Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI

KRISTEN

Pdt Wijaya Naibaho, B,Th

Sekolah Alkitab Riau


Air Molek ( Inhu)
SILABUS

KOMUNIKASI KRISTEN

Mata Pelajaran : Komunikasi Kristen

Standar Kompetensi
Mahasiswa akan mengerti memahami dalam berkomunikasi yang baik demi
meminimalis kesalahan dalam berbicara khususnya dalam menyampaikan berita
keselamatan bagi dunia."

Manfaat Mata Kuliah :


Dan setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa akan mampu
1. Menjadi seorang Komunikator Kristen yang baik
2. Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik dalam situasi dan kondisi
yang berbeda dalam menyampuikan suatu berita.
3. Menghindari kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi.

Deskripsi Mata Kuliah : Mata Kuliah ini adalah Komunikasi Kristen yang
mempelajari dasar teknik-teknik komunikasi secara umum, seperti apa arti
komunukasi dan etimologinya, bagaimana proses komunikasi yang baik, dan
apa gangguan-gangguan dalam berkomunikasi dan model-model komunikasi
dan menerapkannya dalam mengkomunikasi Injil.

Tuntutan Mata Kuliah:

 Setiap Mahasiswa diwajibkan membaca buku yang berhubungan dengan


Komunikasi ( minimal 3 buku 2 season,
 Kehadiran dikelas setiap perkuliahan, bila absent 2 sesion maka dianggap
gugur mata kuliahnya.
 Setiap mahasiswa diwajibkan untuk menulis paper yang ditentukan elch
dosen

Penilaian : 1. Kehadiran dikelas ( tidak


2. Tugas-tugas (Paper)
3. Ujian
4. Sikap/Attitude

Kepustakaan :

1. Arifin, Anwar, Drs, "Strategi Komunikasi", Bandung. Armico, 1982


2. 2 Effendi, Onong Uchjana, Drs "Dinamika Komunikasi ". Bandung:
Remadja Karya CV. 1986
3. 3. Meinanda, Teguh, "Pengantar ilmu Komunikasi", Bandung, Armico,
1981
4. 4. Rakhmat, Jalaluddin, Drs., M.Sc. "Psikologi Komunikasi", Bandung:
Remadja Karya CV, 1988.
5. 5. Susanto, Astrid S. Dr. Phil." Filsafat Komunikasi", Bandung :
Binacipta, 1986
6. 6. Wright, Charles R. Sosiologi Komunikasi Massa", Penyunting Drs.
Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Bandung: Remadja Karya CV, 1988
7. 7. Hoffman, Gloria dan Pauline Graivier, Sukses Lewat Komunikasi,
Dahara Prize, Semarang, 1986
8. A.W. Widjaja, H, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000)
9. Beek Art, Van, Pendamping Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003)
10.Christanday, Andreas, Komunikasi Dalam Keluarga Kristen
(Yogyakarta: Andi, 2015)
11.Eilers, Franz-Josef, Berkomunikasi dalam Pelayanan dan Misi
(Yogyakarta: Kanisius, 2008)
12.E.P, Ginting, Gembala dan Pastoral Konseling (Yogyakarta: Yayasan
ANDI, 2002)
13.F.M Buyung, Yopie, Komunikasi yang Efektif Dalam Pelayanan
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1992)
14.Hasan, Susanto, Homiletik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
15.H, Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grafindo Persada,
2002)
16.James G Robbins dan Barbara S, Jones, Komunikasi Yang Efektif
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995)
17.Onang. U, Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT.
Remaja Rosada Karya, 1990)
18.Saragih, Jahenos, Berteologi melalui komunikasi suatu refleksi teologis
kristiani (Jakarta: Suara Gereja Kristen Yang Esa Peduli Bangsa, 2009)
BAB.I

PENDAHULUAN

A. Memahami Pentingnya Komunikasi

Komunikasi sangat fundamental dalam kehidupan. Manusia sepanjang


sejarah tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Dalam pengalaman sehari-hari,
komunikasi di antara manusia tidak selalu berjalan lancar. Komunikasi adalah
sebuah seni yang perlu dipelajari agar berjalan dengan baik Setiap individu
perlu menyadari, melihat, serta memahami komunikasi di antara sesama
manusia merupakan kelanjutan komunikasi dari Allah sendiri dengan makhluk
ciptaan-Nya. Setiap makhluk hidup diciptakan Allah dengan kemampuan untuk
berkomunikasi dalam perspektif mereka sendiri. Baik itu manusia, hewan dan
tumbuhan mempunyai gaya berkeomunkasi yang khas yang juga dapat
dipahami oleh mereka sendiri. Bagi manusia komunikasi merupakan pemberian
yang khas juga dari Allah yang memampukan ia untuk berkomunikasi dengan
Allah. Ini yang membedakan hakikat komunikasi bagi manusia dengan makhluk
lainnya. Alkitab sendiri menceritakan kepada kita bagaimana Allah
mengomunikasikan dirinya kepada manusia dan bagaimana Ia berkomunikasi
dengan manusia. Kita melihat bahwa unsur-unsur komunikasi sudah ada sejak
semulah dan dimulai oleh dan dari Allah sendiri.
Allah sebagai sumber (source) juga sebagai mandator yang dalam pada itu
merupakan (comunicator) yang memberi pesan/mandat (comunicate) kepada
manusia/mandataris (comunicant) dengan tujuan adanya suatu hasil (effect)
yang dapat dicapai dari semua itu1. Dapat kita pahami dari sini bahwa
komunikasi merupakan media utama seorang pelayan Tuhan untuk dapat
melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanannya, baik itu sebagai
makhluk intrapersonal maupun makhluk personal. Kita memahami bahwa
hakikat komunikasi ialah, manusia sebagai makhluk indifidual serta sosial.
Sebagai makhluk individu ia mempunya hasrat untuk berkomunikasi secara
individual lewat setip aktifitasnya yang melibatkan seluruh aktifitas
fisik/posturalnya maupun secara psikis. Sebagai makhluk sosial manusia ingin
berhubungan dengan manusia yang lainnya lewat kontak sosial sehingga terjadi
komunikasi dan interaksi sosial yang komunikatif.
Istilah Komunikasi, bukanlah sesuatu yang asing di telinga umat manusia.
Suatu kata yang sangat umum didalam setiap kebudayaan. Namun demikian,
untuk memaknai kata tersebut memiliki ancen arti, ada yang menganggap,
1
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 2
bahwa permasalahan komunikasi semudah orang memali. Mungkin,
dikarenakan sudah terbiasa sejak lahir. Maka banyak sekali yang enggan untuk
belajar tentang komunikasi lebih dalam.
Ada beberapa kekeliruan yang berhubungan dengan permasalahan komunikasi,
seperti :
 Memiliki wawasan yang sempit, dengan menyamakan berbicara itu sudah
melakukan proses komunikasi
 Memiliki pikiran, bahwa tidak ada yang sulit perihal komunikasi,
dikarenakan itu merupakan karakter pembawaan sejak lahir dan mudah
untuk dilakukan
 Untuk menjadi terampil dalam berkomunikasi, tidak perlu usaha atau
belajar, apalagi sekolah khusus, namun itu merupakan talenta atau bakat
seseorang
 Komunikasi itu hanya berhubungan dengan telepon, handphone,
handytalkie, maupun alat penghubung lainnya.

