Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TEOLOGI PB 1

VISI DAN MISI ALLAH DALAM TEOLOGI PERJANJIAN BARU

Nama : Cyren Dion Lamatoa


Nim : 21.01.026
Prodi : Teologi Akademik
Dosen pengampu : Pdt. Nurita SaragihM,Th.

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN LUWUK BANGGAI


TAHUN AJARAN 2023/20254

Kata Pengantar :
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
dan kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya .
Adapun judul dari makalah ini adalah “VISI DAN MISI ALLAH DALAM TEOLOGI
PERJANJIAN BARU”.
Saya menyadari dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang

Misi merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat atau
perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya di dunia ini.
Misi adalah inisiatif dari Allah. Ia mengutus umatNya untuk
memproklamasikan Injil secara jelas. Misi bukanlah pilihan yang dapat
dipertimbangkan tetapi misi adalah suatu perintah yang harus dilaksanakan.
Tujuan dari misi yaitu memulihkan hubungan manusia dengan Allah,
membawa orang mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan memuliakan
Allah. Misi juga merupakan rancangan damai sejahtera dari Allah untuk
menyelamatkan dan menyatakan kerajaanNya di dunia, yang harus
dikerjakan oleh setiap orang percaya lewat pelayanan kepada sesama.
Hadirnya gereja di dalam dunia karena adanya tugas yang harus disampaikan
kepada dunia. Salah satu tugas gereja adalah untuk memberitakan kabar
sukacita kepada dunia tentang karya penyelamatan Allah kepada manusia.
Alkitab telah banyak memberikan catatan-catatan penting tentang bagaimana
pergerakan para murid dan gereja mula-mula dalam merespon hal ini. Sesuai
dengan perintah yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya pada
waktu akan naik ke sorga yaitu “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir
zaman.” (Matius 28:19-20). Amanat Agung Yesus ini bukan merupakan
sebuah tantangan, melainkan suatu tanggung jawab yang harus dipikul, dan
diperuntukkan bagi semua orang percaya untuk pergi ke seluruh dunia dalam
memberitakan Injil kepada segala makhluk. Setiap orang percaya
mengemban amanat untuk membaktikan diri dalam membuat Injil menjadi
perhatian seluruh umat manusia, ini merupakan tanggung jawab yang tidak
dapat diabaikan. Gereja adalah suatu komunitas dalam respon terhadap
Missio Dei yang memberikan kesaksian tentang kegiatan Allah di dunia
melalui pemberitaan kabar baik mengenai Yesus Kristus dalam ucapan dan
tindakan. Gereja barulah menjadi Gereja yang sesungguhnya apabila terlibat
dalam pelaksanaan misi Allah di tengah-tengah dunia. Gereja yang
melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai gereja Allah adalah salah satu
bentuk gereja yang misioner. Keterlibatan Gereja dalam kehidupan
masyarakat dalam rangka misi Allah sebagaimana dicita-citakan itu

B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yaitu: Bagaimana
pemahaman Tentang visi dan misi Allah dalam Teologi Perjanjian baru.

C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita mampu memahami visi dan
misi Allah dalam teologi perjanjian baru.
Bab II pembahasan
A. Definisi Misi
Arie de Kuiper mengatakan misi Allah (Misio Dei) adalah keseluruhan
pekerjaan Allah untuk menyelamatkan dunia: pemeliharaan Israel, pengutusan
para nabi kepada Israel dan kepada bangsa-bangsa di sekitarnya, pengutusan
Kristus kepada dunia. rasul-rasul, pekabaran-pekabaran Injil kepada bangsa-
bangsa, Dalam Perjanjian Baru, Misi adalah suatu ekspresi kehidupan sikap
orang percaya di dalam keKristenan.

