempelajari analisa masalah dengan SWOT, kita
perlu mengetahui bagaimana kerangka dan tahapan pemecahan masalah
dengan menggunakan analisa SWOT, yaitu:
Tahap 1 : Pahami, ketahui, dan mengerti informasi yang didapat atas hasil
riset dan uji coba saat kita ingin menentukkan alternatif pemecahan
masalahnya. Informasi didapat berupa feedback, sesuatu yang muncul bila
keputusan itudilakukan dari data yang dikumpulkan di lapangan.
Tahap 2 : Memahami masalah yang ingin dianalisa, yaitu sebagai berikut.
a. Kekuatan yang ada didalam masalah itu (strengths).
b. Kelemahan dari masalah yang terkandung di dalamnya, bisa berupa
resiko atau akibat yang akan terjadi (weakness).
c. Apakah ada peluang dan kesempatan yang muncul dari masalah
tersebut (opportunities).
d. Adakah hambatan dan ancaman dari pihak lain atau lawan yang akan
terjadi bila keputusan itu diambil (threats).
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1,01 dan
total skor akhir EFAS adalah 0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan
melalui matrik SWOT berikut ini.
46
Peluang
-4
-3
-2
-1
Kelemahan
I I I I I I I I I I Kekuatan
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
- -1
- -2
- -3
- -4
Ancaman
Gambar 3.2 Matriks SWOT Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input
Selain matrik SWOT dapat juga disajikan rencara strategi dalam bentuk
tabel, yang disajikan pada Tabel 3.2.
47
Tabel 3.2 Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
48
5. Latihan
a. Jelaskan pengertian analisis SWOT!
b. Mengapa analisis SWOT diperlukan pada pengelolaan pendidikan di
sekolah?
c. Jelaskan empat langkah strategi untuk menganalisa SWOT!
6. Rangkuman
Analisis SWOT adalah salah satu tahapan manajemen strategi yang
merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat
kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang
dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. SWOT adalah singkatan dari
Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman). Manfaat analisis SWOT adalah Simplicity,
Collaboration, Flexibility, dan Integration. Untuk menganalisa SWOT
menggunakan Empat Langkah Strategi. Empat strategi itu meliputi
strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weaknesses-
Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT
(Weaknesses-Threats). Alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan,
yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap
menjadi fungsi yang siap dan mengoptimalkan fungsi yang telah
dinyatakan siap. Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda
antara satu dengan lainnya, maka alternatif langkah-langkah pemecahan
persoalannya pun dapat berbeda, disesuaikan dengan kesiapan
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah tersebut.
Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai
langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi
persoalan yang sama.
C. Daftar Bacaan
Herline, O. C. 2005. Strategi Pemasaran. Barat daya: PT. Thompson.
49
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Bumi Aksara/
50
BAB IV
VISI MISI SEKOLAH
A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat cakupan materi
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan
tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan
perannya dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan dengan optimal. Pengelolaan sekolah yang tidak
profesional dapat menghambat proses pendidikan yang sedang
berlangsung dan dapat menghambat langkah sekolah dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal.
Agar pengelolaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik,
dibutuhkan rencana strategis sebagai suatu upaya untuk mengendalikan
organisasi (sekolah) secara efektif dan efisien sehingga tujuan dan
sasarannya tercapai. Perencanaan strategis merupakan landasan bagi
sekolah dalam menjalankan proses pendidikan, adapun komponen dalam
perencanaan strategis antara lain: visi, misi, prinsip dan tujuan.
Perumusan tersebut harus dilakukan pengelola sekolah agar memiliki arah
kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Tujuan pembelajaran
a. Mahasiswa dapat membedakan visi dan misi.
b. Mahasiswa dapat menyusun visi suatu sekolah berdasar analisis
SWOT.
c. Mahasiswa dapat menyusun misi suatu sekolah berdasarn visi yang
tersusun.
B. Materi
1. Pengertian visi
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future)yang
realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu (Hax dan
Majluf Akdon,2006) menyatakan bahwa visi merupakan pernyataan
sebagai saran untuk:
a) mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dalam arti tujuan
dan tugas pokok,
b) memperlihatkan framework hubungan antara organisasi dengan
stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen dan
pihak lain yang terkait),
c) menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti pertumbuhan
dan perkembangan,
Bagi sekolah visi merupakan imajinasi moral yang menggambarkan
profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Imajinasi ke depan seperti
51
itu akan diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi
di masa mendatang.
3. Pengertian Misi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai
organisasi bagi pihak yang berkepentingan di masa datang menurut
Akdon (2006). Pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan
produk atau pelayanan yang ditawarkan. Pernyataan misi harus:
a. Menunjukan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh
organisasi dan bidang kegiatan utama dari organisasi yang
bersangkutan,
52
b. Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk
mencapainya,
c. Mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan
bidang utama yang digeluti organisasi.
53
b. Visi dan misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman
yang mampu memikat hati orang.
c. Visi dan misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi.
d. Visi dan misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan
elegan sehingga mampu menjadi panduan taktis dan strategis.
e. Visi dan misi harus memiliki daya persuasi yang mampu
mengungkapkan harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan para
stakeholder organisasi.
f. Visi-misi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi dan
menjadikan kompetensi khas organisasi tersebut yang menjelaskan
jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya.
g. Visi-misi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkiristalkan
keindahan, ideal kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa
depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan investasi
emosional dari segenap stakeholder organisasi.
Visi Indikator
Unggul dalam prestasi Melaksanakan pembelajaran dan
berdasarkan iman dan bimbingan secara efektif sehingga
taqwa setiap peserta didik berkembang
secara optimal, sesuai dengan
potensi yang dimiliki,
Menumbuhkan semangat
keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga sekolah
Mendorong dan membantu setiap
peserta didik untuk mengenali
potensi dirinya sehingga dapat
dikembangkan secara optimal
Menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang
dianut dan budaya bangsa
sehingga menjadi sumber
kreatifan dalam bertindak.
Menerapkan manajemen
partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga sekolah dan
kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah.
54
Visi Indikator
diri, hormat pada orang tua, dan
guru serta menyayangi sesama
Melaksanakan pembelajaran dan
pendampingan secara efektif
sehingga setiap peserta didik
dapat berkembang secara
optimal dengan memiliki nilai
UASBN/UN diatas standar
minimal unggul dalam prestasi
keagamaan, dan unggul dalam
keterampilan sebagi bekal hidup
di masyarakat.
Melaksanakan pembelajaran
ekstra kulikuler secara efektif
dengan bakat dan minat
sehingga setiap peserta didik
memiliki keunggulan dalam
belajar mandiri dan berbagai
Lomba akademik/non akademik,
Menumbuhkan sikap gemar
membaca dan selalu haus
akan pengetahuan serta mandiri
dalam belajar berbuat dan
bertindak dirumah maupun di
sekolah,
Melaksanakan tata tertib sekolah
secara konsisten dan konsekuen,
Menerapkan menajemen
partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga sekolah dan
stakeholder,
Melaksanakan pembinaan dan
penelitian peserta didik,
Mengadakan komunikasi dan
kordinasi antar sekolah,
masyarakat, orang tua dan
instansi lain yang terkait secara
periodik dan berkesinambungan.
55
Contoh Visi Misi Sekolah
6. Latihan
Jelaskan apa yang dimaksud dengan visi dan misi?
7. Rangkuman
Dari pernyataan di atas tentang pengertian visi misi serta contoh
visi misi yang ada pada sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
a. Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future)yang realistik
dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu.
b. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai
organisasi bagi pihak yang berkepentingan di masa datang serta
pernyataan misi mencerminkan tentang penjelasan produk atau
pelayanan yang ditawarkan.
c. Visi dan Misi merupakan 2 hal yang wajib dibicarakan dalam
pembentukan atau pembangunan sebuah perusahaan, instansi,
organisasi, atau universitas dengan adanya tiga hal ini, tujuan
pembangunan bisa tercapai dengan mudah.
C. Daftar bacaan
Calam, A., & Qurniati, A. 2016. Merumuskan Visi dan Misi Lembaga
Pendidikan. Jurnal Saintikom, 1-16.
56
BAB V
BRANDING SEKOLAH
A. Pendahuluan
1. Diskripsi singkat cakupan materi
Merk atau brand adalah identitas yang diyakini untuk
mengenalkan produk kepada konsumen. Merk merupakan janji penjual
untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu
kepada pembeli. Sedangkan branding merupakan hal yang sangat penting
dan signifikan dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dengan
terciptanya brand yang baik maka lembaga pendidikan khusunya di
sekolah semakin mudah dalam menjalankan sistem marketingnya dan
mendapatkan pelanggan yang sesuai dengan tarhet yang di imginkan.
Pada umumnya, lembaga pendidikan menujukan eksistensinya melalui
media masa baik cetak, elektronik, maupun online. Semua berlomba
mempublikasikan fasilitas gedung, prestasi siswa, prestasi pengajar,
jaringan alumni yang luas, dan sebagainya untuk merebut kepercayaan
publik. Kegiatan tersebut merupakan salah satu strategi Branding yang
lazim yang dilakukan oleh lembaga pendidikan.
2. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat memahami tentang pengertian Brand dan Brand
strategy.
b. Mahasiswa dapat memberikan pertimbangan membangun branding
sekolah.
c. Mahasiswa dapat menyusun branding suatu sekolah berdasar profil
sekolah.
B. Materi
1. Strategi Branding
a. Pengertian Brand dan Branding
Brand merupakan ide, kata, desain grafis, dan suara/bunyi yang
mensimbolisasikan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi
produk dan jasa tersebut (Dewi, 2005). Merek (brand) diartikan sebagai
sebuah nama mewakili suatu produk secara keseluruhan baik produk itu
sendiri, produk jasa dan perusahaan–perusahaan dan hal-hal yang
berkaitan. Semua itu biasanya diwakili oleh simbol yang disebut merek
(brand) (Syah, 2015). Merk memiliki enam tingkatan menurut Kotler
(1997) yaitu 1) atribut (attribute), 2) manfaat (benefit), 3) nilai (value), 4)
budaya (culture), 5)vkepribadian (personality) 6) pemakai (user) (Septin
MR, 2008).
Branding menurut Amalia adalah kumpulan kegiatan komunikasi
yang dilakukan oleh perusahaan (lembaga) dalam rangka proses
membangun dan membesarkan brand. Tanpa Branding yang baik tentu
57
saja sebuah brand tidak akan dikenal dan tidak mempunyai arti apa-apa
bagi konsumen atau pangsa pasar. Branding bertahan sampai saat ini
karena adanya kebutuhan akan diferensiasi. Wujudnya mungkin
mengalami perubahan, namun fungsinya tetap (Tai dan Willson, 2012).
58
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa brand strategy adalah suatu manajemen brand yang juga
merupakan strategi bisnis perusahaan bertujuan untuk mengatur semua
elemen brand dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen. Ada
tiga unsur yang penting dalam branding, yaitu Clarity (jelas), Consistency
(tetap pada image-nya), dan Constancy (selalu ada di mana dibutuhkan).
a. Manfaat Brand
Menurut Kapferer (2008), manfaat merek/brand bagi konsumen
sebagai fungsi potensial meliputi sebagai berikut.
1) Identifikasi, yang berarti bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna
bagi produk, serta mudah mengidentifikasi produk yang dibutuhkan
atau dicari.
2) Praktikalitas, yang berarti memfasilitasi penghematan waktu dan
energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.
3) Jaminan, yang berarti memberikan jaminan bagi konsumen bahwa
mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian
dilakukan pada waktu dan tempat berbeda.
4) Optimisasi, yang berarti memberikan kepastian bahwa konsumen
dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan
pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
5) Karakterisasi, yang berarti mendapatkan konfirmasi mengenai citra
diri konsumen atau citra yang ditampilkan kepada orang lain.
6) Kontinuitas, yang berarti kepuasan terwujud melalui familaritas dan
intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi
pelanggan selama bertahun-tahun.
7) Hedonistik, yang berarti kepuasan terkait dengan daya tarik merek,
logo, dan komunikasinya.
8) Etis, yang berarti kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung
jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
59
3) Brand associations, yaitu segala sesuatu yang terkait dengan
memori terhadap sebuah merek.
4) Brand loyalty, yaitu ikatan antara konsumen dengan merek. (Dewi,
2008).
b. Model Keller
1) Brand salience, berkenaan dengan aspek-aspek pengenalan sebuah
merek.
2) Brand performance, berkenaan dengan kemampuan produk dan
jasa dalam memenuhi kebutuhan fungsional konsumen.
3) Brand imagery, menyangkut kemampuan merek dalam memenuhi
kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan.
4) Brand judgements, berfokus pada pendapat dan evaluasi personal
konsumen terhadap merek berdasarkan kinerja merek dan asosiasi
citra yang dipersepsikannya.
5) Brand feelings, berkaitan dengan respon dan reaksi emosional
konsumen terhadap merek.