Jadi, masih banyak sekali yang terjadi kesalahan-kesalahan atau kekeliruan


didalam mengartikan makna sesungguhnya dari komunikasi, bahkan masih
banyak yang meremehkannya. Padahal itu bisa berakibat fatal sekali. Misalnya:
mulai dari masalah salah bicara bisa berakibat hingga permusuhan.
Pertengkaran hingga perceraian. Konflik hingga perang dunia. Padahal itu
semua, kalau mau diamati dengan teliti, akar permasalahannya tuk lain dan tak
bukan hanyalah karena adarya kegagalan didalam melakukan proses
komunikasi. Bukan berarti juga setelah kita menguasai lebih banyak dan dalil
tentang ilm4 komunikasi akan otomatis menjadi ahli yang boleh berbangga diri.
Itu bukan tujuan dari pembelajaran ilmu komunikasi. Namun paling tidak,
secara jujur boleh dikatakan akan meminimalkan kegagalan didalam melakukan
aktifitas perkomunikasian. Dan juga, meskipun semakin tinggi ilmunya, akkan
berarti pula lebih hebat dari pada yang tidak belajar sama sekali. Seperti yang
dikatakan oleh "Anton Chekov : "orang hanya akan menjadi lebih baik, jika
kita bisa membuat dia tahu cara menempatkan diri."

Sebagai contoh, bagaimana mengisyaratkan "ok" dengan mempergunakan


bahasa non verbal ? Orang Indonesia telah mengabdosinya dari orang Amerika,
yaitu dengan mengangkat tangan kanan dan jari telunjuk dan jempol membuat
huruf "O", sedangkan ketiga jari lainnya ( tengah, manis, kelingking ) berdiri
Jadi gerakan ini berarti "ok" bagi orang Amerika, tetapi memiliki arti yang
berbeda bagi orang Mediterania, yaitu "No", sedangkan bagi orang Jepang
artinya "uang", dan yang repotnya bagi orang Tunisia maknanya adalah akan
kubunuh kau".

Jadi kesalahan dapat terjadi dalam komunikasi non-verbal, tetapi juga dalam
komunikasi verbal. Faktor penyebabnya sangat banyak, bisa dari sipembicara
atau sipenerima, ataupun factor-faktor teknis lainnya. Namun semua bentuk
kesalahan atau kegagalan didalam melakukan proses komunikasi, tetap bisa
diatasi jikalau kedua belah pihak ada kesepakatan untuk saling mau memahami
dengan keberadaannya masing-masing.
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communication, yang
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya
adalah sama makna2. Dari sini kita dapat memahami bahwa dalam membangun
suatu komunikasi dibutuhkan yang namanya kesamaan makna. Komunikasi
merupakan tahapan lebih lanjut dari proses pemberian stimulus oleh
komunikator kepada komunikan yang kemudian menimbulkan feed back oleh
komunikan dan jika kesamaan makna itu terjadi maka komunikasi akan
meningkat menjadi interaksi dimana adanya hubungan timbal balik dimana
pada saat yang sama komunikator bisa saja menjadi komunikan dan juga
komunikan bisa saja menjadi komunikator bila interaksi itu terjadi secara intens.
Komunikasi juga adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan atau
pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dan makna.
Denagn kata lain komunikasi yaitu penyampaian suatu gagasan atau
informasi mengenai pikiran dan perasaan kepada orang lain. 3 Dari sini kita
melihat bahwa manfaat komunikasi bukan saja untuk terjadinya suatu interaksi
namun dapat juga hanya sebagai suatu tindakan persuasif oleh komunikator
kepada komunikan yang diinginkan. Jika kita melihat lebih jauh maka ini
berkaitan dengan komunikasi masa. Dimana komunikasi ini lebih cenderung
mempublikasikan sesuatu lewat media masa yang ada. Saya juga tertarik
dengan pendapat Andreas Christanday yang bertolak dari pendapat H. Norman
Wright dengan definisi bahwa komunikasi merupakan proses, maka
berkomunikasi yang baik memerlukan waktu dan kesabaran. Sebab didalamnya
ada proses interaksi duaarah sehingga terjadi saling mendengarkan yang
diusahakan oleh masing-masing pihak4. Shannon dan Weaver juga memberi
definisi yang hampir mirip bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi5. Kita bisa memahami bahwa Komunikasi
tidak terbatas pada penyampain pesan secara verbal namun menyangkut seluruh
potensi secara postural manusia, namun dengan perkembangan IPTEK
komunikasi dapat dilukiskan melalui setiap media teknologi yang ada yang
sesuai dengan tujuan komunikator dan kebutuhan komunikan.

2
Jahenos Saragih, Berteologi Melalui Komunikasi Suatu Refleksi Teologis Kristiani (Jakarta: Suara
Gereja Kristen Yang Esa Peduli Bangsa, 2009), hlm.8
3
Robbins James G dan Jones Barbara S, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1995), hlm. 1
4
Andreas Christanday, Komunikasi Dalam Keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi, 2015), hlm. 1-2
5
Cangara. H, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grafindo Persada, 2002), hlm. 19-20
Secura etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa Latin "communicatio", dan perkataan ini bersumber pada kata
"communis". Perkataan "communis" tersebut tidak ada kaitannya dengan Purtai
Komunis. Tapi arti "communis" disini adalah "sama", dalam arti sama makna",
yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dalam bahasa inggris disebut
"communication", berasal dari kata kerja Latin "communicare" yang artinya
to talk together, confer, discourse, and consult with another, yang kira-kira
artinya berunding. Jadi perkataan ini menurutnya, ada hubungan dengan
"komunitas", yaitu "not only community but also fellowship and justice in
men's dealing with one another."

Secara Terminologisnya atau peristilahannya, "komunikasi" berarti proses


penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Maka jelas
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang yang mana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Definisi “Komunikasi" adalah proses pertukaran dan penyampaian informasi


dan ide dari seseorang kepada orang lain. Definisi yang lain menjelaskan
komunikasi sebagai suatu proses dan transaksi pengiriman pesan dari pihak
tertentu, melalui media tertentu, dalam bentuk-bentuk tertentu sehingga
mencapai sasaran, yaitu pihak lain yang mengakibatkan terjadinya hubungan
tertentu. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, komunikasi dapat diartikan
sebagai proses dan transaksi pengiriman pesan secara dua arah, yaitu dari
pemimpin kepada mereka yang dipimpin, dan sebaliknya.

C. Fungsi Komunikasi:

Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fimgsi komunikasi bagi manusia?