Menurut pandangan N. T. Wright, menekankan bahwa injil adalah kabar baik,


bahwa di dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus tercapailah puncak
maksud penyelamatan Allah bagi dunia. Bahwa justru istilah "Injil," daripada
istilah lain, dipakai oleh pengarang Perjanjian Baru sebagai kabar baik. Dapat
berarti bahwa berita ini bersifat publik yang menekankan bahwa iman Kristen
adalah berita bagi semua manusia, bahkan bagi dunia. Lebih lanjut Wright juga
menekankan bahwa kita dituntut supaya menjadi terlibat di dalam apa yang Allah
sedang lakukan dengan tujuan agar Allah dimuliakan.
Secara umum misi dalam Perjanjian Baru adalah untuk melaksanakan maksud
daripada Allah bagi penebusan dunia. Berbeda bila kita bandingkan dengan
Perjanjian Lama yang bersifat "sentripetal" (dari luar ke dalam) dalam pengertian
bangsa-bangsa datang kepada Israel dan mereka dapat mengenal dan
menyembah Tuhan yang benar. Sedangkan dalam Perjanjian Baru bersifat
sentrifugal" (dari pusat ke luar) yang berarti bahwa dari gereja atau dari Israel
kabar keselamatan akan disampaikan kepada semua suku-suku bangsa. Dalam
hal tersebut juga dikuatkan dengan apa yang Guthrie tuliskan dalam bukunya
tentang Yohanes 17:19, di mana Yesus berdoa "Aku menguduskan (hagiazo)
diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. Ia tidak
hanya berbuat sesuatu demi atau untuk mereka melainkan la berbuat sesuatu
yang melibatkan mereka."

Bila melihat secara khusus juga perkataan Yesus di dalam Matius 5:13-16 "Kamu
adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang
dunia, Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi Lagi pula
orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantung, melainkan
di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Dari
hal ini kita dapat memahami bahwa misi itu mencakup pelayanan gereja ke atas,
ke dalam dan keluar. Gereja "diutus" seperti seseorang yang melakukan
perjalanan rohani, seorang asing, seorang saksi, seorang nabi, dan seorang
hamba, sebagai garam dan terang ke dalam dunia ini.

☆ Yesus Dan Misi


Yesus Kristus adalah pelopor misi itu sendiri dan Dia adalah pusat dari misi tersebut.
Di dalam hidup-Nya selalu melakukan misi, kita dapat melihat dari pelayanan- Nya
yang selalu mau menolong kepada orang-orang yang perlu pertolongan. Yesus
sepenuhnya menyadari bahwa tugas-Nya itu dari Bapa (lihat: Yohanes 14:9).
Penerapan misi Yesus kepada manusia datang melalui iman. Salah satu sifat yang
utama dari pengajaran Yesus dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik ialah penekanan-Nya
pada Kerajaan Allah. Yang kita semua ketahuilah bahwa Yesus membayar harga
dengan "awa- Nya" agar di masa kelak mereka (warga dari semua suku bangsa dan
bahasa) dapat memberikan penghormatan kepada Allah Bapa. Kerajaan (basileia),
kini sudah umum disepakati bahwa istilah ini tidak berarti suatu wilayah
pemerintahan seorang raja, melainkan perbuatan atau aktivitas pemerintahan.
Penggunaan kata tersebut begitu dinamis dan cocok dengan penggunaan "kerajaan"
dalam bahasa Ibrani (bnd. Mazmur 145:11,13:103:19) dan dalam pemikiran
Yudaisme. Dalam Perjanjian Baru hal ini terdapat dalam Doa Bapa Kami, yang
secara langsung menghubungkan Kerajaan Allah dengan hal kehendak Allah.
Dalam Matius 28:18-20 "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
“Edmund Woga mengutip D. Senior dalam bukunya yang menganalisis bahwa
Matius memiliki kecenderungan membagi sejarah penyelamatan Allah dalam 3
periode yakni:
1. Periode pertama "masa Israel" yang merupakan kurun waktu antara masa
Abraham sampai masa Yohanes Pembaptis.
2. Periode kedua kemudian beralih dengan datangnya Yesus ke dunia yang
dibuatnya sebagai periode sentral yakni "masa Yesus".
3. Periode ketiga ialah "masa Gereja" dimana gerak Injil mulai beralih, yang awalnya
keselamatan itu seolah-olah hanya kepada Israel (Yahudi), pada masa ini beralih
kepada orang-orang non Yahudi.
B. Misi dan penginjilan
Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus.
yang harus dilaksanakan. Dengan mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari
Yesus sendiri. Jika misi dihubungkan dengan hal di atas maka, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa Yesus tidak menginginkan ada Satu pun manusia yang
terlewatkan oleh Injil. Artinya ialah bahwa Allah menginginkan keselamatan yang
holistik atas semua orang." Lebih lanjut lagi bila diperhatikan pembagian periode di
atas, dapat dilihat bahwa penyertaan Tuhan selalu ada di dalam segala hal terutama
di dalam misi yang diperintahkan-Nya. Tuhan memberikan kita kuasa kemampuan
dan penyertaan yang tidak hanya sekedar perintah semata. Dalam kehidupan Tuhan
Yesus pada waktu Dia masih tinggal di dunia ini, dapat dilihat cara unik yang
digunakan oleh Tuhan Yesus disaat melayani atau bermisi. Sewaktu-waktu Tuhan
seolah-olah hanya memikirkan Israel saja, tetapi dalam kesempatan yang lain Dia
juga memperhatikan orang-orang bukan Israel.