6) Brand resonance, mengacu pada karakteristik relasi yang dirasakan
pelanggan terhadap merek spesifik. (Tjiptono, 2011).
3. Latihan
1) Jelaskan pengertian dari brand?
2) Jelaskan pengertian dari branding strategy?
4. Rangkuman
Brand strategy adalah suatu manajemen brand yang juga
merupakan strategi bisnis perusahaan bertujuan untuk mengatur semua
elemen brand dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen. Ada
tiga unsur yang penting dalam branding, yaitu Clarity (jelas), Consistency
(tetap pada image-nya), dan Constancy (selalu ada di mana dibutuhkan).
Menurut Kapferer (2008), manfaat merek/brand bagi konsumen sebagai
fungsi potensial meliputi:
a. Identifikasi, yang berarti bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna
bagi produk, serta mudah mengidentifikasi produk yang dibutuhkan
atau dicari.
b. Praktikalitas, yang berarti memfasilitasi penghematan waktu dan
energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.
c. Jaminan, yang berarti memberikan jaminan bagi konsumen bahwa
mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian
dilakukan pada waktu dan tempat berbeda.
d. Optimisasi, yang berarti memberikan kepastian bahwa konsumen
dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan
pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
e. Karakterisasi, yang berarti mendapatkan konfirmasi mengenai citra
diri konsumen atau citra yang ditampilkan kepada orang lain.
f. Kontinuitas, yang berarti kepuasan terwujud melalui familaritas dan
intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi
pelanggan selama bertahun-tahun.
60
g. Hedonistik, yang berarti kepuasan terkait dengan daya tarik merek,
logo, dan komunikasinya.
h. Etis, yang berarti kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung
jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
Ekuitas brand merupakan suatu konsep dalam memandang usaha
untuk melakukan pembangunan atau pengembangan merek yang kuat
(Rangkuti, 2009). Sejauh ini terdapat dua model brand equity yang
mapan, yaitu model Aaker dan model Keller. Model Aaker
memformulasikan brand equity dari sudut pandang manajerial dan
strategi perusahaan sedangkan model Keller mengembangkan brand
equity berbasis pelanggan.
C. Daftar Bacaan
Dewi, Erna Ferrina. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen Implikasi
pada Strategi Pemasaran Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi, Ike Janita. 2005. Inspirasi Bisnis : Perspektif Baru dalam Strategi
Branding, Bisnis, dan Karir. Yogyakarta: Amara Books.
Tai, Jacky dan Wilson, Chew. 2012. Brand Manajemen: 13 strategi untuk
mengembangkan merek anda. Jakarta: Indeks.
Wibisono, Maria dan Yoestini. 2011. Analisis Brand Strategy Dan Brand
Equity Terhadap Consumer Responses. Semarang: Jurnal.
61
BAB VI
PENCITRAAN PUBLIK
A. Pendahuluan
2. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pencitraan publik bagi
sekolah.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan alasan adanya pencitraan publik sekolah.
c. Mahasiswa dapat membuat contoh tindakan pencitraan publik suatu
sekolah.
B. Materi
62
Citra terbentuk dari bagaimana lembaga melaksanakan kegiatan
operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Citra
juga terbentuk berdasarkan impresi, berdasarkan pengalaman yang
dialami seseorang terhadap sesuatu, sehingga membagun suatu sikap
mental. Sikap mental inilah yang nantinya digunakan sebagai
pertimbangan untuk mengambil keputusan. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk menarik perhatian publik dalam rangka pembentukan
image terhadap lembaga pendidikan, baik melalui daya tarik fisik maupun
daya tarik yang bersifat akademis, religius. Dengan demikian maka
sekolah/madrasah harus berusaha menciptakan image positif dihati
masyarakat sehingga masyarakat dapat membuat keutusan untuk
mendaftarkan putra putri mereka masuk kelembaga pendidikan tersebut
(Machali & Hidayat, 2012).
Publik atau masyarakat yang merupakan sasaran sekaligus
pengguna (user) memiliki kepentingan terkait, yaitu sebagai berikut.
a. Berwenang mengkritisi pengelolaan pendidikan.
b. Perlu diberi akses untuk memperoleh informasi mengenai hasil
pembanguan pendidikan.
c. Perlu didorong untuk memberi masukan dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan.
63
b. Merespon pengaduan masyarakat dengan tindakan nyata dengan cara:
1) Memperluas dan mempermudah akses pengaduan masyarakat.
2) Mengambil tindakan atas pelanggaran yang dilaporkan masyarakat.
64
3. Pihak-Pihak Pencitraan Publik
Pihak-pihak pencitraan publik terdiri dari dua jenis, yaitu pihak
internal dan eksternal.
a. Pihak internal
Pihak internal yaitu semua warga sekolah yang dilibatkan dalam
pencitraan publik. Pihak internal ini meliputi kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, siswa, dan komite sekolah.
b. Pihak eksternal
Pihak eksternal yaitu kelompok-kelompok strategis dan para tokoh
masyarakat yang berpengaruh dalam pencitraan publik. Tokoh
masyarakat yang berpengaruh dalam pencitraan publik, yaitu
intelektual/akademikus, rohaniawan, usahawan, dan industriawan
yang selama ini sudah bekerja sama dengan sekolah.
65
f. Adanya keinginan untuk berubah artinya pencitraan sekolah dilakukan
seiring dengan tuntutan perubahan yang ada.
Terdapat banyak upaya/strategi yang dapat dilakukan untuk
melakukan pencitraan publik, antara lain:
a. Peningkatan kerja kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan,
b. Keikutsertaan sekolah dalam kegiatan-kegiatan lomba sekolah dan
siswa,
c. Membangun jaringan kerja dengan orang tua murid dan masyarakat,
d. Peningkatan layanan akademik dan non-akademik yang prima, dan
kepemilikan peringkat akreditasi sekolah yang baik.
7. Latihan
1. Mengapa pencitraan publik perlu dilakukan oleh setiap lembaga
pendidikan?
2. Tuliskan contoh kegiatan yang dilakukan lembaga pendidikan dalam
melakukan pencitraan publik?
8. Rangkuman
Pencitraan adalah suatu cara untuk membangun image kepada
publik. Image atau gambaran dalam benak publik yang tentu saja
diarahkan kepada sesuatu yang positif. Citra terbentuk dari bagaimana
lembaga melaksanakan kegiatan operasionalnya yang mempunyai
landasan utama pada segi layanan. Citra juga terbentuk berdasarkan
impresi, berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang terhadap
sesuatu, sehingga membagun suatu sikap mental. Upaya yang dapat
dilakukan dalam pecitraan ialah publikasi, pemasaran publik dan
pembentukan opini publik. Tujuan utama pencitraan publik lembaga
pendidikan adalah untuk menciptakan persepsi positif dari masyarakat
pada segala aspek dalam suatu lembaga pendidikan. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat diketahui bahwa pemasaran pendidikan sangat penting.
C. Daftar Bacaan
66
Machali, I., & Hidayat, A. 2012. Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip,
dan Aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah. Yogyakarta:
Kaukaba.
67
Bab VII
RENCANA KERJA SEKOLAH
DAN
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH
A. Pendahuluan
68
2. Tujuan
Berdasarkan deskripsi diatas maka tujuan yang akan dicapai
sebagai berikut.
a. Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian RKS dan RKAS.
b. Mahasiswa dapat menyusun RKS suatu sekolah berdasar data yang
diberikan.
c. Mahasiswa dapat menyusun RKAS berdasarkan RKS suatu sekolah.
B. Materi
69
Gambar 7.1 Penyusunan dan Pelaksanaaaan Perencanaan
70
3) Menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
pendanaan pada kegiatan- kegiatan sekolah
4) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
5) Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dan
hal dukungan financial.
6) Menjamin tercapainya penggunaan sumber dana secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkesinambungan.
71
Gambar 7.2 Langkah Menyusun RKS dan RKAS
72
dalam satu tahunan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari RKS, maka Tim Penyusun RKAS adalah juga tim Penyusun RKS.
Oleh karena itu, di bagian ini tidak akan dibahas lagi tentang tim
tersebut. Hanya saja untuk melakukan penyusunan RKAS ini tim RKS
harus menjabarkan lebih mendetail rencana kerja untuk jangka
waktu satu tahun.
2) Melakukan Analisa Situasional Sekolah
Pada garis besarnya adalah melaksanakan kajian terhadap
situasi dan kondisi sekolah beserta lingkungan yang ada, baik ditinjau
dari sisi geografis, demografis (termasuk jenjang pendidikan di bawah
dan di atasnya), sosial masyarakat, ekonomi, input siswa, komponen-
komponen sekolah, dan lainnya.
Analisa ini pada intinya akan menemukan potret nyata sekolah
dan lingkungan sekitar secara obyektif dalam bentuk profil sekolah.
3) Menetapkan tujuan satu tahunan
Rumusan tujuan satu tahunan (atau sering disebut juga dengan
istilah tujuan situasional) ini merupakan penjabaran lebih rinci,
operasional, dan terukur dari tujuan empat tahunan. Oleh karena itu,
tujuan di sini tidak boleh berbeda atau menyimpang dari tujuan empat
tahunan.
Secara substansi tujuan tersebut lebih mentitikberakan kepada
tujuan pencapaian standar nasional dalam berbagai aspek pendidikan.
Tujuan harus menggambarkan mutu dan kuantitas berstandar nasional
yang ingin dicapai, dan terukur agar mudah melakukan evaluasi
keberhasilannya.
4) Melakukan identifikasi tantangan nyata
Tantangan nyata adalah selisih antara kondisi nyata sekarang (saat
sekolah melakukan analisis/evaluasi diri) dengan kondisi ideal yang di
harapkan berdasarkan tuntutan standar nasional pendidikan (SNP).
Itulah sebabnya untuk menetapkan kondisi saat ini, sekolah
perlu melakukan evaluasi diri didasarkan pada 8 (delapan ) SNP yaitu
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar
Pengelolaan, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Penilaian dan Standar Pembiayaan. Identifikasi
tantangan nyata bisa dilakukan dengan membandingkan antara
kondisi yang diharapkan satu tahun ke depan dengan kondisi saat ini.
Untuk mengetahui kondisi saat ini antara lain dengan menggunakan
berbagai teknik/metode, misalnya dengan melakukan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Dengan melakukan evaluasi diri akan menunjukkan
kinerja sekolah misalnya, bagian yang mengalami perbaikan atau
peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami
penurunan serta bagian-bagian yang belum memenuhi SNP.
o Standar Lulusan
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
kelulusan, bidang akademik, aspek pencapaian KKM, hasilnya adalah
73
sebagai berikut. Rata-rata nilai ketuntasan belajar kelompok mata
pelajaran estetika yaitu mapel seni budaya 6,00, kondisi ideal yang
diharapkan rata-rata nilai ketuntasan belajar kelompok mata pelajaran
estetika yaitu mapel seni budaya adalah 8,00, maka besarnya
tantangan nyata adalah 2,00.
o Standar Isi
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar Isi
diperoleh kondisi nyata Isi kurikulum yang dilaksanakan di sekolah
terdiri dari 5 aspek, kondisi ideal mestinya Isi Kurikulum yang
dilaksanakan sekolah terdiri dari 9 aspek maka besarnya tantangan
nyata adalah pemenuhan 4 aspek.
o Standar Proses
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar Proses
diperoleh kondisi nyata jumlah guru yang membuat perencanaan
pengembangan atau penyusunan silabus secara sendiri-sendiri dari
semua mata pelajaran sebanyak: 50%. kondisi ideal mestinya jumlah
guru yang membuat perencanaan pengembangan atau penyusunan
silabus secara sendiri-sendiri dari semua mata pelajaran sebanyak
100% maka besarnya tantangan nyata adalah 50%.
o Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan diperoleh kondisi nyata Jumlah
guru mata pelajaran yang mengajar sesuai dengan latar belakang
pendidikannya dari keseluruhan guru yang ada adalah: 75%, kondisi
ideal mestinya Jumlah guru mata pelajaran yang mengajar sesuai
dengan latar belakang pendidikannya dari keseluruhan guru yang ada
adalah:100%, maka besarnya tantangan nyata adalah 25%.
o Standar Sarana dan Prasarana
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar Sarana
dan Prasarana diperoleh kondisi nyata Sarpras ruang pimpinan baru
memenuhi standar minimal sampai tahun terakhir mencapai 75%,
kondisi ideal mestinya sarpras ruang pimpinan telah memenuhi
standar minimal sampai tahun terakhir mencapai 100%, maka
besarnya tantangan nyata adalah 25%.
o Standar Pengelolaan
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
Pengelolaan diperoleh kondisi nyata sekolah melaksanakan sosialisasi
baru melibatkan 3 unsur: kondisi ideal mestinya sekolah melaksanakan
sosialisasi melibatkan 6 unsur, maka besarnya tantangan nyata adalah
menambah 3 unsur.
o Standar Pembiayaan
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
Pembiayaan diperoleh kondisi nyata sekolah menyusun RKS dan RKAS
yang di dalamnya memuat RAPBS dengan melibatkan stakeholders
dan baru mencakup 6 unsur, kondisi ideal mestinya sekolah menyusun
RKS dan RKAS yang di dalamnya memuat RAPBS dengan melibatkan
74
stakeholders dan mencakup 10 unsur, maka besarnya tantangan
nyatanya adalah menambah 4 unsur.
o Standar Penilaian
Misalnya berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
penilaian, komponen penilaian oleh pendidik, aspek pemanfaatan hasil
penilaian, hasilnya adalah sebagai berikut : jumlah guru 30 orang,
kondisi nyata di sekolah guru yang memanfaatkan hasil penilaian
untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah 15 orang, sedangkan
kondisi idealnya mestinya semua guru memanfaatkan hasi penilaian
untuk memperbaiki pembelajaran, maka tantangan nyatanya adalah
15 guru atau 50 %.
