Anda di halaman 1dari 47

1

BAB IV

POLA HIDUP GEREJA MENURUT

SURAT EFESUS

Dari pernyataan yang terungkap di dalam surat Efesus, rasul Paulus pada

dasarnya sedang mendambakan terbentuknya satu model gereja yang sempurna

dan Am. Sebab itu, ia mengajarkan kepada orang orang yang bukan Yahudi

bahwa mereka dapat menjadi pewaris-pewaris dari janji Allah tanpa harus

melalui proses Prosetisme. Seorang Kristen anggota Gereja, tidak perlu

mengakui aturan Yudaisme. Meskipun bagi orang Yahudi, termasuk Yunani

Kristen, hukum Musa adalali peraturan yang tidak boleh diabaikan dan

mengingat

Dalam surat Roma dan surat Galatia, Paulus menyatakan bagaimana

seharusnya orang Kristen hidup. Yaitu dengan berdiri teguh diatas iman dan

kebebasan yang hanya terwujud di dalam Kristus. la tidak menghendaki ada dua

macam Gereja timbul dalam konsep Kekristenan, yaitu Gereja Yahudi dan

Gereja bukan Yahudi, melainkan hanya ada “Satu” Gereja, yang dilukiskan

sebagai organisasi tubuh Kristus. Oleh karena itu ia menekankan perlunya

Gereja memiliki satu pola, prinsip, dan tujuan hidup yang selaras dengan

kehendak Allah. Dan Gereja harus mampu mengaplikasikannya baik dalam

hidup beribadah kepada Allah, maupun kepada sesama anggota Gereja

3.1 Pemahaman Istilah Gereja


2

Gereja adalah suatu yang unik dan luas, bahkan merupakan suatu penyataan

misteri yang telah tersembunyi selama banyak abad, Efesus 3 9 berkata baliwa

“dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang

telah Berabad-abad, tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala

sesuatu”.

Kata “Gereja” yang Berasal Dari Terjemahan Kata Yunani “ekklesia”

(εκκληζία )” yang berarti “jemaat”. Kata ini menunjuk kepada suatu pertemuan

dari umat yang dipanggil keluar dan disuruh berkumpul, seperti dijelaskan

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini

“Kata ini umumnya dipakai bagi sidang umum dan penduduk kota yang dapat di

kumpulkan secara resmi. Sidang seperti ini menjadi ciri segala kota Yudea,

dimana injil dimasyurkan. Tidak jelas apakah pemakaian ekklesia secara

Kristiani pada mulanya diambil dari pemakaman non Yahudi atau pemakaiam

Yahudi ,tetapi adalah pasti bahwa kata ini lebih mengandung arti “pertemuan”

dari pada “organisasi” atau masyarakat”1

Berdasarkan etimologinya, ckklesia adalah bentuk dari dua suku Kata “ek

artinya Keluar dari, dan kata “klesia” yang berarti Panggilan. Charles C. Ryrie,

berkata “pada mulanya istilalı ekklesia adalah suatu himpunan yang biasa di

1
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (jilid 1), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2004, h 332
3

gunakan dalam pengertian politik, bukan pengertian keagamaan Kata tersebut

tidak menjelaskan mengenai orangnya, tetapi mengenai pertemuanya”2

Di dalam Kisa para Rasul 7:38 berkata “Musa inilah yang menjadi

pengantaran dalam sidang jemaat di padang gurun di antara malaikat yang

berfirman kepadanya di gunung sinai dan nenek moyang kita, dan dialah yang

menerima firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu”.

Kata “sidang jemaat” terjemahan dari kata bahasa Yunani “ekklesia” Menurut

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, “sidang jemaat di padang gurun yang

dimaksud adalah Israel sebagai umat Allah. Dalam bahasa Ibrani kata “gereja”

adalah gahal dan dalam septuanginta disebut ekklesia”3

Istilah ekklesia dalam Perjanjian Baru langsung menunjuk kepada Gereja.

Gereja harus dipahami sebagai perkumpulan atau persekutuan dari orang-orang

yang ditebus oleh Darah Yesus. Komunitas ini perlu dipahami dalam dua aspek,

seperti di tulis oleh Spiros Zodhiates Aspek pertama, “Gereja adalah semua

orang yang sudah dipanggil oleh dan kepada Kristus di seluruh dunia dan segala

zaman. Aspek kedua Gereja dipahami sebagai individu-individu”4 Gereja itu

dapat menunjuk kepada keuniversalannya, juga setiap orang dari anggota Gereja

disebut sebagai ekklesia.

2
Chries C. Ryrie, Teolog Dasar 1, Andi, Yogyakarta, h 184
3
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, Malang, 1994, h 1780
4
Spiros Zodhistes. The Complete Word Study New Testament, World Biblle Publishers. Lowo, 1992, h 910
4

Ekklesia memiliki makna yang sangat penting, ekklesia terdiri dari orang orang

yang sudah di di merdekakan. Namun didalam kebebasan itu ekkesia harus

selalu sadar dan terikat erat pada keterikatan dan ketergantungan akan Kristus

sebagai kepalanya. Kesadaran akan jati diri sebagai Kristen itulah yang

membawa dampak kepada keberanian seperti kepada para rasul dan murid-

mund Kristus yang lain. Yang telah menjadi martir demi memproklamirkan

Kristus yang sudah bangkit, sehingga dapat dipahami bahwa Gereja itu adalah

kumpulan dari orng-orang yang dipanggil keluar dari dunia yang berdosa dan

masuk ke dalam persekutuan dengan Allah untuk diutus kembali kedalam dunia

sebagai saksi, garam dan terang dunia(Matius 5:13-16).

Gereja di sebut Paulus dengan istilah-istilah, orang-orang Kudus (1:1).

anak-anak-Nya (1:5) jemaat atau ekklesia (1:22), tubuh-Nya (1:23), kepenuhan

(123), buatan Allah (2:10), manusia baru (2.15), anggota-anggota keluarga

Allah, kawan sewarga (2:19), tempat kediaman Allah di dalam Roh (2:22), ahli

waris (3:6,3:9), orang-orang yang telah di panggil (4:1),tubuh Kristus (4:12),

anak-anal yang kekasih (5:1), anak-anak terang (5:8) anggota tubuh Kristus

(5.30), hamba hamba Kristus (6:6)

3.2 Panggilan Hidup Gereja

Gereja yang dalam definisi etimologisnya kumpulan orang-orang yang di

panggil keluar, selanjutnya dimengerti semua orang yng beriman kepada Yesus

Kristus. Bahwa Allahlah yang telah memanggil setiap orang kepada

persekutuan dengan anak-Nya, Yesus Kristus menjadi orang Kristen atau


5

Gereja. “Dari persekutuan dengan Kristus itulah terjadi penyelamatan untuk

bersekutu tersebut atas prakarsa dari pihak Allah”5

Adapun titik tolak panggilan hidup Gereja, dimulai dari setiap pelayanan

dan khotbah Yesus Kristus kepada bangsa Israel, yang dipanggil untuk masuk

menjadi anggota “kerajaan Allah” Kenyataan itu kembali dipertegas Paulus

dalam Efesus 1:11, 2:11-19, 3.6. Betapa sejak semula Israel sudah menjadi

objek pilihan Allah, dan elemen pembentukan Gereja.

Berdasarkan studi penelitian dari surat Efesus, Gereja lahir dan terbentuk

karena telah dipilih dan ditentukan sejak dan mula dalam rencana Allah. Namun

secara de facto atau kenyataan, baru atas dasar kematian Kristus, termasuk di

dalamnya kebangkitan-Nya, berdiamnya Roh Allah dalam hati manusia, dan

bersatunya orang Yahudi dan non Yahudi di dalam Kristus.

1.2.1 Latar Belakang Panggilan

Hakikatnya, panggilan hidup Gereja sudah ada dalam maksud abadi Allah.

Pelaksanaannya di dalam Yesus Kristus (Efesus 3:11). Melalui pribadi Yesus,

yakni selama pelayanan-Nya di muka bumi, Ia menjadi pembangun dan

perkembangan Gereja (Kisah para Rasul 2, Efesus 1:22-23, 523). Sehingga pada

suatu saat Gereja akan mencapai puncak kesempurnaan oleh pertumbuhan yang

sesuai dengan kepenuhan Kristus (4:13), yang cemerlang tanpa cacat dan kerut.

Mulailah “periode Gereja” dalam perjalanan sejarah dunia, sejak kehidupan

Kristus di bumi sampai kekal la datang kembali. .


5
J. I Ch Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999 h 21
6

Pada kenyataannya, keberadaan Gereja yang kongkret, pratis dan secara

Yurdis baru setelah ketuangan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah para

Rasul 2). Perenan Roh Kudus dalam Gereja sangat mutlak, dalam I Korintus

12.3 berkata, “sebab didalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun

orang Yunani, baik budak maupun merdeka, telah dibabtis menjadi satu tubuh

dan kita semua diberikan minum dari satu Roh”

1.2.2 Dasar Panggilan

Dasar kita menjadi Gereja-Nya Tuhan adalah ada yang memanggil. Akitab

mencatat bahwa “banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius

22:14). Tidak mungkin seseorang layak kalau tidak ada yang memanggil dia,

melalui panggilan tersebut ia benar-benar meresponi dengan taat melakukannya.