☆ Misi Amanat Agung


Bila kita perhatikan di dalam Alkitab pembahasan dengan tema Amanat Agung ini
dibahas tidak hanya dalam satu kitab saja, ada beberapa kitab yang juga
menuliskan akan hal tersebut diantara-Nya: Matius 28:19, Markus 16:15, Lukas
24:47-48 dan Kisah Para Rasul 1:8. Bila kita perhatikan dengan saksama betapa
Misi Amanat Agung ini sangat penting dan tidak main-main. Penekanan dari
berbagai kitab yang menuliskan hal tersebut menunjukkan bahwa tugas kita sebagai
orang percaya tidak hanya sebatas menerima kasih karunia itu semata saja, namun
juga kita harus membagikan atau turut membagikan akan kasih itu kepada semua
orang. Patrecia Hutagalung dalam jurnalnya menuliskan pandangan Matius tentang
Amanat Agung, di mana Matius memandang pemuridan sebagai suatu hal yang
sentral, terlihat jelas dalam tulisannya yang menyiapkan ruang cukup panjang
tentang ajaran Tuhan Yesus. "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku" dan "ajarlah
mereka" merupakan perintah yang tidak dapat dipisahkan dari Mandat Misi." Bila
melihat hal tersebut kita mendapatkan konsep misi dalam Injil Matius adalah konsep
Yesus Kristus sendiri, yaitu membawa semua bangsa takluk pada kekuasaan
Mesias yang pemilik segala kuasa di bumi dan di sorga. Lebih lanjut Hutagalung
memaparkan bahwa pemuridan yang Tuhan Yesus lakukan selama pelayanan-Nya
bersifat intens yang terlihat dari relasi bersama dengan murid-murid-Nya. Setiap
murid diajak untuk mengikut Dia dan hidup bersama-Nya selama masa pelayanan-
Nya. Artinya setiap murid yang terpilih tidak hanya menjadi pendengar melainkan
dipanggil untuk benar-benar menjadi murid-murid-Nya." Lebih luas lagi bila
memperhatikan ungkapan dari Gerber yang dikutip oleh Ambarita berikut ini:
“Jadikanlah semua bangsa murid-Ku ialah berarti membawa baik pria, Wanita dan
semua suku bangsa kepada Yesus Kristus, sehingga mereka percaya dan beriman
dan menyerahkan diri sepenuh hati kepada Dia. Hal ini wajib kita lakukan terus
menerus sampai Tuhan Yesus datang untuk kali yang kedua.
Injil Yohanes juga secara khas menekankan aspek penyataan dari pekerjaan Yesus
Misi Yesus. Dalam pendahuluan, gagasan ini muncul dalam penampilan Yesus
sebagai Firman dan Terang (Yohanes 1:1 dst). Firman itu juga mengungkapkan
amanat Allah kepada manusia, tetapi bagi Yohanes Firman itu bukanlah abstrak,
melainkan berpribadi. Yohanes memandang Yesus sebagai sarana penyataan Allah.
Artinya pemahaman yang benar atas misi Yesus haruslah mencakup hal penyataan
yang hanya la sendiri dapat melakukannya.

