Debora Rantelili
yhorasayang@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Latar belakang kata Injil harus benar-benar kita pahami, agar arti kata itu
sebagaimana tercantum dalam dalam Perjanjian Baru dapat kita pahami pulah
sepenuhnya. Dalam kaitannya dengan pemikiran dan pengharapan Injil adalah suatu
pengertian teologis yang baku. Bagi umat Yahudi, Injil adalah pesan keselamatan yang
melalui pemberitaannya merupakan tanda dari awalzaman keselamatan yaitu Kerajaan
Allah.1
Tujuan artikel yaitu untuk menemukan sepertti apa peranan gereja dalam pekabaran
Injil. Manfaat artikel ini kita memberikan masukan kepada para pembaca agar lebih
mengerti seperti apa itu Injil dan peranan gereja yang sebenarnya.
Pembahasan
Kata Injil diambil dari Alquran. Di dalam Alkitab sendiri kata ini tidak tercantum
karena kitab orang Kristen aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani, sedangkan
kata Injil adalah kata Arab. Di dalam Yunani kata yang diterjemahkan dengan Injil
adalah euanggelio yang artinya kabar gembira. 3 Pekabar Injil adalah karunia Allah,
1
Bolkestein, M. H, Kerajaan yang Terselubung, (Jakarta: TP BPK Gunung Mulia 2004), Hal 1,2.
2
Miranda, Jesse, Gereja Kristen Dalam Pelayanan,(Lembaga Kursus Tertulis Internasional) Hal 5
3
Hadiwijoyo, Harun, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: Gunung Mulia 2006) Hal 4,5.
sebagai penggenapan rencana Allah. Orang kristen berani mengalami kerugian demi
Injil seperti yang ada dalam Kisa Para Rasul 19:19 tentang orang yang menjadi percaya 4
Dalam buku berjudul Trunity and the Kingdom, Moltmann mengajukan tesis
bahwa moteisme dapat mengarah ke monarkisme. Oleh sebab itu Molmann menyebut
bahwa gereja dapat memakai perspektif Trinitarian dari doktrin Trinitas. Gereja
trinitarian adalah komunitas yang bebas dari kekuasaan. Moltmann mengkritik konsep
koinonia yang selama ini dianut oleh gereja. Konsep gereja sebagai persekutuan atau
koinonia terlalu sering didasarkan pada keseragaman. Hal inilah yang menjadi dasar
krittik Moltmann bahwa gereja cenderung eksklusif dan menutup diri terhadap
perbedaan. Mennurut Moltmann, gereja tidak bisa menjadi sebuah perahu kesamaan
dalam mengarungi lautan perbedaan. Oleh karena itu Moltmann menawarkan konsep
persekutuan trinitaris yang berdasar pada persahabatan. Menurut Moltmann kabar baik
koinonia dari Allah Tritunggal tidak ditandai oleh persahabatan keseragaman, tetapi
oleh persahabatan yang dapat menyatuhkan, menghormati dan mencakup perbedaan .
harapan ini tercermin lewat gereja yang seharusnya menjadi persekutuan persahabatan
yang terbuka bagi orang lain. Harald Hegstad bahkan menyebut bahwa Moltmann
percaya bahwa konsep persahabatan adalah sentral atau pusat dari konsep eklesiologi.
4
Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar,( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), Hal 322.
5
Stephanus, Suratman, Seputar Dewan Paroki, (Yogyakarta: Kanisius 2003) Hal 68.
Moltmann menyebut bahwa karakteristik utama dari sebuah gereja yang setia
yang setia kepada Kristus adalah persahabatan yang terbuka, Moltmann juga
menyebutkan bahwa gereja harus menjadi komunitas dimana perlindungan publik dan
penghargaan publik diberikan kepada orang miskin, kepada pemungut pajak dan orang
berdosa. Mereka yang sering ditolak oleh masyarakat, bukan untuk menjadi objek
pelayanan Kristen tetapi harus dipahami sebagai subjek dalam kerajaan Allah dan
mereka yang sesama anggota dengan Kristus di kerajaan tersebut.
Roh Kudus mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan Gereja.
Roh Kudus adalah jiwa Gereja yang hidup. Roh Kudus mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam seluruh kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan gereja. Roh
Kudus adalah realitas nilai yang menjadi penentu, penggerak, pendorong, dan jiwa
Gereja. Roh Kudus adalah Roh Kristus, yang diutus untuk me lahirkan, menjiwai, dan
membimbing persekutuan mu rid-murid Kristus, yang kemudian disebut Gereja. Roh
Kudus yang aktif dalam kehidupan Gereja-Nya mencurahkan karunia-karunia Roh bagi
setiap warga Gereja agar masing-masing dapat berfungsi membangun Gereja-Nya. 6
Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan. Yesus telah mengutus Roh-Nya
kedalam gereja sebagai tanda kehadiran-Nya ditengah jemaat. Roh Kudus tetap
menopang perjuangan gereja sepandang masa. Jemaat menjadi gereja karena adanya
kegiatan Roh di dalamnya. Tanpa kehadiran Roh Kudus, gereja hanyalah sebuah
organisasi.7
KESIMPULAN
Kata Injil diambil dari Alquran. Di dalam Alkitab sendiri kata ini tidak tercantum
karena kitab orang Kristen aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani, sedangkan
kata Injil adalah kata Arab. Di dalam Yunani kata yang diterjemahkan dengan Injil
adalah euanggelio yang artinya kabar gembira. Pekabar Injil adalah karunia Allah,
sebagai penggenapan rencana Allah. Orang kristen berani mengalami kerugian demi
Injil seperti yang ada dalam Kisa Para Rasul 19:19 tentang orang yang menjadi percaya
Yesus Kristus mengawali karya-Nya di dunia dengan mewartakan bahwa Kerajaan Allah
sudah dekat dan semua orang diajak untuk bertobat dan percaya kepada Injil.
6
Aloys, Budi Purnomo, Roh Kudus, Jiwa Gereja yang Hidup, ( Yogyakarta: Kanisius 1998)
7
Jacobus Tarigan, Religiositas Agama & Gereja Katolik, (Jakarta: Grasindo 2007), Hal 83.
Tujuan pekabaran Injil juga adalah untuk mendirikan gereja. Gereja yang
didirikan tersebut merupakan gereja yang dewasa sepenuhnya. Gereja trinitarian
adalah komunitas yang bebas dari kekuasaan. Moltmann mengkritik konsep koinonia
yang selama ini dianut oleh gereja. Konsep gereja sebagai persekutuan atau koinonia
terlalu sering didasarkan pada keseragaman. Hal inilah yang menjadi dasar krittik
Moltmann bahwa gereja cenderung eksklusif dan menutup diri terhadap perbedaan.
Mennurut Moltmann, gereja tidak bisa menjadi sebuah perahu kesamaan dalam
mengarungi lautan perbedaan.
REFERENSI
Aloys, Budi Purnomo, Roh Kudus, Jiwa Gereja yang Hidup, ( Yogyakarta: Kanisius 1998)
Bolkestein, M. H, Kerajaan yang Terselubung, (Jakarta: TP BPK Gunung Mulia 2004), Hal
1,2.
Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar,( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), Hal 322.
Hadiwijoyo, Harun, Kebatinan dan Injil, (Jakarta: Gunung Mulia 2006) Hal 4,5.
Jacobus Tarigan, Religiositas Agama & Gereja Katolik, (Jakarta: Grasindo 2007), Hal 83.