Si penulis melihat bahwa tugas Gereja adalah menjadi saksi, dipilih dan diutus

ketengah-tengah dunia ini. Sama halnya dengan Gereja sekarang ini punya dasar

yang teguh yaitu “Firman Allah yang mengatakan sebab Firman Allah hidup

dan kuat dan lebih tajam dan pada pedang bermata dua (Ibrani 4:12). Jadi dalam

Surat Efesus 1:3-14 terlihat tiga hal utama yang direferensikan Paulus menjadi

dasar atau penyebab dari panggilan hidup Gereja. Dimulai dengan pilihan sejak

kekal bersama penerapan sejak kekal di dalam kasih Allah, yang terwujudan

pelaksanaannya melalui nenebusan oleh darah Kristus.

1.2.2.1 Pilihan Kekal

Orang-orang pilihan itu seperti yang dilukiskan dalam 1 Petrus 2:9

berkata “ Tetapi kamu bangsa yang terpilih, Imamat yang rajani, bangsa yang
7

Kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan Perbuatan-

perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari

kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib” Orang-orang yang dipilih itu adalah

Orang yang di khususkan oleh Allah, tidak serupa dengan dunia ini (Roma

12.2), dengan kata lain ia tidak suka hidup dalam kegelapan, yang ia sukai

adalah terang.

Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Mengulas: “Pilihan Allah terhadap

Gereja adalah suatu doktrin yang paling penting dalam Alkitab. Khususnya

dalam Perjanjian Baru, Roma 8:29-23, :6-26, 11:5-7, Efesus 1:4, Kolose 3:12, 1

Tesalonika 1:4, 20 Tesalonika 2:13, Titus 1:1, Tujuannya supaya Gereja Kudus

tanpa cacat di hadapan Nya”.6 Jelas pemilihan itu sebagai tindakan sepihak dan

Allah, menurut pendapat penulis berkata bahwa Orang yang dipilih berarti ia

taat dan melakukannya dengan setia, tanpa campur tangan Allah tidak bisa,

antara pribadi yang memilih dengan yang dipilih sama-sama aktif, sama dengan

Gereja punya keaktifan dalam menjalankan senurut kehendak Allah yang di

Surga.

1.2.2.2 Penetapan Sejal. Kekal

6
Ensiklopedi Alkitb Masa Kini (jilid II) Yayasan Komunikan Bina Kasih OMF. Jakarta, 2004, h 266
8

Setelah Allah memilih orang-orang secara pribadi untuk di selamatkan dan di

persatukan menjadi Gereja, bersama dengan itu, panggilan Gereja semakin

diteguhkan dengan ketentuan Allah sejak semula (Efesus 15). Istilah ini lebih

populer dengan sebutan “predestinasi”. Spiros Zodhiates menjelaskan dalam

bukunya “Proorizo” bentuk dari kata “pro” artinya sebelum dan “horizo” beraiti

menentukan, jadi proorizo adalah menentukan atau menentukan sebelumnya”.7

Sesudah dipersatukan, Dia mengasihi kita. Kasih Allah yang dinyatakan

kepada manusia adalah kasih Agape, yaitu kasih yang tidak menuntut balas.

Kasih Allah kepada manusia sungguh besar (Yohanes 3:16), harga pengudusan

itu sangat mahal (1 Korintus 6:20, 1 Petrus 1 18-19), oleh karena itu yang di

tuntut Allah adalah “Muliakanlah Allah dengan tubuhmu”.

3.2.2.3 Hasil Penebusan

Alkitab tidak pernah mencatat manusia di tentukan untuk binasa,

sebaliknya Sejak semula telah ditetapkan di dalam program penyelamatan

Allah. Sebab walaupun dan bagaimanapun manusia di ciptakan berdasarkan

cipta Allah. Gereja merupakan orang-orang ditebus, yang dipanggil dari

penawaran dosa dengan membayar harga penebusan yakni Darah Kristus, Roma

3:24-25, Kolose 1:14, Yohanes 8.34, Roma 6:17,20, 11 Petrus 2:19, Yohanes 8

32-33,35, Roma 8:20-21, Galatia 5:1. Werren W Wiersbe mengatakan: Kata

mengampuni berarti “mengangkut” Hal ini mengingatkan kita akan hari raya

7
Op Cit, h 951
9

pendamaian orang Yahudi ketika iman melepaskan seekor kambing jantan di

padang gurun (Im 16). Mula-mula Imam itu membunuh salah satu dari dua ekor

kambing dan menercikkan daralunya di hadapan Allah pada tutup pendamaian.

Kristus mati untuk mengangkat dosa-dosa kita agar dosa-dosa itu tidak akan

terlihat lagi (Yoh 1: 29, Maz 103:12). Tidak ada tuduhan tertulis terhadap kita

karena dosa-dosa kita telah dihapuskan, dosa menjadi miskin, tetapi kasih

karuni-Nya menjadi kita kaya”8 Oleh penebus lewat pembayaran dalam darah-

Nya, Gereja di panggil menjadi milik Allah yang Kudus.

1.3 Dasar Hidup Gereja

Dasar fidup Gereja itu sekarang bersifat sebagai prisip hidup, bukan lagi sebagai

asal-usul kejadiannya. Menurut rasul Paulus, dasar hidup diletakkan oleh para

dan nabi-nabi Perjanjian Baru, hasil dari pemasyhuran Injil. Dan mereka bukan

pemilik dari Gereja itu. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan

pendatang melainkan kawan sewarga dari orang-orang Kudus dan anggota-

anggota keluarga Allah, yang di bangun diatas dasar para rasul dan para nabi

dengan Kristus sebagai batu Penjuru (Ef 2 19-20)

Dasar hidup Gereja tidak lepas dan Panggilan hidup Gereja itu sendiri.

Oleh karena itu penulis melihat betapa Gereja bereksistensi oleh alasan yang

tidak lepas dan akibat persatuan pribadi-pribadi yang di panggil ini adalah

8
Werren W Wiesbe, Kaya Dalam Kristus, Kalam Hidup, Bandung (cetakan ke 2), h 21
10

prinsip hidup Gereja. Adapun Kristus berperan sentral di dalam keseluruhan

hidupnya.

3.3.1 Persatuan

Panggilan Gereja adalah untuk bersatu. Alkitab tidak pernah

mengisyaratkan bahwa masing-masing orang berdiri di atas “Batu karang”

Kristus hanya untuk din sendiri atau kelompoknya. Seperti dikatakan Werren W

Wiersbe “kebanyakan bertobat di dalam jemaat Efesus adalah orang-orang

bukan Yunani dan mereka tahu bahwa program Allah dalam Perjanjian Lama

sebagian besar melibatkan orang-orang Yahudi”.9 Jadi penulis kutip pendapat C

Peter Wagner dalam bukunya mengatakan: “persatuan adalah dasar pertama

terbentuknya Gereja”.10 Melalui pendapat itulah penulis berpedapat bahwa

betapa besarnya kalau Gereja gereja sekarang ini bersatu, karena kesatuan itu

hanya kita dapat kita dapat di dalam Dia.

3.3.2 Perdamaian Dalam Sejahtera Kristus

Persatuan antara orang Yahudi dan non Yahudi menghasilkan jaminan kesatuan

pihak-pihak yang semula terpisah didekatkan dalam perdamaian. Hal itu terjadi

oleh karena damai sejahterah Kristus yang merobohkan tembok pemisah, yaitu

perseteruan (Ef 2:14). Persatuan itu diingatkan Paulus hanya di dalam Sejahtera

Kristus kita menemukannya, yang bisa menghubungkan kita dengan yang lain

antara suku dengan suku, bangsa dengan bangsa, melalui itulah maka Gereja

dipersatukan oleh kasih Kristus. Yang menghambat pertumbuhan sebuah Gereja


9
Ibid, h 52
10
C Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang (cetakan ke iv, 1996, h 67
11

adalah perseteruan dan tidak saling mengampuni, dengan Paulus tegas

mengatakannya bahwa Gereja itu tetap bersatu walaupun berbeda-beda

denominasi. Penulis kutip Randy Wihte dalam bukunya: berpendapat bahwa

“Gereja adalah suatu wujud damai sejahtera”.11

3.3.3 Di atas Dasar para Rasul dan Nabi

Terwujudnya perdamaian oleh Kristus adalah pertanda bahwa Gereja siap

dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh yang dibangun di atas

Para rasul dan Para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef 2:19).