Pertanyaan ini begitu luas, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga
menjawabnya akan mengalami perbiasan. Namun beberapa pakar akan
menguraikan pendapatnya, yang terkadang sama, berbeda dan tumpang tindih.
tentang fungsi komunikasi, seperti :

Thomas M. Schelde, mengemukakan bahwa berkomunikasi terutama untuk


menyatakan dan mendukung identitus diri, untuk membangun social dengan
orang disekitarnya, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir,
atau berperilaku seperti yang kita inginkan.

Gordon I. Zimmerman, merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan


komunikasi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi
kebutuhan kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri
memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup.
2. Berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi "isi", yang melibatkan pertukaran
informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi 'hubungan
yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita
dengan orang lain.

Judy C. Pearson & Paul E. Nelson, mengemukakan bahwa komunikasi


mempunyai dua fungsi umum yaitu :
I. Untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang
lain dan mencapai ambisi pribadi.
2. untuk kelangsungan hidup masyarakat tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

William L. Gorden, motgemakakan empat Fungsi komunikasi yakni:


1. komunikasi sosial
2. komunikasi Ekspresif ( unik menyampaikan pena kita ata emoni kita );
3. Komunikasi Ritual ( dalam upacara penti sumatan ulang tahun.
pernikahan, dll): dan
4. Komunikasi Instrumental menginformasikan mengajar, mendorong
mengubah sikap, keyakinan, mengubah perilaku, menggerakkan tindakan,
dan juga untuk menghibur) jadi empat komunikasi itu tidak saling
meniadakan

Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam
kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apapun yang Anda supaika-entah
itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit--yang paling
terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu
tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut schagai komunikasi.
Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah
tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain.

Di dalam komunikusi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, atau
bahasa komunikasi yaitu: 1) komunikasi verbal dan 2) komunikasi non verbal.
Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata
bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal ( bahasa isyarat ), kita
mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture),
ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.
Ada juga "Komunikasi Ruang" dibagi dalam empat jarak yaitu: (1) jarak intim:
0-45 cm: (2) jurak pribadi: 45-75 cm; (3) jarak social: 120-210 cm: (4) jarak
public: 360-450 cm.

Bagaimana cara kerja komunikasi? Faktor yang munjung keberhasilan dalam


berkomunikasi Proses komunikasi sedikitnya melibatkan adelapan komponen,
yaitu:
1. Komunikator ( Sender ), Sumber Komunikasi atau. Pengirim Pesan, yakni
seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil
inisiatif mengirimkan pesan
2. Enkoding. Proses yang dilewati seorang pengirim berita dalam
menerjemahkan berita yang akan atau sedang ia kirim.
3. Pesan (Message ), adalah informasi yang dikomunikasikan oleh pengirim
kepada penerima, bisa berupa lumbang atau tandu, seperti kata-kata (dalam
bentuk tertulis atau lisan) gesture dll. Berita adalah jantung komunikasi.
4. Media atau Saluran Komunikasi/Sarana Komunikasi ( Chance ), yakni
sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio,
surat, suratkabar, email, SMS, TV atau gelombang udara ), bisa juga melalui
kontak mata, gerakan tangan, bahasa tubuh, gambar-gambar, diagram-diagram
5. Dikoding, proses yang dilakukan oleh si penerima pesan yang telah
menerjemahkan berita ataupun simbol2 yang dikirim oleh seorang "sender".
6. Komunikan atau Penerima Pesan (Receiver ), yakni seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan. Disini ada juga proses
"decoding" yaitu proses yang dilakukan oleh sipenerima pesan yang telah
menerjemahkan berita atau pun symbol-simbol yang dikirim oleh seorang
"sender" ( kadangkala "berita" yang disampaikan oleh si pengirim berita
ditanggapi berbeda oleh sipenerima berita ). Di samping keenam elemen
tersebut, masih ada dua elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses
komunikasi, yakni:
7. Umpan balik (ondrack Dampak/Akibatasi yang terjadi pada pihak
penerima/komunikan yakni reiksi atau tanggapan balik dari pihak penerima
keunikan atas pesan yang diterimanya. Ulimpan balik dapat berbentuk verbal
ataupun nonverbal. Misalnya: Dalam Konseling, respon dapat berupa
pertanyaan, anggukan kepala, tersenyum, mengeluh ataupun mengungkapkan
rasa panas. Kalau dalam khotbah. bila sipenerima tertarik dengan kotbahnya
biasanya memberi respon dengan mata yang terus menaruh perhatian,
mengucapkan kata-kata "amin" dan "Haleluyah", meneteskan air mata, tepuk
tangan, dll, tapi bila kotbah-nya tidak menarik, maka biasanya membaca buku,
melirik kea rah jum, menguap, mengantuk, dll.
8. Gangguan (noite) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis)
yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. Jadi
segala sesuatu yang menggangu komunikasi disebut "nosise". Kemungkinan
gangguan itu adalah seperti :
a. Lampu ruangan kurang tenang ( kalau ada diruangan seminar atau gereja )
b. "Microphone" atau "sound" system yang kurang baik
c. Suhu udara yang terlalu panas atau terlalu dingin dalam ruangan
d. Sipembawa berita yang tidak menguasai bahan beritanya
e. Sipembawa berita yang tidak siap mental menghadapi lautan manusia yang
banyak
f. Pendenngar yang telah kecapaian, atau merasa lapar, haus
g. DII ( jadi gangguan itu beragam ( Faktor fisik, psikologis, maupun factor
semantic ). Jadi dari contoh tersebut diatas disimpulkan ada beberapa factor
penyebab nosise/gangguan) yaitu

1. Psikis - keyakinan
2. Fisik penampilan
3. Alam - situasi
4. Teknologi komponen

D. Bentuk Komunikasi

Komunikasi antar manusia memiliki cakupan sangat luas. Ada tujuh macam
bentuk komunikasi, yaitu :

1. Komunikasi Intra Pribadi : Adalah komunikasi dimana seseorang berbicara


dengan dirinya sendiri ( inner talk,
2. Komunikasi Antar Pribadi : Yang merupakan komunikasi yang terjadi pada
dua orang. Mereka belajar saling mengenal, berhubungan, saling
mempengaruhi, bermain dan saling membantu.
3. Komunikasi Kelompok Kecil : Biasanya bertujuan untuk berbagi informasi,
mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, dan memberikan pertolongan.
Komunikasi ini dapat dalam bemtuk formal dan informal ( seperti rapat, dll ).
4. Komunikasi Organisasi : Ini adalah komunikasi dalam bentuk formal,
biasanya tujuannya adalah untuk meningkatkan produktifitas. membangkitkan
semangat, memberikan informasi, dan memberikan keyakinan
5. Komunikasi Publik ( Terbuka ): Jenis komunikasi ini ditujukan kepada
khalayak, tujuannya adalah memberi informasi; meyakinkan; mendidik dan
menghibur
6. Komunikasi Antar Budaya : Sesuai dengan namanya inilah komunikasi
yang dilakukan orang dari budaya yang berbeda. Tujuannya adalah untuk saling
mengenal, melakukan kontak, mempengaruhi, bermain dan membantu.
7. Komunikasi Massa : Komunikasi ini bertujuan untuk menghibur,
meyakinkan ( mengukuhkan, mengubah, mengaktifkan ), memberi informasi,
mengukuhkan status, membius, menciptakan persatuan kepada khalayak yang
sangat luas melalui sarana audio, TV, surat kabar, internet.
BAB II

