Anda di halaman 1dari 2

Evangelii Nuntiandi

Evangelii Nuntiandi tidak menyebut secara eksplisit pengertian tentang apa itu misi. Namun, dari
uraian tentang Teladan Yesus bisa ditarik beberapa pemahaman soal misi. Misi adalah sebuah
perutusan. Perutusan itu pertama-tama diterima oleh Yesus dari Bapa. Perutusan Yesus adalah
untuk memberitakan warta gembira Kerajaan Allah (Luk 4:43). Tujuannya agar tiap orang
memperoleh keselamatan di dalam Allah. Hidup Yesus seutuhnya, yakni lewat kata-kata dan
tindakan, tanda-tanda dan mukjijat, dan terutama wafat serta kebangkitan-Nya, adalah
pemakluman yang hakiki tentang Kerajaan Allah.
Perutusan Yesus itulah yang kemudian diteruskan oleh Gereja. Dengan bantuan Roh Kudus, Roh
Kebenaran dan Penghiburan, Gereja menerima dan meneruskan karya perutusan Yesus, yakni
mewartakan Injil, kabar gembira Allah, kepada segala makhluk. Itulah misi hakiki Gereja. Lebih
dari itu, Evangelii Nuntiandi menegaskan bahwa mewartakan Injil merupakan rahmat dan
panggilan khas Gereja, jati dirinya yang terdalam.
Jadi, diskursus tentang misi tidak bisa dilepaskan dari ikatan relasi antara Kristus, Gereja, dan
pewartaan Injil. Gereja lahir dari perutusan Yesus, atau tepatnya pewartaan Yesus tentang Injil,
kabar gembira Allah. Konsekuensi darinya adalah Gereja sendiri diutus oleh Yesus. Selepas
Yesus kembali kepada Bapa, Gereja memperpanjang dan melanjutkan perutusan Yesus. Gereja
sekaligus menjadi tanda dari kehadiran Yesus di tengah dunia. Melalui Gerejalah, rahmat-rahmat
Allah dicurahkan. Melalui Gereja pulalah, perbendaharaan kabar gembira Allah yang diterima
dari Yesus dilestarikan sebagai harta rohani yang amat berharga dan lalu diwartakan sebagai
kebenaran yang menyelamatkan.
Sementara itu, Evangelii Nuntiandi memberi uraian yang panjang lebar soal apa itu evangelisasi.
Evangelisasi adalah menyampaikan warta gembira kepada segala lapisan umat manusia, dan
melalui pengaruhnya merombak masyarakat dari dalam serta membaharuinya. Dari pengertian
ini, bisa disimak bahwa evangelisasi lebih condong ke soal praksis pastoral dibanding misi.
Dengan kata lain, misi lebih terarah pada objek formal dari perutusan dan pewartaan Injil.
Sedangkan, evangelisasi mengurus soal objek material dari perutusan dan pewartaan Injil. Objek
material tersebut tergariskan dalam perombakan dan pembaharuan masyarakat dalam norma,
nilai, cara berpikir, juga pola-pola hidup yang diresapi oleh semangat Injil. Dengan kata lain,

tujuan dari evangelisasi adalah perubahan batin. Karena itu, tidak salah dikatakan bahwa yang
terpenting adalah evangelisasi kebudayaan, sebab pelaku dan penerima evangelisasi adalah
manusia-manusia yang menghayati hidupnya dalam kebudayaan. Pun juga, Kerajaan Allah yang
menjadi inti dari pewartaan Injil tidak dapat dibangun secara lain kecuali dengan meminjam
unsur-unsur kebudayaan atau pelbagai kebudayaan manusiawi.
Lebih dari itu, dalam evangelisasi, Injil terutama harus diwartakan melalui kesaksian. Melalui
pribadi-pribadi Kristiani yang menghayati semangat Injil dalam hidupnya, kabar gembira
terwatakan dengan konkrit, dan dengan cara yang demikian, tiap orang Kristen memberi
pewartaan yang berpengaruh besar dan efektif. Kendati demikian, Evangelii Nuntiandi
menegaskan bahwa melulu mewartakan Injil lewat kesaksian tetaplah tidak cukup, karena
bahkan kesaksian yang terindah pun pada jangka panjang akan ternyata tidak efektif kalau tidak
dijelaskan. Maka, evangelisasi menuntut pula pemakluman sabda Allah, yakni ajaran, kehidupan,
janji-janji, Kerajaan Allah, dan misteri Yesus sebagaimana yang termuat dalam Injil.

Anda mungkin juga menyukai