Kristus adalah dasar asal-usul Gereja, mengutip dari Alkitab Penuntun Hidup

Berkelimpahan

“Kepada para rasul (1) Para rasul Perjanjian ereja hanya dapat sejati apabila

didirikan atas kenyataan yang diilhamkan Kristus Baru merupakan kelompok

utusan, saksi, dan wakil yang asli dari Tuhan yang di salib dan bangkit (2)

Semua orang – Melalui dan Gereja mengandalkan, amanat dan iman para Rasul

pertama.”12 Melalui pelayanan merekalah, maka terbentuk Gereja-gereja seperti

di Yerusalem, di Efesus, Roma, yang dapat perkembangan bagian dari Gereja

universal, yang bisa diterima sampai sekarang

1.4 Ciri Khas Hidup Gereja

Gereja adalah manifestasi penyingkapan misteri Allah, dari individu individu

yang menerima anugerah dipanggilan masuk ke dalam Gereja, lalu dibentuk

11
Randy Wihte, Gereja Tanpa Tembol, Fenerbit Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, Jakarta, 2001, h 13
12
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, Malang, LAI, (cetakan pertama) h 1964
12

menjadi satu bangunan yang sesuai dengan pola konstruktif dari Allah diatas

dasar Kristus para Rasul dan para nabi Perjanjian Baru.

Gereja menjadi “Satu” komunitas baru di dalam Kristus, sehingga di

dalam dinamika kehidupan Gereja memiliki cin hidup yang khas Di mana ciri

khas itu cocok untuk diteladani oleh Gereja-gereja sekarang ini maupun Hamba-

hamba Tuhan, supaya Gereja itu bertumbuh ke arah Kristus sebagai kepala

Gereja.

1.4.1 Hubungan Baru dengan Allah

Alkitab mengatakan manusia sebagai orang-orang berdosa, tidak ada yang benar

seorang pun (Roma 3:10-18, Efesus 2:1, Kisah para Rasul 10:38,26:18, Roma

66,714). Sehingga perlu di bebaskan dari kesalahan, hukuman dan kuasa dosa

(Kisah para Rasul 26: 16, Roma 6 :23, Efesus 5.8, Kolose 1:13, 1 Petrus 2:9).

Melalui panggilan Allah secara pribadi kepada manusia, terjalinlah

hubungan baru dengan Allah di dalam Gereja. Kasih karunia Allah di dalam

Kristus yang telah mencbus manusia dengan darah-Nya, menyebabkan Gereja

disebut sebagai orang-orang Kudus. Akibat panggilan itu setiap pribadi

memiliki kedudukan yang sama sebagai anak Allah dan dapat berseru kepada

Allah “Ya Abba, Ya Bapa”, (Roma 8:15-17, Galati 4.6)

1.4.2 Hubungan Baru dengan Dunia

Ketika seseorang menjadi Kristen, setiap pribadi mengalami perubahan status

dihadapan Allah, sehingga setiap karya dari anggota-anggota saling melengkapi

untuk terus bertumbuh dan membangun di dalam segala hal kearah Kristus
13

(Efesus 4:16). Menurut pendapat John Stott berkata bahwa “sebab Gereja adalah

kumpulan orang-orang Kudus yang diutus di tengah dunia manjadi saksi-saksi

Kristus”.13 Melalui Gerejalah kita membawa orang-orang datang kepada Kristus

dan Injil disiarkan dengan mengubah dunia menjadi sesuai dengan kehendak

Allah.

1.5 Sikap dan Cara Hidup Gereja

Gereja ada di tengah dunia ini sebagai perayaan umat Allah yang terus bergerak

menuju kepenuhan hidup di dalam Kerajaan Allah. Kita dituntut untuk selalu

terbuka kepada dunia ini, agar dunia terbuka kepada Allah untuk terus sertakan

di dalam perayaan bagi orang-orang percaya dengan tujuan menuju kepenuhan

janji Allah akan Kerajaan-Nya di dalam Yesus Kristus. Setelah Gereja

ditentukan, dibentuk di atas dasar ludup yang kuat, pertumbuhan terjadi baik di

dalam maupun di luar, di mana pola hidup Gereja tersebut tersusun rapi menjadi

Bait Allah yang kudus kerena Alkitab mencatat “Di dalam Dia kamu juga turut

dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh (Efesus 2:22).”

Cara Paulus untuk menguatkan mereka dalam mengadapi kesulitan, dia

berdoa demikian “ Aku berdoa supaya la, menurut kekayaan kemuliaan-Nya,

menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya didalam batinmu (Efesus

3:16). Melalui doa Gereja akan mengalami Perkara-perkara yang lebih besar,

baik dalam kualitas maupun kuantitas

13
John Stott, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristian, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
Jakarta (cetakan ke 2), 1994, h 40
14

3.5.1 Sifat Hidup Gereja

Setelah Gereja dibentuk di dasar hidup yang kuat, Gereja juga mempunyai sifat

sebagai organisme yang hidup, yang memiliki karakter atau keteladanan yang

menuju kepada buah-buah yang baik. Di mana kita tahu melalui buah-buah itu

Gereja pasti maju dan bertumbuh, atau sebaliknya tanpa buah-buah yang baik

itu, Gereja tidak akan mangalami pertumbuhan malahan akan terjadi

perpecahan, dengan tegas Paulus mengatakan “Hendaklah kamu selalu rendah

hati, lemah lembut dan sabar Tunjukkan kasihmu dalam hal saling membantu

(Efesus 4.2)”.

3.5.1.1 Rendah Hati

Rendah hati adalah kebajikan yang diciptakan oleh kokristenan. Rendah

hati. Didasarkan dua hal pertama, pada sisi ilahi, sikap rendah hati didasarkan

atas kesabaran akan keberadaan diri manusia sebagai makhluk. Kedua pada sisi

manusiawi, sikap rendah hati didasarkan atas dasar keyakinan bahwa semua

manusia adalah Anak-anak Allah sehingga tidak ada tempat untuk

kesombongan antara sesama manusia. Jadi menurut William Barclay dalam

bukunya mengatakan “Kerendahan hati berarti memberi Kristus tempat yang

pertama, orang lain dan kedua dari diri sendiri yang terakhir”.14

3.5.1.2 Lemah Lembut

Istilah lemah lembut, berasal dari kata “proutetos”, Menurut Abineno

dalam bukunya “sifat orang yang tidak suka bertengkar dan marah ia selalu

14
William Barclay, Galatia Efesus, h 83
15

berusahan mengelakkan hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan”.15 Kata

ini didefinisikan sebagai suatu sikap antara kemarahan yang berlebihan dan

ketidak marahan yang belebihan juga, yaitu sikap seseorang yang marah hanya

pada saat yang tepat dan tidak pernah marah pada saat yang tidak tepat. Dengan

kelemah lembutan Gereja dapat menghindari ketegangan dari dalam yang dapat

mengarahkan dengan sukacita (Matius 5:5, Galatia 6:1, 2 Timotius 2:2).

3.5.1.3 Sabar

Berbicara mengenai kesabaran hampir sama dengan lemah lembut.

Dalam surat Roma, Paulus memberi nasihat “janganlah kamu kalah terhadap

kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21). Kejahatan

tidak berdaya oleh karena kesabaran didalam kebaikan, tetapi sabar untuk

menang. Saya kutip pendapat Jonar Situmorang dalam eksegesa surat Kolose

berkata bahwa “orang sabar pasti hatinya tenang dan dingin”.16 Lebih jelas lagi

di katakan Oleh Paulus Daun dalam bukunya bahwa “arti kata ini lebih tepat

diterjemahkan dengan kata “bertahan”, artinya Gereja yang bertahan dalam

penderitaan, penganiayaan dan sebagainya akan mengalami kemenangan yang

besar”.17 Begitu pula Gereja Tuhan mempunyai sifat panjang sabar (1 Korintus

13:4, Roma 12:17, Ibrani 6:15, 2 Petrus 3:9, Yakobus 5:8).

3.5.1.4 Kasih

15
J.L. Ch Abineno, Diaken, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1997, h 10
16
Jonar Situmorang, Eksegesa (Diktat), Surat Kolose, h 20.
17
Paulus Daun, Pemahaman Alkitab Dalam Bahasa Yunani, 1, h 55
16

Dalam bahasa yunani, Kata “kasih” tendiri empat jenis yaitu pertama,

Kasih Agape; kasih yang mulia, kedua, kasih storge, kasih yang terjadi adanya

pertalian darah, ketiga, kasih philia, kasih persaudaraan atau persahabatan

keempat, Kasih eros, kasih hawa nafsu. Keempat Istilah ini dalam Alkitab

hanya kasih agape yang murni, suci dan ikhlas yang ditujukan kepada seseorang

maupun kepada Allah. Jadi penulis berpendapat bahwa kasih yang dimaksud di

surat Efesus adalah kasih agape yaitu kasih Allah. Dalam kamus bahasa

Indonesia “kasih”: cak beri, memberi, bisa disebut juga yakni pengorbanan”.18

Kasih yang di maksuk dengan Paulus disini ialah sifat Gereja yang saling

membantu. Karena kasih tidak mementingkan diri sendiri, kasih mengikat

segala sesuatu dalam kebaikan (1 Korintus 13:4-7) Gereja harus di balik oleh

kasih yang nampak dari luar dan dalam.