Selanjutnya, sekolah merumuskan berbagai alternatip
pemecahan persoalan dari setiap permasalahan yang ada. Dari
alternatif-alternatif pemecahan persoalan yang ada, Kepala sekolah
bersama-sama dengan unsur Tim Pengembang RKS serta Komite
Sekolah, menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan
secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin dicapai,
kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan
dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu
juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan
memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta
didik, baik secara moral maupun finansial.
5) Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana)
Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk
kepentingan satu tahun. Dalam membuat rencana anggaran ini dari
setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan asal semua sumber
dana, misalnya dana dari rutin atau daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), dari pusat (BOS, block grant, dll), dari komite
sekolah, atau dari sumber dana lainnya. Penyusunan rencana anggaran
ini dituangkan ke dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS).
Dalam penyusunannya harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan dari masing-masing pemberi dana. Sangat dimungkinkan
suatu kegiatan dibiayai dengan subsidi silang dari berbagai pos atau
sumber dana. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan bantuan dari pusat
harus dialokasikan sumber dana dari pusat dengan sharing dari
sekolah dan komite sekolah atau bahkan daerah. Pada era otonomi
daerah ini, maka sekolah dan daerah memiliki kewajiban yang lebih
besar dalam hal pemenuhan biaya pendidikan. Dalam penyusunan
anggaran di RAPBS, maka setiap kegiatan harus nampak jelas, terukur,
dan rinci untuk memudahkan dalam menentukan besarnya dana yang
diperlukan.
6) Menyusun Strategi Pelaksanaan Program
Perumusan atau penyusunan strategi pelaksanaan program ini
lebih mengarah kepada kiat, cara, teknik, dan atau strategi yang jitu,
75
efisien, efektif, dan fleksibel untuk dilaksanakan. Cara di sini harus
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada program tersebut.
Beberapa cara yang bisa ditempuh misalnya dengan pelatihan atau
workshop, seminar, lokakarya, temu alumni, kunjungan, in house
training, matrikulasi, remedial, pengayaan, pendampingan, bimbingan
teknis rutin, dan lainnya. Dalam perencanaan pelaksanaan harus
mempertimbangkan alokasi waktu, ketersediaan dana, SDM, fasilitas,
dan sebagainya.
7) Menyusun rencana supervisi, pemantauan, dan evaluasi
Sekolah merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal,
dan evaluasi internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang
dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang akan
dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring
tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja
sekolah oleh tim. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki
kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan
tujuan dalam kurun waktu satu tahun tersebut.
Pada akhirnya sekolah akan mengetahui program apa yang dapat
dicapai dan kapan suatu target akan dicapai dengan pasti. Tanpa
adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan tanpa ada
kejelasan dan kepastian. Lebih daripada itu, sekolah akan memiliki
daya tawar dengan pihak lain ketika berkepentingan untuk
meningkatkan kemajuan sekolah.
8) Membuat jadwal pelaksanaan program
Apabila program-program telah disusun dengan baik dan pasti,
selanjutnya sekolah merencanakan alokasi waktu per mingguan atau
bulanan atau triwulanan dan seterusnya sesuai dengan karakteristik
program yang bersangkutan. Fungsi utama dengan adanya
penjadwalan ini untuk pegangan bagi para pelaksana program dan
sekaligus mengontrol pelaksanaan tersebut.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) TAHUN
PELAJARAN 20...-20...
A. Analisis Lingkungan Strategis
B. Analisis Kondisi Pendidikan Saat Ini
76
C. Analisis Kondisi Pendidikan Masa Mendatang (4 Tahun ke Depan)
D. Identifikasi Tantangan Nyata (Kesenjangan Kondisi) Antara 4 Tahun
ke depan dengan Kondisi Nyata Saat Ini
E. Visi Sekolah
F. Misi Sekolah
G. Tujuan Sekolah Dalam Empat Tahun
H. Program Strategis
I. Strategi Pelaksanaan
J. Hasil Yang Diharapkan
K. Monitoring dan Evaluasi
L. Pembiayaan
BAB II RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH
(RKAS) TAHUN PELAJARAN 20.../20...
A. Analisis Lingkungan Operasional Sekolah
B. Analisis Kondisi Pendidikan Saat Ini
C. Analisis Pendidikan Sekolah 1 Tahun ke Depan
D. Identifikasi Tantangan Nyata (Kesenjangan Kondisi) Antara 1 Tahun
ke Depan dengan Kondisi Nyata Pendidikan Saat Ini
E. Tujuan Situasional/Sasaran
F. Identifikasi Urusan-urusan Sekolah untuk Mencapai Setiap Sasaran
G. Analisis SWOT
H. Alternatif Langkah-langkah Pemecahan Persoalan
I. Rencana Program Kerja dan Rencana Kegiatan
J. Rencana Monitoring dan Evaluasi (Monev)
K. Penangung Jawab Tim SSN
L. Jadwal Kegiatan
M. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
6. Latihan
a. Jelaskan yang dimaksud dengan RKS dan RKAS?
b. Apa saja tujuan dari dibuatnya RKS dan RKAS?
c. Apa saja unsur unsur yang wajib ada di RKS dan RKAS?
d. Buatlah contoh format penulisan RKAS!
e. Dalam Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengeloalaan, bagaimana peran RKS dan RKAS? Mengapa RKS dan
RKAS belum dijalankan begitu baik di sekolah?
7. Rangkuman
RKS adalah suatu dokumen yang memuat rencana program
pengembangan sekolah empat tahun ke depan dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki menuju sekolah yang
memenuhi Standar Nasional Pedidikan (SNP). RKS berisi rangkaian
rencana berbagai upaya sekolah dan pihak lain yang terkait untuk
mengatasi berbagai persoalan sekolah yang ada saat ini menuju
terpenuhinya SNP.
77
RKAS adalah dokumen yang berisi rencana program pengembangan
sekolah satu tahun ke depan yang disusun berdasarkan RKS untuk
mengatasi kesenjangan yang ada antara kenyataan dengan yang
diharapkan menuju terpenuhinya SNP. Tujuan penyusunan RKS yaitu
menjamin agar tujuan sekolah/madrasah yang telah dirumuskan dapat
dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil,
mendukung koordinasi antar stake holder sekolah, dan menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah,
antar sekolah dan Pembina pendidikan, dan antar waktu. Tujuan
penyusunan RKAS Memberikan arah yang jelas program sekolah,
merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah di masa yang akan dating,
menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi pendanaan pada
kegiatan- kegiatan sekolah, menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
Cara penyusunan RKAS ada 8 cara yaitu sebagai berikut.
1. Membentuk Tim Penyusun RKAS.
2. Melakukan Analisa Situasional Sekolah
3. Menetapkan tujuan satu tahunan.
4. Melakukan identifikasi tantangan nyata.
5. Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana).
Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk
kepentingan satu tahun.
6. Menyusun Strategi Pelaksanaan Program.
7. Menyusun rencana supervisi, pemantauan, dan evaluasi.
8. Membuat jadwal pelaksanaan program.
C. Daftar Bacaan
78
Bab VIII
PENJAMINAN MUTU SEKOLAH
A. Pendahuluan
1. Disktripsi singkat cakupan materi
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka
mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh
sekolah, dan harus jelas target yang akan icapai untuk setiap tahun atau
kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu
pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung
jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya
pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang
dicapai. Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk
selalu bergerak dinamis penuh upaya inovasi, dan mengkondisikan diri
sebagai lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu memperhatikan
tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Ada empat cara
yang dapat dikembangkan dalam mempertahankan manajemen mutu
pendidikan yaitu: school review, benchmarking, quality assurance, dan
quality control.
2. Tujuan pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menguraikan pengertian mutu pendidikan dan mutu
sekolah.
b. Mahasiswa dapat membedakan antara sekolah bermutu dengan
sekolah tidak bermutu.
c. Mahasiswa dapat memberikan penjelasan alasan pentingya
penjaminan mutu di sekolah.
d. Mahasiswa dapat menuliskan langkah-langkah menjaminan mutu
sekolah.
B. Materi
1. Mutu Sekolah
Tenner dan De Toro (1992) mendefinisikan mutu sebagai “quality a
basic bussiness strategy that provides and services that completely
satisfy both internal and external customers by meeting their explicit
expectation”. Pengertian mutu juga dikemukanan oleh Ariani (2004)
bahwa mutu pada dasarnya merupakan keseluruhan ciri atau karakteristik
produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
Pengertian mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan
suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik
yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan
pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan
79
hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat dari
berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah,
dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya
serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan
kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau
mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar
mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun
di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra kurikuler, baik dalam
lingkup substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam
suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap
akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi
yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa
hasil tes kemampuan akademis (misalnya Ulangan Umum, Ujian
Nasional). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu
cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya:
komputer, beragam jenis teknik, dan jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat
berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka
mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh
sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau
kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu
pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung
jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya
pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang
dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah
terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau “kognitif”
dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar,
misalnya: UN oleh PKG atau MGMP. Evaluasi terhadap seluruh hasil
pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya
(benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra kurikuler) dilakukan
oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk
memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya. Dalam
hal ini RKAS harus merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin
dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.
80
tuntutan masyarakat. Sehubungan dengan upaya peningkatan mutu,
terdapat lima kekuatan pokok yang dapat mendorong gerak lembaga
sekolah mencapai “mutu” pendidikan yang diharapakan yaitu: (a)
Kepemimpinan yang efektif; (b) Desain/standar yang tepat; (c) Sistem
yang efektif; (d) Kesadaran dan motivasi personal; (e) Lingkungan yang
kondusif.
81
e. Lingkungan yang kondusif, artinya dengan terwujudnya suatu
lingkungan sekolah yang nyaman menyenangkan tentu akan
memberikan dorongan terhadap peningkatan mutu kegiatan
pendidikan di sekolah. Semakin baik dan lengkap fasilitas sekolah
tentu akan semakin membantu dalam peningkatan mutu dan
pencampaian tujuan pendidikan.
82
\
83
sebuah organisasi pada masa depan dengan menggunakan berbagai
macam alat perencanaan seperti konstituen/pihak, dokumen dan program
internal organisasi, dan alat bantu atau perangkat keras (Anglin, 2003).
Rencana strategis suatu lembaga Pendidikan menerapkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: memperbaiki hasil pendidikan, membawa
perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), demand driven
(prioritas kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, data driven, realistis
sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan
evaluasi, keterpaduan holistic/tersistem, transparans, dan keterkaitan
serta kesepadanan secara vertikal dan horisontal dengan rencana-rencana
lain (Tilaar, 2000).
Suatu rencana strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sehingga sekolah sebagai salah satu organisasi yang mengembangkan
sistem manajemen strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk meraih sukses. Suatu proses rencana manajemen strategis
digunakan untuk menganalisis tuntutan perkembangan lingkungan
strategis, yang langsung atau tidak langsung bersentuhan dengan
pelaksanaan tugas pokok yang kemudian dianalisis dengan pendekatan.
Analisis SWOT, yakni analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal
dan lingkungan eksternal, yang didasarkan pada pendekatanan analisis
lingkungan strategis, isu-isu strategis dan sejumlah faktor kunci
keberhasilan.
Komponen lain sebagai pendukung dalam penyusunan perencaan
peningkatan mtu sekolah secara garis besar dapat digambarkan sebagai
berikut.
84
Sistem penjaminan mutu baik eksternal dan internal dapat
digunakan sebagai acuan dasar dalam menyusun rencana peningkatan
mutu sekolah. Berbagai komponen yang terdapat dalam sistem
penjaminan mutu ini dapat digunakan sebagai metode untuk mencapai
tujuan sekolah sebagai suatu sistem manajemen berbasis sekolah.
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang
disarankan oleh Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan melibatkan
lima faktor yang dominan.
1) Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras,
mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang
kuat.
2) Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat
“sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga
sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
3) Guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan
kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP,
lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut
diterapkan disekolah.
4) Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat
memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan
sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal;
5) Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada
lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan
masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan /
instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia
kerja
85
8. Tersedianya SOP pelayanan yang memadai untuk memenuhi standar
pelayanan minimum.
9. Terwujudnya perilaku organisasi dari seluruh stakeholders yang sesuai
dengan tuposinya yang meliputi kedisiplinan, loyalitas, kerjasama, dan
kemitraan, kepemimpinan, serta kejujuran.
3. Mempertahankan Mutu
Ada empat cara yang dapat dikembangkan dalam mempertahankan
manajemen mutu pendidikan yaitu: school review, benchmarking, quality
assurance, dan quality control.
a. School review adalah proses yang mengharuskan keterkaitan seluruh
komponen lembaga pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak
yang memiliki keterkaitan, misalnya orang tua, atau tenaga
professional, untuk mengevaluasi keefktifan kebijakan lembaga
pendidikan, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusannya.
Dengan metode ini, kita dapat membeberkan kelemahan, kekuatan,
prestasi lembaga pendidikan dan memberikan rekomendasi untuk
penyusunan perencanaan strategis pengembangan lembaga pendidikan
di masa mendatang.
b. Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik
proses, maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu,
untuk kepentingan praktis. Dengan demikian, standar tersebut
direfleksikan dalam realitas yang ada.
c. Quality assurance artinya bahwa konsep ini mengandung jaminan
bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standard
dan prosedur yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat
diharapkan hasil (out put) yang memenuhi standar yang ditentukan
pula.
d. Quality control merupakan suatu sistem yang untuk mendeteksi
terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan
standar. Konsep ini berorientasi pada out put untuk memastikan
apakah output sesuai dengan standar. Oleh karena itu, konsep ini
menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.
Secara sederhana 4 cara mempertahankan mutu sekolah dapat
digambarkan sebagai berikut.
86
SCHOOL REVIEW
QUALITY
ASURANCE
4. Latihan
a. Uraikan pengertian mutu dalam konteks proses pendidikan?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan mutu sekolah?
c. Manfaat apa yang akan dipeoleh dengan diterapkan manajemen mutu
sekolah?
d. Uraian 4 cara yang dapat dikembangkan dalam mempertahankan
manajemen mutu pendidikan?
5. Rangkuman
a) Mutu Sekolah
Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap
akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi
yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa
hasil tes kemampuan akademis (misalnya Ulangan Umum, Ujian
Nasional). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu
cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya:
komputer, beragam jenis teknik, dan jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat
berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.
Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling
berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah,
maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu
oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun
atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu
mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain
tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan
hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil
yang dicapai.
87
b) Menyusun Rencana Peningkatan Mutu
Rencana strategis suatu lembaga Pendidikan menerapkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: memperbaiki hasil pendidikan, membawa
perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), demand
driven (prioritas kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, data driven,
realistis sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil
review dan evaluasi, keterpaduan holistic/tersistem, transparans, dan
keterkaitan serta kesepadanan secara vertikal dan horisontal dengan
rencana-rencana lain.
d) Mempertahankan Mutu
Ada empat cara yang dapat dikembangkan dalam mempertahankan
manajemen mutu pendidikan yaitu: school review, benchmarking, quality
assurance, dan quality control.
1. School review adalah proses yang mengharuskan keterkaitan seluruh
komponen lembaga pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak
yang memiliki keterkaitan, misalnya orang tua, atau tenaga
professional, untuk mengevaluasi keefktifan kebijakan lembaga
pendidikan, program dan pelaksanaannya, serta mutu lulusannya.
Dengan metode ini, kita dapat membeberkan kelemahan, kekuatan,
prestasi lembaga pendidikan dan memberikan rekomendasi untuk
penyusunan perencanaan strategis pengembangan lembaga pendidikan
di masa mendatang.
88
2. Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik
proses, maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu,
untuk kepentingan praktis. Dengan demikian, standar tersebut
direfleksikan dalam realitas yang ada.
3. Quality assurance artinya bahwa konsep ini mengandung jaminan
bahwa proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan
standard dan prosedur yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
dapat diharapkan hasil (out put) yang memenuhi standar yang
ditentukan pula.
4. Quality control merupakan suatu sistem yang untuk mendeteksi
terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan
standar. Konsep ini berorientasi pada out put untuk memastikan
apakah output sesuai dengan standar. Oleh karena itu, konsep ini
menuntut adanya indikator yang pasti dan jelas.
C. Daftar Bacaan
89
BAB IX
AKREDITASI SEKOLAH
A. Pendahuluan
1. Diskripsi singkat cakupan materi
Kemajuan sumber daya manusia tidak dapat diproleh begitu saja,
melainkan haruslah diperoleh melalui proses pendidikan yang baik
dan institusi yang baik pula. Proses Pendidikan secara formal
dilaksanakan di sekolah melalui proses belajar mengajar. Proses Belajar
Mengajar (PBM) merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, dan guru sebagai pemegang peranan utamanya. Pelaksanan
proses belajar mengajar ini, harus didukung dengan sarana prasarana
yang baikdancukup agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara
sempurna. Untuk melaksanakan pbm ini juga harus dilaksanakan oleh
tenaga kependidikan dalam hal ini guru yang memiliki kemampuan yaitu
memenuhi kelayakan dan kesesuaian dengan latar belakang pengetahuan
yang dimilikinya. Dengan kata lain guru harus professional dalam
menjalankan tugasnya. Di samping peran guru, juga peran kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam memimpin sekolah. Melaksanakan pengelolaan
sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah akan tergambar dengan hasil
evaluasi belajar siswa setiap akhir tahun. Demikian juga dalam penilaian
kinerja sekolah melalui akreditasi sekolah akan tercermin hasil
akreditasinya. Oleh sebab itu akreditasi sekolah merupakan salah satu
cara dalam penjaminan mutu pendidikan.
2. Tujuan pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian akriditasi sekolah,
b. Mahasiswa dapat memberikan alasan pentingnya akreditasi sekolah,
c. Mahasiswa dapat memprediksi capaian akreditasi sekolah berdasarkan
data yang ada.
B. Materi
1. Definisi akreditasi sekolah
Pengertian dari akreditasi itu sendiri adalah, ”proses penilaian
secara konprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan,
yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikasi pengakuan dan
peringkat yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan
professional.”
Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah
secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan
evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja
sekolah.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 29 Tahun 2005
tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah menyebutkan
90
bahwa yang dimaksud Akreditasi Sekolah/Madrasah adalah suatu
kegiatan penilaian kelayakan suatu Sekolah/Madrasah berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh BAN-S/M yang hasilnya
diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.
2. Fungsi
Akreditasi Pendidikan menengah dianggap penting dan disebut
secara nyata dalam PP No. 29 Tahun 1990. Maksud dan tujuannya adalah
membina dan meningkatkan mutu pendidikan di Pendidikan Menengah
tersebut.
Fungsi Akreditasi sekolah dan Madrasah
a. Untuk pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana
kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait,
mengacu pada baku kualitas yang di kembangkan berdasarkan
indikator-indikator amalan baik Sekolah,
b. Untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat mempertanggungjawab-
kan apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau
keinginan masyarakat.
c. Untuk kepentingan pengembangan, yakni agar Sekolah dapat
melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan
masukan dari hasil akreditasi.
d. Perlindungan masyarakat (quality assurance)
Maksudnya agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas
pendidikan madrasah dan sekolah yang akan dipilhnya, sehingga
terhindar dari adanya praktek yang tidak bertanggung jawab.
e. Pengendalian mutu (quality control)
Maksudnya agar Sekolah dan Madrasah mengetahui akan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya, sehingga dapat menyusun
perencanaan pengembangan secara berkesinambungan.
3. Prinsip Akreditasi Sekolah Prinsip-prinsip Akreditasi, yaitu
sebagai berikut.
a. Objektif, informasi objektif tentang kelayakan dan kinerja sekolah.
b. Efektif, hasil Akreditasi memberikan informasi yang dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan.
c. Komprehensif, meliputi berbagai aspek dan menyeluruh.
Memandirikan, sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu dengan
bercermin pada evaluasi diri.
d. Keharusan (mandatori), akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah
sesuai dengan kesiapan sekolah.
91
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat. Kedua, evaluasi yang dilakukan
dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Selain itu tujuan akreditasi juga bertujuan agar pihak luar,
pengguna jasa pendidikan mengetahui mutu sekolah dimana mereka
sedang belajar, orang tua mengetahui mutu dan repotasi dimana anak
mereka belajar, pasar atau dunia kerja juga mengetahui kemana
merekaharus memilih dan merekrut tenaga kerjanya; pemerintah
mengetahui dari reputasi sekolah dan madrasah yang bagaimana mereka
harus merekrut atau mendapatkan tenaga kerjanya, dan lembaga-lembaga
(sekolah-sekolah) lain juga dapat mengetahui dengan lembaga pendidikan
yang bagaimana mereka bekerja sama. Lebih dari pada itu, pemerintah
sangat berkepentingan untuk mengetahui, baik langsung maupun tidak
langsung, mutu pendidikan nasional.
Akreditasi juga memiliki tujuan untuk memberi pengakuan
terhadap peringkat kelayakan sebuah sekolah. Selain itu juga bisa untuk
memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada
program dan/atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait.
92
f. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari Taman Kanak-kanak
Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), dan Sekolah
Menengah Luar Biasa (SMLB).
23
Instrumen Akreditasi
Petunjuk Teknis
93
a. Standar Isi
Beberapa penilaian akreditasi standar isi (Permendiknas No.
22/2006) diantarannya menilai keterlibatan dalam hal pengembangan
kurikulum dengan dokmen berita acara rapat, dan tanda tangan dari pihak
tertentu yang terlibat. selain menilai muatan kurikulum, juga menilai
delapan poin, apakah program belajar mengajar sesuai dengan kurikulum
yang berlaku waktu atau tidak.
Prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi tujuh. Meliputi
perkembangan, kebutuhan, kepentingan siswa dan lingkungan. Termasuk
keterpaduan dan beragam. Serta tanggap terhadap teknologi, ilmu
pengetahuan dan seni. Sebagai proses belajar mengajar terpadu, standar isi
juga memperhatikan relevansi dengan kebutuhan kehidupan, melihat
kesinambungan secara menyeluruh dan menyeimbangan dua kepentingan,
yaitu kepentingan daerah dan kepentingan nasional.
Penilaian pada poin standarisi yang lain meliputi pemeriksaan
dokumen program pengembangan ekstra, konseling, menilai standar
kompetensi dan kompetensi dasar, apakah sudah sesuai atau menyimpang.
Adapun penilaian yang termasuk di standarisi, yaitu interaksi selama
proses belajar mengajar, penilaian silabus, dan penilaian KKM atau
Kriteria Ketuntatasan Minimal.
b. Standar Proses
Standar proses dalam akrediasi (Permendiknas No. 41/2007),
meliputi beberapa penilaian. Meliputi materi ajar, RPP yang telah
dikembangkan oleh pihak pendidik, yang meliputi penyusunan,
pelaksanaan dan mengkaji RPP hasil supervise dari pihak kepala/atas
lembaga pendidikan yang sesuai dengan langkah pembelajaran, yang
meliputi kegiatan guru, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Adapun standar proses yang akan dinilai. Mulai dari dokumen
penilaian proses pembelajaran, laporan pelaksanaan supervise proses
pembelajaran, catatan hasil evaluasi proses dan penghargaan yang pernah
diterima lembaga pendidikan.
94
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Permendiknas No.
13/2007 tentang Kepala Sekolah, Permendiknas No. 16/2007 tentang
Guru, Permendiknas No. 24/2008 tentang Tenaga Administrasi)
Penilaian standar pendidikan dan tenaga pendidikan lebih
memfokuskan bentuk dokumen seperti persuratan. Meliputi persuratan
tentang ijazah, sertifikat lulusan mengajar yang telah disesuaiakn
berdasarkan studi yang pernah di tempuhnya. Misalnya, lulusan guru
Matematika, mengajar sebagai guru matematika. Adapun bentuk
penilaian lain, seperti penilaian kinerja dan ketertiban guru, dokumen
presensi dari pihak pengajar dan pendidikan.
Di poin ini, hal yang tidak boleh dilupakan, juga menyertakan SK
pengangkatan. Adapun batas minimal SK pengangkatan, untuk jalur
guru, minimal sudah menjadi seorang guru selama tiga tahun, sedangkan
untuk jalur laporan/teknis minimal lima tahun. Adapun aturan untuk
pendidikan, jalur guru, minimal bergelar S1, sedangkan untuk jalur
laboran/teknisi minimal lulusan D3.
e. Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas 24/2007)
Dibuktikan dengan dokumen yang memuat luas lahan bangunan
sekolah/madrasah, dokumen, pengamatan dan wawancara.
f. Standar Pengelolaan (Permendiknas 19/2007)
Penilaian standar pengelolaan, pihak lembaga pendidikan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Baik mensosialisasi tentang
visi dan misi lembaganya, ataupun mensosialisasikan tujuan yang ingin
dicapai. Adapun hal lain yang dipersiapkan dalam standar pengelolaan,
yaitu dokumen tertulis yang berisi tentang rencana kerja selama setahun
yang akan datang.