Komunikasi Kristen

A. Proses Komunikasi Kristen


Menurut Alkitab, Tuhan Allah bukanlah pribadi yang tertutup.
Sebaliknya, Dia selalu berkomunikasi dengan manusia sebagai ciptaan-Nya.
Bagi umat Kristen, Tuhan Yesus adalah jalan relasi dan komunikasi Allah
dengan manusia dan manusia dengan Allah. Dalam Yohanes 14:6–7 disebutkan,
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti
kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang kamu mengenal Dia, kamu telah
melihat Dia,” (hlm 5). Dengan ini tidak dapat diragukan bahwa bagi orang
Kristen, Tuhan Yesus merupakan komunikasi Allah dengan manusia dan
komunikasi manusia dengan Allah. Dia adalah jalan relasi dan jalan komunikasi
timbal balik antara Allah-manusia. Dalam jalan relasi dan komunikasi ini, Allah
dalam Yesus Kristus tidak hanya berbicara kepada manusia, tetapi juga
mencarinya mulai di hati Allah dan memuncak dalam Penjelmaan Sabda.
Manusia juga perlu belajar dari Tuhan Yesus sendiri jalan-jalan atau cara-cara
untuk membangun relasi dan komunikasi internal di antara kita. Demikian juga
relasi dan komunikasi eksternal dengan orang lain.
Komunikasi adalah tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim
dan menerima pean yag terdistorsi oleh gangguan (noise), torjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada Lesempatan tek
melakukan umpan balik ( feedback). Proses komunikasi akan membahas
delapan unsur, elemen, atau komponen penting untuk mencapai hasil yang
diharapkan kedelapan elemen tersebut adalah seperti sudah disebutkan diatas )

1. Pengirim Berita Komunikator Sander


2. Enkoding (incoding)
3. Berita ( Pesan Message
4. Saluran Komunikasi (Communication Channel
5. DiCoding ( Decoding)
6. Penerima Berita ( Komunikan
7. Umpan Balik (Peedback
8. 8 Gangguan ( Noise )
Dalam prakteknya komunikasi kelihatan sangat mudah dan sederhana, namun
dalam teori tidaklah demikian. Setiap kali seseorang berkomunikasi entah itu
dengan seorang teman ataukah kepada group kecil atau bahkan kepada
masyarakat luas, maka kedelapan elemen komunikasi ini dapat dipastikan hadir.
Secara sederhana, proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Hal utama proses komunikasi selalu ditimbulkan oleh inisiatif seseorang yang
ingin menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain atau sekelompok orang.
Orang yang memprakarsai komunia ini disebut sebagai Komunikator. Jika Anda
berbicara kepada teman Anda, isi perkataan Anda itulah yang disebut dengan
pesan (message) Anda. Ketika Anda mengirimkan SMS. Anda juga sedang
mengirimkan pesan. Demikian juga, ketika Anda ingin menyampaikan kotbah
firman Tuhan kepada receiver, Anda pun sebenarnya mengambil inisiatif untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain.

Supaya bisa menyampaikan pesan, komunikator itu membutuhkan media atau


saluran Ibarat kantor Perusahaan Air Minum (PAM), mereka membutuhkan
saluran untuk meneruskan air yang mereka olah supaya sampai kepada
pelanggan. Mereka bisa memakai pipa, selang plastik, selokan, atau truk tangki.
Demikian juga dalam proses komunikasi, ada berbagai pilihan saluran
komunikasi: lewat kabel (telepon, TV kahel, internet), gelombang elektronik
(handphone, televisi, radio), cetakan (surat kabar, surat, majalah, buku), dil,

Lalu bagaimana dengan pembawa berita atau pesan? Mereka memakai saluran
komunikasi apa? Di dalam ranah komunikasi lisan, saluran komunikasi yang
digunakan adalah melalui panca indera manusia. Kita dapat menerima pesan itu
menggunakan satu atau lebih indera kita. Seperti ketika melihat langit yang
mendung, kita menangkap pesan bahwa sebentar lagi akan turun hujan Ketika
kita mendengar suara bergemuruh di stasiun, kita mendapat pesan bahwakereta
api sebentar lagi akan lewat. Ketika kita merasa pahit ketika mencicipi
makanan, kita memperoleh informasi bahwa makanan tersebut tidak enak

Di dalam komunikasi lisan, indera yang paling sering digunakan untuk


menerima pesan adalah penglihatan dan pendengaran kita. Itu sebabnya kalau
Anda berkomunikasi dengan orang buta dan tuli, maka Anda akan menemui
hambatan. Mengapa demikian? Karena kedua saluran komunikasi mereka yang
paling utama telah tertutup. Banyak orang yang menganggap bahwa dalam
komunikasi lisan, yang paling penting adalah berkomunikasi menggunakan
kata-kata (suara). Pada kenyatannya, komunikan Anda, yaitu jemaat, tidak
hanya mendengar kothuh Anda, tapi juga melihat Anda. Mereka mengamat-
amati gerak-gerik Anda, ekspresi Anda, dandanan Anda, tekanan suara Anda
dil. Semua yang mereka lihat ini dapat memperkuat pesan yang Anda
sampaikan Tapi bisa juga berakibat sebaliknya, yaitu melemahkan pesan Anda.

Dalam penyampaian pesan melalui media, chancl-chanel sangat dibutuhkan


tapi gangguan komunikasi lewat media ini juga tetap akan ada. Umpamanya,
ibarat saluran pipa PAM, jika pipa ini yang mengalami kebocoran, maka
akibatnya pelanggan menerima air yang berkualitas buruk. Demikian jugalah di
dalam komunikasi, karena ada gangguan (noise) dalam saluran komunikasi,
maka akibatnya pesan yang diterima oleh komunikan/receiver mengalami
gangguan.

Gangguan itu ada dua macam gangguan: 1) gangguan eksternal dan 2)


gangguan internal Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal
dari luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh,
suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau
yang tidak sedap udara yang terlalu dingin dil. Gangguan dari luar biasanya
tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat
gangguan itu masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebihsulit untuk
dikendalikan adalah gangguan internal Gangguan ini berasal dari faktor-faktor
psikologis. Misalnya rasa takut kecewa, cemas, grogi utais gejolak emosi
lainnya. Schugai contoh, anak yang baru saju pindah ke kelompok Sekolah
Minggu Anda, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan
yang Anda sampaikan Penyebabnya, karena dia mer comes sebagai anak baru.
Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing Dia tidak merasa
aman, karena belum memiliki kenalan. Akibatnya, din tidak bisa berkonsentrasi
di dalam menyimak cerita Guru Sekolah Minggu.