3.5.2 Kesatuan Hidup Gereja

Gereja hidup di hadapan Allah di hadapan manusia, kehidupannya tidak

lagi berorientasi pada diri sendiri, tetapi hidup sebagai sesatuan. Donald Guthrie

di dalam bukunya melihat, “kesatuan itu di kokohkan dengan ikatan yang

diciptakan oleh damai sejahtera dalam karya pendamatan Kristus”.19 Inilah yang

menghubungkan satu sama lain dari tia-tiap anggota.

3.5.2.1 Satu Tubuh


18
Kamus Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, h 512
19
Donald Guthtrie Kolose Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, YKBK, Jakarta, 1994, h 594
17

Gereja adalah Tubuh Kristus dan Kristus sendiri kepalanya (Efesus 1: 22,

2:6, 4:12,15). Di dalam “Tubuh” aneka ragam pribadi, suku, bangsa di

persatukan menjadi orang-orang Kudus, keluarga Allah (Efesus 2:19). Seperti di

katakan oleh C Peter Wagner dalam bukunya mengatakan bahwa “Seseorang

adalah anggota Tubuh Kristus tidak membebaskan dia dari keanggotaannya

dalam suatu jemaat setempat karena disitulah ia menggunakan Karunia-karunia

Roh…”20 Melalui karunia itu kita gunakan dengan Cuma-Cuma tanpa kita

minta imbalan kepada siapa yang membutuhkan pertolongan, karena pemberian

itu kita terima dengan kasih karunia Allah kepada kita sebagai Gereja-Nya

Tuhan.

3.5.2.2 Satu Roh

Di dalam Gereja tidak bisa terpisahkan Tubuh dengan Roh, Roh itulah

yang mendiamkan setiap anggota sampai menjadi “Satu Tubuh” di dalam

Kristus. Saya kutip pendapat Abineno dalam bukunya berkata “Roh adalah

pemberian Allah yang menciptakan Gereja di dunia, la melakukan dengan

meniadakan segala rintangan rasial, politis, sosial, kultural dan lain-lain”.21 Oleh

Roh Gereja menjadi bukti yang nampak di bumi bahwa Allah tidak membiarkan

manusia hidup sendiri, Roh itu yang membangan Gereja-Nya, betapa besarnya

kalau Roh Tuhan kita yang bekerja dan berperan sebab kita tidak tahu

20
C Peter Wagner, Gempa Gereja ,Penerbit Nafiri Gabriel, Jakarta, 2000, h 50
21
J.L Ch. Abineno, Pokok-pokok Penting Dan Iman Kriston, BPK, Gunung Mulia, Jakarta, cetakan 1, 1989, h
148
18

bagaimana serangan yang mengocangkan Gereja itu. Maka Tuhan sendiri yang

berperan karena Gereja adalah satu Tubuh dengan Tuhan.

3.5.2.3 Satu Pengharapan

Pengharapan dalam bahasa Yunani “elpida” (ελπίδα) yang berarti

harapan. Kata dasarnya “harap”. Menurut kamus bahasa Indonesia kata “harap”

berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sedangkan kata kerjanya adalah

“berharap” yang berarti dengan menantikan terlaksanannya hal-hal yang

diinginkan. Menurut Leo dalam bukunya mengatakan bahwa perasaan ini

berkaitan dengan sesuatu yang belum ada, dan yang mengandaikan

ketekunan”.22 Pengharapan Gereja tidak lepas dan janji akan kedatangan Kristus

yang kedua kali (Efesus 1:18-19). Pengharapan itu tentang kekayaan dan

kemuliaan dan Kuasa yang luar biasa, yang telah ditentukan Allah menjadi

bagian untuk Gereja (Roma 8:24-25, 15:13, Ibrani 11:1).

3.5.2.4 Satu Tuhan

Tuhan merupakan Satu entiti kewujudan yang Mahaberkuasa, Mahatahu,

Mahapenyanyang yang disembah oleh manusia. Kesatuan hidup Gereja dalam

Praktis semakin mantap dengan faktor Gereja dimiliki oleh satu Tuhan. Istilah

Tuhan dalam bahasa Yunani “kurios” yang berarti kekuatan kuasa, majikan,

pemilik. Sebagai empunya Gereja di miliki oleh satu Tuhan, Dia adalah yang

benar yang menciptakan segala sesuatu menjadi adą.

3.5.2.5 Satu Iman

22
Xavier Leo-Dolour, Ensiklopedia Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1997, h 246
19

Di dalam Iman memiliki relasi dengan pengharapan, iman sebagai salah

satu unsur kesatuan yang menghubungkan dan memepersatukan setiap anggota

gereja kepada Kristus. Adapun definisi Iman menurut Harold M. Freligh di

dalam bukunya berkata, “Iman sebagai Langkah saka rela dan sikap seorang

pribadi dimana ia meletakan beban kebutuhannya dan membiarkan kegiatannya

dikendalikan oleh sesuatu yang dipercayainya”.23 Dengan melihat defenisi

tersebut, maka penulis melihat iman berarti suatu yang luar biasa, ia mampu

menerobos hal-hal yang mustahil bagi pikiran manusia. Hal ini jugalah tinggal

di dalam hidup setiap orang percaya (gereja), kita dihimbau agar Gereja

mempunyai iman yang besar.

3.5.2.6 Satu Baptisan

Rasul Paulus didalam I korintus 12: 13 maka “satu baptisan” dalam

konteks ini adalah baptisan Roh. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa

gereja itu suatu tempat kediaman Allah, (Efesus 2:22). Roh itu juga berfungsi

sebagai jaminan dan meterai (Efesus 1:13-14), sehingga dari sudut pandang ini

“Baptisan “ dapat disebut sebagai pemeteraian oleh Roh Alkitab Penuntun

Hidup Berkelimpahan

23
Harold M. Freigh, Delapan Tiang Keselamatan, Kalam Hidup, Bandung, h 25
20

Mengulas :

“Baptisan dalam satu Roh tidak menunjukan kepada baptisan air atau baptisan

orang percaya dalam Roh Kudus, seperti yang terjadi pada hari Pentakosta.

Sebaliknya menunjukan tindakan Roh pembaptis orang percaya ke dalam tubuh

Kristus yang menjadikan mereka satu secara rohani dengan orang percaya

lainnya. Satu baptisan menjadi pengakuan gereja bahwa setiap anggota gereja

adalah satu kedalam Roh, dan dalam satu Roh memperoleh jalan masuk kepada

Bapa (Efesus 2-18)”.24

3.5.2.7 Satu Allah

Istilah “Allah” tidak menjadi monopoli sesuatu golongan atau juga bukan

monopoli oleh sesuatu agama. Dia adalah yang tidak berpemulaan dan tidak

berkesudahan atau dengan kata lain Dia adalah Kekal adanya (Mazmur 90.2).

Rasul Paulus menjelaskam surat Efesus ada lima kali menyebut Allah sebagai

Bapa. ( Efesus 1:3,17;2:18, 3:14, 5:20). Allah disebut dari titik tolak keesaan-

Nya, gereja sebagai satu tubuh dengan satu kepala yaitu Kristus, memiliki satu

Bapa Yang berarti bila gereja sebagai satu keluarga, maka gereja memiliki

hirarki tertinggi yaitu Bapa. Kepada Dia gereja berbakti dan mengabdi.

3.5.3 Kesucian Hidup Gereja

24
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, h 1902
21

Kesucian hidup Gereja adalah lewat mengidentifikasikan dengan

kematian dan kebangkitan Kristus, dalam melayani Tuhan bersama-sama

dengan Gereja di seluruh dunia dipersatukan didalam kasih Kristus. Sikap dan

cara hidup Gereja di atas bumi harus menunjukan kesuciannya (Efesus 4:17,

5:17). Untuk mencapai kesucian, maka Geraja harus menjadi Penurut-penurut

Allah (Efesus 5.1). Dari Ayat-ayat tersebut ungkapan tunduk terhadap dasar

peraturan di mengerti sebagai kesedian untuk hidup dan bekerja didalam iman

dan kesatuan Gereja Kudus. Inilah yang terpenting dari seluruh ajaran Kristiani

dasar telah mendirikan Mahkamah Agung, hakim Agung dalam Gereja Allah

yang hidup.

3.5.3.1 Manusia Lama

Di dalam Efesus 4 17-19, Paulus menjelaskan kepada kita satu persatu tentang

manusia lama itu:

1. Pikiran yang sia-sia, yakni suatu sikap yang tidak menghasilkan hal-hal

baik

2. Pikiran gelap, yakni pikiran atau intelektual yang sudah diracuni

3. Jauh dari persekutuan dengan Allah, yakni akibat dari kebodohan dan

kedegilan hati

4. Perasaan tumpul yakni tidak memiliki kepekaan rohani, tidak mengerti

kehendak Allah mana yang baik dan berkenan.