☆ kisah para rasul


Dalam kitab Kisah Para Rasul kita melihat para rasul bekerja. pertama sebagai
misionaris bagi bangsanya sendiri dan kemudian sebagai duta Kristus untuk bangsa-
bangsa di dunia. Ketika mereka pergi dan berkhotbah di mana-mana, Tuhan bekerja
dengan mereka dan meneguhkan firman dengan berbagai tanda-tanda (Markus
16:20), Secara khusus kitab Kisah Para Rasul dapat di analisa dan digolongkan
dalam pendekatan sejarah yang bertujuan agar orang-orang Kristen mengerti
bagaimana Tuhan Yesus mendirikan gereja-Nya di dunia ini dan menunjukkan juga
tentang betapa besar kasih karunia Allah kepada bangsa-bangsa di dunia.
Ada beberapa ajaran-ajaran utama dalam kitab Kisah Para Rasul:
1. Pasal 1-5: Pengajaran tentang kelahiran gereja Tuhan Yesus pertama kali. Dua
hal penting ditemukan dalam bagian ini:
a. Perkataan Tuhan Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menerima kuasa setelah
menerima Roh Kudus digenapi ketika para rasul berkumpul di Yerusalem, (Kisah
Para Rasul 1:8:2:1,30-41).
b. Kehidupan orang-orang percaya pada abad pertama penuh kasih terhadap
sesama dan sungguh memperlihatkan ketekunannya dalam beribadah kepada Allah
(Kisah Para Rasul 2:41-47;4:32-37).
2. Pada pasal 6-12; Pengajaran tentang perkembangan gereja yang berada dalam
penganiayaan terhadap orang-orang percaya. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu
diperhatikan:
a. Cerita bagaimana beratnya penganiayaan yang mereka alami, namun mereka
tidak gentar dan tetap setia beribadah dan memberitakan Injil (Kisah Para Rasul
7:54-8:1-4).
b. Bagaimana Saulus yang bertobat dari kehidupan lamanya yang seorang
penganiaya sehingga menjadi seorang Rasul. (Kisah Para Rasul 9:1-22).
3. Pasal 13-15; Pengajaran tentang jemaat/Gereja setempat yang menginjili. Pada
bagian ini dijelaskan tentang kehidupan orang-orang percaya di kota Antiokhia, dan
sebutan orang Kristen pertama kali diberikan dan disebutkan kepada murid-murid
Tuhan Yesus. Orang-orang percaya di Antiokhialah pertama sekali ada sebutan
Kristen atau pengikut Kristus (Kisah Para Rasul 11:23-26). Lalu ada bagian penting
di mana adanya pertumbuhan dan perkembangan orang-orang percaya, mereka pun
mengirimkan penginjil- penginjil kepada bangsa-bangsa lain karena taat kepada Roh
Kudus (Kisah Para Rasul 13:1-6). 4. Pasal 16-28. Pengajaran tentang nama Tuhan
Yesus diberitakan ke seluruh dunia. Di mana kasih karunia Allah diberitakan dan
disampaikan kepada setiap suku bangsa, baik rakyat maupun yang menjadi prajurit
atau tentara dan orang-orang istana.
Dalam Kisah Para Rasul 10:35, Petrus menandaskan bahwa orang yang
mengamalkan kebenaran berkenan kepada Allah, suatu pernyataan yang
menyatakan tentang hubungan yang erat antara tindakan yang benar dan
kedudukan di hadapan Allah Kesadaran seseorang akan pentingnya
mengaplikasikan iman yang dimiliki dengan perbuatan nyata begitu sangat
ditekankan oleh Petrus. Bagi kita orang yang percaya berbuat sesuatu yang Tuhan
telah perintahkan itu adalah suatu keharusan. Bagaimanakah mungkin kita
mengatakan kita beriman dan percaya kepada Yesus sedangkan kita berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan dan
perintahkan? Bila kita perhatikan dalam Yakobus 2:14-16. Yakobus prihatin atas
manusia yang menyatakan diri beriman tetapi tidak memperlihatkan buktinya. Ia
memperlihatkan betapa tidak konsistennya kata-kata yang saleh bila tidak didukung
tindakan yang sepadan," Dalam misi diperlukan sekali tindakan yang
menggambarkan iman. Seperti Yesus yang menunjukkan bukti Iman-Nya dengan
setia melakukan misi sampai akhir. Jadi iman pasti menghasilkan perbuatan.
C.Metode Misi dalam perjanjian baru
Dalam kitab Perjanjian Baru juga gereja dapat belajar tentang metode bagaimana
cara untuk bermisi yang telah ditunjukkan oleh Yesus dan diikuti para rasul.
1). Bila kita lihat di dalam Matius 5: 2 "maka Yesus pun mulai berbicara dan
mengajar mereka". Salah satu pelayanan yang dikerjakan oleh Yesus adalah
mengajar tentang kerajaan Allah baik di Sinagoge maupun di tempat lain. Salah satu
isi dari amanat agung adalah Gereja diminta untuk mengajarkan kepada orang yang
baru bertobat tentang perintah Tuhan. Gereja tidak boleh berhenti untuk
mengajarkan akan kebenaran Firman Tuhan. Karena dari mengajar gereja dapat
menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta tentang Firman
Tuhan kepada murid-murid/umat/jemaat, serta dapat memberikan tugas-tugas
kepada mereka, mengoreksi atau memeriksanya untuk mereka dapat menjalani
kehidupan mereka yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Cara hidup jemaat
mula-mula dicatat bahwa, setiap hari mereka melanjutkan pengajaran di Bait Allah
dan dirumah-rumah orang, serta memberitakan Injil. Dampak dari pengajaran yang
dilakukan adalah bertambahnya jiwa-jiwa yang bertobat (Kisah Para Rasul. 2:41-47).
Jika kita ingin membangun satu bangunan, pastinya hal pertama yang kita lakukan
adalah meletakkan batu pertama dan batu yang kita akan pilih pastinya batu yang
tidak mudah rapuh melainkan batu yang kokoh sehingga tidak akan mudah
roboh/goyah, maka dari itu gereja harus mengajar dan memberikan ajaran yang
tepat agar umat yang menerima tidak mudah roboh/goyah.
2). 2 Timotius 1:8 "Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan Kita". Dalam teks ini
rasul Paulus menasehatkan kepada Timotius supaya tidak malu bersaksi tentang
Yesus. Gereja harus mau bersaksi dengan tidak takut. Gereja harus alami
pengalaman pribadi agar dia bisa bersaksi. Rasul Paulus dapat mengatakan
demikian karena dia mengalami pengalaman dengan Tuhan, bukan karena kata
orang semata. Rasul Paulus menggunakan pengalaman perjumpaan dengan Yesus