Untuk itu, Pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator ini harus bisa
melewati berbagai gangguan (noise). Pesan-pesan ini harus bisa lolos dari
berbagai gangguan sebelum akhimya bisa mencapai komunikan atau pendengar.
Komunikasi terjadi apabila komunikan bisa mengerti pesan-pesan yang
diterimanya.

Aspek berikutnya di dalam proses komunikasi adalah umpan balik


FEEDBACK ).. Umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh komunikan
kepada komunikator, yang menandakan bahwa pesan tersebut telah diterima dan
dipahami. Melalui umpan balik ini, komunikator dapat memeriksa dan
memastikan apakah penerima pesan atau komunikan sudah menerima pesan,
sesuai dengan keinginannya atau tidak. Ada kemungkinan, pesan yang dipahami
oleh komunikan itu berbeda dengan yang di yang dikehendaki. Hal ini bisa
terjadi karena pesan tersebut mengalami gangguan selama pengiriman
Akibatnya, pesan tersebut tidak dapat diterima dengan utuh.
B. Pentingnya Komunikasi Kristen
Komunikasi Kristen merupakan komunikasi yang diawali dengan Kristus;
sebab Ia merupakan satu-satunya mediator dan komunikator yang Agung, hanya
Dia yang memenuhi syarat untuk mengomonikasikan Allah yang Maha Kudus
kepada manusia yang berdosa6. Komunikasi seorang pelayan Tuhan yang benar
ialah jika ia telah ada di dalam Kristus dan Kristus menjadi pusan kehidupannya
(christocentris). Sebagai seorang pelayan Tuhan, Kristus sendiri menjadi pola
bagi kita. Ia sendiri menunjukan bahwa ada syarat-syarat yang mesti
diperhatikan dan dimiliki serta dikomunikasikan dalam sikap seorang
komunikator apalagi menyangkut dengan pelayanan kepada Allah. Kedatangan
Yesus ke dalam dunia merupakan metode Allah untuk berkomunikasi dengan
manusia. Allah mempunyai berita, pesan, firman yang harus disampaikan
kepada manusia. Tetapi Ia juga tidak mengabaikan metode penyampaiannya.
Cara Tuhan menyampaikan firman kepada manusia pun beraneka ragam.
Kepada Adam dan Hawa, Allah menyampaikan perintah-Nya dengan suara
yang jelas. Kepada Raja Daud, Allah menegur melalui Nabi Natan dengan
sindiran yang tegas dan keras. Kepada orang banyak, Yesus banyak
menyampaikan perumpamaan-perumpamaan. Dan itu baru sebagian dari cara
Tuhan kita berkomunikasi7.
Rasul Yohanes menggambarkan lebih jelas juga suatu gaya berkomunikasi
Kristus yang sangat menarik yang sangat memperhatikan aspek-aspek dalam
ilmu komunikasi yang baik dalam Wahyu 3:20, agaknya ini juga tersirat gaya
berkomunikasi sorang pelayan Tuhan. Ayat ini menunjukan adanya penggunaan
istilah-istilah dalam ilmu berkomunikasi yaitu: melihat, mengetuk, mendengar,
bersuara, membuka, masuk, makan, dan tinggal bersama-sama8. Kita bisa
melihat bahwa proses berkomunikasi yang tepat sedang diajarkan Kristus
bahkan etika dan moralpun tercermin di sini. Etika lahir dari teologi maka jika
etika kita salah _dalam hal ini cara berkomunikasi kita_ maka salah pula teologi
kita, maka penting sekali seorang pelayan Tuhan untuk mengetahui dan
mempraktekan cara berkomunikasi yang baik lewat ilmu komunikasi yang
dipelajari dan dipraktekan dengan baik. Komunikasi yang Kristus gambarkan di
sini tidak hanya secara verbal namun juga secara non verbal terjadi, yang
dibarengi dengan sikap menunggu sampai terjadinya suatu kesamaan makna.
Sehingga kesamaan makna itu secara lebih lanjut digambarkan A. Cristanday
dengan lima makna dari ayat diatas yaitu: kita menerima Kristus, Kristus
menerima kita, kita menerima dan mengalami dan menerima kasih-Nya, kita
menerima diri kita sendiri dan kita menerima serta mengasihi orang, sehingga
terjadilah suatu komunikasi yang Kristiani9. Komunikasi merupakan suatu

6
Andreas Christanday, Komunikasi Dalam Keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi, 2015), hlm. 3
7
Yopie F.M Buyung, Komunikasi yang Efektif Dalam Pelayanan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
1992), hlm. 65 - 68
8
Andreas Christanday, Komunikasi Dalam Keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi, 2015), hlm. 4
9
Ibid.,
keterampilan, bila tidak dilatih maka kemampuan seseorang itu akan staknan
pada keterampilan yang ia tahu itu saja.
Dalam ilmu komuikasi kita melihat bahwa ada berbagai aspek yang belum
diketahui oleh seorang pelayan Tuhan. Mengapa demikian? Karena
keterampilan berkomunikasi itu pada umumnya belum terlalu dianggap sebagai
suatu ilmu yang penting, anggapan pada umumnya seringa berkata bahwa yang
paling penting ialah mengetahui doktrin Alkitab. Ini membuat cenderung
seorang pelayan Tuhan hanya mengangap komunikasi sebagai suatu
kemampuan yang terjadi secara alamiah. Dari satu sisi benar juga demikian,
namun sebagai seorang pelayan Tuhan yang hidup di zaman dimana
pengalaman (experience) tidak menjadi satu-saunya standar, tetapi pengetahuan
(knowledge) secara kognitif juga diperlukan untuk memiliki suatu kecakapan
atau keterampilan berkomunikasi yang efektif.

