Anda di halaman 1dari 30

Presentasi

Pneumatologi dan Eklesiologi

Peranan Gereja

Oleh :
Maria Goreti Anapah
Penginjilan
Pokok yang ditekankan dalam dua kisah kata-kata
terkahir Yesus ketika berbicara kepada murid-murid-Nya
ialah penginjilan. Dalam Matius 28:19 Yesus mengatakan,
“Pergilah dan jadikan sekalian bangsa murid-Ku.” Dalam
Kisah Para Rasul 1:8 Ia berkata, “kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea
dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Hal ini merupakan terakhir yang diberikan
Yesus kepada para murid-Nya. Rupanya bagi
Yesus penginjilan merupakan alasan utama
bagi penugasan para murid.
Murid-murid tidak dikirm mengabarkan Injil dengan
kekuatan mereka sendiri. Yesus mendahului
penugasan mereka dengan mengatakan, “Kepada-
Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi” (Mat. 28:18). Karena memiliki segala kuasa,
maka Yesus dapat menugaskan murid-murid-Nya
sebagai pelaksana tugas-Nya

Panggilan untuk mengabarkan Injil


merupakan sebuah perintah.
Jangkauan dari tugas ini ialah: semua bangsa. Dalam Matius
28:19 Yesus berbicara tentang “semua bangsa’ dalm dalam Kisah
Para Rasul 1:8 Yesus menjabarkannya dengan jelas, “Kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai keujung bumi.”

Para murid ditugaskan untuk menjadi saksi “sampai keujung


bumi.” Mereka harus memberitakan Injil di mana saja, kepada semua
bangsa dan setiap golongan. Tentu saja tugas para murid ini tidak
dikerjakan dengan kekuatan sendiri. Sebaliknya, ketika mereka
memenakan orang untuk bertobat, maka para petobat itulah yang
kemudian menginjili orang lain lagi.

Dengan demikian amanat Injil akan tersebar dalam


lingkaran yang makin meluas, sehingga akhirnya seluruh
tugas tersebut akan terlaksana.
Oleh karena itu, apabila gereja ingin menunjukkan
kesetiaannya kepada Tuhannya serta menyenangkan hati-
Nya, gereja harus senantiasa terlibat dalam mengabarkan
Injil kepada semua orang.

Apabila gereja tidak terlibat dalam penginjilan,


maka gereja menjadi sakit rohani, karena gereja akan
mulai berusaha untuk berfungsi tidak sesuai dengan
tujuan yang tidak pernah dimaksudkan oleh Tuhan.
Pembinaan
Fungsi utama gereja yang kedua adalah pembinaan
orang-orang percaya. Sekalipun Yesus lebih menekankan
penginjilan, namun secara logis pembinaan (pembangunan)
orang-orang percaya juga merupakan kegiatan utama.
Setiap orang percaya hendaknya bertumbuh menjadi serupa
dengan Kristus yang, “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, - yang rapih
tersusun dan diikat menjadi satu pelayanan semua bagiannya, sesuai
dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima
pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (Ef. 4:16).

Pembinaan merupakan hal yang dapat saling membangun


yang dilakukan oleh semua anggota tubuh Kristus. Bukan hanya
pendeta atau gembala sidang saja yang harus membangun
anggota-anggota lain.
cara untuk membangun anggota-anggota gereja, pertama
adalah persekutuan. Perjanjian Baru berbicara tentang
koinonia, yang secara harfiah berarti memiliki atau
membagi segala hal bersama.

Orang percaya hendaknya bertolong-tolongan


menanggung beban (Gal. 6:2).
Gereja juga membina anggota-anggotanya lewat
pendidikan atau pengajaran. Pengajaran merupakan
bagian dari tugas yang lebih luas yaitu pemuridan.