untuk memberitakan Injil, demikian juga gereja harus bersaksi dalam misi karena
mengalami Tuhan juga. Sehubungan dengan ini Stephen Tong mengemukakan
bahwa "gereja adalah orang yang dipilih sesuai dengan kehendak Allah Bapa.
Orang-orang itu dikuduskan oleh Roh Kudus, agar bisa taat kepada Kristus. Dan
orang tersebut dibersihkan oleh darah Kristus." Ketiga hal ini harus menjadi
pengalaman umat pilihan Allah atau gereja yang sesungguhnya. Hal tersebut juga
dikuatkan menurut Luther yang dikutip Lumintang, gereja sebagai persekutuan
spiritual dari orang-orang yang percaya kepada Kristus. Gereja dipanggil untuk
mendemonstrasikan (bersaksi) kebenaran dan kedamaian dari Kerajaan Allah yang
akan mempengaruhi dari orang-orang yang percaya kepada Kristus. Gereja
dipanggil untuk mendemonstrasikan mempengaruhi (bersaksi) kebenaran dan
kedamaian dari Kerajaan Allah yang akan misinya yaitu penginjilan dan pelayanan
sosial di dunia. Berkenaan dengan pengertian bersaksi, Will Metzger memaparkan
bahwa hal ini berkaitan dengan kebenaran-kebenaran pokok yang harus disaksikan
(Lukas 24:48). Latar belakang dari kata saksi adalah sidang pengadilan. Bersaksi
artinya memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah pribadi seperti yang dikatakan-
Nya. Kesaksian seperti itu adalah cara untuk mencapai tujuan dengan memberikan
kesaksian dari seorang saksi mata tentang kebenaran (1Yohanes 1:1-3).
3.) 1 Petrus 3:1. jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka
juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan..." Bila kita melihat dari ayat ini,
cara gereja untuk bermisi selanjutnya yaitu dengan menjadi "Teladan". Teladan
adalah sesuatu yang ditiru atau dicontoh oleh orang lain tentang apa yang kita
perbuat. Stephen Tong mengatakan pada dasarnya, manusia merupakan ciptaan
Tuhan. yang diciptakan menurut peta dan teladan Tuhan (Kejadian 1:27), sehingga
manusia memiliki sifat Ilahi secara perilaku dan moral." Namun setelah manusia
jatuh ke dalam dosa. perilaku dan moral manusia pun ternodai dan rusak karena
dosa. Oleh sebab itu, Yesus Kristus datang ke dunia untuk memberikan teladan
yang benar atas perilaku dan moralitas kepada manusia berdosa. Yesus Kristus
adalah teladan yang baik dan benar. 1 Petrus 2:21, menyatakan bahwa, "Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan
telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak Nya.” Teladan
hidup adalah cara yang efektif untuk memenangkan jiwa. Tanpa kata-kata, namun
dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Kita dapat melihat teladan dari para
rasul, teladan itu nampak dalam cara berpikir positif, gaya hidup berempati, gaya
hidup yang selalu mengucap syukur, gaya hidup yang selalu menepati janji, gaya
hidup yang jujur, dan menabur benih kebaikan serta menjadi pelaku-pelaku firman.
Semuanya ini nampak dalam surat-surat kiriman yang mereka tulis serta sejumlah
bukti sejarah. Dalam Filipi 3:17 Paulus menuliskan "Saudara-saudara, ikutilah
teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi
teladanmu." 1 Korintus 4:16 "Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah
teladanku!" Kita bisa lihat teladan yang lebih dari Rasul Paulus, selama 2 tahun
dipenjara merupakan saat yang sibuk buat Paulus. Dia tidak hanya memenangkan
banyak jiwa bagi Kristus, tetapi ia juga meluangkan banyak waktu untuk menulis 4
surat, yang merupakan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru, yaitu: 1. Surat kepada
Jemaat Filipi, 2. Surat kepada Jemaat Efesus, 3. Surat kepada Jemaat Kolose, 4.
Surat kepada Jemaat Filemon. Melihat apa yang Paulus lakukan di atas
menunjukkan sikap dan cara hidup yang memang tepat seperti yang dia katakan
untuk diikuti. Bagaimana bagi Paulus, Kristus adalah segalanya. Keteladanan
demikianlah yang sepatutnya kita tiru, agar setiap perbuatan dan cara hidup kita pun
dapat menjadi contoh dan menghasilkan buah bagi orang-orang yang suam-suam
dalam mengikuti Tuhan bahkan untuk orang-orang yang belum percaya juga. Lalu
ada Rasul Filipus berasal dari Betsaida (Yohanes 1:44). Filipus bersaksi kepada
Natanel mengenai nubuat yang tergenapi dalam Yesus yang telah berjumpa
dengannya (Yohanes 1:46). Hal ini mengajarkan orang Kristen dan hamba-hamba
Tuhan untuk bersaksi dengan benar tentang Yesus Kristus bukan untuk mencari
kepentingan sendiri. Rasul Filipus memberitakan Injil ke daerah Yunani, Frigia dan
Hierapolis dan disanalah ia mati sebagai martir dengan cara dirajam batu. Kita bisa
belajar juga dari Rasul Petrus, berdasarkan penjelasan Alkitab awalnya ia adalah
seorang penjala ikan atau nelayan (Markus 1:16-20; Matius 4:18-22; Lukas 5:1-11).
Petrus atau "Batu Karang" yang diterjemahkan dari bahasa Aram "Kefas" adalah
sosok yang memiliki hubungan akrab dengan Yesus (Markus 9:2-13: Matius 17:1:
Lukas 9:28). Sekalipun awalnya Petrus juga masuk dalam gaya hidup Egois namun
sungguh ia menyesal (Matius 26:27) dan perlahan berubah lalu menghidupi
panggilan Yesus baginya. Dengan semangat misi Injil Yesus, Rasul Petrus terus
melangkah maju memberitakan kabar sukacita itu. Bahkan kematiannya pun
dituliskan sebagai martir di bawah pemerintahan kaisar Nero dengan model salib
terbalik di Roma. Dari beberapa contoh di atas kita dapat melihat betapa besar
pengaruh dari keteladanan yang para rasul contohkan terhadap Penginjilan. Hal
tersebut dapat menjadi refleksi untuk kita agar lebih memperhatikan setiap tindakan
kita. Efesus 5:1-2 menuliskan. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-
anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga
telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai
persembahan dan korban yang harum bagi Allah." Berkaitan dengan hal tersebut
diperlukan hikmat Tuhan”.
BAB III Penutup