22

Dari keadaan dan sifat orang yang tidak mengenal Kristus ini, penulis tidak

heran kalau dunia mengelami kekacauan, karena itu Gereja memiliki potensi

yang lebih tinggi dibanding dengan dunia (Roma 12:2, Yohanes 16:33).

3.5.3.2 Manusia Baru

Gereja tidak layak lagi hidup seperti manusia lama atau orang kafir, tetapi harus

hidup sebagai manusia baru. Dalam Efesus 4:20-24 Paulus menjelaskan,

1. Karena Gereja telah belajar mengenal Kristus

2. Karena Gereja telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran

menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.

3. Harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaan olch

nafsu yang menyesatkan.

4. Supaya kamu dibaharus didalam Roh dan pikiranmu

5. Kamu mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut

kehendak Allah didalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

3.5.3.3 Anak-Anak Terang

Sebagai Anak-anak terang, Gereja harus memiliki penurut-penurut Allah,

yang terutama harus memiliki kasih. Artinya setiap anggota Gereja harus rela

berkorban demi kasih satu kepada yang lain. Di dalam Surat Efesus 5:1-5,

Paulus menjelaskan tentang kehidupan Anak-anak terang diantarannya:

1. Kita menjadi Penurut-penunin Allah

2. Hidup dalam Kasth


23

3. Kita menyerahkan diri sebagai persembahan yang hidup yang berkenan

dihadapan-Nya dengan tidak bercela.

Melalui hal ini wujud positif dan tingkah laku Gereja yang berada dalam

kekudusan, karena tanpa sebuah Kekudusan tidak layak di hadapan Allah.

3.5.4 Keharmonisan Hidup Gereja

Keharmonisan di dalam Gereja sangat penting, Paulus menghimbau kita “

Hendaklah Kamu Penuh dengan Roh”( Efesus 5:18). Roh adalah kuasa yang

menuntun Anak-anak Allah (Roma 8:14). Di mana kewajiban kita sebagai

Gereja Tuhan yaitu untuk menyiapkan bahan bangunan dan bersama-sama

membangun Gereja untuk menemukan solusi yang lebih baik demi kemajuan

atas Gereja yang seutuhnya dan keharmonisan hidup. Sama dengan

keharmonisan dalam suami-istri, orang tua dan anak, majikan dan lain-lain.

3.5.4.1 Keharmonisan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah gagasan Allah untuk ikatan kasih timbal-balik suami

istri. Dalam Efesus 5:22-32 ini digambarkan Paulus juga sebagai ikatan antara

Gereja dengan Kristus adalah Kepala. Ada empat hal yang terpenting

diperhatikan untuk menciptaan keharmonisan keluarga:

1. Jangan melihat kebelakang, jangan ingat masa lalunya (jangan lari dari

masalah dengan melongkok kebelakang).

2. Berpikir Objektif, ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional.

3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya (jangan mengungkit-

ngungkit kekuranagan yang dimiliki).


24

4. Serta sakralitas berumah tangga salah satu pijakan yang paling utama

seseorang rela berumah tangga adalah adanya ketaatan pada kehendak

Allah”.25

Di dalam rumah tangga kesatuan dan keserasian yang perlu di jaga, Gereja juga

harus Jadi dijaga jangan sampai dikotori (1 Korintus 6:15), Maka rumah tangga

merupakan wahana pertama dari keharmonisan Gereja.

3.5.4.2 Keharmonisan Keluarga

Salah satu aspek keharmonisan keluarga adalah hubungan seksual.

Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, kalau suami harus bertanggung

jawab kepada istri, maka sebagai orang tua suami-istri bertanggung jawab

kepada anak-anaknya. Saya kutip pendapat Barclay dalam bukunya’

mengatakan bahwa “sikap anak terhadap Orangtua adalah pertama, sikap

menaati dan kedua, sikap yang harus ditunjukkan anak kepada orang tua ialah

hormat”.26

3.5.4.3 Keharmonisan Dalam Hubungan Kerja

Paulus mengharapkan terjalin keharmonisan di dalam Kristus,

keharmonisan hidup Gereja membuat bubungan-hubungan yang ada menjadi

indah. Menurut Weinata Sairin saya kutip dalam bukunya mengataka bahwa

“Mengasihi dan menghargai satu sama lain tanpa melupakan kewajiban masing-

25
Warta Jemaat TESALONIKA, edisi 322, GSIA Tesalonika, Batam, 01 Juni 2007, h 1
26
William Barclay, Galatia-Efesus, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, h 100
25

masing adalah inti kehidupan yang harmonis”.27 Harmonis adalah perpaduan

dari berbagai wama kakakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah

benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apapun bisa cocok menjadi

rangkaian yang indah dan serasi.

3.5.5 Kemenangan Hidup Gereja

Kebangkitan Kristus dari kematian merupakan kemenangan bagi Orang orang

percaya, karena Tuhan kita adalah Allah yang hidup. Yesus telah membawa

kemenangan diatas kayu Salib dan telah memerdekakan kita dan belenggu dosa.

Di dalam Kristus Gereja adalah orang-orang yang menang, Alkitab mencatat

bahwa “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia dan inilah

kemenangan yang mengalahkan dunia Iman kita”( 1 Yoh 5:4) Dengan tegas

Paulus mengatakan di dalam Efesus 6:10-20 “jadilah kuat dan pemenang”,

Gereja harus merebut kemenangan itu dengan memakai Iman yang kuat.

3.6 Pelaksanaan Pelayanan Hidup Gereja

Gereja harus mencapai pada tingkat pertumbuhan yang sempurna yang sesuai

dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13). Tetapi Kristus ada di Sorga sampai

segala sesuatu dipulihkan (Kisah para Kasul 3:21). Untuk memperlengkapi

anggota-anggota jemaat bagi pekerjaan pelayanan demi pembangunan dan

perkembangan Tubuh Kristus, Tuhan Yesus kepala Gereja melalui Roh Kudus

memberi jabatan pimpinan dalam gereja-Nya (Efesus 4:11-12).

3.6.1 Rasul-Rasul
27
Weinata Sairin, Hubungan Gereja dan Negara Hak-hak Azan Manusia, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996,
h 64
26

Pelayanan pertama yang diberikan Kristus bagi Gereja-Nya adalah

pelayanan Rasul. Dalam bahasa yunani disebut “Apostolos” (ἀπόζηολος) dari

kata kerja apostello berarti mengutus seorang untuk melaksanakan tugas tertentu

sebagai utusan dan wakil pribadi dari yang mengutus. Sama seperti Bapa

mengutus Aku, demikianlah juga Aku mengutus kamu (Yohanes 20:21).

Tanggung jawab Rasul adalah untuk menderikan pemerintahan yang tidak

berdasarkan pada dirinya sendiri ataupun pada filsafat, fungsi jawatan seorang

Rasul:

1. Merintis Gereja yang relevan dengan zaman dan masyarakat

2. Menjaga dan menguatkan Gereja-gereja dan pelayanan (Kisah para Rasul

14:21-23)

3. Mengembangkan pemimpin baru (Kisali para Rasul 11: 19-20, 12:24-

25,13:1-52)

4. Metahbiskan pelayanan (1 Korintus 12:24)

5. Mengawasi dan mengkoordinasikan pelayanan

6. Aringan dengan pelayanan-pelayanan lain (Roma 15:25-27, I Korintus

16:1-4)”.28

Secara khusus gelar seorang Rasul menunjuk kepada hubungan yang bersifat

khusus dengan Yesus. Para Rasul itu pernah melihat Yesus secara pribadi,

mereka memiliki kedudukan yang penting dalam Gereja. Pelayanan Rasul harus

merupakan pelayanan yang diakui dan memiliki ciri-ciri: Iman, tanda-tanda


28
Bishop Dwyne Stone, Karunia Kristus Yang Naik Ke Surga, Penerbit Yayasan Pekabaran Injil IMMANUEL,
Jakarta (cetakan i) 2002, 32-37
27

heran dan mujizat, memberi, pengajaran, kepemimpinan dan yang paling utama

adalah peka terhadap Roh Kudus

3.6.2 Nabi-nabi

Nabi adalah suatu pelayanan kharismatis yang berfungsi sebagai

penyambung lidah Allah kepada umat-Nya. Berita menyangkut yang akan

terjadi di masa depan, atas nama Allah mereka bernubuat dan menyampaikan

Firman oleh dorongan Roh Kudus (II Petrus 1:19-20). Menurut Bishop

mengatakan dalam bukunya bahwa “Nabi” (Proferas) berarti seorang yang

secara terbuka berbicara dihadapan siapa saja, dan nama teknis untuk seorang

penafsir ramalan, juru bicara pesan Illahi”29

Jadi seorang nabi selalu membangun dan menguatkan hidup rohani jemaat

atau Gereja Tuhan. Ada kalanya Tuhan mewahyukan kepadanya suatu hal yang

akan datang atau suatu rahasia yang tidak diketahui orang, maka ia bernubut

tentang hal itu. Ini yang di lakukan oleh Agabus yang bernubuat tentang

bencana kelaparan akan menimpa seluruh dunia pada waktu itu (Kisah para

Rasul 11:27-30; 21:10,11).