Standar pengelolaan juga mengatur aspek dokumen seperti
kalender pendidikan/akademik, pendayagunaan pendidikan dan tenaga
pendidikan, peraturan atau kode etik sekolah untuk peserta didik dan
pengelolaan struktur organisasi lembaga pendidikan tersebut. Selama
proses persiapan akreditasi, standar pengelolaan juga memperhatikan
program pengelolaan sarana dan prasarana. Meliputi, perencanaan,
evaluasi, perlengkapan fasilitas proses belajarmengajar, pemeliharan
fasilitas dan peralatan serta membuat skala prioritas.
g. Standar Pembiayaan (Peraturan Pemerintah 48/2008)
Untuk komponen standar pembiayaan, ada beberapa dokumen yang
harus anda persiapkan, antara lain berikut ini.
1) Dokumen RKA 3 tahun terakhir. Dalam penilaian akreditasi sekolah,
pembiayaan dinilai selama tiga tahun terakhir. Ini berarti anda harus
mengambil kembali dokumen tersebut.
2) Rincian realisasi pembiayaan
Dokumen berikutnya yang tidak luput anda siapkan adalah realisasi
pembiayaan tiga tahun terakhir. Komponen pembiayaan yang diminta
dalam akreditasi sekolah meliputi; Pengembangan sarana dan
prasarana, pengembangan pendidik, pengembangan tenaga
95
kependidikan dan modal kerja. Jadi kalau, realisasi pembiayaan anda
belum dirinci kedalam komponen tersebut, saya sarankan lakukan
segera.
3) Rincian realisasi operasional nonoperasional
Realisasi pembiayaan untuk dana nonoperasional yang harus anda
siapkan selama tiga tahun terakhir antara lain alat tulis sekolah, Bahan
dan alat habis pakai, Pemeliharaan dan perbaikan ringan, Daya dan
jasa, Transportasi/perjalanan dinas, Konsumsi, Asuransi, Pembinaan
siswa, Pelaporan.
h. Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas 20/2007)
Standar penilaian dalam akreditasi menyampaikan perihal evaluasi
selama proses belajar mengajar selama satu semester. Pelaporan standar
penilaian menggunakan beberapa teknik penilaian, dengan pengamatan,
tes, tugas akhir dan tugas tugas terstruktur.
Adapun yang dinilai dari poin ini, selain RPP, silabus, juga menilai
tentang dokumen analisis hasil penilaian siswa dan pengarsipan hasil
evaluasi belajar yang ditelah disahkan oleh atasn//kepala.
8. Nilai Akreditasi
Nilai akreditasi mengacu pada standart penilaian pendidikan yang
sudah ditetapkan. Nanti dari standar tersebut akan didropdown lagi
menjadi beberapa substandar yang lebih rinci dengan bobot nilai yang
berbeda-beda. Setelah sepuluh standar di atas dinilai, akan didapat nilai
akhir skala 0 - 100 yang menentukan suatu lembaga mendapatkan
akreditasi A, B, C, atau tidak terakreditasi.
Akreditasi A nilai 91 - 100
Akreditasi B nilai 81 - 90
Akreditasi C nilai 71 - 80
Tidak terakreditasi nilai kurang dari 71.
Kategori di atas dapat beubah sesuai dengan kebijakan BAN-S/M.
96
Penilaian Yang Digunakan
Untuk memperoleh pengakuan status dan tingkat kelayakan sekolah
dan madrasah melalui akreditasi, sekurang-kurangnya satuan pendidikan
madrasah harus telah memenuhi persyaratan sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a. Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
pada satuan pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1) Kepala Sekolah/Madrasah.
2) Pendidik dan tenaga kependidikan, terdiri dari sekurang-kurang
seorang guru untuk setiap kelas bagi madrasah dan sekolah seorang
guru untuk masing-masing mata pelajaran bagi MTs/SMP dan
MA/SMA.
3) Siswa, sekurang-kurangnya 10 orang setiap tingkatan.
4) Kurikulum yang diterapkan.
5) Ruang belajar.
6) Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan yang diperlukan.
7) Sumber dana tetap.
b. Penyelenggara pendidikan, baik itu dari pemerintah maupun dari
masyarakat. adapun penyelenggaraan pendidikan dari masyarakat.
Harus berbentuk yayasan atau organisasi sosial yang berbadan hukum.
c. Telah memiliki piagam terdaftar atau izin operasional penyelenggaraan
pendidikan madrasah dan sekolah dari instansi yang berwenang.
Sekolah /Madrasah Memiliki surat keputusan kelembagaan Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) sekolah.
Secara umum pedoman penilaian akreditasi itu meliputi aspek
berikut: pertama, dari segi kelembagan meliputi organisasi, sarana dan
prasarana, keuangan, dan tenaga pendidikan. Kedua, dari segi Akademik
meliputi kurikulum, guru dan siswa, perpustakaan, dan penyelenggara.
97
penyelenggara pendidikan, perguruan tinggi, dan organisasi yang
relevan yang memliki kewenanga untuk menetapkan kebijakan,
standar, sistem, dan perangkat akrediatasi secara nasional. Badan
Akreditasi Porpinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) berkewenangan
untuk melaksanakan kegiatan akreditasi SMP /MTs, SMA/MA, SMK
dan SLB. Saat BAM ini disusun terjadi perbahan tentang kewenangan
Pemerintah Provinsi terhadap BAP seluruh kewenangan pembentukan
menjadi tanggung jawab pusat sehingga berganti menjadi BAN S/M.
98
Visitasi dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari dua orang asesor. Agar
visitasi berjalan sesuai dengan tujuannya, sehingga dapat mendukung
hasil hasil akreditasi yang komprehensif, valid, dan akurat serta dapat
memberikan manfaat maka kegiatan visitasi harus mengikuti tata cara
pelaksanaan yang baku. Visitasi dilaksanakan jika suatu sekolah
dinyatakan layak berdasarkan penilaian evaluasi diri. Visitasi
dilaksanakan segera setelah sekolah mengirimkan evaluasi diri.
d. Penerbitan sertifikat
Sertifikat Akreditasi sekolah adalah surat yang menyatakan
pengakuan dan penghargaan terhadap sekolah atas status dan
kelayakan sekolah melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja
sekolah terhadap komponen-komponen sekolah berdasarkan standar
yang ditetapkan BAN-S/M untuk jenjang pendidikan tertentu
Masa berlaku akreditasi adalah selama 5 tahun, permohonan
akreditasi ulang dilakukan 6 bulan sebelum masa berlaku habis.
Akreditasi ulang untuk perbaikan diajukan sekurang-kurangnya 2
tahun sejak ditetapkan.
99
Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi
sekolah. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai
berikut yaitu: A (Amat Baik), B (baik), dan C (Cukup).
68
10. Latihan
a. Hasil akreditasi beberapa sekolah ada pada tabel berikut, analisis yang
menjadi penyebab sebagai sekolah tidak terakreditasi.
100
Tabel 9.3 Skor Hasil Akreditasi Tiap Komponen
11. Rangkuman
Akreditasi merupakan proses penilaian secara konprehensif
terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya
diwujudkaan dalam bentuk sertifikasi pengakuan dan peringkat yang
dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan professional. Tujuan
diadakannya akreditasi sekolah adalah agar penyelenggaraan pendidikan
pada semua lingkup mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, dan juga
101
untuk mengetahui mutu tiap sekolah. Sekolah yang akan melakukan
akreditasi harus memenuhi syarat dan mengikuti prosedur yang sudah
ditetapkan oleh Badan Pelaksana Akreditasi. Akreditasi sendiri memiliki
beberapa jenis tergantung dengan bobot. Untuk memperoleh pengakuan
status dan tingkat kelayakan, sekurang-kurangnya satuan pendidikan
madrasah harus telah memenuhi persyaratan sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan. Untuk mengajukan permintaa akreditasi,
terdapat prosedur yang harus dilakukan.
C. Daftar Bacaan
102
Tilaar. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional. Jakarta: PT
Grasindo.
103
DAFTAR PUSTAKA
Calam, A., & Qurniati , A. 2016. Merumuskan Visi dan Misi Lembaga
Pendidikan Jurnal Saintikom, 1-16.
Dewi, Erna Ferrina. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen Implikasi pada
Strategi Pemasaran Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi, Ike Janita. 2005. Inspirasi Bisnis: Perspektif Baru dalam Strategi
Branding, Bisnis, dan Karir. Yogyakarta: Amara Books.
104
Hidayat, Ara dan Imam, Machali 1999. Pengeloolaan Pendidikan. Bandung:
Pustaka Educa.
105
Rogert, Everet. 1962. Diffusion of Inovation Fouth Edition. UK: University of
New Mexico.
Suparlan, M. Ed. 2013. Manajemen berbasis Sekolah (MBS) dari teori sampai
dengan Praktik. Jakarta; PT Bumi Aksara.
Tai, Jacky dan Wilson, Chew. 2012. Brand Manajemen: 13 strategi untuk
mengembangkan merek anda. Jakarta: Indeks.
106
Tjiptono, Fandy. 2011. Manajemen dan Strategi Merek. Yogyakarta: Andi.
Wibisono, Maria dan Yoestini. 2011. Analisis Brand Strategy Dan Brand
Equity Terhadap Consumer Responses. Semarang: Jurnal.
107
Kunci Jawaban
Bab I. Manajemen
a. Manajemen adalah proses yang berupa tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan serta pemanfaatan
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
b.
1) Planning atau Perencanaan, adalah proses untuk menentukan tujuan
yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus diambil untuk
mencapainya.
2) Organizing atau Pengorganisasian, adalah proses pemberian tugas,
pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara
terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan
rencana.
3) Actuating atau Pengarahan/Kepemimpinan, adalah proses untuk
menumbuhkan semangat pada karyawan supaya bekerja giat serta
membimbing mereka melaksanakan rencana dalam mencapai tujuan.
4) Controling atau Pengawasan/Pengendalian, adalah proses pengukuran
kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana
serta mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan.
c. Fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian atau organizing,
fungsi pengarahan atau directing, fungsi control (control).
d. Kepemimpinan yaitu suatu proses pengarah, membuat rencana, berpikir
dan tanggung jawab serta memberi pengaruh kepada orang lain untuk
mencapai tujuan.
e. Kepemimpinan visioner (kepemimpinan ini yang difokuskan pada
rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan
(agen of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang
tahu prioritas, menjadi pelatih yang provisional dan menjadi pembimbing
anggota lainnya) dan kepemimpinan transformasional (kepemimpinan
transformasional diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin
tersebut terhadap para pengikutnya).
108
ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), caracara
berpikir (kritis, kreatif/ divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan
ilmiah). Output nonakademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga
diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi
terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan,
kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
c. Tahapan pelaksanaan MPMBS
1) Melakukan sosialisasi.
2) Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah.
3) Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran situasional.
4) Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai
sasaran.
5) Melakukan analisis SWOT.
6) Alternatif langkah pemecahan persoalan.
7) Menyusun rencana dan program peningkatan mutu.
8) Melaksanakan rencana peningkatan mutu.
9) Melakukan evaluasi pelaksanaan.
10) Merumuskan sasaran mutu baru.
109
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi
bagi pihak yang berkepentingan di masa datang menurut Akdon.
110
sekolah, dan menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
baik antar pelaku sekolah, antar sekolah dan Pembina pendidikan, dan
antar waktu. Tujuan penyusunan RKAS Memberikan arah yang jelas
program sekolah, merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah di masa yang
akan dating, menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
pendanaan pada kegiatan- kegiatan sekolah, menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
c. a. Profil sekolah
b. SK Tim Penyusun RKS/RKAS
c. Lainnya yang relevan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) TAHUN PELAJARAN
20...-20...
A. Analisis Lingkungan Strategis
B. Analisis Kondisi Pendidikan Saat Ini
C. Analisis Kondisi Pendidikan Masa Mendatang (4 Tahun ke Depan)
D. Identifikasi Tantangan Nyata (Kesenjangan Kondisi) Antara 4 Tahun ke
depan dengan Kondisi Nyata Saat Ini
E. Visi Sekolah
F. Misi Sekolah
G. Tujuan Sekolah Dalam Empat Tahun
H. Program Strategis
I. Strategi Pelaksanaan
J. Hasil Yang Diharapkan
K. Monitoring dan Evaluasi
L. Pembiayaan
111
BAB III PENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
a. Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rancangan Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) merupakan sesuatu yang mutlak ada di setiap sekolah
atau madrasah. Sebagaimana telah di atur dalam Permen Diknas Nomor
19 Tahun 2007 tentang Standar Pengeloalaan. RKS dan RKAS dijadikan
dasar pengelolaan sekolah / madrasah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabel.