A.Kesimpulan
Inti dari misi dalam Perjanjian Baru adalah bagaimana kita dapat menghadirkan
kerajaan Allah di dalam dunia Ini dengan melakukan Amanat Agung yang Tuhan
Yesus sudah pesankan kepada kita gereja-Nya. Pada dasarnya misi adalah milik
Allah yang ditegaskan dengan Missio Dei atau pengutusan dari Allah yang
menghendaki keselamatan bagi semua orang. Jadi gereja hanya mendapat misi
dan bukan pemilik misi. Dalam melakukan misi, gereja harus melakukannya
secara "Holistik" tanpa memandang dari mana sukunya, bagaimana rupanya dan
sebagainya. Tuhan mengasihi semua suku bangsa, itulah mengapa Tuhan
Yesus hadir dan datang. Setiap orang percaya harus menjadi teladan, seperti
yang telah Tuhan Yesus ajarkan bahkan yang telah para rasul juga lakukan,
karena salah satu bentuk misi yang ampuh selain kata-kata yaitu dengan menjadi
teladan. Untuk dapat menjadi teladan diperlukan untuk selalu mengandalkan
Tuhan dan memohon tuntunan dari Roh Kudus.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Darsono. Perspektif Misi Dalam Perjanjian Lama & Perjanjian