Salah satu perintah Tuhan dalam Amanat Agung yang


disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya ialah agar
mengajar orang-orang yang bertobat “melakukan segala
sesuatu yang telah Ku perintahkan kepadamu” (Mat.
28:20).
Karena gereja bertugas mengajarkan kebenaran Allah
sebagaimana terungkap dalam Firman Allah, berarti
bahwa gereja bertugas untuk bertumbuh dalam
pemahamannya mengenai pernyataan Firman Allah
tersebut.
Berkotbah merupakan sarana pembinaan lainnya, yang
telah dipakai sejak permulaan. Dalam I Korintus 14, ketika
Paulus berbicara tentang bernubuat, mungkin sekali yang
dimaksudkannya adalah berkotbah.

Paulus menyatakan bahwa bernubuat adalah lebih


berharga daripada berbicara dalam bahasa roh, karena
bernubuat itu membangun gereja, “Tetapi siapa bernubuat,
ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati
dan menghibur.

Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia


membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia
membangun jemaat” (ay. 3-4).
Agar gereja dapat melaksanakan pembinaan
bersama, Allah telah melengkapi gereja dengan
berbagai karunia yang disalurkan oleh Roh Kudus
(I Korintus 12:11).

Dengan kebijaksanaan-Nya Roh Kudus


mengaruniakan karunia sebagaimana diperlukan,
sehingga tubuh Kristus secara keseluruhan dapat
dibangun dan diperlengkapi dengan memadai.
Penyembahan

Kegiatan gereja lainnya adalah penyembahan. Sedangkan


pembinaan berfokus kepada jemaat serta
menguntungkan jemaat, penyembahan berfokus kepada
Tuhan.

Sekalipun dalam penyembahan yang


diutamakan adalah Allah, namun
penyembahan itu juga dimaksudkan bagi
manfaat para penyembah.
Menyembah, memuji dan memuliakan Allah, merupakan
kegiatan yang biasa dalam Perjanjian Lama, sebagaimana
dapat dilihat khususnya dalam kitab Mazmur. Dalam
gambaran mengenai surga di Kitab Wahyu dan di bagian
Alkitab yang lain, umat Allah digambarkan sebagai
mengakui dan mengumumkan kebesaran-Nya.

Dalam aspek ini dari kegiatan penyembahan, gereja


memusatkan perhatiannya pada siapa dan apa Allah itu,
bukan memusatkan perhatian pada dirinya.

Sasaran gereja ialah dengan tepat menyatakan


siapa dan apa Allah itu, bukan memuaskan
perasaannya sendiri.
Adalah penting untuk memperhatikan kedudukan dari
berbagai fungsi gereja ini. Di dalam ibadah penyembahan,
jemaat berfokus kepada Allah;
di dalam pengajaran dan persekutuan, mereka
berfokus kepada diri sendiri dan sesama orang Kristen,;
dan dalam penginjilan mereka mengarahkan
perhatiannya kepada orang-orang yang bukan Kristen.
fungsi-fungsi gereja ini harus berjalan seimbang. jika
tidak seimbang akibatnya adalah bahwa gereja akan
menderita karena semua kegiatan ini seperti berbagai
unsur dalam makanan yang seimbang, adalah perlu bagi
kesehatan rohani dan kesejahteraan gereja selaku tubuh
Kristus.
Keprihatinan Sosial
Jelas sekali bahwa Yesus menunjukkan keprihatinan terhadap
mereka yang hidup serba kekurangan dan yang menderita. Yesus
menyembuhkan orang sakit dan kadang-kadang membangkitkan
orang mati. Apabila gereja ingin melanjutkan pelayanan-Nya,
maka gereja akan terlibat dalam pelayanan kepada orang yang
hidup serba kekurangan dan yang menderita.