Untuk masa kini, pelayanan nabi sudah tidak ada lagi secara teknis. Sebab

Firman Allah sudah tertulis lengkap sebagai Alkitab. Namun fungsi kenabian

tetap ada, setiap orang percaya dapat menjadi alat Allah untuk menyampaikan

nasehat atau Firman Allah yang sudah ada kepada orang lain.

3.6.3 Para Penginjil

29
Ibid, h 952
28

Seorang penginjil adalah seorang pemenang jiwa. Kata penginjil berasal dari

kata Gerika” Evaggelizo” yang artinya membentakan Injil, kabar baik, kabar

keselamatan, kabar kesukaan dalam Yesus Kristus juruselamat (Roma 10:15;

Lukas 4:18-19, 14:21-23, 11 Timotius 4:5, Kisah para Rasul 21:8, Efesus 4:11).

Fungsinya adalah kelepasan dan tujuannya untuk menuntun manusia pada

keselamatan dalam Yesus Kristus. Penekanan-penekanan tertentu melihat

dengan jelas pada:”

1. Penekanan pada nilai jiwa yang kekal.

2. Penekanan pada pemberitaan Firman Allah, Yesus Kristus dan kerajaan

Allah

3. Penekanan pada rasa percaya akan menjadi kita kurang bisa membedakan

secara rchani

4. Penekanan pertobatan di muka umum, termasuk baptisan.

5. Penekanan pada kasih yang berkobar-kobar, bukan kedudukan”30

Jadi, penginjil yang di maksud dalam Efesus 4:1 suatu jabatan khusus, tidak

mungkin terulang lagi. Namun fungsi penginjil tetap selalu ada dalam Gereja.

Seorang penginjil yang terkenal Smith Wigglesworth berkata dalam bukunya

“merenungkan Yesus akan meneguhkan kebenaran dan Kuasa dalam tubuh

jasmani anda”.31 Penulis berpendapat betapa bahagianya kalau kita

merenungkan Dia sebagai penopang dalam pelayanan.

30
Smith Wigglesworth, Berbicara Kepada Para Siswa Sekolah Alkitab, Media Injil Kerajaan, Semarang 1998, h
129
31
Ibid, h 84
29

3.6.4 Gembala-gembala dan Guru-guru

Gembala dalam bahasa yunani “Pormen” yakni orang yang memelihara

kawanan. Saya mengutip dalam mata kuli Injil Yohanes, ada dua macam

seorang gembala yang pertama, Orang yang mengembalakan ternak dan kedua,

Orang “ yang mengasuh dan membina manusia” Jadi menurut Williarn Barcly

mengatakan dalam bukunya “Gembala termasuk orang-orang yang tidak

dihormati oleh golongan ortodoks Yahudi yang menganggap dirinya pada

zaman itu”.32 Maka tujuan Gembala untuk membantu melatih umat Allah

supaya berjenih payah melayani dengan setia, penulis yakin dalam panggilan

seorang gembala latihan ini lebih banyak dicapai melalui pengajaran, cara hidup

daripada pengajaran perkataan (Yesaya 49:1-6)

Menyebut pelayanan keempat yang diberikan Kristus kepada Gereja,

Paulus menulisnya dalam satu rangkaian dengan dua jabatan. Dalam bahasa

yunaninya “tous de poimenas kai didaskalous”, Gembala-gembala guru-guru,

ini merupakan satu pelayanan. Abinemo merfyatakan didalam bukunya:

“Gembala-gembala dan pengajar Pengajar (-Poimenas Kai didaskoloi),

keduanya seperti yang nyata dari kalimat ini dirangkaikan oleh kata

penghubung “Kai” (=dan) dan tidak adanya kata sandang dimuka “didaskoloi”

(pengajar), jadi erat bersatu”.33

32
“William Barclay, Surat Filipi Kolose, I dan II Tesalonika, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2000, h 122
33
J.L Abmeno. Surat Efesus, h 125
30

Guru-guru adalah orang yang memberi pengajaran tentang Injil (1 Timotius

1:11-14) Sebagai suatu pelayanan berdasarkan Karunia Roh Kudus mereka

dapat melakukan mujizat yaitu untuk menyembuhkan, melayani, memimpin (1

Korintus 12.27-28, Kisah para Rasul 13:1). Namun tugas Gembala berbeda

dengan tugas pengajar, penggembalaan memiliki lingkup pelayanan lebih luas.

Karunia ini diberikan Kristus secara Cuma-Cuma bagi jiwa atau jemaat yang

Tuhan percayakan.

3.7 Tujuan Hidup Gereja

Keberadaan dan kelangsungan hidup Gereja ada di dalam Allah. Karena

tujuan hidup Gereja dan semula untuk memuji dan memuliakan-Nya (Efesus

1:14). Maka Gereja harus menjadi alat keselamatan. A H Mandey didalam

bukunya “adapun yang dimaksud alat keselamatan adalah jalan atau alat yang

biasa dipakai Roh Kudus untuk menerapkan buah karya penyelamatan Kristus

guna mengumpulkan dan memelihara Gereja-Nya”.34 Gereja memiliki

kewajiban untuk memproklamirkan Injil, agar dunia mengenal Kristus sehingga

menjadi pewaris-pewari rohani yang bertumbuh mencapai kepenuhan seperti

Kristus.

3.7.1 Memproklamirkan Injil

Allah telah memberikan perlengkapan-perlengkapan kepada gereja-Nya

yaitu karunia-karunia pelayanan, salah satu tujuannya untuk menyempurnakan

Gereja.Allah telah memberikan perlengkapan perlengkapan kepada Gereja-Nya

34
A H Mandey, Penumbuhan Gereja, Bilishang Gpdi, 1995, h 418
31

yaitu secara berkualitas. Caranya dengan memproklamirkan Injil, mengingat

misi dan kewajiban Gereja melaksanakan Amanat Agung Krisnis (Markus

16:15-20), untuk itu tujuan Gereja harus mampu memimpin, mendisiplinkan

dan memenuhi kebutuhan anggota Gereja.

Metode yang Alkitabiah sebagaimana teladan Kristus, Gereja harus masuk

ke Negara-negara lain. Injil diperkenalkan kepada setiap orang untuk mengubah

pola kehidupan mereka sesuai dengan tuntutan Allah. Yakub B Susabda

mengatakan didalam bukunya “Sebab jika misi Kristiani harus mengikuti model

Kristus, maka di dalamnya tercakup tuntutan yang sama seperti yang dipenuhi-

Nya yaitu bahwa kita harus memasuki negara-negara lain”.35

3.7.2 Pewarisan Kekayaan Rehani

Ketika injil masuk ke dalam “dunia” kekafiran maka setiap individu yang

menanggapi Injil menjadi Pewaris-pewaris dalam Kristus (Efesus 3:6). Ada tiga

macam pewarisan yang akan di peroleh di dalam Kristus:

1. Menerima segala rohani dan surga dengan jaminan pertamanya ialah

pemeteraian Roh Kudus sebagai milik Allah (Efesus 1:13-14)

2. Sebagai pewaris-pewaris damai sejahterah Allah (Roma 16:20).

3. Pewarisan aneka ragam hikmat (Efesus 3:9-19). Dengan kasih Kristus

itulah Gereja dapat di penuhi dalam kepenuhan Allah.

3.7.3 Bertumbuh Kearah Kristus

35
Yakub B. Susabda, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama Administrasi Gereja, Gandun Mas, Malang 2002, h
15
32

Tujuan utama hidup Gereja adalah bertumbuh kearah Kristus (Efesis 4:13

16), di dalam Dia Gereja di bentuk di bangun dan di sempurnakan. Ada tiga

alasan harus bertumbuh kearah Kristus, seperti yang dijelaskan oleh Peter

Wagner didalam bukunya,”

Pertama : Karena Kristus adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan.

Dengan bertumbuh ke arah Dia gereja akan mencapai kepenuhan seperti Dia.

Sehingga citra Allah yang telah hilang dari manusia kembali di pulihkan (Roma

3:23-34).

Kedua : karena Gereja masih berada di bumi. Gereja masih dalam proseh

penyempurnaan dan terus menebus harus di perbaharui, sampai menampilkan

citra Allah yang Mulia, dalam pengetahuan yang benar menurut gambar khalik-

Nya (Efeus 4:23-24, Kolose 3:10).

Ketiga : karena Gereja harus berperang. Kristus adalah cahaya kemuliaan

Allah dan gambar wujud Allah yang menopang segala sesuatu dengan Firman-

Nya (Ibrani 1:3, 6:3)”.36

3.8 Kelengkapan Hidup Gereja

Penyataan terakhir dari pola hidup Gereja, Paulus menyatakan tentang

peperangan rohani (Efesus 6:10-20). Saya mengutuip pandangan Peter Wagner

mengatakan bahwa. “Gereja sedang berjuang tetapi berjuang melawan manusia.