RKS dan RKAS belum sepenuhnya dilaksanakan satuan pendidikan
dengan baik. Hal ini tentu merugikan dan menghambat sekolah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan sekolah keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan sulit
dicapai. Sehingga perlu adanya upaya untuk mengetahui RKS dan RKAS
lebih dalam supaya mampu merumuskan dan menyusun RKS dan RKAS
dengan tepat.
112
proses yang berlangsung dilaksanakan sesuai dengan standard dan
prosedur yang telah ditetapkan; (4) Quality control merupakan suatu
sistem yang untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put
yang tidak sesuai dengan standar.
113
DAFTAR GLOSARIUM
114
Istilah Arti Istilah
Pencitraan Reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia
hubungan masyarakat (kehumasan) atau Public
Relations.
Publik Orang atau masyarakat, dimiliki masyarakat, serta
berhubungan dengan, atau memengaruhi suatu bangsa,
negara, atau komunitas.
Proses penilaian secara konprehensif terhadap
Akreditasi kelayakan satuan atau program pendidikan, yang
sekolah hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikasi
pengakuan dan peringkat yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga yang mandiri dan professional
Visitasi Kunjungan tim asesor ke sekolah dalam rangka
pengamatan lapangan, wawancara dengan warga
sekolah, verifikasi data pendukung, serta pendalaman
hal-hal khusus yang berkaitan dengan komponen dan
aspek akreditasi
Sertifikat Surat yang menyatakan pengakuan dan penghargaan
Akreditasi terhadap sekolah atas status dan kelayakan sekolah
sekolah melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja
sekolah terhadap komponen-komponen sekolah
berdasarkan standar yang ditetapkan BAN-S/M untuk
jenjang pendidikan tertentu.
Mutu Mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun
jasa; baik yang tangible maupun yang intangible.
Visi Gambaran tentang masa depan (future)yang realistik
dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu
Misi Pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai
organisasi bagi pihak yang berkepentingan di masa
datang
RKS Rencana Kerja Sekolah
RKAS Rancangan Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan
sesuatu yang mutlak ada di setiap sekolah atau
madrasah
Mutu Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada
sekolah prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun
waktu tertentu.
BAN-S/M Badan Akreditasi Nasional /Sekolah/Madrasah
MPMBS Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah,
merupakan suatu model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa dan
masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah
115
Istilah Arti Istilah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Brand Sebuah nama mewakili suatu produk secara keseluruhan
baik produk itu sendiri, produk jasa dan perusahaan–
perusahaan dan hal-hal yang berkaitan.
Pencitraan Suatu cara untuk membangun image kepada publik.
Image atau gambaran dalam benak publik yang tentu
saja diarahkan kepada sesuatu yang positif.
Keunggulan Derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dan
relatif unggul dari yang pernah ada sebelumnya
Kompatibilit Derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten
as dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu
dan kebutuhan pengadopsi. adalah derajat dimana
inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai
yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
pengadopsi.
116
DAFTAR INDEKS
A K
administrasi · 8 kepala · ii, 11, 13, 15, 20, 28,
akreditasi · ii, iii, v, vii, 68, 31, 36, 37, 39, 49, 67, 68,
73, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 71, 78, 83, 84, 85, 87, 93,
99, 100, 101, 102, 103, 97, 99, 112, 119, 132, 139,
104, 105, 119, 134, 140, 144, 154, 169, 176, 179,
144, 156, 169 181
aktivitas · 7 Kepemimpinan · viii, 3, 11,
analisis · iii, iv, vi, 19, 29, 34, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
37, 41, 42, 43, 44, 49, 50, 25, 82, 83, 87, 110, 112,
51, 52, 73, 75, 86, 90, 99, 116
104, 109, 110, 113, 118, Kerja · ix, 70, 71, 79, 115,
125, 126, 127, 130, 149, 116, 119, 171, 172, 174,
152, 161, 165, 166, 169, 175
173
Ancaman · 43, 47, 48, 50, M
118 Madrasah · xiv, 41, 92, 93,
94, 95, 96, 100, 101, 103,
B 105, 106, 107, 108, 109,
brand · 59, 60, 61, 62, 63, 111, 119, 179
114, 120 Manajemen · 1
Branding · v, ix, x, xiii, 59, mandiri · 4, 5, 6, 23, 27, 56,
60, 63, 108, 110, 114 93, 101, 105, 119
misi · iv, 28, 30, 31, 32, 33,
C 41, 52, 53, 54, 55, 57, 67,
Citra · 64, 65, 66, 68, 69 I 98, 113, 139
Image · 64, 65, 68, 120 mutu · ii, iii, iv, v, 19, 20, 21,
22, 27, 35, 36, 37, 39, 40,
J 41, 42, 44, 49, 51, 73, 75,
jaminan · 61, 62, 89, 91, 94, 81, 82, 83, 84, 85, 87, 88,
117 89, 90, 91, 93, 94, 95, 103,
117
105, 110, 112, 113, 116, Program · ii, iii, 35, 74, 78,
117, 119, 126, 173 79, 80, 115, 139, 140, 143,
144, 145, 169, 171, 172,
P 174, 175, 181
peluang · 21, 34, 35, 37, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 50, 52, R
113, 118 RKAS · v, x, xi, xiii, xiv, 70,
pemasaran · 15, 50, 67, 68, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 78,
109 79, 80, 82, 109, 114, 115,
Pencitraan · ix, xi, 64, 65, 66, 116, 119, 124, 134, 149,
67, 68, 114, 119, 120 155, 171, 175
Pendidikan · ii, iii, viii, x, xiii, RKS · v, x, xiii, xiv, 70, 71, 72,
3, 4, 5, 6, 13, 14, 17, 18, 73, 74, 75, 77, 78, 79, 80,
24, 25, 27, 28, 37, 38, 39, 114, 115, 116, 119, 124,
40, 41, 50, 51, 58, 69, 70, 125, 134, 145, 149, 155,
71, 74, 79, 86, 87, 90, 91, 159, 171, 175
92, 93, 94, 97, 99, 103,
105, 106, 107, 108, 109, S
110, 111, 115, 118, 136, sekolah · ii, iii, iv, v, vi, vii, 1,
140, 141, 148, 157, 170, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,
176, 181 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23,
Perencanaan · xiii, 2, 7, 10, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
52, 72, 112 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
potensi · 4, 6, 20, 30, 32, 41, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46,
42, 43, 47, 49, 50, 55, 67 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
program · ii, 3, 22, 26, 27, 55, 56, 57, 59, 64, 65, 66,
28, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73,
49, 57, 64, 66, 70, 71, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 80, 81,
73, 78, 80, 85, 86, 88, 91, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88,
93, 95, 97, 98, 105, 113, 89, 90, 93, 94, 95, 97, 98,
114, 115, 116, 119, 135, 99, 100, 101, 102, 103,
138, 139, 141, 142, 144, 104, 105, 110, 112, 113,
145, 156, 166, 167, 169, 114, 115, 116, 118, 119,
171, 172, 173, 175, 176 125, 126, 127, 129, 131,
118
132, 134, 135, 136, 137, 140, 141, 142, 144, 154,
138, 139, 140, 141, 142, 155, 169, 172
144, 145, 149, 152, 153, SWOT · iii, iv, vi, viii, ix, x,
154, 155, 156, 157, 158, xii, xiii, 34, 37, 42, 43, 44,
159, 160, 161, 165, 166, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,
167, 169, 170, 171, 172, 79, 86, 90, 109, 113, 115,
173, 176, 177, 178, 179 118, 149, 161, 163, 165,
sentralistik · 19, 38 166, 169
standar · v, 2, 7, 10, 34, 38,
53, 56, 70, 75, 76, 77, 82, V
83, 85, 88, 89, 90, 91, 97, Visi · iv, ix, x, xii, xiii, 14, 15,
98, 99, 101, 102, 116, 117, 30, 31, 52, 53, 55, 57, 58,
119, 126, 127, 132, 133, 74, 79, 92, 108, 114, 115,
119
119
LAMPIRAN 1
Beberapa komponen utama yang termasuk dalam RKS ini adalah sebagai
berikut:
120
aktual, baik ditinjau dari sisi mutu, akses, efisiensi, relevansi, dan
manajemennya, yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, politik,
keamanan, kemajuan IPETK, budaya, dsb SEBAGAIMANA TELAH DIANALISIS
SEBELUMNYA. Dijekaskan sejauhmana berbagai komponen di atas dapat
berpengaruh terhadap sistem pendidikan nasional atau internasional.
121
sebagai Calon SSN (termasuk SATAP), SSN atau SSN yang akan menuju SBI.
Dalam mengidentifikasi tantangan nyata, maka diusahakan bersifat
kuantitatif dan terukur. Untuk menghasilkan besarnya tantangan nyata yang
terukur tersebut, maka dalam analisis pendidikan masa datang dalam tiap
aspek SNP adalah menggunakan pedoman kepada: kriteria, standar,
spesifikasi, dan lainnya dari peraturan perundangan yang berlaku atau kalau
belum diatur secara eksplisit dapat menggunakan dasar-dasar konsep
pendidikan yang ideal. Selisih antara kondisi ideal tiap aspek SNP terhadap
kondisi nyata tiap aspek SNP adalah merupakan besarnya tantangan nyata
yang harus diatasi sekolah.
Contoh 1:
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
a Bidang akademik:
122
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
c Kelulusan:
- Jumlah kelulusan 75% - Jumlah kelulusan 100% 25%
d Melanjutkan studi: -
- Jumlah lulusan yang Jumlah lulusan yang 20%
melanjutkan studi ke jenjang melanjutkan studi ke jenjang
lebih tinggi 80% lebih tinggi 100%
2 Standar Isi Standar Isi
a Buku KTSP (Buku/Dokumen-1):
Belum tersusun Buku KTSP Tersusun 1 Buku KTSP 1 buah
b Silabus: Silabus:
- Tersusun silabus 5 mapel - Tersusun silabus 11 mapel Silabus 6 mapel
Silabus kelas 8
- Tersusun silabus semua - Tersusun silabus semua dan 9
mapel kelas 7 mapel kelas 8 dan 9
c Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP):
- Tersusun RPP : 50% dari - Tersusun RPP : 100% dari 50%
semua mapel semua mapel
- Tersusun RPP semua mapel - Tersusun RPP semua mapel RPP kelas 8
kelas 7 kelas 7 dan 9
3. Standar Proses
123
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
b Persyaratan Pembelajaran
124
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
125
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
a Kepala sekolah:
126
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
127
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
- Ruang Lab. Bahasa: tidak ada - Ruang Lab. Bahasa: 2 buah Terbangun 2
R Lab Bahasa
- Ruang Lab. Komputer: tidak - Ruang Lab. Komputer: 2 Terbangun 2 R
ada buah Lab Komputer
- Ruang multi media: tidak ada - Ruang multi media: tidak Terbangun R
ada multi media
- Ruang akademik dan - Ruang akademik dan Terbangun 2
pengembangan SIM: tidak pengembangan SIM: 2 buah R akademik
ada dan SIM
- Ruang kantin: tidak standar - Ruang kantin: ada s/ tandar Terbangun R
(<10m2) kantin standar
- Dll - Dll
- Daya listrik rendah (< 3000W) - Daya listrik rendah (6000W) 3000W
- Komputer Guru: 5% - Komputer Guru: 25% 20%
- Komputer TU: 1 buah - Komputer TU: 5 buah 4 buah
- Komputer perpustakaan: - Komputer perpustakaan: 20 buah
tidak ada 20 buah
- Komputer Lab IPA: tidak ada - Komputer Lab IPA: 1 buah 1 buah
- Jaringan internet: tidak ada - Jaringan internet: ada Terpasang
jaringan
128
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
129
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
130
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
f Dll Dll
131
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
90% 100%
k Dll Dll
132
Besarnya
Kondisi pendidikan masa
No. Kondisi pendidikan saat ini tantangan
datang
nyata
g Dll Dll
Catatan:
Yang dikembangkan dalam contoh ini HANYA terbatas pada program sekolah aspek-
aspek tertentu saja, sekolah dapat mengembangkan lagi sesuai dengan kondisi dan
tuntutan sekolah masing-masing.