Yesus mengharapkan gereja juga terllibat dalam pelayanan jelas


tertulis di dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati
(Luk. 10:25-37). Yesus menceritakan perumpamaan ini kepada
seorang ahli Taurat yang sudah mengerti bahwa untuk
memperoleh kehidupan kekal seseorang harus mengasihi Allah
dengan segenap dirinya (hatinya) dan mengasihi sesamanya
manusia seperti dirinya sendiri.
Karena kasih terhadap sesama berkaitan erat
sekali dengan kasih terhadap Allah sehingga
melibatkan perbuatan, maka dengan sendirinya
gereja juga harus terbeban dan prihatin mengenai
penderitaan dan kebutuhan dunia ini.

Keprihatinan sosial juga meliputi mengecam


ketidakadilan. Gereja harus sanggup
menunjukkan keprihatinan sosial serta
mengambil tindakan apabila diperlukan, yaitu
ketika terjadi kekurangan, penderitaan dan
ketidakadilan.
Dalam kasus tertentu, gereja hanya akan bertindak
untuk mengurangi penderitaan akibat penyakit,
maksudnya langsung menanggani orang yang sakit.
Dalam kasus lain gereja akan bertindak untuk
mengubah situasi yang menyebabkan terjadinya
penderitaan tersebut.

Akan ada juga kasus di mana tindakan


gereja secara kolektif akan lebih berhasil
daripada tindakan seseorang Kristen secara
individual; dalam kasus lainnya justru yang
bertindak secara individual lebih berhasil.
Inti Pelayanan Gereja: Injil
Pada saat permulaan pelayanan-Nya, Yesus
menyatakan bahwa Dia telah diurapi khusus untuk
memberitakan Injil; kemudian Dia memerintahkan
para murid-Nya untuk melanjutkan pelayan
terebut dengan menyebarkan Injil.

Dengan demikian tampak bahwa Injil merupakan


inti dari segala yang dilakukan gereja. Yesus
mempercayakan kepada setiap orang percaya kabar
yang telah merupakan ciri ajaran dan pemberitaan-
Nya sendiri sejak awal hingga akhir.
Istilah kunci dalam Perjanjian Lama yang
merujuk kepada Injil ialah kata kerja basar.
Pengertian umumnya adalah “menyampaikan
kabar baik.” Sebuah contoh dapat ditemukan di
dalam I Raja-raja 1:42 di mana Adonai berkata
kepada Yonatan, putra imam Abyatar,
“Masuklah, sebab engkau seorang ksatria dan
tentulah engkau membawa kabar baik.”
Demikian pula, kata-kata kunci dalam Perjanjian
Baru yang merujuk kepada Injil, yaitu
euaggelisomai dan euaggalion, oleh karena unsur
eu dengan sendirinya menunjuk pada kabar yang
baik. Sesungguhnya, Friedrich menyatakan
dengan tegas, “euaggelion merupakan istilah
teknis bagi ‘berita kemenangan.’”
Yesus bukan saja memandang diri-Nya sendiri yang
mengumumkan kabar baik itu, tetapi juga merupakan
kabar baik itu sendiri.

Paulus memandang Injil sebagai sesuatu yang berpusat


kepada Yesus Kristus dan apa yang telah dilakukan Allah
melalui-Nya. Pokok-pokok hakiki dai Injil ialah
kedudukan Yesus Kristus selaku Anak Allah,

kemanusiaan-Nya yang sejati, kematian-Nya karena dosa-


dosa kita, penguburan-Nya, kebangkitan serta penampilan-
penampilan-Nya setelah itu, serta kedatangan-Nya kembali
di masa depan untuk menghakimi dunia ini.
Dapat dikatakan bahwa di dalam pemahaman
Paulus, Yesus Kristus adalah Injil itu sendiri.

Sesungguhnya rasul Paulus telah memakai istilah


“Injil Kristus” beberapa kali (Rom. 15:19; I Kor.
9:12; II Kor. 2:12; 9:13; 10:14; Gal. 1:7; Flp. 1:27; I
Tes. 3:2).
Gereja mempunyai kabar baik untuk ditawarkan
kepada dunia, yaitu kabar yang membawa
pengaharapan. Pengaharapan masih ada dan itu
dapat dipenuhi apabila kita percaya dan taat kepada
Injil.