Kalau ada manusia yang menentang, mereka hanya alat saja dalam tangan kuasa

36
C Peter Wagner, Gereja Sandara dapat Terumbuh, Gandum Mas, Malang 1997, h 171
33

yang lebih tinggi, hal ini memang tidak mengurangi hebatnya perjuangan, tetapi

situasinya toh menjadi lain”37 Jadi ada empat klasifikasi musuh spritual Gereja

Menurut Robert T. Boyd yang dia jelaskan dalam bukunya bahwa “Pemerintah-

perintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap dan roh-roh

jahat diudara. Sebab gereja harus menggunakan seluruh perlengkapan senjata

Allah (Efesus 6:10-20) dialegorikan menjadi perlengkapan gereja yaitu

1. Ikat pinggang kebenaran; Ikat pinggang berarti perlindungan bagian

perut, manusia bisa jatuh karena soal makanan atau gejolak, karena itu

gereja harus hidup dalam kebenaran.

2. Baiu jirah, perlengkapan ini berupa lempengan logam yang dipasang dari

leher sampai kepinggang. Secara rohani berarti menjaga kemurnian hati

atau bermotifasi yang benar

3. Kasut, berarti kerelaan memberitahkan Injil, karena Gereja tidak hidup

tanpa memberitakan injil

4. Perisai Iman, berarti tahan terhadap pencobaan, iman di sini bukan saja

iman yang menyelamatkan (Roma 3:28, 51, Galatia 3:24, Efesus 2:8),

tetapi juga menunjukan kepada segala hal yang menyangkut keperluan,

harapan (Ibrani 11:1)

5. Ketopong, berarti perlindungan untuk menyelamatan bagian kepala. Jadi

dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap pikiran terarah kepada

Allah saja atau kepada Doktrin yang sehat.

37
Ibid, h 211
34

6. Pedang berarti gambaran dari Firman Allah yakni Alkitab sebagai yang

diinspirasikan oleh Roh Kudus (Il Timotius 3:16, II Petrus 1:20-21),

karena Firman itu sangat berkuasa (Ibrani 4.12, 1 Petrus 1:25y”.38

Keenam perlengkapan ini, sebagai penulis skripsi ini berpendapat bahwa apa

yang dialegorikan oleh Robert T. Boyd ini sungguh besar dalam perlengkapan

hidup Gereja sekarang ini, di mana Gereja tanpa mempersiapkan perlengkapan

ini cepat roboh dan tidak bisa dipakai lagi. Perlengkapan hidup Gereja yang

saya angkat sebagai skripsi ini, pertama, “Doa dan Kewaspadaan”, sebab dalam

relasitas kehidupan Gereja melalu, doa dan kewaspadaan ini menjadi kuat

(Amsal 4.23; Ibrani 3:12, 1 Petrus 1:13, 11 Petrus 3:17)

3.8.1. Doa

Doa adalah suatu komunikasi kepada Allah. Doa memiliki relasi yang

kuat dengan peranan Roh Kudus di dalam diri setiap anggota Gereja (Roma

8:15, 16:26-27). Dan melalui Roh Kudus Gereja memiliki jalur komunikasi

dengan Bapa (Efesus 2:18). Menurut Robert T. Mengatakan “Istilah Doa

sebagai penggunaan dalam arti yang luas, termasuk semua bentuk komunikasi

dengan Allah, doa mencakup penyembahan, pujian, ucapan syukur,

permohonan dan campur tangan Allah”.39

Paulus juga sangat menekankan kehidupan doa gereja (Efesus 6:18;

Roma 12:12, Kolose 4:2, 1 Tesalonika 5: 17). Paulus beranggapan bahwa doa

38
Rober T Boyd, Worlds Bilble Hand Book, World Publishing, Grand Ropid. Michigan 1991,h 566
39
Ibid, h 100
35

begitu penting dalam gereja, Jadi saya mengutip NS Meliala dalam Diktat

mengatakan bahwa “doa merupakan kebutuhan yang mutlak dalam kehidupan

orang percaya, sebab tanpa doa manusia tidak dapat hidup secara Rohani”.40

Jadi di dalam Yakobus 5.16 berkata bahwa “doa orang benar, bila dengan

yakın didoakan sangat besar kuasanya”. Alkitab tidak mengatur tentang

bagaimana cara dan sikap untuk berdoa, seperti Tuhan Yesus katakan “Tetapi

jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah

kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi” (Matius 6:5-15, Yohanes 14

13-14; Kolose 3 17, 1 Yohanes 5 14, Markus 11:24). Namun secara Gereja lebih

di tekankan pada aspek permohonan dan campur tangan Allah, doa praktis

menjadi senjata utama dalam hidup gereja.

3.8.2 Kewaspadaan

Kewaspadaan berkaitan erat dengan berdoa ialah berjaga (Efesus 6.18, Matius

26:41, Lukas 22 :40, Markus 13 35). Nehemia 4:9 selain berdoa siang dan

malam, umat israel yang sedang membangun tembok Yerusalem di bawa

pimpinan Nehemia senantiasa berjaga dengan penuh kewaspadaan terhadap

serangan musuh mereka

40
N S Meliala, Doa dan Puasa (Diktat), Bethesda International Seminary, Malang 2005, h 9
36

Kewaspadaan adalah rahasia untuk menang terhadap dunia, di dalam 1

Petrus 5:8 dikatakan” sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, st Iblis, berjalan

keliling sama seperti singa yang digambarkan seperti singa yang mengintai

kelengahan Gereja yang mengaum ngaum dan mencari orang yang dapat

ditelannya”. Iblis di gambarkan seperti singa yang mengintai kelengahan

Gereja, tanpa kewaspadaan tidak ada artinya seluruh perlengkapan Gereja

rohani, kewaspadaan ini juga adalah Karya Roh Kudus. Sebab tanpa Roh

manusia pasti gagal (Roma 7:18). Roh membuat gereja memiliki hikmat dan

kewaspadaan (Efesus 1:17-18).

Melalui pembahasan yang terakhir ini, penulis memberi penekanan bagi

Hamba-hamba Tuhan, supaya maju terus dalam melayani Dia sampai Tuhan

Yesus datang ke dua kalinya yaitu untuk mempersiapkan gereja-Nya. Kita di

lambangkan seperti sepeda dayung artinya maju terus, jangan berhenti di dalam

Tuhan. Gereja harus berdoa dan waspada, berdoa berarti memiliki kontak

dengan Kristus sebagai kepala Gereja, dan waspada berarti siap sedia, tetap

bekerja dan kuat.


37

BAB IV

PENUTUP

Pada awalnya berdirinya Gereja sangat memprihatinkan oleh Hamba-

hamba Tuhan pada masa sekarang. Secara garis besarnya bahwa Gereja bersifat

perjuangan, bahkan peperangan rohani, dimana kita tahu di tengah-tengah

ancaman, pergumulan dan tantangan yang sangat kuat, baik yang dialami Paulus

dan murid-muridnya, dan sampai sekarang dialami oleh Hamba-hamba Tuhan.

Namun perjuangan Pulus nyata (II Kor. 4:8-12), tapi tidak sia-sia bagi

Gereja sekarang ini. Karena Paulus dan Murid-muridnya ada kesatuan hati yang

baik. Dimana tanpa kesatuan didalam Gereja akan sulit untuk bertumbuh dan

berkembang, kenapa karena tidak didasari pada pola hidup yang Paulus

teladani. Saya lihat banyak Gereja-gereja bertumbuh dan berkembang tapi tidak

ada tanda-tanda bahwa itu Gereja atau gedung, apalagi tidak mengakui Roh

Kudus yang bekerja saat ini.

Nah, melalui itu saya melihat didalam Surat Efesus ada sebuah pola hidup

Gereja yang dibangun, rapi tersusun menjadi baik Allah yang Kudus didalam

Tuhan, sampai sekarang ini juga bahwa terbuka bagi semua orang. Alkitab

mencatat bahwa seseorang tanpa sebuah Gereja adalah seperti satu organ tanpa

Tubuh atau seseorang domba tanpa kawanan dan seorang anak tanpa keluarga”.
38

Mealui itulah, maka penulis skripsi ini memberikan kesimpulan dan saran-saran

sebagai berikut:

1.1Kesimpulan

Gereja adalah satu pola hidup yang sempurna bagi Allah sebagai persyaratan

baru di dalam Kristus, Gereja dipanggil keluar dari dunia, menjdi kudus bagi

Allah, untuk diutus kembali ke dunia sebagai saksi kristus.