C. VISI SEKOLAH
D. MISI SEKOLAH
133
F. PROGRAM STRATEGIS
134
c. Pemenuhan fasilitas pembelajaran dan penilaian
d. Dll
6. Pemenuhan Standar Pengelolaan:
a. Pemenuhan perangkat dokumen pedoman pelaksanaan rencana
kerja dan kegiatan sekolah
b. Pemenuhan struktur organisasi dan mekanisme kerja sekolah
c. Peningkatan supervisi, monitoring, evaluasi, dan akreditasi sekolah
d. Peningkatan peranserta masyarakat dan kemitraan
e. Pengembangan perangkat administrasi sekolah (Program Aplikasi
Sekolah)
f. Pengembangan SIM sekolah
g. Pengembangan standar ISO: 9001 tahun 2000 dan seterusnya
h. Dll
7. Pemenuhan Standar Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan:
a. Peningkatan sumber dana pendidikan
b. Pengembangan pengalokasian dana
c. Pengembangan penggunaan dana
d. Peningkatan pelaporan penggunaan dana
e. Peningkatan dokumen pendukung pelaporan penggunaan dana
f. Pengembangan income generating unit/unit produksi/unis usaha
sekolah
g. Dll
8. Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan:
a. Peningkatan frekuensi ulangan harian
b. Peningkatan pelaksanaan UTS
c. Pengembangan materi UAS
d. Pengembangan materi ulangan kenaikan kelas
e. Pengembangan teknik-teknik penilaian kelas
f. Pengembangan instruman ulangan harian
g. Pengembangan instrumen ulangan kenaikan kelas
h. Pengembangan instrumen UTS
i. Pengembangan instrumen UAS
j. Pemenuhan mekanisme dan prosedur penilaian guru
k. Pemenuhan mekanisme dan prosedur penilaian oleh sekolah
l. Pengembangan perangkat pendokumentasian penilaian
m. Dll
9. Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah:
a. Pengembangan budaya bersih
b. Penciptaan lingkungan sehat, asri, indah, rindang, sejuk, dll
(tamanisasi)
135
c. Pemenuhan sistem sanitasi/drainasi
d. Penciptaan budaya tata krama “in action”
e. Peningkatan kerjasama dengan lembaga lain relevan bidang 6K
f. Pengembangan lomba-lomba kebersihan, kesehatan, dll
g. Dll
G. STRATEGI PELAKSANAAN/PENCAPAIAN
136
H. HASIL YANG DIHARAPKAN
Contoh:
Catatan:
Perlu ditambahkan bahwa hasil yang diharapkan agar memuat apa yang
dihasilkan, kapan dicapai, dan tahapan pencapaian. Hasil-hasil yang
dirumuskan di sini juga bisa disusun lebih rinci sama substansinya dengan
rumusan program strategis yang telah disusun di atas.
137
No Program Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV
A. PENINGKATAN SKL
1. Pengembangan
Buku-1 KTSP
(Dokumen-1 KTSP)
2. Pengembangan
silabus
3. Pengembangan RPP
4. Pengembangan
Bahan Ajar, Modul,
Buku, dan
sebagainya
5. Pengembangan
Panduan
Pembelajaran
6. Pengembangan
Panduan Evaluasi
Hasil Belajar
7. Dll
C. PEMENUHAN STANDAR PROSES
1. Pemenuhan
persiapan
pembelajaran
2. Pemenuhan
persyaratan
pembelajaran
138
3. Peningkatan
pelaksanaan
pembelajaran
4. Peningkatan
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran
5. Peningkatan
pengawasan proses
pembelajaran
6. Dll
D. ...................................dst
139
4. Mewujudkan evaluasi kinerja sekolah (internal)- akhir tahun
(memnetukan tim, membuat instrumen, memvalidasi, melaksanakan,
menganalisis, membuat laporan, tindak lanjutnya)
5. Dll
Bentuk Program:
1. Pemenuhan Supervisi Sekolah
2. Pemenuhan Monitoring Pelaksanaan Program Sekolah
3. Pemenuhan Evaluasi Kinerja Sekolah
4. Pemenuhan Evaluasi Kinerja Guru dan tenaga kependidikan lainnya
J. PEMBIAYAAN
140
141
142
143
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)
ATAU RENCANA JANGKA PENDEK SATU TAHUN
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
a Bidang akademik:
- Rata2 pencapaian KKM semua - Rata2 pencapaian KKM semua mapel 6,5 0,5
mapel 6,00 - Rata2 pencapaian NUN 5,5
- Rata2 pencapaian NUN 4,00 - Memperoleh juara ke-2 tk kab/kota 1,5
bidang Matematika
- Memperoleh juara ke-3 tk - Memperoleh juara ke-1 tk kab/kota 1 tingkat
kab/kota bidang Matematika bidang IPA
144
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
d Melanjutkan studi: -
- Jumlah lulusan yang melanjutkan Jumlah lulusan yang melanjutkan studi ke 10%
studi ke jenjang lebih tinggi 80% jenjang lebih tinggi 90%
2 Standar Isi Standar Isi
b Silabus: Silabus:
145
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
3. Standar Proses
- Kepemilikan silabus oleh guru: - Kepemilikan silabus oleh guru: 100% 50%
50% memiliki memiliki
- Kepemilikan RPP oleh guru: 50% - Kepemilikan RPP oleh guru: 100% 50%
memiliki memiliki
- Kepemilikan sumber belajar/ - Kepemilikan sumber belajar/bahan ajar: 50%
bahan ajar: 50% 100%
- Pengembangan perangkat - Pengembangan perangkat instrumen 50%
instrumen untuk pemahaman guru untuk pemahaman guru terhadap
terhadap karakteristik siswa: 50% karakteristik siswa: 100%
b Persyaratan Pembelajaran
- Jumlah siswa per rombel: 40 anak - Jumlah siswa per rombel: 32 anak Pengurangan 8
siswa/rombel
- Beban mengajar guru: ≥ 24 jam/minggu Penambahan
- Beban mengajar guru: 10 - Ratio antara jumlah siswa dengan buku 14
jam/minggu tekas mapel 1:1 jam/minggu
- Ratio antara jumlah siswa - Pengelolaan kelas: 100% Penambahan
dengan buku tekas mapel 3:1 - Dll 2 buku/siswa
- Pengelolaan kelas: 50% 50%
- Dll
c Pelaksanaan pembelajaran: Pelaksanaan pembelajaran:
146
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
a Kepala sekolah:
- Belum pelatihan bahasa Inggris - TOEFL > 400 Niai TOEFL >
atau TOEFL < 400 400
- Belum pelatihan TIK - pelatihan TIK min. 5 kali 5 kali
- Belum pelatihan kepemimpinan - pelatihan kepemimpinan min. 3 kali 3 kali
- Belum pelatihan manajerial - pelatihan manajerial sekolah (MBS) min. 3 kali
sekolah (MBS) 3 kali
- Belum pelatihan kewirausahaan - pelatihan kewirausahaan min. 3 kali 3 kali
- Belum pelatihan supervisi, - pelatihan supervisi, monitoring, dan 3 kali
monitoring, dan evaluasi sekolah evaluasi sekolah min. 3 kali
- Belum pelatihan administrasi - pelatihan administrasi persekolahan 3 kali
persekolahan min. 3 kali
- Belum pelatihan KTSP - Pelatihan KTSP min 2 kali 2 kali
- Dll - Dll
b Guru: (bersifat rata-rata) Guru: (bersifat rata-rata)
147
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
- Ruang Lab. Bahasa: tidak ada - Ruang Lab. Bahasa: 1 buah Terbangun R
Lab Bahasa
- Ruang Lab. Komputer: tidak ada - Ruang Lab. Komputer: 1 buah Terbangun R
Lab Komputer
- Ruang multi media: tidak ada - Ruang multi media: 1 buah Terbangun R
multi media
- Ruang akademik dan pengem- - Ruang akademik dan pengembangan Terbangun R
bangan SIM: tidak ada SIM: 2 buah akademik dan
SIM
- Ruang kantin: tidak standar - Ruang kantin: standar (>10m2) Terbangun R
(<10m2) kantin
standar
c Fasilitas Pembelajaran dan Penilaian Fasilitas Pembelajaran dan Penilaian
- Daya listrik rendah (< 3000W) - Daya listrik rendah (6000W) 3000W
- Komputer Guru: 5% - Komputer Guru: 25% 20%
148
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
- Dokumen RPS (RKS dan RKAS): - Dokumen RPS (RKS dan RKAS): 100% 50%
50%
- Dokumen PSB: 60% - Dokumen PSB: 100% 40%
- Dokumen Pedoman pembinaan - Dokumen Pedoman pembinaan kesiswaan: 50%
kesiswaan: 50% 100%
- Dokumen tata tertib sekolah: 50% - Dokumen tata tertib sekolah: 100% 50%
- Dokumen kode etik sekolah: 50% - Dokumen kode etik sekolah: 100% 50%
- Dokumen penugasan guru: 80% - Dokumen penugasan guru: 80% 20%
- Dll - Dll
b Struktur organisasi dan mekanisme Struktur organisasi dan mekanisme kerja:
kerja:
149
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
- Bantuan biaya pendidikan dari - Bantuan biaya pendidikan dari orang tua 140.000,-
orang tua siswa: 10.000 rupiah/ siswa: 150.000 rupiah/bulan
bulan - Dll
- Dll
e SIM sekolah: SIM sekolah:
- Tidak terpasang PAS (Paket - Terpasang PAS (Paket Aplikasi Sekolah): 100%
Aplikasi Sekolah) 100%
- Tidak terpasang jaringan SIM - Terpasang jaringan SIM: 100% 100%
- Dll - Dll
a Frekuensi ulangan harian oleh guru: Frekuensi ulangan harian oleh guru: 100% 50%
50%
b Ulangan tengah semester yang Ulangan tengah semester yang dilakukan 50%
dilakukan oleh guru: 50% oleh guru: 100%
c Cakupan materi ulangan akhir Cakupan materi ulangan akhir semester 10%
semester yang dilakukan sekolah: 90% yang dilakukan sekolah: 100%
d Cakupan materi ulangan kenaikan Cakupan materi ulangan kenaikan kelas 10%
kelas oleh sekolah: 90% oleh sekolah: 100%
f Instrumen yang dikembangkan guru Instrumen yang dikembangkan guru untuk 20%
untuk ulangan harian: 80% ulangan harian: 100%
150
Besarnya
No. Kondisi pendidikan saat ini Kondisi pendidikan masa datang ( 1 tahun) tantangan
nyata
k Dll Dll
E. TUJUAN SITUASIONAL/SASARAN
Harus diperhatikan:
1. Sasaran diambil atau merupakan bagian dari RKS pada bagian TUJUAN
4 TAHUN
2. Ada skala prioritas sasaran dari tujuan empat tahun sesuai kebutuhan
sekolah
3. Sasaran dibuat lebih rinci dari tujuan RKS
Misalnya dari salah satu tujuan RKS: dalam aspek Pengembangan
Standar Isi:
151
“Sekolah mampu memenuhi/menghasilkan silabus semua mata pelajaran
dan untuk semua jenjang/kelas/tingkatan”
Maka sasarannya 1 tahun (2008/2009):
a. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 7 semua mata pelajaran
(ini bisa dibuat lebih rinci lagi mengurai tiap mapelnya)
b. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 8 semua mata pelajaran
(ini bisa lebih rinci lagi menguraikan mapelnya)
c. Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 9 semua mata pelajaran
(ini bisa lebih rinci lagi menguraikanmapelnya)
Contoh lain:
152
h. ATK
i. Tenaga administrasi
j. Dan sebagainya
2. Eksternal:
a. Dana
b. Komite sekolah
c. Dinas pendidikan
d. Dan sebagainya
Sasaran ke-2: ”Sekolah juara 1 bidang olah raga renang pada tingkat
kabupaten tahun 2009”
G. ANALISIS SWOT
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis ini:
a. Analisis dilakukan tiap sasaran
b. Analisis dilakukan pada setiap komponen/urusan sekolah dan faktor-
faktornya (sub-sub komponennya)
c. Dalam menentukan kriteria ideal menggunakan dasar dari aturan
pemerintah, naskah akademik atau konsep dan pedoman lainnya yang
relevan
153
d. Dapat dilakukan justifikasi sendiri pada kriteria ideal yang bersifat
umum
e. Bila hasil analisis ternyata tingkat kesiapan siap semua berarti
sasaran dapat ditingkatkan, demikian pula sebaliknya.
f. Kriteria ideal dan kondisi nyata harus terukur secara jelas, tidak
mengandunf multi tafsir, sangat kualitatif, asal menentukan
(tanpa dasar), dan sebagainya.
Misalnya analisis SWOT pada:
154
Komponen/Fungsi dan
Tingkat
Kriteria Kesiapan
(Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Kesiapan Faktor
Faktornya
Tidak
Siap
Siap
(1) (2) (3) ( (5)
5
)
A. INTERNAL
Guru
1 Kualifikasi 100% S1 Kualifikasi 100% S1 √
Sesuai bidang studi Sesuai bidang studi
√
100% 100%
Pengalaman pelatihan Pengalaman pelatihan
√
KBK min.3 kali KBK min.1 kali
Pengalaman mengajar Pengalaman mengajar
√
min. 5 thn min. 5 thn
Pengalaman pelatihan Pengalaman pelatihan
√
CTL min. 3 kali CTL min. 1kali
Jumlah guru min. 10 Jumlah guru min. 7
√
orang sesuai BS orang sesuai BS
Nara
2 Dan seterusnya Dan seterusnya
Sumber
Fasilitas
3 Komputer Pentium 5 Komputer Pentium 5
√
Komputer
Jumlah komputer 10 Jumlah komputer 5
√
buah buah
Jumlah printer 3 bh Jumlah printer 2 bh √
Jumlah CD 10 bh Jumlah CD 10 bh √
................