Injil menawarkan berkat-berkat berupa damai


sejahtera, sukacita, dan kepuasan dengan cara
yang bertolak belakang dengan yang kita
harapkan.
Kita memperoleh berkat-berkat Injil bukan dengan cara
mencari berkat-berkat tersebut secara langsung, karena
Yesus berkata, “barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan
menyelamatkannya (Mrk. 8:35).

Karena Injil senantiasa merupakan satu-


satunya jalan keselamatan, maka gereja harus
mempertahankannya berapapun harganya.
Apabila berita Injil diubah, maka hilanglah
daya hidup gereja. Gereja kemudian mati.
Sifat Gereja

Karena gereja, dalam kesinambungan hidupnya,


merupakan tubuh Kristus dan ikut membawa nama-Nya,
maka gereja harus bercirikan sifat-sifat Kristus yang
dinyatakan selama penjelmaan-Nya yang fisik di bumi
ini.
Dua sifat tersebut sangat menentukan bagi
gereja dalam pelaksanaan tugas-tugasnya di dunia
yang dengan pesat berubah: kesediaan untuk
melayani dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri.
Kesediaan untuk Melayani

Yesus menyatakan bahwa tujuan kedatangan-Nya adalah


untuk melayani dan bukan untuk dilayani (Mat. 20:28).
Dengan menjelma Dia mengambil rupa seorang hamba
(Flp. 2:7). “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati dikayu salib” (ay. 8).

Gereja juga harus menunjukkan kesediaan untuk


melayani Tuhannya dan dunia ini, bukan untuk
ditinggikan dan memenuhi kebutuhan dan
kepentingannya sendiri. Sekalipun suatu jemaat lokal
dapat menjadi besar, kaya serta terkenal, namun tetap
jemaat itu tidak di adakan untuk tujuan tersebut.
Gereja masa kini seharusnya mengikuti teladan
Tuhannya dalam melayani. Gereja hendaknya
bersedia untuk menjangkau mereka yang tersisih
dan tak berdaya, orang-orang yang tidak dapat
memberikan apa-apa sebagai imbalan kepada
gereja.

Gereja yang sejati bahkan rela berkorban,


apabila diperlukan, demi pelayanannya.
Kesediaan untuk melayani berarti bahwa
gereja tidak berusaha untuk menguasai
masyarakat agar dapat mencapai maksudnya.
Kemampuan Menyesuaikan Diri

Gereja juga harus pandai dalam berbagai hal dan luwes di


dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, luwes dalam arti
menyesuaikan diri dengan situasi di mana gereja berada.
Gereja harus pergi ke tempat orang yang mempunyai
kebutuhan, meskipun ia harus berpindah tempat atau
lingkungan.

Gereja jangan berpegangan erat kepada cara-cara


yang lama saja. Ketika dunia hendak dilayaninya itu
berubah, gereja harus menyesuaikan pelayanannya
dengan perubahan itu, tetapi tanpa mengubah tujuan
pokoknya.
Pada saat gereja menyesuaikan diri, maka gereja
sedang mengikuti teladan Tuhannya yang tidak
enggan datang ke dunia untuk menebus umat
manusia. ketika datang Dia mengenakan keadaan
manusia (Flp. 2:5-8).

Demikian pula hendaknya tubuh Kristus (gereja)


tetap mempertahankan berita inti yang telah
dipercayakan kepadanya dan terus melaksanakan
fungsi utama dari tugasnya, namun bersedia untuk
mengubah cara pelaksanaannya yang perlu untuk
menjangkau orang.
Apabila gereja memiliki kesadaran akan
tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya,
gereja senantiasa akan menemukan cara untuk
melaksanakan tugas tersebut sedemikian rupa
sehingga dapat menjangkau setiap orang di
manapun mereka berada.

Anda mungkin juga menyukai