Baru. Medan:
Pelita Kebenaran Press, 2018. Baker, Ailsa, "Teologi, Studi Biblika, Dan
Misi." Indonesian Journal of Theology 5, no. 1 (2017). Benediktus XVI,
Paus. The Apostles Para Rasul. Yogyakarta: Kanisius, 2015. Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013.
Hutagalung, Patrecia. "Pemuridan Sebagai Mandat Misi Menurut Matius
28:18-20." Jurnal Teologi Kristen 2, no. 1 (2020). Kuiper, Arie de.
Missiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Kuiper, B. K. The Church
in History. Malang: Gandum Mas, 2010. Lumintang. Stevri I. Misiologia
Kontemporer. Batu: Departemen Literatur PPII, 2006. McGrath, Alister E.
Christian Theology: An Introduction. Fifth. London: Wiley-Blackwell, 2011.
Pantas, Natalia Debora. "Bersaksi Tentang Kristus Sebagai Gaya Hidup
Pemuda Gereja Masa Kini." Missio Ecclesiae 5, no. 2 (2016). Peters,
George W. A Biblical Theology of Missions. Chicago: Moody Press, 1984.
Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: YT Leadership Foundation, 2005.
Tong, Stephen. Kerajaan Allah, Gereja Dan Pelayanan. Surabaya:
Momentum, 2007. Pengudusan Emosi. Surabaya: Momentum, 2011.

Anda mungkin juga menyukai