Ada beberapa aspek yang menunjukan mengapa ilmu komunikasi penting


dalam pelayanan seorang pelayan Tuhan yaitu:
a. Efektifitas Komunikasi
Efektifitas komunikasi merupakan suatu kegiatan pengungkapan ekspresi
dengan berbagai media baik verbal maupun non verbal dengan tepat agar
mencapai suatu kesamaan makna10. Ketika seorang pelayan Tuhan mengetahui
cara berkomunikasi yang efektif maka ia kan sanggup menyampaikan informasi
dengan cara yang benar dan tepat. Dalam hal ini ada faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya suatu efektifitas yaitu: kemampuan menganalisa,
penggunaan kata, kontak mata, intonasi, artikulasi, dan etika yang benar11. Jika
seorang pelayan Tuhan mengetahu ini maka efektifitas komunikasi akan lebih
baik dan tujuan dari suatu komunikasinya saya rasa akan lebih dapat tercapai
dengan efektif juga.
b. Teknik Dalam Berkomunikasi
Teknik berkomunikasi merupakan seni dalam menyampaikan pesan oleh
seorang komunikan sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi
komunikannya12. Teknik di sini menunjukan bagaimana sumber daya manusia
seseorang terlihat dan digunakan, sebab dalam teknik berkomunikasi seorang
kumunikator harus mengemas pesannya sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami komunikannya. Dalam proses ini seluruh potensi seorang komunikan
akan tercermin, ia bukan saja bergantung pada postural yang ia miliki namun
juga dengan media lainnya dan ini juga dipengaruhi oleh komunikan yang ia
tuju. Bila komunikannya adalah anak-anak maka tekniknya disesuaikan,
begitupula orang dewasa, lainsia atau kaum ibu dan sebagainya. Selain itu
perkembangan teknologi yang ada juga mempengaruhi. Jika dulu orang cuma
10
Jahenos Saragih, Berteologi Melalui Komunikasi Suatu Refleksi Teologis Kristiani (Jakarta: Suara
Gereja Kristen Yang Esa Peduli Bangsa, 2009), hlm. 50
11
Ibid.,51
12
Efendy Onang. U, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1990)
hlm. 9
mengunakan tatap muka (face to face) yang kemudian berkembang ke surat.
Maka di zaman post modern ini seorang pelayan Tuhan perlu memperhatikan
media yang ia gunakan juga, sehinggga dapat menarik, sesuai kebutuhan dan
mudah dipahami. Sebab zaman ini dikenal sebagai zaman no ridessociety maka
komunikasi audio visual mungkin lebih dominan dan efektif. Begitu juga
dengan perkembangan zaman selanjutnya teknik dan media komunikasi akan
terus berubah dan berkembang.

c. Hambatan-hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi merupakan adanya rintangan atau penghalang
sehingga terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyatan dari sisi komunikator
maupun komunikan13. Tentunya dalam berkomunikasi terkadang tidak terjadi
seutuhnya dengan baik, terkadang ada juga masalah yang terjadi atau lebih
dikenal adanya hambatan. Ada berbagai hal yang mempengaruhi sehingga
terkadang suatu komunikasi tidak berjalan dengan baik, itu bisa terjadi secara
internal seperti semantik, persepsi, kemapuan menilai dan lain-lain. Sedangkan
secara eksternal seperti bising, mekanik, persepsi komunikan dan lain-lain. Bila
seorang pelayan Tuhan mengetahui hambatan-hambatan ini, ia akan lebih sabar
dan tahu apa reaksi dan sikap yang terbaik yang harus ia ambil untuk
menangani masalah tersebut dan itu membutuhkan yang namanya proses
belajar.
Ada banyak aspek yang belum disingung dalam hal ilmu komunikasi yang
baik dan benar, namun dari ketiga hal mendasar di atas dapat disimpulkan
bahwa ketika seorang pelayan Tuhan mempunyai pengetahuan dan pemahaman
tentang berkomunikasi yang baik secara ilmu, maka itu akan sangat
membantunya dalam mengomunikasikan setiap pesan yang akan ia sampaikan
dalam lingkup gereja maupun masyarakat sehingga dapat tercapai tujuan
dimana suatu kesamaan makna yang holistik. Namun jikalau ada hambatan-
hambatan yang terjadi dalam proses berkomunikasi maka sikap yang
diambilpun akan tepat, sebab kemampuan menganalisa dan menanggulangi
hambatan itu telah ia ketahui dari prinsip hambatan komunikasi dalam ilmu
komunikasi.

C. IMPLIKASINYA KOMUNIKASI BAGI PELAYANAN GEREJA


1. Dalam Berkhotbah
Khotbah dalam bahasa Lati disebut Homiletkus atau dalam bahasa Yunani
disebut ~Omiletikoz yang artinya “baik hati” yang berhubungan dengan kata
kerja ~omilein yang berarti berkawan, berbicara dengan atau mebuat pidato 14.
Jadi artinya berkhotbah merupakan suatu metode penyampaian pesan (firman
13
Jahenos Saragih, Berteologi Melalui Komunikasi Suatu Refleksi Teologis Kristiani (Jakarta: Suara
Gereja Kristen Yang Esa Peduli Bangsa, 2009), hlm. 92
14
Susanto Hasan, Homiletik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hlm. 3
Tuhan) atau isi Alkitab sesuai dengan isinya yang diambil prinsip-prinsipnya
dan direlevanisasikan untuk dikomunikasikan kepada seseorang. Tentunya
dalam hal ini dibutuhkan kecakapan-kecakapan khusu yang perlu diperhatikan.
Dari pengusaan atau pengetahuan mendasar tentang isi Alkitab itu sendiri dan
cara/metode penyampaian yang tepat sesuai dengan ilmu homiletika yang
dikenal dalam dunia teologi. Berkhotbah di sini bukan secara sempit atau
dibatasi pada tugas seorang pendeta atau pastor di gereja semata. Namun
merupakan tugas bagi semua pelayan Tuhan. Dalam hal ini saya teringat dengan
stetmen alm. Pdt. Israel Jhon Leti, M.Div dalam kunjungannya ke STTIK
Kupang 2015 lalu, “Firman itu terdiri atas dua bagian yaitu firman mimbar dan
firman lapangan”. Artinya bahwa selain berteologi harus ada actionnya di
lingkup masyarakat juga. Ini membutuhkan suatu kecakapan dalam
berkomunikasi. Seorang pelayan Tuhan dituntut untuk dapat bersosialisasi dan
beradaptasi sedemikian rupa sehingga dapat diterima, diharga dan diakui. Ini
hal yang cukup menantang dimana gereja diwaba masuk dedalam dunia agar
keharuman berita keselamatan dan kasih Allah itu dapat dicium dan dirasakan.

2. Dalam Pelayanan Pastoral Konseling


Pastoral sendiri berasal dari kata pastor yang dalam bahasa Yunani disebut
poimen dengan arti Gembala15. Sedangkan konseling berasal dari kata counselor
yang sudah digunakan dalam kitab PL, seperti dalam 1 Tawarikh 27:32 yaitu
Soferim yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris Counselor yang artinya
penasehat. Dalam bahasa Yunani disebut Parakletos yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia sebagai penghibur, penasehat dan penolong16. Maka konseling
pastoral dapat diartikan sebagai bimbingan atau penyampaian nasehat oleh
konselor (orang yang memberi konseling) kepada konsili (orang yang
dikonseling) yang bertujuan untuk membantu, menolong konseli dalam
mengambil suatu keputusan yang disarakannya sehingga memberi jalan keluar
baginya dalam menentukan keputusan. Jadi komunikasi pastoral dalam arti luas
adalah semua kegiatan komunikasi Gereja dan para anggotanya. Namun dalam
arti lebih sempit dan tegas, komunikasi pastoral adalah dimensi komunikasi dari
semua pelayanan gerejawi, alat-alat komunikasi, struktur, kebutuhan serta
peluang demi pelayanan dari para pejabat gerejawi, para pelayan awam yang
terlibat secara langsung dalam karya gerejawi, dan setipa anggota gereja wajib
untuk mengomunikasikan iman keyakinannya dalam perkataan dan perbuatan,
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada siapa saja di sekitarnya 17.
Di sini terlihat bahwa pelayanan konseling tidak terlihat secara sempit saja.
Tanpa pemahaman komunikasi yang benar tidak mungkin seorang konselor
dapat memberi respon dan keputusan yang tepat bagi konsilinya. Ibarat seorang

15
Van Beek Art, Pendamping Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 10
16
Ginting E.P, Gembala dan Pastoral Konseling (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002), hlm. 2
17
Franz-Josef Eilers, Berkomunikasi dalam Pelayanan dan Misi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm.
12
dokter yang mendiaknosa, memberi resep obat dan saran yang tepat, demikian
juga seorang konselor dituntut untuk cakap juga dalam berkomunikasi.