4 Dan seterusnya Dan seterusnya
.. dst
B. EKSTERNAL
………………
1
dst
Analisis SWOT:
Sasaran ke-2: ” Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 8 semua
mata pelajaran”
Sasaran ke-3: ” Sekolah mengembangkan silbus untuk kelas 9 semua
mata pelajaran”
Sasaran ke-4:
..................................................................................................... dst
155
H. ALTERNATIF LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN PERSOALAN
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka diidentifikasi komponen dan
faktor yang “TIDAK SIAP” terlebih dahulu untuk diatasi lebih dulu;
b. Setiap komponen atau faktor yang tidak siap dicarikan alternatif-
alternatif pemecahannya, dan dipilih yang paling ringan, tepat, dan
efisien/efektif.
Misalnya dari hasil analisis di atas dapat ditabulasikan komponen
yang TIDAK SIAP sebagai berikut:
156
Komponen/ Persoalan pada
Altaernatif Pemecanahn Persoalan
Faktor yang komponen/faktor
TIDAK SIAP
Mengajukan bantuan kepada
pemda/komite sekolah
Dsb
Jumlah printer kurang Mengadakan dengan cara membeli
1 buah, baru
Pinjam/kerjasama dengan pihak lain
Menyewa
Mengajukan bantuan kepada
pemda/komite sekolah
Dsb
Dan
seterusnya
Dilanjutkan dengan:
157
Dalam contoh di bawah ini sebatas baru mengatasi sebagian persoalan
dan sekaligus juga melaksanakan PROGRAM KERJA DAN KEGIATAN
pencapaian sasaran. Persoalan lain dapat dikembangkan sendiri
RENCANA PROGRAM KERJA DAN RENCANA KEGIATAN. Pada RENCANA
KEGIATAN belum dirinci ke dalam satuan volume, jumlah waktu,
jumlah orang, dll. Harap dikembangkan sendiri sesuai kebutuhan
sekolah.
158
Penyusunan materi/bahan workshop CTL
Pelaksanaan workshop CTL
Pelaksanaan evaluasi kegiatan workshop CTL
Pembuatan laporan dan penggandaan laporan
workshop CTL
c) Pengembangan jumlah tenaga guru:(misalnya guru
honorer, bila diijinkan Dinas)
Pembentukan tim/kepanitiaan pengadaan/seleksi guru
Pembuatan panduan pengadaan guru
Penyusunan materi/bahan seleksi pengadaan guru
Pelaksanaan seleksi guru
Pelaksanaan evaluasi kegiatan pengadaan guru
Pembuatan laporan dan penggandaan laporan
pengadaan guru
d) Pengadaan fasilitas komputer:
Pembentukan tim/kepanitiaan pengadaan komputer
Pembuatan panduan pengadaan komputer
Pelaksanaan pengadaan komputer
Pelaksanaan evaluasi kegiatan pengadaan komputer
Pembuatan laporan dan penggandaan laporan
pengadaan komputer
e) Pengadaan fasilitas lainnya
f) ........................ dst
2) Pengembangan silabus kelas 8 semua mata pelajaran
3) Pengembangan silabus kelas 9 semua mata pelajaran
4) ........................................................... dan seterusnya
Catatan:
a. Pengembangan RPP
b. Pengembangan Bahan Ajar, Modul, Buku, dan sebagainya
c. Pengembangan Panduan Pembelajaran
d. Pengembangan Panduan Evaluasi Hasil Belajar
e. Dll
3. Pemenuhan Standar Proses:
a. Pemenuhan persiapan pembelajaran
b. Pemenuhan persyaratan pembelajaran
159
c. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran
d. Peningkatan pelaksanaan penilaian pembelajaran
e. Peningkatan pengawasan proses pembelajaran
f. Dll
4. Pemenuhan Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan:
a. Peningkatan kompetensi tenaga kependidikan (kepala sekolah)
b. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik (guru)
c. Peningkatan kompetensi tenaga kependidikan lainnya
d. Dll
5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana:
a. Pemenuhan srana dan prasarana minimal
b. Pemenuhan sarana dan prasarana lainnya
c. Pemenuhan fasilitas pembelajaran dan penilaian
d. Dll
6. Pemenuhan Standar Pengelolaan:
a. Pemenuhan perangkat dokumen pedoman pelaksanaan program
kerja dan kegiatan sekolah
b. Pemenuhan struktur organisasi dan mekanisme kerja sekolah
c. Peningkatan supervisi, monitoring, evaluasi, dan akreditasi
sekolah
d. Peningkatan peranserta masyarakat dan kemitraan
e. Pengembangan perangkat administrasi sekolah (Program
Aplikasi Sekolah)
f. Pengembangan SIM sekolah
g. Pengembangan standar ISO: 9001 tahun 2000 dan seterusnya
h. Dll
7. Pemenuhan Standar Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan:
a. Peningkatan sumber dana pendidikan
b. Pengembangan pengalokasian dana
c. Pengembangan penggunaan dana
d. Peningkatan pelaporan penggunaan dana
e. Peningkatan dokumen pendukung pelaporan penggunaan dana
f. Pengembangan income generating unit/unit produksi/unis
usaha sekolah
g. Dll
8. Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan:
a. Peningkatan frekuensi ulangan harian
b. Peningkatan pelaksanaan UTS
c. Pengembangan materi UAS
d. Pengembangan materi ulangan kenaikan kelas
160
e. Pengembangan teknik-teknik penilaian kelas
f. Pengembangan instruman ulangan harian
g. Pengembangan instrumen ulangan kenaikan kelas
h. Pengembangan instrumen UTS
i. Pengembangan instrumen UAS
j. Pemenuhan mekanisme dan prosedur penilaian guru
k. Pemenuhan mekanisme dan prosedur penilaian oleh sekolah
l. Pengembangan perangkat pendokumentasian penilaian
m. Dll
9. Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah:
a. Pengembangan budaya bersih
b. Penciptaan lingkungan sehat, asri, indah, rindang, sejuk, dll
(tamanisasi)
c. Pemenuhan sistem sanitasi/drainasi
d. Penciptaan budaya tata krama “in action”
e. Peningkatan kerjasama dengan lembaga lain relevan bidang 6K
f. Pengembangan lomba-lomba kebersihan, kesehatan, dll
g. Dll
CONTOH LAIN:
1. Program Kerja 1:
“Pemenuhan perangkat dokumen pedoman pelaksanaan program
kerja dan kegiatan sekolah”.
Sub Kegiatan:
a. Penyiapan bahan-bahan
b. Pembuatan dokumen RKS
c. Pembuatan dokumen RKAS
d. Penyiapan dokumen pendukung RKS dan RKAS
e. Penggandaan dokumen RKS dan RKAS
f. Pengiriman dokumen RKS dan RKAS
161
Kegiatan atau Rincian Program Kerja 1.2: Penyiapan Dokumen PSB
Sub Kegiatan:
a. Penyiapan bahan-bahan
b. Pembentukan Tim/Panitia PSB
c. Penyiapan bahan-bahan
d. Penyusunan/pembuatan dokumen Pedoman PSB
e. Penggandaan Pedoman PSB
Sub Kegiatan:
a. Pembentukan Tim
b. Penyiapan bahan-bahan
c. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang Kerohanian
d. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang Olah raga
e. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang kesehatan sekolah
f. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang kesenian
g. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang Bakat dan Minat
h. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang Prestasi
i. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang Keterampilan
j. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang lingkungan
k. Pembuatan/penyusunan dokumen Pedoman Pembinaan
Kesiswaan Bidang pengabdian masyarakat.
l. .....................................
162
Kegiatan atau Rincian Program Kerja 1.4: ........................................
dst
Sub Kegiatan:
a. ............................................................................ dst
Program Kerja 2: .......................................................
Sub Kegiatan:
a. ...........................................................dst
b.
163
e. Pelaporan
f. Tindak lanjut
164
RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)
JUMLAH
PROVINSI
SEKOLAH
SUMBER
LAIN .....
KOMITE
SPESIFIKASI, SATUAN, VOL,JMLH,
PUSAT
DANA
KOTA
KAB/
UNIT, OR/BLN, DLL
PROGRAM DAN KEGIATAN .......
SSN/SATAP,SSN, RSBI
............
...........
..........
.........
.......
CALON
BOS.
I. PENINGKATAN SKL
..................................................
Sub Kegiatan:
a.Pembentukan tim/kepanitiaan
workshop KBK
d.Penyusunan materi/bahan
workshop KBK
165
f. Pelaksanaan evaluasi kegiatan
workshop KBK
Sub Kegiatan:
................................ dan
seterusnya
Sub Kegiatan:
a. Penyiapan bahan-bahan
d. Penyiapan dokumen
pendukung RKS dan RKAS
e. Penggandaan dokumen RKS
dan RKAS
f. Pengiriman dokumen RKS
dan RKAS
2. Kegiatan atau Rincian Program
Kerja : ...
Sub Kegiatan:
166
..............................................
JUMLAH (RUPIAH)
................... 20........
Mengetahui/Menyetujui Komite Sekolah Kepala Sekolah
Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota
L. JADWAL KEGIATAN
Ketentuan:
a. dibuat per minggu per bulan dalam satu tahun
b. dimasukkan semua program yang telah ditulis sebelumnya
c. Ingat kalender pendidikan
d. Dll
M. PENANGGUNG JAWAB
Ketentuan:
a. Bisa tiap program ada penanggungjawabnya
b. Demi efisiensi biaya dan tenaga bisa satu sasaran satu penanggung
jawab
c. Sangat tergantung kemampuan sekolah masing-masing
d. Penanggung jawab harus kualified dan kompeten
e. Sebaiknya sekolah membentuk TIM SSN (Koordinator/ketua,
sekretaris, anggota, dll) dan ada TUPOKSINYA dengan SK kepala
sekolah
167
N. LAMPIRAN
Beberapa dokumen yang harus dilampirkan antara lain:
168
LAMPIRAN 2 Contoh Instrumen Akreditasi
STANDAR PROSES
10.
Sekolah/madrasah mengembangkan silabus yang memuat
komponen: (1) identitas mata pelajaran, (2) identitas
sekolah/madrasah, (3) kompetensi inti, (4) kompetensi dasar, (5)
materi pokok, (6) kegiatan pembelajaran, (7) penilaian, (8) alokasi
waktu, (9) sumber belajar.
A. Memuat 9 komponen dalam silabus
B. Memuat 8 komponen dalam silabus
C. Memuat 7 komponen dalam silabus
D. Memuat 6 komponen dalam silabus
E. Memuat kurang dari 6 komponen dalam silabus.
11.
Sekolah/madrasah mengembangkan RPP dari silabus, secara
lengkap dan sistematis.
A. 100% mata pelajaran
B. 95%-99% mata pelajaran
C. 90%-94% mata pelajaran
D. 85%-89% mata pelajaran
E. Kurang dari 85% mata pelajaran
12.
Sekolah/madrasah mengalokasikan waktu dan beban belajar sesuai
ketentuan: (1) durasi 1 jam pembelajaran, (2) beban belajar per
minggu, (3) beban belajar per semester, (4) beban belajar
pertahun pelajaran.
A. Sesuai 4 ketentuan
B. Sesuai 3 ketentuan
C. Sesuai 2 ketentuan
D. Sesuai 1 ketentuan
E. Tidak ada yang sesuai ketentuan
13.
Sekolah/madrasah melaksanakan proses pembelajaran dengan
jumlah siswa per rombongan belajar maksimum 36 orang.
A. Jumlah siswa per rombongan belajar maksimum 36 orang.
B. Jumlah siswa per rombongan belajar sebanyak 37-38 orang.
C. Jumlah siswa per rombongan belajar sebanyak 39-40 orang.
D. Jumlah siswa per rombongan belajar sebanyak 41-42 orang.
E. Jumlah siswa per rombongan belajar lebih dari 42 orang.
169
LAMPIRAN 3
sekolah/madrasah tersebut saat ini lulusan dari prodi atau jurusan anda
dan diutamakan berasal dari perguruan tinggi yang sama dengan anda.
rencana perkuliahan.
yang sesuai dengan salah satu materi dalam BAM. Dalam satu
dengan jumlah 2-3 halaman, spasi tunggal font Geogia size 10.
170
MAHASISWA YANG TERLIBAT PENYUSUNAN BAM
171