Panggilan dan dasar hidup Gereja diseleksi, dipilih dan ditetapkan oleh

Allah. Di dalam Kristus, dilaksanakan Roh Kudus. Organisme ini dibentuk di

atas prinsip dokrtin yang sempurna

Gereja adalah suatu penyataan misteri Allah, yang pernah tersembunyi

selama beradab-abab. Gereja memiliki ciri khas dalam hubungan baru, baik

dihadapan Allah maupun denagn dunia. Gereja memiliki kualitas hidup yang

sempurna.

Dalam sikap dan cara hidupnya yang khas, Gereja diikat oleh

damaisejahterah Allah yang menciptakan kesatuan. Satu tubuh, satu Roh, satu

pengharapan, satu Tuahn, satu iman, satu Baptisan, satu Allah Bapa dari semua.

Gereja hidup harmonis, dalam rumah tangga, keluarga dan dalam hubungan

kerja. Yang terpenting adalah Gereja hidup dalam kemenangan

Selagi masih hidup di atas bumi,Gereja tidak lepas dari konflik. Tetapi

Gereja berjuang dari titik kemenangan menuju pada kemenangan. Untuk itu

sudah tersedia tersedia perlengkapan perjuangan, yang harus dilaksanakan

seluruhnya. Secara prinsip Gereja memiliki kebenaran, keadilan, misi Injili,


39

iman, rasio dan intelek yang sehat, serta Firman Allah yang hidup dan berkuasa.

Secara praktis, Gereja memiliki perlengkapan rohani dalam bentuk doa dan

kewaspadaan.

Sebagaimana kita lihat, baik dari segi doktrin maupun praktis hidup,

terlihat betapa sempurnanya pola hidup Gereja seperti yang dinyatakan dalam

surat Efesus. Melalui seluruh pembahasan, penulis telah memperlihatkan bahwa

pola Gereja ditinjau dari surat Efesus ini memiliki dasar, prinsip, sikap, tujuan

yang tepat dan selaras dengan kehendak Allah di dalam Kristus yang dikerjakan

oleh Roh Kudus

1.2Saran-saran

Pola hidup Gereja menurut surat Efesus ini sangat cocok dan penting untuk

di contoh dan diterapkan di Gereja-gereja masa kini juga, dalam mencapai

pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan Rohatu maupun malalui pertumbuhan

jasmani yang sempurna. Maka penulis memberikan Saran-saran sebagai berikut

1. Kita telah di panggil dan dipilih Allah di tengah-tengah dunia ini dengan

maksud dan tujuan Allah yaitu yang sungguh luar biasa bagi Gereja-Nya

di persatukan. Sebagai kita hamba-hamba Tuhan, di mana saya lihat

banyak Gereja-gereja yang bertahun-tahun sangat sedikit mempunyai

pertumbuhan, baik jernaat Tuhan yang di layani, maupun pertumbuhan

dalam segi bangunan atau gedungnya. Karena tidak ada kesatuan dalam

hidup Gereja, Gembala dengan jemaat atau jemaat dengan Gembala, di

mana kesatuan itu sangat penting dalam pola hidup Gereja, maka melalui
40

hubungan itu Gereja akan maju. Sebaliknya nya kalau Gereja sekarang ini

banyak terpecah, jemaat ikut pecah, kita tidak heran kalau terjadi

sebagain jemaat itu kembali dari posisi yang semula menjadi murtad dan

meninggalkan imannya.

2. Kita tahu bahwa Gereja-gereja sekarang ini kurang punya Kasih di tengah

tengah orang lain, sebagaimana Alkitab katakan bahwa Kamu adalah

garam dunia, terang dunia. Di mana saya lihat banyak orang Kristen yang

pura-pura punya kasih hanya di mulut saja tapi di simpannya akar

pahitnya, benci,masing-masing, tidak semua mendapat karunia tersebut

melalui satu orang. Sekarang yang berperan di dalam Gereja adalah

Gembala tertentu yang di teladani oleh jemaat-jemaat yang datang dan

sekaligus sebagai wakilnya Allah untuk membawa jemaat kejalan yang

benar. Saya lihat di dalam Gereja lebih aktif jemaat untuk berdoa dari

pada Pendetanya, ada juga Pendeta itu tidak mau besuk malahan

pengerjanya yang ia suruh, anehnya lagi kalau jemaatnya mau ketemu

sama Pendetanya pergumulan sekali, bukan satu atau tiga Gereja yang

saya lihat mungkin lebih. Marilah kita pelayan-pelayan Tuhan perperan

untuk membangun jemaat Tuhan pada dasar dan pola hidup yang sehat.

3. Tugas dan tanggung jawab kita sebagai gereja-Nya Tuhan adalah yang

penginjilan. Tujuan hidupnya Gereja yakni gereja yang menginjili dan

rajin membawa jiwa-jiwa baru kepada Tuhan, maka kita mendapat


41

kekayaan rohani dan Mahkota dari Tuhan Yesus sendiri. Firman Tuhan

katakan bahwa kita bukan melawan darah dan daging, melainkan si Iblis,

maka kita memakai senjatan Allah berikan untuk berperang melawannya

dengan peperangan doa dan kewaspadaan.


42

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2005

1999

Autrey, Jarry, Surat Kiriman Penjara, Gandum Mas, Malang, 1998 Abineno, JL.

Ch. Garis-gans Besar Hukum Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, Alkitab

Penuntun Hidup Berkehimpahan, Gandum Mas, Malang, 1964 Abineno, J.L Ch,

Diaken, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1997 Abineno, JL Ch, Pokok-pokok

Penting Dari Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989 Bina Jakarta,

1992 Boyd, Rober T, Worlds Bilble Hand Book, World Publishing Grand

Popid,

Barclay, Willim, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Galatia-Efesus, BPK Gunung

Mulia, Jakarta, 1993 Baxter, J. Sidiow, Menggali Isi Alkitab, Roma-Wahyu,

Yayasan Komunikasi

Barcay, William, Surat-surat Filipi Kolose, I dan II Tesalonika, BPK, Gunung

Mulia, Jakarta, 2000


43

Michigan, 1991 St, Sekilas Bersama Paulus, Kanisius, Lembaga Biblika,

Jakarta,

1992

Daun, Paulus, Pemahaman Alkitab Dalam Bahasa Yunani

Ellis, D W, Metode Penginjilan, Yayasan Komunikasi, Bina Kasih/OMF

Jakarta, 1989.

Freligh, Haroled. M, Delapan Tiang Keselamatan, Kalam Hidup, Bandung. It

Gusthric, Donald, Kolose Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, YKBK, Jakarta,

1994

68
44

69

Groenen, C, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Kanisius, Jakarta, 1991

Haag, Herbert, Kamus Alkitab, Penerbit Nusa Inda, Jakarta, 1979

Kamus Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005 Ludwing,

Charles, Kota-kota Pada Zaman Perjanjian Baru, Kalam Hidup.

Bandung, 1994 Morris, Leo, Teologi Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang,

1996

Mandey, AH, (et al), Pertumbuhan Gereja, Bilitbang GPdl, 1995

Meliala, N.S. Doa dan Puasa (Diktat), Seminan Bethesda International, Malang,

Pasaribu, Goktondi, Hermeneutika (Diktat), Seminary Bethesda International,

2005

Malang 2004 Pocher, JL, Dunia Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 1993

Ryric, Charles C, Teolog Dasar 1, Andi, Yogyakarta, t


45

Salim, Peter, Kamus Bahasa Indones, Komtemporer, Modem English Press,

Jakarta, 1991

S, Nasution, Buku Penuntup Pembahasan Thesis, Jammars, Bandung, 1998

Stont, John, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani, Yayasan

Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 1994

Situmorang, Jonar, Eksegesa (Diktat), Surat Kolose

Sairin, Weinatan (et al), Hubungan Gereja Dan Negara Hak-hak Arasi Manusia,

BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996

Stone, Dwyne, Karunia Enstus Yang Naik Ke Surga, YPI IMMANUEL

Situmorang, Jonat, Injil Yohanes (Diktar), Seminari Bethesda International

Malang, 2004
46

70

Susabda, Yakub. B, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama Administrasi Gereja.

Gandum Mas, Malang, 2002

Tenny, Merrill, C, Survein Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 1995

Wiersbe, Werreh W, Kaya Di Dalam Kristus, Kalam Hidup, Bandung, t

Wgner, Peter C, Pertumbuhan Gereja, Gandum Mas, Malang, 1996 2001

Wihte, Randy, Gereja Tanpa Tembok, YPI IMMANUEL”, Jakarta, Wagner,

Peter C, Gempa Gereja, Nafiri Gabriel, Jakarta, 2000

Warta Jemaat Tesalonika, GSIA Tesalonika, Batam, 2007

Wigglesworth, Smith, Berbicara Kepada Para Siswa Sekolah Alkitab, Media

Injil

Kebenaran, Semarang, 1998


47

Wagner, Peter. C, Gereja Saudara dapat Bertumbuh, Gandum Mas, Malang,

1997

Zodhiates, Spiros, The Complete Wold Study New Testament, World Bille

Publle Publishers, lowo, 1992

Anda mungkin juga menyukai