3. Dalam Keluarga Kristen


Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama yang diinisiatifi oleh dan
dibentuk oleh Allah sendiri. Landasar utama sebuah keluarga ialah pernikahan
yang disahkan dan diberkati oleh Allah. Kejadian 1 dan 2 menunjukan
pemberkatan keluarga pertama itu. Selanjutnya dalam PB dalam I Korintus 11:3
dan Efesus 5:23 kita lihat kepala gereja ialah Kristus adan kepala sebuat
keluarga ialah laki-laki namun diatas semua itu Kristus merupakan satu-satunya
kepala keluarga yang utama. Dalam. Paulus menuliskan kepada jemaat di
Efesus dalam Efesus 5:22 dan jemaat di Kolose dalam Kolose 3:18-22, tentang
pentingnya memperhatikan setiap peran anggota keluarga yang ada. Prinsip
komunikasi juga terlihat di sini. Saling menghargai dan melakukan tangung
jawab masing-masing adalah bentuk komunikasi yang baik. Sebagai keluarga
Kristen yang hidup pada generasi modern ini, komunikasi yang baik mesti
dimulai dari lingkup keluarga. Dalam membangun keluarga baru, setiap
pasangan memerlukan cara berkomunikasi yang baik sehingga proses
pengenalan dan pengendalian perbedaan yang ada tidak menjadi suatu masalah
yang berkepanjangan tetapi, dapat berangsur-angsur menemui suatu titik temuh
dimana setiap pasangan dapat saling menerima dan memahami setiap perbedaan
dan kekurangan masing-masing. Dalam hal mendidik anakpun demikian,
komunikasi yang baik dibutuhkan, orang tua akan mudah mengomunikasikan
setiap ajaran Alkitan dengan baik serta etika bergaul yang benar kepada anak
bila ia memiliki keterampilan komunikasi yang baik dalam membimbing anak-
anaknya. Namun komunikasi keluarga Kristen yang efektif hanya dapat terjadi
bila Kristus ditempatkan sebagai pusat kehidupan keluarga yang membimbing
dan memberkati keluarga.

D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Kristen


Beberapa prinsip-prinsip komunikasi Kristen yang perlu dipahami:
1. Komunikasi Membangun Kemanusiaan.
Komunikasi adalah cara menjadi manusia karena melalui komunikasi seseorang
memenuhi panggilannya sebagai makhluk sosial dan sekaligus insan berbudaya.
Hidup tanpa komunikasi adalah hidup yang terisolasi, marjinal dan karenanya
miskin absolut; hidup yang tidak manusiawi. Karena itulah, “hak untuk
berkomunikasi” (the right to communicate) merupakan salah satu hak asasi
manusia menurut Deklarasi HAM PBB. “Komunikasi membangun
kemanusiaan” berarti mengembangkan cara-cara berkomunikasi yang
mendorong kepada pemenuhan kemanusiaan manusia sebagai makhluk yang
berkomunikasi.
2. Komunikasi Membangun Komunitas.
Komunikasi merupakan prasyarat penting (condition in equanon) bagi bangunan
suatu komunitas. Tanpa komunikasi, yang ada hanyalah sekumpulan orang atau
kerumunan massa. Namun, dengan komunikasi pula komunitas dapat terpecah-
belah dan mengalami konflik, hidup saling mencurigai, membenci dan
memusuhi. Komunikasi Kristiani adalah komunikasi Pentakosta (bnd. Kis. 2:4-
11) di mana perbedaan bahasa dan identitas sosial bukan tembok-tembok
penghalang untuk mempersekutukan diri. Komunikasi sedemikian menghargai
dan menggali kekayaan budaya-budaya sebagai karunia dari Allah untuk
membangun komunitas dan kehidupan luas yang lebih baik, termasuk
lingkungan hidup.
3. Komunikasi Membangun Kesetaraan dan Partisipasi.
Kesetaraan martabat adalah prinsip dasar relasi manusia sebagai makhluk sosial
(Kej. 1:26). Partisipasi adalah prinsip dasar pengembangan tiap individu dan
pembangunan komunitas (bnd.Yer. 29:7, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke
mana kamu Aku buang….. sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”).
Tak ada pengembangan manusia dan pembangunan komunitas yang sejati dan
berkelanjutan tanpa partisipasi. Komunikasi an sich mengandaikan partisipasi.
Karena itu komunikasi pada dasarnya bersifat dua arah (two ways).
Namun, tanpa jaminan kesetaraan martabat maka partisipasi rentan menjadi
eksploitasi dan dominasi. Atas nama partisipasi, individu atau kelompok yang
berkuasa atau mayoritas, dapat memaksakan kehendaknya.
4. Komunikasi Mendukung Pluralisme.
Komunikasi dapat mempersatukan maupun memecah-belah umat manusia.
Pluralitas adalah realitas yang terberi (given) dan karena nyata terhindari. Umat
Kristen meyakini bahwa perbedaan dan keragaman adalah suatu karunia ilahi
yang senantiasa harus dipelihara. Tanpa pemeliharaan yang berkelanjutan,
pluralitas rentan terhadap perpecahan dan konflik. Dalam konteks ini, maka
komunikasi dijalankan sebagai tindakan-tindakan yang komunikatif dan
partisipatif di tengah-tengah masyarakat yang plural, baik melalui media
maupun secara langsung. Yesus, sebagaimana kesaksian kitab-kitab Injil,
berkomunikasi dan melayani di lingkungan masyarakat Israel dan non-Israel
(bnd. Luk. 10:28-37 tentang “Orang Samaria yang Baik Hati”; Mrk. 7:24-29
tentang “Perempuan Siro-Fenisia yang percaya”).
5. Komunikasi Bersifat Profetis
Era digital ditandai dengan keterhubungan manusia yang masif dan intensif;
komunikasi dan sebaran informasi berlangsung seketika, intensif dan masif.
Tiap individu kini mempunyai akses seluas-luasnya kepada komunikasi dan
media. Jurnalisme mengalami perkembangan pesat dengan munculnya apa yang
disebut “jurnalis mewarga”(citizen journalism). Ini adalah salah satu dampak
positif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Namun, di samping
dampak positif, juga ada dampak negatif. Kita cenderung melihat dunia melalui
“konstruksi–konstruksi narasi media” khususnya TV, internet, maupun media
cetak konvensional. Dalam konteks ini, teknologi informasi dan komunikasi
dapat digunakan untuk penyebarluasan pornografi, politik pencitraan, dan
informasi bohong (hoax). Tugas profetis komunikasi adalah menentang
kebohongan dan pembodohan publik, kepalsuan (Mat. 5:37).

E. TINGKATAN KOMUNIKASI KRISTEN         :


Ada 4 tingkatan komunikasi Kristen :
1. Tingkatan Allah berkomunikasi dengan manusia Kristen. Tingkatan ini
menyatakan bahwa Allah berkomunikasi dengan manusia  bukan karena
gagasan manusia melainkan gagasan Allah sendiri. Allah berinisiatif
sendiri untuk berkomunikasi dengan kita.
2. Allah berkomunikasi dengan manusia yang belum Kristen. Komunikasi
disini merupakan penawaran bagi bangsa-bangsa di dunia untuk
memperoleh keselamatan kekal. Dalam PL, Allah memakai bangsa Israel
sebagai sarana memenangkan bangsa-bangsa didunia, sedangkan dalam
PB, Allah memakai inkarnasi Tuhan Yesus sebagai pintu keselamatan
kekal.
3. Tingkatan manusia Kristen berkomunikasi dengan sesame Kristen.
Tujuannya adalah untuk menyadarkan oaring Kristen agar menjalankan
amanat missioner yang ada dalam dirinya, kemudia menghibur,
menasehati dan mengajar agar iman sesama Kristen dapat bertumbuh
seperti Yesus Kristus.
4. Tingkatan manusia Kristen berkomunikasi dengan manusia bukan
Kristen. Orang Kristen ada;ah missioner, karena itu ia bertanggung jawab
memberitakan Injil kepada manusia yang belum Kristen.
Yang mengagumkan dalam mata kuliah ini adalah bagaimana Allah mengambil
sikap inisiatif dalam hal komunikasi. Ia menginginkan persekutuan dengan
umat-Nya. Inisiatif Tuhan terlihat dalam kisah di taman Firdaus, Allah mencari
manusia walaupun Ia tahu bahwa manusia sudah berdosa. Ia memilih untuk
berkomunikasi dengan kita manusia dan Ia berusaha bagaimana memulihkan
hubungan dengan umat-Nya dengan cara mengorbankan anak-Nya sebagai satu-
satunya jalan keselamatan dan hidup.
BAB III
KESIMPULAN

Sederhananya komunikasi merupakan aktifitas yang dibangun untuk


mencapai suatu kesamaan makna adan ilmu komunikasi merupakan suatu studi
ilmiah yang melibatkan pemikiran secara rasional, konkrit, melewati prosedur-
prosedur yang ilmiah dan sistematis sehingga dapat mengadakan suatu
komunikasi yang efektif dan efisien serta dapat mencapai suatu kesamaan
makna juga dapat mempengaruhi orang lain. Seorang pelayan Tuhan mesti
mempelajari ilmu berkomunikasi secara continu, ini melibatkan sepanjang umur
seorang pelayanan sebab ilmu komunikasi tidak terbatas hanya pada struktur
pendidikan formal yang ada, namun lingkup informal serta non formal juga atau
lewat pengalaman hidup juga. Komunikasi bermanfaat dalam berbagai lini
kehidupan baik di lingkungan keluarga, gerja dan masyarakat dimana seseorang
itu ada. Kristus juga menunjukan betapa pentingnya ilmu berkomunikasi itu
diterapkan dalam proses berkomunikasi. Ia semestinya ditempatkan sebagai
sumber hikmat yang memberi hikmat untuk berkomunikasi secara baik serta
sebagai teladan yang mengajar serta mengawali cara berkomunikasi yang benar
bagi setiap warga gereja dan pelayan Tuhan.
Yesus adalah contoh komunikator yang ideal dan ulung. Selama tiga
setengah tahun pelayanannya di dunia, buyuk orang yang dengan schang hati
mengikuti-Nya untuk mendengar perkataan-Nya dan belajar dari-Nya (Mat.
13:54). Sayangnya dulum banyak situasi, para pemimpin mengeraskan hati dan
tak mau mendengar pesan Yesus. Mereka gagal memahami apa yang Yesus
katakan dan lakukan. Inilah yang dinamakan ketiadaan komunikasi. Seorang
pemimpin Kristen tidak harus menjadi seorang orator handal, namun haruslah
menjadi seorang komunikator yang efektif. Dalam IKor. 2:4-5, Paulus
memaparkan bahwa Tuhan memakai pemimpin yang mau menjadi saluran bagi
Roh Kudus. Roh Kudus sendiri yang akan memimpin dan memberi pengertian
pada pemimpin itu agar setiap ucapan dan perbuatannya sesuai dengan
kehendak Tuhan
Komunikasi yang diilhami oleh Roh Kudus merupakan aset yang penting
bagi pemimpin untuk memandu dan mengorganisir suatu tim. Komunikasi yang
baik mendorong kreativitas, antusiasme, kerja sama, dan semangat kesatuan
dalam tim itu sendiri untuk mencapai tujuan karena setiap anggota bisa saling
mengerti dan memahami sang pemimpin. Berlawanan dengan itu, seorang
komunikator yang buruk23-yang tidak berfokus pada visi dan tak acuh terhadap
kepentingan dan kebutuhan anggota tinnya - akan mengakibatkan
kealahıpahaman kerancuan, kejengkelan dan kefruntrasian, kepasifuti dari
anggota tim, dan akhirnya menyebabkan penyimpangan tujuan dan visi. Jadi,
Kunci keberhasilan orang pemimpin dalam berkomunikasi adalah kejernihan
pikiran dan kejelasan ukan apa yurig hendak disampaikan, bukan sekadar
kalimat-kalimat indah yang tak jelas maknanya. Satu contoh yang dapat kita
lihat, saat berkhotbah di bukit,
Yesus menggunakan bahasa yang sederhana. Namun ketika berbicara dengan
Nikodemus, seseorang yang terpelajar, ia menggunakan bahasa yang filosofis.
Bagi seorang pemimpin Kristen, kualitas komunikasi dengan Tuhan berperan
penting dalam komunikasinya dengan sesama. Semakin dalam komunikasinya
dengan Tuhan, semakin in memahami apa yang Tuhan ingin ia perbuat terhadap
diri, sesama, dan lingkungannya. Bila komunikasi dengan Sang Pencipta tidak
berjalan lancar dan baik, komunikasi dengan sesama menjadi tidak efektif
karena ia tidak bisa memahami sesamanya. Banyak masalah yang disebabkan
kegagalan seseorang dalam berkomunikasi. Maka dari itu, penting bagi seorang
pemimpin untuk mempelajari proses komunikasi. Dengan komunikasi yang
baik, seluruh sistem organisasi dapat berjalan lancar sehingga akan terhindar
dari konflik yang menghambat mekanisme kerja.

Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai